Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor Rahim adalah jenis tumor jinak yang berkembang pada rahim
wanita. Tumor ini sedikit unik karena tidak ditemukan pada wanita yang belum
masuk pubertas, dan hampir tidak ditemukan tumbuh menjadi besar pada wanita
yang sudah dalam usia menopause. Tumor rahim juga banyak menyerang
kelompok wanita berusia sekitar 30 tahun.
Nyeri adalah gejala umum yang dialami oleh penderita tumor rahim. Masa
tumor yang bertambah besar akan menekan saraf, tulang, dan organ lain yang ada
di sekitarnya sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri dapat juga disebabkan oleh
adanya metastatis, prosedur tindakan diagnostic dan komplikasi terapi (Farastuti,
2005) Untuk menangani nyeri ini diperlukan obat antinyeri yang biasa disebut
dengan analgesic.Analgesik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi SSP
secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran.Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa
sakit (Siswandono, 2008).
Pemilihan sediaan dalam bentuk Suppositoria didasari bentuk sediaan
tersebut bisa langsung digunakan pada daerah tempat sakit tersebut, yaitu
vagina.Bentuk sediaan supposutoria ini memungkinkan absorbsi obat lebih cepat
di bagian yang sakit sehingga efek yang ditimbulkan pun akan cepat terasa, jika
dibandingkan penggunaan obat secara oral pada kasus tumor rahim ini.
Suppositoria vaginal ini akan langsung ketempat yang akan dioabati. Suppositoria
dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam
lemak polietilen glikol.

1
1.2. Manfaat
- Dapat memahami ilmu tentang Suppositoria
- Lebih mengetahui tentang Suppositoria
- Dapat mengetahui cara pembuatan Suppositoria
- Dapat mengetahui komposisi dan sifat Suppositoria
- Lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan Suppositoria

1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui cara membuat sediaan suppositoria yang baik.
- Untuk mengetahui sifat fisika pada sediaan suppositoria.
- Untuk mengetahui memilih komposisi bahan pembawa yang cocok
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sediaan suppositoria

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Rahim


Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum
dibelakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram (Wiknjosastro, 2005). Uterus terdiri dari jaringan ikat, otot polos,
pembuluh darah dan jaringan lainnya.

2.2. Tumor Rahim


Tumor Rahim sering dihubungkan dengan stimulasi hormon estrogen
terhadap organ rahim. Adapun yang menjadi indikasi menjadi penyebab Tumor
Rahim adalah:
1. Ketika berhentinya produksi normal sel-sel di jaringan tertentu.
2. Ketika sesuatu merusak sel normal sehingga sel tersebut tidak lagi mampu
berfungsi secara normal.
3. Ketika gen p53 berhenti mengirimkan pesan agar sel-sel tertentu mati pada
waktunya (apoptosis). Tumor akan terus berkembang dan merusak sel-sel
sehingga tidak mampu berfungsi secara normal.
Ketiga hal tesebut diatas disebabkan oleh faktor gaya hidup terutama bagi
peminum alkohol dan perokok. Penyebab lain tumor rahim adalah karena obesitas
(kelebihan berat badan), faktor lingkungan, faktor genetis, radiasi dari sinar
matahari atau dari zat-zat kimia. Tingkat stress yang tinggi juga akan memicu
munculnya tumor rahim.
Penyakit Tumor rahim yang bukan tumbuh pada dinding dalam rahim atau
menonjol di endometrium, umumnya nyaris tidak bergejala atau keluhan apa pun.
Keluhan baru terasakan apabila ukuran tumornya sudah sedemikian besar,
sehingga ada rasa penuh, rasa berat dan rasa tidak enak di perut bagian bawah atau
seperti perempuan hamil.Selama tumornya masih kecil tak terasakan apa-apa.
Myoma uteri pada dinding dalam rahim yang biasanya memunculkan gejala

3
perdarahan. Bila mendadak muncul perdarahan atau darah haid yang lebih banyak
dari biasa, perlu dicurigai ini kemungkinan suatu myoma uteri. Selain perdarahan
abnormal, mungkin muncul keluhan nyeri. Keluhan ini tidak pada setiap kasus
myoma. Hanya apabila myomanya sudah mengganggu organ di sekitarnya
keluhan nyeri muncul.
Myoma yang menonjol ke rongga rahim sering tumbuh bertangkai.
Apabila tangkai myoma-nya panjang, maka bola myoma-nya akan keluar dari
leher rahim dan meyembul ke saluran vagina dan bahkan bisa keluar dari vagina
(myoma geburt). Tumor myoma uteri muncul sepanjang masa reproduksi
perempuan dan tidak ditemukan setelah menopause. Pengidap myoma yang sudah
melewati masa menopause, tumornya akan mengecil sendiri lalu menghilang.

2.3. Suppositoria
2.3.1. Pengertian Suppositoria
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI ed.IV).
Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang
dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.

2.3.2. Macam-macam Suppositoria


Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru
digunakan lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.
Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian
yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut,
digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. Suppositoria kempa atau
suppositoria sisipan adalah suppositoria vaginal yang dibuat dengan cara
mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara
pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal
dengan bahan dasar yang dapat larut/bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin
tergliserinasi berbobot 5 g. Suppositoria dengan bahan dasar gelatin

4
tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air) harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350 C
Urethral Suppositoria (bacilla, bougies). Suppositoria untuk untuk saluran
urin juga disebut bougie, bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria
bergaris tengah 3 sampai 6 mm dengan panjang 140mm, walaupun ukuran ini
masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao
beratnya 4 g. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya
dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 g, bila oleum cacao
sebagai basisnya.

2.3.3. Kekurangan Dan Kelebihan Suppositoria


Kelebihan Suppositoria
a) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b) Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
c) Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
d) Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kekurangan Suppositoria
a) Daerah absorpsinya lebih kecil
b) Absorpsi hanya melalui difusi pasif
c) Pemakaian kurang praktis
d) Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di rectum.

2.3.4. Basis Suppositoria


Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat
dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu tubuh
sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah
pemakaian (H.C. Ansel, 1990).
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul
dan ester asam lemak polietilenglikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat
berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik.

5
Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah (Lachman, Teory and
Practice of Industrial Pharmacy, 568-569) :
a) Asal dan komposisi kimia
b) Jarak lebur/leleh
c) Solid-Fat Index (SFI)
d) Bilangan hidroksil
e) Titik pemadatan
f) Bilangan penyabunan (saponifikasi)
g) Bilangan iodida
h) Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)
i) Bilangan asam

Syarat basis yang ideal antara lain :


a) Melebur pada temperatur rektal
b) Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi
c) Dapat bercampur (kompatibel) dengan berbagai obat
d) Tidak berbentuk metastabil
e) Mudah dilepas dari cetakan
f) Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi
g) Bilangan airnya tinggi
h) Stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan
i) Dapat dibentuk dengan tangan, mesin, kompresi atau ekstrusi

Jika basis adalah lemak, ada persyaratan tambahan sebagai berikut (Lachman,
teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575):
a) Bilangan asam < 0,2
b) Bilangan penyabunan 200 245
c) Bilangan iodine < 7
d) Interval antara titik lebur dan titik pemadatan kecil.

Tipe basis suppositoria berdasarkan karakteristik fisik yaitu (H. C. Ansel, 1990):
a. Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari
oleum cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak
nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas.

6
Menurut USP, oleum cacao merupakan :
Lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang.
Secara kimia adalah trigliserida yang terdiri dari oleapalmitostearin dan
oleo distearin
Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit
redup, beraroma coklat
Melebur pada 30-36oC
Titik leleh : 31-34oC
Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut
dalam etanol panas, sedikit larut dalam etanol 95%
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan diatas 36oC menyebabkan
pembentukan kristal metastabil. Oleum cacao disimpan di suhu < 25oC
Bilangan iod 34 38
Bilangan asam 4
Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering
terhindar dari cahaya.
Bentuk polimorfisa
a. Bentuk melebur pada 24C diperoleh dengan pendinginan secara tiba-
tiba sampai 0oC.
b. Bentuk diperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-
23 0 C titik leburnya 28-31 oC
c. Bentuk stabil diperoleh dari bentuk , melebur pada 34-35 0C diikuti
dengan kontraksi volume
d. Bentuk melebur pada suhu 18oC, diperoleh dengan menuangkan
oleum cacao suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang
didinginkan pada suhu yang sangat dingin. Pembentukan polimorfisa
ini tergantung dari derajat pemanasan, proses pendinginan dan keadaan
selama proses. Pembentukan kristal non stabil dapat dihindari dengan
cara :
Jika massa tidak melebur sempurna, sisa-sisa krsital mencegah
pembentukan krsital non stabil.
Sejumlah kristal stabil ditambahkan ke dalam leburan untuk mempercepat
perubahan dari bentuk non stabil ke bentuk stabil. (istilahnyaseeding).

7
b. Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan
basis polietilenglikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan
dalam rektal sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis
ini melarut dan bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan
oleum cacao sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air
karena gliserin yang higroskopis. Oleh karena itu, saat akan dipakai, suppositoria
harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
Polietilenglikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik.Polietilen
glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000.
PEG yang umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350,
4000, 6000 dan 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari
masing-masing polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-
rata 200, 400, 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai
berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya
bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat
dicampur dalam berbagai perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai
dua jenis PEG atau lebih untuk memperoleh basis suppositoria dengan konsistensi
dan karakteristik yang diinginkan. PEG menyebabkan pelepasan lebih lambat dan
memiliki titik leleh lebih tinggi daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak
perlu di kulkas dan dapat dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan
tanpa kuatir suppositoria akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada
basis lemak). (Ansel, hal 377)
Contoh formula basis (Lachman, 578)
a) PEG 1000 96%, PEG 6000 4%
b) PEG 1000 75%, PEG 6000 25%

Basis a) memiliki titik leleh rendah, sehingga membutuhkan tempat dingin


untuk penyimpanan, terutama pada musim panas. Basis ini berguna jika kita ingin
disintegrasi yang cepat. Sedangkan basis b) lebih tahan panas daripada basis a)
sehingga dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Basis ini berguna jika kita
ingin pelepasan zat yang lambat. (Lachman, 578)

8
Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu
tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini
tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja dalam
pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang mempunyai
titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh.
Keuntungannya, tidak memungkinkan perlambatan pelepasan obat dari
basis begitu suppositoria dimasukkan, tetapi juga menyebabkan penyimpanan
dapat dilakukan di luar lemari es dan tidak rusak bila terkena udara panas.
suppositoria dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah
rangsangan pada membran mukosa dan rasa menyengat, terutama pada kadar air
dalam basis yang kurang dari 20%. (Ansel hal 377)
PEG Titik Leleh (C)
1000 37 40
1500 44 48
1540 40 48
4000 50 58
6000 55 63

Keuntungan basis PEG (Teori dan Praktek Industri Farmasi, hal 1174) :
1) Stabil dan inert
2) Polimer PEG tidak mudah terurai.
3) Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas sehingga
memungkinkan formula suppositoria dengan berbagai derajat kestabilan
panas dan laju disolusi yg berbeda
4) Tidak membantu pertumbuhan jamur

Kerugian basis PEG (HOPE, hal 455) :


1) Secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak.
2) Dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang
membuat bentuk suppositoria rusak
3) Kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah
PEG dgn BM tinggi.
4) Cenderung lebih mengiritasi mukosa daripada basis lemak.

9
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sebagai basis suppositoria dan memberikan
keuntungan sebagai berikut (HOPE, hal 455) :
1) Titik lebur suppositoria dapat meningkat sehingga lebih tahan terhadap
suhu ruangan yang hangat.
2) Pelepasan obat tidak tergantung dari titik lelehnya.
3) Stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik.
4) Sediaan suppositoria akan segera bercampur dengan cairan rektal.

c. Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat
digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat
dikombinasikan dengan basis lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi
obat yang larut air dan larut lemak.
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen
glikol dapat digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini
adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat.
Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi
dengan pembawa suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu lebur yang
lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah dapat
terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena
dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan
molekul obat yang menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
Keuntungan :
1) Dapat disimpan pada suhu tinggi
2) Mudah penanganannya
3) Dapat bercampur dengan obat
4) Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
5) Nontoksik dan tidak mensensitisasi
(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575, 578)

2.3.5. Teknik Pencetakan Sediaan Suppositoria


Suppositoria dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu pencetakan
dengan tangan, pencetakan kompresi, dan pencetakan dengan penuangan.

10
1. Pencetakan dengan tangan (manual)
Pencetakan dengan tangan (manual) merupakan metode paling sederhana,
praktis dan ekonomis untuk memproduksi sejumlah kecil suppositoria. Caranya
dengan menggerus bahan pembawa / basis sedikit demi sedikit dengan zat aktif, di
dalam mortir hingga homogen. Kemudian massa suppositoria yang mengandung
zat aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai diameter
dan panjangnya. Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau dilarutkan
dalam air. Untuk mencegah melekatnya bahan pembawa pada tangan, dapat
digunakan talk.
2. Pencetakan dengan kompresi / cetak kempa / cold compression
Pada pencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan mencetak
massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan. Alat
kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. Dengan metode
kompresi, dihasilkan suppositoria yang lebih baik dibandingkan cara pertama,
karena metode ini dapat mencegah sedimentasi padatan yang larut dalam bahan
pembawa suppositoria. Umumnya metode ini digunakan dalam skala besar
produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan pembawa lemak
coklat / oleum cacao. Beberapa basis yang dapat digunakan adalah campuran PEG
1450 heksametriol-1,2,6 6% dan 12% polietilen oksida 4000.
3. Pencetakan dengan penuangan / cetak tuang / fusion
Metode pencetakan dengan penuangan sering juga digunakan untuk
pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering disebut sebagai teknik pelelehan.
Cara ini dapat dipakai untuk membuat suppositoria dengan hampir semua
pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 - 600 suppositoria. Pada
dasarnya langkah-langkah dalam metode ini ialah melelehkan bahan pembawa
dalam penangas air hingga homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk
mencegah melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil leburan
menjadi suppositoria, selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu
kamar, lalu pada lemari pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan suppositoria
dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari baja tahan
karat, aluminium, tembaga atau plastik.
Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat, umumnya dapat dibuka secara
membujur. Pada waktu leburan dituangkan cetakan ditutup dan kemudian dibuka
lagi saat akan mengeluarkan suppositoria yang sudah dingin. Tergantung pada

11
formulasinya, cetakan suppositoria mungkin memerlukan lubrikan sebelum
leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya suppositoria
dari cetakan. Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran
mukosa seharusnya tidak digunakan sebagai lubrikan (Sylvia Nurendah, skripsi)
Metode yang sering digunakan pada pembuatan suppositoria baik skala kecil
maupun skala industri adalah pencetakan dengan penuangan (Ansel, 378)

2.4. Evaluasi Sediaan Suppositoria


1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampur rata dengan bahan dasar suppositoria atau tidak, jika tidak dapat
tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang
terlepas akan memberikan terapi yang berbeda.
Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian
suppositoria (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian
diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara
selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.

2. Uji Waktu Hancur


Uji ini perlu dilakukan terhadap suppositoria kecuali suppositoria yang
ditujukan untuk pelepasan termodifikasi atau kerja lokal diperlama. suppositoria
yang digunakan untuk uji ini sebanyak 3 buah. Suppositoria diletakkan di bagian
bawah perforated disc pada alat, kemudian dimasukkan ke silinder yang ada
pada alat. Lalu diisi air sebanyak 4 liter dengan suhu 36-37 oC dan dilengkapi
dengan stirer. Setiap 10 menit balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air.
Disintegrasi tercapai ketika suppositoria :
Terlarut sempurna
Terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di
permukaan air (bahan lemak meleleh) atautenggelam di dasar (serbuk tidak
larut) atau terlarut (komponenmudah larut) atau dapat terdistribusi di satu
atau lebih cara ini.
Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna
menjadi komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang
membuatnya tahan terhadap tekanan dari pengaduk kaca.

12
Suppositoria hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk
suppositoria basis lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk suppositoria
basis larut air, kecuali dinyatakan lain.
(BP2002, A237, FI IV hal 1087-1088)

3. Keragaman Bobot
Timbang masing-masing suppositoria sebanyak 10, diambil secara acak.
Lalu tentukan bobot rata-rata. Tidak lebih dari 2 suppositoria yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari % deviasi, yaitu 5 %. Keragaman
bobot juga merupakan bagian dari uji keseragaman sediaan, dilakukan bila sediaan
mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot
sediaan. Jika tidak, keseragaman sediaan ditentukan dengan metode keseragaman
kandungan (BP 2002, Appendix XII H, A.253, FI IV 1995 hal. 999)

4. Uji titik lebur


Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan sediaan suppositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan
dengan cara menyiapkan air dengan suhu 37C. Kemudian dimasukkan
suppositoria ke dalam air dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao
dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15
menit.

5. Keseragaman Kandungan
Diambil tidak kurang 30 suppositoria lalu ditetapkan kadar 10 satuan satu
per satu. Kecuali dinyatakan lain, persyaratannya adalah kadar dalam rentang
85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket dam simpangan baku relatif kurang
dari atau sama dengan 6,0%.
Jika satu satuan berada di luar rentang tersebut, tapi dalam rentang 75,0%-
125,0% dari yang tertera dalam etiket, atau simpangan baku relatif lebih besar dari
6,0%, atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, dilakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan dari 30 terletak di luar
rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak
di luar rentang 75,0%-125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%. (FI ed.IV hal 999-1000)

13
6. Kerapuhan
Suppositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang
menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji
elastisitas. Suppositoria dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari
lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang 2kg)
dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

14
BAB III

PRAFORMULASI

3.1. Uraian Bahan


3.1.1. Metronidazol

Nama resmi : Metronidazole


Nama Kimia : 2-metil-5-nitroimidazol-1-etanol
Nama lain : Metronidatsoli, metronidazolas, metronidazolum
RM/BM : C6H9N3O3 / 171,2
Persyaratan : Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C6H9N3O3, dihitung terhadap
zat telah dikeringkan.
Kelarutan : Sukar larut dalam eter; agak sukar larut dalam air; dalam
etanol dan dalam kloroform.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat;
tidak berbau; stabil di udara, tetapi lebih gelap bila
terpapar oleh cahaya.
pH : Larutan Metronidazole jenuh memiliki pH 5 - 8.
Konstanta disosiasi pKa: 2,5.
Stabilitas : Stabil dibawah suhu normal dan tekanan; titik leleh 1260-
1290C
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Incompatibilitas : inkom dengan aluminium murni
Penyimpanan : Pada suhu ruangan (150-300 C); terhindar dari cahaya
DM : 500 mg

15
3.1.2. Glycerin

Nama resmi : Glycerin


Nama lain : Glycerolum, glicerol, glycon
RM/BM : C3H8O3 / 92,09
Persyaratan : Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C3H8O3
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) dan
propilenglikol yang stabil; tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).
Higroskopis; netral terhadap lakmus.
Stabilitas : Dapat mengkristal jika disimpan ada suhu rendah, dan
kristal meleleh pada suhu 2080C
Kegunaan : sebagai emolien
Incompatibilitas : inkom dengan zat pengoksida kuat, basa kuat
Penyimpanan : Harus disimpan daam wadah kedap udara, sejuk, dan
kering
Range : Emolien 10%

3.1.3. Propilenglikol

Nama resmi : Polietilenglikol

16
Nama Kimia : 1,2-Propandiol
Nama lain : maliragol
RM/BM : CH3CH(OH)CH2OH / 76,09
Kelarutan : Dapar bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab
Stabilitas : Stabil dibawah suhu normal dan tekanan;
Titik leleh : 126o-129o C
Kegunaan : sebagai basis
Incompatibilitas : inkom dengan zat pengoksida kuat, basa kuat
Penyimpanan : pada suhu ruangan (150-300 C); terhindar dari cahaya
DM : 80 mg
Titik leleh : PEG 1000 = 35-490 , PEG 6000 = <610

3.2. Alasan Formulasi


Metronidazole diindikasikan untuk pengobatan lokal kandidiasis
vulvovaginal. Pada formula ini, metronidazole dibuat dalam bentuk sediaan
suppositoria vaginal, karena :

1. Tidak mempengaruhi lambung dan dapat melindungi zat aktif dari efek
enzimatik pada saluran pencernaan (Voight, 282).
2. Untuk memberikan efek lokal yang cepat dan segera (Ansel, 579).
3. Dalam bentuk sediaan suppositoria, obat yang tidak dapat ditoleransi
dengan mulut seperti metronidazole lebih baik karena tidak akan
menimbulkan mual atau muntah (scovilles, 3086).
4. Sediaan ovula (suppositoria vagina) bertujuan melawan infeksi yang
terjadi pada sekitar alat kelamin wanita dan untuk memperbaiki dan
mengembalikan keadaan normal mukosa vagina, hal ini sejalan dengan
metronidazole yang berkhasiat sebagai antibiotik (ansel, 596 ; IAI, 195).

17
3.3. Alasan Penambahan Zat Tambahan
3.3.1. Propilenglikol
Keuntungan penggunaan PEG yaitu tidak mengiritasi, dapat disimpan
diluar lemari es, tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, tetap kontak
dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh dan
bercampur dengan cairan visiologi vagina (Ansel, 377).
Polietilenglikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, serta
tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak menjadi tengik (FI IV,
1193).
PEG tidak terhidrolisa atau terurai secara fisiologis, inert, dan tidak
membantu pertumbuhan jamur dan secara kimia lebih reaktif daripada
basis lemak (Lachman, 1179).
Pengunaan PEG 6000 dan PEG 1000, karena jenis PEG ini merupakan
jenis PEG yang umum dan sering digunakan dan dapat dicampur dengan
berbagai perbandingann untuk memperoleh basis suppositoria dengan
konsistensi dan karakteristik yang diinginkan (Ansel, 377).
Jenis PEG 1000 dan PEG 6000 merupakan kombinasi PEG yang sering
digunakan untuk pembuatan sistem dispersi padat (Pharmaceutical
Information, 5).
Kombinasi PEG dimaksudkan untuk mempertahankan suhu lebur sehingga
tidak cepat meleleh pada suhu kamar
PEG 6000 dan PEG 1000 memberikan pelepasan lambat untuk zat aktif
sehingga cocok untuk sediaan ovulae yang diharapkan kerjanya lama
bertahan pada tempat pemberian dengan dosis yang terkontrol.
3.3.2. Glycerin
Kategori fungsional gliserin yaitu dapat digunakan sebagai emolien dalam
formulasi untuk menjaga iritasi serta digunakan sebagai agen terapeutik
dalam berbagai aplikasi klinis (Rowe, 283).
Emolien adalah bahan-bahan yang digunakan untuk mencegah atau
mengurangi kekeringan, sebagai perlindungan bagi kulit dari sudut
biokimia kekeringan merupakan ukuran dari kandungan air kulit dan aksi
emolien merupakan fenomena yang berhubungan dengan konservasi air.
Emolien dibutuhkan dalam ovulae atau suppositoria vagina karena ovula
ini menggunakan PEG yang akan mengabsorbsi cairan fisiologi, sehingga

18
untuk memudahkan penggunaan ditambahkan emolien sebagai pelumas
untuk mencegah hidrasi kulit pada daerah vagina (Balsam, 1975).

3.4. Metode Pembuatan


Metode yang digunakan adalah metode cetak tuang, dimana metode ini
paling umum digunakan untuk pembuatan suppositoria skala kecil dan skala besar
(Lachman, 1179). Metode cetak tuang menjamin suatu pembekuan yang cepat
untuk mengurangi suatu sedimentasi dari bahan obat lebih lanjut (Voight, 291).
Metode cetak tuang akan menghasilkan bentuk suppositoria yang lebih
pada dan seragam (Voight, 292).

19
BAB IV

FORMULASI

4.1. Formulasi
Rancangan Formula
Metronidazol 500 mg
PEG 1000 75%
PEG 6000 25%
Glycerin 2%

4.2. Alat dan Bahan


4.2.1. Alat
a. Timbangan, anak timbangan, penara
b. Perkamen
c. Cawan porselen
d. Sendok tanduk
e. Sudip
f. Batang pengaduk
g. Mortir
h. Stamper
i. Serbet
j. Alumunium Foil
k. Pencetak suppositoria

4.2.2. Bahan
a. Metronidazol
b. Glycerin
c. PEG 6000
d. PEG 1000

20
4.3. Perhitungan
Berat 1 Ovula = 3 gram
Penimbangan Bahan
BAHAN Fungsi
1 ovula 10 ovula
Metronidazol 500 mg 5 gram Antiinfeksi
PEG 1000 610 mg 6,1 gram Basis
PEG 6000 1830 mg 18,3 gram Basis
Glycerin 60 mg 600 mg Emolien

Keterangan
Metronidazol : 500 mg
Glycerin : 2% 3000 mg = 60 mg
Basis : 3000 mg (500 mg + 60 mg) = 2440 mg
PEG 1000 : 25% 2440 mg = 610 mg
PEG 6000 : 75% 2440 mg = 1830 mg

4.4. Prosedur Kerja


1. Penyiapan cetakan
a. Bersihkan cetakan suppositoria
b. Cetakan sebaiknya dilubrikasi. Cetakan yang baru masih memiliki
permukaan yang mengkilat dan dapat melepaskan suppositoria secara
cepat, tetapi setelah beberapa kali pemakaian dapat timbul goresan yang
dapat menghambat pelepasan suppositoria dari cetakan. Penggunaan
lubrikan sesedikit mungkin untuk melapisi semua bagian cetakan tertutup,
jika berlebihan dapat menyebabkan deformasi suppositoria, jika kurang
dapat menyebabkan kesulitan pengeluaran suppositoria dari cetakan.
Lubrikan yang digunakan tidak bercampur (immisibel) dengan basis.
Untuk basis larut air, digunakan minyak mineral (contoh : parafin cair).
Untuk basis larut lemak, digunakan gliserin, air, air-gliserin, atau PEG
400.
c. Teknik lain untuk memudahkan pengeluaran suppositoria akhir dari
cetakan adalah dengan mendinginkan cetakan sebentar di freezer setelah

21
suppositoria membeku pada suhu kamar. Kontraksi tambahan dapat
melepaskan suppositoria lebih mudah dari permukaan logam.
2. Penyiapan zat aktif
a. Zat aktif sebaiknya digerus menjadi ukuran yang homogen, halus, dan
dapat menjamin distribusi yang merata dalam basis.
b. Maksimum zat aktif / zat tambahan lain yang boleh dimasukkan ke dalam
basis adalah 30%. Lebih dari 30% menyebabkan kerapuhan suppositoria.
3. Pencampuran dan penuangan
a. Zat aktif dapat langsung dicampurkan ke dalam lelehan basis, atau
dibasahkan dulu sebelum dimasukkan.
b. Waktu pencampuran harus diperhatikan sampai diperoleh distribusi zat
aktif yang homogen. Pencampuran yang terlalu lama dapat menyebabkan
penguraian zat aktif atau basis.
c. Campuran dalam lelehan kemudian dituang pada suhu kamar sampai
cetakan terpenuhi sempurna agar tidak terjadi lapisan-lapisan dalam
suppositoria. Cetakan dingin tidak digunakan karena menyebabkan fraktur.
Hindarkan gelembung udara terjerat dalam lelehan.
4. Pendinginan dan penyempurnaan
a. Lelehan dibiarkan dalam suhu kamar 15-30 menit diikuti dengan
pendinginan tambahan di lemari es selama 30 menit.
5. Pembuatan dan penuangan Suppositoria dengan cara leburan :
Siapkan Bahan ; Metronidazol, PEG 1000, PEG 6000, Glycerin
Dimasukkan metronidazole digerus dalam lumpang sampai halus
Dilebur PEG 1000 diatas hot plate menggunakan cawan porselin, setelah
meleleh ditambahkan PEG 6000 sampai meleleh sempurna lalu di
tambahkan Glyserin kedalamnya aduk homogen.
Dimasukkan metronidazole ke dalam leburan kemudian diaduk hingga
homogen. Di aduk tetapi tidak terlalu kuat agar tidak terbentuk gelembung
Cetakan di isi sampai penuh (sedikit berlebih, untuk menghindari kontraksi
volume)
Didiamkan sampai suhu kamar
Dimasukkan ke lemari pendingin (8-10C) selama 10 menit
Dimasukkan dalam freezer.

22
BAB V

PEMBAHASAN

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat
atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut
dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau
gelatin tergliserinasi.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak
tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang
larut dalam lemak pada tempat diobati. Polietilenglikol adalah bahan dasar yang
sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih
baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan
hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari bahan
dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen
glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat
pelepasan.
Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai antiseptik,
kontrasepsi, anastetik lokal, dan pengobatan penyakit infeksi seperti trichomonal,
bakteri dan monilial. Tujuan pengunaan suppositoria adalah untuk
mendapatkan efek lokal yang langsung bereaksi pada tempat
pemberiannya. Contohnya pemberian suppositoria terhadap penderita
tumor Rahim. Nyeri adalah gejala umum yang dialami oleh penderita tumor
rahim. Masa tumor yang bertambah besar akan menekan saraf, tulang, dan organ
lain yang ada di sekitarnya sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri dapat juga
disebabkan oleh adanya metastatis, prosedur tindakan diagnostik dan komplikasi
terapi. Untuk menangani nyeri ini diperlukan obat antinyeri yang biasa disebut
dengan analgesik. Analgesik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi SSP
secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa
sakit.

23
Pemilihan sediaan dalam bentuk Suppositoria didasari bentuk sediaan
tersebut bisa langsung digunakan pada daerah tempat sakit tersebut, yaitu vagina.
Bentuk sediaan suppositoria ini memungkinkan absorbsi obat lebih cepat di bagian
yang sakit sehingga efek yang ditimbulkan pun akan cepat terasa, jika
dibandingkan penggunaan obat secara oral pada kasus tumor rahim ini.
Suppositoria ini dapat diserap secara lokal ataupun sistemik di daerah
vagina dengan konsentrasi yang diserap 65% (Martindale, 2009). Dimana dalam
rancangan formula zat aktif yang kami gunakan adalah metronidazole yang
diindikasikan untuk pengobatan lokal pada vulvovaginal candidiasis. Candidiasis
merupakan infeksi jamur dari genus candida, biasanya C. albians yang menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran pernapasan, dan vagina. Candidiasis albians
(monilia) adalah jamur yang terdiri dari sel-sel oval seperti ragi dan sel-sel yang
memanjang sambung-menyambung hyphae dan disebut pseudomycelium.
Sedangkan vulvovaginal berhubungan dengan vulvo dan vaginal, yakni daerah
organ kelamin luar pada wanita. Jadi, vulvovaginal candidiasis adalah infeksi pada
alat kelamin luar wanita bergejala iritasi, keputihan, gatal-gatal dan rasa terbakar
(Dorland, 1998; Obat-obat penting, 2008).
Bahan dasar yang digunakan dalam suppositoria juga sangat berpengaruh
pada pelepasan zat terapeutik. Pada percobaan kali ini kami menggunakan basis
PEG 1000 dan PEG 6000 karena jika dilihat dari zat aktif yang digunakan,
metronidazol memiliki sifat sedikit larut dalam air dan diindikasikan untuk
pengobatan lokal pada vulvovaginal (Martindale, 2012). Sedangkan jika dilihat
dari basisnya, digunakan PEG 1000 dan PEG 6000 karena basis ini memiliki
penglepasan zat aktif yang lambat (Lachman, 2008). Tidak menggunakan
surfaktan karena sifat dari zat aktif yang sedikit larut air sudah tepat untuk
controlled released sehingga tidak diperlukan untuk menambah kelarutan
(Martindale, 548; Janssen, 2012).
Uji evaluasi dilakukan untuk mengetahui atau memeriksa kualitas dari
sediaan yang telah dibuat, untuk memastikan suppositoria memenuhi sifat fisiko
kimia dan telah layak untuk dipasarkan. Uji evaluasi yang dilakukan antara lain uji
keseragaman bobot dan uji penampilan umum disesuaikan dengan skala
laboratorium. Uji evaluasi selanjutnya yaitu uji keseragaman bentuk.
Dilakukannya uji keseragaman bentuk untuk mengetahui homogenitas dari
sediaan suppositoria yang telah kita buat (Voight, 1994). Untuk menguji

24
homogenitas dari sediaan ini, suppositoria dipotong memanjang dan diamati
secara visual bagian luar dan dalam dari masing-masing suppositoria.
Setelah uji evaluasi dilakukan, kemudian suppositoria mertonidazole
dimasukkan kedalam kemasan yang sesuai dan diberi etiket.

25
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan:

1. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.
2. Pemilihan sediaan dalam bentuk Suppositoria didasari bentuk sediaan tersebut
bisa langsung digunakan pada daerah tempat sakit.
3. Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan
zat terapetik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.1987. Ilmu Mercik Obat. Yogyakarta: UGM Press.

Anief, M.2000.Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ansel. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV. Jakarta: Depkes RI

Formularium Nasional, Edisi Kedua : tahun 1978

Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L.,
Lieberman, H., A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
III, UI-Press

Lachman.Et al. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri.Penerjemah: Siti


Suyatmi. JilidIII. Edisi ke-3.UI-Press.Jakarta.

27
28

Anda mungkin juga menyukai