Anda di halaman 1dari 17

Penyusun: Theobald davu S.

Kelas:10,11

MODUL MATEMATIKA

BAB I EKSPONEN DAN LOGARITMA

A. Bentuk Pangkat
Bilangan Pangkat Tahukah Anda, berapa jarak antara matahari dan bumi?
Ternyata jarak antara matahari dan bumi adalah 150.000.000 km. Penulisan jarak
antara matahari dan bumi dapat ditulis dengan bilangan pangkat. Bagaimana
caranya?
Pangkat bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif, nol, atau negatif.
1. Pangkat Bulat Positif a. Pengertian Pangkat Bulat Positif
Jika a adalah bilangan riil dan n bilangan bulat positif maka an (dibaca "a
pangkat n") adalah hasil kali n buah faktor yang masing-masing faktornya
adalah a. Jadi, pangkat bulat positif secara umum dinyatakan dalam bentuk

dengan:
a = bilangan pokok (basis);
n = pangkat atau eksponen;
an = bilangan berpangkat.
Dengan menggunakan konsep bilangan pangkat penulisan jarak antara
matahari dan bumi, yaitu 150.000.000 km dapat ditulis dengan cara yang lebih
ringkas, yang dikenal sebagai notasi ilmiah, yaitu 1,5 × 108 km

b. Sifat - Sifat Operasi Pemangkatan 1) Sifat Perkalian Bilangan


Berpangkat
2. Pangkat Bulat Negatif dan Nol a. Bilangan Berpangkat Nol
B. Bentuk Akar
Dalam bilangan bentuk akar (radikal), ada 3 bagian yang perlu diketahui, yaitu
lambang bentuk akar, radikan, dan indeks. Secara umum, bentuk akar ditulis dalam
bentuk: Dalam bilangan bentuk akar (radikal), ada 3 bagian yang perlu diketahui,
yaitu lambang bentuk akar, radikan, dan indeks. Secara umum, bentuk akar ditulis
dalam bentuk :

dengan: a n disebut bentuk akar (radikal),


disebut lambang bentuk akar,
n disebut indeks (pangkat akar),
a disebut radikan (bilangan di bawah tanda akar), dengan a bilangan riil
positif untuk n bilangan asli dan untuk n bilangan ganjil, a dapat
berupa bilangan riil negatif.
Bentuk akar terbagi atas 2 jenis:
1. Akar Senama
Suatu bentuk akar dikatakan akar senama jika indeks (pangkat akar) nya sama.
Contoh:
a. 2, 3 , 5 , mempunyai indeks 2
b. 3
5, 3 10, 3 11 mempunyai indeks 3.

2. Akar sejenis
Suatu bentuk akar dikatakan akar sejenis jika indeks dan radikannya sama.
Contoh:
3 2, 23 2, 53 2, mempunyai indeks 3, radikannya 2
Seperti halnya bilangan pangkat, bentuk akar pun memiliki sifat-sifat tertentu,
yaitu sebagai berikut:

Untuk a, b bilangan riil dengan n bilangan asli yang sesuai berlaku:

Sifat-sifat bentuk akar di atas menjelaskan bahwa perkalian dua bentuk akar
senama dengan indeks n, sama dengan perkalian radikan dari masing-masing
bentuk akar dengan indeks n. Hal demikian berlaku juga untuk operasi pembagian
bentuk akar senama. Untuk penjumlahan dan pengurangan dengan bentuk akar
sejenis maka yang dijumlahkan atau dikurangkannya adalah koefisien dari
masing-masing bentuk akar, lalu dikalikan dengan bentuk akar tersebut.
C. Bentuk Fungsi Exponen
Fungsi Eksponen adalah suatu fungsi yang dinyatakan dalam bentuk
y = f(x) = a(bcx) dengan a, b, dan c bilangan real. x adalah variabel
b adalah bilangan pokok atau basis
c adalah koefisien x cx adalah
eksponen dari b.

D. Logaritma
Pada pembahasan sebelumnya, Anda telah mempelajari mengenai bilangan
berpangkat, misalnya 24 = 16, 2 disebut sebagai basis, 4 sebagai pangkat (eksponen),
dan 16 sebagai hasil pemangkatan 2 oleh 4. Jika pertanyaannya dibalik, 2 pangkat
berapa menghasilkan nilai 16, Anda akan menjawab 4. Operasi kebalikan dari
menentukan nilai pemangkatan menjadi menentukan pangkatnya disebut sebagai
operasi logaritma, yang dapat ditulis: 24 = 16 2 log 16 = 4 Secara umum:
Jika x = an maka a log x = n, dan sebaliknya jika alog x = n maka x = an .
Hubungan antara bilangan berpangkat dan logaritma dapat dinyatakan sebagai
berikut: a log x = n x = an
dengan: a = bilangan pokok atau basis, a > 0; a ≠ 1; x = numerus
(yang dicari nilai logaritmanya), x > 0 n = hasil
logaritma.

(a logx dibaca"logaritma x dengan basis a")


Bentuk logaritma dapat dinyatakan dalam bentuk pangkat dan sebaliknya, bentuk
pangkat dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma.
1. Sifat logaritma a. Sifat 1
Untuk a > 0, a ≠ 1, berlaku: a log a = 1, a log 1 = 0, log 10 = 1

Bukti:
• Setiap bilangan apabila dipangkatkan dengan 1 hasilnya adalah bilangan
itu sendiri. Jadi, a = a a log a = 1
• Setiap bilangan tidak sama dengan nol apabila dipangkatkan nol hasilnya
selalu satu. Jadi, a0 = 1 a log 1 = 0
• Log 10 adalah suatu bentuk logaritma dengan basis 10 dan numerusnya 10.
Jadi, log 10 = 1

b. Sifat 2

c. Sifat 3
d. Sifat 4

e. Sifat 5

f. Sifat 6
g. Sifat 7

h. Sifat 8

i. Sifat 9
BAB II Barisan dan Deret

A. Barisan dan deret aritmetika


Barisan aritmetika merupakan barisan bilangan yang memiliki beda atau selisih tetap
antara dua suku yang berurutan. Contoh Barisan Aritmetika:

Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:

Rumus untuk mencari beda pada barisan aritmetika:

Berbeda dengan barisan, deret merupakan hasil penjumlahan pada barisan


aritmetika. Namun, deret tidak selalu menjumlahkan keseluruhan suku dalam suatu
barisan. Rumus deret hanya menjumlahkan barisan aritmetikanya hanya sampai suku
yang diperintahkan saja. Contoh deret aritmetika:

2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …

24 + 20 + 16 + 12 + …

Rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika:


Contoh :
Diketahui sebuah barisan aritmetika 15, 19, 23, 27, 31, … .
a. Tentukan suku ke 25!
b. Tentukan 10 suku pertama!

Pembahasan :
B. Barisan Dan Deret Geometri
Barisan geometri merupakan barisan bilangan dimana dua suku yang berurutan
memiliki perbandingan yang sama. Perbandingan pada barisan geometri
disebut sebagai rasio (r). Contoh barisan geometri:

Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan geometri:

Rumus untuk mencari rasio pada barisan geometri:

Deret geometri merupakan hasil penjumlahan pada barisan geometri. Rumus deret
hanya menjumlahkan suku-suku pada barisan geometri hanya sampai suku yang
diperintahkan saja.

Contoh deret geometri:

2 + 4 + 8 + 16 + 32 + …

200 + 100 + 50 + 25 + …

Rumus jumlah n suku pertama deret geometri:


Contoh :
Diketahui sebuah barisan geometri berikut:
3, 12, 48, 192, …
a. Tentukan suku ke-10 dari barisan geometri tersebut!
b. Tentukan jumlah 5 suku pertama dari barisan geometri tersebut!

Pembahasan:

C. Masalah Yang Melibatkan Barisan Dan Deret

Soal 1: Menyelesaikan Penerapan Barisan Geometri: Bandul


Bandul adalah sembarang obyek yang digantungkan pada suatu titik tertentu dan
dibiarkan untuk mengayun dengan bebas di bawah pengaruh dari gaya gravitasi.
Misalkan ayunan suatu bandul masing-masing panjangnya 0,8 dari ayunan
sebelumnya. Lama kelamaan, ayunan bandul tersebut akan semakin pendek dan akan
berhenti (walaupun secara teoritis tidak akan pernah berhenti)
1. Seberapa panjangkah ayunan ke-6 dari bandul tersebut, apabila panjang ayunan
pertamanya adalah 125 cm?
2. Berapakah panjang lintasan total yang telah dilalui oleh bandul tersebut sampai
ayunan yang ke-6?
3. Butuh sampai berapa ayunankah agar panjang dari masing-masing ayunan bandul
tersebut kurang dari 14 cm?
4. Berapakah panjang lintasan total yang telah dilalui bandul tersebut sampai bandul
tersebut berhenti berayun?

Pembahasan
Karena panjang masing-masing ayunan sama dengan 0,8 panjang ayunan sebelumnya,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa panjang ayunan bandul tersebut membentuk
barisan geometri.
1. Karena panjang ayunan pertamanya adalah 125 cm, maka kita peroleh a1 = 125
dan rasionya r = 0,8. Sehingga beberapa suku pertama dari barisan tersebut
adalah 125, 100, 80, dan seterusnya. Untuk suku ke-6, kita dapat menentukannya
dengan menggunakan rumus:

Jadi, bandul tersebut mengayun sejauh 40,96 cm pada ayunannya yang ke-6.

2. Untuk menentukan panjang lintasan total sampai ayunan ke-6, kita hitung S6.

Sehingga, bandul tersebut telah menempuh 461,16 cm sampai ayunan ke-16.

3. Untuk menentukan banyaknya ayunan ketika masing-masing ayunan panjangnya


kurang dari 14 cm, kita selesaikan n pada persamaan 14 = 125(0,8)n – 1.
Jadi, setelah ayunan ke 10 (atau mulai ayunan ke-11), panjang dari lintasan
bandul akan kurang dari 14 cm.

4. Panjang lintasan total sebelum bandul berhenti berayun sama dengan jumlah deret
geometri tak hingga dengan a1 = 125 dan r = 0,8.

Sehingga, panjang lintasan yang telah ditempuh oleh bandul sebelum berhenti
berayun adalah 625 cm.

Soal 2: Bermain Ayunan


Rhisky sedang bermain ayunan di halaman belakang rumahnya. Dia mengayunkan
ayunan tersebut dengan menggunakan tangan dan tubuhnya agar ayunan tersebut
berayun sampai ketinggian maksimum, kemudian membiarkannya sampai ayunan
yang dia tumpangi berhenti dengan sendirinya. Dalam setiap ayunan, Rhisky
menempuh 75% dari panjang ayunan sebelumnya. Jika panjang busur pertama (atau
ayunan pertama) 2 meter, tentukan panjang busur yang ditempuh Rhisky pada ayunan
ke-8. Berapa meterkah total panjang busur yang ditempuh Rhisky sebelum dia
berhenti berayun?

Pembahasan Diketahui panjang busur pertama yang ditempuh Rhisky adalah 2


meter, sehingga kita peroleh a1 = 2. Sedangkan dalam setiap ayunannya dia
menempuh 75% dari panjang lintasan sebelumnya. Sehingga r = 75% = 0,75. Untuk
menentukan panjang ayunan ke-8, kita tentukan a8 dari barisan tersebut.

Sehingga, panjang ayunan Rhisky yang ke-8 adalah 0,27 meter atau 27 cm.

Selanjutnya kita tentukan panjang lintasan yang ditempuh oleh Rhisky sebelum dia
berhenti berayun. Untuk menentukan panjang lintasan ini, kita cari jumlah deret
tak hingga dari barisan tersebut.
Jadi panjang lintasan yang telah ditempuh oleh Rhisky sampai dia berhenti berayun
adalah 8 meter.

Soal 3: Permasalahan Depresiasi


Suatu mobil SUV baru mengalami depresiasi nilai jual sebesar 15% tiap tahunnya (hal
ini berarti harga jualnya menjadi 85% dari harga jual tahun sebelumnya). Jika harga
beli dari mobil SUV baru tersebut adalah 510 juta rupiah, berapakah harga jual dari
SUV tersebut setelah 5 tahun? Berapa tahunkah sampai harga SUV tersebut kurang
dari 100 juta rupiah?

Pembahasan Harga jual suatu SUV sama dengan 85% dari harga tahun sebelumnya,
sehingga kita peroleh r = 85% = 0,85. Harga beli mobil SUV baru tersebut adalah 510
juta rupiah, atau dengan kata lain a0 = 510 (dalam juta). Akibatnya, harga jual pada
tahun pertama a1 = 510 ∙ 0,85 = 433,5. Sehingga dalam menentukan harga jual SUV
tersebut setelah 5 tahun, kita akan tentukan a5.

Kita peroleh bahwa harga jual SUV tersebut setelah 5 tahun adalah 226,29 juta rupiah.
Selanjutnya kita tentukan sampai tahun ke berapa ketika harga SUV tersebut kurang
dari 100 juta rupiah. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menentukan
nilai n dari persamaan

Jadi, setelah tahun ke-10 (atau mulai tahun ke-11) harga SUV tersebut akan kurang
dari 100 juta rupiah.

Anda mungkin juga menyukai