OSILOSKOP
Osiloskop merupakan alat yang dapat mengukur tegangan listrik yang tetap atau juga yang
berubah terhadap waktu. Kita dapat mengamati sinyal listrik.dengan menggunakan osiloskop.
I.
Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.
2.
II.
Osiloskop
1 buah
2.
Function Generator
1 buah
3.
Multimeter analog
1 buah
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
III.
1.
1 buah
2.
1 buah
3.
2 buah
4.
2 buah
5.
Baterai holder
2 buah
6.
1 buah
7.
1 buah
8.
Kabel multimeter
1 set
Teori
Osiloskop merupakan salah satu alat ukur listrik yang penting disamping alat ukur lainnya.
Tidak seperti multimeter yang hanya memberikan pembacaan suatu tegangan. Osciloskop
juga memberikan grafik perubahan tegangan dalam suatu periode waktu atau bentuk sinyal
tegangan. Ada dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital. Osiloskop
analog menggunakan tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube (CRT)) yang sepenuhnya
bekerja berdasarkan prinsip-prinsip listrik analog. Sedangkan osiloskop digital bekerja
berdasarkan prinsip digital. Gambar 1.1a menunjukkan salah satu bentuk osiloskop analog
dan gambar 1.1b sketsa prinsip kerja CRT.
(a)
(b)
Gambar 1.1 (a)Sebuah Osiloskop Analog, (b) Sketsa prinsip kerja CRT.
Panel Depan Osiloskop
Bagian-bagian pada panel depan osiloskop diperlihatkan pada Gambar 1.2.
KETERANGAN:
CRT
POWER...............................................................(6)
LED .....................................................................(5)
INTEN.................................................................(2)
FOCUS................................................................(3)
TRACE ROTATION.........................................(4)
FILTER ...............................................................(33)
Vertical Axis :
CH1 (X) input.....................................................(8)
CH2 (Y) input.....................................................(20)
AC-GND-DC......................................................(10)(18)
VOLTS/DIV.......................................................(7)(22)
VARIABLE (CAL).............................................(9)(21)
CH1 dan CH2 DC BAL. ...................................(13)(17)
POSITION.................................................(11)(19)
VERT MODE ....................................................(14)
Triggering:
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input..........(24)
SOURCE.............................................................(23)
SLOPE.................................................................(26)
LEVEL.................................................................(28)
TRIGGER MODE ............................................(25)
TIME BASE
TIME /DIV.........................................................(29)
SWP.VAR............................................................(30)
POSITION.................................................(32)
X 10 MAG...........................................................(31)
Others
CAL.....................................................................(1)
GND....................................................................(15)
1.1.
Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi Penguat X dan Y Osiloskop
Langkah-langkah untuk mengecek kalibrasi penguat X dan Y osiloskop adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
horizontal.
5. Ukurlah batere yang sudah disiapkan, dengan menempatkan ujung positif passive
probe di kutub positif dan ground passive probe di kutub negatif batere.
6. Catat nilai dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada layar
osiloskop.
7. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
8. Ulangi langkah 5 7 dengan membalik kutub-kutub batere, yaitu ujung positif
passive probe di kutub negatif batere dan ground di kutub positif batere.
9. Ulangi langkah 5 8 untuk hubungan seri dan paralel dari batere.
Catatan: Jika berkas sinar hilang dari layar maka ubahlah tombol Volts/div ke posisi
1 V/div.
C. Mengukur Tegangan Arus Bolak Balik (AC)
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran tegangan AC yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
frekuensi sebesar 1 KHz.
4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
Modul 01. Osiloskop
6.
7.
8.
9.
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala vertikal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada
layar osiloskop.
12. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
13. Ulangi langkah di atas untuk nilai amplitude yang berbeda.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar melebihi skala vertikal, ubahlah posisi
Volts/div ke skala yang lebih besar, Misalnya 1 V/div.
D. Mengukur Frekuensi
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran frekuensi yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
4.
5.
6.
7.
8.
9.
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala horizontal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati
pada layar osiloskop.
12. Ulangi langkah di atas untuk nilai frekuensi yang lebih tinggi.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar terlalu rapat, ubahlah posisi Time/div ke posisi
yang lebih kecil.
V.
Pertanyaan
Tugas Akhir
MODUL 02
RANGKAIAN LISTRIK SEARAH (DC)
Voltmeter dan amperemeter merupakan alat-alat ukur listrik untuk mengukur tegangan listrik
dan arus listrik.
I.
Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
II.
1.
2.
3.
A. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Amperemeter
(2 buah)
2. Voltmeter
(1 buah)
3. Power Supply
(1 buah)
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
III.
(3 buah)
(3 buah)
3. Papan Rangkaian
(1 buah)
(1 buah)
5. Jumper set
(1 set)
Teori
A. Amperemeter
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut ammeter (amperemeter). Arus listrik
pada suatu rangkaian listrik harus melalui
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
I=
B. Voltmeter
Alat untuk mengukur beda potensial disebut voltmeter. Beda potensial di antara dua
titik sembarang dalam sebuah rangkaian dapat diukur dengan memasangkan kutubkutub voltmeter di antara titik-titik tersebut tanpa memutuskan rangkaian, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Beda potensial pada resistor R 2 diukur dengan
menghubungkan voltmeter secara paralel dengan R 2. Sangat penting untuk diperhatikan
polaritas voltmeternya. Kutub positif voltmeter harus dihubungkan dengan ujung
resistor yang memiliki potensial lebih tinggi dan kutub negatifnya ke ujung resistor yang
potensialnya lebih rendah.
Gambar 2.2.Pemasangan voltmeter untuk mengukur beda potensial dalam ssbuah rangkaian
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
10
Voltmeter ideal memiliki hambatan tak terhingga sehingga tidak terdapat arus di
dalamnya. Pada Gambar 2.2, kondisi ini mengharuskan voltmeternya memiliki
hambatan yang jauh lebih besar dari R2. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, kita harus
mengoreksi nilainya sebagai kompensasi dari hambatan di dalam voltmeter.
Pembacaan skala alat ukur voltmeter dapat dihitung dengan persamaan:
V=
(2.1)
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
11
1
R paralel
IV.
1
1
1
1
...
R1 R2 R3
Rn
(2)
Prosedur Percobaan
Catatan Penting: Perhatikanlah selalu posisi alat ukur di dalam rangkaian. Kesalahan
dalam menempatkan alat ukur akan mengakibatkan kerusakan pada alat ukur
tersebut atau alat ukur tidak bisa berfungsi. Perhatikan batas ukur alat yang dipilih
jangan sampai kurang dari nilai besaran yang akan diukur. Pilihlah batas ukur yang
paling besar terdahulu.
1.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
resistor seri yaitu:
1.
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
12
3.
4.
5.
6.
2.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
resistor paralel yaitu:
1.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
seri dan paralel yaitu:
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
13
1.
V.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertanyaan
2.
3.
4.
VI.
Tugas Akhir
1.
2.
Hitunglah besar arus pada rangkaian gambar 2.5, 2.5, dan 2.7
dengan persamaan yang ada. Bandingkan hasilnya dengan pengamatan !.
3.
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
14
4.
Modul 02. Amperemeter dan Voltmeter dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)
15
MODUL 03
KAPASITAS KAPASITOR
Kapasitor sangat lazim digunakan dalam berbagai rangkaian listrik. Sebagai contoh kapasitor
digunakan untuk mengubah frekuensi penerima sinyal radio, sebagai penstabil dalam catu
daya, menghilangkan percikan api dalam system pengapian mobil, dan sebagai perangkat
penyimpanan energi dalam peralatan lampu flash elektronik. Pada praktikum ini kapasitansi
kapasitor diukur dengan metode perbandingan dengan bantuan pembagian tegangan kapasitif.
I.
Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.
2.
II.
A. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.
2.
3.
4.
Kapasitansimeter (1 bh)
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
III.
1.
2.
3.
Adapter 4 mm (1 bh)
4.
Spacer (5bh)
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kapasitor (3 bh)
Teori
A. Kapasitans Kapasitor
Sebuah kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh suatu isolator (atau
disebut dielektrik). Kapasitans dari kapasitor bergantung pada geometri konduktor dan
16
Q
V
(3.1)
Q2 1
C (V ) 2
2C 2
(3.2).
Oleh karena itu, nilai kapasitansi juga digunakan sebagai ukuran kemampuan kapasitor
untuk menyimpan energy.
B. Kapasitor Keping Sejajar
Dua keping logam yang sejajar dengan luas permukaan , A, yang sama terpisah sejauh
d, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Ketika kapasitor diisi dengan cara
menghubungkan kedua keping ini ke kutub-kutub baterai, kedua keping akan
memperoleh muatan yang sama besarnya. Salah satu keping bermuatan positif, yang
lain bermuatan negatif.
Gambar 3.1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang terhubung dengan baterai.
Besar medan listrik di antara keping sejajar adalah:
17
0 0 A
(3.3)
Oleh karena medan di antara kedua keping ini terdistribusi merata, besar beda potensial
antara kedua keping adalah
V Ed
Qd
0
(3.4)
0 A
d
(3.5)
Kapasitans kapasitor keping sejajar sebanding dengan luas permukaan keping dan
berbanding terbalik dengan jarak pemisah antara kedua kepingnya.
C. Kombinasi Kapasitor
Kombinasi Paralel
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.2a dikenal dengan kapasitor
dihubungkan secara parallel. Gambar 3.2(a) menunjukkan diagram rangkaian untuk
kombinasi kapasitor ini.
Gambar 3.2 (a) Kombinasi paralel dua kapasitor di dalam rangkaian listrik dengan beda
potensial yang berasal dari kedua kutub baterai V. (b) Diagram rangkaian untuk
kombinasi parallel. (c) Kapasitans ekuivalennya adalah Cekuivalen =C1+ C2.
Modul 03. Kapasitas Kapasitor
18
Jika muatan maksimum di kedua kapasitor adalah Q1 dan Q2, maka muatan total Q yang
tersimpan oleh kedua kapasitor adalah
Q = Q1 + Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya sama, muatan yang dibawanya adalah
Q1 = C1V
Q2 = C2V
Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti gambar 3.2c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,
Q = CekuivalenV
Dengan menyubstitusikan hubungan ketiganya di dalam muatan ke dalam Persamaan
3.5, kita peroleh
CekuivalenV = C1V + C2V
Cekuivalen =C1+ C2 (kombinasi paralel)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi
Cekuivalen =C1+ C2 + C3 + . (kombinasi paralel)
(3.7)
Kombinasi Seri
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.3a dan diagram rangkaian
ekuivalennya di gambar 3.3b dikenal sebagai kombinasi seri.
Gambar 3.3 (a) Kombinasi seri dua kapasitor. (b) Diagram rangkaian untuk kombinasi
seri. (c) Kapasitans ekuivalen
Muatan kapasitor yang terhubung seri adalah sama
Q = Q1= Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya Vsama di baterai terbagi oleh kedua
kapasitor
V = V1 + V2
(3.7)
19
Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti Gambar 3.3c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,
Q
Cekuivalen
Q
C2
C1
V1 =
V2 =
Dengan menyubtitusikan rumus ini ke dalam persamaan (3.7) kita peroleh
Q
Cekuivalen
1
Cekuivalen
Q Q
C1 C2
1
1
C1 C2
(Kombinasi seri)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi
1
Cekuivalen
1
1
1
...
C1 C2 C3
(kombinasi seri)
(3.8)
C2
V0 V2
C1
V2
(3.9)
Dengan V0 adalah beda potensial pada rangkaian seri, dan V 1 adalah beda potensial
pada kapasitor C1, dan V2 adalah beda potensial pada kapasitor C2.
IV.
Prosedur Percobaan
A. Percobaan 1. Kapasitas Kapasitor
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai kapasistansi sebuah kapasitor
adalah
1.
Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4 (Tegangan 3V dan 12V dapat
diambilkan dari power supply 450V).
20
3.
4.
Memasang Kapasitor C2
5.
6.
21
V.
Pertanyaan
1.
3.
VI.
Tugas Akhir
Tentukan nilai kapasitor yang tidak diketahui dan bandingkanlah
1.
2.
3.
VII. Daftar Pustaka
Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.
Modul 03. Kapasitas Kapasitor
22
Brausers. 1990. Electrostatics 2 Charge and Fields, Students work sheets. Germany.
23
MODUL 04
RANGKAIAN RLC
Rangkaian bolak balik (AC) merupakan rangkaian yang dialiri arus bolak balik. Pada
prinsipnya, komponen yang dipasang pada rangkaian bolak balik dapat diganti dengan
rangkaian yang mengandung resistor, induktor, dan kapasitor (RLC).
Sebelum melakukan praktikum ini anda sebaiknya membaca Modul 02 mengenai
penggunaan ammeter dan voltmeter.
I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami rangkaian AC dengan resistor, inductor dan kapasitor.
2. Mengukur hambatan (R), impedansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XC).
3. Mengukur impedansi total (Z) untuk rangkaian RLC seri.
II. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum rangkaian RLC ini yaitu:
1. Multimeter analog (2 buah)
2. Kapasitor set (1 buah)
3. Resistor set (1 buah)
4. Air Cored Inductor (3 buah)
5. Function Generator (1 buah)
III. Teori
Sebuah rangkaian terhubung seri yang terdiri dari resistor, induktor dan kapasitor seperti
gambar berikut:
v Vmaks sin t
Modul 04. Karakteristik Rangkaian RLC
(4.1)
24
i I maks sin( t )
(4.2)
Dengan:
= sudut fasa
Untuk memperoleh jumlah tegangan sesaat yang melewati tiga elemen dapat menggunakan
pendekatan diagram phasor :
V R , V L , dan V C
XC
reaktansi kapasitif
(4.3)
VLmaks
I maks
(4.4)
1
V
Cmaks
C I maks
(4.5)
(4.6)
Vmaks
i=
R2 X L X C
sin t
(4.7)
arctan
beda sudut fase
impedansi rangkaian :
Z R2 X L X C
XL XC
R
25
(4.8)
2
(4.9)
4.
5.
Apa yang terjadi bila pada percobaan rangkaian RLCharga :XL>XC, XL<XCdan
XL= XC, jelaskan beserta gambar grafik fasornya?
satuan SI !.
Buat grafik XLvs f, XCvs f, R vs f dan Z vs f !.
Hitunglah kapasitansi dari kapasitor dengan metode kuadrat terkecil !.
Hitunglah Induktansi dari Induktor dengan metode kuadrat terkecil !.
Berikan analisa dan kesimpulan dari percobaan yang telah anda lakukan !.
26
MODUL 05
JEMBATAN WHEATSTONE
Jembatan wheatstone merupakan salah satu rangkaian elektronika yang digunakan untuk
mengukur hambatan suatu penghantar. Rangkaian ini terdiri dari beberapa hambatan dan catu
daya.
I.
Tujuan
1.
Jembatan Wheatstone)
Mengukur nilai hambatan suatu penghantar yang tidak diketahui
2.
II.
III.
1.
2.
3.
Resistor (2 buah)
4.
5.
6.
7.
Galvanometer (1 buah)
8.
9.
10.
buah hambatan, sebuah meter nol (galvanometer) yang sensitif dan dihubungkan pada
suatu sumber DC, seperti tampak pada gambar.
27
R1, R2dan R3merupakan hambatan yang sudah diketahui, sedangkan Rx adalah hambatan
yang akan di cari besarnya. Pada keadaan setimbang, galvanometer akan menunjukkan
angka nol. Karena tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer tersebut. Dalam
keadaan ini berlaku hubungan (Halliday :898) :
Rx
R1
R3
R2
(5.1)
Namun pada percobaan ini, jembatan Wheatstone yang kita manfaatkan adalah tampak
seperti pada gambar dibawah ini :
Rx
IV.
l1
Rs
l2
(5.2)
Prosedur Percobaan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk hambatan menggunakan metode Wheatstone yaitu
1.
2.
3.
4.
Menggeserkan
kontak
geser
pada
kawat
AC
sampai
28
9.
Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum Anda praktikum.
1.
2.
V.
1.
2.
3.
29
30
MODUL 06
LENSA
Lensa biasanya digunakan untuk membentuk bayangan melalui pembiasan pada alat-alat optik
seperti kamera, teleskop, dan mikroskope. Kita tahu bahwa cahaya yang melewati sebuah lensa
dibiaskan oleh dua permukaan.
I. Tujuan Percobaan
Praktikum lensa ini bertujuan untuk :
1.
2.
III. Teori
Sebuah bayangan bisa terjadi melalui proses pembiasan cahaya menggunakan lensa.
A. Lensa Tipis
Ada dua macam lensa tipis yaitu lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen
yang bersifat mengumpulakan sinar dan lensa cekung/lensa negatip/lensa divergen
yang bersifat menyebarkan sina. Bentuk-bentuk lensa tipis dapat digambarkan sebagai
berikut:
1 1 1
s s' f
Modul 06. Lensa
(5.1)
31
dengan :
s = Jarak benda terhadap lensa.
s= Jarak bayangan terhadap lensa
f = jarak lensa.
Jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus :
1
1
1
n 1
f
R
R
2
1
(5.2)
m=
IV. Cara Kerja
s'
s
(5.3)
Dalam praktikum lensa, kita akan mengetahui bagaimana prinsip kerja dari
lensa tipis baik lensa konverge, divergen dan gabungan dari kedua lensa tersebut serta kita
aka mengukur jarak fokus dari lensa konvergen dan divergen. Adapun langkah-langkah
kerja yang harus dilakukan sebagai berikut :
A. Menentukan jarak fokus lensa positif
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengukur jarak focus lensa sebagai
berikut :
1. Susunlah alat seperti pada gambar 6.2!
2. Atur jarak benda ke layar > 1 meter
3. Ukur dan catat jarak benda ke layar (L)
4. Geser-geserkan lensa hingga diperoleh bayangan yang jelas pada layar.
5. Catatlah jarak benda terhadap lensa (s)dancatat jarak bayangan (s) dan ukurlah
tinggi bayarangan pada layar.
6. Geserkan lagi kedudukan lensa sehingga diperoleh bayangan jelas yang lain (jarak
benda ke layar (L) jangan diubah) dan ulangi langkah (5).
7. Ulangi percobaan 2 s/d 6 beberapa kali (ditentukan asisten) dengan harga L yang
berbeda.
8. Ulangi percobaan 1 dan 7 untuk lensa positip yang lain!
32
33
34
MODUL 07
DIFRAKSI CAHAYA
I.
Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.
2.
II.
2.
Kisi (1 buah)
3.
Layar (1 buah)
4.
Negatif film (klise) yang terbakar (bahan untuk membuat kisi) dipersiapkan
mahasiswa.
III.
5.
6.
Statif (1 buah)
7.
Penggaris (1 buah)
Teori
Difraksi merupakan peristiwa pembelokan cahaya akibat melalui celah yang sempit,
gangguan/halangan. Jika lebar celah sempit proporsional dengan panjang gelombang sinar
datang maka akan terbentuk pola gelap terang yang ditangkap pada layar. Pada praktikum
ini akan dibahas difraksi pada celah banyak (kisi). Persamaan umum difraksi pada celah
banyak adalah:
m = d sin
dengan adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antar celah, adalah sudut
perbedaan fasa, dan m menyatakan orde terang.
35
36
IV.
Prosedur Percobaan
Untuk keselamatan, meskipun laser yang digunakan berenergi rendah
dan tidak merusak pakaian atau kulit, tidak boleh dilihat secara
langsung atau dari pantulannya oleh cermin/permukaan mengkilat
karena dapat merusak kornea mata. Jagalah sinar laser anda tidak
mengenai mata teman anda
A. Percobaan Menentukan Panjang Gelombang Sinar Laser
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan panjang gelombang sinar laser
yaitu:
1.
Meletakkan sumber laser pada meja, sinar diarahkan mendatar dan tegak lurus
pada layar atau tembok.
2.
Meletakkan kisi difraksi 300 garis/mm (dengan jarak antara celah yang telah
diketahui) di depan lubang tempat sinar laser keluar, sehingga pada difraksi terletak
tepat horizontal apda layar.
3.
Mengukur jarak antara kisi difraksi dengan layar, L, seperti pada Gambar 7.2.
4.
Mengukur jarak y tiap pola difraksi yang terjadi (terang ke m) ke pola difraksi
pusat.
5.
6.
Mengulangi 3-5 dengan kisi 100 garis/mm dan kisi 600 garis/mm.
V.
Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi dan interferensi?
37
VI.
Tugas Akhir
1. Tentukan panjang gelombang laser berdasarkan percobaan anda.
2. Berikan kesimpulan anda!
38
39
MODUL 08
REFRAKTOMETER
I.
Tujuan Percobaan
1. Mempelajari penggunaan refraktometer
2. Menentukan indeks bias larutan gula dengan konsentrasi tertentu.
II.
III.
Refraktometer (1 buah)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengaduk (1 buah)
Teori
Indeks bias merupakan suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara kecepatan
cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya pada suatu medium/zat padat.
Secara matetatis dapat dituliskan sebagai berikut
c
v
(8.1)
Dengan
n=indeks bias medium
c=kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3x108 m/s)
v=kecepatan cahaya dalam medium
Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias (n) dari suatu larutan (zat) adalah
refraktometer. Perubahan konsentrasi dari zat terlarut dalam suatu larutan mempunyai
besar nilai indeks bias suatu larutan tersebut, begitu pula halnya dengan larutan gula
dimana dengan meningkatnya konsentrasi larutan gula besarnya indeks bias larutan gula
juga semakin besar.
IV.
Prosedur Percobaan
1. Buatlah larutan gula dengan perbandingan (gula : aquades) = (0,1 gr : 10 ml) dengan
bantuan gelas ukur. Timbanglah gula pada timbangan digital.
2. Bersihkan permukaan kaca larutan uji pada refraktometer kemudian teteskan larutan
tersebut kemudian amati pembacaan skala nilai indeks biasnya.
3. Lakukan perulangan pengamatan indeks bias 3 kali dengan konsentrasi larutan gula
yang sama.
4. Catat hasil pengamatan nilai indeks bias untuk 3 kali pengamatan tersebut.
40
5. Lakukan percobaan yang sama untuk larutan dengan perbandingan gula (gr) : aquades
(ml) = (0,2:10), (0,3:10), (0,4:10), (0,5:10). Ulangi langkah (3) untuk setiap konsentrasi
larutan.
V.
Lembar Kerja
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tabel pengamatan
No
Gula
Aquades
(gr)
(ml)
1
2
3
4
5
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
10
10
10
10
10
Konsentrasi
I
II
III
medium (v)
Rerata
10%
20%
30%
40%
50%
Rerata
VI.
Pertanyaan
1.
2.
3.
tertentu
sehinga
setelah
pengenceran
tersebut
tetap
diketahui
konsentrasinya!
4.
VII.
1.
2.
3.
41
42