Anda di halaman 1dari 22

Persamaan Kuadrat

Persamaan kuadrat merupakan bentuk persamaan yang pangkat terbesar variabelnya adalah 2. Bentuk
umumnya adalah dengan , a, b, dan c adalah koefisien dan x merupakan
variabelnya.

Contoh: , , dan sebagainya.

Menentukan Akar-akar Persamaan Kuadrat


Akar-akar maksudnya adalah nilai yang membuat hasilnya sama dengan 0. Sebagai contoh, jika
membuat , maka disebut sebagai akar-akar dari persamaan kuadrat
.

Untuk menentukan akar-akar, ada tiga metode yang biasa digunakan, yaitu metode pemfaktoran, melengkapkan
kuadrat sempurna, dan metode rumus abc. Namun metode melengkapkan kuadrat sempurna jarang atau cukup
sulit untuk digunakan dalam menentukan akar-akar, sehingga tidak akan dibahas di pembahasan ini.

Metode Pemfaktoran

Persamaan kuadrat diubah menjadi , sehingga akar-akarnya adalah


dan .

Misalkan kita ingin memfaktorkan .

Cara memfaktorkannya adalah:

Pertama, carilah dua bilangan, misalnya dan , sehingga jika dijumlahkan, hasilnya adalah , sedangkan jika
dikalikan, hasilnya adalah . Dengan kata lain, dan .

Jika , maka bentuk pemfaktorannya adalah , sehingga akar-akarnya adalah


atau .

Jika , maka bentuk pemfaktorannya adalah , sehingga akar-akarnya adalah


atau .

Contoh:

Tentukanlah akar-akar dari persamaan kuadrat (a) dan (b) .

Jawab:

(a):
dan . Cari dua bilangan, dan , sehingga dan .

Kedua bilangan tersebut adalah dan , karena dan .

Maka pemfaktorannya adalah atau , sehingga akar-akarnya


adalah atau .

(b):
Sama dengan (a), cari dan sehingga dan .

Maka didapat dan .

Maka pemfaktorannya adalah , sehingga akar-akarnya adalah


atau .
Jadi, akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah atau .

Metode Rumus ABC

Tidak semua bentuk persamaan kuadrat dapat difaktorkan. Sebagai contoh, kita tidak dapat memfaktorkan
bentuk di mana tidak ada bilangan bulat dan yang memenuhi dan .

Hal ini karena akar-akar persamaan tersebut bukanlah berbentuk bilangan bulat atau bilangan rasional, tetapi
bilangan irrasional. (Baca juga: bentuk akar).

Untuk menentukan akar-akarnya, kita dapat menggunakan rumus abc berikut:

Jadi, akar-akarnya adalah dan .

di atas disebut dengan diskriminan (D).

Contoh: Tentukanlah akar-akar dari .

Jawab:
, dan , sehinga dengan menerapkannya pada rumus abc di atas, kita dapat:

Berarti akar-akarnya adalah dan

Jenis-jenis Akar Persamaan Kuadrat


Pada contoh-contoh di atas, kita melihat terdapat dua buah akar-akarnya, dan keduanya merupakan bilangan riil.
Namun ada kalanya suatu persamaan kuadrat hanya mempunyai satu akar riil (akar-akarnya kembar), atau
bahkan tidak mempunyai akar-akar riil.

Sebagai contoh, jika kita faktorkan akan menjadi , sehingga


akar-akarnya hanyalah .

Sedangkan tidak lah mempunyai akar-akar riil. Perhatikan penjabaran berikut ini:

Bentuk di atas kita ubah menjadi: .

Perhatikan bahwa kuadrat dari setiap bilangan riil pasti lebih besar atau sama dengan 0, dengan kata lain,
, sehingga .

Artinya, tidak ada bilangan riil yang memenuhi persamaan tersebut.

Naahh, untuk mengetahui apakah suatu persamaan kuadrat mempunyai dua akar riil, satu akar riil (kembar),
atau tidak mempunyai akar-akar riil, kita dapat melihat Diskriminan nya (D), yaitu

Jika , maka kedua akarnya riil dan berlainan .

Jika , maka kedua akar-nya kembar (satu akar riil).

Jika , maka kedua akarnya tidak riil (imajiner).


Contoh:
Jika diketahui bahwa mempunyai satu akar riil, tentukanlah nilai .

Jawab:
Karena hanya mempunyai satu akar riil, berarti .
Dengan demikian, .

Jadi, nilai yang memenuhi adalah .

Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar

Jika dan merupakan akar-akar persamaan kuadrat , maka berlaku hubungan:

Contoh:
Jika dan merupakan akar-akar dari , tentukanlah nilai dari .

Jawab:
Persamaan kuadrat di atas tidak bisa difaktorkan, jadi akar-akarnya berbentuk bilangan irasional, yang mana
menjadi sulit bagi kita untuk menghitung nilai .

Namun, kita tidak perlu menghitung satu-satu berapa nilai dari dan , tapi bisa menghitung langsung nilai
dari , dengan menggunakan rumus jumlah dan hasil kali akar-akar.

Perhatikan bahwa .

Dari rumus di atas kita dapat: dan

Dengan demikian, .

Menyusun Persamaan Kuadrat Baru

Kita dapat menyusun sebuah persamaan kuadrat baru dari informasi akar-akarnya. Jika akar-akarnya adalah
dan , maka persamaan kuadrat barunya adalah:

Contoh:

Contoh: Persamaan kuadrat yang akar-akarnya 3 dan 5 adalah .

Penyelesaian Sistem Persamaan Linear dengan Matriks


PENYELESAIAN MATRIKS PERSAMAAN LINEAR 2 DAN 3
VARIABEL :
Matriks dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan penyelesaian sistem persamaan
linear. Pada pembahasan kali ini, kita akan menggunakannya untuk menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel dan tiga variabel.

1. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel adalah

ax + by = p ............................................................................ (1)
cx + dy = q ............................................................................. (2)

Persamaan (1) dan (2) di atas dapat kita susun ke dalam bentuk matriks seperti di bawah ini.

Tujuan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah menentukan nilai x dan y yang
memenuhi sistem persamaan itu. Oleh karena itu, berdasarkan penyelesaian matriks bentuk AX = B
dapat dirumuskan sebagai berikut.

asalkan ad bc 0.

Contoh Soal 23 :

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear berikut dengan cara matriks.

2x + y = 7
x + 3y = 7

Jawab:

Dari persamaan di atas dapat kita susun menjadi bentuk matriks sebagai berikut.

Dengan menggunakan rumus penjelasan persamaan matriks di atas, diperoleh sebagai berikut.

Jadi, diperoleh penyelesaian x = 1 dan y = 2.

2. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

Kalian tentu tahu bahwa untuk menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya eliminasi, substitusi, gabungan antara eliminasi dan substitusi, operasi
baris elementer, serta menggunakan invers matriks. Kalian dapat menggunakan cara-cara tersebut
dengan bebas yang menurut kalian paling efisien dan paling mudah.
Misalkan diberikan sistem persamaan linear tiga variabel berikut.

a1x + b1y + c1z = d1


a2x + b2y + c2z = d2
a3x + b3y + c3z = d3

Sistem persamaan linear di atas dapat kita susun ke dalam bentuk matriks seperti berikut.

Misalkan A = ,X= , dan B =

Bentuk di atas dapat kita tuliskan sebagai AX = B.

Penyelesaian sistem persamaan AX = B adalah X = A-1 B. Dalam hal ini, A-1 =

Oleh karena itu, diperoleh :

asalkan det A 0.

Contoh Soal 24 :

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut.

2x + y z = 1
x+y+z=6
x 2y + z = 0

Jawaban :

Cara 1:

Operasi elemen baris, selain dapat digunakan untuk mencari invers matriks, dapat pula digunakan untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear.

Dengan menggunakan operasi baris elementer.

Dengan demikian, diperoleh y = 2. Kita substitusikan nilai y = 2 ke persamaan (2) sehingga :

y + 3z = 11 2 + 3z = 11
3z = 11 2
3z = 9
z=3

Substitusikan y = 2 dan z = 3 ke persamaan (1) sehingga diperoleh :

x+y+z=6x+2+3=6
x+5=6
x=65
x=1

Jadi, penyelesaiannya adalah x = 1, y = 2, dan z = 3.

Dengan demikian, himpunan penyelesaiannya adalah {(1, 2, 3)}.

Cara 2:

Sistem persamaan linear di atas dapat kita susun ke dalam bentuk matriks sebagai berikut.

Misalkan A = ,X= , dan B =

Dengan menggunakan minor-kofaktor, diperoleh :

det A =

det A = 2(3) 1(0) + (1)(3) = 9

Dengan menggunakan minor-kofaktor, diperoleh :

Dengan cara yang sama, kalian akan memperoleh K31 = 2, K32 = 3, dan K33 = 1 (coba tunjukkan).

Dengan demikian, diperoleh :


kof(A) =

Oleh karena itu, adj(A) = (kof(A))T.


Adj(A) =

Jadi, X =

Jadi, diperoleh x = 1, y = 2, dan z = 3. Dengan demikian, himpunan penyelesaian sistem persamaan di


atas adalah {(1, 2, 3)}.

A. Perbandingan Trigonometri
Perhatikan lingkaran dengan pusat O (0, 0) dan jari-jari (r), sedangkan titik A (x, y) pada lingkaran dan sudut
dibentuk oleh OA terhadap sumbu X. Pada berlaku r2 = x2 + y2 sehingga diperoleh perbandingan trigonometri
sebagai berikut.

1. Rumus Jumlah dan Selisih dua Sudut


a. Rumus untuk Cosinus jumlah selisih dua sudut

cos (A + B) = cos A cos B sin A sin B cos


(A B) = cos A cos B + sin A sin B

b. Rumus untuk Sinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut

sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B sin


(A B) = sin A cos B cos A sin B

c. Rumus untuk Tangen Jumlah dan Selisih Dua Sudut

Contoh Soal

Jika tan 5= p tentukan tan 50

Jawab :

2. Rumus Trigonometri untuk sudut rangkap


a. Dengan menggunakan rumus sin (A+ B) untuk A = B, maka diperoleh:

sin 2A = sin (A + B)
= sin A cos A + cos A sin A
= 2 sin A cos A
Jadi,sin2A =2 sin A cos A

b. Dengan menggunakan rumus cos (A + B) untuk A = B, maka diperoleh:


cos 2A = cos (A + A)
= cos A cos A-sin A sin
A = cos2A-sin2A (1)

Atau

Cos 2A = cos2A-sin2A
= cos2 A- (1 cos2 A)
= cos2 A 1 + cos2 A
= 2 cos2 A 1 .(2)

Atau

Cos 2A = cos2A-sin2A
= (1 -sin2A)-sin2A
= 1 2 sin2A . (3)

Dari persamaan (1) (2) (3) didapatkan rumus sebagai berikut.

Cos 2A = cos2 A sin2 A


= 2 cos2 A-1
= 1 2 sin2 A

c. Dengan menggunakan rumus tan (A+B) untuk A=B, diperoleh

B. Perkalian, Penjumlahan, dan Pengurangan Sinus dan Kosinus

a. Rumus Perkalian Sinus dan Kosinus

2 sin A sin B = cos (A- B) cos (A+ B)


2 sin A cos B = sin (A + B) + sin (A-B)
2 cos A sin B = sin (A + B)-sin (A-B)
2 cos A cos B = cos (A + B) + cos (A- B)

Contoh Soal

Tentukan nilai dari: 2 cos 75 cos 15

Jawab:

2 cos 75 cos 15 = cos (75 +15) + cos (75 15)


= cos 90 + cos 60
=0+
=

b.Rumus Penjumlahan dan Pengurangan Sinus dan Kosinus

sin A + sin B = 2sin (A+B) cos (A-B)


sin A sin B = 2cos (A+B) sin (A-B)
cos A + cos B = 2cos (A+B) cos (A-B)
cos A cos B = -2sin (A+B) cos (A-B)

tan A + tan B =
tan A tan B =

Contoh Soal

Tentukan nilai dari sin 105 + sin 15

jawab:

sin 105 + sin 15 = 2 sin (105+15)cos (105-15)


= 2 sin (102) cos (90)
= sin 60 cos 45

C. Identitas Trigonometri

Rumus rumus dasar identitas trigonometri sebagai berikut.

Untuk membuktikan suatu persamaan mempakan identitas atau bukan maka persamaan itu diubah dengan salah
satu dari cara-cara berikut.

Mengubah bentuk ruas kiri sehingga menjadi bentuk ruas kanan.


Mengubah bentuk ruas kanan, sehingga menjadi bentuk ruas kiri.
Mengubah bentuk ruas kiri maupun ruas kanan sehingga menjadi bentuk yang sama.

Contoh Soal

Buktikan bahwa sin4 sin2 = cos4 cos2

Jawab.

sin4 sin2 = (sin2 )2 sin2


= (1 cos2 ) 2 (1 cos2 )
= 1 2 cos2 + cos4 1 + cos2
= cos4 cos2

Teori Himpunan
29 Sep

Teori himpunan merupakan konsep dasar dalam pembahasan matematika diskrit

1.1 Definisi himpunan

Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.

Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

HIMATIF adalah contoh sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota berupa mahasiswa. Tiap mahasiswa
berbeda satu sama lain.

1.2 Penyajian

A. Himpunan Enumerasi

Mengenumerasi artinya menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua buah tanda
kurung kurawal. Biasanyasuatu himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital maupun dengan
menggunakan simbol-simbol lainnya.

B. Contoh

Himpunan A mempunyai tiga bilangan asli pertama: A={1,2,3}.

Himpunan B mempunyai dua bilangan genap positif pertama: B={4,5}.

Meskipun himpunan biasa digunakan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai sifat mirip, tetapi dari
definisi himpunan diketahui bahwa sah-sah saja elemen-elemen di dalam himpunan tidak mempunyai
hubungan satu sama lain, asalkan berbeda.

contoh: {hewan, a, Amir, 10, komputer} adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen, yaitu hewan, a,
Amir, 10, komputer.

R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} } C = {a, {a}, {{a}} }

Contoh tersebut memperlihatkan bahwa suatu himpunan bisa terdapat anggota himpunan lain.

K={ }

Contoh tersebut adalah himpunan kosong, karena K hanya berisi satu elemen yaitu { }.

Himpunan kosong dapat dilambangkan dengan .

Himpunan 100 buah bilangan asli pertama bisa dituli {1, 2, , 100}

Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga, kita dapat menggunakan tanda ellipsis().

Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {, -2, -1, 0, 1, 2, }.

C. Keanggotaan

x A : x merupakan anggota himpunan A;

x A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

misal, A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }

maka, 1 A dan b A

D. Simbol-simbol Baku
Terdapat sejumlah simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan yang sering digunakan,

antara lain:

P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,}

N = himpunan bilangan alami (natural) = {1,2,}

Z = himpunan bilangan bulat = {,-2,-1,0,1,2,}

Q = himpunan bilangan rasional

R = himpunan bilangan riil

C = himpunan bilangan kompleks

Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya merupakan bagian dari sebuah
himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini disebut semesta dan disimbolkan dengan U.

Himpunan U harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan. Sebagai contoh,
misalnya U = {bil. Genap kurang dari 6} berarti U = {2, 4}

E. Notasi Pembentuk Himpunan

Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan (set builder). Dengan cara
penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya.

Notasi:{x|syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan:

Bagian di kiri tanda | melambangkan elemen himpunan


Tanda | dibaca dimana atau sedemikian sehingga
Bagian di kanan tanda | menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
Setiap tanda , di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan

Contoh:

A adalah himpunan bilangan asli

Daftar anggota: A={1,2,3,. . .}

Notasi pembentuk himpunan: A={x | x A }

F. Diagram Venn

Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini diperkenalkan oleh
matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. di dalam diagram Venn, himpunan semesta
(U) digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di
dalam segi empat tersebut.

Contoh: Misalkan U = {1, 2, , 7, 8},

A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.

1.3 Kardinalitas

Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A. Misalkan A merupakan himpunan yang elemen-
elemennya berhingga banyaknya. Jumlah elemen A disebut kardinal dari himpunan A.

Notasi: n(A) atau |A| , notasi |A| untuk menyatakan kardinalitas himpunan.
B = {x|x merupakan HIMA di STTG}, Maka |B| = 4, dengan elemen-elemen B adalah HIMATIF, HIMAKOM,
HIMASIP, HIMATI.

A = {a, {a}, {{a}}, maka |A| = 3, dengan elemen-elemen A (yang berbeda) adalah a, {a}, dan {{a}}.

Himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya mempunyai kardinalitas tidak berhingga pula. Sebagai
contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota tidak berhingga, maka |R| = .

1.4 Himpunan Kosong

Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong
(null set).

Notasi: atau { }

Contoh: A = {x | x < x}, maka n(A) = 0

Perhatikan bahwa himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}.

1.5 Himpunan bagian (subset)

Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan
elemen B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Notasi: A B

Contoh: A B jika elemen A ada di B

A={1,2,3}

B={1,2,3,4,5,7}
C={1,2,4,5}

Jadi : * A B
* A bukan himpunan bagian C

1.6 Himpunan yang Sama

Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B
dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.

A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka
A B.

Notasi : A = B A B dan B A

Contoh: A={a,b,c}, B={c,a,b} Jadi, A=B

tiga prinsip yang perlu diingat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:

1. urutan elemen dalam himpunan tidak penting.

jadi {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}

2. pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.

Jadi, {1,1,1,1}={1,1}={1} {1,2,3}={1,2,1,3,2,1}

3. untuk tiga buah himpunan, A, B, C berlaku aksioma berikut:

A = A, B = B, dan C=C
Jika A = B,maka B

Jika A = B, dan B = C maka A = C

1.7 Himpunan Ekivalen

Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua himpunan
tersebut sama.

Notasi: A ~ B |A|=|B|

Contoh: A={a,b,c} dan B={2,4,6} maka A ~ B sebab |A|= |B|

1.8 Himpunan Saling Lepas

Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.

Notasi : A // B

Contoh: jika A={2,4,6,8} dan B={3,5,7} maka A // B sebab elemen himpunan A dan elemen himpunan B
tidak ada yang sama.

1.9 Himpunan Kuasa

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan
semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.
Notasi : P(A) atau 2A
Jika |A| = m, maka |P(A)| = 2m.

Contoh:

Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}

Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, & himpunan kuasa dari himpunan {} adalah
P({}) = {, {}}.

1.10 Operasi Pada Himpunan

1. Irisan ( )

Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yg setiap elemennya merupakan elemen dari
himpunan A dan himpunan B.

Notasi: A B={x | x A dan x B}

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A B={2,3,5}

2. Gabungan ( )

Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota
himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A B = { x | x A atau x B }

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka, A B={1,2,3,4,5,7,11}

3. Komplemen

Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan yang
elemennya

merupakan elemen U yang bukan elemen A.


Notasi : = { x | x U, tapi x A }

Misalkan U={0, 11} dan A={1,3,5,7} maka, = {0,2,4,6,8,9,10,11}

4. Selisih

Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen A dan bukan
elemen B. Selisih antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai komplemen himpunan B relatif terhadap
himpunan A.

Notasi : A B = { x | x A dan x B } = A B

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A B = {1,4}

5. Beda Setangkup

Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah sesuatu himpunan yang elemennya ada pada himpunan A atau B,
tetapi tidak pada keduanya.

Notasi: AB = (AB) (AB) = (A-B) (B-A)

Misalkan A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 } maka , AB = { 3, 4, 5, 6 }

6. Perkalian Kartesain

Perkalian kartesian (Cartesian products) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua
pasangan

berurutan (ordered pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen kedua dari himpunan A dan B.

Notasi: A x B ={(a,b)| a A dan b B}

Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka C D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }

Catatan:

1. jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| . |B|

2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B B x A dengan syarat A dan B tidak kosong.

4. Jika A = atau B = maka A x B = B x A =

1.11 Sifat-sifat Operasi Himpunan

1. Hukum identitas: 2.Hukum null:

A=A A=

AU =A AU=U
3. Hukum Komplemen: 4. hukum idempotent:

A=U AA=A

A = A A=A
5. Hukum Involusi: 6. Hukum Penyerapan:

(A)= A A (A B) = A

A (A B) = A
7. Hukum Komutatif: 8. Hukum Asosiatif: 1.12 Prinsip Inklusi-Eksklusi
AB=BA
A (B C)=(A B) C
Berapa banyak anggota
AB=BA didalam gabungan dua buah
A (B C)=(A B) C himpunan A dan B?
Penggabungan dua buah
A (B C)=(A B) C menghasilkan dua buah
9. Hukum distributif : 10. Hukum DeMorgan : himpunan baru yang elemen-
elemenya berasal dari himpunan
A (B C) = (A B) (A C) AB = A B A dan himpunan B.
Himpunan A dan
A (B C) = (A B) (AC) AB = A B himpunan B mungkin saja
memiliki elemen-elemen yang
sama. Banyaknya elemen
bersama antara A dan B adalah A B. Setiap unsur yang sama itu telah dihitung dua kali, sekali
pada A dan sekali pada B, meskipun ia seharusnya dianggap sebagai satu buah elemen didalam
A B, karena itu, jumlah elemen hasil penghubungan seharusnya adalah jumlah elemen dimasing-
masing himpunan dikurangi dengan jumlah elemen didalam irisannya, atau A B = A + B
A B.

Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi. Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung jumlah
elemen hasil operasi beda setangkup: A B = A + B 2A B

1.13 Partisi

Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1,A2 ..dari A sedemikian

sehingga :

(a) A1 A2 . = A, dan

(b) Himpunan bagian Ai saling lepas;yaitu Ai Aj = untuk i j.

Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A.

1.14 Multiset

Dari definisi himpunan, himpunan adalah kumpulan elemen yang berbeda. Namun pada beberapa
situasi, adakalanya elemen himpunan tidak seluruhnya berbeda, misalnya himpunan nama-nama
mahasiswa di sebuah kelas. Nama-nama mahasiswa di dalam sebuah kelas mungkin ada yang sama,
karena itu ada perulangan elemen yang sama di dalam himpunan tersebut. Himpunan yang elemennya
boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan-ganda atau multiset. Contoh: {1, 1, 1, 2, 2, 3},
{2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {} adalah himpunan ganda.

Multiplisitas dari suatu elemen pada multiset adalah jumlah kemunculan elemen tersebut pada multiset.
Misalkan : Jika M = { 0, 1, 01, 1, 0, 001, 0001, 00001, 0, 0, 1}, maka multiplisitas elemen 0 adalah 4.
Himpunan merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap
elemennya adalah 0 atau 1. Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sbg kardinalitas himpunan
padanannya, dgn mengasumsikan elemen2 di dalam multiset semua berbeda.

Operasi Antar Dua Buah Multiset

Misalkan P dan Q adalah multiset:

1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas maksimum elemen
tersebut pada himpunan P dan Q.

Contoh:

P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },

P Q = { a, a, a, b, c, c, d, d
2. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas minimum elemen tsb
pada himpunan P dan Q.

Misal: Jika P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c } maka P Q = { a, a, c }

1.15 Pembuktian Kalimat Himpunan

Kalimat himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan. Kalimat dapat berupa kesamaan
himpunan, misalnya A (B C) = (A B) (A C) adalah sebuah kesamaan himpunan, atau berupa
kalimat implikasi seperti jika A B = dan A (B C) maka selalu berlaku bahwa A C.

Program Linear
Program Linear merupakan bagian dari matematika berupa pemecahan masalah pengoptimalan, yaitu
memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear yang bergantung pada kendala (batasan) linear.
Kendala ini bisa berupa pertidaksamaan atau persamaan linear.

Sebagai contoh, kita ingin memaksimalkan nilai dari dengan kendala:

Jadi, nilai dan yang memaksimumkan nilai harus memenuhi ketiga pertidaksamaan (kendala) di atas.

(Lihat juga: Fungsi Kuadrat)

Untuk itu, agar kamu memahami materi program linear, kamu harus memahami terlebih dahulu materi
persamaan garis lurus dan sistem pertidaksamaan linear.

Review Persamaan Garis Lurus


Persamaan garis yang melewati titik (0, a) dan (b, 0) adalah

Contoh: Persamaan garis yang melewati titik A (0,3) dan (5, 0) adalah

Persamaan garis yang melewati titik dan adalah:

Contoh: Persamaan garis yang melewati titik A (2, 4) dan B (3, 5) adalah:

Sistem Pertidaksamaan Linear


Sistem pertidaksamaan linear merupakan gabungan dari beberapa pertidaksamaan linear. Pertidaksamaan linear
pada topik program linear biasanya berupa pertidaksamaan yang terdiri dari 2 variabel, yaitu x dan y. Misalnya,
.

Pada soal program linear, terkadang bentuk pertidaksamaan tidak langsung dinyatakan dalam notasi variabel,
tetapi melalui suatu bahasa atau pernyataan, sehingga perlu diterjemahkan ke bentuk pertidaksamaan linear
biasa. Penerjemahan ini disebut dengan pemodelan matematika, dan sistem pertidaksamaan liner yang terbentuk
disebut dengan model matematika.

Himpunan penyelesaian pertidaksamaan ini dapat ditentukan dengan menggunakan metode grafik dan uji titik.

Misalnya kita ingin menggambar grafik . Langkah-langkahnya adalah:

1. Gambarkan garis pada koordinat Cartesius.


2. Pilih satu (sembarang) titik yang tidak terletak pada garis tersebut, lalu substitusikan nilai
titik tersebut ke pertidaksaman . Untuk mempermudah perhitungan, ujilah
pertidaksamaan tersebut pada titik O (0,0).
o Jika pertidaksamaan tersebut bernilai salah, maka himpunan penyelesaiannya adalah daerah yang
tidak memuat titik tersebut, dengan batasnya adalah garis
o Jika pertidaksamaan tersebut bernilai benar, maka himpunan penyelesaiannya adalah daerah
yang memuat titik tersebut, dengan batasnya adalah garis

Sedangkan himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linearnya adalah irisan dari semua daerah himpunan
penyelesaian pertidaksamaan linear tersebut.

Contoh:

Tentukanlah himpunan penyelesaian dari:

Jawab:

Gambarkan terlebih dahulu grafik , , dan pada koordinat Cartesius.


Perhatikan grafik di bawah ini:

Kemudian, uji masing-masing pertidaksamaan pada titik O (0,0), untuk menentukan daerah himpunan
penyelesaian setiap pertidaksamaan, dan perhatikan daerah irisannya. Maka didapat himpunan penyelesaiannya
seperti pada grafik berikut:
Nilai Optimum Fungsi Objektif Program Linear
Pada program linear, fungsi objektif merupakan suatu fungsi yang hendak ditentukan nilai
optimumnya (maksimum atau minimum).

Nilai optimum suatu fungsi objektif dapat ditentukan dengan menggunakan: (1) metode garis selidik (membuat
persamaan garis selidik) dan menggeser-geser garis selidik di daerah himpunan penyelesaian, atau (2). metode
pengujian titik sudut (menguji nilai titik sudut dan mensubstitusikannya pada fungsi objektif program
linear.

Titik sudut merupakan titik perpotongan masing-masing pertidaksamaan linear. Koordinat titik sudut dapat
dihitung dengan menggunakan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

Menurut penulis, cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan metode pengujian titik sudut, di mana
kita tinggal mensubstitusi nilai titik sudut sistem pertidaksamaan linear pada grafik koordinat Cartesius.

Contoh Soal Program Linear

Nilai maksimum dari untuk dan yang memenuhi , , , dan


adalah . (SPMB 2005)

Jawab:

Gambarkan pertidaksamaan tersebut ke dalam koordinat Cartesius, yaitu sbb:

Kemudian tentukan daerah himpunan penyelesaiannya, yaitu irisan dari setiap pertidaksamaan. Yaitu seperti
pada grafik di bawah ini:
Titik potong haris dan adalah

Uji titik sudut:

Nilai fungsi pada titik dan tidak perlu dihitung, karena berada di bawah garis , yang
mana nilainya pasti lebih rendah.

Jadi, nilai maksimum fungsi objektif program linear tersebut adalah 464.
Geometri Bidang ( titik, garis, sudut, bidang )

Bidang-bidang yang hanya mempunyai panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi disebut bidang
dimensi dua atau bidang datar. Begitu juga bidang-bidang yang hanya mempunyai panjang dan tidak
mempunyai lebar dan tinggi disebut bidang dimensi satu atau bidang garis.
A. Titik
Secara matematik definisi titik adalah sesuatu yang tidak mempunyai bagian sama sekali, tidak berbentuk dan
tidak mempunyai ukuran.
Dari pengertian di atas, maka titik dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tidak mempunyai ukuran
2. Tidak memeiliki panjang, lebar atua tebal.
3. Memiliki tempat (posisi)

4. Tidak dapat dilihat


Titik adalah bagian terkecil dari suatu objek geometri, yang menempati suatu tempat, yang tidak memiliki
panjang, lebar, dan tinggi.Titik adalah suatu idea, benda pikiran yang bersifat abstrak. Dikarenakan titik tidak
bisa dijelaskan dengan cara biasa, Titik termasuk sesuatu yang tak terdefinisi.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk menandai sebuah titik dapat disimbolkan dalam wujud noktah atau
silang:
1. . Noktah untuk mewujudkan titik.
2. x Silang untuk mewujudkan titik.
Ingat! Nama sebuah titik menggunakan huruf kapital. Contohnya: A
B. Garis
Garis adalah himpunan dari titik-titik yang mempunyai panjang tak terhingga tetapi tidak memiliki lebar atau
tebal.Panjangnya tak terbatas, lurus, tidak mempunyai ketebalan, dan tidak mempunyai ujung.

Gambar diatas untuk menunjukkan sebuah garis, dan penjelasannya sebagai berikut:
Melalui dua buah titik A dan B dapat digambar sebuah garis AB dan ditulis AB. Karena sifatnya tidak terbatas
atau tidak terhingga, maka gambar (model) garis diberi panah pada kedua ujungnya.
Ciri-ciri garis yaitu:
1. Tidak mempunyai pangkal.
2. Tidak mempunyai ujung.
3. Panjangnya tak terhingga.
Titik yang terletak pada satu garis yang sama disebut titik-titik segaris (kolinear). Misalnya titik-titik A dan B
yang terletak pada satu garis:
Dua garis disebut sejajar, jika keduanya tidak saling berpotongan atau berimpit. Jadi dapat dikatakan bahwa
satu garis adalah sejajar dengan dirinya sendiri.
Tiga atau lebih garis yang melalui satu titik yang sama disebut garis setitik atau garis yang kongruen.
Ruas garis digambarkan diatas penjelasanya sebagai berikut:
Disebut ruas garis AB ditulis AB (tidak dengan panah). Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik A dan B dan
semua titik-titik diantara A dan B. Ciri-ciri ruas garis yaitu:
1. Mempunyai pangkal.
2. Mempunyai ujung.
3. Panjangnya terhingga (terbatas/dapat diukur).
Sinar garis digambarkan diatas, penjelasannya sebagai berikut:
Disebut sinar garis AB ditulis AB .Sinar AB adalah himpunan bagian dari garis termasuk titik A dan semua titik
di sisi/ di pihak yang sama. Ciri-ciri sinar garis yaitu:
1. Mempunyai pangkal.
2. Tidak mempunyai ujung (digambar panah).
3. Panjangnya tidak terhingga.
C. Sudut
Sudut dibentuk oleh dua garis lurus yang berpotongan pada satu titik yang sisi-sisinya bersekutu pada salah satu
ujungnya. Ciri-cirinya yaitu sisi-sisi sudut dibentuk oleh ruas-ruas garis dan sudut terbentuk karena ruas-ruas
garis yang pangkalnya bersekutu (bertemu) pada satu titik yang disebut titik sudut.
Berdasarkan besar sudutnya, maka sudut digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 180o.
2. Sudut siku adalah sudut yang besarnya 90o.
3. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0o 90o.
4. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya lebih dari 90o.
D. Bidang
Bidang adalah permukaan rata yang meluas ke segala arah,tak terbatas, terus-menerus dalam semua arah, dan
tidak memiliki ketebalan.Bidang adalah himpunan titik-titik yang memiliki luas tak terhingga.Bidang terdiri
dari bidang datar dan bidang ruang.
Bidang datar disebut juga bidang berdimensi dua karena hanya mengandung unsur panjang dan lebar.Berikut ini
merupakan macam-macam bidang datar, yaitu:
1. Segitiga
Segitiga adalah gabungan dari tiga segmen/ruas garis yang titik-titiknya tidak kolinier (tidak terletak pada satu
garis). Ditinjau dari besar sudutnya, segitiga digolongkan menjadi:
a. Segitiga lancip (ketiga sudutnya lancip).
b. Segitiga siku-siku (salah satu sudutnya 90o).
c. Segitiga tumpul (salah satu sudutnya tumpul, >90o).
Sedangkan ditinjau dari panjang sisinya, segitiga digolongkan menjadi:
a. Segitiga sama sisi yang ketiga sisinya sama panjang.
b. Segitiga sama kaki yang mempunyai dua sisi yang sama panjang.
c. Segitiga sembarang yang ketiga sisinya tidak sama panjang.
Secara umum, sifat-sifat segitiga adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai tiga sisi yang ketiga ujungnya saling bertemu dan membentuk tiga sudut.
b. Mempunyai tiga buah titik sudut.
c. Ketiga sudut besarnya 180o.

2. Segi Empat
Segi empat adalah suatu bangun yang mempunyai 4 sisi dan 4 sudut. Segi empat digolongkan menjadi:
a. Persegi (bujur sangkar), adalah bidang datar yang semua sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-
siku.
Sifat-sifat persegi yaitu:
- Jumlah sudut dalamnya 360o.
- Keempat sudutnya siku-siku.
- Sisi-sisinya sama panjang.
- Diagonalnya sama panjang.
- Perpotongan diagonalnya membentuk sudut 90o atau saling tegak lurus.
- Tiap-tiap sudut dibagi oleh diagonal menjadi dua bagian sama besar.
b. Persegi panjang, adalah segi empat yang keempat sudutnya siku-siku danmempunyai sisi berhadapan yang
sama panjang. Sifat-sifat persegi panjang yaitu:
- Setiap sudutnya siku-siku.
- Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
- Jumlah sudut dalamnya 360o.
- Kedua diagonalnya berpotongan di tengah.
c. Jajar genjang, adalah bidang datar bersegi empat, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. Sifat-
sifat jajar genjang yaitu:
- Jumlah sudut dalamnya 360o.
- Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
- Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
- Diagonal yang satu membagi diagonal yang lain menjadi dua bagian yang sama panjang.
d. Belah ketupat, dapat disebut juga jajar genjang yang keempat sisinya sama panjang. Sifat-sifat belah ketupat
yaitu:
- Jumlah sudut dalamnya 360o.
- Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
- Sisi-sisinya sama panjang.
- Diagonalnya saling berpotongan dan saling tegak lurus (membentuk sudut 90o).
- Tiap-tiap sudut dibagi oleh diagonal menjadi dua sama besar.
e. Trapesium, adalah segi empat yang dua sisinya sejajar. Ada 3 jenis trapesium, yaitu trapesium yang keempat
sisinya tidak sama panjang, trapesium sama kaki yang kedua sisi tegaknya sama panjang, dan trapesium siku-
siku yang salah satu sudutnya siku-siku. Salah satu sifat trapesium yaitu dua sisinya sejajar.
f. Layang-layang, adalah segi empat yang kedua pasang sisinya saling berdekatan sama panjang dan salah satu
diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya. Sifat-sifatnya yaitu:
- Jumlah sudut dalamnya 360o.
- Sisi-sisi yang berdekatan sama panjang.
- Perpotongan kedua diagonalnya membentuk sudut 90o atau saling tegak lurus.
- Salah satu diagonal dibagi menjadi dua sama panjang oleh diagonal yang lain.
g. Lingkaran, adalah bidang datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi
suatu titik asal dengan jarak yang sama. Jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.

E. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang

1. Kedudukan titik terhadap garis


Ada dua kedudukan titik terhadap garis, yaitu:
- Titik terletak pada garis (titik A).
- Titik terletak di luar garis (titik B).
2. Kedudukan titik terhadap bidang
Ada dua kemungkinan kedudukan titik terhadap bidang, yaitu:
- Titik terletak pada bidang () {A, B, C, D}.
- Titik terletak di luar bidang () {E, F}.
3. Kedudukan antara dua garis
Ada 4 kemungkinan kedudukan antara dua garis, yaitu:
- Saling berimpit, dua buah garis dikatakan saling berimpit apabila kedua garis itu sama.Misal garis AB
berimpit dengan AB.
- Saling berpotongan, dua buah garis dikatakan saling berpotongan apabila kedua garis itu mempunyai hanya
satu titik persekutuan.Jika dua buah garis berpotongan, maka kedua garis itu terletak pada satu bidang.
- Sejajar, dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut terletak pada satu bidang dan tidak
mempunyai titik persekutuan.
- Saling bersilangan, dua buah garis dikatakan saling bersilangan apabila kedua garis itu tidak sebidang.
4. Kedudukan garis terhadap bidang, Ada tiga kemungkinan kedudukan garis terhadap bidang garis
sejajar dengan bidang, garis berpotongan dengan bidang, atau garis terletak pada bidang.
Sekian Geometri Bidang ( titik, garis, sudut, bidang ).

Anda mungkin juga menyukai