Anda di halaman 1dari 42

MODUL 01

OSILOSKOP
Osiloskop merupakan alat yang dapat mengukur tegangan listrik yang tetap atau juga yang
berubah terhadap waktu. Kita dapat mengamati sinyal listrik.dengan menggunakan osiloskop.
I.

Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.

Memperoleh pengetahuan praktis tentang bagaimana menggunakan osiloskop.

2.

Mengukur tegangan DC (yang tidak berubah terhadap waktu) dan tegangan AC


(yang berubah terhadap waktu, gelombang sinus, gergaji dan kotak).

II.

Alat dan Bahan


A. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.

Osiloskop

1 buah

2.

Function Generator

1 buah

3.

Multimeter analog

1 buah

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

III.

1.

Kabel banana-aligator 30 cm (merah)

1 buah

2.

Kabel banana-aligator 30 cm (kuning)

1 buah

3.

Kabel banana-banana 30 cm (merah)

2 buah

4.

Baterai 1,5 Volt

2 buah

5.

Baterai holder

2 buah

6.

Passive Probe 100 MHz

1 buah

7.

Probe Generator Fungsi

1 buah

8.

Kabel multimeter

1 set

Teori
Osiloskop merupakan salah satu alat ukur listrik yang penting disamping alat ukur lainnya.
Tidak seperti multimeter yang hanya memberikan pembacaan suatu tegangan. Osciloskop
juga memberikan grafik perubahan tegangan dalam suatu periode waktu atau bentuk sinyal
tegangan. Ada dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital. Osiloskop
analog menggunakan tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube (CRT)) yang sepenuhnya
bekerja berdasarkan prinsip-prinsip listrik analog. Sedangkan osiloskop digital bekerja
berdasarkan prinsip digital. Gambar 1.1a menunjukkan salah satu bentuk osiloskop analog
dan gambar 1.1b sketsa prinsip kerja CRT.

Modul 01. Osiloskop

(a)

(b)
Gambar 1.1 (a)Sebuah Osiloskop Analog, (b) Sketsa prinsip kerja CRT.
Panel Depan Osiloskop
Bagian-bagian pada panel depan osiloskop diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Modul 01. Osiloskop

Gambar 1.2. Panel kontrol depan pada sebuah osiloskop.

Modul 01. Osiloskop

KETERANGAN:
CRT
POWER...............................................................(6)
LED .....................................................................(5)
INTEN.................................................................(2)
FOCUS................................................................(3)
TRACE ROTATION.........................................(4)
FILTER ...............................................................(33)
Vertical Axis :
CH1 (X) input.....................................................(8)
CH2 (Y) input.....................................................(20)
AC-GND-DC......................................................(10)(18)
VOLTS/DIV.......................................................(7)(22)
VARIABLE (CAL).............................................(9)(21)
CH1 dan CH2 DC BAL. ...................................(13)(17)
POSITION.................................................(11)(19)
VERT MODE ....................................................(14)
Triggering:
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input..........(24)
SOURCE.............................................................(23)
SLOPE.................................................................(26)
LEVEL.................................................................(28)
TRIGGER MODE ............................................(25)
TIME BASE
TIME /DIV.........................................................(29)
SWP.VAR............................................................(30)
POSITION.................................................(32)
X 10 MAG...........................................................(31)
Others
CAL.....................................................................(1)
GND....................................................................(15)

Modul 01. Osiloskop

Teknik Mengukur Tegangan AC dan DC


(i)

Tegangan Alternating Current (AC)


Tegangan "puncak ke puncak" (peak to peak) Vpp dapat diukur dengan mengukur
ketinggian sinyal seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.3, sebuah contoh tampilan layar
panel depan osiloskop.

Gambar 1.3. Contoh gambar sinyal AC


Untuk sinyal sinus, hubungan antara tegangan peak to peak (pp) dan root-mean-square
(rms) adalah
Vpp = 22 V rms

1.1.

Tegangan Direct Current (DC)


Untuk mengukur tegangan DC, kita terlebih dahulu memposisikan jejak atau trace
pada posisi nol ketika tidak ada sinyal input. Kita memposisikan jejak tepat ditengah skala
menggunakan kontrol posisi Y (acuan nol Volt). Kemudian, setelah tegangan DC terhubung,
jejak akan berpindah sesuai dengan nilai tegangan inputnya. Tegangan DC diukur dengan
melihat dfleksi vertikal. /arah y dari garis tengah. Tegangan DC yang diukur adalah nilai
divisi yang dikalikan dengan pengaturan skala Volts / div.
IV.

Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi Penguat X dan Y Osiloskop
Langkah-langkah untuk mengecek kalibrasi penguat X dan Y osiloskop adalah

Modul 01. Osiloskop

1.
2.
3.
4.

Hubungkan power cord osiloskop ke stop kontak jala-jala listrik 220V.


Hidupkan osiloskop dengan menekan tombol power.
Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
Hubungkan 2 Vp-p (peak to peak) sinyal gelombang kotak (pin 1) ke CH1 (X) input

5.
6.
7.
8.
9.
10.

(8) menggunakan passive probe.


Putar variabel volts/div CAL (9) secara penuh searah jarum jam.
Putar sweep variabel (30) secara penuh searah jarum jam.
Atur variabel volts/div (7) ke posisi 2 V/div. Defleksi sinar menjadi 1 cm (1 div).
Atur variabel volts/div (7) ke posisi 1 V/div. Defleksi sinar menjadi 2 cm (2 div).
Gambarkan/Foto berkas sinar yang anda lihat di layar.
Ulangi langkah (1 s.d. 6) dengan menghubungkan sinyal gelombang kotak (pin 1) ke
CH2 (Y) input (20).

B. Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)


Dalam percobaan ini kita akan mengukur tegangan dari perangkat batere. Batere yang
diukur terdiri atas batere tunggal, dua batere berhubungan seri dan dua batere
berhubungan paralel.
Langkah percobaan:
1.
2.
3.
4.

Pasang passive probe pada CH1 (X) input.


Atur tombol AC-GND-DC ke posisi DC.
Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala

horizontal.
5. Ukurlah batere yang sudah disiapkan, dengan menempatkan ujung positif passive
probe di kutub positif dan ground passive probe di kutub negatif batere.
6. Catat nilai dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada layar
osiloskop.
7. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
8. Ulangi langkah 5 7 dengan membalik kutub-kutub batere, yaitu ujung positif
passive probe di kutub negatif batere dan ground di kutub positif batere.
9. Ulangi langkah 5 8 untuk hubungan seri dan paralel dari batere.
Catatan: Jika berkas sinar hilang dari layar maka ubahlah tombol Volts/div ke posisi
1 V/div.
C. Mengukur Tegangan Arus Bolak Balik (AC)
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran tegangan AC yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
frekuensi sebesar 1 KHz.
4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
Modul 01. Osiloskop

6.
7.
8.
9.

Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.


Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala

horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala vertikal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada
layar osiloskop.
12. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
13. Ulangi langkah di atas untuk nilai amplitude yang berbeda.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar melebihi skala vertikal, ubahlah posisi
Volts/div ke skala yang lebih besar, Misalnya 1 V/div.
D. Mengukur Frekuensi
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran frekuensi yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
4.
5.
6.
7.
8.
9.

frekuensi sebesar 1 KHz.


Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.
Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala

horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala horizontal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati
pada layar osiloskop.
12. Ulangi langkah di atas untuk nilai frekuensi yang lebih tinggi.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar terlalu rapat, ubahlah posisi Time/div ke posisi
yang lebih kecil.
V.

Pertanyaan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum:


1. Dalam kertas millimeter, gambarkanlah sketsa sebuah gelombang sinus pada suatu
posisi tertentu, yang mempunyai amplitudo 2 cm dan perioda 0,02 sekon (ambillah
sumbu X sebagai sumbu waktu, dan buatlah skalanya 3 cm = 0,01 sekon)
2. Apakah perbedaan antara antara tegangan puncak ke puncak dengan tegangan rms
pada tegangan AC (arus bolak balik)?
VI.

Tugas Akhir

Modul 01. Osiloskop

1. Bandingkan hasil pengamatan anda dengan perhitungan teori.


2. Gambarkan bentuk gelombang yang anda amati. Bagaimanakah hubungan antara
pengukuran dengan menggunakan osiloskop dan dengan multimeter?
3. Gambarkan bentuk gelombang untuk beberapa frekuensi yang telah anda amati
VII. Daftar Pustaka
Nishino, Sapiie. 2005. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Department Of Physics, 1995. Laboratory Manual. Australia: University of Wollongong

Modul 01. Osiloskop

MODUL 02
RANGKAIAN LISTRIK SEARAH (DC)
Voltmeter dan amperemeter merupakan alat-alat ukur listrik untuk mengukur tegangan listrik
dan arus listrik.
I.

Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:

II.

1.

Memahami penggunaan voltmeter dan amperemeter.

2.

Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor seri.

3.

Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor paralel.


Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Amperemeter

(2 buah)

2. Voltmeter

(1 buah)

3. Power Supply

(1 buah)

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

III.

1. Kabel Banana Banana 50 cm (Merah)

(3 buah)

2. Kabel Banana Banana 50 cm (Hitam)

(3 buah)

3. Papan Rangkaian

(1 buah)

4. Resistor 100 , 470, 1K

(1 buah)

5. Jumper set

(1 set)

Teori
A. Amperemeter
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut ammeter (amperemeter). Arus listrik
pada suatu rangkaian listrik harus melalui

ammeter secara langsung sehingga

ammeternya harus dihubungkan secara seri dengan elemen-elemen lainnya pada


rangkaian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Saat menggunakan ammeter
untuk mengukur arus searah, Anda harus menghubungkannya sehingga arus mengalir
memasuki alat ukur ini di kutub positif dan keluar dari kutub negatif.

Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

Gambar 2.1.Pemasangan ammeter untuk mengukur arus searah di dalam rangkaian


Idealnya, ammeter harus memiliki hambatan nol sehingga arus yang sedang diukur
tidak berubah ketika ammeter terhubung. Dalam rangkaian yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1, idealnya hambatan dari ammeter harus jauh lebih kecil dari R1 dan R2
sehingga arus tidak terpengaruh oleh ammeter. Tetapi setiap ammeter selalu memiliki
suatu hambatan dalam, sehingga kehadiran ammeter dalam rangkaian sedikit
mengurangi nilai arusnya daripada nilai sebenarnya yang diperoleh seandainya
pengukurannya dilakukan oleh ammeter yang ideal.
Pembacaan skala alat ukur arus, amperemeter, dapat dihitung dengan persamaan:

I=

Angka yang ditunjuk


x Batas Ukur Amperemete r
skala maksimum

B. Voltmeter
Alat untuk mengukur beda potensial disebut voltmeter. Beda potensial di antara dua
titik sembarang dalam sebuah rangkaian dapat diukur dengan memasangkan kutubkutub voltmeter di antara titik-titik tersebut tanpa memutuskan rangkaian, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Beda potensial pada resistor R 2 diukur dengan
menghubungkan voltmeter secara paralel dengan R 2. Sangat penting untuk diperhatikan
polaritas voltmeternya. Kutub positif voltmeter harus dihubungkan dengan ujung
resistor yang memiliki potensial lebih tinggi dan kutub negatifnya ke ujung resistor yang
potensialnya lebih rendah.

Gambar 2.2.Pemasangan voltmeter untuk mengukur beda potensial dalam ssbuah rangkaian
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

10

Voltmeter ideal memiliki hambatan tak terhingga sehingga tidak terdapat arus di
dalamnya. Pada Gambar 2.2, kondisi ini mengharuskan voltmeternya memiliki
hambatan yang jauh lebih besar dari R2. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, kita harus
mengoreksi nilainya sebagai kompensasi dari hambatan di dalam voltmeter.
Pembacaan skala alat ukur voltmeter dapat dihitung dengan persamaan:

V=

Angka yang ditunjuk


x Batas Ukur Voltmeter
skala maksimum

C. Rangkaian Resistor Seri


Rangkaian seri merupakan rangkaian yang disusun pada satu jalur rangkaian listrik.
Rangkaian ini tidak memiliki percabangan seperti Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Resistor-resistor yang dirangkai secara seri


Dari Gambar 2.3, nampak bahwa tegangan yang diukur berbeda pada setiap
hambatannya. Artinya jika besar hambatannya berbeda pada setiap hambatan maka
tegangannya pun ikut berbeda. Namun Arus pada rangkaian ini sama pada masingmasing setiap hambatan dikarenakan tidak memiliki percabangan aliran listrik. Maka
secara sistematis diperoleh :
I1=I2=I3=I
dan
Vab = V1 + V2 + V3
Menggunakan hokum ohm, V=IR, didapatkan hubungan hambatan ekuivalen yaitu
Rseri = R1 + R2 + R3 + + Rn

(2.1)

D. Rangkaian Resistor Paralel


Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang disusun secara sejajar dan
memiliki percabangan seperti pada Gambar 2.4.

Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

11

Gambar 2.4. Resistor disusun parallel


Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa arus pada rangkaian paralel berbeda pada tiap
hambatan. Prinsip Khirchof yang menyatakan bahwa jumlah arus listrik yang masuk
pada suatu titik percabangan akan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik
percabangan. Namun tegangan atau beda potensial (a-b) pada rangkaian ini sama.
Untuk rangkaian parallel diperoleh:
V1=V2=V3=V
dan
I = I1 + I2 + I3
Menggunakan I = V/R, sehingga didapatkan

1
R paralel

IV.

1
1
1
1

...
R1 R2 R3
Rn

(2)

Prosedur Percobaan
Catatan Penting: Perhatikanlah selalu posisi alat ukur di dalam rangkaian. Kesalahan
dalam menempatkan alat ukur akan mengakibatkan kerusakan pada alat ukur
tersebut atau alat ukur tidak bisa berfungsi. Perhatikan batas ukur alat yang dipilih
jangan sampai kurang dari nilai besaran yang akan diukur. Pilihlah batas ukur yang
paling besar terdahulu.
1.

Rangkaian Seri Resistor

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
resistor seri yaitu:
1.

Menyusun rangkaian seri seperti Gambar 2.5.

Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

12

Gambar 2.5. Rangkaian Resistor Seri


2.

Mencatat nilai resistor R1, R2, dan R3 yang digunakan.

3.

Mengatur tegangan sumber menjadi 6 volt

4.

Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (arus total)

5.

Mengukur tegangan pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3

6.

Mengulangi langkah 3 - 5 untuk tegangan 9V dan 12V.

2.

Rangkaian Paralel Resistor

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
resistor paralel yaitu:
1.

Menyusun rangkaian paralel seperti Gambar 2.6

Gambar 2.6. Rangkaian Resistor Paralel

3.

2.

Mencatat nilai resistor R1, R2, dan R3 yang digunakan.

3.

Mengatur tegangan sumber menjadi 6 volt

4.

Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (arus total)

5.

Mengukur tegangan pada ujung-ujung resistor (V)

6.

Mengukur arus pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3

7.

Mengulangi langkah 3 - 5 untuk tegangan 9V, dan 12V.


Rangkaian Resistor Seri dan Paralel

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
seri dan paralel yaitu:
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

13

1.

Menyusun rangkaian seperti Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Rangkaian Resistor dihubungkan secara Seri dan Paralel

V.

2.

Mencatat nilai resistor yang digunakan

3.

Mengatur tegangan sumber sebesar 6 volt

4.

Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (Arus Total)

5.

Mengukur tegangan pada titik (ab) dan (bc)

6.

Mengukur arus pada setiap Resistor R1 dan R2

7.

Mengulangi langkah 3 - 6 untuk tegangan 9V, dan 12V.

Pertanyaan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum.


1.

Bagaimana cara memasang dan menggunakan amperemeter dan


voltmeter pada komponen yang ada dalam rangkaian listrik? Jelaskandan buat gambar
rangkaiannya!

2.

Berdasarkan jawaban anda pada nomor 1, maka bagaimanakah


hambatan dalam dari amperemeter dan voltmeter tersebut?

3.

Jelaskan cara menaikkan batas ukur ampermeter dan voltmeter,


tuliskan rumus beserta gambar rangkaiannya?

4.

Apakah rangkaian seri atau paralel yang digunakan untuk


instalasi listrik dalam rumah anda?, jelaskan kenapa harus demikian?

VI.

Tugas Akhir
1.

Hitunglah besar masing-masing hambatan dan juga hambatan


pengganti dengan menggunakan hukum Ohm.

2.

Hitunglah besar arus pada rangkaian gambar 2.5, 2.5, dan 2.7
dengan persamaan yang ada. Bandingkan hasilnya dengan pengamatan !.

3.

Buatlah grafik hubungan antara tegangan dan arus berdasarkan


percobaan anda!

Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

14

4.

Tuliskan kesimpulan dan analisa dari percobaan yang anda


lakukan !

VII. Daftar Pustaka


Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.
Nishino, Sapiie. 2005. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.

Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)

15

MODUL 03
KAPASITAS KAPASITOR
Kapasitor sangat lazim digunakan dalam berbagai rangkaian listrik. Sebagai contoh kapasitor
digunakan untuk mengubah frekuensi penerima sinyal radio, sebagai penstabil dalam catu
daya, menghilangkan percikan api dalam system pengapian mobil, dan sebagai perangkat
penyimpanan energi dalam peralatan lampu flash elektronik. Pada praktikum ini kapasitansi
kapasitor diukur dengan metode perbandingan dengan bantuan pembagian tegangan kapasitif.
I.

Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.

Mengukur kapasitansi kapasitor dengan metode perbandingan dengan bantuan


pembagian tegangan kapasitif.

2.
II.

Mengukur kapasitansi kapasitor plat sejajar.


Alat dan Bahan

A. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.

Penguat electrometer (1 bh)

2.

Power Supply 450V (1bh)

3.

Volmeter 3V (max 100V) (1bh)

4.

Kapasitansimeter (1 bh)

B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

III.

1.

Batang penghubung (1 bh)

2.

Plat besi (29 cm)

3.

Adapter 4 mm (1 bh)

4.

Spacer (5bh)

5.

Kabel merah 10 cm (1)

6.

kabel biru 10 cm (1)

7.

kabel merah 25 cm (1)

8.

Kabel biru 25 cm (1)

9.

kabel hitam 50 cm (1)

10.

Kabel biru 50 cm (1)

11.

Kabel hitam 1 m (1)

12.

Kapasitor (3 bh)

Teori
A. Kapasitans Kapasitor
Sebuah kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh suatu isolator (atau
disebut dielektrik). Kapasitans dari kapasitor bergantung pada geometri konduktor dan

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

16

pada bahan insulatornya. Kapasitans (C) dari kapasitor didefinisikan sebagai


perbandingan besar muatan di salah satu konduktor dengan besarnya beda potensial di
antara kedua konduktor (Serway dan Jewett, 2010: 311):

Q
V

(3.1)

dengan C adalah kapasitansi kapasitor (dalam farad), Q adalah muatan konduktor


(dalam coulomb), dan V adalah beda potensial pada kedua konduktor (dalam volt).
Beda potensial meningkat secara linier dengan muatan yang tersimpan dan
perbandingan Q/V bernilai konstan untuk suatu kapasitor. Karena ada pemisahahan
muatan, kapasitor dapat menyimpan energy listrik yang besarnya

Q2 1
C (V ) 2
2C 2

(3.2).

Oleh karena itu, nilai kapasitansi juga digunakan sebagai ukuran kemampuan kapasitor
untuk menyimpan energy.
B. Kapasitor Keping Sejajar
Dua keping logam yang sejajar dengan luas permukaan , A, yang sama terpisah sejauh
d, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Ketika kapasitor diisi dengan cara
menghubungkan kedua keping ini ke kutub-kutub baterai, kedua keping akan
memperoleh muatan yang sama besarnya. Salah satu keping bermuatan positif, yang
lain bermuatan negatif.

Gambar 3.1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang terhubung dengan baterai.
Besar medan listrik di antara keping sejajar adalah:

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

17

0 0 A

(3.3)
Oleh karena medan di antara kedua keping ini terdistribusi merata, besar beda potensial
antara kedua keping adalah

V Ed

Qd
0

(3.4)

Dengan menggunakan persamaan 3.1, kapasitans keping sejajar adalah

0 A
d

(3.5)
Kapasitans kapasitor keping sejajar sebanding dengan luas permukaan keping dan
berbanding terbalik dengan jarak pemisah antara kedua kepingnya.
C. Kombinasi Kapasitor
Kombinasi Paralel
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.2a dikenal dengan kapasitor
dihubungkan secara parallel. Gambar 3.2(a) menunjukkan diagram rangkaian untuk
kombinasi kapasitor ini.

Gambar 3.2 (a) Kombinasi paralel dua kapasitor di dalam rangkaian listrik dengan beda
potensial yang berasal dari kedua kutub baterai V. (b) Diagram rangkaian untuk
kombinasi parallel. (c) Kapasitans ekuivalennya adalah Cekuivalen =C1+ C2.
Modul 03. Kapasitas Kapasitor

18

Jika muatan maksimum di kedua kapasitor adalah Q1 dan Q2, maka muatan total Q yang
tersimpan oleh kedua kapasitor adalah
Q = Q1 + Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya sama, muatan yang dibawanya adalah
Q1 = C1V
Q2 = C2V
Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti gambar 3.2c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,
Q = CekuivalenV
Dengan menyubstitusikan hubungan ketiganya di dalam muatan ke dalam Persamaan
3.5, kita peroleh
CekuivalenV = C1V + C2V
Cekuivalen =C1+ C2 (kombinasi paralel)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi
Cekuivalen =C1+ C2 + C3 + . (kombinasi paralel)

(3.7)

Kombinasi Seri
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.3a dan diagram rangkaian
ekuivalennya di gambar 3.3b dikenal sebagai kombinasi seri.

Gambar 3.3 (a) Kombinasi seri dua kapasitor. (b) Diagram rangkaian untuk kombinasi
seri. (c) Kapasitans ekuivalen
Muatan kapasitor yang terhubung seri adalah sama
Q = Q1= Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya Vsama di baterai terbagi oleh kedua
kapasitor
V = V1 + V2

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

(3.7)

19

Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti Gambar 3.3c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,

Q
Cekuivalen

Beda potensial masing-masing kapasitor adalah

Q
C2

C1

V1 =
V2 =
Dengan menyubtitusikan rumus ini ke dalam persamaan (3.7) kita peroleh

Q
Cekuivalen
1
Cekuivalen

Q Q

C1 C2

1
1

C1 C2

(Kombinasi seri)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi

1
Cekuivalen

1
1
1

...
C1 C2 C3

(kombinasi seri)

(3.8)

D. Menentukan Kapasitansi Kapasitor dengan Metode Perbandingan


Sebuah kapasitor yang nilai kapasitansinya sudah diketahui, C 1, dihubungkan secara
seri dengan sebuah kapasitor yang ingin diukur, C 2. Sesuai dengan pambahasan pada
rangkaian seri, keduanya membawa muatan yang sama dan Q = CV, sehingga
diperoleh hubungan tegangan pada kapasitor dengan nilai kapasitansinya melalui
C2V2 = C1 V1= C1 (V0 V2)
Atau nilai kapasistansi yang ingin diketahui adalah

C2

V0 V2
C1
V2

(3.9)
Dengan V0 adalah beda potensial pada rangkaian seri, dan V 1 adalah beda potensial
pada kapasitor C1, dan V2 adalah beda potensial pada kapasitor C2.
IV.

Prosedur Percobaan
A. Percobaan 1. Kapasitas Kapasitor
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai kapasistansi sebuah kapasitor
adalah
1.

Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4 (Tegangan 3V dan 12V dapat
diambilkan dari power supply 450V).

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

20

Gambar 3.4. Rangkaian percobaan 1


2.

Memasang Kapasitor 1 nF (C1) sesuai Gambar 3.4.

3.

Mengukur tegangan dengan cara sebagai berikut: Masukkan plug c ke dalam


soket a. Mencatatlah tegangan pada voltmeter (V0)

4.

Memasang Kapasitor C2

5.

Memasukkan plug c ke dalam soket b.Catatlah tegangan pada Voltmeter (V1)

6.

Mengulangi langkah percobaan d atas, tetapi dengan harga kapasitor yang


berbeda C1 = 10 nF dan C2 = 1 nF, dan catatlah tegangan V1. Gantilah C2 dengan
kapasitor yang lain (C = 100 nF)

B. Percobaan 2. Kapasitas kapasitor lempeng.


Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai kapasistansi sebuah kapasitor
plat sejajar adalah
1.

Menempatkan sekat-sekat 1 mm pada pojok-pojok lempeng, tempatkan


pasangan lempeng pada tepi meja dan kemudian hubungkan kabel pada lempeng atas,
panjang 10 cm dan hubungkan melalui adapter 4 mm.

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

21

Gambar 3.2. rangkaian percobaan 2


a.

Mengukur tegangan V0 seperti pada percobaan 1, kemudian kosongkan


kapasitor lempeng dan kapasitor 1 nF dengan menghubung-singkatkan dengan
batang penghubung, kemudian masukkan kapasitor 1 nF pada posisi yang sudah
ditandai. Catatlah tegangan V1.

V.

Pertanyaan

Kerjakan soal-soal berikut ini sebelum anda praktikum:


Dua pelat logam persegi dengan panjang sisil = 29 cm terpisah

1.

dengan jarak d = 1 mm. Tentukan nilai kapasitansi kapasitor.


2.

Buktikan persamaan (3.9)?

3.

Berapa tegangan V1 yang terukur jika dipilih C1 berikut dengan V0


= 3V dan C2 = 1 nF?
a. C1 = 2,2 nF
b. C1 = 4,7 nF

VI.

Tugas Akhir
Tentukan nilai kapasitor yang tidak diketahui dan bandingkanlah

1.

dengan nilai sebenarnya


Tentukan hubungan antara muatan dengan pasangan kapasitor

2.

dalam percobaan tersebut?


Berikan kesimpulan anda!

3.
VII. Daftar Pustaka

Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.
Modul 03. Kapasitas Kapasitor

22

Brausers. 1990. Electrostatics 2 Charge and Fields, Students work sheets. Germany.

Modul 03. Kapasitas Kapasitor

23

MODUL 04
RANGKAIAN RLC
Rangkaian bolak balik (AC) merupakan rangkaian yang dialiri arus bolak balik. Pada
prinsipnya, komponen yang dipasang pada rangkaian bolak balik dapat diganti dengan
rangkaian yang mengandung resistor, induktor, dan kapasitor (RLC).
Sebelum melakukan praktikum ini anda sebaiknya membaca Modul 02 mengenai
penggunaan ammeter dan voltmeter.
I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami rangkaian AC dengan resistor, inductor dan kapasitor.
2. Mengukur hambatan (R), impedansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XC).
3. Mengukur impedansi total (Z) untuk rangkaian RLC seri.
II. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum rangkaian RLC ini yaitu:
1. Multimeter analog (2 buah)
2. Kapasitor set (1 buah)
3. Resistor set (1 buah)
4. Air Cored Inductor (3 buah)
5. Function Generator (1 buah)
III. Teori
Sebuah rangkaian terhubung seri yang terdiri dari resistor, induktor dan kapasitor seperti
gambar berikut:

Gambar 4.1. Rangkaian RLC terhubung seri


Dari rangkaian pada Gambar 4.1 diperoleh tegangan berubah secara sinusoidal terhadap
waktu (Serway :654).

v Vmaks sin t
Modul 04. Karakteristik Rangkaian RLC

(4.1)
24

Dan arus berubah

i I maks sin( t )

(4.2)

Dengan:

= sudut fasa
Untuk memperoleh jumlah tegangan sesaat yang melewati tiga elemen dapat menggunakan
pendekatan diagram phasor :

Gambar 4.2 Diagram phasor rangkaian RLC (Serway : 655).

V R , V L , dan V C

merupakan nilai tegangan maksimum yang melewati

elemen resistor, induktor dan kapasitor.

V R=I maks R V L =I maks X L V C =I maks X C


X L L
reaktansi induktif

XC
reaktansi kapasitif

(4.3)

VLmaks
I maks

(4.4)

1
V
Cmaks
C I maks

(4.5)

Berdasarkan gambar 4.2 dengan dalil Phytagoras maka (Mikkrajuddin :334)

V maks = (I maks R)2+( I maks X L I maks X c )2=I maks R2 +( X L X C )2

(4.6)

dari persamaan (4.2) diperoleh:

Vmaks
i=

R2 X L X C

sin t
(4.7)

arctan
beda sudut fase

impedansi rangkaian :

Z R2 X L X C

IV. Prosedur Percobaan


A.
Menentukan Z, XL, XC, dan R
Modul 04. Karakteristik Rangkaian RLC

XL XC
R

25

(4.8)
2

(4.9)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan Z, XL, XC, dan R yaitu


1. Menyusun rangkaian seperti Gambar 4.1.
2. Mengatur amplitudo gelombang pada nilai tertentu yang tetap, kemudian mengatur
frekuensinya pada generator fungsi sehingga diperoleh arus yang paling besar (I maks).
Mencatat penunjukkan arusnya pada amperemeter.
3. Menentukan R (=VR/I), XC (=VC/I) dan XL (=VL/I).
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk 10 nilai frekuensi.
V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum Anda praktikum.
1.

Jelaskan apa bedanya tegangan DC dengan AC? dan bagaimana cara

mengubah sumber AC menjadi DC atau sebaliknya dari AC menjadi DC?


2.
Jelaskan bagaimana cara menghasilkan arus dan tengangan AC, dan
bagaimana bentuk grafik dari arus dan tegangan AC tersebut?
3.
Jelaskan karakteristik dan fungsi dari : Resistor, Induktor dan Kapasitor ?

4.

Apa yang di maksud dengan : Reaktansi Kapasitif, Reaktansi Induktif,


Impedansi dan Frekuensi Resonansi ?

5.

Apa yang terjadi bila pada percobaan rangkaian RLCharga :XL>XC, XL<XCdan
XL= XC, jelaskan beserta gambar grafik fasornya?

VI. Tugas Akhir


1. Hitunglah R, XL, XC, dan Z dari percobaan di atas. Buat tabel perhitungan pergunakan
2.
3.
4.
5.

satuan SI !.
Buat grafik XLvs f, XCvs f, R vs f dan Z vs f !.
Hitunglah kapasitansi dari kapasitor dengan metode kuadrat terkecil !.
Hitunglah Induktansi dari Induktor dengan metode kuadrat terkecil !.
Berikan analisa dan kesimpulan dari percobaan yang telah anda lakukan !.

VII. Daftar Pustaka


Abdullah, Mikrajuddin. 2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar II. Bandung.
Serway, Jewwet. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.

Modul 04. Karakteristik Rangkaian RLC

26

MODUL 05
JEMBATAN WHEATSTONE
Jembatan wheatstone merupakan salah satu rangkaian elektronika yang digunakan untuk
mengukur hambatan suatu penghantar. Rangkaian ini terdiri dari beberapa hambatan dan catu
daya.
I.

Tujuan

Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :


Mamahami dasar pengukuran nilai hambatan dengan metode arus nol (metode

1.

Jembatan Wheatstone)
Mengukur nilai hambatan suatu penghantar yang tidak diketahui

2.
II.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya :

III.

1.

Bangku jembatan wheatstone (1 buah)

2.

Power Supply (1 buah)

3.

Resistor (2 buah)

4.

Kabel Penghubung banana-banana (3 buah)

5.

Kabel penghubung banana-alligator (3 buah)

6.

Kabel penghubung alligator-aligator (2 buah)

7.

Galvanometer (1 buah)

8.

Bangku Hambatan/Rheostat 50 , 3.3 A (1 buah)

9.

Kawat penghantar (1 buah)

10.

Bread board (1 buah)


Teori
Rangkaian jembatan Wheatstone merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari 4

buah hambatan, sebuah meter nol (galvanometer) yang sensitif dan dihubungkan pada
suatu sumber DC, seperti tampak pada gambar.

Gambar 5.1. rangkaian jembatan wheatstone

Modul 05. Jembatan Wheatstone

27

R1, R2dan R3merupakan hambatan yang sudah diketahui, sedangkan Rx adalah hambatan
yang akan di cari besarnya. Pada keadaan setimbang, galvanometer akan menunjukkan
angka nol. Karena tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer tersebut. Dalam
keadaan ini berlaku hubungan (Halliday :898) :

Rx

R1
R3
R2

(5.1)

Namun pada percobaan ini, jembatan Wheatstone yang kita manfaatkan adalah tampak
seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.2. Rangkaian percobaan


L adalah kawat homogen, sehingga panjang kawat sebanding dengan nilai hambatannya. Rs
adalah hambatan standar yang nilainya dapat kita tentukan dengan mengatur variabel yang
ada. Untuk harga Rs tertentu dan dengan mencatat kedudukan kontak geser K yaitu
panjang l1 dan l2, maka pada saat galvanometer menunjukan harga nol hubungan
persamaan (5.1) menjadi :

Rx

IV.

l1
Rs
l2

(5.2)

Prosedur Percobaan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk hambatan menggunakan metode Wheatstone yaitu
1.

Menyusun rangkaian seperti pada gambar 5.2 dengan Rx1 sebagai

2.
3.

hambatan yang belum diketahui nilainya.


Mengatur bangku hambatan Rs pada posisi maksimum.
Mengatur tegangan catu daya sebesar 2 volt, kemudian catu daya
dihidupkan.

4.

Menggeserkan

kontak

geser

pada

kawat

AC

sampai

galvanometer menunjukkan nilai nol.


5.
Setelah seimbang, mencatat nilai Rs, L1 dan L2 lengkap dengan
ketelitiannya.
6.
7.
8.

Modul 05. Jembatan Wheatstone

Mematikan catu daya.


Melepaskan kawat kontak geser pada kawat.
Mengulangi langkah 3 s/d 7 sebanyak 5 kali!

28

9.

Mengganti hambatan Rx1 dengan hambatan Rx2 dan ulangi

langkah 3 s/d 8 di atas.


10.
Mengganti hambatan Rx2 dengan rangkaian seri Rx1 dan Rx2 dan
11.

ulangi langkah 3 s/d 8 di atas


Mengganti hambatan seri Rx1 dan Rx2 dengan rangkaian seri Rx1
dan Rx2 dan ulangi langkah 3 s/d 8 di atas

Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum Anda praktikum.
1.
2.
V.

Jelaskan apa kegunaan dari Rangkaian Jembatan Wheatstone


dan bagaimana prinsip bekerjanya jembatan wheatstone tersebut !
Buktikan persamaan (1) dan (2) !
Tugas Akhir

1.
2.
3.

Hitunglah nilai hambatan Rx1 dengan ketelitiannya.


Hitunglah nilai hambatan Rx2 dengan ketelitiannya.
Hitunglah nilai hambatan seri Rx1dan Rx2dengan ketelitiannya dan

bandingkan dengan teori.


4.
Hitunglah nilai hambatan paralel Rx1dan Rx2dengan ketelitiannya
dan bandingkan dengan teori.
5.
VI.

Berikan kesimpulan anda.


Daftar Pustaka
Halliday, Resnick. 1986. Fisika II. Erlangga : Jakarta

Modul 05. Jembatan Wheatstone

29

Modul 06. Lensa

30

MODUL 06
LENSA
Lensa biasanya digunakan untuk membentuk bayangan melalui pembiasan pada alat-alat optik
seperti kamera, teleskop, dan mikroskope. Kita tahu bahwa cahaya yang melewati sebuah lensa
dibiaskan oleh dua permukaan.
I. Tujuan Percobaan
Praktikum lensa ini bertujuan untuk :

1.
2.

Memahami prinsip kerja lensa


Memahami persamaan lensa tipis.

II. Alat dan Bahan


Dalam melakukan percobaan lensa dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang perlu di
sediakan terlebih dahulu. Adapun alat dan bahan yang diperlukan yaitu:

1. Bangku optis. (1 buah)


2.
3.
4.
5.
6.

Sumber cahaya (1 buah)


Power supply (1 buah)
Lensa positif dan negatif (masing-masing 2 buah)
Layar.(1 buah)
Meteran (1 buah)

III. Teori
Sebuah bayangan bisa terjadi melalui proses pembiasan cahaya menggunakan lensa.
A. Lensa Tipis
Ada dua macam lensa tipis yaitu lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen
yang bersifat mengumpulakan sinar dan lensa cekung/lensa negatip/lensa divergen
yang bersifat menyebarkan sina. Bentuk-bentuk lensa tipis dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 6.1. bentuk-bentuk lensa cembung dan lensa cekung


Dalam sistem lensa dikenal sumbu utama optik, pusat optik, titik fokus dan
panjang fokus (f) dan bidang fokus. Suatu lensa tipis mempunyai dua titik fokus yang
berjarak fokus (f) di kiri kanan dari pusat optik.
Hubungan antara jarak benda,bayangan dan fokus lensa tipis memenuhi
persamaan:

1 1 1

s s' f
Modul 06. Lensa

(5.1)
31

dengan :
s = Jarak benda terhadap lensa.
s= Jarak bayangan terhadap lensa
f = jarak lensa.
Jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus :

1
1
1

n 1

f
R
R
2
1

(5.2)

disini R1 dan R2 masing-masing merupakan jari-jari permukaan lensapertama dan kedua


dan n merupakan indeks bias bahan lensa.sedangkan Pembesaran lensa (M)
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak bayangan s dengan jarak benda
sebenarnya s.(Serway-Jewet. Buku 3 Edisi 6 : 70)

m=
IV. Cara Kerja

s'
s

(5.3)

Dalam praktikum lensa, kita akan mengetahui bagaimana prinsip kerja dari

lensa tipis baik lensa konverge, divergen dan gabungan dari kedua lensa tersebut serta kita
aka mengukur jarak fokus dari lensa konvergen dan divergen. Adapun langkah-langkah
kerja yang harus dilakukan sebagai berikut :
A. Menentukan jarak fokus lensa positif
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengukur jarak focus lensa sebagai
berikut :
1. Susunlah alat seperti pada gambar 6.2!
2. Atur jarak benda ke layar > 1 meter
3. Ukur dan catat jarak benda ke layar (L)
4. Geser-geserkan lensa hingga diperoleh bayangan yang jelas pada layar.
5. Catatlah jarak benda terhadap lensa (s)dancatat jarak bayangan (s) dan ukurlah
tinggi bayarangan pada layar.
6. Geserkan lagi kedudukan lensa sehingga diperoleh bayangan jelas yang lain (jarak
benda ke layar (L) jangan diubah) dan ulangi langkah (5).
7. Ulangi percobaan 2 s/d 6 beberapa kali (ditentukan asisten) dengan harga L yang
berbeda.
8. Ulangi percobaan 1 dan 7 untuk lensa positip yang lain!

Gambar 6.2. Menentukan fokus lensa tipis


B. Menentukan jarak fokus lensa negatif dengan lensa gabungan
Modul 06. Lensa

32

Adapun untuk mengukur fokus lensa gabungan sebagai berikut :


1. Susunlah alat-alat seperti gambar 6.3.lensa pertama negatif dan lensa kedua positif!
2. Letakkan benda pada jarak 10 cm terhadap lensa pertama dan atur jarak antara
kedua lensa (d) = 10 cm!
3. Atur posisi layar sehingga bayangan tertangkap dengan jelas dan catat jaraknya
terhadap lensa kedua!
4. Lakukan langkah 2 dan 3 untuk jarak benda : 15, 20,25 dan 30 cm. Jarak kedua lensa
tetap!
5. Ulangi langkah 2 , 3 dan 4 untuk d = 15 cm!

Gambar 6.3. Menentukan fokus lensa gabungan


V. Pertanyaan
Untuk lebih memahami dan memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum lensa
berikut beberapa pertanyaan yang terkait dengan materi lensa :
1. Untuk masing-masing lensa, lukiskan jalan cahaya dari sebuah benda didepan lensa!
2. Buktikan rumus (5.2) !
3. Apakah keuntungan yang diperoleh dengan memakai lensa gabungan?
4. Buktikan rumus (5.6) !
5. Sebutkan macam-macam aberasi pada lensa dan jelaskan !
6. Bagaimana hubungan antara pembesaran bayangan dengan jarak fokus lensa dan jarak
benda ?
7. Apa yang terjadi bila lensa negatif berada di belakang lensa positif ? Lukiskan jalan
cahayanya !
VI. Tugas Akhir
Setelah melakukan praktikum lensa ini kerjakanlah tugas akhir dibawah ini sebagai
pendukung dalam pembuatan laporan praktikum.
1. Buat grafik antara ssterhadap s + sdan hitung jarak fokus dan kuat lensa !
2. Hitung jarak fokus lensa negatif serta kuat lensanya!
3. Hitung indeks bias masing-masing lensa !

Modul 06. Lensa

33

Modul 07. Laser dan Difraksi

34

MODUL 07
DIFRAKSI CAHAYA
I.

Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.

Memahami prinsip dasar difraksi oleh kisi

2.

Menentukan panjang gelombang cahaya laser menggunakan difraksi cahaya


pada kisi.

II.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah


1.

Sumber Laser (1 buah)

2.

Kisi (1 buah)

3.

Layar (1 buah)

4.

Negatif film (klise) yang terbakar (bahan untuk membuat kisi) dipersiapkan
mahasiswa.

III.

5.

Roll meter (1 buah)

6.

Statif (1 buah)

7.

Penggaris (1 buah)
Teori
Difraksi merupakan peristiwa pembelokan cahaya akibat melalui celah yang sempit,

gangguan/halangan. Jika lebar celah sempit proporsional dengan panjang gelombang sinar
datang maka akan terbentuk pola gelap terang yang ditangkap pada layar. Pada praktikum
ini akan dibahas difraksi pada celah banyak (kisi). Persamaan umum difraksi pada celah
banyak adalah:
m = d sin
dengan adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antar celah, adalah sudut
perbedaan fasa, dan m menyatakan orde terang.

Modul 07. Laser dan Difraksi

35

Gambar 7.1. Mekanisme difraksi pada kisi.

Modul 07. Laser dan Difraksi

36

IV.

Prosedur Percobaan
Untuk keselamatan, meskipun laser yang digunakan berenergi rendah
dan tidak merusak pakaian atau kulit, tidak boleh dilihat secara
langsung atau dari pantulannya oleh cermin/permukaan mengkilat
karena dapat merusak kornea mata. Jagalah sinar laser anda tidak
mengenai mata teman anda
A. Percobaan Menentukan Panjang Gelombang Sinar Laser
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan panjang gelombang sinar laser
yaitu:
1.

Meletakkan sumber laser pada meja, sinar diarahkan mendatar dan tegak lurus
pada layar atau tembok.

2.

Meletakkan kisi difraksi 300 garis/mm (dengan jarak antara celah yang telah
diketahui) di depan lubang tempat sinar laser keluar, sehingga pada difraksi terletak
tepat horizontal apda layar.

3.

Mengukur jarak antara kisi difraksi dengan layar, L, seperti pada Gambar 7.2.

4.

Mengukur jarak y tiap pola difraksi yang terjadi (terang ke m) ke pola difraksi
pusat.

5.

Menentukan nilai sin(theta), dan kemudian menentukan panjang gelombang


sinar laser.

6.

Mengulangi 3-5 dengan kisi 100 garis/mm dan kisi 600 garis/mm.

Gambar 7.2. Ilustrasi percobaan difraksi kisi.

V.

Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi dan interferensi?

Modul 07. Laser dan Difraksi

37

2. Apa yang dimaksud dengan pola difraksi dan bagaimana terjadinya!


3. Tentukan persamaan sin(theta) terhadap L dan y.

VI.

Tugas Akhir
1. Tentukan panjang gelombang laser berdasarkan percobaan anda.
2. Berikan kesimpulan anda!

Modul 07. Laser dan Difraksi

38

Modul 08. Refraktometer

39

MODUL 08
REFRAKTOMETER
I.

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari penggunaan refraktometer
2. Menentukan indeks bias larutan gula dengan konsentrasi tertentu.

II.

III.

Alat dan Bahan


1.

Refraktometer (1 buah)

2.

Gelas Ukur10 mL (2 buah)

3.

Timbangan digital (1 buah)

4.

Sukrosa/gula (10 gram)

5.

Aquades (100 ml)

6.

Pipet tetes (2 buah)

7.

Pengaduk (1 buah)
Teori
Indeks bias merupakan suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara kecepatan

cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya pada suatu medium/zat padat.
Secara matetatis dapat dituliskan sebagai berikut

c
v

(8.1)

Dengan
n=indeks bias medium
c=kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3x108 m/s)
v=kecepatan cahaya dalam medium
Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias (n) dari suatu larutan (zat) adalah
refraktometer. Perubahan konsentrasi dari zat terlarut dalam suatu larutan mempunyai
besar nilai indeks bias suatu larutan tersebut, begitu pula halnya dengan larutan gula
dimana dengan meningkatnya konsentrasi larutan gula besarnya indeks bias larutan gula
juga semakin besar.
IV.

Prosedur Percobaan
1. Buatlah larutan gula dengan perbandingan (gula : aquades) = (0,1 gr : 10 ml) dengan
bantuan gelas ukur. Timbanglah gula pada timbangan digital.
2. Bersihkan permukaan kaca larutan uji pada refraktometer kemudian teteskan larutan
tersebut kemudian amati pembacaan skala nilai indeks biasnya.
3. Lakukan perulangan pengamatan indeks bias 3 kali dengan konsentrasi larutan gula
yang sama.
4. Catat hasil pengamatan nilai indeks bias untuk 3 kali pengamatan tersebut.

Modul 08. Refraktometer

40

5. Lakukan percobaan yang sama untuk larutan dengan perbandingan gula (gr) : aquades
(ml) = (0,2:10), (0,3:10), (0,4:10), (0,5:10). Ulangi langkah (3) untuk setiap konsentrasi
larutan.
V.

Lembar Kerja
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tabel pengamatan
No

Gula

Aquades

(gr)

(ml)

1
2
3
4
5

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5

10
10
10
10
10

Kec. Cahaya dlm

Indeks bias (n)

Konsentrasi
I

II

III

medium (v)
Rerata

10%
20%
30%
40%
50%

Rerata
VI.

Pertanyaan
1.

Jelaskan apa yang dimaksud refraktometer.

2.

Terangkan apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan!

3.

Jelaskan dengan contoh cara-cara pengenceran larutan dengan


konsentrasi

tertentu

sehinga

setelah

pengenceran

tersebut

tetap

diketahui

konsentrasinya!
4.
VII.
1.

Jelaskan hubungan antara teori refraksi dengan indeks bias larutan!


Tugas Akhir
Hitunglah kecepatan cahaya dalam medium (v) menggunakan persamaan (1)
berdasarkan data yang anda peroleh disertai ralat relative dan ralat mutlak.

2.

Berdasarkan data hasil pengamatan buatlah grafik yang menyatakan


hubungan antara konsentrasi (sumbu-X) dan nilai indeks bias (sumbu-Y).

3.

Buatlah kesimpulan anda!

Modul 08. Refraktometer

41

Modul 08. Refraktometer

42

Anda mungkin juga menyukai