Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMNEN EKOSISTEM LAMUN BERDASARKAN

ANALISA SPASIAL

Wilayah pesisir memiliki keberagaman potensi sumber daya alam yang


tinggi. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan sumber
daya pesisir. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain: terumbu
karang, hutan mangrove, dan padang lamun. Ekosistem lamun terletak di antara
ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Wilayah pesisir di negara
berkembang memiliki peran penting untuk keamanan pangan, pemukiman, sumber
mata pencaharian, menyediakan zona penyangga untuk mengatasi pencemaran, dan
kondisi cuaca yang ekstrim. Lebih dari 60% populasi dunia bermukim di zona
pesisir (UNEP, 2006 dalam Arkham, 2015).
Penataan ruang menurut Undang-undang No. 24 tahun 1992 adalah proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
(pasal 13, 15, dan 17 UU No. 24 1992). Perencanaan tata ruang pada dasarnya
merupakan perumusan penggunaan ruang secara optimal dengan orientasi produksi
dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Perencanaan Tata Ruang Wilayah
mengarah dan mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan,
keterkaitan antar fungsi kegiatan, serta indikasi program dan kegiatan
pembangunan. Penyusunan rencana tata ruang harus selalu dilandasi pemikiran
perspektif menuju ke masa depan yang didambakan, bertitik tolak dari data,
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seiring dengan
berjalannya waktu. Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah disusun tetap
sesuai dengan tuntutan pembangunan, maka rencana tata ruang dapat ditinjau
kembali atau disempurnakan secara berkala.
Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 pasal 1 tentang penataan
ruang disebutkan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang
lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya. Ruang laut sebagai wujud fisik dalam dimensi geografis, penataannya
dapat dipandang sebagai suatu rangkaian proses perencanaan pengaturan tata ruang
secara efektif dan efisien yang ditetapkan dan dikendalikan dengan fungsi utama
untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk suatu daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), kewenangannya yang mencakup hingga 12 mil dari garis pantai,
umumnya merupakan luasan dari wilayah pesisir. Dengan demikian, pengaturan
ruang laut daerah dapat dicakup dalam suatu kesatuan penataan ruang pesisir.
Sedangkan tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak. Penataan ruang dimaksudkan untuk membenahi
penggunaan lahan yang sedang berjalan dengan tujuan meningkatkan efisiensi
sehingga keluaran yang diharapkan adalah yang terbaik dalam dimensi kurun waktu
dan ruang tertentu. Dengan demikian secara transparan dalam peta skala tertentu,
sesuai menurut kepentingannya dapat dilihat zonasi lahan menurut
peruntukkannya, antara lain kehutanan, pertambakan, pemukiman, sawah, kawasan
industri, perkebunan, kawasan wisata dan kawasan fasilitas umum yang dapat
diartikan sebagai penatagunaan sumber alam (Haerumen, 1996 dalam Arkham,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Arkham, M., N. 2015. Perencanaan Daerah Perlindungan Lamun Dalam


Pembangunan Program Trismades (Trikora Seagrass Demonstration Site)
(Studi Kasus Di Pesisir Timur Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau). Ejournal
KKP.
Asyiawati, Yulia. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Lahan Terhadap Ekosistem Pesisir
di Kawasan Teluk Ambon. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
Universitas Islam Bandung Vol.10 No.2.
Selfiani, D., Zen, L. W., Azizah, D. 2015. Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya
Padang Lamun di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten
Bintan. FPIK Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjung Pinang

Anda mungkin juga menyukai