Anda di halaman 1dari 13

TANAMAN PENGHASIL KARET

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH


Botani Ekonomi
yang dibimbing oleh Ibu Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S

oleh
Anisa Fariantika
140342601189

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Agustus 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman karet merupakan jenis tanaman perkebunan tropis yang hidup sepanjang tahun.
Tanaman karet banyak hidup pada daerah dataran rendah sampai dengan daerah dataran
tinggi (Bahruddin, 2011). Tanaman karet banyak tersebar di pulau Sumatra, pulau
Kalimantan, dan pulau Sulawesi. Tanaman karet terbesar di Indonesia banyak tersebar di
pulau Sumatra. Pulau Sumatra yang masih banyak memiliki areal lahan yang luas dan
memiliki lahan yang cocok untuk pengembangan tanaman karet merupakan salah satu
penyebab tanaman karet banyak tersebar di pulau Sumatra. Karet alam Indonesia merupakan
salah satu ekspor utama Indonesia bersama Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara ini
memegang kendali terhadap harga dan ketersediaan karet alam bagi industry- industry China,
Korea, Jepang, USA, dan Eropa. Karet alam di dunia banyak dihasilkan oleh ketiga Negara
ini, dan berguna untuk menambah devisa Negara ini.
Sebagai negara penghasil karet alam di dunia karet Indonesia ternyata kualitas karet
Indonesia masih rendah dibandingkan dengan Thailand, dan Malaysia. Selain rendahnya
kualitas, harga karet di dua Negara tersebut lebih tinggi dari Indonesia. Indonesia dengan
luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia dan merupakan luas perkebunan terluas di dunia tetapi kualitas
dan kualitasnya masih tergolong rendah dari negara tetangga. Selain kualitas dan kuantitas
ternyata produksi karet Indonesia masih jauh lebih rendah dari negara tetangga tersebut.
Tanaman karet yang dapat hidup diberbagai tempat sebenarnya tidak memerlukan
perlakuan khusus pada saat penanaman sampai pemeliharaan (Anwar, 2001). Tanaman ini
memiliki istilah ditanam begitu saja dapat tumbuh menjadi besar asalkan tidak ada hama
yang mengganggu, tetapi lebih baiknya lagi jika ada perawatan maka akan dapat
mempercepat produksi tanaman karet dan memiliki hasil produksi yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal hal yang akan penulis jadikan sebagai rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa saja jenis tanaman penghasil karet?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan karet alam?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis dari karet alam?
1.2.4 Apa manfaat tanaman penghasil karet?
1.2.5 Apa kegunaan lain dari tanaman penghasil karet?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1.3.1 Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman penghasil karet.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karet alam.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis dari tanaman karet.
1.3.4 Untuk mengetahui manfaat dari tanaman penghasil karet.
1.3.5 Untuk mengetahui kegunaan lain dari tanaman penghasil karet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Karet


Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Sebagai
penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan
secara besar-besaran (Anwar, 2001).
Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu
masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis
berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak (Anwar, 2001). Tiap
kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah
menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya
akan lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada
umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai
menghasilkan buah pada umur empat tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan
umur tanaman sampai pada batas umum tanaman sekitar 25 30 tahun.
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di
Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks).
Pohon karet normal disadap pada tahun ke empat atau ke lima. Produk dari penggumpalan
lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak),
atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.

2.2 Struktur Botani dan Jenis Tanaman Karet


Sistematika tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Havea brasiliensis
Dalam genus Havea, hanya species Havea brasiliensis Muell Arg yang dapat
menghasilkan lateks unggul, dimana sebanyak 90 % karet alam dihasilkan oleh spesies
tersebut. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Tinggi pohon mencapai 15 - 25 meter. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan
arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai
anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm
dan pada ujungnya terdapat kelenjar (Zuhra, 2006). Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah
biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan
kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas.

Nama jenis tumbuhan penghasil karet


Nama Spesies Nama Lain Area Distribusi
Castilloa elastica Pohon Karet Panama (Panama Amerika dan Mexiko. Tumbuh di
Sess Rubber tree) daerah Tropis.
Dan Solidago.
Ficus vogelii (Miq.) Pohon Karet Afrika Baret Afrika
Miq. (West Africa rubber tree)

Funtumia africana Pohon Karet Lagos silk Afrika


(Benth.) Stapf (Logos silk rubber tree)

Hevea brasiliensis Pohon Karet/ Pohon Para Amerika selatan (Brazil; Bolivia;
(Willd. ex Adr. Juss.) (Rubber tree) Colombia ; Peru) Asia Tenggara
Muell. Arg.
(Thailand, Indonesia, Malaysia,
Vietnam, Laos, Combodia, Philipina),
China, dan India)
Holarrhena Pohon karet False (False rubber Afrika
floribunda (G. Don) tree
Durand & Schinz
Funtumia elastica Afrika
dan Landolphia
kirkii
Ficus elastica Tanaman Karet India (Indian Asia-Tropical (India; China;
rubber plant ) Malaysia,Coastal)
Parthenium Guayule Amerika Utara
argentatum
Palaquium gutta dan Gutta-Percha Malaysia, Pasifik selatan and Amerika
Palaquium selatan
oblongifolia

Taraxacum Russian dandelion Rusia dan China


koksahgyz dan
Taraxacum
officinale

Sumber: UNCTAD secretariat (Links: USDA, NRCS. 2005. The PLANTS Database, Version 3.5. Data
compiled from various sources by Mark W. Skinner. National Plant Data Center, Baton Rouge, LA
70874-4490 USA).

Selain tanaman diatas ada beberapa tanaman lain yang juga dapat menghasilkan lateks seperti :
1. Latex Gutta-Percha sangat resisten terhadap air dan sering digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat isolasi kabel dan alat-alat listrik dibawah laut dan juga digunakan untuk
pembuatan bola golf dan permen karet.
2. Lateks juga dapat dihasilkan oleh pohon Chicle (achras sapata) atau pohon sawo sebagai
bahan baku permen karet.
3. Pohon Jelutung (Dyera costulata ) , sebagai bahan baku permen karet.
4. Pohon pinus berdaun panjang di Amerika (Pinus palustris) untuk menghasilkan lateks
sebagai bahan baku permen karet.
5. Tanaman Accacia Senegal berasal dari pantai Barat Afrika, dinamakan karet Arabia /
Arabia gomu menghasilkan lateks yang mudah larut dalam air karena mengandung
hidrokarbon, digunakan untuk pembuatan perekat perangko dan tinta.
6. Pohon Poppy (Papaver somniferum) juga dapat menghasilkan lateks yang digunakan
sebagai bahan baku opium, morfin atau heroin.
7. Tanaman Urceola elastica termasuk tanaman merambat yang terdapat di Malaysia dan
Sumatera.
8. Tanaman Manihot glaziovili, termasuk tanaman tingkat rendah dari Brazil, karet yang
diambil dari tanaman ini disebut karet ceala dan kualitas lateksnya lebih rendah dibanding
lateks Hevea Brasiliensis. Tanaman ini tidak dikembangkan.
9. Tanaman Mimusops balata, berasal dari Amerika selatan, getahnya berwarna merah.
Biasanya digunakan untuk kulit luar bola golf karena tahan air.
10. Tanaman Astragalus gumifer , berasal dari Yunani, dinamakan Torogonta gomu. Mirip
karet Arabia.

2.3 Karet Alam


Karet alam adalah bahan polimer alam yang diperoleh dari Hevea brasiliensis atau
Guayule. Sejak pertama sekali proses vulkanisasi diperkenalkan pada tahun 1839, karet alam
telah dimanfaatkan secara meluas pada pembuatan ban, selang, sepatu, alat rumah tangga,
olah raga, peralatan militer dan kesehatan.
Karet alam yang berwujud cair disebut lateks. Lateks merupakan suatu cairan yang
berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, yang terdiri atas partikel karet dan bahan non
karet yang terdispersi di dalam air (Triwiyoso et al., 1995). Lateks segar pada umumnya
berupa cairan susu, tetapi kadang-kadang sedikit berwarna, tergantung dari klon (varietas)
tanaman karet.
Walaupun karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan
oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh
karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding karet sintetis adalah :
-memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna.
-memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
-tidak mudah panas (low heat build up)
-memilki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)

2.4 Jenis-jenis Karet Alam


Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan.
Bahan olahan ada juga yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali
berdasarkan bahan karet yang sudah jadi . Jenis-jenis karet alam adalah :
a. Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet Hevea brasiliensis yang meliputi :
lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan
getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan
pemantap (zat antikoagulan).
sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan
digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum
jadi.
slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan
dengan asam semut.
lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang
terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
b. Karet konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis ini
pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Jenis-jenis karet alam
yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut:
Ribbed smoked sheet adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses
pengasapan dengan baik.
White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada
yang tebal dan tipis.
Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna coklat dan banyak dihasilkan oleh
perkebunan - perkebunan besar atau estate.
Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan
potongan sisa dari RSS atau slab basah.
Thin brown crepe remills adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.
Thick blanket crepe ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat,
biasanya dibuat dari slab basah.
Flat bark crepe adalah karet tanah,yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari screp karet alam
yang dihasilkan scrap karet alam yang belum diolah, termasuk screp tanah yang berwarna
hitam.
Pure smoke blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang
khusus berasal dari RSS.
Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak
dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar,
melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, bekas air cucian yang
banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek
c. Karet bongkah atau block rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-
bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.
d. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet yang dibuat secara khusus, sehingga mutu teknisnya
terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang
hanya berdasarkan aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat
tidak berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkah-
bongkah kecil dengan berat dan ukuran seragam.
e. Lateks pekat
Lateks pekat yaitu jenis karet yang berbetuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau
padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses
pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks.
Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan bahan karet yang tipis
dan bermutu tinggi.
f. Karet siap olah atau tyre rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah
jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau
barang lainnya yang menggunakan karet sebagai bahan baku
g. Karet reklim atau reclaimed rubber
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dan barang-barang karet bekas, terutama
ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. karenanya boleh dibilang 24 karet
reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Produk yang
dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama dipakai, Lebih tahan terhadap bensin atau minyak
pelumas. Tetapi karet reklim kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan
sifatnya sebagai karet bekas pakai. (Zuhra,C.F., 2006).

2.5 Manfaat dari Tanaman Karet


Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari
karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga
pesawat terbang) sepatu karet, sabuk,penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet,
kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau
tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shockabsorbers. Karet juga
bisa digunakan untuk tahanan dudukan mesin. Menurut Bahruddin (2011) pemakaian
lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil dan pada alat-alat lain membuat pintu
terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai
penahan getaran juga digunakan karet.
Bagian-bagian ruang atau peralatan-peralatan yang terdapat dalam bangunan-bangunan
besar banyak yang dibuat dari bahan karet, seperti alas lantai dari karet yang dapat dibentuk
dengan bermacam-macam warna dan desain yang menarik.

2.6 Kegunaan lain tanaman karet


Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan
manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekedar
sampingan tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi pemilik perkebunan karet.
Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberi keuntungan adalah kayu atau
batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti
dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif.
Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan
hingga nyaris terbuang adalah biji karet. Menurut Setiawan, dkk. (2005) dilihat dari
komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil
analisis diketahui kadar proteinnya sebesar 27%, lemak 32,3%, air 3,6%, abu 2,4%, thiamin
450 g, asam nikotinat 2,5 g, akroten dan tokoferol 250 g dan sianida sebanyak 330 mg
dari setiap 100 g bahan. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji
karet juga sangat baik. Semua asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh terkandung
didalamnya. Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi
konsentrat (Bahruddin, 2011).
Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya
sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih
tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen
non protein lain yang larut. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen
produk makanan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Tanaman karet merupakan merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam
dunia. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya
tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
3.1.2 Jenis-jenis dari tanaman penghasil karet
Castilloa elastica Sess
Ficus vogelii (Miq.) Miq
Funtumia africana (Benth.) Stapf
Hevea brasiliensis (Willd. ex Adr. Juss.) Muell. Arg.
Holarrhena floribunda (G. Don) Durand & Schinz
Funtumia elastica dan Landolphia kirkii
Ficus elastic
Parthenium argentatum
Palaquium gutta da Palaquium oblongifolia
Taraxacum koksahgyz dan Taraxacum officinale
3.1.3 Karet alam adalah bahan polimer alam yang diperoleh dari Hevea brasiliensis atau
Guayule. Karet alam yang berwujud cair disebut lateks. Lateks merupakan suatu
cairan yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, yang terdiri atas partikel
karet dan bahan non karet yang terdispersi di dalam air.
3.1.4 Manfaat dari tanaman penghasil karet banyak digunakan dalam industri-industri
barang. Barang yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari
sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet,
sabuk,penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-
bahan pembungkus logam.
3.1.5 Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberi keuntungan adalah kayu
atau batang pohon karet. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen
produk makanan.
Daftar Rujukan

Anwar, C . 2001. Manajemen dan Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.

Bahruddin. 2011.Pengantar Teknologi Karet. Riau : Pusat Pengembangan Pendidikan


Universitas Riau.
Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Triwiyoso dan Siswantoro. 1995. In House Trainning Pengolahan Lateks Pekat dan Karet
Mentah. Bogor: Balai Penelitian Perkebunan Bogor

Zuhra, C. F. 2006. Karet.Medan: Univeritas Sumatera Utara Press.

Anda mungkin juga menyukai