Anda di halaman 1dari 26

A.

TEMPAT AKTIVITAS KERJA DI INDUSTRI


Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi
antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang
bertujuan menghasilkan produk. Sejak era Revolusi Industri, bengkel mungkin
ruangan atau gedung yang menyediakan kawasan dan alat (atau mesin) yang
diperlukan untuk pembuatan atau perbaikan barang-barang manufaktur.
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutp atau tebuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan diaman terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2. (Pasal 1 Angka 1 UU Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja).
Kuswana S.W. (2012), mengilustrasikan visualisasi bagaimana orang per
orang atau kelompok pekerja melakukan aktivitas, ditinjau dari tempatnya, bisa di
ruang tertutup (gedung pabrikan, pergudangan, terowongan bawah tanah), ruang
terbuka, di jalan raya (jalan rawa, tanah, batu dan jalan baja), lapangan terbang
(hanggar), di pelabuhan laut, danau dan sungai, lahan pertanian, di dalam
kendaraan bermotor (alat-alat berat dan angkutan manusia, barang), lokomotif,
pesawat terbang, instalasi-instalasi militer, nuklir, rumahsakit, laboratorium
pendidikan, bengkel-bengkel pembuatan, pemeliharaan, perawatan dan perbaikan,
serta bisa di lingkungan rumah tangga. Posisi sumber daya manusia, dalam lingkup
kegiatan proses produksi dapat ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Wilayah Kegiatan Industri Ditinjau dari Rantai Nilai Produk


Teori yang sesuai untuk dijadikan landasan bagi peletakan kawasan industri
adalah teori lokasi industri yang dikemukakan oleh Weber. Hal ini dapat dilihat
dari penjabaran mengenai teori lokasi industri.
Lokasi pekerjaan yang memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan antara lain
sebagai berikut.
a) Pekerjaan pengerukan, penambangan, dan pengeboran
b) Pekerjaan konstruksi di permukaan tanah
c) Pekerjaan di Pelabuhan dan Bandar Udara
d) Pekerjaan di Pabrik
e) Pekerjaan di Perbengkelan dan Pertukangan
f) Pekerjaan di Pergudangan
g) Pekerjaan Transportasi
h) Ditinjau dari Proses Produksi
i) Ditinjau dari Desain Tempat Kerja
Corlett dan Clark (1993), mengungkapkan bahwa ditinjau dari ergonomi baik
sebagai disiplin ilmu maupun teknologi, sangat memperhatikan interface dan
interaksi antara pekerja dengan komponen-komponen kerja, pengaruhnya terhadap
interaksi dan kinerja sistem. Hal tersebut, dapat ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 5.1. Komponen dalam Sistem Kerja


Komponen Ranah Rancangan Pertimbangan
Perangkat keras Rancangan dan tata letak Proses, peralatan dan akses
komponen
Karakteristik tubuh,
Karakteristik fisik dan kapasitas kerja, kekuatan,
Operator
ketangkasan postur tubuh, kelelahan
dan ketahanan
Pancaindra (penglihatan,
Penerima informasi dan pendengaran, penciuman
proses dan perabaan), perhatian
dan daya ingat
Jenis kelamin, umur, latar
belakang budaya, suku,
Karakteristik individu dan keterampilan, pelatihan,
sosial motivasi, kepuasan kerja,
perhatian, kejenuhan dan
perilaku lainnya
Standar operasi, buku
Perangkat lunak Kinerja bebas kesalahan pedoman, simbol-simbol
perintah
Iklim kerja, kebisingan,
Kinerja yang aman dan
Lingkungan penerangan, getaran, debu,
selamat
ventilasi
Waktu kerja, istirahat,
Organisasi rotasi kerja, giliran kerja,
Organisasi SDM dan
perhatian, kepuasan,
produksi
tanggung jawab dan
interaksi sosial

B. AKTIVITAS DI TEMPAT KERJA


Setiap jenis pekerjaan memiliki karakteristik yang sangat beragam, hal ini
terkait dengan hasil yang diharapkan dan faktor-faktor penunjang seperti peralatan
yang dipersiapkan.
Gambar 2. Prosedur Seleksi untuk Postur Dasar

1. Metode-Metode Ergonomi
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-
metode tersebut antara lain:
a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan
sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks
b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture
sesuai dengan demensi fisik pekerja
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain
2. Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja
Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.
Aplikasi/penerapan tersebut antara lain:
a. Sikap Kerja
Sikap kerja diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja perlu
diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja
dengan nyaman dan tahan lama. Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan
oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat
bekerja.
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap
tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan
yang dibutuhkan
Dikenal dua sikap kerja, yaitu sikap duduk dan sikap berdiri.
1) Kerja Duduk
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk karena
sikap kerja duduk merupakan sikap kerja dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk
memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat
mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja
sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat
memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap
sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa (sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap
demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang
tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak.
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung
lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang
kursi. Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah
terbentuk huruf C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan
tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik kemudian
lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi
duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki)
dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua
kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama
lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan
pada kursi, jaga bahu tetap rileks.3,6

Gambar 3. Sikap Duduk


Keuntungan:
1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah
masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian
tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan
dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan
tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect
posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan
cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%.
Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap
tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan
dilakukan menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan
Low back pain (LBP) yaitu otot-otot pingang menjadi lelah (fatique)
menimbulkan ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul
proses degeberasi yang dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di
daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan
kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan
akhirnya menurunkan kemampuan melakukan aktivitas.
Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan
produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan
dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri
secara bergantian. Duduk lama dengan posisi yang salah akan
menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak
jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini berlanjut terus akan
menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus. Hernia
polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri
pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki.
Sikap duduk ini sangat dipengaruhi oleh pemakaian kursi. Penerapan
ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan
sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang
ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat.
Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga
memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk
bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang
dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian
tersebut.
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin merupakan
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka
syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut:
a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat
dengan mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak.
Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan
makin tinggi area kerja.
b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya
harus ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar
gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan
fleksi.
c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan.
Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan
dapat di sesuaikan, sehingga sesuai bagi pemakainya.
Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi berdasarkan antropometri
orang Indonesia adalah :
a. Tinggi alas duduk
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian
depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi
alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk
lutut dan telapak kaki.
b. Panjang alas duduk
Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan
sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai
kebagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan adalah 36
cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara
lekuk lutut dan garis punggung.
c. Lebar alas duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas
duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang
diusulkan adalah 44- 48 cm.
d. Sandaran pinggang
Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah
ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis
pinggul.
e. Sandaran tangan
Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar
dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu)
f. Tinggi Sandaran adalah setinggi siku
Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang
dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-
48 cm. Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk.
Panjang sandaran tangan : 21 cm.
g. Sudut alas duduk
Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan
kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan
dan posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk
pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit
membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-
5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan
tempat duduk yang dapat diatur.
2) Kerja Berdiri
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan
di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang
pada dua kaki. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk.
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri
adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul,
panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat
mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan
tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai
bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih
(clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan
sepatu ketika bekerja.
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan
terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak
kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan
kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus
lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu
dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments)
pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot
rangka akan mudah mengalami kelelahan.
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada
tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang
diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan
bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di
atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur
sejajar dengan tinggi siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi
meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku.
Keuntungan:
Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang
belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
Kerugian:
Otot kaki cepat lelah.

Gambar 4. Posisi Kerja Berdiri

b. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
Gambar 5. Jangkauan

c. Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.

Gambar 6. Cara Mengangkat Beban


Beberapa faktor yang berpengaruh dalam mengangkat beban
1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap
berat badan operator.
2. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator.

Gambar 7. Jarak antara benda terhadap operator


3. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar)
akan memiliki pusat massa (centre of gravity ) yang letaknya jauh
dari operator, hal tersebut juga akan mempengaruhi pandangan
operator.
4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit
daripada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan
pinggang).
5. Beban puntir (twisting load) pada operator selama aktivitas angkat
beban.
6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah
untuk mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang
diperkirakan.
7. Stabilisasi beban yang akan diangkat.
8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
9. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktifitas angkat.
Ada 4 batasan yang dalam pengangkatan yaitu :
1. Batasan angkatan secara legal ( Legal Limitation )
Batasan ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional
yaitu :
Pria di bawah usia 16 th, maksimum angkat 14 kg.
Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg.
Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batsan angkat.
Wanita usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg.
Wanita usia lebih dari 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg.
Batasan ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan
mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama
bagi operator untuk pekerjaan berat.
2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Biomechanical
Limitation)
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisis
aktifitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.
3. Batasan angkat secara fisiologis
Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan ratarata beban
metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat
juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah
benarbenar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan
batasan angkat. Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktifitas
yang berulangulang akan meningkatkan resiko nyeri pada tulang
belakang.
4. Batasan angkat secara psikofisik
Metode ini didasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya
untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian
beban yang berbeda-beda. Ada tiga macam posisi angkat :
Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan.
Dari ketinggian genggaman tangan dan ke ketinggian bahu.
Dari ketinggian bahu ke maksimuman jangkauan tangan
vertikal.

C. PRINSIP DASAR ERGONOMI DALAM AKTIVITAS KERJA


Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami
kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah.
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja,
menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
2. Mengurangi beban berlebihan;
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
6. Minimalisasi gerakan statis;
7. Minimalisasikan titik beban;
8. Mencakup jarak ruang;
9. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
10. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
12. Mengurangi stres.
Prinsip 1 : Bekerja dalam posisi atau postur normal
Posisi terbaik untuk bekerja adalah menjaga tubuh netral, yakni
memosisikan tulang punggung belakang.

Memposisikan S-kurva tulang


belakang. Tulang belakang berbentuk
kurang lebih seperti S.

Ketika berdiri, meletakkan satu kaki di


atas sandaran kaki membantu untuk
menjaga tulang belakang dalam
keselarasan.

Bekerja dalam jangka waktu yang


panjang dengan punggung di C-kurva
dapat menempatkan tekanan pada
punggung. Lumbar support yang baik
sering membantu untuk menjaga kurva
yang tepat di punggung.

V-kurva menciptakan ketegangan


yang lebih besar pada punggung.
Bahkan tanpa menangkat beban,
membungkuk dapat menciptakan
banyak tekanan pada tulang belakang.

Gunakan alat pengakat untuk menjaga


tulang belakang.
Jaga leher selaras, tulang-tulang leher
merupakan bagian dari tulang belakang.
Terlalu lama memutar dan
membungkkukan leher dapat
menyebabkan stress.

Menjaga siku di sisi sikap netral lengan


membuat siku dan bahu lebih santai.

Merubah tempat kerja untuk


mendapatkan posisi netral. Produk yang
lebih tinggi menyebabkan karyawan
membungkukkan bahu dan siku agak
keluar. Atur ulang posisi produk agar
bahu dan siku pada posisi netral.

Prinsip 2 : Mengurangi beban berlebihan


Kekuatan yang berlebihan pada sendi dapat membuat potensi kelelahan dan
cedera.

Prinsip 3 : Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan


Prinsip berikutnya dengan menjaga hal-hal mudah dijangkau. Dalam banyak
hal, prinsip ini dengan postur tubuh dapat membantu untuk mengevaluasi.
Jangkauan Amplop, konsep semi
lingkaran yang membuat lengan saat
menjagkau. Hal-hal yang sering
digunakan idealnya harus dalam
jangkauan amplop lengan penuh.
Masalah dengan jangkauan bias
disebabkan karena kebiasaan, tidak
disadari melakukan gerakan yang tidak
sesuai dengan posisi tubuh saat
menjangkau.
Permukaan tempat kerja yang terlalu
besar menyebabkan masalah jangkauan.
Untuk menghindarinya gunakan
permukaan yang lebih kecil.

Prinsip 4: Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh


Bekerja pada ketinggian siku yang tepat juga merupakan cara untuk membuat
segalanya lebih mudah.
Atur posisi pekerjaan agar setinggi
siku baik berdiri ataupun duduk.
Contohnya yaitu bekerja dengan
keyboard.
Pengecualian terhadap aturan tersebut,
yakni jika pekerjaan yang berat lebih
baik dilakukan dengan posisi lebih
rendah dari siku. Pekerjaan presisi
lebih baik dilakukan dengan posisi
diatas siku.
Dapat menyesuaikan ketinggian
dengan meninggikan kaki meja atau
menambahkan platform kerja diatas
meja atau berdiri diatas panggung.
Prinsip 5: Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
Prinsip berikutnya untuk berpikir tentang jumlah gerakan yang dibuat
sepanjang hari, apakah dengan jadi, pergelangan tangan, lengan atau
punggung.
Salah satu cara paling sederhana untuk
mengurangi gerakan berulang yaitu
dengan menggunakan alat-alat listrik
bila memungkinkan.

Cara lainnya yaitu dengan mengubah


layout peralatan untuk menghilangkan
gerakan berulang.

Pada permukaan tidak rata dapat


dengan mengubah ketinggian
permukaan untuk menghilangkan
gerakan berulang.

Prinsip 6: Minimalkan Gerakan Statis


Memegang dengan posisi yang sama untuk jangka waktu yang lama dikenal
sebagai beban statis. Hal ini dapat menciptakan kelelaha dan
ketidaknyamanan dan dapat mengganggu.
Contoh dari beban statis yaitu kram saat
menulis. Cara mengatasinya
dengantidak memegang pensil sangat
erat dalam waktu yang lama. Bungkus
otot setelah beberapa waktu dan mulai
sakit.
Di tempat kerja harus memagang
bagian dan alat terus menerus adalah
contoh beban statis. Menggunakan
penjepit dapat menghilangkan
kebutuhan untuk memegang bagian.
Memegang dengan lengan di atas
kepala selama beberapa menit adalah
contoh lain beban statis, hal ini dapat
mempengaruhi otot bahu. Mengubah
orientasi area kerja untuk mencegah hal
ini terjadi atau menambahkan extender
untuk alat.
Berdiri untuk waktu yang lama dapat
menciptakan beban statsi pada kaki.
Dengan menambahkan sandaran kaki
dapat mengurangi beban statis yang
terjadi.

Prinsip 7: Minimalisasikan titik beban


Hal lain yang harus diperhatikan adalah titik-titik tekana yang berlebihan yang
disebut dengan kontak.
Contoh dari kasus ini adalah
menggenggam keras suatu alat seperti
tang. Penambahan pegangan yang
empuk dan contouring agar sesuai
dengan tangan dapat mengurangi
masalah.
Menyandarkan lengan pada tepi keras
meja dapat membuat titik tekanan.
Pembulatan keluar tepi dan padding
biasanya membantu.

Prinsip 8: Mencakup jarak ruang


Memiliki cukup celah atau clearance adalah sebuah konsep yang mudah
untuk berhubungan dengan posisi kerja.

Wilayah kerja perlu diatur sehingga


memiliki ruang yang cukup untuk
kepala, lutut dan kaki.

Pandangan tidak boleh terhalang,


peralatan dan benda harus diatur agar
tidak menghalangi pandangan.

Prinsip 9: Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja

Melemaskan otot setelah melakukan


gerakan yang cukup lama.

Jika duduk untuk waktu yang lama


perlu menggeser postur. Sesuaikan
kursi naik dan turun sepanjang hari.
Pindahkan posisi dan lakukan
peregangan.
Prinsip 10: Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Dengan terciptanya lingkungan yang nyaman dapat mengurangi terjadinya
kelelahan dan masalah-masalah lainnya.
Salah satu masalah yang umum adalah
pencahayaan. Dalam pekerjaan
komputerisasi, pencahayaan
merupakan masalah besar karena layar
computer dapat memantulkan cahaya
dari lampu dan cahaya luar. Atur ulang
posisi kerja agar mengurangi efek yang
ditimbulkan. Sesuiakan suhu
lingkungan kerja agar nyaman dengan
kondisi pekerjaan, tidak terlalu panas
ataupun tidak terlalu dingin
Banyak juga jenis tugas yang dapat
dipengaruhi oleh pencahayaan yang
buruk, seperti silau dan cahaya tidak
cukup. Gunakan task lightning, yaitu
lampu kecil di tempat kerja yang dapat
mengarahkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan.

D. MANFAAT PENERAPAN EGRONOMI DI TEMPAT KERJA


Manfaat dari penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat

E. MASALAH AKIBAT LINGKUNGAN KERJA YANG TIDAK ERGONOMI


Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan pekerjaannya
adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
terjadi pemuliham setelah istirahat.
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static
muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon,
dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang
(repetitive).
Sebab-sebab kelelahan yang utama adalah pekerjaan yang monoton, beban
dan lama kerja terlalu berat, lingkungan pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan
kurangnya waktu istirahat.
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 8 jam sisanya
untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya
kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan
mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian
bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat
dipertahankan. Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis
kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-
tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya
di tempat kerja
Gejala klinis dari kelelahan adalah perasaan lesu, ngantuk, dan pusing, sulit
tidur, kurang atau tidak mampu berkonsentrasi, menurunnya tingkat kewaspadaan,
persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya keinginan untuk
bekerja, dan menurunnya kesegaran jasmani dan rohani.
Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam batas waktu kronis, maka gejala yang
ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa, depresi, dan
meningkatnya sejumlah penyakit fisik.
Upaya penanggulangan kelelahan dalam mengatasi kelelahan, meskipun
seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
1. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
2. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.
3. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
4. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
5. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
6. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat
kerja.
7. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
8. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja.
9. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
a. Pekerja remaja dan usia tua
b. Wanita hamil dan menyusui
c. Pekerja shift
d. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan
atau zat addiktif lainnya perlu diawasi

F. SIMPULAN
1. Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi
akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta
dapat menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan
sehat.
2. Metode Ergonomi dilakukan dengan pendekatan diagnosis, treatment, dan
follow up. Sedangkan penerapannya dilakukan dalam mengatur sikap kerja,
proses kerja, tataletak tempat kerja, dan mengangkat beban.
3. Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan pekerjaannya
adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
terjadi pemuliham setelah istirahat. Sebab-sebab kelelahan yang utama adalah
pekerjaan yang monoton, beban dan lama kerja terlalu berat, lingkungan
pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan kurangnya waktu istirahat.
4. Penanggulangan terhadap kelelahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengatur lingkungan kerja, pengaturan jam kerja, dan memberikan istirahat
kepada pekerja.
5. Tujuan akhir dari ergonomi adalah menurunkan angka kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja serta meningkatkan produktivitas dari pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Atin. 2015. Masalah ergonomi ditempat kerja. (Online). (http://atin-


kuliahku.blogspot.co.id/2012/05/makalah-masalah-ergonomi-di-
tempat.html?m=1, diakses tanggal 22 Oktober 2017).
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Ergonomi dan K3 Kesehatan Keselamatan Kerja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
https://www.academia.edu/16439922/Makalah_ergonomi (diakses tanggal 21 Oktober
2017).
https://www.scribd.com/document/342823748/Masalah-Ergonomi-Di-Tempat-Kerja
(diakses tanggal 21 Oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai