8. Dicarilah tegangan efektif (Veff) untuk 0V, 3V, 6V, 9V, dan 12V dimana
𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠
: Veff=
√2
6.4. Menentukan Frekuensi Tegangan AC pada Tegangan Sekunder Power
Supply 6 Volt dan 12 Volt serta Frekuensi Input Power Supply
1. Karena percobaan sebelum ini menetukan tegangan AC maka
tombol-tombol tidak perlu semuanya dikembalikan kepada keadaan
semula, kecualikan alihkan TIME/DIV ke 5 ms/cm
2. Dipasang probe pada terminal INPUT dan hubungkan ujung probe pada
output power supply sedemikan rupa sehingga gambar sinusoidal pada
layar.
3. Jika perlu geser-geserlah posisi gambar yang terbentuk dengan mengatur
tombol X-POS dan tombol Y-POS. Sehingga gambar sinusoidal mulai
dari titik setimbang atau pada fase nol sehingga mudah membaca dan
mengukur 1 panjang gelombang sinusoi dal tersebut.
4. Dilakukan pengukuran dan frekuansi tegangan power supply untuk
variabel (6V dan 12V) dengan menghubungkan ujung probe pada
output C power supply
5. Dibaca panjang gelombang pada layar (λ) serta pada angka TIME/DIV
yang dipakai pada saat melakukan pengukuran
6. Dicarilah data
a. Perpindahan gambar secara vertikal =.........................cm
b. Angka yang dipakai pada VOLT/DIV =..........................volt
7. Dicarilah frekuensi tegangan output power supply dengan menggunakan
persamaan
1 𝑣
F =𝑇 dan f =
Dimana :
λ= Panjang gelombang dapat diukur dari gambar yang dibentuk pada
layar osiloskop
1
= angka TIME/DIV yang dipakai saat melakukan pengukuran,
𝑣
2. Mengukur tegangan AC
𝑣𝑜𝑙𝑡
Vpp = x Div
𝐷𝑖𝑣
𝑉𝑝𝑝
Vp = 2
𝑉𝑝
Veff = √2
VIII. Hasil
1. Tabel tegangan searah (DCV/ tegangan DC)
Panjang 𝑉𝑜𝑙𝑡
No Jumlah Baterai Gelombang di 𝐷𝑖𝑣 Tegangan
Layar Baterai
IX. Pembahasan
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal
listrik.sebuah osiloskop akan secara kontinyu menghasilkan sebuah sinyal listrik
yang nilainya bervariasi terhadap waktu secara berulang-ulang.karakteristik
terpenting yang dimiliki oleh sebuah osilator adalah bentuk gelombang,amplitude
serta frekuensi dari sinyal yang dibangkitkan opamp atau rangkaian yang
dirancang secara khusus yang dapat digunakan sebagai komponen ramgkaian
pembentuk ragkaian osilator.osiloskop merupakan alat ukur elektronika yang
berfungsi memproyeksi bentuk sinyal baik sinyal analog maupun sinyal digital
sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat dilihat diukur dihitung dan dianalisa sesuai
dengan bentuk sinyal keluaran yang diharapkan.CRO digunakan untuk
menyelidiki bentuk gelombang peristiwa transien dan besaran lainnya yang
berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah kefrekuensi yang
sangat tinggi.pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang
ditempatkan ke CRO menafsirkan kuantatif.osiloskop sendiri berfungsi untuk
menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang
doitangkap oleh layar.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pungukuran antara multimeter
dengan osiloskop yaitu mengukur tegangan baterai.dan hasilnya yang kami dapat
pada multimeter tegangan baterai = 1,5 V(jumlah baterai ABC).sedangkan pada
pengukuran osiloskop tegangan baterai = 1,6 V.perbedaan pengukuran antara
multimeter pengukuran bisa langsung dilakukan dengan menempelkan probe pada
alat elektronik(baterai) yang ingin diukur,kita sudah dapat melihat hasilnya pada
siplay multimeter sedangkan dengan osiloskop ,kita harus melakukan kalibrasi
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil pengukuran.perbedaan antara nilai yang
ditunjukkan osiloskop dengan nilai yang ditunjukan multimeter,hal ini
dikarenakan osiloskop memiliki hambatan dalam yang berbeda dengan yang
dimiliki multimeter.
Kemudian pada praktikum inu juga ada yang tiga kali percobaan.
Percobaan pertama menghitung panjang gelombang,berdasarkan percobaan hasil
yang didapat adalah dengan menggunakan tegangan baterai 1,6 V,dan dengan 2
VOLT/DIV hasilnya panjang gelombangnya adalah 0,8 DIV.sedangkan dengan
baterai 2,8 V dan 2 VOLT/DIV.panjang gelombangnya 1,4 DIV untuk tegangan
baterai 4 V panjang gelombang 2 DIV dengan menggunakan 2 Volt/Div.
Pada percobaan kedua menentukan nilai Vpp,Vp dengan VeFF.dengan
menggunakan power supply output yang berikan adalah 0,3,6,9,12 V.untuk
volt/div menggunakan 2 dan 5 volt/div sesuai dengan yang diperlukan .pada
output 0 v perpindahan gambar 1,7 sehingga didapat Vpp 2,4 dimana nilai Vpp
dihasilkan dari perkalian perpindahan gambar dengan angka volt/div.dengan
output 3 V nilsi Vpp yang dihasilkan adalah 9.nilai output 6 V nilai Vpp nya
adalah 17 dengan menggunakan volt/div 5 sedangkan yang ebelumnya
menggunakan nilai volt/div nya 2. Nilai output 9 v menggunakan nilai volt/div
nya 5 dan hasil Vpp nya 25 dan yang terakhir nilai output 12 v menggunakan nilai
volt/div nya juga 5 dan hasil Vpp nya 33,5.
Kemudian pada percobaan ketiga tetap menggunakan power supply tetapi
hanya menggunakan output 6 v dan12 v.percobaan terakhir ini untuk menetukan
frekuensi serta perioda yang dihasilkan gelombang.pertama dengan output 6 v
panjang gelombang 3,9 cm dengan 0,005 cm/dt.sedangkan untuk output 12 v hasl
panjang gelombangnya 3,9 dengan 0,005 cm/dt.pada praktikum atau percobaan
ketiga ini mengalami kegagalan dikarenakan praktikan kurang telit pada saat
membaca nilai panjang gelombangnya.itulah sebabnya terjadi kesalahan pada
praktikum ini.
X. Pertanyaan
Coretlah yang salah dari 2 pertanyaan didalam kurung seperti yang terdapat
dalam kalimat dibawah ini:
1. Terang suramnya gambar pada layar osiloskop diatur dengan tombol
(INTENSITY/FOCUS),sedangkan tajam dan baurnya gambar dapat diatur
oleh tombol (INTENSITY/FOCUS)
2. Makin besar angka yang ditunjukkan skala TIME/DIV kecepatan sinar katode
menyapulayar makin (CEPAT/LAMBAT)
3. Ketika pengaturan pelemahan vertikal (volt/div) menunjukkan angka 0,5
seperti percobaan :mencoba fungsi-fungsi tombol osiloskop kegiatan ke 11
jarak ke 2 titik pada layar 1 cm.ini berarti tegangan yang dimasukkan melalui
jack besarnya 0,5 volt yaitu tegangan (Vmax/VPP)
XI. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkalibrasi osiloskop dapat dilakukan dengan cara menghidupkannya
dengan menekan tombol power yang sebelumnya osiloskop telah dihubungkan
ke sumber tegangan, ditunggu beberapa saat hingga muncul garis hijau
melintang dilayar, setelah itu diatur tombol INTENSITY, FOCUS,
TIME/DIV, dan POSITION, hubungkan P-17 pada jack input dan probe pc
pada terminal cal 2, bila jarak antara dua titik disalib sumbu sudah 1cm berarti
osilosko telah terkalibrasi.
2. Menentukan tegangan DC dapat dilakukan dengan cara memasang probe
terminal input, kemudian dihubungkan probe PC ke kutub (-) baterai dan
ujung probe PC pada kutub (+) baterai, kemudian atur gambar dilayar dengan
mengatur tombol X-pos dan Y-pos. Menentukan tegangan AC dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan transformator ke power supply dengan sumber
tegangan, dipasang probe pada terminal input dan dihubungkan bada probe
dengan output power supply dengan memindahkan variabel outputnya ke 0V,
3V, 6V, 9V, 12V.
3. Menentukan frekuensi tegangan AC pada tegangan sekunder power supply 6
volt dan 12 volt serta frekuensi input power supply dapat dilakukan dengan
cara memasang pribe pada terminal input dan dihubungkan ujung probe pada
output power suppy, digeser-geser posisi gambar yang terbentuk dengan
mengatur X-pos dan Y-pos sehingga gambar mudah dibaca. Lakukan
pengukuran dan frekuensi tegangan power supply untuk variabel 6 volt, 12
volt dengan menghubungkan ujung probe pada output C power supply.
XII. Daftar pustaka
Albana, isa. 2016. Karakteristik Akuisisi Data Sensor Interdigital
Capasitor Untuk Pengukuran Kadus Air Pada Batu Bata Berbasis
Non-Destructive Testing. Jurnal IPTEK. Vol. 20. No. 1.
ISSN:1411-7010.
Kadir, Abdul. 2016. Simulasi Arduino. Jakarta: PTAlek Komputindo
Mujadin, Anwar.2014.Sistem Proteksi Power Supply Modul
Praktikum.Tekhnik Digital. Jurnal AL-Azhar Indonesia SeriDan
Teknologi. Vol. 2. No. 3. ISSN: 2381-5721.
Parsai ,Neha. 2015. Pvcurve-Approach For Voltage Stability Analysis.
Jurnal ITEE.Vol. 4. No. 2. ISSN: -2306-708X. Wasito. 1984.
Vedemekum Eektronika Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Yohandri. 2016. Elektronika Dasar 1. Jakarta: PT Elex Komputindo.
PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
PERCOBAAN DENGAN MENGGUNAKAN OSILOSKOP DIGITAL
b. Kalibrasi alat
1. Hidupkan osiloskop dengan menekan tombol power .
2. Tekan tombol “DEFAUL SETUP” untuk mengembalikan ke pengaturan
standar.
3. Hubungkan osiloskop dengan probe pada CH 1.
4. Hubungkan probe positif ke ground.
5. Amati gelombangnya Aturlah VOLT/DIV menjadi 2 v, agar jarak antar 2
titik 1 cm.
6. Aturlah TIME/DIV menjadi 0.5 t.
7. Tekan “AUTO”
8. Tempatkan posisi garis osiloskop berada tepat di sumbu X.
9. Jika ingin menggunakan 2 chanel , ulangi dengan langkah yang sama.
c. Mengukur tegangan DC
1. Tekan tombol “MENU ” pada tombol vertikal osiloskop.
2. Tekan menu AC-GND-DC dan pilih DC.
3. Hubungkan probe positif dan negative ke power Supply yang telah
dihubungkan kesumber arus dengan tegangan 1.5 v.
4. Amati jumlah tegangannya.
5. Catatlah dalam data pengamatan.
6. Hubungkan probe positif dan negatif ke power supplay 3 voltAmati jumlah
tegangannya.
7. Catatlah data ditabel pengamatan dan bandingkan dengan teori.
d. Mengukur frekuensi AC
1. Tekan tombol “MENU” pada vertikal osiloskop.
2. Tekan menu AC-GND-DC dan pilih AC.
3. Atur VOLT/DIV menjadi 2 v.
4. Hidupkan AFG-Generator dan pasangkan probe pada AFG.
5. Aturlah frekuensi osiloskop menjadi 100 Hz.
6. Aturlah gelombang menjadi gelombang sinusoidal.
7. Hubungkan probe positif dan negatif AFG dan osiloskop.
8. Amati gelombang yang terjadi.
9. Tekan tombol “TRIGGER LEVEL” untuk menampilkan data.
10. Amati dan catat dalam data pengamatan.
e. Menggambarkan kurva Lissajous dengan 2 channel
1. Atur kembali sumber tegangan tetap AC.
2. Pasangkan probe kedua ke CH 2.
3. Atur VOLT/DIV pada CH 1 dan CH 2 menjadi 2 v.
4. Aturlah posisi garis gelombang dengan menggunakan “POSITION” agar
kedudukan gelombang pertama dan kedua sejajar(jika ingin mnegatur CH
1 tekan CH 1, jika ingin mengatur CH 2 tekan CH 2”.
5. Hidupkan AFG-Generator kedua dan pasangkan probe pada AFG kedua.
6. Aturlah frekuensi AFG pertama menjadi 100 Hz.
7. Aturlah gelombang menjadi gelombang sinusoidal.
8. Hubungkan probe positif dan negatif AFG pertama pada osiloskop.
9. Hubungkan probe positif dan negatif AFG kedua pada osiloskop.
10. Amati gelombang yang terjadi.
11. Untuk mengatur frekueni gelombang pada AFG kedua, maka tekan tombol
Frekuensi pada AFG kedua.
12. Tulislah frekuansi gelombang AFG kedua sesuai yang diinginkan.
13. Tekan tombol Hz pada AFG kedua.
14. Aturlah posisi gelombang pertama dan kedua dengan tombol “POSITION”
15. Tekan tombol “TRIGGER LEVEL” untuk menampilkan data.
16. Catatlah data pengamatan anda.
17. Tekan tombol measure untuk menampilakn data di page kedua dan
kemudian tekan pilihan ADD.
18. Untuk mendapatkan grafik Lissajous, tekan tombol “DISPLAY”
19. Untuk mengembalikan dalam bentuk sinusoidal, tekan tombol vertikal
kedua setelah menu.
20. Amati dan catat dalam data pengamatan.
VIII. Hasil
IX. Pembahsan
Osiloskop merupakan alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan
bentuk sinyal baru sinyal analog maupun digital sehingga sinyal-sinyal tersebut
dapat dilihat, diukur, dihitung, dan dianalisa sesuai dengan bentuk keluaran sinyal
yang diharapkan. Dalam praktikum pengukuran menggunakan osiloskop digital
ini, ada tujuan yang ingin dicapai yaitu dapat menentukan fungsi dari menu dan
submenu osiloskop digital, dapat mengkalibrasi osiloskop digital, dapat mengukur
tegangan DC dan mengukur frekuensi AC, serta dapat menggambarkan kurva
Lissaious dengan osiloskop digital.
Perbedaan osiloskop analog dengan osiloskop digital adalah, pada osiloskop
analog hanya berupa sinyal yang di hasilkan oleh tabung CRT (Cathoda Ray
Tube) sehingga tampil dilayar Osciloscope, bentuk-bentuk gelembung sinar yang
ditembakkan itu tergantung dari objek yang sedang diukur, jadi hanya berupa
garis-garis gelombang yang bisa berbentu sinus, gelombang gigi gergaji, dll.
Sedangkan osciloscope digital umumnya tidak lagi menggunakan tabung CRT,
melainkan diukur oleh microprocessor didalamnya lalu hasil outputnya
ditampilkan kelayar LCD, dipermis tampilannya. Setelah data-data pengukuran
didapat dari tester probe diolah oleh microprocessor dalam osciloscope tersebut,
baru ditampilkan dilayar LED, sehingga tampilannya sangat menarik sekali untuk
dilihat.
Percobaan pertama yang kami lakukan adalah mengukur tegangan DC.
Tegangan DC adalah tegangan dengan aliran arus searah. Pada percobaan ini,
terdapat hasil pengukuran melalui dua metode yaitu secara praktek dan secara
teori. Hasil pengukuran secara praktek pada powe supply 5 volt dan 6 volt
diperoleh besarnya tegangan baterai adalah 68 volt, hasil yang diperoleh juga
sama untuk pengukur tegangan baterai pada power supply 5 volt dan 6 volt
dimana secara teori untuk menghitung tegangan baterai adalah dengan mengalikan
panjang gambar dilayar menurut sumbu Y dengan angka volt/Div. Diperoleh nilai
yang sama pada tegangan baterai 5 volt dan 6 volt dapat terjadi karena adanya
kesalahan pada penggunaan alat dalam melihat panjang gambar dilayar menurut
sumbu Y sehingga hasil yang diperoleh adalah berbeda. Sedangkan pada power
supply 12 volt diperoleh besarnya tegangan baterai secara teori adalah 70 volt
sedangkan secara praktek adalah 68,80 volt. Terjadinya perbedaan nilai tegangan
baterai secara teori dan secara praktek dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya kurang tepatnya dalam penempelan kabel penghubung antara positif
dan negatif atau probe positif dan negatif tidak terlalu menempel (tidak pas dalam
penempelannya), dan kurang telitinya dalam membaca skala karena osiloskop dan
power supply tidak memiliki keakuratan skala yang sangat tinggi, serta dapat pula
disebabkan karena adanya kerusakan pada alat tersebut.
Percobaan kedua yaitu mengukur frekuensi AC. Frekuensi AC adalah faktor
yang mempengaruhi hasil dari sebuah tegangan dalam sistem listrik arus bolak-
balik. Pengukuran frekuensi AC ini juga dilakukan secara teori dan secara
praktek. Penggunaan dua metode ini digunakan untuk membandingkan hasil yang
diperoleh dan juga untuk lebih mengakuratkan data percobaan. Frekuensi
gelombang pada osiloskop dipengaruhi oleh besarnya time/Div yang digunakan
karena semakin tinggi time/Div yang digunakan maka semakin besar suara
gelombang yang dihasilkan, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan periode
dan frekuensi pun meningkat. Perubahan suara gelombang akan sesuai dengan
sumber dan volt/Div yang digunakan. Pada percobaan ini diperoleh besarnya
frekuensi secara teori dan praktek adalah sama, namun Vpp yang diperoleh
berbeda hal ini disebabkan oleh beberapa hal atau kesalahan seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Pada frekuensi 300,46 Hz diperoleh bentuk gelombang yang
dihasilkan lebih rapat, sedangkan pada frekuensi 100,20 Hz bentuk gelombang
yang dihasilkan lebih renggang dari pada frekuensi 300,46 Hz. Dimana antara
frekuensi dan bentuk gelombang adalah berbanding lurus, yaitu semakin besar
frekuensinya maka output gelombang yang dihasilkan semakin rapat, dan semakin
kecil frekuensinya maka output gelombang yang dihasilkan juga semakin
renggang.
Pengukuran terakhir yaitu mengukur grafik Lissaieus. Grafik lissaieus adalah
sebuah penampakkan pada layar osiloskop yang mencitrakan atau
memperlihatkan perbandingan antara beda fase, frekuensi, dan amplitudo dari dua
gelombang inputan pada probe osiloskop. Frekuensi adalah banyaknya gelombang
yang terjadi tiap detiknya dalam satuan Hz. Amplitudo adalah nilai maksimum
atau puncak positif pada gelombang sinusoidal. Lalu beda fase adalah perbedaan
besar sudut antara dua buah gelombang sinusoidal yang dimasukkan kedalam
osiloskop secara bersama-sama. Pengukuran ini juga dilakukan secara teori dan
secara praktek. Pada percobaan ini digunakan secara frekuensi 1:3 terhadap CH 1
dan CH 2. Pada percobaan ini juga diperoleh nialai Vpp yang berbeda antara teori
dan praktek dan disebabkan oleh beberapa hal seperti yang telah dibahas
sebelumnya, yaitu karena alat yang terlalu rumit dan kurang akurat sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran kelompok kami.
Grafik lissaieus yang dihasilkan memiliki sudut 30%. Grafik lissaieus
dihasilkan bila gelombang-gelombang simus dimasukkan secara bersamaan ke
pelat-pelat defleksi horizontal dan vertikal CRO. Kesimpulan dari kurva lissaieus
yaitu adanya perbandingan rasio frekuensi antara dua gelombang
pembentukkannya. Dua gelombang sinus ini menghasilkan kurva lissaieus yang
bisa berbentuk garis lurus, elips atupun lingkaran, tergantung pada fase dan
amplitudo kedua sinyal tersebut. Berikut ini adalah bentuk kurva lissaieus yang
dihasilkan / terbentuk :
X. Pertanyaan
1. Jelaskan apa itu noise dan berikan contohnya!
Jawaban:
Noise atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan “derau” adalah
sinyal-sinyal yang tidak diinginkan dalam suatu sistem komunikasi
maupun pengukuran dan informasi. Sinyal-sinyal noise ini dapat
mengganggu kualitas penerimaan sinyal dan reproduksi sinyal yang akan
dipancarkan. Noise juga dapat membatasi jangkauan sistem pada daya
pancaran tertentu, mempengaruhi sensitivitas atau kepekaan sinyal
penerimaan dan bahkan akan mengakibatkan pengurangan bandwidth pada
suatu sistem.
Contoh Noise :
Pada penerima radio, noise atau derau dapat menyebabkan suara
desis di loudspeaker sehingga terdengar oleh pendengarnya. Sedangkan
pada televisi, noise dapat menyebabkan gambar tidak bersih atau muncul
titik-titik yang berbentuk seperti salju.
XI. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Osiloskop digital adalah alat ukur elektronika yang berfungsi untuk
memproyeksikan bentuk sinyal baik sinyal analog maupun digital sehingga
dapat dilihat, diukur, dihitung, dan dianalisa sesuai dengan bentuk keluaran
sinyal harapkan, serta memiliki berbagai macam menu dan submenu dengan
fungsinya masing-masing.
2. Cara menggunakan osiloskop digital dengan baik dan benar adalah dengan
cara mengkalibrasi/mengembalikan posisi ke arah nol sebelum memulai
percobaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: hidupkan osiloskop
dengan menekan tomnol power, lalu tekan “DEFAULT SETUP” untuk
mengembalkan ke pengaturan standar. Kemudian hubungkan osiloskop
dengan probe pada CH 1 dan hubungkan pula probe positif ke grond. Aturlah
volt/div dan jarak 2 titik menjadi 1cm serta time/div menjadi 0,5 s. Tekan
“AUTO” dan tempatkan garis osiloskop tepat disumbu x. Apabila ingin
menggunaan 2 channel, kita ulangi langkah yang sama.
3. Menghitung tegagan DC diperoleh dari hasil dengan mengalikan panjang
gambar dilayar menurut sumbu Y dengan angka Volt/Div yaitu 3,4 Div x 20
Volt/Div maka hasilnya adalah 68 Volt untuk output tegangan 12 Volt
diperoleh tegangan DC adalah 70 Volt.
4. Mengukur frekuensi AC dalam praktikum ini dilakukan dengan menyetel alat
osiloskop terlebih dahulu sesuai dengan penuntun, lalu setelah selesai tekan
tombol “TRIGGER LEVEL” untuk menampilkan datanya.
5. Pengukuran grafil Lissajous dapat dilakukan apabila ada dua gelombang sinus
yang dimasukkan secara bersamaan ke pelat-pelat defleksi horizontal dan
vertikal CRO. Kurva Lissajous ada berbentuk garis lurus, elips, maupun
lingkaran tergantung pada fase dan amplitudo kedua gelombang tersebut.
XII. Daftar pustaka
Isa, A.R.M., 2007, Asas Instrumentasi dan Pengukuran Fizik, University
Teknologi Malaysia, Malaysia.
Rustamaji, Kania, S., dan Nur, W.H., 2018, Prototipe Hydrophone untuk
Komunikasi Bawah Air, Elkomika, No 1, Vol 6, Hal: 53.
Sunanda, W., dan Rika, F.G., 2009, Watak Harmonik pada Invrter
Berbeban, Jurnal Teknika, No 2, VOL 1, Hal: 7.
Tiller, B., Andrew, R., Botong, Z., Jose, G., Roger, dan G.m Joseph, C.,
Piezoelektric Microphone Via a Digital Light Processing 3D
Printing Process, Materials and Design, ISSN: 0264-1275.
Yohandri dan Asrizal, 2016, Elektronika Dasar, Kencana, Jakarta.
Young, H.D., dan Roger, A. F., 2001, Fisika Universitas, Ed.10, PT.
Gelora Aksara Pratama, Bandung.
PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
PERCOBAAN DENGAN MENGGUNAKAN GALVANOMETER
V. Prosedur Kerja
A. Multimeter Analog
1. Observasi dan kalibrasilah Multimeter Analog
2. Multimeter analog sebagai Ohmmeter
a. Siapkan dua buah resistor kemudian ukur tahanan dari masing-masing
resistor tersebut yaitu R1 dan R2.
b. Hubungkan kedua resistor secara seri kemudian ukur tahanan pada
rangkaian seri tersebut (R seri).
c. Hubungkan kedua resistor secara parallel kemudian ukur tahanan pada
rangkaian parallel tersebut (R parallel).
d. Masukan semua nilai yang telah didapat ke dalam Tabel 1.1
3. Multimeter analog sebagai Voltmeter AC (ACV)
a. Rangkailah komponen seperti gambar dibawah ini
b. Hubungkan power supply dengan stop kontak kemudian nyalakan.
c. Hubungkan kabel Multimeter Analog pada kedua sisi resitor.
d. Ukur voltase dengan memvariasikan tegangan pada power suply
yaitu 2V, 4V, 6V, 8V, 10V, dan 12V.
e. Catat hasil pengukuran pada tabel 1.2
4. Multimeter Analog sebagai Voltmeter DC (DCV)
a. Rangkai komponen seperti pada gambar
b. Hubungkan power supply dengan stop kontak kemudian nyalakan.
c. Hubungkan kabel Multimeter Analog pada kedua sisi resistor
d. Ukur voltase dengan memvariasikan tegangan pada power suply
yaitu 2V, 4V,6V, 8V, 10V, dan 12V.
e. Catat hasil pengukuran pada tabel 1.3
5. Multimeter Analog sebagai Amperemeter DC (DC mA)
a. Rangkailah komponen elektronika seperti pada gambar dibawah ini:
b. Ukur kuat arus pada rangkaian menggunakan Multimeter Analog
c. Kemudian tambah satu buah baterai lagi yang dihubungkan secara
seri kemudian ukur arus yang mengalir pada rangkaian tersebut.
d. Catat hasil pada tabel 1.4
B. Multimeter Digital
1. Observasi dan kalibrasilah Multimeter Digital
2. Lakukan memindah-mindahkan kabel dan menekan tombl-tombol sesuai
dengan teori dasar sebelum anda melakukan pengukuran langsung.
3. Pengukuran hambatan dengan multimeter digital:
a. Siapkan dua buah resistor kemudian ukur tahanan dari masing-masing
resistor tersebut yaitu R1 dan R2.
b. Hubungkan kedua resistor secara seri kemudian ukur tahanan pada
rangkaia seri tersebut (R seri).
c. Hubungkan kedua resistor secara parallel kemudian ukur tahanan pada
rangkaian parallel tersebut (R parallel).
d. Masukan semua nilai yang telah didapat ke dalamTabel 2.1
4. Pengukuran Tegangan DC dengan Multimeter Digital
a. Rangkai komponen seperti gambar dibawah ini
b. Hubungkan power supply dengan stop kontak kemudian nyalakan.
c. Hubungkan kabel Multimeter pada kedua sisi resistor
d. Ukur voltase dengan memvariasikan tegangan pada power suply yaitu
2V, 4V, 6V, 8V, 10V, dan 12V.
e. Catat hasil pengukuran pada tabel 2.2
5. Pengukuran tegangan AC dengan multimeter digital:
a. Rangkai komponen seperti gambar dibawah ini
b. Hubungkan power supply dengan stop kontak kemudian nyalakan.
c. Hubungkan kabel Multimeter pada kedua sisi resistor
d. Ukur voltase dengan memvariasikan tegangan pada power suply yaitu 2V,
4V, 6V, 8V, 10V, dan 12V.
e. Catat hasil pengukuran pada tabel 2.3
6. Pengukuran kuat arus DC dengan multimeter digital:
a. Rangkailah komponen elektronika seperti pada gambar dibawah ini
dengan hambatan R1 dan tegangan 1,5 Volt.
b. Ukur kuat arus pada rangkaian tersebut.
c. Ganti hambatan R1 dengan R2 dan ukur kuat arus pada rangkaian
tersebut.
d. Naikan tegangan menjadi 3 Volt dengan hambatan R1 setelah itu ukur
kuat arus pada rangkaian tersebut.
e. Pada point d ganti R1 menjadi R2 kemudian ukur kuat arus pada
rangkaian.
f. Catat hasil pengukuran pada tabel 2.4
7. Pengukuran kuat arus AC dengan multimeter digital:
a. Rangkai komponen elektronika seperti pada gambar
b. Ukur tahanan bola lampu 100 watt dengan multimeter digital
c. Ukur tegangan input dengan multimeter digital
d. Ukur kuat arus pada rangkaian tersebut.
e. Lakukan prosedur a sampai d dengan memvariasikan nilai daya pada bola
lampu.
f. Catat hasil percobaan pada tabel 2.5
8. Pengukuran hfe transistor dengan multimeter digital
a. Semua tombol samping kiri tidak ditekan, bebaskan kemudian tekan
tombol samping kiri nomor dua dari atas warna abu-abu untuk hfe.
b. Masukan kaki transistor pada lubang pengukuran hfe PNP dan NPN
sesuai dengan transistor yang akan diukur, kemudian cocokan kaki-
kaki transistor tersebut dengan lubang yang sudah tersedia, kolektor,
basis, emitor.
c. Hidupkan power suply ke posisi on
d. Ukur hfe transistor NPN dan PNP.
V. Analaisis Data
VI. Hasil
VII. Pembahasan
VIII. Pertanyaan
A. Multimeter Analog
1. Dalam menyiman multimeter analog gagang saklar pengatur jangkauan
ukur, sebaiknya diletakkan pada skala mana ? kenapa demikian ?
Jawaban:
Dalam menyimpan multimeter analog gagang saklar pengatur
jangkauan ukur, sebaiknya skala diletakkan pada skala nol sehingga tidak
merubah kalibrasi dan merusak komponen multimeter analog. Bila tidak
pada skala nol dan multimeter analog terkena dengan multitester
bertegangan tinggi maka dapat merusak alat akibat tegangan moluktif.
2. Dapatkah multimeter analog dipergunakan untuk mengukur kuat arus
PLN?
Jawaban:
Dapat, tetapi saklar pemilih harus diganti lebih besar dari 220 volt
yaitu 250 volt sehingga multimeter analognya aman dari kerusakan.
3. Carilah harga tahanan R dari kuat arus yang sudah saudara ukur dengan
Multimeter analog dan beda potensial titik a dan titik b yang sudah saudara
ukur dengan DCV. Carilah untuk 1 buah baterai dan 2 buah baterai.
Jawaban:
Pada pratikum ini kami tidak melakukan pengukuran
menggunakan baterai dan kami juga tidak mengukur kuat arus sehingga
harga tahanan (R) dari kua arus yang diukur tidak dapat dicari
B. Multimeter digital
1. Kenapa semakin besar batas ukur yang dipakai semakin besar pula tingkat
kesalahannya ?
Jawaban;
Karena pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran yang
berbasis nilai yang kecil dan alat ini tidak dapat digunakan untuk
hambatan yang besar. Karena itulah persentase kesalahannya juga semakin
besar.
2. Kapan saat engukur tegangan AC angka multimeter diganti pada display
nya tidak mau diam ?
Jawaban:
Hal itu terjadi saat kuat arus atau tegangan yang diukur melebihi
batas ukur yang ada di multimeter digital.
4. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran
13.1Lampiran Gambar
13.2Lampiran Hitung
PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
PENGUKURAN MENGGUNAKAN SOUND LEVEL METER
XI. Kesimpulan
XII. Daftar Pustaka
XIII. Lampiran
13.1 Lampiran Gambar
13.2 Lampiran Hitung
PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
THERMOCOUPLE