Anda di halaman 1dari 18

TERAPI MODALITAS SENAM LANSIA HIPERTENSI PADA LANSIA

DI WISMA LILY PSTW BUDI SEJAHTERA

Tanggal 06 November s.d 11 November 2017

Oleh:
NERS KELOMPOK B

Akbarian Noor, S.Kep NIM 1630913310002


Arief Hidayat, S.Kep NIM 1630913310004
Dhemes Alin, S.Kep NIM 1630913320006
Hamdanah, S.Kep NIM 1630913320007
Ratna Dewi, S.Kep NIM 1630913320011
Jajar Martono, S.Kep NIM 1630913310022
Yolla Yollanda Wulandari, S.Kep NIM 1630913320012

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI MODALITAS SENAM LANSIA HIPERTENSI PADA LANSIA


DI WISMA LILY PSTW BUDI SEJAHTERA

Tanggal 06 November s.d 11 November 2017

Oleh:
NERS KELOMPOK B

Akbarian Noor, S.Kep NIM 1630913310002


Arief Hidayat, S.Kep NIM 1630913310004
Dhemes Alin, S.Kep NIM 1630913320006
Hamdanah, S.Kep NIM 1630913320007
Ratna Dewi, S.Kep NIM 1630913320011
Jajar Martono, S.Kep NIM 1630913310022
Yolla Yollanda Wulandari, S.Kep NIM 1630913320012

Banjarbaru, November 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Anggi Setyowati, S.Kep, Ns, MSc Mutia Iflah, S.Kep


NIK. 1990 2015 1 185 NIP. 19860105 200903 2 004
TERAPI MODALITAS SENAM LANSIA HIPERTENSI PADA LANSIA

Topik : Terapi senam lansia hipertensi


Sasaran : Lansia yang berada di Wisma Lily PSTW
Budi Sejahtera Martapura
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Maret 2017
Jam : 10.00 WITA s/d selesai
Tempat : Ruang Wisma Lily

A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-
obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol
dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik
dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-
gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung
berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan.
Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan
meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat
meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga
elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung dalam berkontraksi sehingga
kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga (Nugroho, 2008).
Aktivitas fisik seperti senam pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin
akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat
meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga
elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung dalam berkontraksi sehingga
kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga (Nugroho, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan di wisma Lily terdapat 8 orang yang
mengalami hipertensi dengan rata-rata tekanan darah sistol >130 mmHg.
Berdasarkan riwayat terdapat 4 lansia yang memiliki hipertensi. Lansia di wisma
lily kurang memahami mengenai latihan fisik untuk lansia khususnya senam
lansia hipertensi yang dapat mengurangi tekanan darah. Sehingga mahasiswa
ingin melakukan terapi modalitas senam lansia hipertensi guna dapat bermanfaat
dalam mengontrol tekanan darah pada lansia.
Terapi modalitas diperlukan dalam praktek keperawatan karena merupakan
keterampilan terapeutik. Terapi modalitas yang berupaya meningkatkan
psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang bersamaan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan kelompok lansia klien dapat melakukan kegiatan
senam lansia hipertensi secara teratur
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi modalitas: terapi senam lansia hipertensi diharapkan
klien dapat:
a) Menjaga kebugaran tubuh
b) Memperlancar system peredaran darah
c) Mengontrol tekanan darah

C. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/Tanggal : Jumat, 10 November 2017
Tempat : Ruang Wisma Lily PSTW Budi Sejahtera
Waktu : 10.00 WITA s/d selesai

D. SASARAN
Semua lansia yang tinggal menetap, perawat, dan pelajar yang berdinas di
Wisma Lily PSTW Budi Sejahtera.
E. MEDIA/ALAT
Whitescreen
LCD
Power Point
Tensimeter
F. METODE
Ceramah/ diskusi
Demontrasi
G. SETTING
Klien berdiri dan terapis berdiri di depan klien
Tempat tenang dan nyaman
4 3 4 3 4

4 4 3 4
3
4 4 3 4 3 4
3 4

1 2

Keterangan :
1 : Leader
2 : Observer dan co leader
3 : Fasilitator
4 : Peserta

H. Petugas Pelaksana Terapi Modalitas


No Nama Petugas Penanggung Jawab
1. Akbarian Noor, S.kep Leader
2. Ratna dewi, S.Kep Observer dan co leader
3. Hamdanah, S.Kep Fasilitator
4. Dhemes Alin, S.Kep Fasilitator
5. Arief Hidayat, S.kep Fasilitator
6. Jajar Martono, S.Kep Fasilitator
7. Yolla Yollanda W, S.Kep Fasilitator

I. Pengorganisasian Dan Uraian Tugas


1) Leader:
a) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi modalitas
sebelum kegiatan dimulai
b) Memotivasi anggota untuk ikut aktifitas dalam kelompok
c) Memimpin terapi modalitas dengan baik dan tertib
2) Co-leader:
a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien
b) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3) Fasilitator:
a) Memfasilitasi kebutuhan yang dibutuhkan dalam kegiatan
b) Memotivasi klien untuk mengikuti dari awal kegiatan sampai usai.
4) Observer:
a) Observasi jalannya proses kegiatan
b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
c) Mengatur alur permainan

J. Strategi Pelaksanaan

Tahap Alat/
Aktivitas Mahasiswa Aktivitas lansia Metode
kegiatan Media
Pembukaan a. Mengucapkan a. Lansia membalas - Ceramah
(5 menit)
salam. salam.
b. Menyebutkan nama b. Lansia menerima
dan asal. kehadiran
mahasiswa dengan
baik.
c. Lansia memahami
c. Menjelaskan tujuan.
tujuan dengan baik.
Penyampaian a. Menjelaskan a. Lansia Whites Ceramah
materi tentang pentingnya mendengarkan dan creen, dan Tanya
(10 menit)
senam lansia memperhatikan LCD, jawab
b. Menganjurkan
hipertensi power
b. Menganjurkan kepada lansia agar
Point,
kepada lansia agar sering senam lansia
tensime
sering senam lansia hipertensi
ter
c. Lansia melakukan
hipertensi
c. Melakukan pemeriksaan
pemeriksaan tekanan darah
Tahap Alat/
Aktivitas Mahasiswa Aktivitas lansia Metode
kegiatan Media
tekanan darah
Demonstrasi a. Mengajak lansia a. Lansia melakukan Whites Demonstrasi
senam lansia senam hipertensi senam lansia creen,
hipertensi hioertensi LCD,
(20 menit) b. Lansia melakukan
Power
(10
senam lansia
Point
hipertensi sesuai
dengan harapannya

Penutup a. Mengevaluasi a. Lansia menjawab - Diskusi


(5 menit)
respon pertanyaan Tanya jawab
subjektif/perasaan mahasiswa
lansia setelah senam
b. Mengevaluasi
tujuan terapi b. Lansia mampu
modalitas menjawab/menjelas
kan kembali
pentingnya senam
lansia hipertensi
c. Lansia membalas
c. Penutup, memberi
salam.
salam

K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan proposal terapi modalitas senam lansia hipertensi satu
hari sebelum terapi modalitas dilaksanakan
b. Persiapan tempat, alat/media dilakukan satu hari sebelum
dilaksanakan
c. Mahasiswa membuat kontrak dengan kelompok lansia dan
pengasuh wisma untuk pelaksanaan terapi modalitas.
d. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
e. Klien duduk dan fasilitator berdiri di samping klien
f. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana
mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Lansia aktif dalam kegiatan terapi modalitas, bertanya bila ada
kesulitan dan menjawab pertanyaan dengan baik.
h. Lansia mengikuti terapi modalitas dari awal sampai akhir dan
mampu senam lansia hipertensi
1. Evaluasi Hasil
a. Lansia, perawat, dan pelajar mengetahui dan memahami tentang
pentingnya untuk mengingatkan lansia agar selalu senam lansia
hipertensi untuk meningkatkan semangat hidup lansia
b. Lansia mampu berdoa sesuai harapan yang diinginkan oleh lansia
c. Lansia mampu melakukan senam lansia hipertensi dalam
kehidupan sehari-hari.
Lampiran materi
1. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau sering dikenal dengan Silent
Killer adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal. Dimana tekanan
darah normal antara 140/90 mmHg.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai
normal.
2. Klasifikasi
a. Hipertensi ringan
Sistole 140-160, diastole 90-95 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Sistole 160-179, diastole 100-109 mmHg
c. Hipertensi Berat
Sistole , 180, diastole 110 mmHg
3. Penyebab
Penyebab hipertensi 90% tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya
dipengaruhi oleh:
a. Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi. Orang tuanya menderita tekanan darah tinggi akan
beresiko dua kali lipat menderita penyakit yang sama. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potassium terhadap sodium. Seseorang dengan orangtua penderita
hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga denga riwayat
hipertensi.

b. Kegemukan
Umumnya akan berdampak pada hiperinsulinemia sehingga dapat
menyebabkan hipertensi. Berat Badan yang berlebihan akan membuat
seseorang susah bergerak dengan bebas, jantungnya harus bekerja lebih
keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan
dari tubuh tersebut, karena itu obesitas termasuk salah satu faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. berdasarkan penyelidikan,
kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi
c. Kebiasaan merokok
Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak sel
endotel pembuluh darah sehingga terjadi jejas dalam pembuluh darah,
yang akan meningkatkan tahanan perifer dan menyebabkan naiknya
tekanan darah. Hipertensi juga dapat terjadi karena adanya nikotin dalam
batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah. Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah.
d. Memakan makanan yang banyak mengandung tinggi garam, kolesterol
dan lemak
Makanan tinggi lemak jenuh, garam dan kolesterol sangat beresiko tinggi
terjadinya aterosklerosis yang merupakan pemicu meningkatnya tekanan
darah. Garam berhubungan berat dengan terjadinya tekanan darah tinggi
(hipertensi). Menurut Graham Mc.Gregor dari Cash dalam
Wiryowidagdo (2008) menyatakan bahwa tingginya kadar garam di
dalam cairan tubuh akan mempengaruhi fungsi organ tubuh yang lain
atau otak, kadar garam yang berlebihan menyebabkan
melebarnya pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah dan terjadilah stroke dan hipertensi serta Penyakit
Jantung Koroner (PJK) . Selain garam, lemak dan kolesterol apabila
dikonsumsi secara berlebihan juga dapat menyebabkan hipertensi karena
dapat terjadi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan. Contoh makanan tinggi
lemak : jeroan (hati, otak, ginjal), selai, makanan tinggi garam ( ikan
asin, telur asin, mentega atau margarin)
e. Stress
Stres adalah respon seseorang terhadap sesuatu hal yang menyebabkan
stres (stresor) yang melibatkan semua sistem tubuh, termasuk sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), cenderung menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
f. Sakit gula/kencing manis
g. Sakit ginjal
2. Tanda dan Gejala
Sebagian besar (lebih 60%) penderita hipertensi tidak mengeluh namun tanda
dan gejala umum yang sering ditemukan, yaitu:
a. Sakit kepala
b. Rasa berat di tengkuk
c. Mudah emosi/marah
d. Jantung berdebar-debar
e. Sesak napas
f. Keletihan
g. Mata berkunang-kunang
h. Sukar tidur
3. Akibat Lanjut
a. Payah Jantung
Sesak nafas setelah bekerja atau melakukan kegiatan, lekas lelah, kaki
bengkak, lama kelamaan akan menyebabkan penurunan curah jantung
b. Stroke
Gangguan peredaran darah di otak
c. Penyakit Ginjal
Gangguan saluran kencing dan lain-lain

4. Cara Perawatan Lansia dengan Hipertensi


1) Pengaturan makanan
a. Mengurangi makanan yang bergaram tinggi seperti ikan asin, makanan
kaleng, keju dan lain-lain
b. Mengurangi makanan yang berlemak seperti gajeboh, usus, hati,
jantung, otak, serta makanan yang bersantan
2) Olahraga ringan
Dengan olahraga teratur dapat meningkatkan kebugaran tubuh, seperti
jalan kaki, bersepeda santai dan lain-lain
3) Berhenti merokok
4) Istirahat yang cukup
5) Menghindari minuman beralkohol
6) Mengendalikan berat badan
7) Periksakan kesehatan secara teratur ke pelayanan kesehatan
KONSEP SENAM

1. Pengertian Senam
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang
merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran
darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal
dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana
pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan
maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat
terpantau (Suroto,2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk
mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam
latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan.
Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat)
dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok
lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah
diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik
kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn
ke atas).
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan
persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular
fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,
sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin
yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan
gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa
tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan
mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut
nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan
osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang
sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat
memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking)
maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-
menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang
melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian
akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha
yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi
dan metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah
dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa
organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel
otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya
enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan
menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu:
meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang
pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan,
menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit,
merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan,
memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
3. Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap
latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan
(pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
A. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan
yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap
menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60%
detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1C - 2C dan badan
berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi
cidera atau kelelahan.

B. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau
gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan
model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
Gerakan Senam :
- Jalan di tempat sebanyak 2x8 hitungan
- Tepuk tangan sebanyak 4x8 hitungan
- Tepuk jari sebanyak 4x8 hitungan
- Jalin tangan sebanyak 4x8 hitungan
- Silang ibu jari kanan sebanyak 2x8 hitungan
- Silang ibu jari kiri sebanyak 2x8 hitungan
- Adu sisi kelingking sebanyak 2x8 hitungan
- Adu sisi telunjuk sebanyak 2x8 hitungan
- Ketok pergelangan tangan kiri sebanyak 2x8 hitungan
- Ketok pergelangan tangan kanan sebanyak 2x8 hitungan
- Ketok nadi kiri sebanyak 2x8 hitungan
- Ketok nadi kanan sebanyak 2x8 hitungan
- Tekan jari jari tangan sebanyak 2x8 hitungan
- Buka dan mengepal tangan sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk punggung tangan kiri sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk punggung tangan kanan sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk lengan dan bahu kiri sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk lengan dan bahu kanan sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk pinggang sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk paha sebanyak 4x8 hitungan
- Menepuk betis sebanyak 2x8 hitungan
- Jongkokdan berdiri sebanyak 2x8 hitungan
- Menepuk perut sebanyak 2x8 hitungan
- Kaki jinjit sebanyak 2x8 hitungan

C. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial.
Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum
berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa stretching.
Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat dengan
melakan teknik napas dalam. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga
mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.
Mubarak, Wahid. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai