Anda di halaman 1dari 313

ANALISIS KEBUTUHAN LUASAN HUTAN KOTA

SEBAGAI SINK GAS CO2 ANTROPOGENIK


DARI BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS
DI KOTA BOGOR
DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

ENDES N. DAHLAN

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ir. Endes N. Dahlan, MS

NRP : E 061 03 0011

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana


Institut Pertanian Bogor.

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi saya yang berjudul: Analisis


Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari
Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem
Dinamik merupakan karya penelitian dan hasil penulisan saya yang belum pernah
dipublikasikan.

Tulisan ini tidak boleh diperbanyak dan tidak juga dipublikasikan serta tidak
boleh ditayangkan di internet tanpa ijin tertulis dari penulis. Perlakuan tersebut
tanpa ijin tertulis dapat dituntut secara hukum.

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya yang dapat dipergunakan
sebagai bahan pelengkap disertasi ini.

Bogor, 27 November 2007

Ir. Endes N. Dahlan, MS


RINGKASAN

Kota merupakan pusat berbagai kegiatan. Penggunaan bahan bakar yang


terus meningkat akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat pula
yang kemudian dapat mengakibatkan pemanasan global melalui efek rumah kaca.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mengurangi laju peningkatannya. Salah
satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan memperluas lahan hutan kota.
Luasan hutan kota di Kota Bogor saat ini 144,75 ha (1,22 %) yang terdiri dari
Kebun Raya Bogor (87,00 ha) dan hutan penelitian Dramaga (57,75 ha). Tujuan
dari penelitian ini adalah menentukan kebutuhan luasan hutan kota sebagai rosot
gas CO2 antropogenik yang berasal dari bensin, solar, minyak tanah, minyak
diesel dan LPG di Kota Bogor secara dinamik. Penelitian ini terdiri dari: (1)
analisis jumlah emisi dan konsentrasi gas CO2 dengan melakukan prediksi jumlah
kebutuhan bahan bakar dan pengukuran konsentrasi ambien gas CO2 di lokasi
yang padat kendaraan dan lokasi yang tidak padat kendaraan, dan (2). analisis
daya rosot gas CO2 oleh ruang terbuka hijau dan daya rosot hutan kota melalui
penelitian pengukuran daya rosot gas CO2 oleh pohon yang terdapat di Kebun
Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga. Penelitian dilakukan dari bulan Maret
2005 sampai Juni 2007.
Hasil penelitian menyatakan bahwa emisi gas CO2 antropogenik di Kota
Bogor meningkat. Emisi gas ini pada tahun 2010 sebesar 600.216 ton, sedangkan
tahun 2100 menjadi 848.175 ton. Konsentrasi gas di lokasi yang tercemar pada
musim kemarau tahun 2006 sebesar 397,27 ppmv dan musim penghujan tahun
2007 sebesar 395,11 ppmv. Rerata konsentrasi ambien gas CO2 di lokasi yang
padat dan tidak padat kendaraan di Kota Bogor tahun 2006/2007 sebesar 389,8900
ppmv.
Daya rosot gas CO2 bervariasi menurut jenis tanaman. Kelompok jenis
pohon yang berdaya rosot sangat rendah nilai reratanya 3,90 kg/pohon/tahun,
kelompok jenis pohon dengan rosot rendah nilai reratanya sebesar 28,00
kg/pohon/tahun, kelompok jenis pohon dengan rosot sedang nilai reratanya 102,07
kg/pohon/tahun, kelompok dengan nilai rosot yang agak tinggi memiliki nilai
rerata 305,91 kg/pohon/tahun, tinggi 835,65 kg/pohon/tahun dan sangat tinggi
sebesar 16.891,93 kg/pohon/tahun.
Berdasarkan kajian jumlah emisi gas CO2 yang terus bertambah sementara
luasan ruang terbuka hijau terus menurun, maka luasan hutan kota sebagai rosot
gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak di Kota Bogor perlu ditambah.
Tanpa penambahan luasan hutan kota konsentrasi gas CO2 ambien akan
meningkat menjadi 389,8964 ppmv, sedangkan dengan penambahan luasan hutan
kota dengan jenis pohon berdaya rosot sangat tinggi akan menjadi 389,8752
ppmv.
Kebutuhan penambahan luasan hutan kota di Kota Bogor sangat mendesak
tidak hanya bervariasi menurut jenis daya rosot pohon namun juga dipengaruhi
oleh penggunaan bahan bakar, pengkayaan pada areal bervegetasi jarang dan
waktu. Dengan menggunakan skenario ruang terbuka hijau yang harus disediakan
sekitar 32% dan luas lahan terbangun 68,00%, dengan simulasi didapatkan
kebutuhan luasan hutan kota dengan jenis berdaya rosot tinggi bervariasi dari
6.500 - 5.500 ha, sedangkan jika dengan jenis berdaya rosot sangat tinggi berkisar
antara 300 280 ha. Dengan demikian jenis pohon berdaya sink tinggi dan jenis
pohon lainnya yang lebih rendah daya sink-nya tidak dianjurkan untuk digunakan
pada program penambahan luasan hutan kota yang baru. Oleh sebab itu, pemilihan
jenis tanaman harus betul-betul diperhatikan. Jenis pohon yang harus digunakan
dalam program penambahan luasan hutan kota adalah jenis berdaya sink sangat
tinggi.
Jumlah penduduk yang dapat ditampung sampai tahun 2100 sebanyak 1,3
juta orang dengan bangunan 1 lantai. Kebutuhan luasan hutan kota sekitar 300 ha.
Jika dengan bangunan dua lantai, maka jumlah penduduk yang dapat ditampung
sebanyak 2,5 juta orang. Luasan hutan kota yang dibutuhkan dari tahun 2017
sampai 2100 bervariasi sekitar 1.400 ha. Lahan terbangun yang dibutuhkan seluas
8.032,11 ha (67,78%) dengan bangunan dua lantai. Jenis pohon yang harus
ditanam pada penambahan lahan hutan kota yang baru adalah jenis berdaya sink
sangat tinggi. Berdasarkan simulasi luasan hutan kota yang dibutuhkan sebagai
sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas pada tahun 2100
seluas 1.278,81 ha (10,79%), sementara luasan ruang terbuka hijau yang tersisa
seluas 200,77 ha (1,69%).

Kata kunci: hutan kota, ruang terbuka hijau, emisi gas CO2 dan konsentrasi
ambien gas CO2.
ABSTRACT
Activities in towns and cities require energy which is obtained from fossil
fuel and gas. The combustions cause increasing concentration of ambient CO2
which induce global warming through green house effect. One of the efforts to
minimize the increasing of CO2 concentration in the atmosphere, particularly in
the urban area, is to develop urban forest. Wide of urban forest in Bogor city is
144.75 ha (1.20 %) consist of Bogor Botanical Garden (87.00 ha) and Research
Forest Station at Dramaga (57.75 ha). The objective of the research is to estimate
wide of urban forest required for absorbing CO2 gas emitted from petrol, diesel,
kerosene and LPG combustion in Bogor, dynamically. The researches consist of:
(1). Analysis of CO2 emission and the concentration based on fossil fuel and gas
requirement and measurement of ambient CO2 in dense and rare automobile and
(2) Analysis of CO2 sequestration by green open spaces and urban forest plant
sequestration through researches conducted in Bogor Botanical Garden and Forest
Research Station at Dramaga. The researches were conducted from March 2005
until June 2007.
The result of the study revealed that the amount of the gas emission is
increase. The emission prediction in 2010 is 600,216 ton and in 2100 will be
848,175 ton. The average concentration of CO2 ambient in 2005 in polluted road
in the morning in dry and wet season was 397.27 ppmv and 395.11 ppmv,
respectively. The average concentration of ambient CO2 at rare and dense
automobile in 2006/2007 was 389.8900 ppmv. The researches also noticed that
CO2 sequestration was varied depend on plant species. The average of CO2
sequestration class of very low, low, moderate, slightly high, high and very high
absorption capacity were 3.90 kg/tree/year, 28.00 kg/tree/year, 102.07
kg/tree/year, 305.91 kg/tree/year, 643.77 kg/tree/year, and 16,891.93 kg/tree/year,
respectively. Without urban forest wide addition, CO2 concentration will be
increase to 389.8964 ppmv, while with urban forest wide addition with very high
sequestration the concentration will be 389.8752 ppmv.
Based on increasing CO2 emission while decreasing sequestration by
urban green open space, it is considered that wide of urban forest should be added.
Urban forest wide required for CO2 sequestrating is urgently needed and varied
depend on plants species, fossil fuel used, enrichment with very high
sequestration plants in rare density vegetation area and time. Using scenario green
open space should be available around 32% and built up area 68%, from
simulation showed that urban forest requirement with high sequestration plants
varied from 6,517 5,505 ha. The high sequestration plants and the lower
sequestration plants are not recommended for new additional urban forest.
Plants selection should also be considered to increase carrying capacity
population. Carrying capacity population in 2100 with 1 floor is 1.3 million
people. If very high sequestration plants species used in the program, the carrying
capacity is also 1.3 million people, but the urban forest wide only 300 ha. Using 2
floor building, carrying capacity of people in 2100 will be 2.5 million in 8,032.11
ha built up area, while the wide of urban forest needed from 2017 to 2100 around
1,400 ha.

Keywords: urban forest, green open space, CO2 emission, CO2 ambient.
Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut
Pertanian Bogor.
2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor.
ANALISIS KEBUTUHAN LUASAN HUTAN KOTA
SEBAGAI SINK GAS CO2 ANTROPOGENIK
DARI BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS
DI KOTA BOGOR
DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

ENDES N. DAHLAN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
Penguji Luar Komisi pada Sidang Tertutup:

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.

Penguji Luar Komisi pada Sidang Terbuka:

Dr. Ir. Ning S. Purnomohadi, MS.

Dr. Ir. Tania June, MSc.


PRAKATA
Assalamualaikum wr. wb.
Pada kesempatan ini penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
karena atas ijin, barokah dan nikmat dari-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian sampai penulisan disertasi dan ujian tertutup dan terbuka. Penulis
mencoba menggunakan Ilmu sistem dan permodelan yang sangat sulit dan baru
dipelajari ketika kuliah S3 yang telah membuat jatuh bangun, namun membuat
penulis seolah dibakar, ditempa dan digosok insya Allah menjadi barang yang
berharga, semuanya itu hanya atas ijin dan kuasa Allah semata.
Ucapan terima kasih yang tulus sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
alm. Dasuki M. Dachlan dan almh. Murati Juinah atas doa dan ketulusan mereka
selama mereka hidup; semoga mereka adanya di alam kubur diampuni semua
dosanya diterima iman-Islamnya, diberikan nikmat oleh Allah dan diberikan
tempat yang indah, sejuk dan nyaman dan kelak mendapatkan surga. Aamiin.
Demikian pula halnya untuk bapak mertua Asim (alm.). Tidak lupa juga kepada
ibu mertua Siti Aisyah atas bantuan doa dan kesabarannya selama ini. Penulis
juga sampaikan ucapan terima kasih, karena tanpa adanya dorongan semangat,
kesabaran dan bantuan segalanya dari istri Iyah R. Yusliani dan anak-anakku: Eru
N. Dahlan, S.Hut., Tria N. Dahlan, STP dan Dewi N. Dahlan, AMd. Demikian
juga untuk ananda Rina Wulandari, S.Hut. atas bantuannya.
Pertama-tama penulis panjatkan do'a untuk alm. Dr.Ir. H.M. Yahya
Fakuara M.Sc. serta alm. Dr.Ir. Muljarno Djojomartono M.Sa. semoga amal
ibadah mereka diterima dan diberi naungan, perlindungan dan hidayah Allah.
Awalnya penulis memohon pada Pak Mul, ketika masih kuliah dan beliau masih
sehat bahwa saya ingin dibimbing oleh beliau dan beliau menyetujui permintaan
saya. Sampai-sampai beliau masih menyempatkan diri mengajari lagi saya Ilmu
Sistem, bahkan memberikan wawasan materi yang lebih luas daripada bahan
ketika kuliah. Namun karena sakit, maka keinginan saya untuk beliau bimbing
menjadi tidak terkabul. Terima kasih Pak Yahya dan Pak Mul, semoga surga
Allah merupakan pahalanya.
Penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pembim-
bing yaitu Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS, Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
dan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr. atas bimbingan dan pengarahannya sampai
penulis dapat menyelesaikan program doktor ini; tidak lupa untuk semua guru dan
dosen yang telah memberikan ilmunya, serta Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.
penguji sidang tertutup, demikian juga kepada Dr.Ir. Ning S. Purnomohadi, MS.
dan Dr.Ir. Tania June, MSc. sebagai penguji sidang terbuka yang telah membe-
rikan masukan yang sangat berharga, penulis ucapkan terima kasih, seraya berdoa
semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda.
Aamiin.
Untuk Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr. yang ketika itu sebagai
Dekan Fakultas Kehutanan IPB dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc, tidak lupa
juga kepada Dr. Ir. Rinekso Sukmadi, M.Agr., Ketua Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Dr. Ir. Lilik B. Prasetyo, M.Agr., Ir. Rachmad
Hermawan, M.ScF. dan semua teman di Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, penulis sampaikan terima kasih
atas sumbang-saran, bantuan dan pengertiannya selama ini. Tidak lupa kepada
semua yang pernah penulis bimbing baik program S2 (Riswandi Tinambunan
S.Hut., MS, Diana Septriana, S.Hut., Msi.); program S1 (Herdiansyah, S.Hut.,
Hadinata, S.Hut., Tommy P. Sinambela, S.Hut., Sri Purwaningsih, S.Hut., Vivi
Indriani Harris, S.Hut. dan Yofi Mayalanda, S.Hut.) penulis ucapkan terima kasih
atas bantuannya.
Akhirnya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. Agus Priyono
Kartono, M.Si atas bantuannya dalam pengolahan data, khusus kepada Ir Yadi
Suryadi, M.Si, Ir. Erna Hernawati, MM dan Arif Wicaksono, SP dari Dinas Tata
Kota dan Pertamanan serta Kamal Yusuf, ST dari Bapeda Kota Bogor dan PT
Pertamina Unit III atas bantuannya dalam memberikan data yang penulis
butuhkan. Kepada Dr. Ir. Ernan Rustiadi M.Agr. dan Dr. Ir. Alinda M. Zain, M.Si
dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB, penulis sampaikan terima kasih
untuk bantuan dan kesediaannya, sehingga penulis mendapat bantuan data yang
sangat penulis perlukan. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
BPPS atas bantuan dana perkuliahan dan tidak lupa kepada Yayasan Toyota-Astra
dan WWF Indonesia atas bantuan dana untuk penelitian.
Bogor, 1 Desember 2007
Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan 26 Desember 1950, anak ketiga dari tiga


bersaudara dari alm. Dasuki M. Dahlan dan almh. Murati Juinah. Sekolah tingkat
dasar, menengah dan lanjutan atas diselesaikan di Kuningan. Pada bulan
Desember 1977 penulis mendapat gelar Sarjana dari Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada Bulan Januari 1978 penulis bekerja
sebagai Asisten Peneliti di Seameo Regional Center for Tropical Biology
(BIOTROP), Bogor pada Tropical Pest Biology Program dengan bidang kajian
kompetisi dan alelopati gulma. Pada Tahun 1979 pindah ke Tropical Aquatic
Biology Program pada bidang pencemaran insektisida, uji bioassay dispersan,
minyak bumi dan pestisida serta analisis dampak lingkungan. Tahun 1981 penulis
menjadi dosen pengasuh mata kuliah Ekologi Perairan di Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tahun 1978
Menikah dengan Iyah R. Yusliani dan dikaruniai 4 anak: Eru N. Dahlan S.Hut.,
alm. Ernu N. Dahlan , Tria N. Dahlan, STP dan Dewi N. Dahlan, AMd.

Penulis juga banyak melakukan penelitian AMDAL antara lain: S.


Bengawan Solo pra konstruksi Bendungan Gajah Mungkur, Kawasan Kawah G.
Dieng untuk eksplorasi panas bumi, pipa minyak Muara Gembong-Marunda,
industri kertas, ban dan tekstil di beberapa tempat di P. Jawa. Pada kurun waktu
1982 1990 banyak terlibat dalam proyek AMDAL HPH dan HTI di P.
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tahun 1994 1997 membantu
APHI dalam perawatan tanaman pasca Puncak Penghijauan dan Konservasi Alam
Nasional di Ambon, Banda Aceh dan Balikpapan. Kegiatan lainnya yang pernah
dilakukan adalah pembangunan hutan kota di Kabupaten Cianjur, DKI Jakarta
serta beberapa tempat lainnya. Penulis juga pernah menjadi staf akhli Dinas
Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta. Akhir-akhir ini penulis banyak terlibat
dalam membantu Kantor Asdep Lingkungan Hidup Sumatera dalam memberikan
penyuluhan dan bantuan teknis program Clean and Green City di beberapa kota
di P. Sumatera dan belakangan ini banyak terlibat dalam berbagai kegiatan Pusat
Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 1989 meraih gelar Magister Sains (MS) dari Program Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fakultas Pascasarjana, IPB. Sejak saat itu
penulis menjadi pengajar mata kuliah Ilmu Hutan Kota. Tahun 1990-2003
menjadi Kepala Laboratorium Analisis Lingkungan. Kini menjadi anggota
penelaah Buletin Media Konservasi yang diterbitkan oleh Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Buku yang pernah diterbitkan: (1). Hutan Kota untuk Pengelolaan dan
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup dan (2). Membangun Kota Kebun
Bernuansa Hutan Kota. Buku yang sedang disusun: (1). Isyarah Sains dalam Al
Quran dan (2). Teknik Pembangunan dan Pemeliharaan Tanaman Hutan Kota.
Mata Kuliah yang pernah diberikannya adalah: Pengantar Ilmu Kehutanan,
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati, Ekologi Perairan, Pencemaran Lingkungan
dan Pengantar Ilmu Lingkungan. Kini dengan gelar Lektor Kepala menjadi
pengajar: mata kuliah Ilmu Hutan Kota (S1) dan mata kuliah Ilmu Hutan Kota
Terapan (S0). Dengan dikembangkannya sistem mayor-minor, maka mata kuliah
tambahan yang akan diasuhnya adalah: Manajemen Jasa Lingkungan Sumberdaya
Hutan (S1), Ilmu Hutan Kota Lanjutan untuk S2 dan S3, serta Permodelan Sistem
Pengelolan Jasa Lingkungan yang dicanangkan untuk program S2 dan S3.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
1.4. Kebaharuan Penelitian ..................................................................... 11
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 12
2.1. Permodelan dan Simulasi .................................................................. 12
2.2. Bahan Bakar Minyak dan Gas .......................................................... 15
2.2.1. Bahan Bakar Konvensional ................................................... 15
2.2.2. Bahan Bakar Nir-konvensional ............................................. 17
2.3. Emisi Gas CO2 ................................................................................. 17
2.4. Karakteristik Gas CO2 ...................................................................... 18
2.5. Dampak Negatif Gas CO2 ............................................................... 19
2.5.1. Dampak Negatif Gas CO2 terhadap Manusia . ....................... 19
2.5.2. Dampak Negatif Gas CO2 terhadap Lingkungan
Hidup ..................................................................................... 20
2.6. Fotosintesis dan Respirasi ................................................................. 23
2.7. Tumbuhan sebagai Penyerap gas CO2 .............................................. 25
2.8. Respons Tumbuhan terhadap Peningkatan Konsentrasi
Gas CO2............................................................................................. 28
2.9. Hutan Kota ....................................................................................... 29
2.10. Studi Kebutuhan Luasan Hutan Kota................................................ 30
3. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 32
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 32
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................... 33
3.3. Komponen Penelitian dan Parameter yang Diamati .......................... 33
3.4. Asumsi dan Batasan Penelitian .......................................................... 35
3.5. Kerangka dan Rancang-bangun Penelitian . ..................................... 36

i
3.6. Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta
Prediksi Kebutuhannya di Masa yang Akan Datang .......................... 40
3.7. Perhitungan Emisi Gas CO2 .............................................................. 40
3.8. Penghitungan Kepadatan Kendaraan ............................................... 41
3.9. Pengukuran Kandungan Gas CO2 Ambien ....................................... 41
3.10. Luasan Ruang Terbuka Hijau dan Perhitungan Perubahannya ........ 42
3.11. Pengukuran Daya Rosot Gas CO2 ..................................................... 43
3.11.1. Penelitian di Rumah Kaca dengan
Menggunakan Alat Pengukur Laju Fotosintesis ................ 43
3.11.2. Penelitian Pendahuluan dengan
Metode Karbohidrat ........................................................... 45
3.11.3. Penelitian di Kebun Raya Bogor ........................................ 48
3.11.4. Penelitian di Hutan Penelitian Dramaga ........................... 50
3.11.5. Jumlah dan Ukuran Stomata............................................... 50
3.12. Simulasi Konsentrasi Gas CO2 Ambien dan Penentuan
Kebutuhan Luasan Hutan Kota ......................................................... 51
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 53
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................ 53
4.1.1. Keadaan Umum Kota Bogor ................................................. 53
4.1.2. Kependudukan ......................................................................... 53
4.1.3. Transportasi ........................................................................... 55
4.1.4. Penggunaan Bahan Bakar Minyak dan Gas ............................ 58
4.1.5. Emisi Gas CO2 Antropogenik .................................................. 62
4.1.6 . Konsentrasi Gas CO2 Ambien Tahun 2006/2007 .................... 63
4.1.7. Penggunaan Lahan ................................................................... 67
4.1.8. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota ................................... 68
4.1.9. Daya Rosot Gas CO2 .................................................................. 75
4.1.9.1. Penelitian di Rumah Kaca Menggunakan Alat
Pengukur Laju Fotosintesis ....................................... 75
4.1.9.2. Penelitian Pendahuluan dengan Metoda
Karbohidrat .............................................................. 79

ii
4.1.9.3. Penelitian di Kebun Raya Bogor ............................... 81
4.1.9.4. Penelitian di Hutan Penelitian Dramaga ................... 82
4.1.9.5. Ukuran dan Kerapatan Stomata ................................ 84
4.1.10. Simulasi Konsentrasi Gas CO2 Ambien dan Penentuan
Kebutuhan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Gas CO2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas ................... 87
4.2. Pembahasan ............................................................................................... .. 88
4.2.1. Analisis Emisi Gas CO2 dan Konsentrasi Gas CO2 ............................... 88
4.2.2. Daya Rosot dan Klasifikasi Daya Rosot Tanaman
Hutan Kota ............................................................................... 91
4.2.3. Pengujian Model ........................................................................ 95
4.2.4. Pengaruh Hujan .......................................................................... 96
4.2.5. Analisis Kecukupan Luasan Hutan Kota Menggunakan
Tanaman Berdaya Rosot Gas CO2 Sangat Tinggi dengan
Model Tidak Dipengaruhi Hujan. .............................................. 97
4.2.5.1. Skenario Variasi Jenis Daya Rosot Gas CO2 ............. 99
4.2.5.2. Skenario Variasi Laju Pertambahan
Jumlah Penduduk .................................................... 101
4.2.5.3. Skenario Variasi Penghematan Bahan Bakar
Minyak dan Gas........................................................102
4.2.5.4. Skenario Pengkayaan pada Areal Bervegetasi
Jarang dan Upaya Gabungan ..................................104
4.2.6. Daya Dukung Kependudukan ..............................................105
4.2.7. Implikasi Kebijakan .............................................................106
4.2.8. Strategi Pembangunan Hutan Kota .......................................108
5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................110
5.1. Kesimpulan ...............................................................................110
5.2. Saran-saran ...............................................................................111
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................112
LAMPIRAN ...................................................................................121

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Konsentrasi pencemar udara di Kota Bogor tahun 2001 2003 ............. 5
2. Konsentrasi polutan udara di Kota Bogor tahun 2003 dan 2004 ............. 6
3. Luasan taman dan jalur hijau di Kota Bogor tahun 1999 2002 ............ 8
4. Luasan beberapa bentuk ruang terbuka hijau di dalam Kota Bogor
tahun 2006 ................................................................................................ 8
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji verifikasi dan
validasi model .......................................................................................... 14
6. Jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi ........................................ 15
7. Kandungan kimia dalam solar dan bensin ............................................... 16
8. Emisi gas CO2 dari kegiatan transportasi dan proyeksi perkiraannya
di Kabupaten Bogor (x 106 ton) .............................................................. 17
9. Karakteristik fisik-kimiawi gas CO2 ........................................................ 18
10. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa macam bahan bakar........ 19
11. Komposisi gas CO2 dan uap air pada hirupan dan hembusan napas (%) . 19
12. Daya rosot gas CO2 di beberapa tipe penutupan lahan ............................ 27
13. Matriks tabulasi penelitian ....................................................................... 34
14. Perhitungan jumlah emisi gas CO2 .......................................................... 40
15. Jumlah dan laju pertambahan penduduk Kota Bogor .............................. 54
16. Perkiraan jumlah penduduk Kota Bogor sampai tahun 2100 ................. 55
17. Route dan jumlah angkutan kota di wilayah Kota Bogor ........................ 57
18. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor Tahun 2008 2014 ..................... 57
19. Panjang jalan di Kota Bogor pada tahun 2004 ......................................... 58
20. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor tahun 2006 2014 ...................... 59
21. Pemakaian bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor
tahun 2003-2004 ...................................................................................... 59
22. Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas untuk tahun 2010 2100.......... 60
23. Jumlah pelanggan PT. Gas Negara Tahun 1999-2003 ............................. 61
24. Banyaknya gas yang terjual melalui pipa Kota Bogor ............................. 61
25. Jumlah emisi gas CO2 di Kota Bogor tahun 2010 2100 ....................... 62
26. Jumlah kendaraan di 5 lokasi pengamatan pada musim kemarau
2006 dan musim penghujan 2007 ............................................................. 64

iv
27. Konsentrasi gas CO2 di 5 lokasi pengukuran siang dan malam
hari di bulan Februari 2006 ....................................................................... 65
28. Konsentrasi gas CO2 ambien pada lokasi padat dan
Kurang padat kendaraan bermotor ........................................................... 66
29. Luas lahan Kota Bogor berdasarkan keterbangunan
tahun 2003 ................................................................................................. 67
30. Pemanfaatan lahan tahun 1996 dan rencana pemanfaatan lahan
pada tahun 1999 2009 ............................................................................ 68
31. Luas dan persentase tipe penutupan lahan pada masing-masing
kecamatan di Kota Bogor .......................................................................... 69
32. Penggunaan lahan dan laju perubahannya tahun 2003-2005 .................... 73
33. Lokasi dan luasan hutan kota di Kota Bogor ............................................ 74
34. Parameter-parameter turunan: efisiensi kuantum,
laju fotosintesis maksimum dan respirasi ................................................ 77
35. Kemampuan rosot gas CO2 per m2 daun ................................................... 79
36. Hasil pengukuran massa karbohidrat 5 jenis tanaman .............................. 79
37. Kemampuan rosot gas CO2 dengan metode karbohidrat .......................... 80
38. Uji beda nilai tengah dengan menggunakan uji-t ...................................... 80
39. Massa karbohidrat pada ranting dan daun yang diambil
pada pukul 05.00 dan 10.00 ...................................................................... 81
40. Daya rosot gas CO2 oleh tanaman di Kebun Raya Bogor ......................... 82
41. Daya rosot gas CO2 oleh tanaman di Hutan Penelitian Dramaga ............. 83
42. Panjang, lebar dan kerapatan stomata tumbuhan di
Kebun Raya Bogor .................................................................................... 84
43. Panjang dan lebar serta kerapatan stomata pada daun tumbuhan
di areal Hutan Penelitian Dramaga ............................................................ 85
44. Hubungan antara nilai rosot gas CO2 dengan stomata .............................. 86
45. Beberapa jenis bahan radioaktif dan efek yang ditimbulkan .................... 91
46. Daya rosot gas CO2 dan klasifikasi daya rosot tanaman di Kebun Raya
Bogor dan di Hutan Penelitian Dramaga .................................................. 92
47. Beberapa ciri fotosintetik antara tumbuhan C3, C4 dan CAM ................. 94

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Peningkatan konsentrasi gas CO2 tahun 1960 2005............................. 7


2. Emisi gas CO2 dari penggunaan bahan bakar fosil dan produksi semen 21
3. Fluktuasi suhu udara dari tahun 1860 2000 ......................................... 22
4. Pengaruh peningkatan konsentrasi gas CO2 pada laju asimilasi
tanaman kedelai....................................................................................... 28
5. Hubungan antara suhu daun dengan laju asimilasi tanaman
kedelai ..................................................................................................... 28
6. Diagram simpal yang menggambarkan hubungan keterkaitan
antara jumlah penduduk, penggunaan bahan bakar minyak dan
gas, ruang terbuka hijau dan kebutuhan hutan kota ................................ 37
7. Analisis input-output pembangunan dan pengembangan hutan
kota di Kota Bogor .................................................................................. 38
8. Rancang bangun penelitian ..................................................................... 39
9. Proses serapan gas CO2, pembentukan karbohidrat di
dalam daun dan beberapa proses metabolisme lainnya ......................... 46
10. Perkembangan jumlah kendaraan angkutan kota,
angkutan perkotaan, angkutan kota dalam propinsi dan
angkutan kota antar propinsi tahun 1999 2003 .................................... 56
11. Emisi gas CO2 di Kota Bogor tahun 2006 .............................................. 62
12. Rerata jumlah mobil yang melewati 5 jalur lokasi penelitian
selama 1 minggu pada (a) musim kemarau tahun 2006 dan
(b) musim penghujan tahun 2007............................................................ 64
13. Foto vegetasi hutan kota di (a) Hutan Penelitian Dramaga
dan (b) Kebun Raya Bogor ..................................................................... 70
14. Foto vegetasi non hutan kota di (a) Jalur hijau di Jalan
Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur (b) Jalur hijau
di Jalan Heulang, Kecamatan Tanah Sareal ............................................ 70
15. Foto vegetasi non hutan kota di (a) pemakaman di Dreded,
Kecamatan Bogor Selatan (b) Kebun Pembibitan di Sempur,
Kecamatan Bogor Tengah ....................................................................... 71

vi
16. Foto sawah di (a) dan (b) Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat
(c) Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat........................................... 71
17. Foto semak dan rumput di (a) Halaman Istana Bogor di Kebun
Raya Bogor, Kecamatan Bogor Tengah (b) Jalan Malabar,
Kecamatan Bogor Tengah (c) Semak di Menteng,
Kecamatan Bogor Barat .......................................................................... 72
18. Perubahan perimbangan persentase ruang terbuka hijau
dan ruang terbangun ................................................................................ 73
19. Kurva respon cahaya pada Jati (T. grandis)............................................ 75
20. Kurva respon cahaya pada Kenari (C. commune) ................................... 75
21. Kurva respon cahaya pada Mangga (M. indica) ..................................... 76
22. Kurva respon cahaya pada Sawo duren (C. cainito) ............................... 76
23. Kurva respon cahaya pada Tanjung (M. elengi) ..................................... 77
24. Hasil Simulasi: (a). Emisi gas CO2, dan (b). Luasan RTH .................... 87
25. Fluktuasi konsentrasi gas CO2 yang diukur pada menara
dengan ketinggian 496 m di Kota Carolina Utara................................... 89
26. Konsentrasi gas CO2 yang terus bertambah,
walau sebagian telah dibersihkan oleh air hujan..................................... 96
27. Kebutuhan luasan hutan kota dengan tanaman berdaya
rosot sangat tinggi (ha)........................................................................... 97
28. Hasil Simulasi: (a). Emisi gas CO2, (b). Luas RTH dan
(c). Daya RTH .......................................................................................... 98
29. Konsentrasi CO2 ambien hasil simulasi dari tahun 2005 2095.
(a) Tanpa penambahan luasan HK,
(b) Dengan penambahan luasan HK ......................................................... 99
30. Hasil Simulasi. (a). Kebutuhan jumlah bibit dan perkembangannya
(b). Kebutuhan luasan HK dengan jenis berdaya rosot sangat tinggi.. ..... 100
31. (a). Jumlah bibit dan perkembangannya. (b). Luasan hutan kota yang
diperlukan dengan penggunaan tanaman berdaya rosot tinggi ................ 101
32. Kebutuhan luasan HK pada skenario laju pertambahan penduduk
(a). 1% per tahun. (b). 2% per tahun, dan (c) 3,06% per tahun ................ 102

vii
33. Kebutuhan luasan HK pada berbagai upaya penghematan
bahan bakar. (a). Penghematan 10%, (b). Penghematan 20%
dan (c). Penghematan 30% ..................................................................... 103
34. Kebutuhan luasan hutan kota pada skenario:
(a) Pengkayaan pada areal bervegetasi jarang
(b). Upaya gabungan ............................................................................... 104
35. Skenario bangunan 2 lantai : (a). Perkembangan jumlah
penduduk, (b). Kebutuhan luasan hutan kota .......................................... 106

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Lokasi pengambilan sampel gas CO2 ambien ............................................ 121


2. Rincian data Power Analyst dari Powerdesigner 6.0 ................................. 122
3. Diagram alir Powersim .............................................................................. 132
4. Data masukan yang digunakan dalam model ............................................ 135
5. Hasil simulasi grafik pertambahan jumlah penduduk dan
luasan lahan terbangun ............................................................................... 139
6. Jumlah emisi gas CO2 ................................................................................ 140
7. Foto stomata dan daun tanaman di Kebun Raya Bogor ............................. 141
8. Foto stomata dan daun tanaman di Hutan Penelitian Dramaga ................. 153
9. Ukuran panjang, lebar dan kerapatan stomata hasil penelitian
Agustini (1994) .......................................................................................... 157
10. Hasil perhitungan hubungan antara rosot dengan panjang, lebar dan
kerapatan stomata tanaman di Kebun Raya Bogor dengan
menggunakan program Datafit 8.2.79 ........................................................ 161
11. Hasil perhitungan hubungan antara rosot dengan panjang, lebar dan
kerapatan stomata tanaman di Hutan Penelitian Dramaga dengan
menggunakan program Datafit 8.2.79 ....................................................... 163
12. Perangkat ADC LCA-4 yang digunakan untuk mengukur
daya serap CO2 ........................................................................................... 167
13. Foto alat kromatografi gas ......................................................................... 169
14. Foto pengambilan sampel CO2 ambien di beberapa lokasi yang padat
kendaraan bermotor .................................................................................... 170
15. Keadaan ruang terbuka hijau kota di setiap kecamatan di Kota Bogor
pada tahun 2005 ......................................................................................... 172
16. Jenis-jenis tanaman pada beberapa bentuk ruang terbuka hijau
di Kota Bogor ............................................................................................. 188
17. Jenis taman, lokasi dan fungsinya .............................................................. 204
18. Sebaran dan luas taman di Kota Bogor berdasarkan hasil pengolahan
citra Iconos Januari tahun 2004 ................................................................. 216
19. Lokasi ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi ........................................... 248

ix
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota merupakan pusat berbagai kegiatan yakni: pemerintahan, perdagangan,
pendidikan, permukiman dan kegiatan lainnya dengan intensitas dan jumlah
kegiatan yang sangat tinggi dengan mata pencaharian penduduknya tidak lagi
bertumpu pada sektor pertanian, melainkan pada sektor perdagangan dan jasa.
Dalam Imendagri No. 14 Tahun 1983, kota didefinisikan sebagai suatu pusat
permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan, wilayah
administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang
telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan, sedangkan kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
(PerMendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan).
Peningkatan jumlah penduduk kota yang disertai dengan meningkatnya
berbagai kegiatan di kota, mengakibatkan kualitas lingkungan kota menjadi
semakin menurun. Oleh karena kota merupakan tempat terakumulasinya
sumberdaya manusia dengan berbagai aktivitasnya yang sangat penting dalam
menentukan kekuatan dan masa depan bangsa, maka kualitas lingkungan kota
harus mendapat perhatian yang utama.
Kota dan kabupaten jumlahnya di Indonesia sebanyak 416 (Malarangeng
2006). Jika kota dan kabupaten kualitas lingkungannya rusak, maka kesehatan dan
produktivitasnya pun akan menurun, sehingga kekuatan bangsa dapat menurun
dan masa depan bangsa pun akan menjadi suram. Hal ini harus dicegah agar kota-
kota yang saat ini ada dapat tetap lestari keberadaannya, bahkan dapat berfungsi
dengan maksimal sebagai pusat berbagai kegiatan. Namun pada kenyataannya
saat ini, manusia modern di kota secara sadar atau pun tidak telah menyisihkan
hutan dan pepohonan. Lingkungan hidup manusia yang hidup di kota yang semula
berhutan atau berpepohonan kini sudah menjadi berkurang luasan dan jumlah
pohonnya, sedangkan di lain pihak jumlah kendaraan bermotor terus bertambah

.
dari tahun ke tahun yang mengakibatkan kualitas lingkungan kota menjadi
semakin menurun. Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar
gas CO2 di udara akan menjadikan lingkungan kota menjadi lingkungan yang
tidak sehat.
Pada lingkungan yang tidak tercemar, konsentrasi oksigen dan karbon-
dioksida masing-masing sekitar 20,95% dan 0,03% (300 ppmv). Konsentrasi gas
CO2 pada masa sebelum maraknya industri sebesar 275 ppmv sedangkan pada
masa sekarang konsentrasinya sebesar 350 ppmv. Jika laju penambahan
penggunaan bahan bakar minyak dan gas tidak berubah, maka dalam kurun waktu
60 tahun mendatang konsentrasi gas CO2 akan meningkat menjadi 550 ppmv.
Perubahan konsentrasi gas ini dari 275 menjadi 550 ppmv akan mengakibatkan
peningkatan suhu udara sebesar 5oF (2,78oC) (Http://www.physics.uci.edu/
~silverma/resourxces.ppt. 2007). Sementara Keeling dan Whorf (2005) menya-
takan dari pantauan yang dilakukan pada 4 buah menara dengan ketinggian 7
meter dan 1 buah menara dengan ketinggian 27 meter di Mauna Loa, Hawaii
menunjukkan bahwa konsentrasi gas ini pada tahun 1959 sebesar 315,98 ppmv
dan pada tahun 2004 menjadi 377,38 ppmv (http://en.wikipedia.org/ wiki/Carbon
dioxide 2006). Oleh sebab itu konsentrasi gas ini di atmosfer harus diturunkan ke
tingkat yang aman yakni 300 - 350 ppm.
Saat ini banyak dibicarakan masalah sequestration dan sink. Sequestration
didefinisikan sebagai removing carbon dioxide from the air atau process of
increasing carbon content of a carbon pool other than atmosphere, sedangkan
sink didefinisikan sebagai any process or mechanism which removes a greenhouse
gas from the atmosphere (Wikipedia 2005).
Telah dijelaskan bahwa konsentrasi gas CO2 di atmosfer terus meningkat.
Peningkatan kadar gas CO2 di udara sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan bakar minyak dan gas. Penambahan gas ini sebesar 7,81 Gt (7,81x109 ton)
CO2 setara dengan 2,13 Gt Karbon akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1
ppmv CO2 (Trenbeth 1981) dalam (CDIAC 2005).
Gas CO2 memiliki berat jenis 1,5 kali lebih besar daripada udara, merupakan
salah satu gas rumah kaca yang kemudian mengakibatkan pemanasan global.
Peningkatannya sebesar 100 ppmv akan mengakibatkan peningkatan suhu udara

.
sekitar 1oC. Hal ini disebabkan karena gas ini mampu menyerap gelombang
panjang yang panjangnya 4.26 m (asymmetric stretching vibrational mode)
(http://www. wikipedia-mirror.co.za/wiki/Infrared_spectroscopy 2006).
Akibat adanya pemanasan global, flora dan fauna yang sensitif terhadap
perubahan suhu udara akan bergerak ke arah kutub atau ke tempat yang lebih
tinggi. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan mengakibatkan satwa liar pindah
sejauh 100-150 km mendekati kutub atau 150 m ke tempat yang lebih tinggi
(http://mason.gmu.edu/~klargen/111lectclimatechange.htm 2006).
Pengaruh buruk lainnya akibat dari pemanasan global adalah cuaca menjadi
lebih ekstrim, meningkatnya evapotranspirasi, meningkatnya suhu udara dan
permukaan air laut serta mudah terjadinya kebakaran hutan dan kelangkaan air
(http://en.wikipedia.org/wiki/Effects_of_global_warming 2006). Selain dari baha-
ya yang telah disebutkan di atas, pemanasan global juga akan mengakibatkan
mencairnya es di kutub, sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan
tenggelamnya kota-kota pantai. Dampak ini akan sangat dirasakan pada daratan
dan pulau kecil yang terletak pada 40o - 70o LU (Landsberg dan Gower 1997).
Metro TV pada tanggal 18 Agustus menyiarkan bahwa kutub Selatan mengalami
penyusutan permukaan es yang terparah. Jika hal ini dibiarkan, maka diperkirakan
es yang menyelimuti kutub Selatan akan hilang pada tahun 2030.
Dampak negatif lainnya akibat dari tingginya kadar CO2 di udara ambien
adalah menurunnya tingkat kesehatan manusia. Gas ini bersifat asfiksian dan
iritan (http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_dioxide 2006). Asfiksian artinya gas
ini mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen, seolah-olah kadar oksigen di udara
sangat rendah, padahal konsentrasi gas oksigen di udara masih tetap sekitar
20,95%. Jika gas CO2 dihirup oleh manusia dalam jangka waktu yang sangat
lama, maka akan mengakibatkan rendahnya kadar oksi-hemoglobin (Hb-O2) dan
sebaliknya kadar asam karbonat (H2CO3) dan karbamino-hemoglobin (Hb-CO2)
di dalam darah akan meningkat. Hal ini karena daya ikat (afinitas) gas CO2
dengan hemoglobin lebih kuat 20 kali daripada afinitas gas O2 dengan
hemoglobin (http://people.eku.edu/ritchisong/301notes6.htm 2005, http://www/
msnencarta/respiratorysystem.mh1 2005 dan http://www.cdli.ca/~dpower/resp/
exchange. htm#Cellular 2005). Selain dari itu, bahaya yang dapat ditimbulkan

.
oleh terhirupnya gas ini pada konsentrasi yang tinggi adalah timbulnya rasa asam
di dalam mulut dan rasa sakit pada rongga hidung dan saluran tenggorokan
(Http://www.indopedia.org/carbon_dioxide.html 2006), sebagai akibat dari larut-
nya gas ini dalam cairan yang melapisi permukaan kedua organ itu yang kemu-
dian membentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat mengiritasi lapisan permuka-
an pada saluran hidung dan tenggorokan. Oleh sebab itu, Aerias (2005) menyata-
kan batas aman konsentrasi ambien gas ini di udara luar adalah 700 ppmv dan di
dalam ruangan antara 300 500 ppmv. Sedangkan OSHA dalam Indopedia
(2006) menyatakan konsentrasi gas ini di dalam lingkungan kerja sebaiknya
kurang dari 5.000 ppmv. Lebih lanjut OHSA (2006) menyatakan bahwa pada
konsentrasi 30.000 ppmv (3%), para pekerja diperbolehkan mendapat paparan
kurang dari 10 menit saja.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa gas CO2 dapat menyebabkan
pemanasan global dan rusaknya ekosistem darat dan laut serta dapat menurunkan
kesehatan manusia yang dianggap sangat merugikan, maka konsentrasi gas CO2 di
udara ambien harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu upaya yang
dapat ditempuh di lingkungan kota dan perkotaan adalah program hutan kota dan
penghijauan. Hutan kota, taman kota, peneduh jalan, sawah, kebun dan beberapa
bentuk ruang terbuka hijau lainnya dapat menyerap gas ini melalui proses
fotosintesis. Namun pada kenyataannya dalam dekade belakangan ini, luasan
ruang terbuka hijau dalam bentuk sawah, ladang dan kebun terus berkurang,
karena berubah menjadi permukiman dan areal terbangun lainnya sedangkan di
lain pihak penggunaan bahan bakar minyak dan gas sebagai pengemisi gas CO2
pun terus bertambah. Oleh sebab itu, perlu penambahan luasan hutan kota sebagai
penyerap gas ini.

.
Kota Bogor mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena:
1. Merupakan pendukung ibu kota negara,
2. Merupakan pusat pendidikan dan juga pusat penelitian pertanian,
3. Tempat rekreasi dan jasa perdagangan,
4. Selain merupakan daerah permukiman untuk warga Kota Bogor sendiri,
juga untuk penglaju (commutter) yang bekerja di DKI Jakarta, dan
5. Merupakan salah satu daerah tangkapan air untuk DKI Jakarta.

Walaupun Kota Bogor mempunyai kedudukan yang penting sebagai pe-


nyangga ibu kota negara, namun pada kenyataannya belakangan ini, Kota Bogor
merupakan pengemisi polutan udara yang semakin penting. Kota ini dijuluki
dengan "Kota sejuta angkot". Konsentrasi polutan udara yang terukur pada tahun
2001-2003 terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsentrasi pencemar udara di Kota Bogor tahun 2001 - 2003
Polutan SO2 CO NO2 03 HK Pb TSP NH3 H2S

Satuan g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3
Baku
365 10.000 150 235 160 2 230 2000 24
Mutu
Pertigaan Pancasan
2001 15,29 tt 2231 tt tt tt 175 0,09 7,28
2002 22,68 514,5 68,68 132 10,75 0,11 483,76 0 9,06
2003 29,66 772,4 92,81 127,4 11,12 1,98 276,7 0,04 tt
Pertigaan Jembatan Merah
2001 6,11 tt 15,21 tt tt tt 225 0,09 7,28
2002 15,75 429,52 51,98 26,4 6,22 0,06 203,11 0 tt
2003 28,92 854,79 157,78 103,2 12,28 0,92 269,73 0,07 4,23
Pertigaan Jalan Mawar
2001 11,1 tt 15,2 tt tt tt 150 0,05 3,21
2002 19,21 487,11 53,83 4,41 7,82 0,1 273,5 0 2,28
2003 2932 758,96 92,81 9,88 13,01 0,71 229 0,05 2,04
Pertigaan Jambu Dua
2001 9,11 tt 16,25 tt tt tt 281 0,04 5,11
2002 45,75 512,42 167,06 6,62 7,65 0,08 189,78 0 339
2003 30,73 612,25 51,05 153,2 13,26 0,79 207,69 0,08 4,23
Pertigaan Tugu Kujang
2001 3,21 tt 15,22 tt tt tt 200 0,01 3,17
2002 22,28 511,39 74,25 22,1 1138 0,09 139,11 0 433
2003 31,62 645,34 64,97 144,2 10,24 0,96 11534 0,12 236
Keterangan: tt = tidak terukur
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor (2005).

.
Sedangkan Santosa telah meneliti kandungan polutan udara di beberapa
tempat di Kota Bogor tahun 2003 dan 2004. Hasil dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa kandungan polutan udara masih berada di bawah baku mutu,
namun di Baranang Siang sudah hampir mendekati baku mutu udara. Sebagian
data dari hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi polutan udara di Kota Bogor tahun 2003 dan 2004
Musim Hujan Tahun Musim Kemarau
No. Lokasi 2003 Tahun 2004
SO2 NO2 CO SO2 NO2 CO
1. Jl. Jend. Sudirman 21,49 59,01 7,50 22,24 62,94 7,24
2. Jl. Merdeka 5,63 25,08 3,25 5,87 26,36 3,10
3. Jl. Kapten Muslihat 7,90 23,51 4,00 8,52 25,39 4,89
4. Babakan 23,12 67,35 8,13 23,40 71,62 8,47
5. Cimahpar 14,76 34,82 5,00 16,92 37,12 3,82
6. Baranangsiang 24,35 72,42 9,75 24,81 73,96 8,98
7. Pasar Bogor 18,63 49,16 8,13 19,06 50,74 8,74
8. Empang 12,76 45,52 5,63 12,20 48,57 6,04
9. Lawang gintung 20,51 54,64 8,13 22,16 53,90 9,06
Sumber: Santosa (2004).

Dari data yang terdapat pada kedua tabel di atas dapat dinyatakan bahwa
kualitas lingkungan udara di Kota Bogor semakin terancam dan semakin meng-
khawatirkan. Oleh sebab itu, perlu penanganan masalah lingkungan sejak dini,
agar masalah lingkungan Kota Bogor dapat diatasi dan diantisipasi dengan baik.
Sesungguhnya, pembakaran bahan bakar minyak dan gas selain menghasilkan
pencemar udara juga menghasilkan gas CO2. Konsentrasi gas ini semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya populasi dan macam ragam kegiatan
manusia yang banyak membutuhkan bahan bakar minyak dan gas. Pada tahun
2000 konsentrasi gas ini yang terukur di Mauna Loa, Hawaii sebesar 370 ppmv
dan tahun 2005 menjadi 380 ppmv (lihat Gambar 1).

.
Gambbar 1. Peninngkatan konnsentrasi gaas CO2 tahunn 1960 20005.
Sum
mber: http://een.wikipediia.org/wiki/Carbon_diooxide

Telahh dijelaskann terdahuluu bahwa Ko


ota Bogor memiliki kkedudukan yang
mun tengah terancam pencemarann udara. M
sangat peenting, nam Mengingat peng-
p
gunaan baahan bakar minyak
m dann gas selain
n menghasilkan pencem
maran udaraa juga
menghasillkan gas CO
O2, maka ancaman
a gaas CO2 pun harus dipeerhatikan deengan
sungguh-ssungguh, kaarena akan mengakibatk
m kan efek peemanasan gllobal, karen
na gas
ini merupaakan salah satu
s gas rum
mah kaca.
Dalam
m keadaan yang
y ideal gas
g CO2 dap
pat diserap oleh vegetaasi yang terrdapat
pada ruanng terbuka hijau. Padaa kenyataan
n beberapa tahun terakkhir ini keaadaan
luasan ruaang terbuka hijau di Koota Bogor teerus menuruun, karena bberubah meenjadi
lahan perm
mukiman dan
d areal terrbangun laiinnya. Padaa rentang w
waktu 1999--2002
telah terjaadi perubahhan luasan ruang terb
buka hijau. Ada kecam
matan yang
g ber-
tambah dan
d ada pulla yang beerkurang lu
uasan ruangg terbuka hhijaunya. Hanya
H
Kecamataan Bogor Utara
U dan Bogor Barat yang menggalami perttambahan lu
uasan
ruang terbbuka hijau, sedangkann empat keccamatan laiinnya luasaan ruang terrbuka
hijaunya berkurang
b seeperti ditunj
njukkan padaa Tabel 3 beerikut ini.

.
Tabel 3. Luasan taman dan jalur hijau di Kota Bogor tahun 1999 - 2002

Luasan (m2)
No Kecamatan
1999 2002
1 Bogor Selatan 9.228 4.634
2 Bogor Timur 46.791 6.559
3 Bogor Utara 7.383 23.232
4 Bogor Tengah 57.198 44.716
5 Bogor Barat 6.987 9.614
6 Tanah Sareal 29.101 13.091
Jumlah 156.689 101.848
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor (2004)

Kondisi ruang terbuka hijau di luar sawah dan kebun di dalam Kota Bogor
pada tahun 2006 yang tidak berbeda keadaannya dengan tahun 2004 dapat dilihat
pada Tabel 4 di bawah ini. Berbagai bentuk ruang terbuka hijau dan karakteristik-
nya pernah diteliti tahun 2004. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada lampiran 15,
16, 17, 18 dan 19.

Tabel 4. Luasan beberapa bentuk ruang terbuka hijau di dalam Kota Bogor tahun
2004

No Lokasi Luas (m2)


1 Kebun Raya Bogor 870.000
2 Hutan Penelitian Dramaga/CIFOR 577.500
3 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 446.300
4 Istana Presiden 240.000
5 Lembaga Penelitian Kehutanan Gunung Batu 50.000
6 Taman kota 19.352
7 Taman Jalur 17.183
8 Jalur Hijau 81.432
9 Pohon Peneduh Jalan
a. Kec. Bogor Tengah 3.534 pohon
b. Kec. Bogor Utara 132 pohon
c. Kec. Bogor Selatan 968 pohon
d. Kec. Bogor Timur 4.023 pohon
e. Kec. Bogor Barat 1.142 pohon
f. Kec. Tanah Sareal 659 pohon

Sumber: Bapeda Kota Bogor (2004).

.
Permasalahan yang muncul adalah konsentrasi gas CO2 yang terus meningkat,
sejalan dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak dan gas, sedang-
kan di lain pihak kemampuan sink gas ini terus berkurang, karena menurunnya
luasan ruang terbuka hijau. Salah satu upaya untuk menekan laju pertambahan
konsentrasi gas ini di udara ambien adalah dengan menambah kapasitas sink-nya
dengan menambah luasan ruang terbuka hijau hutan kota.
Ruang terbuka hijau hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau
kota. Ruang terbuka hijau kota terdiri dari ruang terbuka hijau hutan kota dan
ruang terbuka hijau non hutan kota. Ruang terbuka hijau non hutan kota terdiri
dari: hutan, kebun, sawah serta semak dan rumput, sedangkan ruang terbuka hijau
hutan kota adalah areal bervegetasi pohon yang sudah dikukuhkan sebagai
kawasan hutan kota, untuk selanjutnya disebut hutan kota, sedangkan ruang
terbuka hijau non hutan kota disebut ruang terbuka hijau saja. Pembahasan
khusus tentang definisi hutan kota dapat dilihat pada Bab 2.9.
Alasan pemilihan hutan kota antara lain karena: (1). Mengingat sudah
dikukuhkan, maka alih fungsi lahan menjadi agak sulit. (2). Pembangunan hutan
kota mempunyai tujuan yang jelas dalam pengelolaan lingkungan. (3). Biomassa
daun yang banyak dapat meningkatkan kesejukan dan kenyamanan (Grey dan
Deneke 1978, Robinette 1983). (4). Hutan Kota tidak membutuhkan perawatan
yang intensif dibandingkan taman kota. Oleh sebab itu, dana yang diperlukan
untuk perawatan dan pemeliharaannya relatif murah. (5). Merupakan habitat yang
baik untuk burung dan satwa liar lainnya. (6). Mikroorganisme pada humus di
lantai hutan dapat menyerap gas CO (karbon monoksida) yang sangat beracun
bagi manusia dan hewan (Smith 1981) dan (6). Dapat mengurangi intensitas
bahaya hujan asam (Smith 1985 dan Koto 1991).
Luasan hutan kota di Kota Bogor saat ini 144,75 ha (1,22%), terdiri dari
Kebun Raya Bogor (87 ha) dan hutan penelitian Dramaga (57,75 ha). Dengan
semakin meningkatnya jumlah emisi gas CO2 sementara luasan ruang terbuka
hijau semakin menurun, maka dibutuhkan hutan kota. Hal ini dimaksudkan agar
penambahan gas CO2 di atmosfer dapat ditekan serendah mungkin.

.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menentukan jumlah kebutuhan luasan
hutan kota sebagai sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas
dengan simulasi model sistem dinamik serta menentukan daya dukung kepen-
dudukan Kota Bogor berdasarkan analisis emisi dan sink gas CO2. Tujuan umum
ini dapat dicapai dengan melakukan beberapa sub-penelitian dengan tujuan
khusus:
(1). Menganalisis emisi gas CO2. Penelitian ini terdiri dari: estimasi
kebutuhan bahan bakar minyak dan gas, estimasi emisi gas CO2 dan
estimasi konsentrasi gas CO2 di masa yang akan datang.
(2). Menganalisis daya sink gas CO2 oleh pohon dan ruang terbuka hijau.
Penelitian ini terdiri dari: daya sink gas CO2 per pohon di Kebun Raya
Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga dan penghitungan daya sink oleh
berbagai bentuk ruang terbuka hijau yang terdiri dari: areal bervegetasi
rapat, areal bervegetasi jarang, sawah, semak dan rumput.

1.3. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan masukan baru bahwa kebutuhan luasan hutan kota
tidak statik tapi dapat secara dinamik sesuai dengan kuantitas permasalahan yang
diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang. Beberapa keputusan
pemerintah tidak tegas menyatakan luasan hutan kota dapat berubah secara
dinamik. InMendagri No. 14 tahun 1988 menyatakan bahwa luasan ruang terbuka
hijau kota seluas 40%. Demikian juga dengan PP No. 63 tahun 2002 pasal 9 ayat
1 yang menyatakan bahwa luasan hutan kota minimal 10% dari luasan kota.
Sementara PP Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 pasal 9 ayat 1
menyatakan luas ideal ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan minimal 20%.
Demikian pula dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang pada pasal 29 ayat 2 yang menyatakan ruang terbuka
hijau kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Selanjutnya pada ayat 3
dinyatakan ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.
Manfaat lainnya dari penelitian ini adalah merupakan bahan masukan untuk
Pemerintah Kota Bogor dalam menyusun Rencana Tata Ruang Kota Bogor tahun
10

.
2009 2014 dalam menunjang visi Kota Bogor: Sebagai kota jasa yang nyaman
dengan masyarakat madani dan pemerintahan amanah. Visi sebelumnya adalah
Kota Bogor sebagai kota dalam taman yang berwawasan lingkungan menuju
kota internasional dan kota jasa.
Oleh karena hutan kota dapat bertindak sebagai sink gas CO2, maka program
hutan kota dapat diusulkan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu upaya
mitigasi meningkatnya konsentrasi gas CO2 dalam mekanisme pembangunan
bersih. Dengan dikembangkannya program hutan kota di Kota Bogor yang
mempunyai peluang bisnis perdagangan karbon, maka pengembangan program
hutan kota di Kota Bogor ke depan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan
pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor melalui bisnis perdagangan karbon.

1.4. Kebaharuan Penelitian


Beberapa penelitian yang pernah dilakukan selama ini yaitu penentuan
luasan hutan kota menggunakan pendekatan nilai daya sink tanaman hutan kota
yang tetap yaitu daya sink tanaman tidak dipengaruhi oleh umur tanaman. Nilai
sink yang dipergunakan adalah nilai maksimum sink tanaman yang sudah dewasa.
Selain dari itu peranan ruang terbuka hijau masih belum dimasukkan dalam
perhitungan. Padahal hutan, kebun, sawah serta semak dan rumput semuanya itu
dapat berperan sebagai sink gas CO2.
Kebaharuan (novelty) dari penelitian ini adalah penentuan kebutuhan luasan
hutan kota dengan model sistem dinamik berdasarkan peubah: daya sink gas CO2
yang berubah-ubah sesuai umur pohon, jumlah populasi manusia yang terus
bertambah, terjadi persaingan kebutuhan antara lahan kota untuk lahan terbangun
dan lahan untuk hutan kota, emisi gas CO2 dari bahan bakar minyak dan gas dan
konsentrasi gas CO2 ambien yang terus meningkat, sementara luasan ruang
terbuka hijau dalam bentuk: areal bervegetasi rapat, vegetasi jarang, sawah serta
semak dan rumput yang berfungsi sebagai sink gas CO2 terus menurun.

11

.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permodelan dan Simulasi


Dunia terdiri dari sistem yang sangat kompleks, dengan komponen sistem
yang sangat banyak, saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu
komponen sistem dengan komponen lainnya, sehingga manusia harus menghadapi
dan menanggulangi banyak masalah yang sangat rumit yang memerlukan
penanganan yang segera dan antisipatif. Untuk memecahkan masalah ini
dikembangkan Ilmu Sistem yang berkembang pesat belakangan ini. Ilmu Sistem
sering menggunakan model. Model dibuat menjadi lebih sederhana daripada dunia
nyata, sehingga manusia dapat lebih mudah untuk menanganinya (Saaty 1993).
Menurut Tamin (2000), model dalam ilmu sistem dapat dikategorikan menjadi 2
yakni: (1). Model dinamik, yakni model yang memiliki peubah waktu di
dalamnya, sehingga respons akan berubah dengan terjadinya perubahan waktu,
dan (2). Model statik, yakni model yang tidak memiliki peubah waktu.
Ilmu sistem dapat dipergunakan untuk membantu dalam membuat keputusan
yang bersifat kompleks dan tidak terstruktur serta sulit diprediksi (Marimin 2005,
Saaty 1993 dan Tamin 2000). Masalah yang muncul saat ini tidak dapat dipecah-
kan dengan satu disiplin ilmu saja (Marimin 2005). Ilmu sistem dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang saling berkait dan saling mempengaruhi. Selain
dari itu, ilmu sistem juga dapat digunakan untuk menganalisis kejadian pertum-
buhan eksponensial, pencapaian target (goal seeking), kurva Sigmoid dan Osilasi
berdasarkan simulasi dan permodelan yang didasarkan pada analisis pemecahan
masalah secara menyeluruh (Powersim Software 2003).
Menurut Kakiay (2004) penggunaan model dan simulasi mempunyai
keuntungan: (1). Menghemat waktu, (2). Dapat merentang-luaskan waktu, (3).
Dapat mengawasi sumber-sumber yang bervariasi, (4). Mengoreksi kesalahan-
kesalahan perhitungan, (5). Dapat dihentikan dan dijalankan kembali, (6). Besaran
konstanta sistem dapat diubah-ubah untuk melihat pengaruhnya. Sedangkan
kelebihan penggunaan model dan simulasi menurut Levin, Rubin, Stinson dan
Gardner (2002) adalah: (1). Satu-satunya metode uji-coba yang tersedia karena
pada lingkungan yang sesungguhnya sulit dilakukan uji-coba dan sulit diamati.
Misalnya pada penerbangan ruang angkasa lebih mudah dan lebih murah
12

.
dibandingkan dengan uji coba sesungguhnya, (2). Percobaan dan pengamatan
pada sistem yang sebenarnya sangat mahal. Sebagai contoh pengoperasian pusat
komputer yang besar di bawah sejumlah alternatif operasi yang berbeda akan
sangat mahal untuk dijadikan uji coba, (3). Penggunaan model dan simulasi dapat
lebih cepat dilihat hasilnya, misalnya ketika mempelajari respons yang akan
terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang untuk melihat kecenderungan
populasi dunia ataupun hasil suatu metode silvikultur pada tanaman kehutanan
dengan skala waktu lebih dari 100 tahun, (4). Operasi dan pengamatan pada
sistem yang sesungguhnya mungkin akan sangat mengganggu komponen sistem
yang sangat ringkih, misalnya ketika membandingkan perubahan metode pelayan-
an di sejumlah rumah sakit boleh jadi akan sangat mengganggu kondisi pasien di
rumah sakit tersebut jika dilakukan uji coba sebenarnya.
Walaupun demikian, model dan simulasi menurut Levin et al. (2002)
memiliki kelemahan antara lain : (1). Hasil simulasi boleh jadi tidak persis sama
dengan dunia nyata, karena model mengandung sedikit atau banyak distorsi, (2).
Simulasi bukan merupakan proses optimasi dan tidak menghasilkan jawaban,
tetapi hanya memberikan suatu kumpulan tanggapan sistem atas berbagai kondisi
operasi dan kelemahan yang sulit diukur, (3). Model simulasi yang sangat bagus
mungkin sangat mahal dan mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun untuk
mengembangkan model canggih yang sangat kompleks dengan hasil yang sangat
ideal.
Model yang dibangun harus mirip dengan sistem nyata. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan uji verifikasi dan validasi model. Uji verifikasi adalah proses peme-
riksaan apakah logika operasional model sudah sesuai dengan logika. Melalui uji
verifikasi dapat dilakukan pemeriksaan apakah program komputer yang sudah
disusun menghasilkan simulasi data yang sesuai dengan yang diinginkan.
Sedangkan uji validasi merupakan uji dari model yang telah dibuat yang bersifat
konseptual apakah merupakan representasi dari dunia nyata (http://library.
gunadarma.ac.id/files/disk1/9/jbptgunadarma-gdl-course-2005-timpengaja-427-ve
rifika-i.doc). Berikut ini disajikan matriks perbandingan verifikasi dan validasi
pada model konseptual, logika dan simulasi komputer (lihat Tabel 5).

13

.
Tabel 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji verifikasi dan validasi model

Model Verifikasi Validasi


Apakah model mengandung
Konseptual semua elemen, kejadian dan
- relasi yang sudah sesuai ?
Apakah model dapat menjawab
pertanyaan pemodelan ?
Apakah kejadian sudah Apakah model memuat semua
dapat direpresentasikan kejadian yang ada pada model
Logika dengan benar ? konseptual ?
Apakah rumus matematika
dan relasinya sudah benar ?
Apakah ukuran statistik Apakah model memuat semua
dapat dirumuskan dengan relasi yang ada dalam model
benar ? konseptual ?
Apakah kode komputer Apakah model komputer
memuat semua aspek merupakan representasi dan
Komputer logika ? miniatur dari sistem nyata ?
atau simulasi Apakah statistik dan rumus Dapatkah model komputer
dihitung dengan benar ? menduplikasi kinerja sistem
Apakah model dalam dunia nyata ?
mengandung kesalahan Apakah output model komputer
pengkodean ? mempunyai kredibilitas dengan
ahli sistem dan pembuat
keputusan ?
Sumber: (http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/9/jbptgunadarma-gdl-course-
2005-timpengaja-427-verifika-i.doc)

Sushil (1993) mengatakan bahwa sebelum hasil simulasi model dapat


dipergunakan untuk membantu dalam menentukan kebijakan, terlebih dahulu
perlu dilakukan validasi struktur model dan validasi perilaku tanggap (respon)
yang dihasilkan dari struktur model yang telah dibuat. Lebih lanjut Sushil (1993)
menyatakan dalam kasus-kasus tertentu validasi model secara kuantitatif bukan
satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk menguji apakah model yang dibuat
sudah baik. Sushil (1993) kemudian menjelaskan bahwa validasi struktur model
meliputi:

1. Uji kelayakan (suitability test). Uji ini untuk menjawab apakah struktur
model sudah sama dengan dunia nyata.

14

.
2. Uji konsistensi dimensi (ukuran). Uji ini dimaksudkan untuk menelaah
apakah satuan dimensi yang dipergunakan dalam persamaan di sebelah
kiri sudah sama dengan dimensi yang ada di sebelah kanan.
3. Uji kondisi ektrim. Uji ini untuk menelaah jika masukannya bernilai nol,
maka hasil simulasinya juga harus nol.

2.2. Bahan Bakar Minyak dan Gas


Peradaban manusia membutuhkan bahan bakar minyak yang diperoleh
dari minyak bumi. Fraksi minyak bumi setelah didestilasi berdasarkan titik
didihnya dapat dibedakan menjadi bahan bakar minyak dan gas seperti terlihat
pada Tabel 6. Bahan bakar khususnya untuk transportasi di Kota Bogor adalah
bensin dan solar. Pada awalnya, komponen utama bensin adalah iso-oktana
(C8H18) dan heptana (C7H16), sedangkan komponen utama solar adalah setana
(C16H34) dan -metil naftalena (C10H7-CH3).

Tabel 6. Jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi

Titik Didih Jumlah Atom Karbon Jenis Bahan Bakar


< 20 C1 - C4 Gas alam
20 60 C5 C6 Petroleum eter
60 100 C6 C7 Nafta ringan
40 200 C5 C10 Bensin
175 325 C12 C18 Minyak tanah dan solar
250 400 C > 12 Minyak diesel
Sumber: Holum 1975 (dalam Holum 1977)

2.2.1. Bahan Bakar Konvensional


Bahan bakar konvensional yang banyak dipergunakan saat ini adalah
bensin, solar, minyak tanah dan LPG. Khusus untuk keperluan transportasi di
Kota Bogor bahan bakar minyak yang umum dipergunakan adalah bensin dan
solar. Kandungan bahan kimia yang terdapat dalam bensin dan solar selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

15

.
Tabel 7. Kandungan kimia dalam solar dan bensin

Komponen Rumus Kimia Kelas Hidrokarbon Persentase


Bensin
Alifatik-rantai lurus C7H16 Heptana 30 %
Alifatik-bercabang C8H18 Iso oktana 30 %
Alifatik-siklik C5H12 Siklo pentana 20 %
Aromatik C6H6 CH5 Etil bensena 20 %
Solar
Antrasen C14H10 Aromatik 3%
1-Pentilnaptalen C15H18 Aromatik 15 %
n-nonilsikloheksan C15H30 Naftalen 32 %
n-desilsikloheksan C15H30 Naftalen 11 %
n-Pentadekan C15H32 n-Parafin 23 %
2-Metiltetradekan C15H32 Iso parafin 16 %
Sumber : Yuliani (2004).

Selain solar juga digunakan minyak diesel. Solar biasa digunakan untuk
mesin dengan putaran tinggi, sedangkan minyak diesel digunakan untuk mesin
dengan putaran rendah (Karyanto 2000 dan PT Pertamina 2006a). Lebih lanjut
Karyanto (2000) menyatakan bahwa solar digunakan untuk motor putaran tinggi
(di atas 1000 rpm), sedangkan minyak diesel digunakan untuk mesin stasioner
yang bekerja dengan putaran rendah sampai sedang antara 300 1.000 rpm (PT
Pertamina 2006b).
Minyak tanah banyak dipergunakan untuk masak di dapur, khususnya
pada golongan masyarakat menengah ke bawah. Bahan bakar ini mempunyai titik
didih antara 150 C - 300 C (PT Pertamina 2006c). Pada saat ini untuk keperluan
masak-memasak selain minyak tanah banyak juga dipergunakan LPG (liquid
petroleum gas). Di Indonesia bahan bakar ini lebih dikenal dengan nama Elpiji.
Bahan bakar ini terdiri dari propana (C3H8) dan butana (C4H10). Komposisi
propana dan butana dalam LPG di Indonesia adalah sekitar 30 : 70 yang dikemas
dalam tabung dengan tekanan 5 bar (Kompas Cyber Medya 2004 dan PT
Pertamina 2006d).

16

.
2.2.2. Bahan Bakar Nir-konvensional
Bahan bakar minyak nir-konvensional yang kini mulai marak mendapat
perhatian adalah gasohol dan biodisel. Gasohol merupakan campuran bensin
dengan alkohol. Gasohol 10 adalah campuran 90% bensin dan 10% etanol,
sedangkan gasohol 3 adalah campuran 97% bensin dengan 3% metanol.
Bahan bakar lainnya yang prospektif adalah biodiesel. Biodiesel di
Amerika umumnya berasal dari minyak kedelai dan minyak jelantah (used frying
oil), sedangkan biodisel di Indonesia berasal dari minyak sawit yang diubah
melalui proses esterifikasi dan trans-esterifikasi. Esterifikasi adalah proses
pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam sulfat.
Sedangkan trans-esterifikasi adalah proses pengubahan ester menjadi ketil atau
etil ester dengan mereaksikan ester karboksilat yang berupa trigliserida dengan
metanol dengan katalis KOH (Mariana 2005 dan Hambali et al., 2007).

2.3. Emisi Gas CO2


Emisi gas CO2 di kota sebagian besar berasal dari kegiatan transportasi.
Kota Bogor yang terkenal dengan Kota Sejuta Angkot terancam oleh polutan
udara dan gas CO2. Syakuroh (2004) telah melakukan penelitian di Kabupaten
Bogor. Ternyata emisi gas CO2 di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun terus
meningkat. Data selengkapnya dari penelitian yang dilakukan oleh Syakuroh
(2004) dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Emisi gas CO2 dari kegiatan transportasi dan proyeksi perkiraannya di
Kabupaten Bogor (x 106 ton)

No Tahun Emisi Gas CO2

1. 2000 4,35
2. 2001 4,60
3. 2002 5,29
4. 2003 6,42
5. 2004 7,99
6. 2005 10,01
7. 2006 12,46
8. 2007 15,36
Sumber: Syakuroh (2004): 85

17

.
Kota Bogor yang sebagian wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten
Bogor, kondisi lingkungannya sama-sama terancam seperti halnya Kabupaten
Bogor. Penggunaan bahan bakar berupa bensin dan solar serta LPG menghasilkan
gas CO2 yang akan meningkat terus sejalan dengan meningkatnya penggunaan
bahan bakar minyak dan gas. Jika terjadi penambahan 2,13 GT C setara dengan
7,81 GT CO2 akan mengakibatkan kandungan CO2 ambien meningkat sebesar 1
ppm (Trenbeth 1981 dalam CDIAC 2005). Perhitungan ini diperoleh dengan
menghitung nilai massa udara sebesar 5,137 x 106 Gt.

2.4. Karakteristik Gas CO2


Gas CO2 adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa
(Holum 1977). Karakteristik fisik-kimiawi gas ini adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Karakteristik fisik-kimiawi gas CO2

Karakteristik Fisik-kimiawi
Nama Karbon dioksida
Rumus Kimia CO2
Berat molekul 44
Kenampakan Tak berwarna dan tidak berasa
Titik cair 216 oK(-570C)
Titik Sublimasi 195 oK (-780C)
Densitas 1,98 kg/m3 (gas pada 298 oK)
Kelarutan 1,45 mg per kg air
Sumber: CDIAC (2005)

Secara alami gas ini dihasilkan dari letusan gunung berapi, perombakan
bahan organik dan respirasi tumbuhan serta hasil pernapasan manusia. Selain dari
itu, gas ini juga dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar minyak dan gas
yang banyak dipergunakan di kota. Setiap jenis bahan bakar yang dipergunakan
menghasilkan jumlah emisi gas CO2 yang berbeda-beda. Rincian emisi gas yang
dihasilkan oleh berbagai macam bahan bakar dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

18

.
Tabel 10. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa macam bahan bakar

No Jenis Bahan Bakar Jumlah Emisi Satuan


1 Bensin 2,31 kg/lt
2 Solar 2,68 kg/lt
3 Minyak tanah 2,52 kg/lt
4 LPG 1,51 kg/kg
5 LNG 1,78 kg/m3
6 Minyak Diesel 3,09 kg/lt *)
7 Gas pipa 1,89 kg/m3 *)
Sumber: DEFRA (2005) dan The National Energy Foundation (2005)
*) Jaques (1992).

Walaupun tidak dimasukkan dalam sistem, sesungguhnya manusia yang


hidup juga menghasilkan gas CO2. Komposisi gas yang dihirup maupun yang
dihembuskan dari pernapasan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Komposisi gas CO2 dan uap air pada hirupan dan hembusan napas (%)

No Jenis Gas Hirupan Hembusan

1 O2 20,71 14,6
2 CO2 0,04 4,0
3 H2O 1,25 5,9
Sumber: http://www.sirinet.net/~jgjohnso/respiratory.html, 2005.

Rerata manusia bernapas dalam keadaan sehat dan tidak banyak bergerak
sebanyak 12 - 18 kali per menit yang banyaknya sekitar 500 ml udara pada setiap
tarikan napas (Http://www/msnencarta/respiratorysystem.mh1 2005). Jadi manu-
sia membutuhkan sebanyak 6 9 liter udara dalam waktu 1 menit atau 360 - 540
liter dalam waktu 1 jam. Jumlah gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan
manusia dalam satu jam sebanyak 39,6 g CO2 (Goth 2005).

2.5. Dampak Negatif Gas CO2


2.5.1. Dampak Negatif Gas CO2 terhadap Manusia
Udara mengandung 20,95% oksigen. Ketika paru menghirupnya, oksigen
akan diserap masuk ke dalam darah dan membentuk oksi-hemoglobin sebanyak
98,5% dan sebanyak 1,5 % larut dalam plasma darah. Selain oksigen udara juga
mengandung gas CO2. Ketika udara dihirup gas CO2 akan larut ke dalam plasma

19

.
darah dan sebagian lagi diikat oleh hemoglobin membentuk Hb-CO2 (karbamino-
hemoglobin). Gas CO2 di dalam darah terdapat dalam tiga bentuk
(Http://www.niehs.nih.gov/oc/factsheets/ozone/ithurts. htm 2005):
CO2 terlarut (10% dari seluruh gas CO2 yang masuk dalam sel darah).
CO2 + Hb Hb-CO2 : karbamino-hemoglobin yang merupakan ikatan
hemoglobin dengan molekul CO2 (30%).
CO2 + H2O HCO3- : larut dalam plasma darah yang membentuk asam
bikarbonat, atas bantuan enzim karbonik anhidrase (60%).

Pada lingkungan yang konsentrasi gas CO2-nya tinggi gas ini dapat
mengancam kesehatan manusia (http://people.eku.edu/ritchisong/301notes6.htm
dan http://www.cdli.ca/~dpower/resp/exchange.htm#Cellular 2005 dan Aerias
2005). Lebih lanjut Aerias (2005) menyatakan bahwa kadar gas CO2 yang dapat
mengancam kesehatan manusia lebih dari 1,5%. Jika kadar gas ini melebihi 3%
dapat mengakibatkan gejala sakit kepala dan kelelahan yang disertai dengan napas
cepat, hilang kesadaran, bahkan kematian (http://www.health.state.mn.us/divs/eh/
air 2004) dan http://www.ccohs.ca/oshanwers/chemicals/chem_profiles/carbon-
dioxide/health_cd.html 2004). Oleh sebab itu, konsentrasinya di udara ambien
diusahakan tidak lebih dari 0,5%.

Dengan adanya kontaminan gas CO2, maka jumlah yang terlarut yang
dibawa oleh plasma darah menjadi semakin tinggi yang akan menggeser gas
oksigen, karena kelarutan gas ini 20 kali lebih kuat dari pada kelarutan gas
oksigen (Http://www.niehs.nih.gov/oc/factsheets/ozone/ithurts.htm 2005).

2.5.2. Dampak Negatif Gas CO2 terhadap Lingkungan Hidup

Selain gas ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia,


meningkatnya kandungan gas ini beserta gas rumah kaca lainnya seperti: CH4,
CFC, N2O dan O3 yang terdapat di udara ambien akan menahan radiasi balik
(reradiation) dalam bentuk gelombang panjang yang memiliki energi termis,
sehingga mengakibatkan naiknya suhu udara bumi melalui efek rumah kaca. Gas
CO2 dapat menahan sinar inframerah jauh dengan panjang gelombang 13 - 19 m
(http://www.able2know.com/forums/about44061-0-asc-1980.html 2006), sedang-
kan menurut Sunu (2001) panjang gelombang yang diserap 12,5 - 17 m.
20

.
Gas CO2 merupakan gas penyusun atmosfer yang konsentrasi di ling-
kungan yang tidak tercemar sebesar 0,03%. Oleh karena gas ini di lingkungan
yang tidak tercemar sekalipun ada namun konsentrasinya rendah, maka sebagian
ahli menyatakan gas ini bukan sebagai pencemar udara. Keberadaan gas ini di
alam selain untuk bahan baku fotosintesis juga gas ini dapat menahan radiasi balik
dalam bentuk gelombang panjang yang kemudian akan mengakibatkan suhu udara
bumi menjadi lebih hangat. Suhu rerata udara bumi sekitar 15oC (Stuart dan Costa
1998). Lain halnya jika di atmosfer bumi tidak ada gas CO2, maka suhu udara
bumi -18oC (Sinclair dan Gardner 1998). Keberadaan gas ini di atmosfer sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Masalah ini akan dibahas
kemudian pada Bab 2.6.
Walaupun kadar gas ini semula sangat rendah, namun konsentrasinya dari
tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 1860 konsentrasinya 280 ppm, kemudian
pada tahun 1950 menjadi 306 ppm, tahun 1960 sebesar 313 ppm, tahun 1971
menjadi 321 ppm, tahun 1999 sebesar 345 ppm dan tahun 2004 menjadi 378 ppm.
Lebih jauh Stuart dan Costa (1998) menyatakan bahwa 75% pertambahan berasal
dari pembakaran bahan bakar minyak dan gas (Gambar 2).

Emisi Karbon Global Juta


ton

Gambar 2. Emisi gas CO2 dari penggunaan bahan bakar fosil dan produksi semen.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_dioxide.

Diperkirakan nanti pada tahun 2100 konsentrasinya akan menjadi dua kali
lipat dari yang ada sekarang ini. Jika prediksi itu benar-benar terjadi, maka suhu
udara akan meningkat sebesar 1,0 5,5oC (Sinclair dan Gardner 1998). Pengaruh
dari pemanasan global antara lain: cuaca menjadi lebih ekstrim, evapotranspirasi
meningkat, suhu udara meningkat, permukaan air laut meningkat, kebakaran
21

.
hutan bertambah, migrasi satwa dan kelangkaan air (http://en.wikipedia.
org/wiki/Effects of global warming 2006).
Suhu udara memang berfluktuasi, namun mempunyai kecenderungan terus
meningkat, apalagi pada dua dasawarsa belakangan ini, seperti terlihat pada
Gambar 3 berikut ini.

Rerata tahunan
Rerata 5 tahunan

Gambar 3 . Fluktuasi suhu udara dari tahun 1860 2000.


Sumber: Http://data.giss.nasa.gov/gistemp/2005.

Dengan memperhatikan Gambar tersebut di atas para ahli lingkungan dan


iklim sepakat telah terjadi peningkatan suhu udara yang mengkhawatirkan, namun
tidak semua sepakat bahwa penyebabnya hanya karena gas-gas rumah kaca. Jika
dikaji secara menyeluruh naiknya suhu udara bumi selain akibat efek rumah kaca,
juga dapat diakibatkan karena bahang (heat, kalor) yang dihasilkan oleh beberapa
macam kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan semakin hangatnya udara.
Beberapa kegiatan manusia modern yang menghasilkan kalor antara lain:
penggunaan AC di daerah tropika dan penghangat ruangan di daerah dingin
(heater dan tungku pemanas ruangan), kebakaran hutan, gas yang sengaja dibakar
(flare), kegiatan masak memasak di rumah, restoran dan hotel, pesawat udara dan
kapal laut serta industri dan kendaraan bermotor. Kesemuanya itu menghasilkan
bahang yang akan menghangatkan udara. AC misalnya, udara yang dihembuskan
ke dalam ruangan adalah udara dingin, sedangkan udara yang dihembuskan ke
luar ruangan adalah udara panas. Pesawat udara bermesin jet akan memanaskan

22

.
udara yang sangat dingin sampai dengan ketinggian 3.000 m. Kapal laut akan
memanaskan udara yang ada di permukaan laut. Kegiatan masak-memasak juga
akan menghasilkan bahang. Jadi kesemuanya itu menghasilkan bahang (kalor)
yang dapat memanaskan udara yang ada di permukaan bumi. Bahang (heat) yang
dihasilkan itu tidak dapat menembus ke luar atmosfer, karena meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Maka suhu udara bumi akan
semakin hangat.
Akibat dari menghangatnya suhu udara bumi, es di kedua kutub akan
mencair sehingga banyak kota yang terletak di pesisir akan tenggelam. Akibatnya,
ekosistem mangrove dapat terganggu, demikian juga dengan kota-kota yang
terletak di tepi pantai dapat terendam air laut. Dampak negatif lainnya berupa
bergesernya satwa liar yang sensitif terhadap pemanasan global. Meningkatnya
suhu udara mengakibatkan habitat satwa liar yang semula nyaman menjadi lebih
panas, sehingga mereka akan berpindah mencari tempat baru yang lebih nyaman.
Peningkatan suhu udara sebesar 1 oC akan mengakibatkan satwa akan berpindah
sejauh 100-150 km mendekati kutub atau ke tempat 150 m lebih tinggi dari
tempat hidupnya semula (http://www.cook.utgers.edu/~humeco/courses/gm class-
es/global/classnotes/possible_consequences_of_global_.htm 2006 dan http://
mason.gmu.edu/~klargen/111lectclimatechange.htm 2006).

2.6. Fotosintesis dan Respirasi


Fotosintesis adalah proses metabolisme pengubahan CO2 dan H2O menjadi
karbohidrat dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari. Proses ini berlangsung
di dalam butir kloroplas, yang terdiri dari dua bagian yakni: (1) Tilakoid yang
tersusun dari grana yang memungkinkan terjadinya pengubahan energi cahaya
menjadi energi kimia (foto-fosforilasi) dan (2) Bagian cair (kurang padat) yang
disebut lamela yang merupakan tempat terjadinya reduksi CO2 pada reaksi gelap.
Gas CO2 sebagai bahan utama fotosintesis masuk melalui stomata.
Laju fotosintesis daun tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor (Bildwell
(1974), Kramer dan Kozlowski (1979), Smith (1981), Schulze dan Caldwell
(1995), Taiz dan Zeiger (1991), Bell dan Treshow (2002) serta Lakitan (2004):

23

.
a. Perbedaan jenis tumbuhan
Tumbuhan berdasarkan fotosintesisnya dapat dibagi menjadi 3 golongan
besar yakni jenis C-3, C-4 dan CAM. Tanaman C-4 antara lain: jagung, tebu dan
sorgum. Tanaman kehutanan umumnya tergolong ke dalam C-3. Nenas dan
kaktus termasuk golongan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Setiap jenis
tumbuhan mempunyai laju fotosintesis yang berlainan. Ada tanaman yang
memiliki laju sink gas CO2 yang tinggi dan ada juga yang memiliki laju sink yang
rendah.

b. Umur daun
Laju fotosintesis dipengaruhi oleh umur daun. Daun muda umumnya
mempunyai kemampuan fotosintesis yang masih rendah yang kemudian akan
meningkat dengan bertambahnya umur dan luasan daun. Setelah ukuran daun
mencapai maksimum, maka daun akan menjadi tua dan berubah warna menjadi
kuning karena klorofil mulai rusak. Kemampuan fotosintesis daun dengan klorofil
yang mulai rusak akan menurun bahkan akan terhenti jika klorofilnya sudah
sangat rusak.

c. Letak daun
Daun yang terletak di bagian dalam tajuk kurang cukup mendapat cahaya
matahari. Akibatnya laju fotosintesis daun yang terletak di bagian dalam tajuk
umumnya lebih rendah daripada daun yang terletak di tepi luar tajuk yang
mendapat cahaya matahari yang cukup.

d. Fase pertumbuhan
Tumbuhan yang sedang tumbuh, sedang berbunga dan berbuah memiliki
laju fotosintesis yang tinggi dan laju translokasi fotosintat yang tinggi pula.
Sebaliknya tumbuhan yang sedang istirahat laju fotosintesisnya rendah.

e. Intensitas cahaya matahari


Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tumbuhan berbeda-beda.
Ada jenis tumbuhan yang pertumbuhannya baik pada cahaya matahari penuh dan
ada pula tumbuhan yang pertumbuhannya baik pada kondisi ternaungi (shade
plants).

24

.
f. Konsentrasi gas CO2
Gas CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Oleh sebab
itu, jika konsentrasi gas ini semakin meningkat, maka hasil fotosintesis akan
meningkat pula. Walaupun demikian secara umum konsentrasi gas yang melebihi
1.000 2.000 ppm akan berpengaruh buruk pada fotosintesis.

g. Suhu udara
Laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya suhu udara, karena
proses biokimia menjadi lebih cepat. Namun pada suhu yang sangat tinggi enzim
yang berperan dalam fotosintesis menjadi rusak, sehingga fotosintesis akan
terganggu.

h. Ketersediaan air tanah dan kelembaban udara


Bahan yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis selain gas CO2 juga air.
Oleh sebab itu, jika tumbuhan kekurangan air, maka translokasi air dari akar ke
daun berkurang. Untuk mengurangi daun kehilangan air, terlebih lagi pada
keadaan kelembaban udara sangat rendah, maka bukaan stomata daun akan
mengecil bahkan menutup. Dengan demikian masuknya gas CO2 ke dalam daun
lewat stomata akan berkurang. Akibatnya proses fotosintesis juga akan menurun.
i. Kesehatan daun
Daun yang terserang penyakit menyebabkan tidak bisa melakukan foto-
sintesis secara baik. Tab-toksin yang dihasilkan oleh Pseudomonas syringae atau
ten-toksin yang dihasilkan oleh Alternaria tenuis dapat mempengaruhi fotosintesis
tumbuhan (Agrios 1997).
j. Polutan udara
Beberapa polutan dapat mempengaruhi fotosintesis. Gas SOx, NOx, ozon
dan hujan asam dapat mempengaruhi proses fotosintesis, baik melalui proses
terbentuknya kloroplas maupun dalam mempengaruhi umur kloroplas serta proses
biokimia yang terjadi dalam daun.

2.7. Tumbuhan sebagai Penyerap gas CO2


Gas CO2 yang dihasilkan oleh berbagai proses di alam ketika manusia
belum mencemari lingkungan akan dapat diserap kembali oleh mikrofita
(tumbuhan renik) dan makrofita (tumbuhan) baik yang terdapat di perairan

25

.
maupun di daratan. Tumbuhan dapat menyerap gas CO2 melalui proses
fotosintesis berdasarkan rumus:

6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 cal 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O
264 g 216 g 180 g 192 g 108 g

Kemampuan tanaman dalam menyerap gas CO2 bermacam-macam.


Menurut Purnama (2003), pertambahan tanaman kehutanan sekitar 8 - 25 ton
C/ha/tahun setara dengan 29,36 - 91,75 ton CO2/ha/tahun. Umur rotasi tanaman 7-
40 tahun. Sedangkan menurut Gordinho et al., (2003), tanaman mahoni yang
berumur 11 tahun dengan kepadatan 940 pohon/ha mempunyai daya serap sebesar
25,40 ton CO2/ha/tahun; sedangkan tanaman mangium dengan umur yang sama
namun kepadatannya 912 pohon/ha mempunyai daya serap 23,64 ton
CO2/ha/tahun; sementara tanaman sungkai yang berumur 8 tahun dengan
kepadatan 1.016 pohon/ha mempunyai daya serap 18,06 kg CO2/ha/tahun.
Sedangkan menurut Urban Forestry Administration District of Columbia (2004)
pohon hutan kota dapat menyerap gas CO2 sebanyak 6,42 ton/ha/tahun. Simpson
dan McPherson (2001) memperkirakan kemampuan tanaman yang berumur 35
tahun yang tumbuh di Barat laut Pasifik mampu menyerap CO2 sebanyak 50-100
kg CO2/pohon/tahun. Metro TV pada tanggal 10 Juni pukul 14.30-15.00 dalam
siaran yang berjudul Earth Report is a Carbon Neutral Program dari National
Geographic menyatakan satu pohon dapat menyerap gas CO2 sebanyak 20
kg/tahun.

Kemampuan sink gas CO2 juga pernah diteliti oleh Moerdiyarso et al.
(1999) yang melaporkan bahwa tanaman Acacia mangium dan Gmelina arborea
yang berumur antara 2 8 tahun di Parung Panjang, Jasinga Bogor mempunyai
laju fiksasi masing-masing sebesar 0,64 3,98 ton CO2/ha dan 1,14 1,62 ton
CO2/ha pada lingkungan yang konsentrasi ambien gas ini antara 300 351 ppm.
Sementara Brown (1982) dalam Moerdiyarso et al. (1999) menyatakan
kemampuan hutan alam dalam menyerap gas ini sebesar 73,4 256,9 ton CO2/ha.

Sementara Hairiah et al. (2001) menyatakan bahwa jenis tanaman


kehutanan cepat tumbuh (sengon) dapat menyerap sebanyak 9 Mg C/ha/tahun atau
setara dengan 33,03 ton CO2/ha/tahun, sedangkan jenis lambat tumbuh sebesar 4,5
26

.
Mg C/ha/tahun atau setara 16,52 ton CO2/ha/tahun. Sementara tanaman perke-
bunan (kopi) 2,2 Mg C/ha/tahun yang setara dengan 8,07 ton CO2/ha/tahun. IPCC
(2000) serta Pretty dan Ball (2001) dalam Niles et al., (2001) menyatakan
tanaman semusim (padi) menyerap gas CO2 sebanyak 0,37 ton/ha/tahun,
sedangkan daya serap kebun campuran sebanyak 2,94 ton CO2/ha/tahun
sementara semak dan rumput sebanyak 3,30 ton CO2/ha/tahun.

Menurut Nobel (1991), penyerapan gas CO2 oleh hutan sebesar 2,76
ton/ha/tahun, sedangkan menurut Bernatzky (1978), 1 pohon Beach menyerap gas
CO2 2,35 kg/jam dan menghasilkan gas O2 sebanyak 1,71 kg/jam. Air yang
dibutuhkan sebanyak 0,96 kg/jam dan karbohidrat yang dihasilkan sebanyak 1,6
kg/jam. Lebih lanjut Bernatzky (1978) menyatakan hutan dengan pepohonan,
semak, perdu dan rumput membutuhkan 900 kg gas CO2 per hari atau 328,5 ton
CO2/ha/tahun dan menghasilkan 0,60 ton O2/ha/tahun atau 219,0 ton O2/ha/tahun.
Sedangkan menurut Iverson et al. (1993) nilai sink gas CO2 untuk hutan 58,26
ton/ha, kebun 52,40 ton/ha serta semak dan rumput 3,30 ton/ha. Daya sink gas
CO2 dari beberapa varietas tanaman padi berlainan menurut varietasnya antara 25
65 mg CO2 per dm2 lembar daun per jam (Indradewa dan Putra 2007). IPCC
(2006) menyatakan daya sink beberapa tipe penutupan lahan adalah sebagai
berikut :

Tabel 12. Daya sink gas CO2 di beberapa tipe penutupan lahan
Daya Sink Gas CO2
Tipe Penutupan Lahan
(t CO2/ha/jam) (t CO2/ha/tahun)
Ladang 0,15 657,00
Sawah 0,04 175,20
Agroforestry :
- Multi jenis 0,84 - 1,68 3.679,20 7358,40
- Sederhana dengan 2,93 - 3,77 12.833,40 16.512,60
kerapatan tinggi
Semak dan Rumput 0,34 1.489,20
Hutan 0,13 569,40
Kebun 0,13 569,40
Sumber : Http://www.159.226.205.101/climatechange2/IPCC/report/land/ch9910/
report%5Csinksch4 : 110 (data telah diolah).

27

.
2.8. Respoons Tumbu
uhan terhad
dap Pening
gkatan Kon
nsentrasi G
Gas CO2
Daari beberappa penelitiaan yang peernah dilakuukan tangggapan tumb
buhan
terhadap peningkataan konsentrrasi gas CO
C 2 berbedda-beda meenurut jeniisnya.
Pertumbuhhan tanamaan cepat tum
mbuh akan meningkat sebanyak 54%, sedan
ngkan
tanaman lambat
l tum
mbuh sebesaar 23%. Seecara umum
m dapat dinnyatakan bahwa
b
peningkataan konsentrrasi gas ini sebanyak 2 kali akan mengakibat
m tkan pening
gkatan
pertumbuhhan tanamaan sebesar 40-50%. Produksi
P taanaman keddelai menin
ngkat
sebanyak 32 % padaa paparan konsentrasi
k CO2 ambieen semula 315 mol mol-1
mudian ditinngkatkan menjadi
yang kem m 0 mol mol-1 (Sinclaair dan Gaardner
630
1998). Paada tanamaan gandum
m, pengaru
uh peningkkatan CO2 selama in
nisiasi
pembungaaan mengakkibatkan peningkatan jumlah
j buliir (kernel) ddan pening
gkatan
ukuran buulir. Untuk padi,
p jumlah gabah perr malai dann massa gabbah per biji tidak
berubah dengan meniingkatnya konsentrasi
k gas
g CO2 (Siinclair dan G
Gardner 19
998).

Gambar 4. Pengaruh peningkatann konsentraasi gas CO2 pada laju assimilasi tan
naman
kedelai. Suumber: Junee (2003).

Gambar 5. Hubungann antara suhhu daun deng man kedelai


gan laju asimilasi tanam
Sumber: June
J (2003)).

28

.
June (2003) menyatakan tanaman kedelai yang diberi perlakuan dengan
konsentrasi gas CO2 ambien 700 mol mempunyai laju asimilasi lebih besar
daripada tanaman yang mendapat paparan 350 mol (lihat Gambar 4). Sedangkan
pada Gambar 5 hasil penelitiannya menggambarkan hubungan antara laju sink gas
CO2, suhu daun yang mendapat konsentrasi 350 dan 700 mol. Pada Gambar 5
menunjukkan bahwa titik suhu maksimum tanaman kedelai yang mendapat
paparan 350 mol pada 29oC, sedangkan titik maksimum suhu tanaman yang
mendapat paparan 700 mol pada 33oC (June 2003).

2.9. Hutan Kota


Hutan kota yang efektif dan efisien perlu dibangun agar kota menjadi lebih
sejuk, segar, sehat, nyaman, hijau dan berbunga. Hutan kota harus fungsional,
artinya tanaman harus dapat berfungsi dalam pengelolaan lingkungan (Dahlan,
2004). Keberfungsian tanaman harus disesuaikan dengan masalah lingkungan
yang telah ada atau diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang. Dengan
adanya hutan kota yang luas dan fungsional diharapkan kualitas lingkungan kota
dan sekitarnya akan meningkat dan daya dukung kota pun akan tinggi.
Definisi hutan kota bermacam-macam. Jorgensen dalam French (1975)
mendefinisikan, hutan kota adalah: Pepohonan dan hutan di dalam kota dan di
sekitar kota yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan perkotaan
oleh tumbuhan dalam hal: ameliorasi iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, sosial dan
kesejahteraan ekonomi masyarakat kota. Wenger dalam Forestry Handbook
(1984) menyatakan: Perhutanan Kota adalah pengelolaan lahan milik umum
maupun pribadi di wilayah perkotaan. Sementara Miller (1988) menyatakan:
Hutan Kota adalah semua pepohonan dan vegetasi lain yang berada di dalamnya
yang berada di dalam wilayah hunian manusia baik dari komunitas yang kecil
dengan wilayah yang sempit sampai wilayah metropolitan yang sangat luas.
Persatuan Ahli Kehutanan Amerika Serikat menyatakan: Perhutanan Kota adalah
seni, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan
pepohonan dan sumberdaya hutan di dalam maupun di sekitar ekosistem
perkotaan yang bermanfaat untuk fisiologi, sosiologi, ekonomi manusia dan
manfaat ekologis lainnya serta untuk meningkatkan estetika lingkungan kota dan

29

.
perkotaan (Helms 1998). Sedangkan PP No. 63 tahun 2002 menyatakan bahwa
hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun
tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

2.10. Studi Kebutuhan Luasan Hutan Kota


Dahlan dalam buku: Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota yang
diterbitkan oleh IPB Press tahun 2004 menyatakan ada empat hal yang harus
diperhatikan dalam membangun hutan kota yakni: (1). Pemilihan tanaman yang
cocok dengan keadaan setempat. (2). Pemilihan tanaman sesuai dengan fungsi
dalam pengelolaan lingkungan. (3). Estetika. (4). Luasannya. Luasan hutan kota
perlu diperhatikan agar fungsinya dalam pengelolaan lingkungan dapat dirasakan
keberadaannya.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penentuan luasan hutan kota
akan dijelaskan berikut ini. Wisesa (1988) dalam skripsinya yang berjudul Studi
Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya Bogor telah menghitung
kebutuhan luasan hutan kota sebagai pemasok oksigen. Kebutuhan luasan hutan
kota untuk kotamadya Bogor yang luas keseluruhannya 11.850 ha pada tahun
1988 adalah 1.136,8 ha (9,59% dari luas Kotamadya Bogor) dan pada tahun 1995
menjadi 1.843,96 ha (15,56%). Penelitian lainnya yang berkaitan dengan
kebutuhan luasan hutan kota yang telah dilakukan di Kota Bogor adalah
penelitian yang dilakukan oleh Herdiansyah tahun 2006 yang berjudul Penentuan
Luasan Optimal Hutan Kota sebagai Gas Karbondioksida. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa luasan hutan kota yang diperlukan pada tahun 2005 dan 2020
masing-masing seluas 1.970,97 ha (16,63 %) dan 3.108,08 ha (26,23%).
Nasihin (2003) juga melakukan penelitian kebutuhan hutan kota di
perkotaan Kuningan pada tahun 2003. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
luasan hutan kota yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk
manusia dan kendaraan bermotor seluas 30,22 % pada tahun 2003 dan pada tahun
2010 menjadi 59,67 % dari total luas perkotaan Kuningan.
Selain dari itu Septriana (2005) melakukan penelitian tentang kebutuhan
luasan hutan kota di Kota Padang. Kebutuhan luas hutan kota berdasarkan
konsumsi oksigen oleh manusia, kendaraan bermotor, hewan ternak dan industri
30

.
di Kota Padang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu
dari tahun 2003 sampai tahun 2020 luas hutan kota yang dibutuhkan antara
8.623,65 - 14.894,61 ha atau 12,41 - 21,43% dari total wilayah Kota Padang,
sedangkan luas ruang terbuka hijau yang ada seluas 41.242,25 ha (59,34%) dan
luas hutan kotanya 36.915,9 ha (53,12%), sehingga masih melebihi kebutuhan
hutan kota untuk tahun 2003 bahkan sampai tahun 2020. Penelitian lainnya yang
berkaitan dengan luasan hutan kota adalah Tinambunan yang melakukan
penelitian di Kota Pekanbaru pada tahun 2006. Kota Pekanbaru luasnya 63.226 ha
terdiri dari 8 kecamatan. Berdasarkan analisis Citra tahun 2004, luasan ruang
terbuka hijau yang ada sebesar 31.750,34 ha, sedangkan ruang terbuka hijau yang
diperlukan sebagai penyerap gas CO2 seluas 27.337,34 ha (Tinambunan 2006).

31

.
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2005 sampai dengan Juni 2007 di
Kota Bogor. Pengukuran konsentrasi gas CO2 ambien sebagai penelitian
pendahuluan dilakukan pada bulan Februari 2006 di 5 lokasi yakni: Warung
Jambu, Tugu Kujang Baranang Siang, Pertigaan Ekalokasari, Jembatan Merah
dan Hutan Penelitian Dramaga yang kemudian dilakukan penelitian berikutnya
pada bulan Juni 2006 (musim kemarau) dan Februari 2007 (musim penghujan) di
10 lokasi: Warung Jambu, Tugu Kujang Baranang Siang, pertigaan Ekalokasari,
Jembatan Merah dan Pasar Bogor sebagai tempat dengan kepadatan kendaraan
bermotor yang tinggi dan di Taman Koleksi Cimanggu, Hutan Penelitian
Dramaga, Bogor Lake Side, kompleks Indraprasta dan Ciremai Ujung sebagai
lokasi dengan kepadatan kendaraan yang rendah pada pukul 7.30 9.00. Peta
penyebaran lokasi pengukuran konsentrasi gas CO2 ambien dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Pengukuran daya sink gas CO2 oleh pohon pada semua jenis tanaman dengan
diameter yang hampir sama sekitar 30 - 40 cm dan atau memiliki ketinggian tajuk
pohon yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi variasi keadaan tajuk
pohon akibat umur yang terlalu berbeda. Pengukuran daya sink pada penelitian
pertama dengan menggunakan alat pengukur laju fotosintesis ADC LCA-4
dilakukan di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian selanjutnya daya
sink gas CO2 oleh pohon dilakukan dengan metode kadar karbohidrat pada daun.
Lokasi tanaman contoh untuk penelitian pendahuluan adalah Arboretum IPB dan
untuk penghitungan daya sink gas CO2 per pohon dilakukan di Kebun Raya Bogor
dan Hutan Penelitian Dramaga.
Sepeti telah dijelaskan terdahulu bahwa pengukuran konsentrasi gas CO2
ambien dilakukan di 10 lokasi yakni: Warung Jambu, Tugu Kujang Baranang
Siang, Pertigaan Ekalokasari, Jembatan Merah dan Pasar Bogor sebagai tempat
dengan kepadatan kendaraan bermotor yang tinggi dan di lima lokasi lainnya
yakni di Taman Koleksi Cimanggu, Hutan Penelitian Dramaga, kompleks
Indraprasta, Bogor Lake Side dan Ciremai Ujung sebagai lokasi dengan kepadatan

32

.
kendaraan yang rendah. Pengukuran konsentrasi Gas CO2 ambien contoh
dilakukan dengan menginjeksikan ke dalam botol yang akan dijelaskan kemudian
pada Bab 3.8. sementara pengukuran kadar karbohidrat dijelaskan pada Bab
3.11.2, Bab 3.11.3.dan Bab 3.11.4. Pengukuran kadar gas maupun kadar
karbohidrat daun dilakukan di laboratorium, masing-masing menggunakan alat
gas kromatografi dan spektrofotometer di Laboratorium Pasca Panen dan Balai
Besar Biologi Genetika, Cimanggu, Bogor.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah sodalime, drierite, alkohol 70%, HCl 0,7 N,
NaOH 1 N, fenol merah, ZnSO4 5%, Ba(OH)2 0,3 N, pereaksi Cu, pereaksi
Nelson, akuades, cutex, kertas saring, kantong plastik dan koran bekas, sedangkan
alat-alat yang digunakan adalah ADC LCA-4 (IRGA, Infra Red Gas Analysis),
spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 m, Leaf Area Meter (LAM)
untuk mengukur luas daun, kromatografi gas, mikroskop, pemindai (Scanner) luas
daun, spuit 20 ml dan jarumnya, injektor 2 l, neraca analitik, penghitung tangan
(hand counter), penangas air, mortar dan cawan porselen, oven, silet dan gunting.
Alat-alat gelas yang digunakan berupa tabung kaca bersumbat karet dengan
volume 25 ml, labu ukur 100 ml, pipet 10 ml, tabung reaksi, gelas objek dan gelas
penutup (cover glass).

3.3. Komponen Penelitian dan Parameter yang Diamati


Penelitian ini terdiri dari 7 sub-penelitian yang fungsi dan kedudukannya
masing-masing dapat dilihat dalam matriks seperti tercantum dalam Tabel di
bawah ini:

33

.
Tabel 13. Matriks tabulasi penelitian

Parameter
Sub-penelitian Sumber data Hasil yang diharapkan
yang diukur
Perhitungan Jumlah Pertamina Konstanta penggunaan
kebutuhan BBMG dan BPS BBMG per orang per tahun.
BBMG serta Kota Bogor
prediksi di masa
yang akan datang
Perhitungan Jumlah Pertamina, Konstanta emisi gas CO2 dari
Emisi Gas CO2 penduduk, BPS Kota BBMG.
jumlah Bogor dan
kebutuhan Internet Nilai emisi gas CO2 (dalam
dan faktor ton gas CO2)
emisi dari
setiap jenis
BBMG
Penghitungan Jumlah Data primer Kepadatan kendaraan
kepadatan kendaraan tertinggi
kendaraan
Pengukuran kadar Kadar gas Data primer Kadar gas CO2 di musim
gas CO2 ambien CO2 kemarau dan musim hujan
Penentuan Kemampuan Sink gas Kemampuan sink gas CO2
Kemampuan sink gas CO2 CO2 dengan per jenis per pohon.
serapan atau sink oleh beberapa alat dan
gas CO2 tanaman metode
karbohidrat
Analisis luasan Luasan setiap Pemda Kota Luasan vegetasi rapat,
ruang terbuka bentuk ruang Bogor, vegetasi jarang, sawah,
hijau dan terbuka hijau laporan semak dan rumput.
perhitungan pada tahun P4W LPPM Persentase penurunan setiap
perubahan luasan yang berbeda IPB dan bentuk ruang terbuka hijau
ruang terbuka skripsi
hijau mahasiswa

Penentuan Jumlah dan Data Kebutuhan luasan hutan kota


kebutuhan luasan pertambahan sekunder: berdasarkan hasil simulasi.
hutan kota dengan penduduk, internet dan
sistem dinamik penggunaan pustaka,
BBMG. Pertamina,
Konstanta Pemda Kota
emisi BBMG. Bogor.

34

.
3.4. Asumsi dan Batasan Penelitian
Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
Lingkungan udara Kota Bogor merupakan lingkungan yang tertutup.
Tidak ada angin yang membawa atau mengeluarkan gas CO2 dari dan
atau ke dalam kota.
Penambahan gas CO2 ke udara ambien yang dimasukkan dalam sistem
perhitungan hanya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak
dan gas berdasarkan data dari PT Pertamina.
Kendaraan yang masuk ke dalam Kota Bogor dianggap sama dengan
kendaraan yang ke luar dari kota Bogor. Oleh sebab itu, emisi dari
kendaraan yang masuk dianggap sama dengan emisi kendaraan yang ke
luar dari Kota Bogor.
Teknologi mesin di masa yang akan datang tidak berbeda secara nyata
dengan teknologi ketika penelitian ini dilakukan.
Jumlah konsumsi bahan bakar dan penggunaan lahan terbangun per jiwa
sampai dengan tahun 2100 nanti tidak berbeda secara nyata dengan
ketika penelitian ini dilakukan.
Gas CO2 hasil pernapasan makhluk hidup dan hasil perombakan bahan
organik tidak dimasukkan dalam sistem.
Gas CO2 hasil pembakaran sampah dan proses bentukan lainnya,
termasuk pembentukan CO2 dari gas CO tidak dimasukkan dalam
perhitungan dalam sistem.
Tidak ada pengaruh balik akibat meningkatnya konsentrasi gas CO2
terhadap pertambahan populasi manusia dan pertumbuhan pohon.
Proses pelapukan batuan, bahan organik, halilintar dan lain sebagainya
dianggap tidak menghasilkan gas CO2.
Gas CO2 selama berada di udara tidak mengalami perubahan fisik dan
juga tidak mengalami perubahan kimiawi.
Nilai laju penurunan luasan ruang terbuka hijau di masa yang akan
datang, sama dengan ketika penelitian ini dilakukan.

35

.
Pengurangan jumlah pohon akibat adanya pohon tumbang dianggap
tidak ada. Penambahan jumlah pohon sebagai akibat dari penambahan
pohon dalam program pengembangan hutan kota.
Laju sink gas CO2 oleh daun dalam proses fotosintesis tidak mengalami
perubahan berdasarkan kedudukan matahari secara harian maupun
bulanan.
Laju sink gas CO2 oleh daun tidak mengalami perubahan akibat
meningkatnya konsentrasi gas CO2 ambien.
Kemampuan sink gas CO2 yang dilakukan oleh padi sawah, rumput dan
semak dianggap rata sepanjang tahun.
Kemampuan sink gas CO2 oleh tanaman palawija sama dengan
kemampuan sink oleh padi sawah, karena data kemampuan sink oleh
tanaman palawija tidak ada.
Semak dan rumput yang berada di bawah tajuk pohon tidak dihitung
sebagai penyerap gas CO2.

3.5. Kerangka dan Rancang-bangun Penelitian


Manusia menggunakan bahan bakar minyak seperti bensin, solar, minyak
tanah dan gas (LPG dan gas negara) yang kemudian akan menghasilkan gas CO2
yang dapat menurunkan kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu, gas ini perlu
diturunkan konsentrasinya di udara ambien ke tingkat yang aman yaitu sekitar 300
350 ppm atau sedapat mungkin peningkatan konsentrasinya di udara ambien
dapat ditekan serendah mungkin, tidak melonjak secara drastis. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah membangun hutan kota. Hal ini perlu dilakukan
mengingat ruang terbuka hijau yang ada mempunyai kecenderungan luasannya
terus menurun, karena beralih fungsi menjadi areal terbangun.
Keterkaitan masalah akibat meningkatnya jumlah penduduk dengan
penggunaan bahan bakar minyak dan gas serta hubungan antara gas CO2 dengan
luasan ruang terbuka hijau dan kebutuhan terhadap pembangunan dan
penambahanan luasan hutan kota terlihat pada diagram simpal yang terdapat pada
Gambar 6.

36

.
+
Lahan
- Pengembangan Manusia

-
Luasan - +
Hutan Kota

+
- +
+ +
Lahan Terbangun

Penggunaan
Pembagunan - BBM & G
Hutan Kota

-
+ Gas CO2 +

-
Kebutuhan RTH
+
Hutan Kota

Gambar 6. Diagram simpal yang menggambarkan hubungan keterkaitan antara


jumlah penduduk, penggunaan bahan bakar minyak dan gas, ruang
terbuka hijau dan kebutuhan hutan kota.

Analisis input-output dan rancang-bangun penelitian yang mendasari


penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8 berikut ini. Rincian model
rancang-bangun yang dibuat berdasarkan program Power analyst dari Piranti
Lunak PowerDesigner Process Analyst dapat dilihat pada Lampiran 2.

37

.
INPUT LINGKUNGAN
Bencana alam
Iklim dan cuaca
Peraturan perundangan
RUTR Kota Bogor

OUTPUT DIKEHENDAKI
INPUT TAK TERKENDALI
Konsentrasi gas CO2 dapat
Dukungan PEMDA dan dikendalikan
DPRD
Jumlah penduduk Luasan hutan kota cukup
Harga bahan bakar minyak Lingkungan kota yang sehat,
dan gas sejuk dan tidak terpolusi
Luasan ruang terbuka hijau

PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

OUTPUT TAK
INPUT DIKEHENDAKI
TERKENDALI
Biaya pembangunan
Alokasi lahan dan pemeliharaan
Luasan hutan kota Kebutuhan kebun
Dana bibit
pembangunan dan Menurunnya
pemeliharaan ketersediaan lahan
hutan kota Sampah berupa
serasah
Penggunaan hutan
kota untuk perun-
tukan lainnya

PARAMETER:
Luasan Hutan Kota

MANAJEMEN
HUTAN KOTA

Gambar 7. Analisis input-output pembangunan dan pengembangan hutan kota di


Kota Bogor.
38

.
1 Analisis 5
Analisis Emisi Kebutuhan Analisis Rosot
Emisi Hutan Kota Rosot Data Sekunder
BBMG

13
Udara 6
Data Primer R_T_H
Metd Karbohidrat ADC LCA4
Pohon
2
Penelitian Waktu
Kepadatan 7 8 Analisis Luasan dan Penurunan
Kendaraan
Penelitian di Penelitian di
Arboretum IPB Rumah Kaca

Waktu Padat Kendaraan Tertinggi Hasil Alat Bentuk dan


Hasil KH Pengujian Luasan RTH
4 Metoda
Met KH KRB Met KH HPD
Bahan Bakar

3 Perhitungan Rosot
9 10
Pengambilan
Sampel CO2
Ambien KRB HPD

Perhitungan Emisi 14
11
Analisis Gas Kromatografi Rosot CO2
Klasifikasi Daya oleh RTH
Rosot CO2 oleh Rosot Pohon HPD
Rosot Pohon KRB
Pohon HK
Rosot Jenis RTH
klasiifikasi

Jumlah Konsentrasi
Emisi CO2 Kelas
Ambien Daya
CO2 Rosot oleh
Rosot
RTH

Nilai konstanta Rosot Jenis HK

16
Nilai level CO2 Ambien

Simulasi Emisi Gas CO2 dan


Rosotnya oleh RTH dan HK Nilai konstanta Rosot Jenis RTH
dengan Program Powersim

Gambar 8. Rancang bangun penelitian.

39

.
3.6. Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Prediksi
Kebutuhannya di Masa yang Akan Datang
Data yang digunakan adalah data mengenai penggunaan bahan bakar minyak
dan gas (bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG) yang diperoleh dari
PT Pertamina, Jakarta tahun 2003 dan 2004. Dengan memperhatikan jumlah
populasi penduduk Kota Bogor pada tahun tersebut, maka dapat dihitung
penggunaan bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG per jiwa,
dengan rumus sebagai berikut :

Kebutuhan BBMG per kapita = penggunaan BBMG


jumlah penduduk
Jumlah penduduk di masa yang akan datang sampai tahun 2100 dihitung
dengan memasukkan angka pertambahan penduduk pada program Powersim.
Dengan demikian, kemudian dapat dihitung kebutuhan bahan bakar minyak dan
gas pada tahun-tahun yang akan datang dengan rumus :
Kebutuhan BBMG = prediksi jumlah penduduk X kebutuhan BBMG per kapita.

3.7. Perhitungan Emisi Gas CO2


Setelah diperoleh angka kebutuhan bahan bakar minyak dan gas untuk
tahun 2010 2100, maka dapat dihitung jumlah emisi gas CO2 antropogenik
melalui rumus:
Emisi gas CO2 antropogenik = jumlah penduduk x kebutuhan bahan bakar per
jiwa x faktor emisi dari setiap jenis bahan bakar.

Perhitungan jumlah emisi gas CO2 per jiwa dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perhitungan jumlah emisi gas CO2


Penggunaan Faktor emisi
Jenis bahan bakar Jumlah emisi (kg)
(l/jiwa) (kg/l)
Bensin Ai 2,31 2,31 Ai
Solar Bi 2,68 2,68 Bi
Minyak Tanah Ci 2,52 2,52 Ci
LPG *) Di *) 1,51 1,51 Di
Minyak Diesel Ei 3,09 3,09 Ei
Jumlah Emisi Gas CO2 per jiwa 2,31Ai+2,68Bi+2,52Ci+1,51Di+3,09Ei

Keterangan : *) Khusus satuan penggunaan untuk LPG adalah kg/jiwa

40

.
3.8. Penghitungan Kepadatan Kendaraan
Penghitungan kepadatan kendaraan dimaksudkan untuk menentukan
waktu kepadatan kendaraan tertinggi. Informasi ini untuk dijadikan sebagai
penentuan waktu pengambilan contoh gas CO2 ambien. Kepadatan kendaraan di
lima lokasi yakni: Warung Jambu, Baranang Siang, Ekalokasari, Pasar Bogor dan
Jembatan Merah dihitung secara langsung dengan mengunakan penghitung tangan
(hand counter). Penghitungan dilakukan setiap setengah jam dari pukul 6.00
18.00 selama satu minggu. Setelah data terkumpul kemudian dibuat grafiknya.

3.9. Pengukuran Kandungan Gas CO2 Ambien


Mengingat gas CO2 bukan merupakan polutan, maka data tentang
konsentrasi ambien gas ini jarang tersedia dan jarang pula diukur. Metode
pengambilan sampelnya pun tidak tersedia. Pada buku Hadi (2006) yang berjudul:
Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan terbitan PT Gramedia
Pustaka Utama juga tidak membahasnya. Alat yang dapat dipergunakan untuk
mengukur konsentrasi ambien gas ini adalah NDIR (Non Dispersive Infrared) Gas
Analyzer. Namun karena alat ini tidak tersedia dan harga sewa pakainya pun
sangat mahal, maka dalam penelitian ini digunakan metode seperti yang akan
dijelaskan berikut ini.
Mula-mula udara yang ada di dalam tabung gelas yang bersumbat karet
dengan volume sekitar 25 ml disedot dengan menggunakan spuit 20 ml. Ketika
terasa sedotan kuat di spuit, lalu spuit tabung penyedot dengan cepat ditanggalkan
dari sambungan jarum, dengan kondisi jarum tetap berada pada karet sumbat
botol. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Hal ini dimaksudkan agar udara
ambien dapat masuk ke dalam tabung gelas dengan baik dan sebaliknya udara
yang terperangkap dalam tabung akan keluar. Dengan dibiarkan jarum tetap
berada dalam sumbat karet untuk beberapa saat, maka tekanan dalam tabung sama
dengan udara luar yaitu sekitar 1 atm. Spuit kemudian digunakan untuk mengisap
udara ambien, lalu udara dimasukkan ke dalam tabung gelas dengan menekan
pendorong spuit. Perlakuan seperti itu dilakukan sebanyak lima kali. Setelah
selesai, lubang bekas tusukan jarum ditutup dengan parafin dan dibungkus dengan
plastik wrap. Tabung gelas kemudian diberi nomor dan dicatat sesuai dengan
lokasinya.
41

.
Tabung berisi udara sampel kemudian dibawa ke laboratorium. Setelah
sampai di laboratorium pembungkus plastik wrap dibuka dan sumbat parafin
dikelupas. Jarum siring sangat kecil ditusukkan ke dalam sumbat karet pada bekas
tusukan jarum ketika pengisian sampel. Dengan menggunakan siring 2 l gas
disedot sebanyak 0,5 l dan diinjeksikan ke dalam lubang injeksi gas
kromatografi. Spesifikasi alat yang dipergunakan adalah kolom OV 17 dan
detektor FID. Temperatur alat diset inisial dan final pada suhu 80oC, sedangkan
suhu pada injektor 120 oC dan suhu pada detektor 150 oC. Setelah beberapa saat
printer akan mencatat hasil pengukuran.
Pengukuran konsentrasi standar sama dengan tahapan pengerjaan untuk
pengukuran sampel. Konsentrasi gas standar pada pengukuran pertama 200 ppm
sedangkan pada pengukuran kedua 250 ppm. Penghitungan konsentrasi sampel
dengan menghitung persen konsentrasi sampel (hasil tercatat pada kertas printer
pada uji sampel) dikalikan dengan persen konsentrasi standar (hasil tercatat pada
kertas printer pada uji standar). Waktu retensi untuk gas CO2 sekitar 3,42 menit.
Hasil pengukuran contoh kemudian dihitung berdasarkan konsentrasi standar.
Foto-foto alat kromatografi gas beserta kolom dan pencatat untuk mengukur
konsentrasi CO2 ambien terdapat pada Lampiran 13 serta foto-foto ketika peng-
ambilan sampel gas CO2 di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.10. Luasan Ruang Terbuka Hijau dan Perhitungan Perubahannya


Bentuk dan luasan ruang terbuka hijau dianalisis berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Tata Kota dan Pertamanan, Badan Perencanaan Daerah
(Bapeda) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor serta hasil penelitian dari
Indriyani (2005), Herdiansyah (2005) dan data dari P4W LPPM IPB. Selain data
tentang luasan, serial data ini kemudian dihitung untuk mendapatkan angka
penurunan luasan dari setiap bentuk ruang terbuka hijau pada beberapa tahun
terakhir.
Bentuk-bentuk ruang terbuka hijau yang ada di Kota Bogor dibedakan
menjadi: vegetasi rapat, vegetasi jarang, sawah, semak dan rumput. Data
kepadatan pohon diperoleh dengan mengukur jumlah pohon yang diameternya
lebih dari 20 cm yang diukur pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah dengan
ukuran plot 100 x 100 m pada lokasi yang ditentukan berdasarkan rona pada citra
42

.
yang berbeda. Lokasi pengukuran untuk vegetasi rapat di: Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Cimanggu, Hutan Penelitian Dramaga,
Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Gunung Batu, Kebun Raya Bogor
dan kebun di Cimahpar dan Tanah Baru, sedangkan untuk pengukuran kepadatan
pada vegetasi jarang di: Mulyaharja, Pamoyanan, Rancamaya, Bojongkerta,
Kertamaya, Genteng, Muara Sari dan pemakaman Dreded dan Kebon Pedes.

3.11. Pengukuran Daya Sink Gas CO2


3.11.1. Penelitian di Rumah Kaca dengan Menggunakan Alat Pengukur Laju
Fotosintesis
Sebanyak 5 jenis tanaman diteliti kemampuan fotosintesisnya di rumah
kaca. Kelima jenis tanaman adalah: mangga (Mangifera indica), jati (Tectona
grandis), kenari (Canarium commune), tanjung (Mimusops elengi), dan sawo
duren (Chrysophyllum cainito). Pengukuran dilakukan dengan alat yang
menggunakan prinsip analisis kadar gas CO2 dengan sinar inframerah. Alat ini
menggunakan bahan kimia sodalime dan drierite yang dimasukkan dalam tabung
kaca.
Sebelum dipergunakan alat ini harus di-set up terlebih dahulu dengan
mengatur nilai parameter-parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap
fotosintesis, agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Suhu diset pada 250C,
sedangkan intensitas cahaya pada panjang gelombang untuk Photosynthetically
Active Radiation (PAR) yang diukur pada: 0, 20, 40, 60, 80, 100, 200, 300, 400,
500, 600, 900, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800 dan 2000 mol foton/m2/detik.
Aliran udara yang digunakan sebesar 280 mol per detik.
Sampel daun dijepit oleh sensor yang terdapat pada kepala PLC dengan
luasan daun dalam chamber 6,25 cm2. Pengambilan data dilakukan setelah
kondisi parameter yang terlihat pada monitor LCA menunjukkan angka yang
stabil. Pengukuran dilakukan pada pukul 07.30 hingga 11.00 WIB dengan tiga
ulangan. Setelah pengukuran selesai, data dipindahkan ke komputer melalui kabel
penghubung dengan menggunakan software EPROM versi 1.01.
Data yang dihasilkan dari pengukuran daya serap CO2 menggunakan alat
digunakan untuk membuat kurva respons cahaya dengan menggunakan Software

43

.
Curve Expert. Menurut Farquhr dan Wong (1984) dalam June (2003), respon
fotosintesis terhadap cahaya dapat ditentukan dengan rumus berikut:

+ Amax - (Q + Amax)2 - 4Q Amax


AA = - Rdark
2

Keterangan :
A : laju fotosintesis (mol CO2 m-2 s-1)
Q : intensitas cahaya (mol foton m-2 s-1)
: efisiensi penggunaan cahaya dalam fotosintesis (mol foton m-2 s-1)
Amax : kecepatan fotosintesis tertinggi yang bisa dicapai oleh tumbuhan (mol
CO2 m-2 s-1)
: faktor kemiringan kurva
Rdark : respirasi yang dilakukan tanaman ketika tidak ada cahaya
(mol CO2 m-2s-1)

Daya serap CO2 daun tanaman melalui fotosintesis dihitung dengan menggunakan
rumus:

P = Pc + Po
Keterangan:
P : daya serap CO2 daun tanaman melalui fotosintesis (mol CO2. m-2 s-1)
Pc : daya serap CO2 daun tanaman pada hari cerah (mol CO2 m-2. hari-1)
Po : daya serap CO2 daun tanaman pada hari mendung (mol CO2 m-2. hari-1)
Sedangkan untuk Pc dan Po dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pc = x n Po = c x x (N-n)
Keterangan:
: laju fotosintesis rerata (mol CO2 m-2 . s -1)
n : rerata per hari lama penyinaran aktual (detik . hari-1)
N : rerata per hari lama penyinaran maksimum (detik . hari-1)
c : perbandingan rerata per hari laju fotosintesis pada hari mendung dengan
hari cerah yaitu sebesar 0,46

Sitompul (1995) dalam Triono (2004) menyatakan bahwa Kota Bogor yang
berada pada garis lintang 60 Lintang Selatan memiliki nilai c dan N masing-
masing sebesar 0,46 dan 43.465 detik.hari-1. Nilai n didapatkan pada penelitian
Abdullah (2000) dalam Triono (2004) yaitu sebesar 19.286 detik. Rerata harian
intensitas cahaya matahari di Kota Bogor adalah 1.396,67 mol foton m-2.detik-1.

44

.
Persamaan berikut ini adalah rumus untuk menghitung CO2 yang dihasilkan oleh
tanaman pada malam hari :

R = Rdark x (H - N)

Keterangan :

R : Jumlah pelepasan CO2 melalui respirasi (mol CO2 m-2 . hari-1)


Rdark : Laju respirasi daun yang diukur dengan ADC LCA-4 (mol CO2 m-2 . s-1)
H : Rerata jumlah waktu per hari untuk Kota Bogor nilainya sebesar 86400
detik . hari-1
N : Rerata lama penyinaran harian maksimum untuk Kota Bogor nilainya
43465 detik . hari-1

Daya serap CO2 bersih merupakan selisih antara daya serap CO2 tanaman
melalui fotosintesis dan pelepasan CO2 melalui respirasi. Sehingga untuk
menghitungnya digunakan rumus sebagai berikut :

G=PR
Keterangan:
G : Daya serap CO2 bersih daun tanaman (mol CO2 m-2 hari-1)
P : Daya serap CO2 daun tanaman melalui fotosintesis (mol CO2 m-2 hari-1)
R : Jumlah CO2 hasil respirasi (mol CO2 m-2 hari-1)
Dengan mengukur luas per lembar daun pada lima jenis tanaman yang
diteliti, maka akan diketahui nilai sink gas CO2 per lembar daun. Foto-foto alat
yang dipergunakan terdapat pada Lampiran 12.

3.11.2. Penelitian Pendahuluan dengan Metode Karbohidrat


Penelitian ini dilakukan karena alasan keterbatasan alat. Dengan demikian
dicari cara lain yang dapat menggantikan cara pengukuran dengan alat yakni
dengan metode karbohidrat yaitu dengan mengukur kadar karbohidrat total pada
daun dan ranting. Landsberg dan Gower (1997) menyatakan bahwa besaran nilai
produk fotosintesis bersih (NPP) dapat didekati dengan mengukur kadar karbo-
hidrat, biomassa dan serasah secara sekuensial, sedangkan menurut Kramer dan
Kozlowski (1979), laju fotosintesis dapat diestimasi dengan mengukur pening-
katan berat bersihnya. Barnes et al. (1998) demikian juga Kramer dan Kozlowski
(1979) menyatakan bahwa setelah gas CO2 diserap oleh daun, maka akan diubah
menjadi karbohidrat yang kemudian akan diikuti oleh beberapa proses seperti
45

.
yang terlihat pada Gambar 9. Oleh sebab itu, pengukuran kadar karbohidrat yang
kedua dilakukan pukul 10.00. Hal ini dimaksudkan agar proses-proses lainnya
yang bekerja mengubah karbohidrat, masih belum banyak terjadi.
CO2

Karbohidrat

Respirasi Gelap CO2

Jaringan fotosintesis

SPembangunan dan
pemeliharaan

Jaringan produksi primer

Konsumsi
Produksi Serasah
Ekskresi

Akumulasi bahan Asimilasi


organik mati
Konsumsi oleh CO2
heterop
Dekomposisi
Jaringan produksi
sekunder
CO2

Akumulasi biomassa
Kematian hidup dari konsumen

Akumulasi biomassa
hidup dari tumbuhan

Karbon dalam Makhluk hidup

Gambar 9. Proses serapan gas CO2, pembentukan karbohidrat dan beberapa proses
lainnya dalam ekosistem. Sumber: Barnes et al. (1998).
46

.
Sebelum dilakukan pengukuran laju fotosintesis pada jenis tanaman
lainnya dengan mengunakan metoda karbohidrat, maka dilakukan pengujian
terlebih dahulu ketelitian metode karbohidrat pada lima jenis tanaman. Pada
penelitian kedua digunakan 5 jenis tanaman yakni: krey payung (Filicium
decipiens), manggis (Garcinia mangostana), melinjo (Gnetum gnemon), sawo
kecik (Manilkara kauki) dan trengguli (Cassia fistula) yang tumbuh di arboretum
dekat gedung Rektorat Institut Pertanian Bogor. Pemilihan jenis selain karena
jenis-jenis tersebut banyak ditanam di Kota Bogor juga jenis tersebut lokasinya
berdekatan dan keadaan pertumbuhannya baik dan sehat.
Kadar kandungan karbohidrat pada ranting dan daun setiap jenis tanaman
diukur pada pukul 05.00 pagi, pukul 08.00 dan pukul 10.00. Pengukuran laju
fotosintesis dilakukan di pagi hari, karena pada pagi hari laju fotosintesis
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Sedangkan di siang dan sore hari,
selain dipengaruhi oleh faktor cahaya matahari juga dipengaruhi oleh cekaman air
daun juga oleh bukaan stomata yang kemudian akan mempengaruhi jumlah
masukan gas CO2 (Kramer dan Kozlowski 1979).
Sebanyak masing-masing 3 sampel daun dan ranting dari dua pohon setiap
jenis tanaman diambil dengan gunting pohon kemudian difiksasi dengan cara
merendamnya dalam alkohol 70 % selama 15 menit. Semua pengambilan sampel
ranting dan daun sampai dengan fiksasi selesai sekitar pukul 05.30. Sampel daun
dan ranting kemudian dijemur di panas matahari. Setelah kering sampel di oven
dengan suhu 70oC selama 2 hari. Daun dan cabang yang sudah kering kemudian
dibawa ke Balai Besar Biologi dan Genetika Pertanian, Bogor. Sampel kemudian
digiling sampai halus dan diayak dan diaduk sampai merata menjadi sampel
komposit. Sebanyak 20 gram tepung daun komposit ini dimasukkan dalam wadah
gelas kemudian ditambah dengan 20 ml HCl 0,7 N dan dihidrolisis selama 2,5 jam
dalam penangas air. Saring dalam labu ukur 100 ml lalu netralkan dengan NaOH
1 N setelah diberi phenol merah. Terjadi perubahan larutan dari berwarna biru
akan berubah menjadi warna merah muda setelah dititrasi. Kemudian ditambah-
kan 5 ml ZnSO4 5% dan 5 ml Ba(OH)2 0,3 N dengan tujuan mengendapkan
protein dari sampel. Hal ini dimaksudkan agar gugusan CHO yang terjadi benar-
benar hanya karbohidrat. Setelah itu ditambahkan kembali larutan akuades sampai

47

.
tanda tera 100 ml. Setelah disaring, larutan supernatan yang sudah jernih diambil
dengan pipet 1 ml kemudian disimpan dalam tabung kimia. Deret strandar
karbohidrat lalu dibuat 0, 5, 10, 15, 20, 25 mg kemudian tambahkan pereaksi Cu
sebanyak 2 ml dan dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit lalu
didinginkan. Setelah itu ditambahkan pereaksi Nelson dan ditambah 20 ml air
sampai tanda tera pada masing-masing deret standar lalu kocok dan dibiarkan
selama 20 menit, kemudian diukur dengan spektrofotometer pada gelombang 500
m. Untuk mendapatkan kandungan karbohidrat dihitung berdasarkan rumus:

A 100 20
x x x 100 %
( S 0 .2 1 )
1000 . 000
Keterangan:
S : Rerata nilai absorbansi standar
A : Rerata nilai absorbansi contoh

Dari nilai selisih kadar karbohidrat pukul 05.00 dan pukul 10.00 kemudian
dihitung nilai sink gas CO2 dengan mengalikannya dengan angka 1,467. Angka ini
diturunkan dari rumus fotosintesis:
264 g CO2 + 108 g H2O 180 g (CH2O)6 + 192 g O2
Dengan mengukur luas per lembar daun pada lima jenis tanaman yang
diteliti, maka akan diketahui nilai sink gas CO2 per lembar daun. Setelah diperoleh
data dari 5 jenis, maka dianalisis hasilnya dengan uji-T dengan menggunakan
piranti lunak SPSS 13.0. Jika selisih perbedaan data sink kedua jenis tanaman ini
kurang dari 10%, maka metode karbohidrat dianggap sama dengan metode alat.
Dengan perkataan lain metode karbohidrat dapat diper-gunakan untuk
menggantikan metode pengukuran daya sink dengan alat.

3.11.3. Penelitian di Kebun Raya Bogor

Setelah diuji secara statistik yang menyatakan bahwa daya sink gas CO2
oleh 5 jenis tanaman yang diukur dengan alat seperti yang telah dijelaskan pada
Bab 3.11.1 dan metode karbohidrat seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3.11.2
tidak berbeda nyata, maka metode karbohidrat dipergunakan untuk mengukur
daya sink tanaman di Kebun Raya Bogor dan di Hutan Penelitian Dramaga.

48

.
Sebanyak masing-masing 25 jenis tanaman yang tumbuh di Kebun Raya
Bogor diukur kemampuannya dalam menyerap gas CO2. Pemilihan jenis tanaman
selain berdasarkan penggunaannya yang telah banyak ditanam di Kota Bogor,
juga letak pohonnya tidak terlalu berjauhan serta daun dan rantingnya masih dapat
dijangkau oleh galah. Jenis eksotik tidak diukur kemampuan daya sinknya, selain
karena sangat tinggi, juga tidak banyak ditanam di Kota Bogor.
Metode yang dipergunakan untuk menetapkan nilai kemampuan tanaman
dalam menyerap gas CO2 dilakukan dengan metode pengukuran karbohidrat pada
daun dan ranting pada pukul 05.00 dan 10.00 pagi. Cara pengambilan sampel,
jumlah ranting dan penanganan ranting dan daun sampel selanjutnya sama dengan
metoda yang dilakukan pada Bab 3.11.2. Pengukuran kadar karbohidrat dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 m dilakukan di
Balai Besar Biologi dan Genetika Pertanian, Bogor.
Dari analisis karbohidrat yang diperoleh untuk menghitung rerata pemben-
tukan karbohidrat per jam adalah dengan cara membagi kadar karbohidrat dibagi
4, karena fotosintesis dilakukan selama 4 jam yakni dari jam 06.00 10.00.
Sedangkan untuk menghitung nilai daya serap gas CO2 per jam, tetapan yang
dipergunakan sebesar 1,467 yang diperoleh dari pembagian nilai 264/180 dari
persamaan fotosintesis:
264 g CO2 + 108 g H2O 180 g (CH2O)6 + 192 g O2
Cara pengambilan contoh daun pada pohon yaitu daun dari yang termuda
sampai tertua yang terdapat pada ranting diambil sebanyak 3 ranting dari cabang
pohon yang berbeda pada satu pohon. Cara penanganan daun dan ranting
selanjutnya sama dengan cara yang dipergunakan pada Bab 3.11.2.
Untuk menghitung jumlah daun pada pohon dilakukan dengan
penghitungan langsung dengan bantuan teropong dan penghitung tangan (hand
counter). Jika jumlah pohon lebih dari tiga, maka rerata jumlah daun didapat dari
penghitungan jumlah daun pada pohon dengan jumlah daun terbanyak, sedang
dan yang paling sedikit.
Untuk mengukur luas daun, daun yang tertua sampai daun yang termuda
diambil dan dipindai (scan) dengan alat pemindai lalu dicatat luas daun secara
keseluruhan. Rerata luasan per lembar daun dihitung dengan membagi luas

49

.
seluruh daun dengan jumlah daun. Parameter lainnya yang diteliti adalah jumlah
dan ukuran stomata.
Tahapan kerja selanjutnya yang dilakukan di laboratorium sama dengan
penelitian yang dilakukan pada Bab 3.11.2. Untuk mendapatkan nilai kemampuan
sink tanaman pepohonan di Kebun Raya Bogor terhadap gas CO2 adalah dengan
mengalikan jumlah pohon dengan sink per jenis tanaman per pohon (X).

3.11.4. Penelitian di Hutan Penelitian Dramaga


Sampel sebanyak 21 jenis tumbuhan yang dipilih berdasarkan dominansi
jumlah pohon, letaknya tidak terlalu berjauhan dan ranting dan daunnya masih
dapat dijangkau dengan galah. Ke-21 jenis ini kemudian dihitung jumlah dan
rerata luas daunnya. Metode pengambilan daun dan pengukuran luas daun dan
jumlah daun per pohon sama dengan metode yang dilakukan di Kebun Raya
Bogor. Tahapan kerja selanjutnya yang dilakukan di laboratorium sama dengan
penelitian yang dilakukan pada Bab 3.11.2. Metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini sama dengan kedua metode terdahulu, seperti yang telah dijelaskan
pada Bab 3.11.2 dan Bab 3.11.3.

3.11.5. Jumlah dan Ukuran Stomata


Daun yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda dari tanaman yang
diukur kemampuan sinknya di Kebun Raya Bogor dan di Hutan Penelitian
Dramaga dipetik dari rantingnya lalu diolesi dengan cutex (cat kuku) yang
transparan lalu dibiarkan mengering. Setelah kering cutex dikelupas dengan hati-
hati dari permukaan daun agar tidak robek. Cutex lalu diletakkan di bawah lensa
objektif kemudian diamati dan diambil fotonya. Parameter yang diteliti adalah
jumlah dan kerapatan serta panjang dan lebar stomata.
Nilai sink per cm2 untuk setiap jenis tanaman kemudian dicari
hubungannya dengan panjang stomata, lebar stomata dan kerapatannya dengan
menggunakan program SPSS 13.0. Jika koefisien diterminasinya lebih dari 0,7;
maka dianggap mempunyai hubungan yang berarti (Mattjik dan Sumertajaya 2002
serta Sulaiman 2002).

50

.
3.12. Simulasi Konsentrasi Gas CO2 Ambien dan Penentuan Kebutuhan
Luasan Hutan Kota

Data tentang konsumsi bahan bakar minyak dan gas meliputi: bensin,
solar, minyak tanah dan gas LPG kemudian dihitung untuk dijadikan data
konstanta penggunaan bahan bakar minyak dan gas per orang per tahun. Dari data
ini kemudian dihitung emisi gas CO2 tahun 2010 sampai tahun 2100.
Nilai sink gas CO2 oleh pepohonan baik yang diperoleh dari tanaman Kebun
Raya Bogor maupun yang diperoleh dari Hutan Penelitian Dramaga sejumlah 46
jenis yakni 25 jenis dari Kebun Raya Bogor dan 21 jenis dari Hutan Penelitian
Dramaga kemudian diurutkan dari yang terendah sampai tertinggi, lalu dibuat
klasifikasinya dan dihitung rerata daya sink untuk setiap kelas. Karena ada tiga
jenis yang sama, maka jumlah jenis yang diurutkan nanti ada 43 jenis tanaman.
Klasifikasi daya sink adalah: sangat rendah, rendah, sedang, agak tinggi, tinggi
dan sangat tinggi. Nilai sink sangat tinggi, tinggi dan agak tinggi akan digunakan
sebagai konstanta daya sink pada model penentuan luasan hutan kota melalui
model diagram alir dengan program Powersim 2.5. Model diagram alir dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Sebelum dilakukan simulasi, mengingat Kota Bogor merupakan kota dengan
curah hujan yang tinggi yakni antara 3.200 - 4.600 mm serta hari hujan 200 - 270
hari dalam setahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebanyak 629
mm/bulan dan terendah pada bulan September 118 mm/bulan, maka dalam
penentuan luasan hutan kota, simulasinya dibuat: (1). Jika tidak dipengaruhi oleh
hujan dan (2). Dipengaruhi oleh hujan. Nilai curah hujan yang akan digunakan
dalam simulasi sebesar 4.000 mm/tahun. Jika hasil perhitungan dan simulasi hujan
tidak berpengaruh nyata dalam menurunkan konsentrasi gas CO2 ambien, maka
hujan tidak dimasukkan dalam model.
Selain simulasi dengan menggunakan variasi daya sink tanaman juga
disimulasikan penghematan bahan bakar, penekanan laju pertambahan penduduk
serta pengkayaan pada areal bervegetasi jarang dengan jenis tanaman berdaya sink
sangat tinggi dan upaya gabungan dari beberapa cara yang telah disebutkan
terdahulu. Simulasi selanjutnya adalah untuk mencari daya dukung kependudukan
Kota Bogor berdasarkan emisi dan sink gas CO2. Daya dukung dihitung dengan

51

.
memperhatikan luasan ruang terbuka hijau seluas 32% dengan lahan terbangun
seluas 68%. Jika penduduk telah menempati lahan terbangun yang luasnya 68%
dari luas kota, maka penduduk membutuhkan bangunan berlantai dua pada lahan
terbangun yang luasnya tetap seluas 68%. Demikian seterusnya sampai luasan
hutan kota yang dibutuhkan melebihi peruntukan lahan ruang terbuka hijau yang
luasnya 32%.

52

.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Keadaan Umum Kota Bogor
Kota Bogor merupakan kota pendukung DKI Jakarta yang merupakan
ibukota negara Republik Indonesia. Letak geografis Kota Bogor antara 106o48
Bujur Timur dan 6o30 Lintang Selatan. Udara Kota Bogor cukup sejuk dengan
rerata suhu harian 25oC dan kelembaban udaranya sekitar 70%. Luas Kota Bogor
adalah 11.850 ha yang terbagi dalam 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37
desa. Jumlah penduduk kota ini pada tahun 2002 dan 2003 masing-masing
berjumlah 789.423 orang, 820.707 orang dan pada tahun 2005 sebanyak 858.396
orang (Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2006).
Kota ini terletak pada daerah perbukitan yang bergelombang dengan
ketinggian yang bervariasi antara 190 - 350 m dpl. Kemiringan lahan antara 0-2%
seluas 1.763,94 ha, kemiringan 2-15% seluas 8.091,27 ha, 15-25% seluas
1.109,89 ha, 25-40 % seluas 764,96 ha, serta lahan dengan kemiringan lebih dari
40% seluas 119,94 ha. Tipe iklim Kota Bogor menurut klasifikasi iklim Schmidt
dan Ferguson termasuk wilayah dengan tipe iklim A. Curah hujan tahunannya
antara 3.200-4.600 mm serta hari hujan 200-270 hari dalam setahun. Curah hujan
tertinggi biasanya terjadi pada bulan Januari sebanyak 629 mm/bulan dan
terendah pada bulan September 118 mm/bulan.

4.1.2. Kependudukan
Penduduk merupakan aspek yang penting dalam perencanaan dan penge-
lolaan kota, karena banyak permasalahan lingkungan berawal dari masalah
kependudukan. Oleh sebab itu, data-data mengenai kependudukan ini sangat
diperlukan dalam program penyusunan pengelolaan kota.
Perkembangan jumlah penduduk di Kota Bogor dari tahun 1999 sampai
dengan tahun 2005 mengalami perkembangan yang berbeda-beda setiap tahunnya,
seperti terlihat pada Tabel di bawah ini. Rerata pertambahan penduduk di Kota
Bogor pada tahun 1999 - 2005 sekitar 3,06% per tahun (Bapeda Kota Bogor
2005).

53
Tabel 15. Jumlah dan laju pertambahan penduduk Kota Bogor

Jumlah Jumlah Pertambahan


No. Tahun
Penduduk Penduduk

1 1996 671.405 23.493


2 1997 673.880 2.475
3 1998 680.514 6.634
4 1999 697.496 16.982
5 2000 714.711 17.215
6 2001 760.329 45.618
7 2002 789.423 29.094
8 2003 820.707 31.284
9 2004 845.328 24.621
10 2005 858.396 13.058
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2006).

Pertambahan penduduk selain dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian


juga dipengaruhi oleh migrasi. Rerata jumlah pendatang per tahun sebanyak 6.570
orang dan yang pindah sebanyak 7.586 orang (Badan Pusat Statistik Kota Bogor
2004).
Penyebaran penduduk cenderung agak merata di seluruh wilayah Kota
Bogor. Jumlah penduduk pada tahun 2004 terbesar di Kecamatan Bogor Barat
184.464 orang yang menempati wilayah seluas 32,85 Ha yang mengelompok di
Kelurahan Menteng sebanyak 18.533 orang dan terendah di Kelurahan Pasir
Mulya sebanyak 4.446 orang. Berdasarkan kecamatan, jumlah penduduk terendah
terdapat di Kecamatan Bogor Timur yaitu sebesar 83.907 orang yang menempati
wilayah seluas 10,15 Ha.
Kepadatan penduduk Kota Bogor pada tahun 1999 sebesar 5.005
orang/km2 dan tahun 2004 menjadi 7.017 orang/km2. Pada tahun 1999 kepadatan
terbesar di Kecamatan Bogor Tengah sebesar 12.840 orang/km2, dan pada tahun
2004 kepadatan terbesar masih di Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 12.943
orang/km2. Kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Bogor Selatan yaitu
sebesar 5.300 orang/km2.
Pada tahun 2004 jumlah penduduk berdasarkan pengelompokan usia di Kota
Bogor adalah sebagai berikut: usia sekolah (0-14 tahun) mencapai 234.728 orang

54
(28,23 %), usia produktif (15-55 tahun) 529.743 orang (63,7 %), usia lanjut usia
(55 tahun keatas) hanya 67.100 orang (8,07%). Jika dilihat dari pengelompokan
jumlah penduduk menurut struktur umur, sebarannya relatif merata di setiap
kecamatan (Bapeda Kota Bogor 2004).
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, tanpa adanya perubahan
nilai laju pertambahan penduduk sampai tahun 2100 yakni sebesar 3,06%, maka
dengan perhitungan secara time series diperkirakan jumlah penduduk Kota Bogor
di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

Tabel 16. Perkiraan jumlah penduduk Kota Bogor sampai tahun 2100

Tahun Jumlah Penduduk (orang)


2010 998.019
2020 1.349.088
2030 1.823.651
2040 2.465.149
2050 3.332.304
2060 4.504.495
2070 6.089.020
2080 8.230.927
2090 11.126.282
2100 15.040.123

Dari Tabel 16 dapat dinyatakan bahwa penduduk Kota Bogor dengan laju
pertambahan penduduk sebesar 3,06% per tahun tetap sampai tahun 2100, diper-
kirakan jumlah penduduknya pada tahun 2100 akan menjadi 15 juta orang.

4.1.3. Transportasi

Kota Bogor merupakan kota penghubung antara Jakarta, Sukabumi,


Cianjur, Bandung, Rangkas Bitung dan Tangerang. Oleh sebab itu, transportasi
yang ada di dalam Kota Bogor selain angkutan dalam kota, dan angkutan
perkotaan juga ada angkutan kota dalam propinsi dan angkutan kota antar
propinsi. Jumlah setiap jenis angkutan dari tahun 1999 2003 terdapat pada
Gambar berikut ini.

55
Angkutan Perkotaan Angkutan Kota

7000 5000
6000
4000
5000

Jumlah
Jumlah

4000 3000
3000 2000
2000 1000
1000
0
0
1999 2000 2001 2002 2003 1999 2000 2001 2002 2003

Tahun Tahun

AngkutanAKDP Angkutan AKAP

1000 1200
800 1000
Jumlah

800
Jumlah

600
600
400
400
200
200
0 0
1999 2000 2001 2002 2003 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun Tahun

Gambar 10. Perkembangan jumlah kendaraan angkutan kota, angkutan perkotaan,


angkutan kota dalam propinsi dan angkutan kota antar propinsi tahun
1999 2003.
Khusus untuk angkutan kota yang beroperasi di dalam Kota Bogor pada
tahun 2006 saja dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

56
Tabel 17. Rute dan jumlah angkutan kota di wilayah Kota Bogor

No. Kode Jurusan Jumlah


1 01 Cipinang Gading - Cipaku - Term Merdeka 13
2 01A Baranang Siang Ciawi 190
3 02 Sukasari - Terminal Bubulak 585
4 03 Baranangsiang Bubulak 382
5 04 Ramayana Rancamaya 185
6 05 Ramayana - Pangrango - Cimahpar 162
7 06 Ramayana - Jl. Bangka - Ciheuleut 169
8 07 Warung Jambu - H. Juanda - Merdeka 238
9 07A Ps. Anyar - Air Mancur - Pondok Rumput 53
10 08 Warung Jambu - H. Juanda - Ramayana 230
11 09 Warung Jambu - Pajajaran - Sukasari 144
12 10 Bantar Kemang - Sukasari - Merdeka 92
13 11 Pajajaran - Pasar Bogor 45
14 12 Cimanggu - Ma. Salmun Pasar Anyar 182
15 13 Bantar Kemang - Jl. Bangka - Ramayana 155
16 14 Sukasari Cibalagung Pasir Kuda - Bubulak 112
17 15 Terminal Merdeka - Bubulak Sndang Barang Jero 101
18 16 Pasar Anyar Salabenda 239
19 17 Pomad - Tanah Baru- Bina Marga 55
20 18 Ramayana Mulyaharja 43
21 19 Terminal Bobolak - Kencana 75
22 20 Pasar Anyar - Kencana 56
Jumlah 3.506
Sumber : DLLAJ Kota Bogor (2006a)

Pertambahan jumlah kendaraan pribadi, sepeda motor dan angkutan kota di


Kota Bogor terjadi pesat. Wijaya (2004) telah meneliti jumlah kendaraan dan laju
pertambahannya untuk memperkirakan jumlahnya di masa yang akan datang.
Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor Tahun 2008 2010

Jumlah Kendaraan
Tahun
Mobil Pribadi Mobil Penumpang Truk dan Bus Motor
2008 11.977 5.933 8.864 74.608
2009 12.335 5.973 8.687 78.050
2010 12.704 6.013 8.513 81.651
Sumber: Wijaya (2004).

57
Pola jaringan jalan di Kota Bogor cenderung berbentuk radial dengan
Istana Presiden dan Kebun Raya Bogor sebagai pusatnya. Hal ini mengakibatkan
bertumpuknya perjalanan di daerah tersebut. Pergerakan kendaraan dari satu
daerah ke daerah yang lain di Kota Bogor cenderung melalui pusat kota, karena
jalan utama yang ada mengarah ke pusat kota, sementara jalan antar wilayah tidak
dilengkapi dengan jalan pendukung.
Mengingat panjang jalan relatif tidak bertambah, maka belakangan ini terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan panjang jalan dengan jumlah kendaraan
yang ada. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya kemacetan lalu lintas, terutama
pada saat berangkat kerja dan sekolah serta ketika saat pulang. Data tentang
panjang jalan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Panjang jalan di Kota Bogor pada tahun 2004


Wewenang Pembinaan
No Kecamatan Jumlah
Nasional Propinsi Kota
(km)
(km) (km) (km)
1. Bogor Tengah 13.218 1.596 59.926 74.740
2. Bogor Utara 1.780 5.455 136.301 143.536
3. Bogor Timur 3.400 - 71.771 75.171
4. Bogor Selatan 7.135 2.500 112.236 121.871
5. Bogor Barat 2.416 9.708 80.701 92.825
6. Tanah Sareal 2.250 7.500 102.702 112.452
JUMLAH 30.199 26.759 563.637 620.595
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Binamarga Kota Bogor (2004)

4.1.4. Penggunaan Bahan Bakar Minyak dan Gas


Bahan bakar minyak yang berupa bensin dan solar banyak dipergunakan
untuk kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, kendaraan bermotor merupakan
pengemisi gas CO2 yang terbesar. Semakin banyak jumlah kendaraan, maka emisi
gas CO2 akan semakin banyak pula. Wijaya (2004) menyatakan jumlah kendaraan
yang berlalu-lalang di Kota Bogor sampai tahun 2014 akan meningkat seperti
terlihat pada Tabel 20.

58
Tabel 20. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor tahun 2008 2014

Jumlah Kendaraan
Tahun
Mobil Pribadi Mobil Penumpang Truk dan Bus Motor
2008 11.977 5.933 8.864 74.608
2009 12.335 5.973 8.687 78.050
2010 12.704 6.013 8.513 81.651
2011 13.084 6.053 8.342 85.418
2012 13.475 6.094 8.175 89.359
2013 13.878 6.135 8.011 93.481
2014 14.293 6.176 7.851 97.794
Sumber: Wijaya (2004)

Berdasarkan data dari Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta penggunaan


bahan bakar minyak dan gas untuk Kota Bogor pada tahun 2003 dan 2004 adalah
sebagai berikut :

Tabel 21. Pemakaian bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor tahun 2003-
2004
Tahun Bensin Solar M. Tanah M.Diesel LPG Gas *)
(KI) (Kl) (Kl) (Kl) (TON) (m3)
2003 107.568 29.175 69.540 5.052 2.075 222.068

2004 114.152 26.257 69.530 5.264 6.422 238.545

Sumber : PT. Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta (2004)


*) PT Gas Negara (2004).

Penjualan bensin dan solar dilakukan oleh 14 stasiun pengisian bahan bakar
umum (SPBU) yang tersebar di seluruh Kota Bogor. Penjualan minyak tanah
melalui 12 agen penjualan, sedangkan untuk penjualan LPG dilakukan oleh 2
agen saja (PT Pertamina Unit III 2004).
Dengan melihat jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak
820.707 orang dan tahun 2004 sebanyak 831.571 orang, maka dari data tersebut
dapat dinyatakan bahwa rerata penggunaan masing-masing bahan bakar minyak
dan gas per orang sebanyak 134,19 l/orang/tahun untuk bensin, 33,55
l/orang/tahun untuk solar, 6,24 l/orang/tahun untuk minyak diesel, 84,17
l/orang/tahun untuk minyak tanah, 5,14 kg/orang/tahun untuk LPG dan 0,28
m3/orang/tahun untuk penggunaan gas dari PT Gas Negara.

59
Jika diasumsikan bahwa penggunaan bahan bakar pada saat penelitian
dilakukan tidak berbeda dengan penggunaan bahan bakar di masa yang akan
datang, maka kebutuhan bahan bakar pada tahun 2010-2100 adalah sebagai
berikut :
Tabel 22. Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas untuk tahun 2010 2100
Bensin Solar M. Tanah M. Diesel LPG
Tahun
(x 106 l) (x 106 l) (x 106 l) (x 106 l) (x 106 kg)
2010 126,04 31,51 79,06 5,86 4,83
2020 142,60 35,66 89,44 6,63 5,46
2030 154,09 38,53 96,65 7,17 5,90
2040 162,06 40,52 101,65 7,54 6,21
2050 167,59 41,91 104,83 7,79 6,42
2060 171,43 42,86 107,53 7,97 6,57
2070 174,09 43,53 109,22 8,10 6,67
2080 175,93 43,99 110,35 8,18 6,74
2090 177,22 44,31 111,16 8,24 6,79
2100 178,10 44,53 111,72 8,28 6,82

Mengingat bahan bakar yang dipergunakan di Kota Bogor selain bensin,


solar, minyak tanah dan LPG juga dipergunakan gas kota yang dikelola oleh PT
Gas Negara, maka pembahasan khusus mengenai masalah ini akan dibahas berikut
ini.

Gas Negara
Distribusi gas oleh PT. Gas Negara melalui jaringan pipa gas dengan
tekanan 15 bar sepanjang 143.627 km yang dikendalikan oleh 2 unit stasiun gas
penerima di Cibinong dan Cimanggis. Jaringan pipa distribusi gas dengan tekanan
sebesar 2 bar sepanjang 5.385 km yang dikendalikan oleh 2 unit stasiun gas
penyalur. Sedangkan jaringan pipa distribusi bertekanan 0,1 bar sepanjang
259.903 km yang dikendalikan oleh 23 stasiun gas penyalur yang tersebar di
wilayah Kota Bogor. Sampai bulan September 2003, jumlah pelanggan sebanyak
14.785 yang terdiri dari 14.500 pelanggan rumah tangga, 187 pelanggan komersil
dan 98 pelanggan industri. Volume pemakaian energi gas bagi masyarakat kota
yang dilayani oleh PT. Gas Negara Distrik Bogor telah mencapai 3,6 juta m3
untuk rumah tangga, 1,2 juta m3 untuk komersil dan 204 juta m3 untuk industri
dengan total pemakaian gas sebanyak 208,8 juta m3 (Badan Pusat Statistik Kota

60
Bogor 2005). Berikut ini disajikan data tentang jumlah pelanggan gas dari tahun
1999 - 2003.
Tabel 23. Jumlah pelanggan PT Gas Negara Tahun 1999-2003

Tahun Jumlah Pelanggan


1999 7.215
2000 8.953
2001 9.241
2002 10.223
2003 14.785

Sumber : Walikota Bogor (2003)

Tabel 24. Banyaknya gas yang terjual melalui pipa Kota Bogor

Jumlah (m3)
No. Bulan
2001 2002 2003 2004
1 Januari 11.579.000 13.602.688 19.214.406 18.854.299
2 Februari 11.493.000 13.270.730 17.297.050 18.550.875
3 Maret 12.889.000 14.834.346 19.126.233 20.179.680
4 April 13.445.000 15.557.573 17.961.335 19.487.582
5 Mei 13.628.000 15.850.996 19.179.314 20.360.933
6 Juni 12.933.000 16.110.341 19.108.292 20.260.707
7 Juli 14.698.000 16.691.487 20.204.771 20.757.442
8 Agustus 14.945.000 17.024.780 19.027.313 20.208.152
9 September 13.962.000 17.268.507 18.854.766 19.768.034
10 Oktober 14.299.000 18.259.042 18.586.299 21.221.929
11 November 12.971.000 18.640.988 14.011.772 15.593.702
12 Desember 11.000.000 11.969.810 19.294.008 23.301.715

Jumlah 157.842.000 189.081.288 221.865.559 238.545.050

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2005)

Mengingat jumlah emisi gas CO2 dari gas negara kurang dari 1% dari
keseluruhan emisi dari bahan bakar minyak dan gas, maka dalam perhitungan
selanjutnya emisi dari gas negara tidak dimasukkan dalam perhitungan.

61
4.1.5. Emisi Gas CO2 Antropogenik
Penggunaan bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG
menghasilkan gas CO2. Emisi gas CO2 pada tahun 2006 dari masing-masing
bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 11.

Emisi Gas CO2 tahun 2006


3% 2%

33%
48%

14%

Bensin Solar M. tanah M. Diesel LPG

Gambar 11. Emisi gas CO2 di Kota Bogor tahun 2006

Dari Gambar 11 dapat dikemukakan bahwa emisi terbesar berasal dari


bensin 48%, minyak tanah 33%, solar 14%, minyak diesel 3% dan LPG 2%.
Prediksi jumlah emisi gas CO2 di Kota Bogor tahun 2010 2100 sebagai berikut:

Tabel 25. Jumlah emisi gas CO2 di Kota Bogor tahun 2010 - 2100
Emisi CO2
Tahun
Ton Setara ppmv (x 10-5)
2010 600.216 7,69
2020 679.089 8,70
2030 733.807 9,40
2040 771.768 9,88
2050 798.104 10,20
2060 816.374 10,50
2070 829.049 10,60
2080 837.842 10,70
2090 843.943 10,80
2100 848.175 10,90

62
Dari Tabel 25 dapat dinyatakan bahwa emisi gas ini terus bertambah.
Tahun 2010 emisinya 600.216 ton, sedangkan tahun 2100 menjadi 848.175 ton.
Dari simulasi emisi gas CO2 di Kota Bogor pada tahun 2007 sebanyak
0,57 juta ton. Sementara Syakuroh (2004) memperkirakan emisi gas ini dari bahan
bakar minyak dan gas tahun 2007 di Kabupaten Bogor sebanyak 15,36 juta ton.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa emisi gas CO2 antropogenik di Kota
Bogor lebih kecil daripada emisi gas ini di Kabupaten Bogor. Walaupun demi-
kian, Kota Bogor harus ikut dalam program pengembangan hutan kota, agar gas
CO2 antropogenik sebagian atau seluruhnya dapat diserap oleh pepohonan hutan
kota. Dengan demikian laju penambahan gas ini dapat ditekan serendah mungkin.

4.1.6. Konsentrasi Gas CO2 Ambien Tahun 2006/2007


Data kepadatan lalu lintas menurut waktu khususnya mobil diperlukan
untuk menentukan waktu pengambilan sampel ambien gas CO2. Data kepadatan di
5 lokasi dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.

1400

1200

1000

800

600

(a)

63
1000

950

900

850

800

750

700

(b)
Gambar 12. Rerata jumlah mobil yang melewati 5 jalur lokasi penelitian
selama 1 Minggu pada (a) musim kemarau tahun 2006 dan
(b) musim penghujan tahun 2007.

Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa kepadatan lalu lintas tertinggi
terjadi antara pukul 07.00-07.30 pada musim kemarau maupun musim penghujan.
Rerata jumlah kendaraan yang melewati kelima jalur jalan tersebut pada musim
kemarau antara 45.401-47.433 kendaraan per hari, sedangkan pada musim
penghujan antara 34.852-45.684 kendaraan per hari. Rerata kepadatan kendaraan
tertinggi di Baranang Siang dan terendah di pertigaan Ekalokasari. Data
selengkapnya tentang jumlah kendaraan yang melewati ke lima jalur jalan dapat
dilihat pada Tabel 26 di bawah ini.
Tabel 26. Jumlah kendaraan di 5 lokasi pada musim kemarau 2006 dan musim
penghujan 2007
Jumlah Kendaraan
Lokasi Tahun 2006 Tahun 2007 Rerata
(kemarau) (penghujan)
Warung Jambu 46.010 45.563 45.787
Baranang Siang 47.719 45.684 46.702
Ekalokasari 45.401 34.852 40.126
Pasar Bogor 47.433 44.536 45.985
Jembatan Merah 46.307 43.593 44.950

64
Dari data pada Tabel 26 dapat dikemukakan bahwa pada musim kemarau
tahun 2006 jumlah kendaraan yang melewati Baranang Siang merupakan kepa-
datan tertinggi yang kemudian diikuti oleh Pasar Bogor. Kepadatan kendaraan
paling rendah terdapat di Ekalokasari. Pada musim penghujan di tahun 2007 juga
mempunyai kecenderungan yang sama yakni tertinggi di Baranang Siang dan
terkecil di Ekalokasari.
Hasil pengukuran kandungan gas CO2 ambien yang diukur pada jam 07.30-
09.00 bulan Februari 2006 di 5 lokasi dapat dilihat pada Tabel 27. Rerata
kandungan CO2 ambiennya dari 5 lokasi siang dan malam hari adalah 387,49
ppmv. Rerata konsentrasi gas CO2 siang hari sebesar 389,87 ppmv dan malam
hari sebesar 385,11 ppmv. Rendahnya konsentrasi gas CO2 di malam hari
nampaknya ada hubungannya dengan rendahnya jumlah kendaraan di malam hari.
Hasil pengukuran konsentrasi gas CO2 di 5 lokasi siang dan malam hari,
sebagai penelitian pendahuluan disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Konsentrasi gas CO2 di 5 lokasi pengukuran siang dan malam hari di
bulan Februari 2006 (ppmv)

Lokasi Waktu Pengukuran


Siang hari Malam hari
Warung Jambu 389.96 387.18
Baranang Siang 401.62 389.51
Ekalokasari 380.16 378.93
Jembatan Merah 396.85 390.90
Hutan Penelitian Dramaga 380.76 379.02
Rerata 389.87 385.11

Data ini dianggap sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Hawaii
pada tahun 2004. Keeling dan Whorf (2005) menyatakan hasil pengukuran pada 4
buah menara dengan ketinggian 7 meter dan 1 buah menara dengan ketinggian 27
meter di Mauna Loa, Hawaii menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO2 pada tahun
1959 sebesar 315,98 ppmv dan pada tahun 2004 menjadi 377,38 ppmv
(http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon dioxide 2006).
Penelitian berikutnya dilakukan pada bulan Juni 2006 dan Februari 2007.
Berdasarkan data kepadatan kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 07.00 sampai
pukul 07.30 masih tinggi juga. Oleh sebab itu, pengukuran gas CO2 ambien

65
berikutnya dilakukan antara pukul 07.30 10.00. Hasil pengukuran kandungan
gas CO2 di 10 lokasi dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Konsentrasi gas CO2 ambien pada lokasi padat dan kurang padat
kendaraan bermotor
Juni 2006 Februari 2007
No Lokasi
(Kemarau) (Penghujan)
1 Warung Jambu 401,06 398,05
2 Baranang Siang 403,64 403,44
3 Ekalokasari 380,72 379,32
4 Jembatan Merah 401,06 400,05
5 Pasar Bogor 399,87 397,61
6 Hutan Penelitian Dramaga 382,77 380,88
7 Lapangan bola Indraprasta 383,57 383,83
8 Bogor Lake Side 383,38 383,77
9 Taman Wisata Cimanggu 387,14 383,12
10 Ciremai Ujung 385,91 387,85
Rerata 390,91 388,87

Dari data pada Tabel 27 dan 28 dapat disimpulkan bahwa konsentrasi gas
CO2 bervariasi berdasarkan tempat dan waktu. Selanjutnya dari Tabel 29 dapat
dikemukakan bahwa rerata konsentrasi gas CO2 pada tahun 2006/2007 sebesar
389,89 ppmv. Di lokasi yang potensial tercemar yaitu di tengah jalan raya di
Warung Jambu, Baranang Siang, Ekalokasari, Jembatan Merah dan Pasar Bogor
rerata konsentrasi gas CO2 pada musim kemarau adalah 397,27 ppmv dan pada
musim hujan 395,11 ppmv. Sedangkan di 5 lokasi yang kurang padat kendaraan
yaitu Hutan Penelitian Dramaga, Lapangan bola Indraprasta, Bogor Lake Side,
Ciremai ujung dan Taman Koleksi Cimanggu rerata konsentrasi gas CO2 pada
musim kemarau adalah 384,55 ppmv dan pada musim hujan 383,89 ppmv.
Nilai konsentrasi gas CO2 di Kota Bogor sudah melebihi angka 350 ppmv.
Dengan semakin tingginya jumlah emisi gas CO2, maka diperlukan pengendalian
jumlah emisi dan atau memperbesar kapasitas sink, agar konsentrasi ambiennya
tidak terus meningkat. Hal ini dimaksudkan agar pemanasan global melalui efek
rumah kaca dapat dikendalikan. Metro TV pada tanggal 18 Agustus menyiarkan
bahwa kutub Selatan mengalami penyusutan permukaan es yang terparah. Jika hal
ini dibiarkan, maka diperkirakan es yang menyelimuti kutub Selatan akan hilang
pada tahun 2030.

66
Nilai rerata konsentrasi gas CO2 sebesar 389,89 ppmv akan digunakan
sebagai nilai level dalam program Powersim. Level lainnya yang digunakan dalam
program ini akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 4.2.5. tentang Analisis
Kecukupan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Daya Sink Gas CO2.

4.1.7. Penggunaan Lahan


Kota Bogor terletak 60 km dari DKI Jakarta dan merupakan salah satu
alternatif permukiman untuk para penglaju (commutter) yang bekerja di Jakarta.
Oleh sebab itu, jumlah rumah meningkat secara nyata yang ditunjukkan oleh
meningkatnya penggunaan lahan untuk permukiman, ruko dan lahan terbangun
lainnya. Akibatnya, banyak terjadi alih fungsi sawah, kebun dan ruang terbuka
hijau lainnya menjadi lahan permukiman dan lahan terbangun lainnya. Data
tentang lahan terbangun dan tidak terbangun pada tahun 2003 dapat dilihat pada
Tabel 29.

Tabel 29. Luas lahan Kota Bogor berdasarkan keterbangunan tahun 2003
Luas Lahan (Ha) Persentase
Kecamatan Tak Tak
Terbangun Terbangun Total Terbangun Terbangun
Bogor Selatan 1.756 1.325 3.081 56,99 43,01
Bogor Timur 830 185 1.015 81,77 18,23
Bogor Utara 1.214 557 1.771 68,55 31,45
Bogor Tengah 807 7 814 99,14 0,86
Bogor Barat 2.199 1.077 3.276 67,12 32,88
Tanah Sareal 1.381 504 1.885 73,26 26,74
Total 8.187 3.655 11.842 69,14 30,86
Sumber: Bapeda Kota Bogor (2004).

Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa persentase lahan tak terbangun
sangat bervariasi berdasarkan kecamatan. Tingginya persentase lahan terbangun
nampaknya disebabkan karena Kota Bogor merupakan penyangga ibukota negara
yang sangat membutuhkan lahan untuk permukiman, pemerintahan, tempat pen-
didikan, olahraga, perdagangan dan jasa serta beberapa kegiatan lainnya. Oleh
sebab itu, rencana pemanfaatan lahan sampai tahun 2009 perlu disusun. Rencana
pemanfaatan lahan sampai tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 30.

67
Tabel 30. Pemanfaatan lahan tahun 1996 dan rencana pemanfaatan lahan pada
tahun 1999 2009
Pemanfaatan Lahan Rencana Pemanfaatan
Jenis Pemanfaatan Lahan Tahun 1996 1) Tahun 1999-2009 2)
Ha % Ha %
Permukiman 7.517,90 63,44 8.741,89 73,35
Jasa dan Perdagangan 237,68 2,00 437,41 3,69
Industri 94,74 0,80 167,96 1,42
Pertanian 2.888,24 24,37 249,21 2,10
Kebun Raya 87,00 0,73 87,00 0,73
Taman/Olahraga 49,15 0,41 342,33 2,89
Kuburan 186,64 1,57 305,96 2,58
Penggunaan lain 788,65 6,68 1.518,24 12,81
Jumlah 11.850 100 11.850 100
1)
Sumber: Bapeda Kota Bogor (1997).
2)
DLLAJ (2006b).

Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengalihan per-


untukkan lahan menjadi lahan permukiman sangat tinggi. Sebaliknya alokasi
lahan untuk pertanian menjadi sangat rendah.
P4W LPPM IPB (2006) menyatakan, lahan terbangun yang dianalisis
berdasarkan citra pada tahun 2005 sebesar 52,9% (6.268.650 ha) dan jumlah
penduduk pada waktu itu 858.396 orang. Ini berari kebutuhan lahan terbangun per
orang sebesar 73,02 m2/orang. Namun dengan melihat kecenderungan pengguna-
an lahan permukiman yang semakin menyempit, maka dalam perhitungan nilai
kebutuhan lahan terbangun digunakan angka 70 m2/orang.

4.1.8. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota


Telah dijelaskan terdahulu bahwa peralihan peruntukan lahan dari lahan
bervegetasi ke lahan terbangun sangat tinggi. Hal ini telah mengakibatkan luasan
ruang terbuka hijau yang semula berupa sawah, kebun dan hutan berubah menjadi
lahan terbangun. Walaupun demikian, Pemerintah Kota Bogor masih sangat
peduli akan kebutuhan ruang terbuka hijau. Hal ini tertuang dalam Rencana
Pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bogor yang mengacu pada Perda Kota
Bogor nomor 1 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Perda nomor 11 Tahun 1995 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota.

68
Sebaran penutupan lahan di 6 kecamatan di Kota Bogor berdasarkan
analisis citra yang telah diteliti oleh Indriyani tahun 2006, hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Luas dan persentase tipe penutupan lahan pada masing-masing
kecamatan di Kota Bogor
Tipe Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Tanah
Penutupan Utara Timur Tengah Selatan Barat Sareal
Lahan Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
Vegetasi
45,04 2,52 16,08 1,48 62,01 7,82 113,44 3,60 107,74 4,70 56,52 2,69
Rapat
Vegetasi
420,14 23,55 277,03 25,50 75,28 9,50 1755,74 55,77 447,17 19,51 532,55 25,30
Jarang
Ladang 350,87 19,67 169 16,00 39,45 4,98 163,52 5,19 185,97 8,11 214,61 10,20
Sawah 88,11 4,94 69,06 6,36 45,09 5,69 127,15 4,04 339,74 14,82 200,22 9,51
Semak dan
75,29 4,22 16,99 1,56 25,90 3,27 91,07 2,89 96,86 4,22 138,32 6,57
rumput
Area
686,11 38,46 481,54 44,33 511,57 64,54 712,54 22,64 832,40 36,31 737,70 35,05
Terbangun
Tanah kosong 88,10 4,94 47,94 4,41 8,98 1,13 166,13 5,28 40,10 1,75 45,91 2,18
Badan air 0,78 0,04 0,21 0,02 0,35 0,04 3,35 0,11 10,37 0,45 2,18 0,10
Awan 29,09 1,63 8,74 0,80 19,26 2,43 8,45 0,27 133,14 5,81 125,95 5,98
Bayangan
0,43 0,02 0,18 0,02 4,79 0,60 6,56 0,21 99,08 4,32 51,04 2,42
awan
Total 1783,96 100 1086,34 100 792,68 100 3147,94 100 2292,57 100 2105 100

Sumber: Indriyani (2005).

Keadaan tutupan lahan pada tahun 2005 yang dibedakan menjadi: vegetasi
rapat, vegetasi jarang, sawah, semak dan rumput adalah sebagai berikut.

1. Vegetasi rapat
Vegetasi rapat luasnya 613,83 ha (5,18% dari luasan kota). Vegetasi rapat
antara lain terdapat di: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro)
Cimanggu 44,60 ha, Istana Presiden 24,00 ha, Hutan Penelitian Dramaga 57,75
ha, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Gunung
Batu 5,00 ha, Kebun Raya Bogor 87,00 ha dan sisanya berupa kebun bebuahan
dan hutan rakyat seluas 395,48 ha. Nilai rerata kerapatan pada vegetasi rapat
adalah 236,78 pohon/ha.

69
(a) (b)
Gambar 13. Foto vegetasi hutan kota di (a) Hutan Penelitian Dramaga dan (b)
Kebun Raya Bogor.

2. Vegetasi Jarang
Vegetasi jarang luasannya 2.495,06 Ha (21,06% dari luasan kota) terdiri
dari kuburan (299,28 ha), kebun bebuahan dan hutan rakyat (1.995,84 ha), taman
kota (19,35 ha), taman jalur (17,18 ha) dan pohon peneduh jalan (163,41 ha).
Vegetasi jarang terdiri dari tanaman tahunan yang berumur relatif muda kurang
dari 20 tahun yang terdiri dari kebun buah-buahan, tanaman halaman rumah, jalur
hijau, pemakaman, sempadan sungai dan sempadan danau. Tanaman tahunan dan
tanaman halaman rumah menyebar pada wilayah Bogor Utara, Bogor Selatan
(Mulyaharja, Pamoyanan, Rancamaya, Bojongkerta, Kertamaya, Genteng, Muara
Sari dan pemakaman Dreded) dan Tanah Sareal (pemakaman Kebon Pedes).
Rerata kerapatan pohon pada kerapatan jarang adalah 87,61 pohon/ha.

(a) (b)
Gambar 14. Foto vegetasi non hutan kota di
(a) Jalur hijau di Jalan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur
(b) Jalur hijau di Jalan Heulang, Kecamatan Tanah Sareal.

70
(a) (b)
Gambar 15. Foto vegetasi non hutan kota di:
(a) pemakaman di Dreded, Kecamatan Bogor Selatan.
(b) kebun pembibitan di Sempur, Kecamatan Bogor Tengah.
3. Sawah
Luasan sawah mencapai 825,22 ha (6,96% dari luasan kota) dari total
penutupan lahan. Lahan persawahan banyak ditemukan pada wilayah Kecamatan
Bogor Barat (Situgede, Balumbang Jaya, dan Margajaya) serta beberapa di
wilayah Bogor Selatan (Cikaret).

(a) (b)

(c)
(c)

Gambar 16. Foto sawah di (a) dan (b) Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat
(c) Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat.

71
4. Semak dan rumput

Penutupan lahan oleh semak dan rumput tahun 2005 luasnya 720,68 Ha
(6,08 % dari luas Kota Bogor). Tipe penutupan ini ditemukan di Bogor Barat
(Kelurahan Menteng) berupa lapangan golf, Bogor Tengah (halaman Istana
Presiden dan taman rumput Kebun Raya Bogor) dan Tanah Sareal (Mekarwangi).

(a) (b)

(c)

Gambar 17. Foto semak dan rumput di


(a) halaman Istana Bogor di Kebun Raya Bogor, Kecamatan Bogor
Tengah
(b) jalan Malabar, Kecamatan Bogor Tengah
(c) semak di Menteng, Kecamatan Bogor Barat.

Menurut P4W LPM IPB (2006), kondisi keadaan luasan ruang terbuka
hijau dan ruang terbangun tahun 1983, 1990, 2001 dan 2005 dapat dilihat pada
Gambar berikut ini.

72
90.0 78.8
80.0
70.0 62.1 60.7
60.0 52.9
47.1
50.0 39.3
37.9
40.0
30.0 21.2
20.0
10.0
0.0
1983 1990 2001 2005
Ruang Terbuka Hijau Built Up/ Ruang Terbangun

Gambar 18. Perubahan perimbangan persentase ruang terbuka hijau dan ruang
terbangun. Sumber: P4W LPPM, IPB (2006).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2005) demikian juga


Herdiansyah (2006) dan P4W LPM IPB (2006) dapat disarikan data penggunaan
lahan dan laju perubahannya seperti yang disajikan pada Tabel 32 di bawah ini.

Tabel 32. Penggunaan lahan dan laju perubahannya tahun 2003-2005


Luasan Tahun Laju Penurunan
No Tipe Penutupan Lahan
2005 (Ha) (% per tahun)
1 Vegetasi Rapat 613,83 0,33
2 Vegetasi Jarang 2.495,06 1,15
3 Sawah 825,22 1,23
4 Semak dan rumput 720,68 1,77
5 Area Terbangun 6.268,65 - 3,30
6 Lahan kosong 606,05 2,82
7 Situ 109,33 0,00
8 Sungai 211,18 0,00
Keterangan: Tanda negatif (-) berarti terjadi pertambahan luasan
Sumber: Indriyani (2005) dan Herdiansyah (2006): data telah diolah
*) P4W LPM IPB (2007): data telah diolah
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan luasan
lahan sebesar 3,30 % per tahun untuk lahan terbangun, namun sebaliknya terjadi
penurunan luasan lahan pada vegetasi rapat, vegetasi jarang, sawah, semak dan
rumput, serta lahan kosong masing-masing sebesar 0,33 %; 1,15 %; 1,23 %; 1,77
% dan 2,82 %. Sangat tingginya angka konversi lahan kosong menjadi lahan

73
terbangun karena memang lahan tersebut nampaknya sudah siap untuk dibangun.
Sedangkan untuk situ dan sungai tidak mengalami perubahan.
Hutan kota yakni di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga
merupakan jenis tutupan lahan vegetasi rapat. Keadaan luasan dan karakteris-
tiknya masing-masing akan dijelaskan berikut ini.

Tabel 33. Lokasi dan luasan hutan kota di Kota Bogor


No. Lokasi Luas (ha)

1. Kebun raya Bogor 87,00


2. Hutan Penelitian Dramaga 57,75
Total luas 144, 75

Keadaan topografi Kebun Raya Bogor secara umum datar dengan


kemiringan 3-5 %. Koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor berdasarkan registrasi
periode bulan Juni 2007 sebanyak 223 famili, 3.416 jenis, 1.268 marga dan
13.563 spesimen. Beberapa jenis koleksi merupakan koleksi unik, spesifik dan
langka seperti tanaman tua yang berumur lebih dari 100 tahun. Tanaman langka
terdiri atas 91 jenis.
Hutan kota yang kedua terdapat di Hutan Penelitian Dramaga yang
termasuk dalam wilayah Desa Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Jumlah jenis
tanaman di hutan penelitian ini sebanyak 130 jenis, yang terdiri dari 88 marga dan
43 famili. Jenis tanaman tersebut terdiri dari 42 jenis asing dan 88 jenis asli
Indonesia. Jenis asing tersebut semuanya adalah pohon, sedangkan jenis asli
Indonesia terdiri dari 85 jenis pohon, 1 jenis bambu, 1 jenis rotan dan 1 jenis
palmae.
Jenis tanaman asli Indonesia yang terdapat di kawasan ini terdiri dari
marga Agathis (famili Araucariaceae), Podocarpus (famili Podocarpaceae), dan
Pinus (famili Pinaceae). Selain itu, juga terdapat 82 jenis yang termasuk ke dalam
kelompok daun lebar yang mencakup 56 marga dan 34 famili. Jenis yang dominan
dari marga Shorea (10 jenis), Eugenia (5 jenis), Dipterocarpus (4 jenis) dan
Hopea (4 jenis).

74
4.1.9. Daya Sink Gas CO2
4.1.9.1. Penelitian di Rumah Kaca Menggunakan Alat Pengukur Laju
Fotosintesis
Hasil penelitian di rumah kaca dengan menggunakan alat ADC LCA-4
berupa kurva hubungan laju fotosintesis dan intensitas cahaya yang hasilnya dapat
dilihat pada Gambar 19-23.

S=0,52476141
Kurva Laju Fotosintesis r=0,99357282
12

10
Laju Fotosintesis (mol m-2 s-1)

-2
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
Intensitas Cahaya (mol m-2 s-1)

Gambar 19. Kurva respon cahaya pada jati (T. grandis).

S=0,62703323
Kurva Laju Fotosintesis r=0,98186365
12

10
Laju Fotosintesis (mol m-2 s-1)

-2
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
Intensitas Cahaya (mol m-2 s-1)

Gambar 20. Kurva respon cahaya pada kenari (C. commune).

75
S=0,62162043
Kurva Laju Fotosintesis r=0.99004150
12

Laju Fotosintesis (mol m-2 s-1) 10

-2
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
Intensitas Cahaya (mol m-2 s-1)

Gambar 21. Kurva respon cahaya pada mangga (M. indica).

S=0,29532456
Kurva Laju Fotosintesis r=0,99492571
12

10
Laju Fotosintesis (mol m-2 s-1)

-2
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
Intensitas Cahaya (mol m-2 s-1)

Gambar 22. Kurva respon cahaya pada sawo duren (C. cainito).

76
S=0,74577961
Kurva Laju Fotosintesis r=0,97207644
12

Laju Fotosintesis (mol m-2 s-1) 10

-2
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
Intensitas Cahaya (mol m-2 s-1)

Gambar 23. Kurva respon cahaya pada tanjung (M. elengi).

Dari kurva respon di atas kemudian dihitung beberapa parameter turunan


seperti yang tersaji pada Tabel 34 berikut ini.
Tabel 34. Parameter-parameter turunan: efisiensi kuantum, laju fotosintesis
maksimum dan respirasi

No Jenis Tanaman Amaks Rgelap

1 Jati 0,7 11,025 0,061 2,155

2 Kenari 0,7 8,225 0,066 1,258

3 Mangga 0,7 12,572 0,036 0,44

4 Sawo Duren 0,7 7,525 0,043 0,763

5 Tanjung 0,7 8,366 0,022 2,689

Keterangan:
() : kemiringan kurva
(Amaks) : laju fotosintesis maksimum ( mol CO2 m-2 s-1)
() : Efisiensi kuantum ( mol foton m-2 s-1)
(Rgelap) : respirasi ( mol CO2 m-2 jam-1)

77
Data pada Tabel 35 menyatakan laju fotosintesis maksimum terdapat pada
mangga kemudian jati, dan efisiensi kuantumnya tertinggi terdapat pada kenari
kemudian jati, sedangkan respirasi tertinggi terdapat pada tanjung yang diikuti
oleh jati.
Dari nilai tersebut kemudian dibuat persamaan laju fotosintesis dari kelima
jenis tanaman seperti dijelaskan berikut ini :
1. Jati (T. grandis)

0,061Q + 11,025 - (0,061Q+11,025)2 - 1,883Q


A= - 2,155
1,4

2. Kenari (C. commune)

0,066Q + 8,225 - ( 0,066Q+8,225)2 - 1,520Q


A= - 1,258
1,4

3. Mangga (M. indica)

0,036Q + 12,572 - (0,036Q+12,572)2 - 1,267Q


A= - 0,44
1,4

4. Sawo Duren (C. cainito)

0,043Q + 7,525 - (0,043Q+7,525)2 - 0,906Q


A= - 0,763
1,4

5. Tanjung (M. elengi)

0,022Q + 8,366 - (0,022Q+8,366)2 - 0,515Q


A= - 2,689
1,4

Dari persamaan ini kemudian dihitung kemampuan sink gas CO2-nya.


Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 35.

78
Tabel 35. Kemampuan sink gas CO2 per m2 daun
Jenis Sink CO2 Sink CO2 Sink CO2
Tanaman (mol m-2 jam-1) (g m-2 jam-1) -3
(10 g lembar daun-1 jam-1)
Jati 27.97 1,23 3,76
Kenari 17.86 0,79 0,52
Mangga 33.12 1,46 1,87
Sawo Duren 21.71 1,00 0,33
Tanjung 33.16 1,46 0,86

Dari Tabel 35 dapat disimpulkan bahwa berdasarkan daya sink gas CO2
per m2 luasan daun susunan dari tertinggi ke terendah adalah tanjung, mangga
kemudian diikuti jati, sawo duren dan terkecil kenari. Berdasarkan daya sink per
lembar daun susunan dari terbesar ke terkecil adalah sebagai berikut: jati, mangga,
tanjung, kenari dan sawo duren. Data hasil penelitian berdasarkan daya sink per
m2 per jam ini kemudian akan digunakan sebagai pembanding daya sink tanaman
yang diukur dengan metode karbohidrat seperti yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.

4.1.9.2. Penelitian Pendahuluan dengan Metode Karbohidrat


Metode yang digunakan untuk mengukur laju sink gas CO2 selanjutnya
adalah pengukuran kadar karbohidrat pada daun dan ranting. Hasil dari
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 36.

Tabel 36. Hasil pengukuran massa karbohidrat 5 jenis tanaman

Jenis Massa Karbohidrat Sampel Daun (g C6H12O6)


Tanaman
T-0 T-2 jam T-4 jam
Krey Payung 4,40 0,51 5,03 0,68 6,01 0,12

Manggis 4,66 0,58 4,87 0,74 5,66 0,57

Melinjo 4,08 0,35 4,45 0,18 4,95 0,13

Sawo kecik 5,31 0,15 5,62 0,12 6,22 0,05

Trengguli 4,17 0,25 4,35 0,38 4,60 0,07

Setelah dihitung kemampuan sink gas CO2 untuk setiap jenis tanaman
diperoleh data sebagai berikut:

79
Tabel 37. Kemampuan sink gas CO2 dengan metode karbohidrat

Sink gas CO2


Jenis Tanaman
(g m-2 jam-1) (10-3g daun-1 jam-1)

Krey Payung 0,95 4,39


Manggis 1,28 7,18
Melinjo 1,31 9,15
Sawo kecik 0,97 5,98
Trengguli 0,72 3,82

Untuk mendapatkan kepastian apakah metode karbohidrat dapat diper-


gunakan untuk menggantikan metode pengukuran dengan alat, maka dilakukan uji
beda nyata parameter sink gas CO2 per m2 per jam. Hasil uji beda nyata dapat
dilihat sebagai berikut.

Tabel 38. Uji beda nilai tengah dengan menggunakan uji-t


Metode yang dipergunakan
Ulangan
Alat Karbohidrat
1 1,23 0,95
2 0,79 1,28
3 1,46 1,31
4 1,00 0,97
5 1,46 0,72
Rerata 1,18 1,05
Simpangan baku 0,30 0,25
Ragam 0,09 0,06
Ragam Gabungan 0,08
Standar gabungan 0,28
Derajat bebas (db) 8
thitung = 0,77
One-tail t0.05;8 = 1,86
Two-tail t0.025;8 = 2,30

80
Ini berarti bahwa metode pengukuran dengan alat tidak berbeda nyata
dengan metode karbohidrat. Dengan demikian, metode karbohidrat dapat diper-
gunakan untuk menggantikan metode pengukuran dengan alat. Oleh sebab itu,
pada penelitian selanjutnya untuk mengukur daya sink gas CO2 di Kebun Raya
Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga digunakan metode karbohidrat.

4.1.9.3. Penelitian di Kebun Raya Bogor


Kadar karbohidrat pada daun dari 25 jenis pohon yang diambil pada pukul
05.00 dan pukul 10.00 dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Massa karbohidrat pada ranting dan daun yang diambil pada pukul
05.00 dan 10.00
Massa Karbohidrat (g)
Nama Jenis Nama Latin
05.00 10.00 Selisih
Flamboyan Delonix regia 4,34 5,34 1,00
Johar Cassia grandis 2,84 4,50 1,66
Merbau Pantai Intsia bijuga 4,87 5,68 0,82
Asam Tamarindus indica 2,93 3,05 0,12
Kempas Coompasia excelsa 1,91 2,44 0,53
Sapu tangan Maniltoa grandiflora 2,05 2,21 0,16
Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 3,77 5,35 1,58
Cassia Cassia sp. 3,07 4,13 1,60
Krey Payung Fellicium decipiens 3,68 3,72 0,04
Matoa Pometia pinnata 3,20 3,27 0,08
Rambutan Nephelium lappaceum 3,18 3,23 0,05
Tanjung Mimusops elengi 3,59 4,13 0,54
Sawo kecik Manilkara kauki 3,21 3,71 0,50
Angsana Pterocarpus indicus 2,15 2,97 0,83
Dadap Erythrina cristagalli 2,70 3,92 1,22
Trembesi Samanea saman 3,45 4,57 1,20
Saga Adenanthera pavonina 4,10 5,10 1,00
Asam Kranji Pithecelobium dulce 3,71 4,47 0,76
Mahoni Swietenia macrophylla 2,88 3,69 0,81
Khaya Khaya anthotheca 2,70 3,06 0,27
Pingku Dysoxylum excelsum 3,48 3,58 0,11
Beringin Ficus benjamina 2,45 3,70 0,62
Nangka Arthocarpus heterophyllus 2,63 2,91 0,29
Kenanga Canangium odoratum 3,65 6,93 3,29
Sirsak Annona muricata 1,76 3,26 1,50

81
Dari tabel di atas kemudian dihitung daya sink-nya per cm2, per daun dan
per pohon, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Daya sink gas CO2 oleh tanaman di Kebun Raya Bogor

Sink Gas CO2 Sink Gas CO2 per daun Sink CO2
Nama Jenis -2
(g m jam ) -1
(10-3g daun-1 jam-1) (kg pohon-1 tahun -1)
Flamboyan 2,51 4,39 0,20
Johar 2,92 7,18 1,49
Merbau Pantai 1,13 9,15 2,19
Asam 0,60 5,98 4,55
Kempas 0,98 3,82 8,26
Sapu tangan 0,33 4,39 8,48
Bunga merak 2,80 7,18 11,12
Cassia 8,90 9,15 19,25
Krey Payung 0,08 5,98 21,90
Matoa 0,12 3,82 30,95
Rambutan 0,12 4,39 34,29
Tanjung 1,21 7,18 41,78
Sawo kecik 1,64 6,15 42,20
Angsana 1,19 5,98 75,29
Dadap 2,71 3,82 114,03
Trembesi 1,94 4,39 116,25
Saga 2,05 7,18 126,51
Asam Kranji 1,44 9,15 221,18
Mahoni 1,33 5,98 329,76
Khaya 0,55 3,82 404,83
Pingku 0,22 4,39 535,90
Beringin 1,58 7,18 720,49
Nangka 0,57 9,15 756,59
Kenanga 7,26 5,98 5.295,47
Sirsak 3,80 3,82 28.488,39

Hasil dari penelitian ini akan digabungkan dengan hasil penelitian di


Hutan Penelitian Dramaga (Bab 4.1.9.4) yang kemudian akan dibahas dalam Bab
4.2.2. tentang daya sink gas CO2 dan klasifikasi daya sink tanaman hutan kota.

4.1.9.4. Penelitian di Hutan Penelitian Dramaga


Hasil analisis kandungan karbohidrat pada daun tanaman yang diambil
pada pukul 5.00 dan pukul 10.00 di Hutan Penelitian Dramaga kemudian dihitung
daya sink-nya. Hasil perhitungan daya sink dari 21 jenis tanaman dapat dilihat
pada Tabel 41.

82
Tabel 41. Daya sink gas CO2 tanaman di Hutan Penelitian Dramaga
Sink Gas CO2
Jenis Tanaman -2 -1
(g m jam ) ( 10 g daun-1 jam-1)
-3
(kg pohon-1 tahun -1)
Pachira affinis 0,18 0,96 0,42
Sapium indicum 0,35 0,17 4,23
Shorea selanica 0,17 0,22 5,28
Hopea mengarawan 0,01 0,002 12,63
Hopea odorata 0,44 0,13 15,19
Dipterocarpus retusa 0,15 0,33 16,50
Beilschmiedia
roxburghiana 3,31 4,37 24,24
Cinnamomum
parthenoxylon 1,01 1,79 30,95
Swietenia macrophylla 0,44 6,98 34,15
Swietenia mahagoni 0,61 3,46 36,19
Khaya senegalensis 0,43 1,56 48,68
Carapa guineensis 0,06 0,99 63,31
Acacia mangium 0,25 0,29 83,86
Acacia auriculiformis 0,92 0,29 135,27
Trachylobium
verrucossum 0,69 5,09 160,14
Arthocarpus
heterophyllus 0,12 0,09 227,21
Pterygota alata 0,13 0,86 295,73
Schima wallichii 1,51 0,97 365,79
Lagerstroemia speciosa 0,53 2,98 442,63
Tectona grandis 1,97 15,99 562,09
Strombosia zeylanica 5,36 4,40 1603,20

Seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa hasil penelitian ini akan diga-
bungkan dengan hasil penelitian di Kebun Raya Bogor yang akan dibahas dalam
Bab 4.2.2. tentang daya sink gas CO2 dan klasifikasi daya sink tanaman hutan
kota. Daya sink tanaman akan diklasifikasikan menjadi 6 yakni: sangat tinggi,
tinggi, agak tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah yang kemudian dihitung
nilai rerata untuk setiap kelas daya sink. Nilai rerata sink gas CO2 sangat tinggi,
tinggi dan agak tinggi akan digunakan sebagai nilai konstanta sink per pohon
hutan kota guna menghitung jumlah pohon dan luasan hutan kota yang
dibutuhkan sebagai sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas
dengan menggunakan program Powersim 2.5.

83
4.1.9.5. Ukuran dan Kerapatan Stomata

Penelitian tentang ukuran dan kerapatan stomata tidak masuk dalam


permodelan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menetapkan ada tidaknya
hubungan antara sifat morfologis daun berupa kerapatan dan ukuran stomata daun
dengan daya sink-nya.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kerapatan stomata daun
berkisar antara 62-941 per mm2, panjang antara 3,75-18,75 m, sedangkan
lebarnya antara 2,50-18,75 m. Sebagai pembanding dapat dilihat hasil pene-
litian Agustini tahun 1994 (Lampiran 9). Hasil penelitian tentang kerapatan dan
ukuran stomata pada daun tanaman di Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Tabel
42 di bawah ini.

Tabel 42. Panjang, lebar dan kerapatan stomata tumbuhan di Kebun Raya Bogor
Ukuran (m) Kerapatan
Nama Jenis
Panjang Lebar per mm2
D. regia 11 8 310
C. grandis 4 3 811
I. bijuga 4 9 135
T.indica 9 11 446
C. excelsa 6 12 706
M. grandiflora 11 6 111
C. pulcherrima 13 13 507
Cassia sp. 19 19 503
F. decipiens 8 6 232
P. pinnata 11 11 492
N.lappaceum 9 5 941
M. elengi 6 8 103
M. kauki 12 9 76
P. indicus 15 13 76
E. cristagalli 13 12 709
S. saman 12 5 220
A.pavonina 11 15 624
P. dulce 6 6 541
S.macrophylla 13 9 195
K. anthotheca 11 6 351
D. excelsum 12 10 62
F. benjamina 8 7 241
A. heterophyllus 6 11 141
C. odoratum 13 13 681
A. muricata 9 8 151

84
Menurut Agustini (1994) kerapatan stomata <300 per mm2 dinyatakan
sebagai kategori rendah, 300-500 per mm2, sedang dan >500 per mm2 termasuk
kategori tinggi. Sedangkan ukuran panjang stomata < 20 dinyatakan sebagai
kurang panjang, 20 - 25 , panjang dan >25 termasuk kategori sangat panjang.
Foto-foto stomata daun pada tanaman di Kebun Raya Bogor dan Hutan
Penelitian Dramaga terdapat pada Lampiran 7 dan 8. Hasil penelitian dari
tanaman yang terdapat di dalam kawasan Hutan Penelitian Dramaga adalah
sebagai berikut:

Tabel 43. Panjang dan lebar serta kerapatan stomata pada daun tumbuhan di
areal Hutan Penelitian Dramaga

Kerapatan
Nama Jenis Panjang (m) Lebar (m)
(per cm2)
P. affinis 30 20 274
S. indicum 13 13 239
H. mengarawan 15 13 414
H. odorata 15 13 348
D. retusa 8 5 239
B. roxburghiana 18 15 449
C. parthenoxylon 18 13 366
S. macrophylla 10 10 629
S. mahagoni 8 8 416
K. senegalensis 8 8 367
C. guineensis 23 20 393
A. mangium 13 8 380
A. auriculiformis 20 15 557
T. verrucossum 13 10 297
A. heterophyllus 18 15 478
P. alata 13 10 150
S. wallichii 18 13 483
L. speciosa 13 10 218
T. grandis 15 13 165
S. zeylanica 18 10 274

Dari Tabel 42 dan 43 dapat dinyatakan bahwa jenis yang memiliki


kerapatan stomata yang tinggi (>500 stomata/mm2) tanaman di Kebun Raya
Bogor adalah N. lappaceum, C. grandis, E. cristagalli, C. excelsa, C. odoratum,
A. pavonina, P. dulce, C. pulcherrima dan Cassia sp., sedangkan untuk tanaman
di Hutan Penelitian Dramaga adalah S. macrophylla dan A. auriculiformis.

85
Dengan menggunakan program DataFit version 8.2.79 dapat dicari
keeratan hubungan antara daya sink gas CO2 dengan panjang stomata, lebar
stomata dan kerapatannya seperti dapat dilihat pada Tabel 44. Dari Tabel tersebut
dapat dinyatakan bahwa daya sink gas CO2 kurang mempunyai hubungan yang
erat baik dengan panjang stomata, lebar stomata maupun dengan kerapatan
stomata. Artinya stomata yang semakin rapat dan atau stomata yang semakin
panjang dan lebar tidak selalu menghasilkan daya sink yang semakin besar. Data
selengkapnya hasil analisis dengan menggunakan program DataFit 8.2.79 dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Sementara foto tentang daun tanaman di Kebun
Raya Bogor dan stomatanya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan foto stomata daun
tanaman di Hutan Penelitian Dramaga terdapat pada Lampiran 8.

Tabel 44. Hubungan antara nilai sink gas CO2 dengan stomata
Persamaan Regresi Linier Koefisien Determinasi
Kebun Raya Bogor
Panjang Y = 0,56X1 - 3,26 0,27
Lebar Y = 0,59X2 - 3,24 0,33
Kerapatan Y = 0,00X3 + 1,21 0,04
Panjang dan Y = 0,14X1 + 0,17X2 0,02
lebar
Panjang dan Y=0,004X1+ 0,64X3+0,31 0,01
Kerapatan
Lebar dan Y = 0,03X2 + 0,86X3 + 0,29 0,06
Kerapatan
Panjang, Y = 5,33X1 + 2,35X2 2,35X3 0,18
lebar dan
kerapatan
Hutan Penelitian Dramaga
Panjang Y = 4,29X1 + 0,24 0,03
Lebar Y = 0,28X2 + 0,85 0,00
Kerapatan Y = -3,11 X3 + 0,99 0,00
Panjang dan Y = 0,27X1 + 1,63X2 - 1,64 0,00
lebar
Panjang dan Y = 0,83X1 + 0,26X3 0,04 0,00
Kerapatan
Lebar dan Y = 0,28X2 - 0,12X3 + 1,33 0,00
Kerapatan
Panjang, Y = 23,20X1 -26,36 X2 + 0,001X3 0,14
lebar dan
kerapatan

86
4.1.10. Simulasi Konsentrasi Gas CO2 Ambien dan Penentuan Kebutuhan
Luasan Hutan Kota sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan
Bakar Minyak dan Gas

Luasan hutan kota yang diperlukan untuk menyerap gas CO2 antropogenik
hasil pembakaran bahan bakar minyak dan gas perlu ditentukan, agar kadar gas
CO2 ambien tidak terus meningkat. Pada keadaan yang ideal semua emisi gas CO2
dari bahan bakar minyak dan gas dapat diserap oleh vegetasi yang ada.
Data penggunaan lahan dari tahun 2003 - 2005 yang tercantum pada Tabel
33 menunjukkan bahwa telah terjadi konversi lahan sebesar 3,30 % per tahun
menjadi lahan terbangun, namun sebaliknya terjadi penurunan pada vegetasi rapat,
vegetasi jarang, ladang, sawah, semak dan rumput, dan lahan kosong masing-
masing sebesar 0,33 %; 1,15 %; 1,23 %; 1,77 % dan 2,82 %. Sedangkan untuk
situ dan sungai tidak mengalami perubahan. Kebutuhan penambahan luasan hutan
kota sebagai penyerap gas CO2 sangat penting diperhatikan mengingat luasan
ruang terbuka hijau yang terus menurun dari tahun ke tahun.
Data lainnya yang diperlukan untuk menganalisis kebutuhan lahan untuk
hutan kota adalah kadar gas CO2 ambien. Konsentrasi CO2 ambien pada tahun
2006/2007 adalah 389,89 ppmv. Data nilai rerata ini yang akan digunakan sebagai
level dalam simulasi dengan sistem dinamik. Diagram alir dan nilai konstanta
yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Berikut ini disajikan hasil simulasi jumlah emisi gas CO2 dan luasan ruang
terbuka hijau (lihat Gambar 24).
Emisi Gas CO2 (kg)

800.000.000 4.000
Luas RTH (ha)

3.000
700.000.000
2.000

600.000.000 1.000

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(a) (b)

Gambar 24. Hasil Simulasi: (a). Emisi gas CO2, dan (b). Luasan RTH.

87
Dari Gambar 24 ini dapat dinyatakan kualitas lingkungan Kota Bogor, jika
dilihat dari emisi dan kapasitas sink gas CO2 oleh ruang terbuka hijau semakin
mengkhawatirkan, karena terjadi semakin tidak seimbangnya antara emisi dan
sink. Di satu pihak emisi yang terus meningkat, namun di lain pihak kapasitas sink
ruang terbuka hijau yang terus menurun.
Emisi gas CO2 dari bahan bakar antropogenik pada tahun 2010 sebanyak
600.216 ton dan pada tahun 2100 menjadi 848.175 ton. Luasan ruang terbuka
hijau tahun 2006 seluas 4.484,62 ha sedangkan pada tahun 2100 tinggal 233,36 ha
(1,97%). Akibat terjadinya pengurangan luasan ruang terbuka hijau, maka jumlah
sink oleh ruang terbuka hijau juga mengalami penurunan. Jumlah sink oleh ruang
terbuka hijau tahun 2006 sebesar 546,46 ton gas CO2, sedangkan pada tahun 2100
sebanyak 26,71 ton. Oleh sebab itu, perlu penambahan jumlah pohon dan luasan
hutan kota. Masalah ini akan dibahas dan disajikan dalam Bab 4.2. dan beberapa
skenario penanggulangan yang dapat dilakukan.

4.2. Pembahasan

Sebelum membahas tentang skenario penanggulangan dan pengelolaan gas


CO2 yang berkaitan dengan kebutuhan luasan hutan kota yang penentuannya
berdasarkan analisis emisi dan sink menggunakan simulasi model, berikut ini akan
dibahas terlebih dahulu masalah emisi dan daya sink gas CO2 di Kota Bogor serta
hal-hal yang berkaitan dengan permodelan.

4.2.1. Analisis Emisi Gas CO2 dan Konsentrasi Gas CO2

Seperti telah dijelaskan dalam Bab 4.1.6. yang menyatakan bahwa rerata
konsentrasi gas CO2 di Kota Bogor pada tahun 2006/2007 sebesar 389,89 ppmv.
Di lokasi yang potensial tercemar yaitu di Warung Jambu, Baranang Siang,
Ekalokasari, Jembatan Merah dan Pasar Bogor rerata konsentrasi gas CO2 pada
musim kemarau adalah 397,27 dan pada musim hujan 395,11 ppmv, sedangkan di
5 lokasi lainnya yakni: Hutan Penelitian Dramaga, Lapangan bola Indraprasta,
Bogor Lake Side, Ciremai ujung dan Taman Koleksi Cimanggu rerata konsentrasi
gas CO2 pada musim kemarau adalah 384,55 dan pada musim hujan 383,89 ppmv.

88
Rendahnya konsentrasi gas ini pada musim penghujan, nampaknya karena
sebagian gas ini larut di dalam air hujan menjadi asam karbonat. Adanya gas CO2
yang larut dalam air hujan mengakibatkan pH air hujan pada kondisi alami sekali
pun selalu kurang dari 7,0 (Manahan 2000). Lebih lanjut Manahan (2000)
menjelaskan jumlah CO2 yang terlarut dalam air hujan pada keadaan setimbang
dengan konsentrasi CO2 di udara sebesar 350 ppmv pada suhu udara 25oC
sebanyak 1,146 x 10-5 M atau setara dengan 5,04 x 10-7 kg/l. Pembahasan masalah
ini selanjutnya akan dibahas khusus pada Bab 4.2.4. tentang pengaruh hujan.
Kota Bogor terkenal dengan sebutan Kota Hujan. Rerata curah hujan
sebesar 4.000 mm/tahun. Artinya jumlah volume air hujan yang jatuh di Kota
Bogor yang luasnya 11.850 ha selama satu tahun sebanyak 47,4 x 1010 l. Dengan
demikian jumlah gas CO2 yang larut dalam air hujan setahun sebanyak 239
ton/tahun.
Selain dari penyebab yang telah disebutkan terdahulu, rendahnya gas CO2 di
musim penghujan, karena jumlah kendaraan yang melewati ke lima jalur pada
lokasi itu lebih rendah. Pada musim kemarau rerata jumlah kendaraan yang
melewati ke lima jalur jalan tersebut antara 45.401 - 47.433 kendaraan per hari,
sedangkan pada musim penghujan 34.852 - 45.684 kendaraan per hari.

Gambar 25. Fluktuasi konsentrasi gas CO2 yang diukur pada menara dengan
ketinggian 496 m di Kota Carolina Utara. Sumber: Backwin, et al.,
(1998).

Hasil pengukuran konsentrasi gas CO2 ambien di Kota Bogor tahun


2006/2007 masih sejalan dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Backwin
89
dkk. tahun 1998 di Carolina Utara pada menara dengan ketinggian 496 m. Hasil
pengukurannya mendapatkan data berkisar antara 345 - 375 ppmv. Demikian juga
dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Keeling dan Whorf (2005) di
Mauna Loa, Hawaii yang juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas ini pada tahun
2004 yakni sebesar 377,38 ppmv (http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon dioxide
2006).
Dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan konsentrasi gas CO2 yang sangat menghawatirkan baik di Bogor
maupun di tempat lainnya yaitu sudah melebihi angka 330 ppmv. Konsentrasi gas
CO2 yang aman seperti pada awal revolusi industri sekitar 300 330 ppmv. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi laju peningkatan
konsentrasi gas ini.
Kekhawatiran lainnya adalah emisi gas CO2 antropogenik yang berasal
dari bahan bakar fosil mengandung isotop radioaktif, karena ketika bahan bakar
fosil ini masih berada di dalam batuan bumi mendapatkan radiasi dari batuan yang
bersifat radioaktif. Oleh sebab itu, emisi gas CO2 dari bahan bakar fosil yang terus
bertambah akan mengakibatkan jumlah CO2 radioaktifnya juga terus bertambah.
12
Gas CO2 alami di udara ambien terdiri dari karbon C, sedangkan isotopnya
13 14 12
terdiri dari C dan C. Waktu paruh untuk CO2 antara 50 200 tahun (Foley,
1993).
14
Gas CO2 dengan waktu paruh sekitar 5.700 tahun tidak memberikan
13
sumbangan meningkatnya gas CO2. Sumbangan isotop CO2 dari bahan bakar
12
fosil sebesar 1% saja, sedangkan 99% lainnya terdiri dari CO2 yang tidak
bersifat radioaktif (http://www.radix.net/~bobg/faqs/scq.CO2rise.html). Peneliti
lain menyatakan bahwa emisi dari bahan bakar minyak dan gas sebanyak 1,1%
13 12
berupa gas CO2 dan 98,9% gas CO2 (http://homepage.mac.com/uriarte/
carbon13.html). Dari keduanya dapat dinyatakan bahwa senyawa gas CO2 yang
dihasilkan dari bahan bakar fosil, sekitar 1,0 - 1,1% mengandung senyawa
radioaktif 13CO2.
Dengan adanya gas CO2 yang berifat radioaktif di udara ambien yang
kemudian dapat terserap masuk ke dalam jaringan daun, maka organ tumbuhan
13 13 12
juga potensial mengandung C. Para ahli mengukur kandungan C dan C
90
dengan notasi 13C (dalam ) yang terdapat di dalam jaringan tumbuhan dengan
rumus (http://homepage.mac. com/uriarte/carbon13. html):

(13C/12C) sampel (13C/12C)standar


-------------------------------------------------- x 1.000
(13C/12C) standar

Dari beberapa sampel yang diambil dari tegakan di California Utara


13
mendapatkan hasil nisbah C/12C sekitar 1% terdapat pada jaringan tumbuhan
(http://homepage.mac.com/uriarte/ carbon13.html). Dengan demikian emisi gas
13
CO2 yang sebagian mengandung CO2, selain mengakibatkan adanya gas CO2
yang bersifat radioaktif, juga mengakibatkan organ tumbuhan juga dapat me-
ngandung 13C yang juga bersifat radioaktif.
Dari kenyataan ini nampaknya semakin maraknya kasus penyakit kanker
belakangan ini diantaranya disebabkan oleh paparan dan hirupan udara yang
13
mengandung CO2 yang bersifat radioaktif. Apabila gas yang bersifat radioaktif
ini dihirup, maka gas CO2 radioaktif akan masuk ke dalam paru yang akan
membentuk H213CO3 dan Hb-13CO2 dalam darah dan dialirkan ke seluruh tubuh.
Beberapa bahan lainnya yang bersifat radioaktif dan bahaya yang ditimbulkannya
dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45. Beberapa jenis bahan radioaktif dan efek yang ditimbulkan
Jenis Organ yang Efek yang
Jenis Radiasi Waktu Paruh
Radioaktif Terkena Ditimbulkan
Strontium 90 Beta Otot 28 tahun Kanker tulang
Strontium 89 Beta Otot 51 hari Kanker tulang
Jaringan lunak,
Cesium 137 Beta-gamma 27 hari Jaringan gonad
Organ kelamin
Karbon 14 Beta-gamma Seluruh tubuh 5760 tahun -
Iodin 129 Beta-gamma Tiroid 17 juta tahun Kanker Tiroid
Iodin 131 Beta-gamma Tiroid 8 hari Kanker Tiroid
Kripton 85 Beta - 10,7 tahun -
Tritium (3H) Beta Seluruh tubuh 12,3 tahun Gonad
Sumber: Waldbott (1978: 266)

4.2.2. Daya Sink dan Klasifikasi Daya Sink Tanaman Hutan Kota
Dari hasil penelitian tentang daya sink gas CO2 yang menggunakan alat
dan penelitian berikutnya yang menggunakan metode karbohidrat setelah diuji

91
dengan uji-t pada taraf kepercayaan 95% menyatakan bahwa kedua metode
tersebut tidak berbeda nyata (lihat Bab 4.1.9.2). Oleh sebab itu, metode karbo-
hidrat digunakan untuk mengukur daya sink gas CO2 untuk 25 jenis tanaman yang
tumbuh di Kebun Raya Bogor dan 21 jenis tanaman di Hutan Penelitian Dramaga.
Hasil penelitian baik untuk tanaman di Kebun Raya Bogor maupun di
Hutan Penelitian Dramaga yang kemudian dibuat klasifikasi daya sink-nya secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46. Daya sink gas CO2 dan klasifikasi daya sink tanaman di Kebun Raya
Bogor dan di Hutan Penelitian Dramaga

Sink CO2 Klasifikasi


No Nama Jenis
(kg pohon-1 tahun -1) Daya Sink
1. C. excelsa 1) 0,20 Sr
2. H. mengarawan2) 0,42 Sr
3. T. indica1) 1,49 Sr
4. N. lappaceum1) 2,19 Sr
5. H. odorata2) 4,23 Sr
6. E. cristagalli1) 4,55 Sr
7. M. grandiflora1) 8,26 Sr
8. P. dulce1) 8,48 Sr
9. P. indicus1) 11,12 Rd
10. P. affinis2) 12,63 Rd
11. A. mangium2) 15,19 Rd
12. S. indicum2) 16,50 Rd
13. I. bijuga1) 19,25 Rd
14. K. anthotheca1) 21,90 Rd
15. D. retusa2) 24,24 Rd
16. C. pulcherrima1) 30,95 Rd
17. C. guinensis2) 34,15 Rd
18. M. elengi1) 34,29 Rd
19. P. alata2) 36,19 Rd
20. M. kauki1) 41,78 Rd
21. D. regia1) 42,20 Rd
22. A. auriculiformis2) 48,68 Rd
23. S. wallichii2) 63,31 Sd
24. A. muricata1) 75,29 Sd
25. K. senegalensis2) 83,86 Sd
26. S. macrophylla1) 114,03 Sd
27. C. grandis1) 116,25 Sd
28. A. heterophyllus1) 126,51 Sd
92
Sink CO2 Klasifikasi
No Nama Jenis
(kg pohon-1 tahun -1) Daya Sink
29. T. grandis2) 135,27 Sd
2)
30. L. speciosa 160,14 At
1)
31. A. pavoniana 221,18 At
2)
32. C. parthenoxylon 227,21 At
2)
33. S. mahagoni 295,73 At
1)
34. P. pinnata 329,76 At
1)
35. F. decioiens 404,83 At
2)
36. B. roxburghiana 442,63 At
1)
37. F. benjamina 535,90 Tg
2)
38. T. verrucossum 562,09 Tg
39. D. excelsum1) 720,49 Tg
40. C. odoratum1) 756,59 Tg
2)
41. S. zeylanica 1603,20 Tg
1)
42. Cassia sp. 5.295,47 St
1)
43. S. saman 28.488,39 St
Keterangan:
1)
Tanaman di Kebun Raya Bogor
2)
Tanaman di Hutan Penelitian Dramaga
Klasifikasi (satuan dalam kg pohon-1 tahun -1)
Sr (Sangat Rendah) < 9,99 At (Agak tinggi) 150-500
Rd (Rendah) 10 49,9 Tg (Tinggi) 500-2.000
Sd (Sedang) 50 150 St (Sangat Tinggi) >2.000
Rerata Nilai Daya Sink Satuan (kg/pohon/tahun)
Sangat Rendah 3,90 Agak Tinggi 305,91
Rendah 28,00 Tinggi 835,65
Sedang 102,07 Sangat Tinggi 16.891,93

Rerata nilai daya sink agak tinggi, tinggi dan sangat tinggi akan diper-
gunakan pada simulasi program Powersim. Nilai rerata sink agak tinggi sebesar
305,91 kg/pohon/tahun, tinggi 835,65 kg/pohon/tahun dan sangat tinggi sebesar
16.891,93 kg/pohon/tahun.
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa daya sink gas CO2
sangat bervariasi menurut jenis tanaman. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan
Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa daya sink gas CO2 bervariasi
menurut jenis. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa secara garis besar
tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yakni: C3, C4 dan CAM

93
(crassulacean acid metabolisms). Sebanyak 95 % dari tumbuhan tingkat tinggi
yang ada di dunia ini tergolong ke dalam jenis tumbuhan C3 (http://www.serc.
si.edu/labs/co2/c3_c4_plants.jsp), sisanya tergolong jenis C4 dan CAM, semen-
tara ahli lainnya menyatakan jenis C3 85% dari total populasi tumbuhan tingkat
tinggi yang ada di permukaan dunia ini (http://homepage.mac.com/uriarte/
carbon13.html.). Contoh jenis C3 adalah padi, kedelai dan umumnya tumbuhan
kehutanan, sedangkan contoh tumbuhan C4 adalah tebu, sorgum dan jagung.
Perbedaan karakteristik tumbuhan C3, C4 dan CAM adalah sebagai berikut:
Tabel 47. Beberapa ciri fotosintetik antara tumbuhan C3, C4 dan CAM
Jenis Tumbuhan
Ciri
C3 C4 CAM
Anatomi daun Sel fotosintesis Sel seludang Tidak ada sel
tak punya berkas tertata palisade, vakuola
berkas yang dengan baik, kaya besar pada sel
jelas dengan organel mesofil
Enzim karboksilasi Rubisko PEP karboksilase, Gelap: karbok-
lalu rubisko silase. Terang:
terutama rubisko
Nisbah kebutuhan 1:3:2 1:5:2 1: 6,5:2
energi antara
CO2:ATP:NADPH
Nisbah transpirasi 450-950 250-350 18-125
(g H2O/g
peningkatan bobot
kering)
Nisbah klorofil 2,8 0,4 3,9 0,6 2,5 - 3,0
daun a / b
Kebutuhan Na+ Tidak Ya Ya
Titik kompensasi 30-70 0-10 0 - 5 saat gelap
CO2 (mol mol-1
CO2)
Fotosintesis dihambat Ya Tidak Ya
oleh 21% O2
Fotorespirasi Ya Hanya di seludang Ada di petang
berkas hari
Suhu optimum bagi 15-25 0C 30-47 0C 35 0C
fotosintesis
Produksi bahan 22 0,3 39 17 Rendah dan
kering (ton/ha/th) sangat beragam
Maksimum yang 34-39 50-54
tercatat
Sumber : Salisbury dan Ross (1992) : 75

94
Telah dijelaskan terdahulu bahwa konsentrasi gas CO2 ambien terus
meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena gas ini merupakan bahan baku
fotosintesis, maka peningkatan konsentrasi gas ini di udara ambien akan meng-
akibatkan meningkatnya laju fotosintesis tanaman.
Henderson et al., (1995) menyatakan bahwa peningkatan laju fotosintesis
tanaman berbeda-beda menurut jenisnya. Berat kering tanaman C4 meningkat
sebesar 22% lebih besar, ketika diberi paparan gas ini dua kali lipat lebih besar
dari yang ada pada masa sekarang ini, sedangkan untuk tanaman C3 pening-
katannya sebanyak 41% lebih besar.

4.2.3. Pengujian Model

Sebelum model digunakan, model harus diuji terlebih dahulu, apakah model
tersebut sudah baik atau tidak. Model analisis penentuan kebutuhan luasan hutan
kota yang berfungsi sebagai sink gas CO2 antropogenik yang dipergunakan dalam
penelitian ini sudah dapat dinyatakan baik, berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut ini:
1. Semua komponen sistem dalam batasan sistem yang telah ditetapkan sudah
lengkap, baik yang bertindak sebagai masukan, proses maupun sebagai ke-
luaran gas CO2 dengan kendala adanya keterbatasan lahan (Gambar 6).
2. Tanggap perilaku populasi manusia sama dengan perilaku lahan terbangun
(lihat Lampiran 5). Lahan terbangun yang dibutuhkan mengikuti pola jumlah
penduduk dengan kebutuhan per orang sebesar 0,007 ha. Daya dukung popu-
lasi sebanyak 1,3 juta orang pada hamparan lahan terbangun seluas 8.032 ha.
3. Grafik pertumbuhan populasi manusia, lahan terbangun dan jumlah emisi gas
CO2 perilakunya bersifat goal seeking (pertumbuhan terbatas). Pola kecen-
derungan seperti itu dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.
4. Dengan memasukkan nilai jumlah CO2 sisa yakni besaran emisi dikurangi
dengan sink oleh ruang terbuka hijau sama dengan nol, maka kebutuhan
luasan hutan kotanya pun menjadi nol.
5. Jika populasi manusia dijadikan nol, maka emisi gas CO2 dan kebutuhan
luasan hutan kota juga akan menjadi nol.

95
4.2.4. Pengaruh Hujan
Ketika air hujan turun ke bumi, butiran air hujan akan bersinggungan
dengan molekul gas CO2. Gas ini akan larut ke dalam air hujan. Menurut
Manahan (2000) jumlah CO2 yang terlarut dalam air hujan pada keadaan setim-
bang dengan konsentrasi CO2 di udara sebesar 350 ppmv pada suhu udara 25oC
sebanyak 1,146 x 10-5 M atau setara dengan 5,04 x 10-7 kg/l. Nilai kelarutan gas
CO2 dan jumlah air hujan yang turun di Kota Bogor selama setahun sebanyak 474
x 1011 l. Kedua nilai ini akan digunakan pada model.

Dari hasil simulasi seperti dapat dilihat pada Gambar 26 dapat dikemukakan
bahwa, walaupun gas CO2 sebagian dapat dibersihkan oleh air hujan, namun
konsentrasinya di udara ambien terus meningkat dari tahun ketahun. Oleh sebab
itu, perlu tambahan luasan hutan kota untuk menurunkannya.

389,896
Gas CO2 (ppm)

389,894

389,892

389,890
2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun

Gambar 26. Konsentrasi gas CO2 yang terus bertambah, walau sebagian telah
dibersihkan oleh air hujan.

Berikut ini disajikan hasil simulasi berupa nilai kebutuhan luasan hutan kota
jika dilengkapi dengan adanya pengaruh hujan. Jenis pohon yang digunakan pada
penambahan luasan hutan kota yang baru adalah jenis berdaya sink sangat tinggi.
Kebutuhan luasan hutan kota dapat dilihat pada Gambar 27.

96
(ha)
Kebutuhan Luasan H K
300

250

200

150

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100


Tahun

Gambar 27. Kebutuhan luasan hutan kota dengan tanaman berdaya sink sangat
tinggi (ha)

Dari Gambar 27 menunjukkan bahwa kebutuhan luasan hutan kota sejak


tahun 2017 sampai tahun 2100 berkisar antara 300 280 ha.
Nilai kelarutan gas CO2 dalam air hujan yakni sebesar 5,04 x 10-7 kg/l
(Manahan 2000). Dari hasil perhitungan kota Bogor yang luasnya 11.850 ha
dengan curah hujan sebesar 4.000 mm/tahun, maka gas CO2 yang larut dalam air
hujan selama satu tahun sebanyak 239 ton/tahun. Nilai ini sangat tidak berarti jika
dibandingkan dengan jumlah emisi gas CO2 antropogenik di Kota Bogor pada
tahun 2010 sebanyak 600.216 ton dan pada tahun 2100 menjadi 848.175 ton.
Oleh karena hujan tidak berperan nyata dalam menurunkan konsentrasi gas
CO2 ambien dan setelah dibuat simulasi dengan memasukkan pengaruh hujan,
ternyata luasan hutan kota yang dibutuhkan sama dengan tanpa pengaruh hujan,
maka penentuan kebutuhan luasan hutan kota untuk selanjutnya, pengaruh hujan
tidak dimasukkan dalam model.

4.2.5. Analisis Kecukupan Luasan Hutan Kota Menggunakan Tanaman


Berdaya Sink Gas CO2 Sangat Tinggi dengan Model Tidak Dipe-
ngaruhi Hujan.
Oleh karena hasil uji verifikasi dan validasi menyatakan bahwa model ini
sudah baik, maka dilakukan simulasi untuk menentukan kebutuhan luasan hutan
kota yang berfungsi sebagai sink gas CO2 antropogenik. Untuk melakukan
simulasi, nilai daya sink gas CO2 oleh beberapa bentuk ruang terbuka hijau
digunakan data seperti tercantum pada Tabel 12, sedangkan nilai kelas daya sink
pohon hutan kota digunakan nilai rerata daya sink berdasarkan nilai rerata kelas.

97
Program diagram alir dan data selengkapnya yang digunakan dalam Program
Powersim dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Untuk melihat kecenderungan jumlah emisi gas CO2, luasan ruang terbuka
hijau dan daya sink-nya dilakukan simulasi. Hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 28. Dari gambar ini dapat dinyatakan bahwa gas CO2 dari bahan bakar
minyak dan gas terus meningkat sementara daya sink ruang terbuka hijau terus
menurun karena luasan ruang terbuka hijau yang terus menurun.
Emisi Gas CO2 (kg)

800.000.000

700.000.000
(a)

600.000.000

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100


Tahun

4.000 500.000.000
Rosot RTH (kg)
Luas RTH (ha)

400.000.000
3.000
300.000.000
2.000
200.000.000
1.000 100.000.000

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(b) (c)
Gambar 28. Hasil simulasi: (a). Emisi gas CO2, (b). Luas RTH dan (c). Daya sink
RTH

Dari Gambar ini dapat dinyatakan pula bahwa lingkungan Kota Bogor
ditinjau dari emisi dan sink gas CO2 sudah sangat mengkhawatirkan. Emisi gas
CO2 pada tahun 2010 sebanyak 600.216 ton dan pada tahun 2100 menjadi
848.175 ton, sementara luasan ruang terbuka hijau pada tahun 2010 seluas
3.865,34 ha dan pada tahun 2100 seluas 233,26 ha. Luasan ruang terbuka hijau
yang terus menurun mengakibatkan daya sink ruang terbuka hijau yang semula
pada tahun 2010 sebanyak 470.883 ton dan pada tahun 2100 sebesar 26.714 ton.

98
Hasil simulasi yang terdapat pada Gambar 29 menunjukkan bahwa kon-
sentrasi gas CO2 jika tidak dilengkapi dengan penambahan luasan hutan kota akan
meningkat menjadi 389,8964 ppmv pada tahun 2100, sedangkan jika dilengkapi
dengan luasan hutan kota yang sesuai dengan kebutuhan akan menurun menjadi
389,8752 ppmv pada tahun 2100.

389,890
389,896
Gas CO2 (ppm)

Gas CO2 (ppm)


389,895
389,885
389,894
389,893
389,880
389,892
389,891
389,875
389,890
2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(a) (b)

Gambar 29. Konsentrasi CO2 ambien hasil simulasi dari tahun 2005 2095.
(a) Tanpa penambahan luasan HK, (b) Dengan penambahan HK.

Berikut ini akan dibahas beberapa skenario yang dapat dilakukan untuk
menekan jumlah emisi gas CO2 dan atau menurunkan konsentrasi ambien gas
CO2.

4.2.5.1. Skenario Variasi Jenis Daya Sink Gas CO2

Hasil dari penelitian yang telah dibahas pada Bab 4.2.2. yang mengha-
silkan 6 kelas daya sink yakni sangat tinggi, tinggi, agak tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah, maka dilakukan simulasi berdasarkan variasi daya sink. Yang
pertama digunakan adalah nilai daya sink sangat tinggi. Simulasi dengan nilai sink
sangat tinggi terdapat pada Gambar 30.

99
50.000 300
1
40.000 2

Luas HK (ha)
Jumlah Pohon
3 1 anakan 250
3 3
2 Phn_Remaja
30.000 2
2

20.000 3 4 3 Phn_Dewasa
200
24
4 Phn_Tua
10.000 1
5 Phn_Renta
4 2
4 5 5 150
3 15
0 45 5 1 1
2.020 2.060 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(a) (b)

Gambar 30. Hasil Simulasi. (a). Kebutuhan jumlah bibit dan perkembangannya
(b). Kebutuhan luasan HK dengan jenis berdaya sink sangat tinggi.
Kebutuhan penambahan luasan hutan kota yang baru dengan jenis berdaya
sink sangat tinggi, dari hasil simulasi menghasilkan jumlah kebutuhan bibit per
tahun yang bervariasi seperti terlihat pada Gambar 30a dan kebutuhan luasan
hutan kota dapat dilihat pada Gambar 30b. Dari simulasi ini pula dapat
dikemukakan bahwa jumlah bibit yang diperlukan terus meningkat sejak tahun
2007. Kebutuhan bibit tertinggi pada tahun 2017 sebanyak 54.766 bibit. Setelah
tahun 2017 kebutuhan bibit terus menurun. Kebutuhan bibit pada tahun 2100
sebanyak 191 bibit. Dari Gambar 30b dapat dinyatakan kebutuhan luasan hutan
kota mulai meningkat sejak tahun 2007 yakni menjadi 147,87 ha. Kebutuhan
luasan hutan kota tertinggi terjadi pada tahun 2019 - 2021 seluas 302,45 ha.
Keadaan ini terus menurun walaupun penurunannya agak landai. Kebutuhan tahun
2100 seluas 277,39 ha.

Keadaan ini akan sangat berlainan, jika yang ditanam jenis yang memiliki
daya sink yang tinggi. Dengan memasukkan nilai daya sink gas CO2 yang tinggi
ke dalam program, grafik jumlah bibit dan kebutuhan luasannya dapat dilihat pada
Gambar 31a dan 31b. Kebutuhan bibit mulai ada pada tahun 2007 sebanyak
31.565 bibit. Kebutuhan tertinggi pada tahun 2017 sebanyak 1.106.522 yang terus
menurun dan pada tahun 2100 sebanyak 3.856 bibit tanaman. Luasan hutan kota
yang dibutuhkan mulai muncul pada tahun 2007 yakni seluas 271,0 ha yang terus
meningkat dan mencapai puncaknya tahun 2019 - 2021 seluas 6.517 ha yang
kemudian menurun sampai akhirnya tahun 2100 menjadi 5.505 ha.

100
Jika dikaji berdasarkan luasannya, maka kebutuhan luasan hutan kota
dengan jenis tanaman berdaya sink tinggi seluas 5.504,06 ha. Ini berarti
menempati lahan seluas 46,45% dari seluruh wilayah kota. Hal ini sangat sulit
untuk dilaksanakan mengingat seluas 67,78% lahan dipergunakan untuk lahan
terbangun yang dibutuhkan oleh penduduk sampai tahun 2100 sebanyak 1,3 juta
orang. Dengan skenario penggunaan jenis tanaman berdaya sink tinggi, maka
jumlah lahan terbangun, ruang terbuka hijau dan hutan kota akan melebihi angka
100% yakni sebesar 116,20% Dengan demikian penggunaan jenis tanaman
berdaya sink tinggi tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam program
penanaman di areal hutan kota yang baru.

6.000
1.000.000 Luas H K (ha)
1
5.000
2
Jumlah Pohon

1 anakan 4.000
3
3 3 Phn_Remaja
2 3.000
2
2 Phn_Dewasa
500.000 3
3 4
Phn_Tua
2.000
24 4

5 Phn_Renta 1.000
1 2
4
5
3 4 15 5
0 45 5 1 1 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun
Tahun

(a) (b)

Gambar 31. (a). Jumlah bibit dan perkembangannya. (b). Luasan hutan kota yang
diperlukan dengan penggunaan tanaman berdaya sink tinggi.

Dari keterangan yang telah disampaikan tadi maka simulasi dengan nilai
daya sink agak tinggi dan yang lebih rendah dari itu menjadi tidak perlu untuk
dikaji lagi, karena akan menghasilkan nilai kebutuhan luasan hutan kota yang
lebih besar lagi.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk menekan kebutuhan luasan
hutan kota adalah: pengkayaan pada areal bervegetasi jarang, penurunan laju
pertambahan penduduk dan penghematan bahan bakar. Masalah ini akan dibahas
pada Bab 4.2.5.2, Bab 4.2.5.3 dan Bab 4.2.5.4.

4.2.5.2. Skenario Variasi Laju Pertambahan Penduduk


Berikut ini disajikan skenario variasi laju pertambahan penduduk sebesar
1%, 2% dan 3,06%. Dengan menggunakan nilai laju pertambahan penduduk
sebesar 3,06% per tahun, maka penduduk dengan skenario lahan terbangun 70
101
m2/orang, dengan bangunan 1 lantai, maka pada tahun 2100 penduduk Kota
Bogor menjadi 1,3 juta orang.
Jika laju pertambahan penduduk sebesar 3,06%, maka kebutuhan luasan
hutan kota bervariasi seperti grafik yang terdapat pada Gambar 32c. Namun, jika
laju pertambahan penduduk masing-masing 1% dan 2%, maka kebutuhan luasan
lahan hutan kotanya seperti terlihat pada Gambar 32a dan 32b.
Kebutuhan Luasan H K
(ha)

Kebutuhan Luasan HK
(ha)
700 700
600 600
500 500
400 400
300 300

200 200

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100

Tahun Tahun

(a) (b)
(ha)
Kebutuhan Luasan HK

700
600
500
400
(c)
300
200

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100


Tahun

Gambar 32. Kebutuhan luasan hutan kota pada skenario laju pertambahan
penduduk (a). 1% per tahun. (b). 2% per tahun, dan (c) 3,06% per
tahun.

Dari gambar ini dapat dikemukakan bahwa kebutuhan luasan hutan kota
untuk laju pertambahan penduduk sebesar 1%, 2% dan 3,06% per tahun tidak
berbeda. Oleh sebab itu, pengurangan laju pertambahan penduduk bukan merupa-
kan prioritas yang perlu dilakukan untuk mengurangi kebutuhan luasan hutan
kota.

4.2.5.3. Skenario Variasi Penghematan Bahan Bakar Minyak dan Gas

Penghematan bahan bakar minyak dan gas secara teoritis dapat memper-
kecil kebutuhan luasan hutan kota, karena upaya ini dapat memperkecil jumlah

102
emisi gas CO2. Berikut ini disajikan hasil simulasi kebutuhan luasan hutan kota
pada berbagai upaya penghematan bahan bakar 10%, 20% dan 30%.

400
Kebutuhan HK (ha)

Kebutuhan HK (ha)
400
350
350
300
300
250
250

200 200

150 150
2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(a) (b)

350
Kebutuhan HK (ha)

300

250
(c)
200

150
2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun

Gambar 33. Kebutuhan luasan hutan kota pada berbagai upaya penghematan
bahan bakar. (a). Penghematan 10%, (b). Penghematan 20% dan (c).
Penghematan 30%.

Dari Gambar 33 dapat dinyatakan bahwa pada skenario penghematan


sebesar 10%, kebutuhan penambahan luasan hutan baru muncul tahun 2009 seluas
152,03 ha dan mencapai puncaknya tahun 2021 seluas 428,55 ha. Pada tahun
2100 kebutuhan luasan hutan kota sebesar 385,69 ha (Gambar 32a). Pada skenario
penghematan sebanyak 20% menghasilkan simulasi kebutuhan penambahan
luasan hutan baru muncul tahun 2012 seluas 164,30 ha dan mencapai puncaknya
tahun 2023-2024 seluas 396,52 ha. Pada tahun 2100 kebutuhan luasan hutan kota
sebesar 360,75 ha (Gambar 32 b). Sedangkan pada skenario penghematan sebesar
30%, kebutuhan penambahan luasan hutan baru muncul tahun 2014 seluas 153,08
ha dan mencapai puncaknya tahun 2026-2027 seluas 365,11 ha. Pada tahun 2100
kebutuhan luasan hutan kota sebesar 336,10 ha (Gambar 33c). Dari Gambar 33
dapat dinyatakan bahwa penghematan bahan bakar sebanyak lebih dari 30% dapat
menekan kebutuhan luasan hutan kota.
103
4.2.5.4. Skenario Pengkayaan pada Areal Bervegetasi Jarang dan Upaya
Gabungan
Upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk memperkecil kebutuhan pe-
nambahan luasan hutan kota yang baru adalah dengan upaya pengkayaan pada
areal bervegetasi jarang dan upaya gabungan yaitu berupa gabungan upaya peng-
gunaan jenis tanaman berdaya sink sangat tinggi, laju pertambahan penduduk
hanya 1% dan dilakukan penghematan bahan bakar sebesar 30% serta upaya
pengkayaan pada areal bervegetasi jarang. Hasil simulasi berupa kebutuhan luasan
hutan kota dapat dilihat pada Gambar 34.
Kebutuhan HK (ha)

148

Gabungan (ha)
Kebuituhan H K
155
147

150
146

145 145

2.020 2.040 2.060 2.080 2.100 2.020 2.040 2.060 2.080 2.100
Tahun Tahun

(a) (b)

Gambar 34. Kebutuhan luasan hutan kota pada skenario: (a) Pengkayaan pada
areal bervegetasi jarang (b). Upaya gabungan

Dari gambar ini terlihat bahwa pada skenario pengkayaan pada areal
bervegetasi jarang kebutuhan luasan hutan kota baru muncul mulai tahun 2007
sebesar 151,00 ha yang kemudian agak mendatar sampai tahun 2090 sekitar 150
ha dan pada tahun 2091-2092 mengalami peningkatan menjadi sekitar 151,00 ha
dan pada tahun 2093 sampai 2100 menjadi sekitar 158,00 ha. Pada skenario ini
terlihat kebutuhan hutan kota walaupun naik turun namun kisarannya tidak terlalu
lebar seperti skenario yang telah dipaparkan terdahulu. Pada skenario pengkayaan
pada areal bervegetasi jarang kebutuhan luasan hutan kota berkisar antara 145 -
158 ha per tahun.
Simulasi pada skenario gabungan memperlihatkan kebutuhan hutan kota
mulai muncul pada tahun 2014 dengan luasan 148,39 ha yang kemudian menurun
dengan landai, akhirnya pada tahun 2100 menjadi 147,84 ha. Terlihat kebutuhan
hutan kota pada skenario ini berkisar antara 145 - 148 ha per tahun. Walaupun

104
kisarannya agak sama dengan skenario pengkayaan, namun polanya berbeda (lihat
Gambar 34).

4.2.6. Daya Dukung Kependudukan

Mengingat Kota Bogor jaraknya hanya 60 km dari DKI Jakarta, maka


Kota Bogor merupakan tempat pilihan permukiman yang baik bagi para pekerja
yang bekerja di DKI Jakarta. Telah dijelaskan pada Bab. 4.1.2. tentang kepen-
dudukan yang menyatakan, jika laju pertambahan penduduk sampai tahun 2100
tetap sebesar 3,06% per tahun, maka jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun
2100 sebanyak 15 juta orang. Jika hal ini terjadi, maka perlu dikaji bagaimana
dampaknya terhadap kebutuhan luasan hutan kota yang berfungsi sebagai sink gas
CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas.
Berikut ini disajikan simulasi kebutuhan luasan hutan kota yang berfungsi
sebagai sink gas CO2 antropogenik yang bervariasi berdasarkan jumlah penduduk
yang dianalisis berdasarkan jumlah daya dukung lantai bangunan. Satu kali daya
dukung artinya lahan terbangun per orang untuk permukiman, perkantoran dan
lain sebagainya dengan bangunan 1 lantai yang kebutuhan luasnya 70 m2 per
orang. Angka ini diperoleh dari keadaan penggunaan lahan terbangun dan jumlah
penduduk pada tahun 2003 - 2005. Dua kali daya dukung nilainya sebesar 70/2 m2
per orang yang dicapai dengan bangunan 2 lantai dan tiga kali daya dukung sama
dengan 70/3 m2 per orang dengan bangunan 3 lantai dan seterusnya. Nilai
kebutuhan lahan terbangun sebesar itu dengan memperhatikan persentase ruang
terbuka hijau tetap dipertahankan sekitar 32%, karena sebesar 68,00% diper-
untukkan untuk lahan terbangun. Persentase luasan harus lebih dari 30% untuk
mengikuti ketentuan UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
menyatakan bahwa 30% lahan kota harus disediakan untuk ruang terbuka hijau.
Dengan pendekatan ini, jika lahan terbangun dengan 1 lantai penduduknya telah
menggunakan lahan sebesar 68%, maka pertambahan penduduk berikutnya meng-
gunakan bangunan berlantai dua, demikian seterusnya. Dengan demikian, berapa
pun jumlah penduduk Kota Bogor, ruang terbuka hijau tetap dapat disediakan
seluas 32% sementara lahan terbangunnya sebesar 68% dari luasan Kota Bogor.

105
Bangunan baik perumahan maupun bangunan lainnya jika disediakan dua
lantai, maka jumlah penduduk yang dapat ditampung serta luasan ruang terbuka
hijau dan luasan hutan kota yang diperlukan sebagai sink gas CO2 antropogenik
dari bahan bakar minyak dan gas sebagai hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar
35.

(ha)
Kebutuhan Luasan H K
1,500
2,500,000
Jml Penduduk

2,000,000 1,000

1,500,000
500

1,000,000

2,020 2,040 2,060 2,080 2,100 2,020 2,040 2,060 2,080 2,100
Tahun Tahun

Gambar 35 . Skenario bangunan 2 lantai: (a). Perkembangan jumlah penduduk,


(b). Kebutuhan luasan hutan kota.

Dari Gambar 35 dapat dikemukakan bahwa jika bangunan hanya dua


lantai, maka jumlah penduduk yang dapat ditampung hanya sebanyak 2,5 juta
orang. Sementara luasan hutan kota yang dibutuhkan bervariasi seperti terlihat
pada Gambar 35b.

4.2.7. Implikasi Kebijakan

Setelah diketahui luasan hutan kota menurut kajian emisi dan sink gas CO2
sangat kurang, maka diperlukan penambahan luasan hutan kota. Guna membantu
menekan kebutuhan luasan hutan kota, beberapa kebijakan yang harus dilakukan
oleh Pemerintah Kota Bogor adalah sebagai berikut: (1). Upaya untuk memperke-
cil jumlah emisi gas CO2 antara lain berupa: penghematan bahan bakar, peng-
gunaan bahan bakar minyak dan gas serta penggunaan mobil surya dan mobil
hibrida dan upaya untuk memperbesar daya sink antara lain penambahan luasan
hutan kota dengan jenis berdaya sink sangat tinggi, pengkayaan areal bervegetasi
jarang dan juga penurunan nilai laju konversi luasan ruang terbuka hijau.
Beberapa upaya dan kelengkapan instrumen yang dapat disarankan kepada
Pemerintah Daerah Kota Bogor adalah:

106
1. Pemerintah daerah perlu menaati UU Tata ruang No. 26 tahun 2007 yang
menyatakan ruang terbuka hijau harus 30% dari luas kota. Pembangunan
lahan terbangun disarankan bangunan secara vertikal berlantai dua untuk
jumlah penduduk sebanyak 2,5 juta orang pada lahan terbangun seluas
8.032,11 ha. Sisanya untuk ruang terbuka hijau dan hutan kota. Luasan
hutan kota yang dibutuhkan dari tahun 2017 sampai 2100 bervariasi
sekitar 1.400 ha.
2. Pemerintah Daerah Kota Bogor perlu mengukuhkan areal kebun koleksi
tanaman di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Cimanggu,
Istana Presiden, Arboretum Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
serta Konservasi Alam Gunung Batu, karena secara fisik ekosistem telah
berupa hutan kota.
3. Kelembagaan dengan pengaturan yang jelas serta diperlukan adanya
perangkat perundangan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor yang
dapat mendukung penyelenggaraan hutan kota lebih baik.

4. Guna menekan nilai kebutuhan luasan hutan kota Pemda Kota Bogor perlu
melakukan kampanye dan usaha lainnya untuk penghematan bahan bakar
sampai 30%, pengkayaan pada areal bervegetasi jarang dengan jenis
pohon berdaya sink sangat tinggi.

5. Mengingat emisi gas CO2 dari LPG lebih rendah kadarnya dibandingkan
dengan bahan bakar minyak lainnya, maka penggunaan bahan bakar gas
dapat disarankan untuk dikembangkan di Kota Bogor sebagai pengganti
atau pelengkap penggunaan bahan bakar minyak. Jika alternatif ini
ditempuh, maka pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG)
dan konversi penggunaan minyak tanah ke Epliji, harus sudah mulai
dipikirkan teknis pelaksanaannya.

6. Penggunaan mobil hibrida yakni mobil dengan mesin penggerak berbahan


bakar bensin atau solar yang dilengkapi dengan penggerak listrik.

7. Pembatasan jumlah penduduk.

107
4.2.8. Strategi Pembangunan Hutan Kota

Setelah diketahui perlu dilakukan penambahan luasan hutan kota, maka


untuk mendapatkan hutan kota yang baik dan benar (Dahlan 2004), beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan adalah: (1). Tanaman harus dipilih cocok
dengan keadaan iklim dan tanah setempat. Mengingat Kota Bogor merupakan
kota dengan curah hujan yang tinggi dan kondisi tanahnya pun subur, maka
keadaan tanah dan iklim bukan merupakan kendala yang berarti. Namun untuk
tanaman yang lokasinya sangat dekat dengan sumber pencemar, maka tanaman
harus dipilih yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemar. (2).
Tanaman harus dipilih dan disesuaikan dengan fungsinya dalam pengelolaan
lingkungan. Topik yang dibahas dalam penelitian ini adalah masalah gas CO2,
maka jenis tanaman yang akan dikembangkan selanjutnya adalah jenis tanaman
yang mempunyai daya sink yang sangat tinggi. Dari hasil penelitian ini jenis
tanaman yang termasuk ke dalam kategori berdaya sink yang sangat tinggi adalah:
kasia (Cassia sp.) dan trembesi atau kihujan (S. saman). Kedua jenis tanaman ini
sebaiknya ditanam di pinggir jalan yang sangat padat kendaraan, agar gas CO2
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dapat diserap dengan baik oleh tanaman
tepi jalan. Untuk lokasi lainnya yang agak jauh dari jalan raya selain dengan jenis
yang berdaya sink sangat tinggi juga ditanam jenis tanaman lainnya disesuaikan
dengan tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk pelestarian keragaman hayati.
Menurut kaidah ekologi lingkungan dengan keragaman yang tinggi jauh lebih
stabil dibandingkan dengan lingkungan dengan indeks keragaman yang rendah
(Soeriatmadja 1981). (3). Luasannya cukup. Topik penelitian ini sangat erat
kaitannya dengan masalah ini. (4). Estetik. Faktor keindahan harus diperhatikan
ketika akan membangun hutan kota, agar hutan kota dapat lebih mempercantik
kota. Komposisi tanaman baik berbentuk pohon, semak dan perdu serta rumput
diatur sedemikian rupa agar dapat memperindah bangunan rumah, kantor dan lain
sebagainya. Dengan demikian tercipta perpaduan yang harmonis dan indah. (5).
Jenis yang ditanam tidak menghasilkan getah atau lainnya yang akan mengganggu
dan membahayakan manusia.

108
PP No. 63 tahun 2002 menyatakan: (1). Hutan kota dibangun pada suatu
hamparan lahan yang kompak dan rapat, (2). Di dalam wilayah perkotaan, (3).
Merupakan ruang terbuka hijau yang didominasi oleh pepohonan, (4). Luasan
hutan kota minimal dari 0,25 ha. (5). Didominasi oleh jenis pohon. Selain dari
persyaratan tersebut agar mampu membentuk atau memperbaiki iklim mikro,
estetika, dan berfungsi sebagai resapan air seperti yang dinyatakan dalam PP no.
63 tahun 2002, maka hutan kota juga harus (6). Multi strata. Ada jenis pohon yang
tingginya lebih dari 40 50 m dan ada juga yang tingginya 20 40 m serta jenis
dengan ketinggian lebih kecil dari itu. Penyusunan tanaman boleh juga dilengkapi
dengan semak dan rumput, namun peletakannya diatur sedemikian rupa, agar
tetap indah dan tidak mengganggu. (7). Kepadatan tanaman cukup, artinya cukup
padat namun sesuai degan jarak tanam yang disesuaikan dengan lebar tajuk. (8).
hutan kota yang dibangun pada tanah negara atau badan usaha milik negara
(BUMN) perlu dikukuhkan oleh Walikota; sedangkan hutan kota yang terdapat
pada tanah hak perlu dibuatkan kontrak minimal 15 - 25 tahun dengan imbalan
yang menarik dan memadai.

109
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Penggunaan bahan bakar akan menghasilkan emisi gas CO2 antropogenik di
Kota Bogor pada tahun 2010 sebanyak 600.216 ton dan pada tahun 2100 menjadi
848.175 ton. Penambahan emisi gas CO2 dapat mengakibatkan meningkatnya
konsentrasi ambien gas CO2. Konsentrasi gas di lokasi yang padat kendaraan di
Kota Bogor pada musim kemarau tahun 2006 sebesar 397,27 ppmv dan musim
penghujan tahun 2007 sebesar 395,11 ppmv. Rerata konsentrasi ambien gas CO2
di lokasi yang padat dan kurang pada kendaraan di Kota Bogor tahun 2006/2007
sebesar 389,8900 ppmv. Jika tidak dilakukan penambahan luasan hutan kota,
konsentrasi gas CO2 pada tahun 2100 akan meningkat menjadi 389,8964 ppmv.
Air hujan tidak berperan nyata dalam membersihkan gas CO2 dari udara.
Kemampuan air hujan dalam membersihkan udara sebanyak 239 ton/tahun,
sedangkan emisi gas CO2 antropogenik di Kota Bogor pada tahun 2010 sebanyak
2.500 kali dan pada tahun 2100 menjadi 3.500 kali lebih banyak dari jumlah yang
bisa dibersihkan oleh air hujan.
Daya sink gas CO2 bervariasi menurut jenis pohon. Kelompok jenis pohon
yang berdaya sink sangat rendah nilai rerata sink-nya sebesar 3.90 kg/pohon/
tahun, kelompok jenis pohon dengan sink rendah nilai reratanya sebesar 28,00
kg/pohon/tahun, kelompok jenis dengan daya sink sedang nilai reratanya sebesar
102,07 kg/pohon/tahun, kelompok jenis pohon dengan nilai sink yang agak tinggi
memiliki nilai rerata 305,91 kg/pohon/tahun, tinggi 835,65 kg/pohon/tahun dan
sangat tinggi sebesar 16.891,93 kg/pohon/tahun.
Luasan hutan kota yang ada pada saat ini di Kota Bogor seluas 144,75 ha
(1,22%). Berdasarkan kajian jumlah emisi gas CO2 yang terus bertambah
sementara luasan ruang terbuka hijau terus menurun, maka luasan hutan kota
sebagai sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota
Bogor perlu ditambah. Kebutuhan penambahan luasan hutan kota di Kota Bogor
sangat mendesak dan bervariasi menurut jenis daya sink pohon, penggunaan
bahan bakar, pengkayaan pada areal bervegetasi jarang dan waktu.

110
Melalui simulasi didapatkan hasil yang menyatakan bahwa kebutuhan
luasan hutan kota dengan jenis berdaya sink tinggi bervariasi 6.500 5.500 ha.
Dengan demikian jenis pohon berdaya sink tinggi dan jenis pohon lainnya yang
lebih rendah daya sink-nya tidak dianjurkan untuk digunakan pada program
penambahan luasan hutan kota yang baru. Oleh sebab itu, pemilihan jenis tanaman
harus betul-betul diperhatikan. Jenis pohon yang harus digunakan dalam program
penambahan luasan hutan kota adalah jenis berdaya sink sangat tinggi.
Jumlah penduduk yang dapat ditampung sampai tahun 2100 sebanyak 1,3
juta orang dengan bangunan 1 lantai. Kebutuhan luasan hutan kota sekitar 300 ha.
Jika dengan bangunan dua lantai, maka jumlah penduduk yang dapat ditampung
sebanyak 2,5 juta orang. Luasan hutan kota yang dibutuhkan dari tahun 2017
sampai 2100 bervariasi sekitar 1.400 ha. Lahan terbangun yang dibutuhkan seluas
8.032,11 ha (67,78%) dengan bangunan dua lantai. Jenis pohon yang harus
ditanam pada penambahan lahan hutan kota yang baru adalah jenis berdaya sink
sangat tinggi. Berdasarkan simulasi luasan hutan kota yang dibutuhkan sebagai
sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas seluas 1.278,81 ha
(10,79%).

5.2. Saran-saran

1. Meneliti daya sink tanaman lainnya untuk mendapatkan jenis tanaman


berdaya sink sangat tinggi. Dengan diketahuinya jumlah jenis tanaman
yang berdaya sink sangat tinggi, maka hutan kota yang dibangun kelak
memiliki keragaman jenis yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian kemampuan sink gas CO2 dari beberapa bentuk
tutupan lahan: taman kota, peneduh jalan, lapangan rumput dan beberapa
bentuk ruang terbuka hijau lainnya yang ada di Kota Bogor.

111
DAFTAR PUSTAKA

Aerias, T.M. 2005. Better Health through Indoor Air Quality Awareness: Carbon
Dioxide. Http://www.aerias.org/home_prevention.htm.
[September 2005].

Agrios, G.N.1997. Plant Pathology, 4th Eds. Academic Press, San Diego.
Agustini, M. 1994. Identifikasi Ciri Arsitektur dan Kerapatan Stomata Dua Puluh
Lima Jenis Pohon Leguminosae untuk Elemen Lansekap Tepi Jalan.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Backwin, PS, PP. Tans, DF Hurst and C. Zhao. 1998. Measurement of Carbon
dioxide on Very Tall Towers. Climates and Monitoring and Diagnostics
Laboratory, National Oceanic and Atmospheric Administration.
Http://www.rflux.psu.edu_methods_Backwin1998.pdf [3 Februari 2007].
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2004 - 2006. Laporan Tahunan.
Bapeda Kota Bogor. 1997 - 2006. Data Pokok Pembangunan Kota Bogor.
Barnes, B.V., D.R. Zak, S.R. Denton dan S.H. Spurr. 1998. Forest Ecology. John
Wiley & Sons. New York
Bell, J.N.B dan M. Treshow. 2002. Air Pollution and Plant Life. John Willey and
Sons, Ltd. West Sussex, England.
Bernatzky, A. 1978. Tree Ecology and Preservation. Elsevier Scie. Co.
Amsterdam. 357 hal.
Bildwell, R.G.S. 1974. Plant Physiology. Macmillan Publ. Co., Inc., New York.
Boer, R., N. Masripatin, T. June and Endes N. Dahlan. 2001. Green House Gas
Mitigation Technologies in Forestry Sector: Status, Prospects and
Barriers of Their Implementation in Indonesia. Lokakarya Identifikasi
Kebutuhan Teknologi Rendah Emisi Gas Rumah Kaca. Jakarta. 32 hal.
[CDIAC]. 2005. Carbon Dioxide Information Analysis Center. Frequently Asked
Global Change Questions.
Http://cdiac.esd.ornl.gov/pns/faq.html. [September 2005].
Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Sekolah
Pascasarjana IPB - IPB Press.

112
[DEFRA]. 2005. Guidelines for Company Reporting on Greenhouse Gas
Emissions. Annex 1 - Fuel Conversion Factors.
Http://www.defra.gov.uk/environment/business/envrp/gas/05.htm
[September 2005].
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor. 2006a. Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan. Penetapan Jaringan Trayek dan Alokasi
Kendaraan Angkutan Kota di Wilayah Kota Bogor. No. 551. 23.45 67
tahun 2006.
________________________________________________. 2006b. Evaluasi Ki-
nerja Jaringan Jalan Utama di Kota Bogor.
Dinas Pekerjaan Umum Binamarga Kota Bogor. 2004. Laporan Tahunan.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. 2004. Laporan Tahunan.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor 2005. Laporan Tahunan.
Foley, G. 1993. Pemanasan Global (diterjemahkan dari Global Warming, Who is
Taking the Heat). Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
French, J.R.J. 1975. The Concept of Urban Forestry. Australian Forest. Vol. 38
(3): 177-182.
Gordinho, L., E. Nacuray, M.M. Cardinoza dan R.D. Lasco. 2003. Climate
Change Mitigation through Carbon Sequestration: The Forest Ecosystem
of Timor Leste. Proceeding of National Workshop on Climate Change.
Dili.
Goth, G. 2005. Magnitudes of Physics.
Http://smccd.net/accounts/goth/MainPages/magphys.htm.
[September 2005].
Grey, G.W., dan F.I. Deneke, 1978. Urban Forestry. John Wiley and Sons.
Hadi. 2006. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hairiyah, K, S.M. Sitompul, M.N. Noordwijk dan C. Palm. 2001. Carbon Stocks
of Tropical Land Use Systems as Part of The Global C Balance: Effects
of Forest Conversion and Options for Clean Development Activities.
ASB Lecture Note 4A . ICRAF, Bogor.

113
Hambali, E., S.Mujdalipah, A.H. Tambunan, A.W. Pattiwiri dan R. Hendroko,
2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Helms, J.A. (ed.). 1998. The Dictionary of Forestry. The American Foresters, The
CABI Publ. Bethesda. Amerika Serikat.
Henderson, S. P.Hattersley, S.von Caemmerer dan C.B. Osmond. 1995. Are C4
Pathways Plants Threatened by Global Climatic Change. Dalam:
Schulze, E dan M.M. Caldwll (eds.). Ecophysiology of Photosynthesis.
Springer-Verlag, Berlin: 529-549.
Herdiansyah. 2006. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Sink
Gas Karbondioksida. Skripsi. Departemen Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.
Holum, J.R. 1977. Topics and Terms in Environmental Problems. John Wiley and
Sons. Inc. New York. Hal: 83.
Http://data.giss.nasa.gov/gistemp/2005.[Maret 2005].
Http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_dioxide. 2006. Carbon dioxide. [Desember
2006].
Http://en.wikipedia.org/wiki/. Effects of_global_warming. [Januari 2007].
Http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/9/jbptgunadarma-gdl-course-2005-tim
pengaja-427-verifika-i.doc.[Juli 2005]
Http://homepage.mac.com/uriarte/carbon13. html. 13Carbon Dioxide. [Februari
2007].
Http://mason.gmu.edu/~klargen/111lectclimatechange.htm. 2006. Effects of
Climate Change, 2006. [Desember 2006].
Http://www.able2know.com/forums/about44061-0-asc-1980.html.2006.
[Desember 2006].
Http://cdiac.esd.ornl.gov/trends/co2/sio-mlo.htm. [September 2005].
Http://www.cdli.ca/~dpower/resp/exchange.htm#Cellular, 2005. Gas Exchange In
Humans. [September 2005].
Http://www.ccohs.ca/oshanwers/chemicals/chem_profiles/carbon dioxide/
health_cd.html. Better Health through Indoor Air Quality Awareness
Carbon dioxide. [Februari 2004].

114
Http://www.cook. utgers.edu/~humeco/courses/gmclasses/global/classnotes/poss-
ible_consequences_of_global_.htm. Global Warming. [Desember
2006].
Http://www.health state.mn.us/divs/ch/air, 2005. Health State.[September 2005].
Http://www/msnencarta/respiratory system.mh1. 2005. Alterations in the
Respiratory System. Unit Five Chapter 19: Structure and Functions of
Respiratory System. [September 2005].
Http://www.niehs.nih.gov/oc/factsheets/ozone/ithurts.htm. 2005.
BIO 301. Human Physiology: Respiration. [September, 2005]
Http://www.people.eku.edu/ritchisong/301notes6.htm. 2005.
BIO 301: Human Physiology. [September 2005].
Http://www.physics.uci.edu/~silverma/resourxces.ppt. Physics. [Januari 2007].
Http://www.radix. net/~bobg/faqs/scq.CO2.html. 2006. Carbon Dioxide. [Januari
2007].
Http://www.sirinet.net/~jgjohnso/respiratory.html. 2005. Biology II. Anatomy and
Physiology. Chapter 47, section 3: The Respiratory System. [September
2005].
Http://www.wikipedia-mirror.co.za/wiki/Infrared_spectroscopy. [Januari 2006].
Http://www.159.226.205.101/climatechange2/IPCC/report/land/ch9910/
report%5Csinksch4 : 110. [September 2005].
Indopedia, 2006. Carbon Dioxide.
Http://www.indopedia.org/carbon_dioxide.html. [Januari 2006].
Indradewa, D., dan E.T.S. Putra. 2006. Fisiologi Tanaman.
Http://www.faperta.ugm.ac.id/buper/lab/kuliah/fistan/1_pendahuluan.
ppt [Desember 2006].
Indriyani. V.H. 2005. Analisis Distribusi dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau
dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Studi
Kasus di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata.

115
Iverson, L. R., S. Brown, A. Grainger, A. Prasad, dan D. Liu. 1993. Carbon
Sequestration in Tropical Asia: An Assessment of Technically Suitable
Forest Lands Using Geographic Information Systems Analysis. Climate
Research 3:23-38.

Jaques, A. 1992. Canadas Greenhouse Gas Emissions: Estimates for 1990,


Environmental Protection, Conservation and Protection, Environmental
Canada, EPS 5/AP/4.

June, T. 2003. Kenaikan CO2 dan Perubahan Iklim: Implikasinya terhadap


Pertumbuhan Tanaman. Http://members.tripod.com/~buletin/tania/
tania1.htm. [Mei 2007].
Kakiay , T.J. 2004. Pengantar Sistem Simulasi. Andi, Yogyakarta.
Karyanto, E. 2000. Panduan Reparasi Mesin Diesel. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta.
Keeling,C.D., dan T.P. Whorf. 2005. Atmospheric Carbon dioxide Record from
Mauna Loa. Http://www.cdiac.esd.ornl.gov/ftp/maunaloaco2/maunaloa.co2.
[Januari, 2005).
Kompas Cyber Medya. 2004. Awas Ada Bom di Dapur Kita.
Http: //www.Kompas.com/kesehatan/news/0406/02/080942.htm.
[Desember 2004].
Koto, E., 1991. Studi Iklim Mikro di Hutan Kota Manggala Wanabakti Jakarta.
Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Kramer P.J., dan T.T Kozlowski. 1979. Physiology of Woody Plants. Acad. Press,
New York.
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Landsberg, J.J., dan S.T. Gower. 1997. Applications of Physiological Ecology to
Forest Management. Academic Press, London.
Levin, R.I., D.S. Rubin, J.P. Stinson, E.R. Gardner Jr. 2002. Pengambilan
Keputusan Secara Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

116
Malarangeng, R. 2006. Konvensi Partai Golkar. Kompas Cyber Media 2003.
http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=profil&detail=
artikel&detail=dir&id=117 [Juli, 2006].
Manahan, S.E. 2000. Environmental Chemistry. Lewis Publ. London: 67-73 dan
413-417.
Mariana, A. 2005. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Investasi pada
Industri Biodisel Kelapa Sawit Menggunakan Model Sistem Dinamis.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.
IPB Press, Bogor.
Mattjik, A.M. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan
Aplikasi SAS dan Minitab.IPB press, Bogor.
Miller, R.W. 1988. Urban Forestry: Planning and Managing Urban Green Spaces.
Prentice-Hall, Inc. New Jersey. 404 hal.
Minnesota Department of Health. 2004. Air Quality.
Http://www.health.state.mn.us/divs/eh/air. [Februari 2004].
Moerdiyarso, D., Y. Koesmaryono, I. Setiawan dan A. Rohiani. 1999. Fiksasi
Karbon Dioksida oleh Jenis Cepat Tumbuh di Hutan Tanaman Industri.
Laporan Penelitian DIP 1998 1999. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Biologi Tropika Indonesia. 63 hal.
Nasihin, I. 2003. Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Kuningan Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan Jawa Barat. Skripsi Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Niles, J.O., S. Brown, J. Pretty, A. Ball and J. Prey. 2001. Potential Carbon
Mitigation and Income in Developing Countries from Changes in Use
and Management of Agricultural and Forest Lands. Univ. of California
Berkeley, Winrock International and Univ. of Essex. Centre for
Environment and Society Occasional Paper 2001-04.
Nobel, P.S. 1991. Physicochemical and Environmental Plant Physiology.
Academic Press, Inc., San Diego. 615 hal.

117
P4W LPM IPB. 2006. Data RTRW Kota Bogor. Makalah disampaikan dalam
Diskusi RTRW Kota Bogor.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor. 1999.
Powersim Software. 2003. Powersim Studio 2003 Users Guide. Norway.
PT. Beutari Nusa Kreasi., 2004. Laporan Akhir Pengamatan Taman dan
Pembuatan Rancangan Penataan Taman Se-Kota Bogor. Kerjasama
Pemerintah Kota Bogor dan PT. Beutari Nusakreasi.
PT Gas Negara. 2004. Penggunaan Gas Kota Bogor Tahun 2003-2004.
PT Pertamina Unit III. 2004. Lampiran Penggunaan Bahan Bakar Minyak dan
Gas Kota Bogor Tahun 2003-2004.
PT Pertamina. 2006a. Automotive Diesel Oil (Minyak Solar).
Http://www.pertamina.com/pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=
40003&page_id=46&menu=40003&page_id=46. [Juli 2006].
PT Pertamina. 2006b. Industrial Diesel Oil (Minyak Diesel).
Http://www.pertamina.com/pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=
40006&page_id=47&menu=40006&page_id=47. [Juli 2006].
PT Pertamina. 2006c. Minyak Tanah.
Http://www.pertamina.com/pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=
40004&page_id=41&menu=40004&page_id=41. [Juli 2006].
PT Pertamina. 2006d. Liquid Petroleum Gas.
Http://www.pertamina.com/pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=
40202&page_id=45&menu=40202&page_id=45 [Juli 2006].
Purnama, B. 2003. Dampak Perubahan Iklim terhadap Pengelolaan Hutan
Berkelanjutan. Lokakarya Mengantisipasi Perubahan Iklim : Mewujudkan
Rencana Tindakan Jangka panjang yang Terintegrasi, Jakarta 25-27 Juni
2003.
Robinette, J., 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. Van Nostrand
Reindhold Co., New York.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

118
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB
Bandung.
Santosa, I. 2004. Model Penyebaran Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor
Menggunakan Metodel Volume Terhingga: Studi Kasus di Kota Bogor.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Schulze, E,D. dan M.M. Caldwell. 1995. Ecophysiology of Photosynthesis.
Springer-Verlag, Berlin.
Septriana, D. 2004. Perencanaan Pengembangan Hutan Kota Di Kota Padang,
Sumatera Barat. Sekolah Pasca Sarjana. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Simpson, J and G.McPherson. 2001. Tree Planting to Optimize Energy and CO2
Benefits. Proceedings National Urban Forest Conference. 5-7 September
2001. Washington DC.
Sinclair, T.R dan F.P. Gardner. 1998. Principles of Ecology in Plant Production.
CAB International, Florida.
Smith, W.H., 1981. Air Pollution and Forest.: Interaction between Air
Contaminants and Forest Ecosystems. Springer-Verlag, New York.
____________, 1985. Forest and Air Quality. J. Forestry. February, 1985: 84-92.

Soeriaatmadja, R.E., 1981. Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB, Bandung.

Stuart, M.D dan P.M. Costa. 1998. Climate Change Mitigation by Forestry: A
Review of International Initiatives. Discussion Paper. Policy that Works
for Forest and People.
Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sushil. 1993. System Dynamics: A Practical Approach for Managerial Problems.
Wiley Eastern Limited, New Delhi.

Syakuroh, U. 2004. Emisi Gas Rumah Kaca di Wilayah Kabupaten Bogor.


Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Taiz, L., dan E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings Publ.
Co. Inc. California.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Institut Teknologi
Bandung, Bandung.

119
The National Energy Foundation. 2005. CO2 Calculator.
Http://www.nef.org.uk/energyadvice/co2calculator.htm [September 2005].
Tinambunan, R. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang terbuka Hijau di Kota
Pekanbaru. Sekolah Pasca Sarjana. Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Trenbeth. 1981. Current Atmospheric Carbon Dioxide. Dalam Http://www.cdiac.
esd.ornl.gov/ftp/maunaloa-co2/maunaloa.co2 dan Http://www.radix.net/
~bobg/faqs/scq.CO2rise.html). [Mei 2005].
Triono, S. 2004. Potensi Penyerapan Karbondioksida Pada Akasia (Acacia
crassicarpa) dan Gmelina (Gmelina arborea Linn.) berdasarkan Model
Pertumbuhan Logistik dan Kurva Respon Cahaya. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Urban Forestry Administration District of Columbia. 2004. Benefit sof Urban
Trees. Http: //ddot.dc.gov/ufa/cwp/view,a,1293,q,575431.asp [Desember
2004].
Waldbott, G.L. 1978. Health Effect of Environmental Pollutants. The C.V. Mosby
Co. Missoury, USA
Walikota Bogor. 2003. Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Tahun 1999-
2003.
Wenger, K.F. 1984. Forestry Handbook Second Edition. John Wiley & Sons. New
York.
Wijaya, T. 2004. Penentuan Luasan HK di Kota Bogor. Skripsi. Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wisesa, S.P.C. 1988. Studi Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya
Bogor. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yuliani, F. 2004. Emisi CO2 dari Bidang Industri dan Transportasi di Kabupaten
Bogor. Skripsi S1. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

120
LAMPIRAN

121
Lampiran 1. Lokasi pengambilann sampel gaas CO2 ambiien

121

Lampiran 2. Rincian data Power Analyst dari Powerdesigner 6.0

Root Process
Process Tree

Bahan Bakar (1) [4]

Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh Pohon HK [11]

Emisi [1]

HPD (4) [10]

KRB (3) [9]

Penelitian di Rumah Kaca [8]

Penelitian Waktu Kepadatan Kendaraan [2]

Pengambilan Sampel CO2 Ambien (2) [3]

Pohon [6]

Penelitian di Arboretum IPB [7]

R_T_H [13]

Sink [5]

Sink CO2 oleh RTH (5) [14]

Simulasi Emisi Gas CO2 dan Sinknya oleh RTH dan HK dengan Program Powersim (6) [16]

122

Process Bahan Bakar (1)


Name: Bahan Bakar (1)
Code: BAHAN_BAKAR__1_
Label: Penelitian 1
Number: 4
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst

BBMG Emisi (Process) X

Perhitungan Emisi Jumlah Emisi CO2 (External X


Entity)

Process Emisi
Name: Emisi
Code: EMISI
Label:
Number: 1
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Analisis Emisi Analisis Kebutuhan Hutan Kota X
(External Entity)
BBMG Bahan Bakar (1) (Process) X
Udara Penelitian Waktu Kepadatan X
Kendaraan (Process)

Process HPD (4)


Name: HPD (4)
Code: HPD__4_
Label:
Number: 10
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Met KH HPD Pengujian Metoda (External X
Entity)
Sink Pohon HPD Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh X
Pohon HK (Process)

123

Process Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh Pohon HK


Name: Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh Pohon HK
Code: DAYA_SINK_CO2_OLEH_POHON
Label:
Number: 11
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
klasiifikasi Kelas Daya Sink (External X
Entity)
Sink Pohon HPD HPD (4) (Process) X
Sink Pohon KRB KRB (3) (Process) X

Process KRB (3)


Name: KRB (3)
Code: KRB__3_
Label:
Number: 9
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Met KH KRB Pengujian Metoda (External X
Entity)
Sink Pohon KRB Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh X
Pohon HK (Process)

Process Penelitian di Arboretum IPB


Name: Penelitian di Arboretum IPB
Code: PRCS_745
Label:
Number: 7
Lowest Level:No

124

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Hasil KH Pengujian Metoda (External X
Entity)
Metd Karbohidrat Pohon (Process) X

Process Penelitian di Rumah Kaca


Name: Penelitian di Rumah Kaca
Code: PENELITIAN_DI_RUMAH_KACA
Label:
Number: 8
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Fotos Meter Pohon (Process) X
Hasil Alat Pengujian Metoda (External X
Entity)

Process Penelitian Waktu Kepadatan Kendaraan


Name: Penelitian Waktu Kepadatan Kendaraan
Code: PENELITIAN_WAKTU_KEPADATAN_KENDARAAN
Label:
Number: 2
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Udara Emisi (Process) X
Waktu Padat Kendaraan Pengambilan Sampel CO2 X
Tertinggi Ambien (2) (Process)

Process Pengambilan Sampel CO2 Ambien (2)


Name: Pengambilan Sampel CO2 Ambien (2)
Code: PENGAMBILAN_SAMPEL_CO2_AMBIEN__2_
Label:
Number: 3
Lowest Level:No

125

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Analisis Gas Konsentrasi CO2 Ambien X
Kromatografi (External Entity)
Waktu Padat Kendaraan Penelitian Waktu Kepadatan X
Tertinggi Kendaraan (Process)

Process Pohon
Name: Pohon
Code: POHON
Label:
Number: 6
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Data Primer Sink (Process) X
Fotos Meter Penelitian di Rumah Kaca X
(Process)
Metd Karbohidrat Penelitian di Arboretum IPB X
(Process)

Process R_T_H
Name: R_T_H
Code: R_T_H
Label:
Number: 13
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Analisis Luasan dan Bentuk dan Luasan RTH X
Penurunan (External Entity)
Data Sekunder Sink (Process) X

Process Sink
Name: Sink
Code: SINK
Label:
Number: 5
Lowest Level:No

126

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Analisis Sink Analisis Kebutuhan Hutan Kota X
(External Entity)
Data Primer Pohon (Process) X
Data Sekunder R_T_H (Process) X

Process Sink CO2 oleh RTH (5)


Name: Sink CO2 oleh RTH (5)
Code: SINK_CO2_OLEH_RTH__5_
Label:
Number: 14
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Perhitungan Sink Bentuk dan Luasan RTH (External X
Entity)
Sink Jenis RTH Sink oleh RTH (External Entity) X

Process Simulasi Emisi Gas CO2 dan Sinknya oleh RTH dan HK dengan
Program Powersim (6)
Name: Simulasi Emisi Gas CO2 dan Sinknya oleh RTH dan HK dengan
Program Powersim (6)
Code:
SIMULASI_EMISI_GAS_CO2_DAN_SINKNYA_OLEH_RTH_DAN_HK_D
ENGAN_PROGRAM_POWERSIM__6_
Label:
Number: 16
Lowest Level:No

Process Reference List


Connected via Connected to Src Dst
Analisis dan Sintesis NILAI_KEBUTUHAN_LUASAN X
_HUTAN_KOTA_SBG_SINK_G
AS_CO2_PADA_BERBAGAI_SK
ENARIO (External Entity)
Nilai konstanta Sink Kelas Daya Sink (External Entity) X
Jenis HK
Nilai level CO2 Ambien Konsentrasi CO2 Ambien X
(External Entity)
Nilai Sink Jenis RTH Sink oleh RTH (External Entity) X
Nilai_Auksiliari Jumlah Emisi CO2 (External X
EMISI_CO2 Entity)

127

Lists of objects
External Entity List
Name Code
Analisis Kebutuhan Hutan Kota
ANALISIS_KEBUTUHAN_LUASAN_HUT
AN _KOTA
Bentuk dan Luasan RTH BENTUK_DAN_LUASAN_RTH
Jumlah Emisi CO2 JUMLAH_EMISI_CO2
Kelas Daya Sink KELAS_DAYA_SINK
Konsentrasi CO2 Ambien KONSENTRASI_CO2_AMBIEN
NILAI_KEBUTUHAN_LUASA NILAI_KEBUTUHAN_LUASAN_HUTAN_
N_HUTAN_KOTA_SBG_SINK KOTA_SBG_SINK_GAS_CO2_PADA_BER
_GAS_CO2_PADA_BERBAGA BA GAI_SKENARIO
I_SKENARIO
Pengujian Metoda PENGUJIAN_METODA
Sink oleh RTH SINK_OLEH_RTH

Data Item List


Name Code Type
21 jenis di HPD 21_JENIS_DI_HPD N
25 jenis di KRB 25_JENIS_DI_KRB N
Analisis emisi ANALISIS_EMISI N
Analisis Konsentrasi ANALISIS_KONSENTRASI_AMBIEN _ CO2 N
ambien CO2
Analisis sink ANALISIS_SINK N
Baranang Siang BARANANG_SIANG N
Bensin BENSIN N
Bogor LakeSide BOGOR_LAKESIDE N
Cimanggu CIMANGGU N
Ciremai Ujung CIREMAI_UJUNG N
Data primer DATA_PRIMER N
Data Sekunder DATA_SEKUNDER N
Daya sink jenis tanaman DAYA_SINK_JENIS_TANAMAN N
Ekalokasari EKALOKASARI N
Ekalos EKALOS N
Emisi Bensin EMISI_BENSIN N
Emisi LPG EMISI_LPG N
Emisi M Diesel EMISI_M_DIESEL N
Emisi M Tanah EMISI_M_TANAH N
Emisi Solar EMISI_SOLAR N
Ht Pen Dramaga HT_PEN_DRAMAGA N
Htn Penel Darmaga HTN_PENEL_DARMAGA N
Htn Penen Darmaga HTN_PENEN_DARMAGA N
Hutan Penel Darmaga HUTAN_PENEL_DARMAGA N
Hutan Penel Dramaga HUTAN_PENEL_DRAMAGA N
Indrapasta INDRAPASTA N
Jambu Dua JAMBU_DUA N

128

Name Code Type


Jembatan Merah JEMBATAN_MERAH N
Jumlah 50 jenis JUMLAH_50_JENIS N
Jumlah Emisi Gas CO2 JUMLAH_EMISI_GAS_CO2 N
Jumlah Sink gas CO2 JUMLAH_SINK_GAS_CO2 N
Kadar KH pkl 10 pagi KADAR_KH_PKL_10_PAGI N
kadar KH pkl 5 pagi KADAR_KH_PKL_5_PAGI N
Keb lahan terbangun per KEB_LAHAN_TERBANGUN_PER_JIWA N
jiwa
Kebun Raya KEBUN_RAYA N
Kebun Raya Bogor KEBUN_RAYA_BOGOR N
Kelas daya sink HK KELAS_DAYA_SINK_HK N
Kelas daya sink rendah KELAS_DAYA_SINK_RENDAH N
Kelas daya sink sangat KELAS_DAYA_SINK_SANGAT_RENDAH N
rendah
Kelas daya sink sangat KELAS_DAYA_SINK_SANGAT_TINGGI N
tinggi
Kelas daya sink sedang KELAS_DAYA_SINK_SEDANG N
Kelas daya sink tinggi KELAS_DAYA_SINK_TINGGI N
Konsentrasi ambien KONSENTRASI_AMBIEN_HUJAN_2007 N
hujan 2007
Konsentrasi ambien KONSENTRASI_AMBIEN_KEMARAU_2006 N
kemarau 2006
Liasan Sawah LIASAN_SAWAH N
LPG LPG N
Luasan Rumput dan LUASAN_RUMPUT_DAN_SEMAK N
Semak
Luasan Veg Jarang LUASAN_VEG_JARANG N
Luasan Veg Rapat LUASAN_VEG_RAPAT N
Maks Serapam KRB MAKS_SERAPAM_KRB N
Maks Serapan HPD MAKS_SERAPAN_HPD N
Metoda ADC LCA4 METODA_ADC_LCA4 N
Min Serapan HPD MIN_SERAPAN_HPD N
Min Serapan KRB MIN_SERAPAN_KRB N
Minyak Diesel MINYAK_DIESEL N
Minyak Tanah MINYAK_TANAH N
Nilai daya sink rendah NILAI_DAYA_SINK_RENDAH N
Nilai daya sink sangat NILAI_DAYA_SINK_SANGAT_RENDAH N
rendah
Nilai daya sink sangat NILAI_DAYA_SINK_SANGAT_TINGGI N
tinggi
Nilai daya sink sedang NILAI_DAYA_SINK_SEDANG N
Nilai daya sink tinggi NILAI_DAYA_SINK_TINGGI N
Nilai sink 5 jenis Rmh NILAI_SINK_5_JENIS_RMH_KACA N
Kaca
Nilai sink 5 jnis tan NILAI_SINK_5_JNIS_TAN_ARBORETUM N
Arboretum
Nilai sink jenis tan di NILAI_SINK_JENIS_TAN_DI_HPD N

129

Name Code Type


HPD
Nilai sink jenis tan KRB NILAI_SINK_JENIS_TAN_KRB N
Nilai sink semak rumput NILAI_SINK_SEMAK_RUMPUT N
Nilai sink veg jarang NILAI_SINK_VEG_JARANG N
Nilai sink veg rapat NILAI_SINK_VEG_RAPAT N
Niulai sink sawah NIULAI_SINK_SAWAH N
Pasar Bogor PASAR_BOGOR N
Penel 5 jenis tanaman PENEL_5_JENIS_TANAMAN N
Penel di HPD PENEL_DI_HPD N
Penel di KRB PENEL_DI_KRB N
Pengg Bensin PENGG_BENSIN N
Pengg LPG PENGG_LPG N
Pengg M Diesel PENGG_M_DIESEL N
Pengg M Tanah PENGG_M_TANAH N
Pengg Solar PENGG_SOLAR N
Penghematan bahan PENGHEMATAN_BAHAN_BAKAR N
bakar
Penghematan bahanbakar PENGHEMATAN_BAHANBAKAR N
Pengukuran Jam 10 pagi PENGUKURAN_JAM_10_PAGI N
Pengukuran Jam 5 pagi PENGUKURAN_JAM_5_PAGI N
Penurunan Luas Veg PENURUNAN_LUAS_VEG_JARANG DC
Jarang
Penurunan Luas Veg PENURUNAN_LUAS_VEG_RAPAT DC
Rapat
Penurunan Rumput dan PENURUNAN_RUMPUT_DAN_SEMAK DC
Semak
Penurunan Sawah PENURUNAN_SAWAH DC
Perc Rumah Kaca PERC_RUMAH_KACA N
Pertambahan penduduk PERTAMBAHAN_PENDUDUK N
Rerata Kons CO2 RERATA_KONS_CO2_AMBIEN N
ambien
Rerata serapan 5 jenis RERATA_SERAPAN_5_JENIS_TANAMAN N
tanaman
Rerata Serapan CO2 RERATA_SERAPAN_CO2_HPD N
HPD
Rerata Serapan CO2 RERATA_SERAPAN_CO2_KRB N
KRB
Rerata Serapan HPD RERATA_SERAPAN_HPD N
Rerata Serapan KRB RERATA_SERAPAN_KRB N
Sink dari jenis pohon di SINK_DARI_JENIS_POHON_DI_HPD N
HPD
Sink dari jenis pohon di SINK_DARI_JENIS_POHON_DI_KRB N
KRB
Sink dari jenis pohon SINK_DARI_JENIS_POHON_HUTAN_KOTA N
Hutan Kota
Sink olerh RTH SINK_OLERH_RTH N
Sink sawah SINK_SAWAH N

130

Name Code Type


Sink semak dan rumput SINK_SEMAK_DAN_RUMPUT N
Sink semak rumput SINK_SEMAK_RUMPUT N
Sink Veg jarang SINK_VEG_JARANG N
Sink veg rapat SINK_VEG_RAPAT N
Sawah dan ladang SAWAH_DAN_LADANG N
Semak dan rumput SEMAK_DAN_RUMPUT N
Serapan sawah dan SERAPAN_SAWAH_DAN_LADANG N
ladang
Serapan Semak dan SERAPAN_SEMAK_DAN_RUMPUT N
rumput
Solar SOLAR N
Tmn Cimanggu TMN_CIMANGGU N
Vegetasi Jarang VEGETASI_JARANG N
Vegtetasi Rapat VEGTETASI_RAPAT N
Warang Jambu WARANG_JAMBU N
Warung Jambu WARUNG_JAMBU N

Process List
Name Code
Bahan Bakar (1) BAHAN_BAKAR__1_
Emisi EMISI
HPD (4) HPD__4_
Klasifikasi Daya Sink CO2 oleh DAYA_SINK_CO2_OLEH_POHON
Pohon HK
KRB (3) KRB__3_
Penelitian di Arboretum IPB PRCS_745
Penelitian di Rumah Kaca PENELITIAN_DI_RUMAH_KACA
Penelitian Waktu Kepadatan PENELITIAN_WAKTU_KEPADATAN_
Kendaraan KENDARAAN
Pengambilan Sampel CO2 Ambien PENGAMBILAN_SAMPEL_CO2_AMBI
(2) EN__2_
Pohon POHON
R_T_H R_T_H
Sink SINK
Sink CO2 oleh RTH (5) SINK_CO2_OLEH_RTH__5_
Simulasi Emisi Gas CO2 dan SIMULASI_EMISI_GAS_CO2_DAN_SIN
Sinknya oleh RTH dan HK dengan KNYA_OLEH_RTH_DAN_HK_DENGA
Program Powersim (6) N_PROGRAM_POWERSIM__6_

131

Lampiran 3. Diagram alir Powersim

Lahan_Pengembangan U_K
Bensin_perJiwa Fr_CO2_Bens

Bensin CO2_Bensin

Solar Solar_perJiwa
Fr_CO_Solar
Pdd_Baru CO2_Solar
Pertamb_Peduduk
M_Tanah MTanah_perJiwa
Fr_CO_MTanah
CO2_MTanah
Pop_Tamb_Lhn M_Diesel
M_Diesel_perJIwa
Fr_CO2_MDiese
Lj_Pertambhn_Pddk
CO2_MDiesel
LPG_perJIwa
Jml_Penduduk FR_CO2_LPG
LPG
CO2_LPG
LTer_per_jiwa Kesenj_lhn_terb
Lahan_Pengembangan

Lhn_Terbangun Lj_Penb_LhnTerb

Penamb_Lhn_Terbangun WPR
Keb_Lhn_Terbangun CO2_VegJarang
Veg_Rapat CO2_VegRpt
Sawah
Rosot_VegRpt Veg_Jarang CO2_Sawah

Penrn_VegRpt
Rosot_VegJarang
Kesenj_Veg_Rpt Kesenj_Veg_Jar Rosot_Sawah

Kesenj_Sawah

Lj_Penrn_VegJarang Penrn_Sawah
Penrn_VegJar

Lj_Penrn_Sawah
Lj_Penrun_VegRpt
CO2_SmkRumput

U_K
Smk_Rmput

Alokasi_RTH
Rosot_SmkRmput
Kesenj_SmkRpt
Penrn_SmkRpt

Lj_Penrn_SmRpt

132

CO2_sisa
CO2_Bensin

CO2_Solar Konv_ppm
Emisi_CO2

CO2_MTanah
ppm_CO2
CO2_Ambien
CO2_MDiesel
Rosot_VegRpt

CO2_LPG Rosot_RTH_HK Rosot_VegJarang

Rosot_Sawah
Rosot_HK
Rosot_SmkRmput
Rosot_phn_Renta

rosot_phn_dewasa Rosot_phn_tua
Rosot_anakan Rosot_phn_remaja

Smk_Rmput
Veg_Rapat Veg_Jarang Sawah

Persen_RTH

Luas_RTH Luas_Kota
Luas_HK Persen_RTH_HK

Luas_HK_RTH

Persen_HK Persen_Terbangun
Persen_Total

Lahan_Pengembangan Lhn_Terbangun

Sisa_Lahan
Luas_Kota Lhn_Terbangun

133

CO2_sisa
Jadi_anakan

Rosot_per_anakan Penamb_anakan

anakan
Rosot_anakan
ke_remaja jadi_remaja

Rosot_per_pohon_remaja
Phn_Remaja
Jadi_dewasa
ke_dewasa
Rosot_phn_remaja

Rosot_per_phn_dewasa Phn_Dewasa
Jadi_tua
ke_tua
rosot_phn_dewasa
Phn_Tua
Rosot_per_phn_Tua
jadi_renta
ke_mati
Rosot_phn_tua

Phn_Renta
jadi_mati
Rosot_per_phn_renta
Auxiliary_97 kematian

anakan
Phn_Dewasa Phn_Remaja KRB_n_HPD

Luas_HK

Phn_Tua

Pohon_perHektar

134

Lampiran 4. Data masukan yang digunakan dalam model

init anakan = 0
unit anakan = bt
init CO2_Ambien = 389.89*7.81*10^12
unit CO2_Ambien = kg
init Jml_Penduduk = 858.396
unit Jml_Penduduk = jiwa
init Lhn_Terbangun = 6.268
unit Lhn_Terbangun = ha
init Phn_Dewasa = 0
init Phn_Remaja = 0
init Phn_Renta = 0
init Phn_Tua = 0
init Sawah = 825,22
unit Sawah = ha
init Smk_Rmput = 720,68
unit Smk_Rmput = ha
init Veg_Jarang = 2495,06
unit Veg_Jarang = ha
init Veg_Rapat = 613,83
unit Veg_Rapat = ha
aux Emisi_CO2 =
CO2_Bensin+CO2_Solar+CO2_MTanah+CO2_MDiesel+CO2_LPG
unit Emisi_CO2 = kg
aux ke_mati = Phn_Tua/jadi_renta
aux ke_remaja = IF (anakan/jadi_remaja<=0, 0, anakan/jadi_remaja)
aux kematian = Phn_Renta/jadi_mati
unit Penamb_anakan = bt
aux Penamb_Lhn_Terbangun =
((+Kesenj_lhn_terb/WPR+Lj_Penb_LhnTerb*Lhn_Terbangun/(Keb_Lhn_Terban
gun)))-6.6
unit Penamb_Lhn_Terbangun = ha
aux Penrn_Sawah = (-Kesenj_Sawah/U_K+(Sawah*Lj_Penrn_Sawah)/U_K)
unit Penrn_Sawah = ha/th
aux Penrn_SmkRpt = (-
Kesenj_SmkRpt/U_K+(Smk_Rmput*Lj_Penrn_SmRpt)/U_K)
unit Penrn_SmkRpt = ha
aux Penrn_VegJar = (-
Kesenj_Veg_Jar/U_K+(Veg_Jarang*Lj_Penrn_VegJarang)/U_K)
unit Penrn_VegJar = ha/th
aux Penrn_VegRpt = (-
Kesenj_Veg_Rpt/U_K+(Veg_Rapat*Lj_Penrun_VegRpt)/U_K)
unit Penrn_VegRpt = ha/th
aux Pertamb_Peduduk =
(+Pop_Tamb_Lhn/U_K+(Jml_Penduduk*Lj_Pertambhn_Pddk)/U_K)
unit Pertamb_Peduduk = jiwa
aux Sink_RTH_HK =

135

Sink_VegRpt+Sink_VegJarang+Sink_Sawah+Sink_SmkRmput+Sink_HK
unit Sink_RTH_HK = kg
aux Bensin = Jml_Penduduk*Bensin_perJiwa
unit Bensin = l
aux CO2_Bensin = Bensin*Fr_CO2_Bensin
unit CO2_Bensin = kg
aux CO2_LPG = LPG*FR_CO2_LPG
unit CO2_LPG = kg
aux CO2_MDiesel = M_Diesel*Fr_CO2_MDiesel
unit CO2_MDiesel = kg
aux CO2_MTanah = M_Tanah*Fr_CO_MTanah
unit CO2_MTanah = kg
aux CO2_sisa = Emisi_CO2-Sink_RTH_HK
unit CO2_sisa = kg
aux CO2_Solar = Solar*Fr_CO_Solar
unit CO2_Solar = kg
aux Keb_Lhn_Terbangun = Jml_Penduduk*LTer_per_jiwa
unit Keb_Lhn_Terbangun = ha
aux Kesenj_lhn_terb = 0,72*Lahan_Pengembangan-Lhn_Terbangun
unit Kesenj_lhn_terb = ha
unit Kesenj_Sawah = ha
unit Kesenj_SmkRpt = ha
unit Kesenj_Veg_Jar = ha
unit Kesenj_Veg_Rpt = ha
aux LPG = Jml_Penduduk*LPG_perJIwa
unit LPG = kg
aux Luas_HK = ROUND
(anakan+Phn_Remaja+Phn_Dewasa+Phn_Tua)/Pohon_perHektar+(KRB n HPD)
unit Luas_HK = ha
aux Luas_HK_RTH = Luas_RTH+Luas_HK
unit Luas_HK_RTH = ha
aux Luas_RTH = Sawah+Smk_Rmput+Veg_Jarang+Veg_Rapat
unit Luas_RTH = ha
aux M_Diesel = Jml_Penduduk*M_Diesel_perJIwa
unit M_Diesel = l
aux M_Tanah = Jml_Penduduk*MTanah_perJiwa
unit M_Tanah = l
aux Pdd_Baru = Lahan_Pengembangan/LTer_per_jiwa
unit Pdd_Baru = jiwa
aux Persen_HK = PCT(Luas_HK/Luas_Kota)
unit Persen_HK = %
aux Persen_RTH = PCT(Luas_RTH/Luas_Kota)
unit Persen_RTH = %
aux Persen_RTH_HK = PCT(Luas_HK_RTH/Luas_Kota)
unit Persen_RTH_HK = %
aux Persen_Terbangun = PCT(Lhn_Terbangun/Luas_Kota)
unit Persen_Terbangun = %
aux Persen_Total = (Persen_RTH_HK+Persen_Terbangun)

136

unit Persen_Total = %
aux Pop_Tamb_Lhn = 0,79*Pdd_Baru-Jml_Penduduk
unit Pop_Tamb_Lhn = jiwa
aux ppm_CO2 = CO2_Ambien/Konv_ppm
unit ppm_CO2 = ppm
aux Sink_anakan = anakan*Sink_per_anakan
aux Sink_HK =
Sink_anakan+sink_phn_dewasa+Sink_phn_remaja+Sink_phn_tua+Sink_phn_Rent
a
unit Sink_HK = kg
aux sink_phn_dewasa = Phn_Dewasa*Sink_per_phn_dewasa
aux Sink_phn_remaja = Phn_Remaja*Sink_per_pohon_remaja
aux Sink_phn_Renta = Phn_Renta*Sink_per_phn_renta
aux Sink_phn_tua = Phn_Tua*Sink_per_phn_Tua
aux Sink_Sawah = Sawah*CO2_Sawah
unit Sink_Sawah = kg
aux Sink_SmkRmput = Smk_Rmput*CO2_SmkRumput
unit Sink_SmkRmput = kg
aux Sink_VegJarang = Veg_Jarang*CO2_VegJarang
unit Sink_VegJarang = kg
aux Sink_VegRpt = Veg_Rapat*CO2_VegRpt
unit Sink_VegRpt = kg
aux Sisa_Lahan = Lahan_Pengembangan-Lhn_Terbangun
unit Sisa_Lahan = ha
aux Solar = Jml_Penduduk*Solar_perJiwa
unit Solar = l
const Alokasi_RTH = 2844
unit Alokasi_RTH = ha
const Bensin_perJiwa = 134,19
unit Bensin_perJiwa = l/jiwa
const CO2_Sawah = 175200
unit CO2_Sawah = kg/ha
const CO2_SmkRumput = 1489200
unit CO2_SmkRumput = kg/ha
const CO2_VegJarang = 569400*0,67
unit CO2_VegJarang = kg/ha
const CO2_VegRpt = 569400
unit CO2_VegRpt = kg/ha
const Fr_CO_MTanah = 2,52
unit Fr_CO_MTanah = kg/l
const Fr_CO_Solar = 2,68
unit Fr_CO_Solar = kg/l
const Fr_CO2_Bensin = 2,31
unit Fr_CO2_Bensin = kg/l
const FR_CO2_LPG = 1,51
unit FR_CO2_LPG = kg/kg
const Fr_CO2_MDiesel = 3,09
unit Fr_CO2_MDiesel = kg/l

137

const Jadi_anakan = 5
unit Jadi_anakan = th
const Jadi_dewasa = 35
const jadi_mati = 25
const jadi_remaja = 15
const jadi_renta = 65
const Jadi_tua = 65
const Konv_ppm = 7,81*10^12
const KRB_n_HPD = 144,75
unit KRB_n_HPD = ha
const Lahan_Pengembangan = 11529,49
unit Lahan_Pengembangan = ha
const Lj_Penb_LhnTerb = 7,3/100
const Lj_Penrn_Sawah = 1,23/100
unit Lj_Penrn_Sawah = ha/th
const Lj_Penrn_SmRpt = 1,77/100
unit Lj_Penrn_SmRpt = ha/th
const Lj_Penrn_VegJarang = 1,15/100
unit Lj_Penrn_VegJarang = ha/th
const Lj_Penrun_VegRpt = 0,33/100
unit Lj_Penrun_VegRpt = ha/th
const Lj_Pertambhn_Pddk = 3,06/100
unit Lj_Pertambhn_Pddk = jiwa/th
const LPG_perJIwa = 5,14
unit LPG_perJIwa = kg/jiwa
const LTer_per_jiwa = 0,007
unit LTer_per_jiwa = ha/jiwa
const Luas_Kota = 11850
unit Luas_Kota = ha
const M_Diesel_perJIwa = 6,24
unit M_Diesel_perJIwa = l/jiwa
const MTanah_perJiwa = 84,17
unit MTanah_perJiwa = l/jiwa
const Pohon_perHektar = 250
unit Pohon_perHektar = bt/ha
const Sink_per_anakan = 40
const Sink_per_phn_dewasa = 647
const Sink_per_phn_renta = 300
const Sink_per_phn_Tua = 630
const Sink_per_pohon_remaja = 300
const Solar_perJiwa = 33,55
unit Solar_perJiwa = l/jiwa
unit U_K = tahun
spec start = 2005
spec stop = 2100
spec dt = 5
spec method = Euler (fixed step)

138

Lampiran 5. Hasil simulasi grafik pertambahan jumlah penduduk dan luasan lahan
terbangun

1,300,000
Jumlah Penduduk

1,200,000

1,100,000

1,000,000

900,000

2,020 2,040 2,060 2,080 2,100


Tahun

Lahan Terbangun (ha)

8,000

7,500

7,000

6,500

2,020 2,040 2,060 2,080 2,100


Tahun

139

Lampiran 6. Jumlah emisi gas CO2

(Kg)
Penambahan CO2
800,000,000

700,000,000

600,000,000

2,020 2,060 2,100


Tahun

140

Lampiran 7. Foto stomata dan daun tanaman di Kebun Raya Bogor

Flamboyan

Johar

141

Merbaupantai

Asam

142

Kempas

Sapu Tangan

143

Krey Payung

Matoa

144

Rambutan

Tanjung

145

Sawo kecik

Angsana

146

Dadap

Trembesi

147

Saga

Asam Kranji

148

Mahoni

Khaya

149

Pingku

Beringin

150

Nangka

Kenanga

151

Nona

Kembang Merak

152

Lampiran 8. Foto stomata dan daun tanaman di Hutan Penelitian Dramaga

A. heterophyllus A. auriculiformis

B. roxburghiana. C. guineensis

C. parthenoxylon D. retusa

153

K. senegalensis L. speciosa

S. macrophylla S. mahagoni

A.mangium H. mengarawan

154

H. odorata P. affinis

P. alata S. indicum

S. wallichii S. selanica

155

S. zeylanica. T. grandis

T. verrucossum

156

Lampiran 9. Ukuran panjang, lebar dan kerapatan stomata hasil penelitian


Agustini (1994)

Kerapatan Kerapatan
Kategori
Nama Latin Stomata pada Stomata pada
(Nama Daerah) Kerapatan
Epidermis Epidermis
Stomata
Atas (mm2) Bawah (mm2)

Agathis damara (Damar) 0 95,06 Rendah

Amherstia nobilis (Bunga Ratu) 0 373,50 Sedang

Baphia nitida 5,44 126,92 Sedang

Baringtonia asiatica (Pohon


0 310,04 Sedang
perdamaian/Bogem/Buton)

Bauhinia fortificata (Daun Kupu-


34,45 359,90 Sedang
kupu)

Bauhinia galpinii (Daun Kupu-


34,45 309,13 Sedang
kupu)

Bauhinia monandra (Daun Kupu-


33,45 322,73 Sedang
kupu)

Bauhinia purpurea (Bunga Kupu-


23,57 337,23 Sedang
kupu)

Brownea ariza 0 517,64 Tinggi

Brownea capitella (Bunga Lampion) 0 545,74 Tinggi

Brownea grandiceps (Bunga


0 474,12 Sedang
Rakbol)

Caessalpinia coriaria (Divi-divi) 0 486,60 Sedang

Callophyllum inophyllum
0 233,89 Rendah
(Nyamplung/Bintangur)

Cananga odorata (Kenanga) 9,41 312,48 Sedang

Cassia fistula (Trengguli) 0 402,70 Sedang

Cassia garrettiana (Kasia) 0 258,36 Rendah

Cassia grandis 0 479,56 Sedang

Cassia javanica (Trengguli


0 276,50 Rendah
Wanggang)

157

Kerapatan Kerapatan
Kategori
Nama Latin Stomata pada Stomata pada
(Nama Daerah) Kerapatan
Epidermis Epidermis
Stomata
Atas (mm2) Bawah (mm2)

Cassia nodosa (Sebusuk) 0 338,14 Sedang

Cassia siamea (Johar/Juwar) 0 494,07 Sedang

Cassia sieberiana 0 704,38 Tinggi

Cassia spectabilis 0 546,34 Tinggi

Cinnamomum iners (Kayu manis) 0 482,84 Sedang

Delonix regia
3,76 797,20 Tinggi
(Flamboyan)

Dialium guamnense
0 436,05 Sedang
Dillenia philippinensis (Sempur) 0 250,09 Rendah

Dillenia retusa (Sempur) 0 279,54 Rendah

Diospyros natalensis (Eboni) 0 246,83 Rendah

Endertia spectabilis (Dadap)


7,25 261,99 Sedang
Eperua falcata 0 388,00 Sedang

Erythrina poeppigiana (Dadap


3,63 278,31 Rendah
jingga)

Ficus benjamina (Beringin) 0 306,83 Sedang

Ficus religiosa (Pohon bodi) 0 173,18 Rendah

Figelia pinnata (Atamini/Pohon


0 581,66 Tinggi
sosis)

Filicium decipiens (Krei payung) 0 527,07 Tinggi

Hopea odorata (Meranti chengal) 0 370,83 Sedang

Inga affinis 0 380,75 Sedang

Inga edulis 0 614,64 Tinggi

Jacaranda filicifolia (Jakaranda) 0 425,42 Sedang

Khaya anthoteka (Khaya) 0 565,66 Tinggi

158

Kerapatan Kerapatan
Kategori
Nama Latin Stomata pada Stomata pada
(Nama Daerah) Kerapatan
Epidermis Epidermis
Stomata
Atas (mm2) Bawah (mm2)

Khaya ivorensis 0 550,60 Tinggi

Khaya sinegalensis (Khaya sinegal) 0 605,19 Tinggi

Lagerstomia speciosa (Bungur) 0 272,95 Rendah

Lonchocarpus domingensis 0 241,14 Rendah

Macrolobium coeruleoides 13,18 213,65 Rendah

Manilkara kauki (Sawo kecik) 0 329,42 Sedang

Maniltoa grandiflora (Bunga


0 431,51 Sedang
Saputangan Putih)

Melia azedarach (Mindi) 0 407,54 Sedang

Michelia champaca
0 373,66 Sedang
(Cempaka/Kantil)

Milletia ovalifolia 0 223,92 Rendah

Mimusops elengi (Tanjung) 0 133,65 Rendah

Ornocarpus oreintale 0 139,61 Rendah

Ornosia calavensis
0 248,39 Rendah
(Bintangoro/Sutera)

Peltophorus dasyrrhachis
0 196,72 Rendah
(Saga/Petar)

Peltophorus platicarpus (Asam


0 171,34 Rendah
londo/Saga)

Piliostoma malabaricum 0 549,73 Tinggi

Pometia pinnata (Matoa) 0 564,72 Tinggi

Pterocarpus indicus (Angsana) 0 128,73 Rendah

Pterocarpus koordesii (Podocarpus/


0 95,06 Rendah
Ki putri)

Samanea saman (Ki Hujan) 0 412,48 Sedang

Saraca indica (Saraka/Asoka) 0 239,33 Rendah

159

Kerapatan Kerapatan
Kategori
Nama Latin Stomata pada Stomata pada
(Nama Daerah) Kerapatan
Epidermis Epidermis
Stomata
Atas (mm2) Bawah (mm2)

Saraca palembanica (Kembang


0 215,53 Rendah
Dedes)

Saraca thaipingensis (Kembang


12,69 445,11 Sedang
Dedes)

Shorea pinnata (Tengkawang) 0 239,06 Rendah

Shorea seminis 0 526,13 Tinggi

Sindora siamensis 0 546,65 Tinggi

Sindora velutina (Seputih Janten) 0 449,65 Sedang

Sindora walichii (Tamparan Hantu) 0 294,63 Rendah

Swartzia pinnata 0 261,99 Rendah

Swietenia macrophylla (Mahoni


0 458,36 Sedang
daun lebar)

Swietenia mahagoni (Mahoni) 0 223,82 Rendah

Terminalia cattapa (Ketapang) 0 386,83 Sedang

Tetrapleura tetraptera 0 350,83 Sedang

Trachylobium hornemannianum 0 381,65 Sedang

Trachylobium verrucosus (Patekok) 0 381,19 Sedang

160

Lampiran 10. Hasil perhitungan hubungan antara sink dengan panjang, lebar dan
kerapatan stomata tanaman di Kebun Raya Bogor dengan
menggunakan program Datafit 8.2.79 .

1. Hubungan Sink dengan Panjang dan kerapatan Stomata


DataFit version 8.2.79
Results from project "Untitled8"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c

Number of observations = 25
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 28,5218533245598
Average Residual = 1,14087413298239
Residual Sum of Squares (Absolute) = 338,449345291561
Residual Sum of Squares (Relative) = 338,449345291561
Standard Error of the Estimate = 3,92225205075049
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0138791963
Proportion of Variance Explained = 1,38791963%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 1,80240623849846

2. Hubungan Sink dengan Lebar dan Kerapatan Stomata

DataFit version 8.2.79


Results from project "Untitled9"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c

Number of observations = 25
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 27,3363491068793
Average Residual = 1,09345396427517
Residual Sum of Squares (Absolute) = 321,60219679971
Residual Sum of Squares (Relative) = 321,60219679971
Standard Error of the Estimate = 3,82338615270732
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0629657844
Proportion of Variance Explained = 6,29657844%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0

161

Durbin-Watson statistic = 1,81709372312563

Sum of Residuals = 28,397891455672


Average Residual = 1,13591565822688
Residual Sum of Squares (Absolute) = 335,191940687977
Residual Sum of Squares (Relative) = 335,191940687977
Standard Error of the Estimate = 3,903331564702
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0233701127
Proportion of Variance Explained = 2,33701127%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 1,81748384829151

162

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Hubungan antara Sink dengan Panjang, Lebar
dan Kerapatan Stomata Tanaman di Hutan Penelitian Dramaga

1. Hubungan Sink dengan Panjang Stomata


DataFit version 8.2.79
Results from project "Untitled4"
Equation ID: a*x+b
Model Definition:
Y = a*x+b
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 0
Average Residual = 0
Residual Sum of Squares (Absolute) = 32,1168973895964
Residual Sum of Squares (Relative) = 32,1168973895964
Standard Error of the Estimate = 1,30013961577404
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0319069199
Proportion of Variance Explained = 3,19069199%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 0,95597374103662

2. Hubungan Sink dengan Lebar Stomata


DataFit version 8.2.79
Results from project "Untitled4"
Equation ID: a*x+b
Model Definition:
Y = a*x+b
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Nonlinear
Nonlinear iteration limit = 250
Diverging nonlinear iteration limit =10
Number of nonlinear iterations performed = 11
Residual tolerance = 0,0000000001
Sum of Residuals = -8,88178419700125E-16
Average Residual = -4,22942104619107E-17
Residual Sum of Squares (Absolute) = 33,1730852259319
Residual Sum of Squares (Relative) = 33,1730852259319
Standard Error of the Estimate = 1,32134471429541
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0000704656
Proportion of Variance Explained = 0,00704656%

163

Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0


Durbin-Watson statistic = 1,0031392440387

3. Hubungan Sink dengan Kerapatan Stomata


DataFit version 8.2.79
Results from project "Untitled4"
Equation ID: a*x+b
Model Definition:
Y = a*x+b
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 8,88178419700125E-16
Average Residual = 4,22942104619107E-17
Residual Sum of Squares (Absolute) = 33,1449368953836
Residual Sum of Squares (Relative) = 33,1449368953836
Standard Error of the Estimate = 1,32078399555526
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,000918935
Proportion of Variance Explained = 0,0918935%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 1,04399513860023

4. Hubungan Panjang dengan Lebar Stomata

DataFit version 8.2.79


Results from project "Untitled5"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 10,1001923870797
Average Residual = 0,480961542241892
Residual Sum of Squares (Absolute) = 35,7526149181986
Residual Sum of Squares (Relative) = 35,7526149181986
Standard Error of the Estimate = 1,4093460839497
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0
Proportion of Variance Explained = 0,0%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 0,936041292460689

164

5. Hubungan Panjang dengan Kerapatan Stomata

DataFit version 8.2.79


Results from project "Untitled5"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 10,3709620932119
Average Residual = 0,493855337771995
Residual Sum of Squares (Absolute) = 37,88980609659
Residual Sum of Squares (Relative) = 37,88980609659
Standard Error of the Estimate = 1,45085810043172
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0
Proportion of Variance Explained = 0,0%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 0,867381088289438

6. Hubungan Lebar dengan Kerapatan Stomata

DataFit version 8.2.79


Results from project "Untitled5"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 10,3976162564505
Average Residual = 0,495124583640498
Residual Sum of Squares (Absolute) = 38,3942763656525
Residual Sum of Squares (Relative) = 38,3942763656525
Standard Error of the Estimate = 1,46048462971966
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0
Proportion of Variance Explained = 0,0%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 0,881006905285326

7. Hubungan Sink dengan Panjang, Lebar dan Kerapatan Stomata

165

DataFit version 8.2.79


Results from project "Untitled5"
Equation ID: a*x1^b*x2^c
Model Definition:
Y = a*x1^b*x2^c
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 10,3976162564505
Average Residual = 0,495124583640498
Residual Sum of Squares (Absolute) = 38,3942763656525
Residual Sum of Squares (Relative) = 38,3942763656525
Standard Error of the Estimate = 1,46048462971966
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,0
Proportion of Variance Explained = 0,0%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0
Durbin-Watson statistic = 0,881006905285326

8. Hubungan Sink dengan Panjang, lebar dan kerapatan Stomata


DataFit version 8.2.79
Results from project "Untitled6"
Equation ID: a*x1+b*x2+c*x3
Model Definition:
Y = a*x1+b*x2+c*x3
Number of observations = 21
Number of missing observations = 0
Solver type: Linear
Sum of Residuals = 0,871674736055247
Average Residual = 4,15083207645356E-02
Residual Sum of Squares (Absolute) = 28,5726464950639
Residual Sum of Squares (Relative) = 28,5726464950639
Standard Error of the Estimate = 1,25990842910339
Coefficient of Multiple Determination (R^2) = 0,1387405509
Proportion of Variance Explained = 13,87405509%
Adjusted coefficient of multiple determination (Ra^2) = 0,0430450566
Durbin-Watson statistic = 1,16706835045405

166

Lampiran 12. Perangkat ADC LCA-4 yang digunakan untuk mengukur daya
serap CO2

Gambar LCA-4 (Leaf Chamber Analyser seri 4)

Gambar PLC (Portable Leaf Chamber)

167

Gambar ADC LCA-4 Microclimate Control System

168

Lampiran 13. Foto alat kromatografi gas

Gambar Printer untuk Mencetak Hasil Analisis

Gambar Kolom Injeksi Kromatograsi Gas

169

Lampiran 14. Foto pengambilan sampel CO2 ambien di beberapa lokasi yang
padat kendaraan bermotor

(a)

(b)

(c)

170

(d)

(e)

Gambar Pengambilan Sampel di : (a) Warung Jambu, (b) Tugu Kujang, (c)
Ekalokasari, (d) Sukasari, (e) Jembatan Merah

171

Lampiran 15. Keadaan ruang terbuka hijau kota di setiap kecamatan di Kota
Bogor pada tahun 2005
Kecamatan Bogor Timur
Luasan ruang terbuka hijaunya 55.911,08 m2 yang tersebar di 31 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Taman = 5.670,55 m2
Jalur hijau = 29.304,44 m2
Bantaran sungai = 2.208,60 m2
Lereng = 1.306,80 m2
Median = 10.402,19 m2
Pulo jalan = 4.567,68 m2
Taman sudut kota = 420,42 m2
Lapangan = 2.030,40 m2
Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas (m) Jenis Tanaman
Taman
1 Taman depan Ekalokasari Kel.Sukasari 3.385,19 Pulo jalan Rumput,alang-alang
( bulat )
2 Taman depan Ekalokasari Kel.Sukasari 696,88 Pulo jalan Ervah,pandan kuning,
(Trafesium) soka, babawangan,
nanas merah
3 Taman depan Ekalokasari Kel.Sukasari 174,96 Pulo jalan Pulmbago,pandan
kuning, taiwan biuti
4 Taman median Kel.Sukasari 179,69 Median Pandan kuning, ervah,
Ekalokasari biuty, iris kuning, palm
raja,amarilis,
babawangan
5 Taman sebelah kanan dari Kel.Sukasari 2.229,91 Jalur hijau Kenari,tanjung,bougenv
depan PDAM s/d il, palm raja,nusa indah,
seberang Mardi yuana rosiana,kembang kertas,
pisang-pisangan
6 Taman dari lampu merah Kel. 4.066,06 Jalur hijau Mahoni, Angsana
Damkar s/d Terminal Baranagsiang
Baranang siang & Kel.Sukasari
(Kanan )
7 Taman dari lampu merah Kel. 6.323,56 Jalur hijau Angsana,Mahoni
Damkar s/d Terminal Baranagsiang
Baranang siang ( Kiri ) & Kel.Sukasari
8 Taman dari lampu merah Kel. 7.486,50 Median Bougenville, Kupu-
Damkar s/d Terminal Baranagsiang kupu,mahoni,
Baranangsiang & Kel.Sukasari bakung,batherplay,
ervah,lili paris
brazil,Bintaro Nanas
merah,melati,angsana,pl
umbago,mutiara,babaw
angan,iris kuning,alang
putih,lolipop

172

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas (m) Jenis Tanaman
Taman
9 Taman depan terminal bis Kel.Baranangsi 297,56 Jalur hijau Palm punix, Angsana,
Baranangsiang ang Bambu, ervah pangkas
hijau
10 Taman Tol Jagorawi Kel.Baranangsi 2.113,00 Median Kacapiring, Batavia,
ang Bunga Kana,
bougenville, pisang-
pisangan, nusa indah,
sabrina
11 Taman depan terminal bis Kel.Baranangsi 32,00 Pulo jalan Ervah, beringin bonsai
Baranangsiang I ang sianto
12 Taman depan terminal Kel. 114,00 Pulo jalan Ervah, beringin bonasai
baranangsinga II Baranagsiang sianto
13 Taman Sudut Jl. Bina Kel.Baranangsi 420,42 Taman Palm ekor tupai, pandan
marga ang Sudut kuning, cemara,
batavia, bambu jepang,
puring, nanas merah,
pandan kuning, lidah
mertua hijau, soka
singapur, kol banda, iris
putih, rosandra , kelapa
sawit
14 Taman jalan Bina marga Kel.Baranangsi 396,00 Jalur hijau Iris kuning,sutra
ang bombay, palm putri,
tricolour, bakung,
amarilis, pandan
kuning, ervah, kacang
hias
15 Taman lapangan jl.Riau Kel. 1.820,40 Lapangan Palm botol
Baranagsiang
16 Taman lereng jl.Riau Kel. 1.306,80 Lereng Mahoni, Angsana
Baranagsiang
17 Taman jalan Riau Kel. 1.472,40 Jalur hijau Trembesi
Baranagsiang
18 Taman bantaran sungan Kel.Baranangsi 2.208,60 Bantaran Angsana
Ciliwung Jl. Riau ang sungai
19 Taman Jl.Sukasari II dari Kel. Sukasari 288,55 Jalur hijau hanjuang, kamboja,
pasar gemrong ( kiri ) palm putri, kupu-kupu
20 Taman jl.Padi dari Kel. 3.510,87 Jalur hijau Sutra bombay, amarylis
simpang pakuan s/d ujung Baranagsiang hijau, palm ekor tupai,
jl.Binamarga ( kanan ) nanas merah,alang
putih,iris kuning,
Kelapa sawit, bambu
krisik
21 Taman jl.padi dari Kel.Baranangsi 618,70 Jalur hijau Mahoni
simpang pakuan s/d ujung ang
jl.Binamarga ( kiri )
22 Taman Jl.Pakuan Kel. 623,00 Median Palm raja, oliander,
Baranagsiang bunga mentega, Cassia,
angsana, akasia,
kembang kertas,
tanjung, nangka, bunga
kupu- kupu, beringin

173

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas (m) Jenis Tanaman
Taman
23 Taman depan ekalokasri Kel. Sukasari 799,56 Jalur hijau Kenari , Mahoni,
plaza ( sebelah kiri jl. angsana
Siliwangi dari Damkar s/d
jl. Masuk plaza
Ekalokasri )
24 Taman depan Ekalokasari Kel.Sukasari 152,70 Pulo jalan Tumbak raja, bakung,
plaza kacang hias palm
kuning, kucai,
helikonia/pisang-
psangan, cyclops,
lantana, kelom,ervah
25 Taman Segitiga Sukasari Kel. Sukasari 164,5 Taman Pangkas kuning, cemara
III lilin, pohon saga,
angsana kacapiring
26 Taman Jl. Bantar Kemang Kel. 1.486,16 Jalur hijau Mahoni
sebelah kiri dari jl. Baranagsiang
Pajajaran
27 Taman sebelah kanan jl. Kel. 411,04 Jalur hijau Kelapa sawit
Otista sebelah kanan dari Baranagsiang
SD Bangka s/d belokan Jl.
Pajajaran
28 Taman jl. Malabar Kel. Tegal 5.040,57 Jalur hijau Mahoni, tanjung,
sebelah kanan depan Lega ketapang, bungur,
Internusa s/d jl. PMI bunga kupu-kupu
depan IPB
29 Taman sebelah kiri Kel. Tegal 2.363,50 Jalur hijau Mahoni, kupu-kupu,
belokan jl. Malabar s/d Jl. Lega trembesi, bungur
PMI depan IPB
30 Taman Malabar Kel. Tegal 5.517,85 Taman flamboyan, saputangan,
Lega golodogan tiang,
kembang kertas, melati
kosta, kemuning,
tanjung, nangka, seruni,
bunga kupu-kupu,
kembang sepatu, akasia,
kaca piring batavia,
cempaka semak,
alamanda, puring,
pisang-pisangan, soka
brazil, jakaronda
31 Taman Lingkungan Kel. Tegal 210,00 Lapangan Agave, Nusa indah,
Malabar Lega bunga mentega, tapak
dara
Jumlah Luas Taman di
55.911,08 m2
Kecamatan Bogor Timur
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)

174

Kecamatan Bogor Selatan


Luasan ruang terbuka hijaunya 16.902,92 m2 yang tersebar di 22 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Jalur hijau = 10.883,08 m2
Lereng = 823,98 m2
Pulo jalan = 1.393,49 m2
Taman sudut kota = 141,83 m2
Lapangan = 3.660,54 m2
Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman

1 Taman jl.Sukasari II dari Kel. Batu tulis 379.66 Jalur hijau Kupu-kupu, Filicium,
pasar gemrong ( kanan ) Bougenville,
cendrawasih, heliconia,
belimbing, cemara,
pepaya
2 Taman segitiga Ciawi Kel. Harjasari 35.05 Pulo jalan Ervah, bambu kerisik,
tumbak raja pandan
hijau, ketapang
3 Taman sudut Ciawi Kel. Harjasari 53.63 Taman Bintaro, bambu,
sudut glodogan tiang, alang
putih
4 Taman Segitiga Ciawi II Kel. Harjasari 51.13 Pulo jalan Beringin, ervah, iris
kuning, iris putih, adam
hawa, bambu jepang,
pandan kuning, kucai,
hanjuang jepang
5 Taman dari Auto 200 Kel. Lawang 3,255.22 Jalur hijau Kenari, palm raja,
sebelah kiri jl.Siliwangi Gintung sensivera, bambu,
s/d Gg. Aut plamboyan, pinang,
bonsai, palm punix,
pandan kuning,
amarilis, pisang -
pisangan, lantana,
tehtehan,phlodendron
6 Taman jl. Batu tulis I Kel. Batu tulis 20.16 Pulo jalan Bougenville,
(simpang tiga jl. Batu Cendrawasih
tulis jl.siliwangi )
7 Taman jl. Batu tulis II Kel. Batu tulis 22.75 Pulo jalan Bougenville,
(simpang tiga jl. Batu Cendrawasih
tulis jl.siliwangi )
8 Taman jl. Batu tulis III Kel. Batu tulis 16.12 Pulo jalan Bougenville
(simpang tiga jl. Batu
tulis jl.siliwangi )
9 Taman Jl.Batu tulis Kel. Bondongan 774.60 Jalur hijau Kenari, hanjuang, asam
sebelah kanan dari ranji, beringin,
belokan Siliwangi s/d kembang sepatu, kupu-
belokan pertigaan kupu, nangka
Bondongan

175

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman

10 Taman Jl.Batu tulis Kel. Batu tulis 650.98 Jalur hijau Asam ranji, kenari,
sebelah kiri dari belokan angsana
Siliwangi s/d belokan
pertigaan Bondongan
11 Taman jl. Lawang Kel. Lawang 35.42 Pulo jalan Cendrawasih
gintung ( pot berlampu ) Gintung
12 Taman sudut kota Kel. Batu tulis 88.20 Taman Heliconia, golodogan
Cibalek pertigaan Sudut tiang
lawang gintung
13 Taman jl.Lawang Kel. Lawang 1,110.64 Jalur hijau Kenari, pala, bisbul,
Gintung sebelah kiri dari Gintung pangkas kuning, kapuk,
Siliwangi s/d belokan palm putri, kersem,
Cipaku cemara, palm raja
(sebelum komplek Mbah
dalem )
14 Taman jl.Lawang Kel. Batu tulis 1,166.48 Jalur hijau kenari, pala,
Gintung sebelah kanan angsana,bisbul, palm
dari Siliwangi s/d putri, palm raja,
belokan Cipaku kersem,cemara
(sebelum komplek Mbah
dalem )
15 Taman Jl.segitiga Istana- Kel. Lawang 1,013.00 Pulo jalan Ervah, palm putri,
Cipaku Gintung bougenville
16 Taman lereng mbah Kel. Lawang 823.98 Lereng Nangka, mangga
Dalem Cipaku Gintung
17 Taman jl.Cipaku depan Kel. Batu tulis 1,067.67 Jalur hijau Palm putri, golodogan
istana sebelah kiri dari tiang, kupu-kupu,
mebel Mirah s/d belokan nyamplung, angsana
Batu tulis (International
Motor )
18 Taman jl.Cipaku depan Kel. Batu tulis 542.61 Jalur hijau Kupu-kupu,
istana sebelah kanan dari nyamplung, mangga,
mebel Mirah s/d belokan ketapang
Batu tulis (International
Motor )
19 Taman jl.Pahlawan dari Kel. Empang 866.97 Jalur hijau Lantana,pangkas
belokan Batu tulis SMP kuning,hanjuang,
PGRI s/d Empang (kiri ) nangka, angsana, palm
putri, jambu, mangga,
sawit, akasia,
plamboyan,
tehtehan,agave, asam
ranji,beringin
20 Taman jl.Pahlawan dari Kel.Bondongan 1,068.25 Jalur hijau Puring, bisbul,
belokan Batu tulis SMP hanjuang,cemara, kupu-
PGRI s/d Empang kupu,dadap merah,
(kanan ) nangka, mangga,
bambu, palm raja,
banda, nusa indah, asam
ranji, ketapang, tanjung,
flamboyan

176

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman

21 Taman lapangan Kel. Empang 3,660.54 Lapangan Rumput, karet kebo


Empang Pulo
22 Taman pertigaan Kel. Empang 199.86 Pulo jalan Ajalia
Empang ( Pot Berlampu
)
Jumlah Luas Taman di 16,902.92
Kecamatan Bogor Selatan
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)

Kecamatan Bogor Barat


Luasan ruang terbuka hijaunya 29.615,47 m2 yang tersebar di 15 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Jalur hijau = 25.810,27 m2
Median = 1.892,32 m2
Pulo jalan = 1.735,92 m2
Taman sudut kota = 176,96 m2
Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Taman Jenis Tanaman

1 Taman jl. Pasar Mawar Kel. Menteng 9.77 Pulo jalan Cendrawasih, pusaka
(Pot berlampu )
2 Taman sudut jl. Mawar Kel. Menteng 124.00 Taman Sudut Ketapang, palm
wergu,hanjuang,
pandan kuning
3 Taman sebelah kiri kel. Kebon Kalapa 3,867.30 Jalur hijau Kelor, kenari, mahoni,
Pusat Gizi s/d jl. ervah
Cilendek
4 Taman sebelah kanan Kel. Menteng 9,536.81 Jalur hijau Kenari, mahoni
dari belokan jl.
Manunggal s/d
Perumahan Pusdikintel
5 Taman median depan Kel. Menteng 650.60 Median Palm putri
Pusdikintel
6 Taman Jl. Darul quran kel. Kebon Kalapa 773.20 Jalur hijau Mahoni
sebelah kiri dari
Rumah sakit Karya
Bakti s/d Lampu
merah sindang barang
7 Taman Jl. Darul quran kel. Kebon Kalapa 686.00 Jalur hijau Mahoni
sebelah kanan dari
Rumah sakit Karya
Bakti s/d Lampu
merah sindang barang
8 Taman Pulo Jl. kel. Gunung batu 46.15 Pulo jalan Ervah, Nusa Indah
Gunung batu

177

No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Taman Jenis Tanaman

9 Taman sebelah kiri Kel. 2,052.66 Jalur hijau Tanjung, akasia.


depan Yonof 316 s/d Sindangbarang mahoni, cemara
komplek
SD,SLTP,SLTA Al
Azhar/Asrama polisi
10 Taman jl.Raya Kel.Cilendek 4,326.35 Jalur hijau Kenari, biola cantik
Bubulak sebelah kiri Barat &
dari lampu merah jl. Kel.Sindang
Raya Semplak s/d jl. barang
Raya Darmaga
11 Taman jl.Raya Kel.Cilendek 4,567.95 Jalur hijau Kenari
Bubulak sebelah kanan Barat &
dari lampu merah jl. Kel.Bubulak
Raya Semplak s/d jl.
Raya Darmaga
12 Taman median jl.raya Kel. Bubulak 1,124.99 Median Palm putri
Bubulaj depan
Terminal
13 Taman median Yasmin kel. Curug 116.73 Median Palm putri
14 Taman sudut kota Kel. Curug 52.96 Taman sudut
pertigaan Yasmin
15 Taman pulo jalan kel. Curug 1,680.00 Pulo jalan Bougenville, palm
Pertigaan yasmin putri, palm waregu,
ervah
Jumlah Luas Taman di
29,615.47
Kecamatan Bogor Barat
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)

Kecamatan Bogor Tengah


Luasan ruang terbuka hijaunya 175.157,53 m2 yang tersebar di 78 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Taman = 8.220,82 m2
Jalur hijau = 83.171,35 m2
Bantaran sungai = 10.372,87 m2
Lereng = 16.704,84 m2
Median = 2.415,02 m2
Pulo jalan = 1.940,35 m2
Taman sudut kota = 6.685,42 m2
Lapangan = 40.751,54 m2
Blumbak = 77,28 m2
Kebun Pembibitan = 4.818,04 m2

178

Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
1 Taman sebelah kiri jl. Kel. Paledang 16,481.71 Jalur hijau Palm seledri, bungur,
Otista dari pasar Bogor kupu-kupu
s/d Pos Polisi Tugu
Kujang
2 Taman pulo jl. Tugu Kel. Paledang 379.36 Pulo jalan Bougenville, palm
Kujang putri, ki emas
3 Taman Jl.Pajajaran Kel. Babakan 11,459.55 Jalur hijau Palm putri ,angsana,
seberang terminal Bougenville, kelor laut,
sebelah kanan Tol mahoni, golodogan
Jagorawi s/d lampu tiang, Damar, Nusa
merah Bangbarung Indah, palm kuning,
kapuk, roseana
4 Taman jl. Pajajaran Kel. Paledang & 4,418.79 Jalur hijau Tanjung, damar ,
KBR sebelah kiri dari Kel.Babakan mahoni, alang putih,
Pos Polisi Tugu Kujang tricolour, hanjuang
KBR s/d Lampu merah merah, kucai, iris
Bangbarung kuning, kana, amarylis
putih, agave, pandan
kuning
5 Taman Jl.Pajajaran dari Kel. Babakan 1,684.44 Median Tampobaya, golodogan
Telkom s/d Lampu tiang, ervah, tehtehan,
merah Bangbarung tricolour, alang putih,
kamboja, agave, biuty,
cyclops, adam hawa,
sensivera, kaktus duri
6 Taman Segitiga Kel. Babakan 865.69 Pulo jalan nusa indah, palm raja,
Pangrango Plaza (depan palm regu, hanjuang
rumah Dinas Walikota) merah, palm putri, teh-
tehan,
agave,Bougenville
7 Taman depan rumah Kel. Babakan 229.20 Jalur hijau Iris kuning, ervah,
Dinas Walikota tumbak raja, kacang
hias, tricolour,
plumbago
8 Taman sudut kota Kel.Babakan 1,879.54 Taman Cempaka, pala, sawo,
Pangrango (kanan) Sudut manggis, palm raja teh-
tehan
9 Taman sudut kota Kel. Babakan 1,820.26 Taman Pala, anyang- anyang,
Pangrango (kiri) Sudut palm raja, kembang
merak, teh-tehan
10 Taman pulo jl. Kel. Babakan 78.77 Pulo jalan Teh-tehan, rosandra
Pangrango
11 Taman jl.Jalak Harupat Kel. Paledang 4,925.96 Jalur hijau Tanjung,mahoni,
sebelah kanan s/d pintu nangka, nusa indah,
gerbang KBR/lampu flamboyan
merah

179

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
12 Taman lereng CPM Kel. Sempur 2,833.98 Lereng Bintaro, kenari, kelor
jl.Jalak Harupat s/d laut, lolipop,
jembatan Ciliwung flamboyan, rosiana,
akasia,hanjuang merah,
tehtehan, trembesi,
cemara , sukun,teh-
tehan, kiara payung,
tanjung, cempaka,
balanceng hijau
13 Taman jl. Jalak Harupat Kel. Babakan 1,172.51 Jalur hijau Tanjung, mahoni,
sebelah kiri dari Kembang merak,
jembatan ciliwung s/d golodogan tiang
belakang rumah Dinas
Walikota
14 Taman lereng istana jl. Kel. Paledang 1,489.94 Lereng Nangka, palm putri,
Jalak Harupat sebelah palm punix, cempaka,
kanan the-tehan
15 Taman jl. Halimun Kel. Babakan 763.72 Jalur hijau Filicium, tanjung
sebelah kanan dari Jl.
Salak s/d pertigaan RRI
16 Taman jl. Halimun Kel. Babakan 195.76 Jalur hijau Tanjung
sebelah kiri s/d belakang
pertigaan RRI
17 Taman sudut kota Kel. Babakan 900.36 Taman Pangkas kuning
belakang RRI Sudut
18 Taman sudut kota kanan Kel. Babakan 41.08 Taman Melinjo, bambu
Pangrango Sudut
19 Taman sudut kota kiri Kel. Babakan 159.12 Taman Rumput
Pangrango Sudut
20 Taman jl. Salak sebelah Kel. Babakan 1,294.37 Jalur hijau Mahoni, bungur,
kanan dari belokan jl. kembang merak, palm
Harupat s/d belokan ekor tupai
lampu merah jl.
Pajajaran
21 Taman jl.Salak sebelah Kel. Sempur & 1,585.86 Jalur hijau Mahoni, cempaka,
kiri dari jl. Harupat s/d Kel.Babakan flamboyan
Lampu merah Jl.
Pajajaran
22 Taman sudut kota jl. Kel. Babakan 97.96 Taman Nusa indah,
Salak Sudut Bougenville

180

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
23 Taman Kencana Kel. Babakan 4,795.56 Taman Palm raja, trembesi,
rosiana, rosandra, lili
paris brazil, adam hawa,
nanas merah palm
weregu, palm kuning,
kaktus duri, nusa indah
, dadap merah, kaca
piring, kemuning,
beauty, tapak dara,
soka, plumbago, nona
makan sirih, passifloru,
kaktus kodok, tehtehan,
cassia emas, kembang
kupu-kupu, agave,
mutiara, seruni,
hanjuang kucai jepang
24 Taman jalur hijau taman Kel. Babakan 169.78 Jalur hijau Palm putri, kupu-kupu
kencana
25 Taman sudut kota Kel. Sempur 1,307.00 Taman Sempur, kayu manis,
lapangan Sempur Sudut bougenville
26 Taman Lapangan Kel. Sempur 38,831.49 Lapangan Angsana, mahoni,
Sempur pohon Sempur
27 Taman lereng Lapangan Kel. Sempur 1,098.13 Lereng Mahoni, nusa indah,
Sempur Bougenville
28 Taman depan Balitbang Kel. Sempur 127.00 Jalur hijau Nusa indah, palm raja,
Perikanan kembang merak
29 Taman bantaran sungai Kel. Bantarjati & 5,860.87 Bantaran Bungur, sempur, palm
ciliwung sebelah kiri Kel. Sempur sungai raja, mahoni, asam
gardu listrik Sempur s/d ranji, angsana, kapuk,
Bantarjati ujung akasia, beringin,
30 Taman depan pasar Kel. Gudang 138.00 Jalur hijau Bougenville, sutra
Bogor Plaza jl. Ir.H. bombay, sri rezeki,
Juanda patah tulang
31 Taman jalan depan AKA Kel. Gudang 140.40 Pulo jalan Palm putri
jl. Ir.H. Juanda
32 Taman jl. Ir.H.Juanda Kel. Gudang 338.67 Pulo jalan Nerium, oliander, palm
ekor tupai
33 Taman depan Bogor Kel. Gudang 71.05 Pulo jalan Bunga mentega, palm
Trade mall Jl. Ir.H. putri
Juanda
34 Taman median depan Kel. Paledang 730.58 Median Kenari, mahoni, ervah,
KBN s/d BNI 46 alang putih, selum, lili
paris brazil, rosiana,
tricolour
35 Taman depan BCA Kel. Paledang 48.18 Jalur hijau Mahoni, teh-tehan
36 Taman depan Bank Kel Pabaton 1,379.39 Jalur hijau Kenari, Palm raja, palm
Mandiri s/d Regina Pacis punix, Alang putih,
puring jet, ervah, soka,
adam hawa, bakung,
beauty, tehtehan,
tanjung, mahoni, spathy
phylum, iris kuning

181

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
37 Taman sudut depan Kel. Pabaton 14.96 Taman Nusa indah, nerium
Bakorwil jl.Ir. H. Juanda Sudut oliander, kenari, ervah
38 Taman depan istana Kel. Paledang 70.56 Taman Palm phoenix, tricolour,
jl.Ir.H.juanda nanas merah, bromolia,
agave, selum
39 Taman jl.Paledang Kel. Paledang 960.10 Jalur hijau Bungur, palm raja,
sebelah kiri dari BNI s/d mahoni
belokan jl. Kapten
Muslihat ( LP )
40 Taman jl. Paledang Kel. Paledang 1,316.98 Jalur hijau Bungur, mahoni, kupu-
sebelah kanan BNI s/d kupu
belokan PLN
41 Taman jl. Veteran Kel. Panaragan 592.66 Jalur hijau Kenari, angsana
sebelah kiri SD
Panaragan s/d jembatan
Cisadane
42 Taman jl. Veteran kel. Kebon 849.38 Jalur hijau Kenari
sebelah kanan SD Kalapa
Panaragan s/d jembatan
Cisadane
43 Taman jalan Pertigaan kel. Kebon 1.73 Pulo jalan Bougenville
Panaragan Kalapa
44 Taman depan LP Kel. Paledang 143.95 Jalur hijau Palm raja, nusa indah,
Paledang rosiana, bambu
45 Taman depan PLN s/d Kel. Paledang 116.07 Jalur hijau Palm ekor tupai, nanas
Toko Matahari merah, bakung, iris
kuning, kenari, pangkas
kuning, amarylis,
pandan kuning, palm
putri, agave, soka,
pangkas hijau
46 Taman depan POLWIL Kel. Paledang 418.48 Jalur hijau Kenari, anyang -
s/d SMP Budi Mulia anyang , palm ekor
tupai, palm phonix,
cemara, kembang
kertas, tehtehan,
kemuning, pangkas
kuning, iris kuning,
karet kebo
47 Taman blumbak depan Kel. Pabaton 77.28 Taman Ervah, kana
taman topi Kapten blumbak
Muslihat
48 Taman jl. Pertigaan Kel. Pabaton 11.79 Pulo jalan Ervah, cendrawasih
Bank JABAR
49 Taman dari depan Bank Kel. Pabaton 339.11 Jalur hijau Kenari, anyang-
JABAR s/d Kantor anyang, iris kuning,
DPRD tricolour, alang putih,
karet kebo, soka,
tanjung, pakis kelabang,
hanjuang merah, jahe
hias, bambu jepang

182

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
50 Taman Sudut kota Kel. Paledang 465.14 Taman Palm raja, dadap merah,
Katedral belakang pos sudut tehtehan, palm botol,
polisi Kapten Muslihat pepedangan, nanas
merah
51 Taman pertigaan Kapten Kel. Paledang 21.99 Pulo jalan Kakacangan, nanas
Muslihat dan Juanda merah, kaktus duri,
(kiri ) ajalia
52 Taman pertigaan Kapten Kel. Paledang 20.85 Pulo jalan Kakacangan, nanas
Muslihat dan Juanda merah, ajalia,
(kanan) cendrawasih, tumbak
raja
53 Taman sebelah kiri jl. Kel. Pabaton 381.50 Jalur hijau Kenari, philicium
Pengadilan dari apotik
Sehat s/d photo copy
54 Taman sebelah kanan Jl. Kel. Pabaton 803.28 Jalur hijau Kenari, filisium, kupu-
Pengadilan dari SD kupu
Pengadilan s/d pintu
masuk Regina Pacis
55 Taman Sawojajar Kel Pabaton 522.35 Jalur hijau Kenari
sebelah kiri dari Hotel
Risana s/d Bank Panin
56 Taman Sawojajar Kel. Pabaton 778.10 Jalur hijau Kenari
sebelah kanan dari
belokan Bogor Permai
s/d Rumah bersalin
57 Taman Jl. Sudirman Kel. Sempur 2,730.63 Jalur hijau Bungur, mahoni, palm
sebelah kanan dari raja
kantor CPM s/d
bundaran air mancur jl.
Sudirman
58 Taman lereng jembatan Kel. Sempur 1,601.79 Lereng Bambu
sempur jl. Sudirman dari
jembatan s/d ke Ruko
baru
59 Taman bantaran kali Kel. Sempur 4,512.00 Bantaran Bambu, pisang,
ciliwung jembatan sungai rambutan
gantung sempur
60 Taman angin-angin jl. Kel. Sempur 1,699.44 Taman kelor laut, palm putri,
Sudirman bambu kerisisk, kacang-
kacangan, nanas merah,
pusaka
61 Taman sebelah kiri jl. Kel. Cibogor & 5,995.60 Jalur hijau Kenari, palm raja,
Sudirman depan Regina Kel. Pabaton saputangan, mahoni,
Pacis s/d belokan Jl. cemara, nusa indah,
Martadinata soka, rosiana, ervah,
puring zet
62 Taman jl. Merdeka Kel. Ciwaringin 10.05 Pulo jalan Bougenville
depan Bioskop presiden
63 Taman jl. Salmun depan Kel. Ciwaringin 254.18 Jalur hijau Kenari, ervah
pabrik gas

183

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
64 Taman jl. Ciwaringin Kel. Ciwaringin 432.20 Jalur hijau Mahoni, kupu-kupu
Merdeka sebelah kiri
dari kantor Uniskop s/d
Belokan Jl. Martadinata
65 Taman jl. Cimanggu Kel. Menteng 3,805.83 Jalur hijau Pala, Bisbul, Angsana,
sebelah kiri pos polisi bougenville
s/d Gg Pesantren
66 Taman jl. Cimanggu Kel. Ciwaringin 4,419.17 Jalur hijau Bisbul, pala, angsana,
sebelah kanan gardu Bougenville
listrik s/d Gg.Mentri
guru
67 Taman depan Hotel Kel. Babakan 1,655.26 Taman Memerakan, terang
Mirah jl. Pangrango / bulan, sawit, cemara,
Taman Lingkungan pangkas kuning,
heliconia, palm kipas,
hargu, mahoni, palm
ekor tupai
68 Taman Jl. Martadinata Kel. 1,848.49 Jalur hijau Kenari, kupu-kupu,
dari Kel.Ciwaringin s/d Ciwaringin,Kel. kamboja, bungur
mesjid UIK Kebon Pedes &
Kel.Tanah sareal
69 Taman jl. Martadinata Kel. Ciwaringin 1,279.16 Jalur hijau bungur, kenari, kupu -
sebelah kanan dari kupu
sekolah Taman Siswa
s/d belokan Pusdizi
70 Taman lapangan Sempur Kel. Sempur 1,920.05 Lapangan Asam ranji, plamboyan
kaler depan SD Sempur
71 Taman sebelah kiri jl. Kel. Babakan 6,002.45 Jalur hijau Angsana, plamboyan
Pajajaran/ jl. Kumbang
s/d Jl. Bogor baru
72 Taman sebelah kanan jl. Kel. Babakan 357.00 Jalur hijau Angsana, palm raja,
Pajajaran/ jl. Kumbang palm putri
s/d Bogor Baru
73 Taman jl. Lodaya Kel. 957.26 Jalur hijau Angsana,Palm putri,
sebelah kiri dari Bogor saga
Baru s/d Lab. IPB
74 Taman jl. Lodaya Kel. 1,114.14 Jalur hijau Angsana,Palm putri,
sebelah kanan dari saga
Bogor Baru s/d Lab. IPB
75 Taman jl. Bogor Baru Kel. Cimahpar 1,458.80 Jalur hijau Angsana, kupu-kupu,
sebelah kanan dari jl. Mahoni, johar
Pajajaran s/d Cimahpar
76 Taman jl. Bogor Baru Kel. Cimahpar 904.70 Jalur hijau Angsana, kupu-kupu,
sebelah kiri dari jl. Mahoni, johar
Pajajaran s/d Cimahpar
77 Kebun Pembibitan Kel. Sempur 4,818.04 Kebun
Pembibitan
78 Taman lereng Ciremai Kel. Sempur 9,681.00 Lereng Pinus, pala, kenari,
dari SMP 3 s/d tanjakan kupu-kupu, durian
Sempur

184

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M) Jenis Tanaman
Taman
Jumlah Luas Taman kecamatan
175,157.53
Bogor Tengah
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)

Kecamatan Bogor Utara


Luasan ruang terbuka hijaunya 23.745,55 m2 yang tersebar di 13 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Jalur hijau = 5.227,99 m2
Median = 7.107,10 m2
Pulo jalan = 1.634,72 m2
Taman sudut kota = 855,74 m2
Lapangan = 8.870,00 m2
Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman
Taman Jl.Pajajaran Kel. Tegal Gundil 1,328.40 Jalur hijau Mahoni, Palm raja,
sebelah kiri dari lampu bungur
1
merah s/d Pos Polisi
warung Jambu
Taman jl. Pajajaran Kel. Tegal Gundil 3,949.59 Jalur hijau Mahoni, pinang, palm
sebelah kanan dari putri, hanjuang
2 Pertigaan Bangbarung
s/d Kantor Deppen
Warung Jambu
Taman sudut kota Kel. Bantarjati 142.78 Taman Helikonia, bakung,
3 Warung Jambu Sudut bambu
Taman segitiga Jl. Kel. Bantarjati 60.86 Pulo jalan Ervah, Hanjuang
4 Warung Jambu merah, palm putri
Taman median dari Kel. Tegal Gundil 5,320.18 Median Angsana, Mahoni,
lampu merah kupu-kupu, akasia
5
Bangbarung s/d Warung
Jambu
Taman median dari Kel. Tegal Gundil 1,604.17 Median Palm raja, golodogan
pertigaan lampu merah tiang, jati, palm botol
6
Bangbarung s/d Jl.
Pandu Raya
Taman Pulo jalan Kel. Tegal Gundil 232.23 Pulo jalan Agave, kacang hias,
7 Bangbarung Nanas merah
Taman lapangan Bola Kel. Tegal Gundil 8,870.00 Lapangan Kupu-kupu, angsana,
8 Indraprasta palm putri
Taman Narkoba sebelah Kel. Kedung 486.45 Pulo jalan Rosiana, palm putri,
kiri dari arah jl. Badak agave, ervah, hanjuang
9
Cibinong merah, puring, pisang-
pisangan

185

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman
Taman Narkoba ( Kel. Kedung 663.98 Pulo jalan Bungur, Lidah mertua,
tengah ) Badak bakung, heliconia, aplm
waregu, agave, pangkas
kuning, soka, palm
10
kipas, adam hawa,
pisang- pisangan,
amarylis, lili paris,
cyclops, merten
Taman Narkoba sebelah Kel. Kedung 191.20 Pulo jalan Rosianan, nusa indah,
11 kanan dari arah Badak pangkas hijau
Cibinong
Taman sudut kota Kel. Cibuluh 712.96 Taman Kana, bakung, palm
Cibuluh Sudut raja, bambu, kacang
12 hias, lidah mertua,
kaktus kodok, kaktus
duri
Taman median jl. Kel. Kedung 182.75 Median Rosiana, bakung
13 Jenderal .A.yani Badak
Jumlah Luas Taman kecamatan
23,745.55
Bogor Utara
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)
Kecamatan Tanah Sareal
Luasan ruang terbuka hijaunya 63.134,71 m2 yang tersebar di 16 lokasi
dengan rincian sebagai berikut:
Taman = 3.036,75 m2
Jalur hijau = 30.520,45 m2
Median = 902,40 m2
Pulo jalan = 11,58 m2
Taman sudut kota = 275,09 m2
Lapangan = 28.388,44 m2
Adapun lokasi dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman
1 Taman air mancur jl. Kel. Tanah Sareal 3,036.75 Taman Pakis kelabang, iris
Sudirman kuning, rosiana,
pandan kuning,
ciklop,cemara, bambu
kerisik
2 Taman sudut kota Kel. Tanah Sareal 88.91 Taman Cemara, Bakung,
jembatan situ duit jl. Sudut Nanas, merah, soka
A.Yani
3 Taman sebelah kanan jl. Kel. Tanah Sareal 12,589.32 Jalur hijau Kenari, mahoni
A.Yani dari belokan jl.
Dadali s/d bundaran
taman Air Mancur

186

Jenis
No Nama Taman Lokasi Luas ( M ) Jenis Tanaman
Taman
4 Taman sebelah kiri dari Kel. Tanah Sareal 2,681.66 Jalur hijau Kenari
belokan pasar Warung
Jambu s/d Taman Air
mancur ( Jl. A.Yani )
5 Taman sudut kota Kel. Tanah Sareal 186.18 Taman Heliconia
belakang air mancur jl. Sudut
Sudirman
6 Taman sebelah kanan jl. Kel. Tanah Sareal 4,270.82 Jalur hijau Kenari, angsana
Dadali s/d belokan Jl.
A.Yani
7 Taman jl. Dadali sebelah Kel. Tanah sareal 4,110.68 Jalur hijau Kenari, angsana,
kiri dari TK. Kartika s/d mahoni
belokan Pom Bensin Jl.
A.Yani
8 Taman jl. Pertigaan Kel. Kebon Pedes 11.58 Pulo jalan Tumbak raja
Kebon Pedes ( pot
berlampu )
9 Taman jl.Kesehatan Kel. Tanah Sareal 292.16 Jalur hijau Bintaro,akasia,kupu-
sebelah kanan dari jl. kupu, kenari
Dadali s/d Jl. A.Yani
10 Taman jl.Kesehatan Kel. Tanah Sareal 641.76 Jalur hijau Bintaro, dadap merah,
sebelah kiri dari jl. akasia, palm ekor
Dadali s/d Jl. A.Yani tupai
11 Taman median Jl. Kel. Tanah Sareal 902.40 Median Palm putri, cempaka
Kesehatan
12 Taman jl. Merak sebelah Kel. Tanah Sareal 1,614.00 Jalur hijau Flamboyan, kenari,
kiri dari kantor agraria filicium, mahoni,
s/d jl. Dadali palm putri
13 Taman jl. Merak depan Kel. Tanah Sareal 1,644.11 Jalur hijau Flamboyan, filicium,
Kantor Agraria s/d Jl. mengkudu, kenari,
Dadali batavia, buterfly,
alamanda, palm putri
14 Taman lapangan Bola Kel. Tanah Sareal 28,388.44 Lapangan Angsana, mahoni
Heulang
15 Taman Jl. Heulang Kel. Tanah Sareal 1,058.39 Jalur hijau Flamboyan. Filicium,
sebelah kanan dari jl. angsana
Dadali s/d Jl. A.Yani
16 Taman jl. Heulang Kel. Tanah Sareal 1,617.55 Jalur hijau Flamboyan, filicium,
sebelah kiri dari jl. angsana, palam raja
Dadali s/d belokan
A.Yani
Jumlah Luas Taman di
63,134.71 m2
Kecamatan Tanah Sareal
Sumber: Dinas Tata Kota dan Pertamanan (2005)

187

Lampiran 16. Jenis-jenis tanaman pada beberapa bentuk ruang terbuka hijau di
Kota Bogor

a. Hutan Kota
No. Nama Lokal Nama Latin Famili
1. Jengkol-jengkol Abarema elliptica (Blume) Mimosaceae
kostern
2. Kulim Acarodacarpus borneonsis Olacceae
3. Damar putih Agathis alba Araucariaceae
4. Damar minyak Agathis sp. Araucariaceae
5. Kedondong hutan Ailanthus integrifolia Lamk. Simaraubaceae
6. Pule Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae
7. Marsawa Anisoptera costata Dipterocarpaceae
8. Benda Artocarpus elasticus Moraceae
9. Cempedak air Artocarpus kemando Mig. Moraceae
10. Trembusu Artocarpus rigidus BI. Moraceae
11. Bintangur Calophyllum inophyllodae King Guttiferae
12. Bintangur Calophyllum sp. Guttiferae
putih/susu
13. Terantang Campnosperma macrophylla Anacardiaceae
Hk. f
14. Kenanga Cananga odorata Kh.F. et Th Annonaceae
15. Kenari Canarium denticculatum BI. Burseraceae
16. Kenari Cannarium littorale BI Burseraceae
17. Dara-dara/dedaru Contleya carniculata Icacinaceae
18. Gronggang Cratoxylon arborescens BI. Guttiferae
19. Resak pantau Dacryodes rostata BI. Lam Burseraceae
20. Medang lendir Dehasia caesa Bt. Lauraceae
21. Medang kuing Dehasia cureata BI Lauraceae
22. Keranji Diallum platysepallum Baker Caesalpiniacea
23. Asam Diospyrus bantamensis Ebenaceae
24. Arang-arang Diospyrus puncticolasa Bakh. Ebenaceae
25. Keruing Dipterocarpus conacens V. Bl Dipterocarpaceae
26. Kapur-kapur Dryobalanops aromatica Goarth Dipterocarpaceae
f.
27. Keruing Dryobalanops oblongifolia Dipterocarpaceae
28. Jelutung Diera castulata kh. F Apocynaceae
29. Tapus Elateriospermium tapos BI Euphorbiaceae
30. Jambu-jambu Eugenia sp Myrtaceae
merah
31. Ubar Eugenia sp. Myrtaceae
32. Jirak Eurya nitida Korth Theaceae
33. Rambung merah Ficus sp. Moraceae
34. Manggis-manggis Garcinia laterifolia BI. Guttiferae
35. Kandis Garcinia sp. Guttiferae
37. Pisang-pisang Ganiothalamus gaganteus Annonaceae
38. Kapuk-kapuk Gossampinus malabarica Aist. Bombaceae

188

No. Nama Lokal Nama Latin Famili


39. Kabo-kabo/ Gossampinus sp. Bombaceae
habo-habo
40. Mata kucing Hopea diversiofolia Mig. Dipterocarpaceae
41. Cengai Hopea sangal Korth. Dipterocarpaceae
42. Kempas Koompassia malaccensis Maing. Caesalpiniaceae
43. Kempas putih Koompassia sp. Caesalpiniaceae
44. Langsat-langsat Lansium humile Hassk. Meliacea
45. Medang pasir Litsea monopetala Pers. Lauraceae
46. Medang kuning Litsea tumentosa Bl. Lauraceae
47. Mara bangkong Macaranga rhizonoides Muell Meliaceae
Agr
48. Mara batu Macaranga sp. Meliaceae
49. Mara putih Macaranga tanaris Muell Agr Meliaceae
50. Mahang Macarangan maingayi Hk. F Euphorbiacea
51. Mbacang Manggifera foetida Lout. Anacardiacea
52. Rengas Melanorrhoea aptera Anacardiacea
53. Rambutan hutan Nephelium sp. Sapindaceae
54. Saga Ormosia sp. Papilionaceae
55. Mayang merah Palaquium gutta Sapotaceae
56. Mayang susuk Palaquium hexandrum Engl. Sapotaceae
57. Balam Palaquium odoratum Engl. Sapotaceae
58. Mayang pasir Palaquium sp. Sapotaceae
59. Mayang putih Palaquium sp. Sapotaceae
60. Terpis Polyanthia hypoleuca Annonaceae
61. Meranti bunga Shorea acuminata Dyer. Dipterocarpaceae
62. Meranti kuning Shorea gibbosa Brandis Dipterocarpaceae
63. Meranti burung Shorea leprosula Miq Dipterocarpaceae
64. Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae
65. Meranti surya Shorea sp. Dipterocarpaceae
66. Meranti hijau Shorea sp. Dipterocarpaceae
67. Meranti merah Shorea uliginosa Foxw Dipterocarpaceae
68. Meranti putih Shorea virecens Parijs Dipterocarpaceae
69. Trempinis Sloetia elongata Kds. Moracae
70. Laban Vitex pubescens Vahl Verbenaceae

b. Tanaman Untuk Di Taman Pemukiman


No. Nama Latin Nama Lokal
1. Acalypha macrophylla Teh-tehan
2. Aerva sanguifolia Sablo laut
3. Alpinia purpurata Jahe merah
4. Althernanthera ficoides R.Br. Var. bettzichiana Krokot belanda
5. Araucaria heterophylla (Salisb.) France Araukaria
6. Axonopus compressus P.B. Rumput paitan
7. Carica papaya L. Pepaya

189

No. Nama Latin Nama Lokal


8. Casuarina sumatrana Cemara kasuarina
9. Chrysalidocarpus lutescens H. Wendl. Palem Kuning
10. Codiaeum variegatum (L.) Blume Puring
11. Cuphea hyssopifolia Taiwan beauty
12. Cupressus papuana Cemara papua
13. Durania variegata L. Pangkas kuning
14. Duranta repens L. Pangkas hijau
15. Ixora hybryda Soka kecil
16. Juniperus commune L. Cemara lilin
17. Nothopanax fruitcosum (L.) Miq. Cakar kucing
18. Nothopanax guifoylei Miq. Cakar kucing
19. Oplismenus hirtellus Roem et Schult Rumput hijau putih
20. Oreodoxa regia H. B. K. Palem raja
21. pinus merkusii Pinus
22. Portulaca grandiflora Lindl. Portulaka
23. Rhoe discolor Hance Adam dan hawa
24. Sanseviera sp. Sanseviera hijau
25. Spathodea campanulata Spatodea
26. Swietenia mahagoni mahoni
27. Terminalia cattapa L. Ketapang
28. Thuja Occidentalis L. Cemara kipas
29. Zoysia matrella Merr. Rumput manila

c. Tanaman Untuk Taman Rumah Tinggal/Pekarangan Di Pemukiman

No. Nama Latin Nama Lokal


1. Acalypha macrophylla Teh-tehan
2. Acalypha wilkesiana M. A. Hoff Akalipa
3. Acasia auraculiform Akasia
4. Acrosticum aureum L. Pakis rawa
5. Adiantum capillus veneris Asparagus
6. Aerva sanguifolia Sablo laut
7. Agave Americana L. Agave
8. Aglaonema commutatum Sri rejeki putih
9. Aglaonema costatum foxii Sri rejeki bintik
10. Aglaonema trubi Sri rejeki hijau
11. Agrotis stolonifera Rumput peking
12. Agrotis stolonifera Rumput peking
13. Allamanda cathartica L. Alamanda
14. Alocasia augustiana Lind & Rod. Talas

190

No. Nama Latin Nama Lokal


15. Alpania purpurata Honje
16. Alpinia purpurata Onje merah
17. Althernanthera ficoides R.Br. Krokot merah
Althernanthera ficoides R.Br. Var.
18. bettzichiana krokot belanda
19. Amaranthus sp. Bayam merah
20. Amaranthus spinosus Bayam liar
Andrographis paniculata (Burm.f)
21. Wallich ex ness Sambiloto
22. Araucaria heterophylla (Salisb.) France
23. Areca cathecu L. Pinang
24. Arecastrum romanzoffianum Palem cocos
25. Arenga pinnata Merr. Aren
26. Artocarcus integra Merr. Sukun
27. Artocarpus heterophylla Lamk Nangka
28. Arundinaria fortunei C & A. Bambu Jepang
29. Asclepsia sp. Asclasia
30. Asparagus falcatus L. Krisdoren
31. Asplenium nidus Paku sarang burung
32. Averrhoa bilimbi L. Belimbing wuluh
33. Averrhoa carambola L. Belimbing manis
34. Axonopus compressus P.B. Rumput paitan
35. Azalea indica Azalea
36. Bambusa vulgaris Schard Bambu pagar
37. Barleria sp. Landep
38. Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu
39. Beacarnea recurvata Nolina
40. Begoniaceae Begonia
41. Bromeliaceae Bromelia
42. Brunfelsia calycina Benth. Melati kosta
43. Caesalpinia pulcherimma Swartz. Kembang merak
44. Caladium bicolor Keladi hias
45. Carbera ordollam Bintaro
46. Caryota mitis Lour Palem seledri
47. Cassia mangium Kasia
48. Casuarina equisetifolia Cemara angin
49. Casuarina junghuniana Cemara gunung
50. Casuarina sumatrana Cemara balon
51. Casuarina sumatrana Cemara kasuarina
52. Celosia cristata Jengger ayam

191

No. Nama Latin Nama Lokal


53. Centella asiatica (L.) urban Pe gagan
54. Chamaedorea elegans Palem camaedorea
55. Chatranthus roseus Tapak Dara
56. Cholorophytum comosum L. Lili paris
57. Chrysalidocarpus lutescens H. Wendl. Palem Kuning
58. Chrysanthemum sp. Krisan
59. Cinnamomum burmanii Kayu manis
60. Citrus mobilis Jeruk
61. Clinacanthus nuntas Lindau Dandang gendis
62. Cocos nucifera Kelapa
63. cocos nucifera capitata kelapa gading
64. Cocos nucifera L. Kelapa
65. Coctus spesiosa Sm. Pacing
66. Codieaum variegatum (L.) Blume Puring
67. Coleus blumei Jewer kotok
68. Coleus sp. Coleus
69. cordia sabestena Jati hias
70. Cordyline terminalis bicolor Hanjuang bicolor
71. Cordyline terminalis Plach. Hanjuang
72. Cosmos sulhurrus Randa minang
73. Costus spesiosus J. Sm. Pacing
74. Crinum asiaticum L. Bakung
75. Crossandra undulifolia Ros Indah
76. Crysophyllum cainito L. Sawo duren
77. Cuphea hyssopifolia Taiwan beauty
78. Cupressus papuana Cemara papua
79. Cupressus sempervirens L. Cemara lilin
80. Cycas revolute Thunb Sikas halus
81. Cycas rumpii Miq Pakis haji
82. Cyclea barbara (wall.) Miers Cincau
83. Cynometra cauliflora Anam-anam
84. Cyperus papirus papayungan
85. Cyperus rotundus L. Rumput Teki
86. Cytrus aurantifolia swingle Jeruk nipis
87. Cytrus hystrix Jeruk Limo
88. Datura metel L. Kecubung
89. Delonix regia Flamboyan
90. Dialium indum Asam kranji
91. Dianthus cariophyllus Balsam
92. Diffenbachia seguine Schott. Balancing

192

No. Nama Latin Nama Lokal


93. Digitaria sp.
94. Dilenia aurea Sempur
95. Dilenia philippenensis Sempur
96. Dizygotheca elegantissima Yodium
97. Dracaena fragrans massangeana Hanjuang garis putih
98. Dracaena marginata tricolor Dracaena tricolor
99. Dracaena sanderiana Suji putih
100. Dracaena sp. Dracena
101. Dracaena surculosa Bambu Jepang
102. Durania variegata L. pangkas kuning
103. Duranta repens L. pangkas hijau
104. Duranta repens variegata Terang bulan
105. Elaeis guineensi Kelapa sawit
106. Ephipylum hookeri Haw. Wijaya kusuma
107. Episcia fulgida Cinta abadi
108. Erythrina corolloides Dadap poleng
109. Erythrina crystagali Dadap merah
110. Eugena uniflora L. Dewa ndaru/sianto
111. Eugenia cumini Druse. Duwet
112. Excocaria bicolor Sambang darah
113. Felicium decipiens Thwait Kirai payung
114. Ficus basidentalis Beringin jambu
115. Ficus benjamina Beringin
116. Ficus elastica Roxb. Karet kebo
117. Ficus lyrata Biola cantik
118. Garbera sp. Garbera
119. Gardenia carinata augustifolia Kaca piring
120. Gardenia sp. Gardenia
121. Gladiolus sp. Gladiol
122. Glyricidae maculata H. B. ex K Gamal
123. Gnetum gnemon Melinjo
124. Gravilea bauliisi Sikat botol
125. Gynura aurantica Daun beledu
126. Heliconia psittacorum L. Pisang-pisangan
127. Hemigraphis colorata Bl. Dinding ari
128. Hibiscus mutabilis L. Waru
129. Hibiscus rosa-sinensis L. Kembang sepatu
130. Hymenocallis littoralis Spider Lily
131. Impatiens balsamina Bunga pukul empat
132. Impatiens balsamina Pacar air

193

No. Nama Latin Nama Lokal


133. Impatiens tango Impatiens
134. Imperata cylindrica Rumput golf
135. Imperata cylindrica (L.) Beauv Alang-alang
136. Iprittchardia pasifica Palem gunung
137. Iresine herbstii Hook. Bayam merah
138. Ixora hybryda Soka kecil
139. Ixora macrophylla Soka holland
140. Ixora sinensis Lam Kembang soka
141. Jacaranda filicofolia Don. Jakaranda
142. Jasminum multiflorum Andr. Melati gambir
143. Juniperus commune L. Cemara lilin
144. Kalanchoe pinnata Pers Cocor bebek
145. Lagerstroemia indica Bungur jepang
146. Lagerstroemia loudini Pers. Bungur londo
147. Lantana cammara Link. Bunga cente manis
148. Lavandula officinalis English Lavender
149. Livistona rotundifolia Lamk Palem sadeng
150. Mangifera indica L. Mangga
151. Mangifera odorata Griffith Mangga
152. Manihot esculenta Crantz Singkong
153. Manikara kauki Dub. Sawo kecik
154. Manitoa gemmipara Scheff. Bunga sapu tangan
155. marantha arundinacea L. Maranta
156. Marigold sp. Marigold
157. Mascarena lagenicaulis L. H. Bailey Palem botol
158. Michelia champaca L. Cempaka putih
159. Mimosa pudica L. Rumput Malu
160. Monstera deliciosa Liebm. Monstera
161. Moraceae Murbei
162. Morinda citrifolia L. Mengkudu
163. Murraya paniculata Kemuning
164. Musa paradisiaca L. Pisang
165. Mussaenda flava Bakh. Nusa indah
166. Nephelium longanum Lengkeng
167. Nephrolepis bissertta Pakis krol
168. Nephrolepis exaltata Pakis kelabang
169. Nephrolepis excaltata Schott Paku jejer
170. Nerium indicum Kinyeri
171. Nothopanax fruitcosum (L.) Miq. Cakar kucing
172. Nothopanax guifoylei Miq. Cakar kucing

194

No. Nama Latin Nama Lokal


173. Nothopona fruticosum Andong laut
174. Nyimphaea lotus L. Teratai
175. Ocimum sanctum L. Ruku-ruku
176. Ophiopogon intermedius Alang-alang putih
177. Ophiopogon jaburan Ker-Gawl Kucai
178. Ophiopogon japonicum Alang-alang hijau
179. Oplismenus hirtellus Roem et Schult Rumput hijau putih
180. Orchidaceae Anggrek
181. oreodoxa regia H.B.K Palem raja
182. Orthosiphon aristatus (BI.) Miq Kumis kucing
183. Pachira opini coffins Pachira
184. Pandanus amarylifolius Roxb. Pandan
185. Pandanus pygmaeus Ophiopogon berduri
186. Pandanus veitchii Pandan besar
187. Pandilantus thetym Zig-zag
188. Passiflora coccinea Pasiflora
189. Pedilanthus thitymoloides Pedilanthus
190. Persia americana L. Alpukat
191. Philantus niruri Cendrawasih
192. Philodendron sp. Philodendron
193. Phoenix roebelenii Palem phoenix
194. Physalis minima Ceplukan
195. Piperaceae Peperomia
196. Pithecellobium dulce Bth. Asam Belanda
197. Pittosporum tobira Kamboja jepang
198. Plantago major (L.) Daun sendok
199. Platycerium bifurcatum Paku menjangan
200. Pleomelle angustifolia (Roxb.) N. E. Br. Daun suji
201. Pluchea indica Less Beluntas
202. Plumbago capensis Thunb. Plumbago
203. Plumbogo aphila Blauan
204. Plumeria acuminata Ait. Kamboja putih
205. Polyalthia longifolia Benth. & Hook. F. Glodogan tiang
206. Polytrias amaura Hack. Rumput embun
207. Portulaca grandiflora Lindl. Portulaka
208. Ptrerocarpus indicus Wild. Angsana
209. Ptrychosperma macarthuni Palem Jepang
210. Radix ophiopogonis Ginseng
211. Rhapis excelsa Henry Palem waregu
212. Rhoe discolor Hance Adam dan hawa

195

No. Nama Latin Nama Lokal


213. Rosa chinensis minima Mawar mini
214. Rosa sp. Mawar
215. Roselia juncea Zuce Air mancur
216. Salix babylonia Janda merana
217. Salvia selpendens Salvia
218. Samaena saman Merr. Suar/rembesi
219. Samanea saman Trambesi
220. Sanseviera sp. Sanseviera hijau
221. Sansiviera trifasciata Golden Hahnii Sansiviera kecil
222. Sansiviera trifasciata Hahnii Sansiviera hijau kecil
223. Sansiviera trifasciata Laurentii Sansiviera kuning
224. Sansiviera trifasciata Prain Pedang-pedangan
225. Sauropus androgynus (L.) Merr. Katuk
226. Schefflera actinophykka Endl. Wallisongo
227. Scindapsus aureus Sirih belanda
228. Spathoglottis pilcata Bl. Anggrek tanah
229. Swietenia mahagoni Jack Mahoni
230. Tecomaria cepensis Kembang kuning
231. Terminalia cattappa L. Ketapang
232. Thunbergia grandiflora Poxb. Thunbergia
233. Thuya occidentalis L. Cemara kipas
234. Tinospora tuberculeta (Lamk.) Beumee Bratawali
235. Torenia sp. Torenia
236. Triphasia trifoliata Jeruk Kingkit
237. Veitchia merrilli E. Moo Palem putri
238. Verbena sp. Verbena
239. Violches "Lullaby" African violet
240. Wodietia bifurcata Palem ekor tupai
241. Yucca aloifolia L. Tombak raja
242. Yucca gloriosa Tombak raja
243. Zamia pumila Zamia
244. Zepheranthus sp. kembang coklat
245. Zingiber zerumbet Lempuyang
246. Zoysia matrella Merr. Rumput manila

d. Tanaman Untuk Taman Di Kawasan Perdagangan


No. Nama Latin Nama Lokal
1. Acalypha welkesiana M. A. Akalipa belang
2. Acalypha welkesiana Var. Circ. Akalipa merah

196

No. Nama Latin Nama Lokal


3. Acasia aulicoformis Akasia
4. Adianthum cunetum Suplir
5. Adianthum ferleyesence Merr. Suplir
6. Adianthum perusianum KL. Suplir
7. Agaphatus africanus Lili
8. Agathis damara L. Damar
9. Agave sisalana Perrine ex. Engelm. Agave hijau
10. Aglaonema modestum Schott Sri rejeki
11. Alpinia purpurata K. Schum. Lengkuas merah
12. Alpinia vitellina Ridley Honje Belang
13. Althernanthera amoena Voss. Krokot hijau
14. Amaranthus sp. Bayan-bayaman
15. Amaryllis belladona Amarilis
16. Ananas macrodontes Nanas-nanasan
17. Ananas sativus Nanas-nanasan
18. Anthurium fissum C. Koch. Kuping gajah
19. Anthurium magnificum Linden. Kuping gajah
20. Antigonan leptopus Air mata pengantin
21. Araucaria heterophylla (Salisb.) France Cemara norfolk
22. Archonthoponix alexandrae Palem alexander
23. Arundinaria japonica Sieb & Zucc. Bambu Jepang
24. Asparagus sperengi Kris daun
25. Axonopus compressus P.B. Rumput gajah
26. Bambusa sp. Bambu hias
27. Bambusa vulgarsi Melati gambir
28. Baringtongia asiatica
29. Bauhinia acuminata Bunga kupu-kupu
30. Bauhinia monandra Kurz. Daun kupu-kupu
31. Bauhinia purpurea L. Bunga kupu-kupu
32. Belamcabda chinensis (L.) C. Brojo bintang
33. Boratus flabelifer L. Lontar
34. Bougenville sp. Bougenvil
35. Brassalia actinophylla Gandaria
36. Cadiaeum variegatum (L.) BI Bambu pagar
37. Caeglemermelos Maja
38. Caesalpinia pulcherimma Swartz. Kembang merak
39. Calathea letzei E. Morr Meranti Jepang
40. Calliandra emarginata Kaliandra
41. Cananga odorata L. Kenanga
42. Canarium vulgare Leenh. Kenari
43. Canna Hybrida Kana
44. Canna indica L. Bunga tasbih
45. Carbera ordollam Bintaro
46. carica papaya L. Pepaya

197

No. Nama Latin Nama Lokal


47. Caryota mitis L. Palem ekor ikan
48. Cassia fistula Kasia
49. Cassia multijuga Kasia multijuga
50. Casuarina equisetifolia L. Cemara laut
51. Casuarina mobilis
52. Casuarina sumatrana Junghunh Cemara balon
53. Ceiba petandra Kapuk
54 Chlorophytum decipens Baker Lili gobi
55. Chrysalidocarpus lutescens H. Wendl. Palem Kuning
56. Cinnamomum burmanii Kayu manis
57. Cocos nucifera Kelapa
58. Codieaum variegatum (L.) Blume Puring
59. Colabrosa aquatica Lili paris besar
60. Coleus atropurpureus Benth. Miana
61. Congea tomentosa Congea
62. Coniferales Cemara udang
63. Cordyline fruclicosa Cheval. Andong
64. Crynum amercasium L. Bunga bakung
65. Crysophyllum cainito L. Sawo duren
66. Cupressus papuana Cemara papua
70. Cyrtostachys lakka Palem merah
71. Dailum indum L. Asam Kranji
72. Delonix regia Hook & Rafin Flamboyan
73. Dieffenbachia sequine Schott. Bunga bahagia
74. Dilenia retusa Thumb. Sempur
75. Duranta repens Pangkas hiaju
76. Durantha sp. Pangkas kuning
77. Epicia reptans Mart. Dinding ari
78. Erythrina crystagali Dadap merah
79. Erythrina poeppigiana O. F. Cook Dadap jingga
80. Eucalyptus alba Kayu putih
81. Euphorbia phulcherrima Kastuba
82. Ficus benjamina Beringin
83. Ficus elastica Roxb. Karet batang
84. Ficus lyrata Biola cantik
85. Ficus repens Dolaran
86. Filicium decipiens Kirai payung
87. Glyricidia sepium Gamal
88. Gomphrena globasa L. Bunga kancing
89. Heliconia angustifolia Hook. Pisang hias
90. Heliconia collinsiana R. F. G. Pisang hias
91. Hemigraphis colorata Sambang merah
92. Heodysis decaryl Palem segitiga
93. Hibiscus rosa-sinensis L. Kembang sepatu

198

No. Nama Latin Nama Lokal


94. Hibiscus tiliaceus Waru laut
95. Hydrangia hortense Kembang bokor

96. Ipomea sp. Kangkungan


97. Ixora japonica Soka jepang
98. Ixora sp. Soka
99. Jacaranda filicofilia Don. Jakaranda
100. Juniperus chinensis Linn. Cemara cina
101. Juniperus communis hibernica Cemara lilin
102. Lagerstroemia loundini T. & B. Bungur
103. Lantana cammara Link. Bunga cente manis
104. Leucaena leucephala Lamtoro
105. Licuala grandis H. Wendl Palem kol
106. Livistona rotundifolia Lamk. Palem sedang
107. Malphigia coccigera L. Mirten
108. Mangifera caesia Zack. Kemang
109. Mangifera indica Mangga
110. Manikara kauki Dub. Sawo kecik
111. Maniltoa grandiflora Schffrei Bunga sapu tangan
112. mascarena lagenicaulis L. H. Bailey Palem botol
113. Meranta arundinacea L. fot. Var Meranti putih
114. Michelia champaca L. Cempaka
115. Mimusops elengi L. Tanjung
116. Munthingia calabura Kersen
117. Musa sp. Pisang
118. Mussaenda erythophylla Schum. Nusa indah
119. Natrya metel L. Kecubung
121. Nephrolepis exaltata Schott. Pakir kelabang
122. Nerium indicum Mill. Jure
123. Nerium oleander Bunga mentega
124. Nothopanas fruticosum (L.) Mig Kedondong laut
125. Oreodoxa regia H.B.K Palem raja
126. Palmae Palem-paleman
127. Phitecellobium dulce Asam Landi
128. Phyllanthus niruri L. Cendrawasih
129. Pinus merkusii Pinus
130. pittosporum tobira kamboja jepang
131. Polyalthia longifolia Benth. Glodogan
132. Portulaca grandiflora Lindl. Portulaka
133. Portulaca sp. Krokot
134. Psidium guajava Jambu biji
135. Ptrerocarpus indicus Angsana
136. Ptychosperma macarthusii Palem jepang
138. Rheoe sptathacea pandan merah

199

No. Nama Latin Nama Lokal


139. Rhoe discolor Hance Adam dan hawa
140. Sansiviera trifasciata Sansiviera kecil
141. Scinekapsus averues Samblung

142. Stephannotis floribunda Stepanut


143. Syzigium aquaeum Jambu air
144. Tagetes erecta Tegetes
145. Terminalis catappa Ketapang
146. Thuja orientalis L. Cemara kipas
147. Thunbergia fragrans Roxb. Thunbergia
148. Verbera hybrida Hort Verbera
149. Vinco rosea Tapak dara
151. Zoysia matrella Merr. Rumput manila

e. Tanaman untuk Taman Kota


No. Nama Latin Nama Lokal
1. Bixa orellana Galinggem
2. Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu
3. Ceiba petandra Kapuk randu
5. Ficus benjamina Beringin
6. Ficus lyrata Biola cantik
7. Filicium decipiens Kiara payung
8. Manikara kauki Sawo kecik
9. Mimosops elengis Tanjung
10. Pinus merkusii Pinus
11. Pithecellobium dulce Asam kanji
12. Ptrerocarpus indicus Angsana
14. Tagetes erecta Tagetes
15. Tectona grandis Jati

f. Jenis Vegetasi Yang Sesuai Sebagai Habitat Burung di Taman Rekreasi dan
Taman Bermain
No. Nama Botani Nama Lokal
1. Agathis damara Damar
2. Aglaia odorata Culan
3. Aleurites moluccana Kemiri
4. Alstonia scholaris Pule
5. Albizzia sp. Albisia
6. Antidesma bunius Buni
7. Andropogon sorghum Gandrung
8. Areca catechu Pinang

200

No. Nama Botani Nama Lokal


9. Areca latiloba Jambe rende
10. Areca vertiaria Pinang yahi
11. Areca pinnata Aren
12. Arundo donax Kaso belang
13. Averrhoa bilimbi Belimbing sayur
14. Baccaurea racemosa Menteng
15. Bambusa vulgaris Bambu kuning
16. Baringtonia asiatica Keben
17. Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu
18. Bixa orellana Biksa
19. Bouea macrophylla Gandaria
20. Bougainvillea glabra Bugenvil
21. Calliandra surinamensis Kaliandra
22. Callicarpa longifolia Songka
23. Callophyllum inophyllum Nyamplung
24. Cananga odorata Kenanga
25. Canarium decumanum Kenari babi
26. Carmona retusa Serutan
27. Caryota mitis Palem seledri
28. Ceiba petandra Randu
29. Crysophyllum cainito Sawo duren
30. Cinnamomum burmanii Kayu manis
31. Cinnamomum inners Kiteja
32. Clidernia hirta Harendong lalaki
33. Cinometra cauliflora Namnam
34. Corypha gebanga Gebang
35. Cordia obliqua Kendal
36. Cystotachys lakka Palem merah
37. Dillenia philippinensis Sempur
38. Diospyros philippinensis Bisbul
39. Elaeocarpus grandiflorus Anyang-anyang
40. Erythrina crista-galli Dadap merah
41. Erythrina variegata Dadap belang
42. Eupharia longans Lengkeng
43. Ficus benjamina Beringin
44. Ficus lyrata Fikus jati
45. Ficus microcarpa Preh
46. Ficus sp. Gondang
47. Flacourtia rukam Rukem
48. Garcinia dulcis Mundu
49. Gardenia jasminoides Kaca piring
50. Gigantochloa apus Bambu tali
51. Gigantochloa alter Bambu hitam
52. Gnetum gnemon Melinjo
53. Gossampinus heptaphylla Dangdeur
54. Heliconia collinsiana Pisang hias
55. Innocarpus fagiferus Gayam

201

No. Nama Botani Nama Lokal


56. Jasminum sambac Melati
57. Languas galanga Lengkuas
58. Lantana camara Cente
59. Licuala grandis Palem kol
60. Livistonia rotundifolia Palem kipas
61. Lucuma petaloides Alkesa
62. Malvaviscus arboreus Bunga sepatu kecil
63. Manilkara achras Sawo
64. Manilkara kauki Swao kecik
65. Maniltoa shefferi Saputangan
66. Medinella exima Lompeni
67. Medinella speciosa Harendong bokor
68. Mellastoma malabathricum Harendong
69. Mesua ferrea Nagasari
70. Michelia alba Kantil
71. Michelia champaca Cempaka
72. Miconia densiflora Harendong gede
73. Mimusops elengi Tanjung
74. Morus alba Pace
75. Morus sp. Murbei
76. Mucuna novoguinensis Bunga irian
77. Murraya paniculata Kemuning
78. Musa sp. Pisang seribu
79. Miristica fragans Pala
80. Muntingia calabura Kersen
81. Oreodoxa regia Palem raja
82. Oncosperma filamentosa Onkosperma
83. Palaqium sp. Palakium
84. Pangium edule Kluwek
85. Pericopsis mooniana Perikopsis
86. Phyllantus acidus Ceremai
87. Pigaffeta lilaris Wanga
88. Pithecellobium dulce Asam keranji
89. Podocarpus neriifolius Podokarpus
90. Pometia pinnata Matoa
91. Ptychosperma macarthurii Palem hijau
92. Salacca zalacca Salak
93. Samanea samans Kihujan
94. Sandoricum koetjape Kecapi
95. Santalum album Cendana
96. Sesbania grandiflora Turi
97. Spathodea campanulata Spatodea
98. Spondias dulcis Kedondong
99. Stelechocarpus burahol Kepel
100. Sterculia foetida Kepuh
101. Sweitenia macrophylla Mahoni
102. Syzygium aqueum Jambu air

202

No. Nama Botani Nama Lokal


103. Syzygium aromaticum Cengkeh
104. Syzygium cumini Duwet, jamblang
105. Syzygium jambos Jambu mawar
106. Syzygium malaccensis Jambu bol
107. Syzygium polyanthum Salam
108. Syzygium polycephallum Gowok
109. Talauma condollii Cempaka gondok
110. Terminalia catappa Ketapang
111. Trema orientalis Angrung
112. Triphasia trifolia Jeruk kingkit
113. Tristellatela australasiae Hujan emas rambat
114. Vitex sp. Laban
115. Zingiber offocinale Jahe
116. Zingiber jujuba Widara

g. Jenis-Jenis Vegetasi dengan Tingkat Ketahanan Terhadap SO2 dan Flourida


Pada Daerah-Daerah Berpolutan
Tingkat Ketahanan Terhadap
No. Jenis Tanaman
SO2 Flourida
1. Ficus microcarpa Resisten Resisten
2. Cinnamomum camphora Resisten Resisten
3. Nerium indicum Resisten Resisten
4. Casuarina equisetifolia Resisten Resisten
5. Murraya paniculata Resisten Resisten
6. Bauhinia variegata Resisten Sedang
7. Acasia confusa Resisten Sedang
8. Melaleuca leucadendron Resisten Sedang
9. Erythrina indica Sedang Sedang
10. Cassia surattensis Sedang Sedang
11. Bauhinia purpurea Sedang Sedang
12. Hibiscus rosa sinensis Sedang Sedang
13. Podocarpus macrophyllus Sedang Sedang
14. Terminalia catappa Sedang Sedang
15. Caesalpinia pulcherrima Sedang Sedang
16. Abizzia lebbek Sedang Sedang
17. Pterocarpus indicus Sedang Sedang
18. Pachiria macrocarpa Sedang Sedang
19. Cassia siamea Sedang Sedang

Sumber: PT Beutari NusaKreasi (2004)

203

Lampiran 17. Jenis taman, lokasi dan fungsinya

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
1. Taman Kota x
a. Lapangan Sempur x Arsitektur, Sosial dan
Ekologi
2. Taman Lingkungan x
a. Taman Kencana x Arsitektur dan Sosial
b. Taman Cibuluh x Sosial
c. Taman Alun-Alun Empang x Sosial
d. Taman Lingkungan Malabar x Sosial
3. Taman Permukiman x
a. Taman Hotel Pangrango 1-Mirah x Sosial dan Ekologi
b. Taman Jl. Lodaya, Komplek Ciomas, Kel. Pasir x Sosial
Mulya
c. Taman Perumahan Perumnas Bantarjati (Jl x Sosial
Kresna Raya)
d. Taman JL. Sempur Kaler x Sosial
4. Jalur Hijau Jalan x x x x
a. Taman Median Ekalokasari x Arsitektur
b. Taman Agricon s/d Asuransi x Arsitektur
c. Taman Martabak Bangka Simpang Batutulis x Arsitektur
d. Taman Depan Triguna Sukasari x Arsitektur
e. Taman Depan Pasar Gembrong x Arsitektur
f. Taman Depan Roti Unyil x Arsitektur
g. Taman Apotek Pelita-Mutu Mas x Arsitektur

204

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
h. Taman Depan Rotan-Asrama Sukasari x Arsitektur
i. Taman Sungai Cibalok-Mbah Dalem x Arsitektur
j. Taman Boehringer-RM Sayur Asem x Arsitketur
k. Taman Lereng Mbah Dalem x Arsitektur dan Ekologi
l. Taman Istana Batutulis-SMP PGRI x Arsitektur
m. Taman Depan RM. Sayur Asem-International x Arsitektur
Motor
n. Taman Internasional Motor-Simpang Batutulis x Arsitektur
o. Taman Depan Pabrik Kopi-Taurus Variasi x Arsitektur
p. Taman Depan SMP PGRI-Polsek Bogor x Arsitektur
Selatan
q. Taman Pangkalan Bambu-Abadi Matrial x Arsitektur
r. Taman Jalur Pasar Bogor (Suryakencana) x Arsitektur
s. Taman Jalur Pasar Bogor (Otista) x Arsitektur
t. Taman Jalur Sawit (Otista) x Arsitektur
u. Taman Seputar Kebun Raya Bogor s/d Pos x Arsitektur
Polisi
v. Taman Depan KPKN s/d Bank (kiri) x Arsitektur
w. Taman Depan Lippo Bank-Hotel Salak-Regina x Arsitektur
Pacis
x. Taman BNI 46-Jembatan Mantarena x Arsitektur
y. Taman Percetakan-PLN x Arsitektur
z. Taman Depan SMA Budi Mulia-Polwil x Arsitektur
aa. Taman Depan PLN-LP Paledang x Arsitektur

205

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
ab. Taman Depan DPRD-Bank Jabar x Arsitektur
ac. Taman Depan SD Panaragan-Jembatan x Arsitektur
Cisadane
ad. Taman Sarana Tamu-Cisadane x Arsitektur
ae. Taman Regina Pacis-Simpang Jalan x Arsitektur
Pengadilan
af. Taman PLN Sektor x Arsitektur
ag. Taman Restoran-Jl. Kantin x Arsitektur
ah. Taman Depan Kodim-Ari Mancur x Arsitektur
ai. Taman Gardu Listrik (RS Salak)-Talud (Sblm x Arsitektur
Ruko)
aj. Taman Jl Pengadilan RP-SD Pengadilan x Arsitektur
ak. Taman Regina Pacis-Gereja x Arsitektur
al. Taman Sebelah kiri Sawojajar-Hotel Elsana- x Arsitektur
Bank Pasar
am. Taman Sebelah kanan Bogor Permai-Hotel x Arsitektur
Erita
an. Taman Jl. R.E. Martadinata (Pusdiksi)-rel x Arsitektur
kereta
ao. Taman Jembatan Pengaduan-tikungan Taman x Arsitektur
Siswa
ap. Taman Depan UIKA-rek kereta x Arsitektur
aq. Taman Depan Balivet-Gardu listrik x Arsitektur
ar. Taman Jalan Merdeka-pintu gerbang PLN x Arsitektur

206

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
as. Taman kiri-kanan Pos Polisi (Jl Cimanggu)- x Arsitektur
Mantriburu
at. Taman Jalur Lapangan Manunggal x Arsitektur
au. Taman Jl. LA Salmun - Pabrik Gas x Arsitektur
av. Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Mesjid x Arsitektur
Cilendek
aw. Taman Median depan Pusdik Intel x Arsitektur
ax. Taman Depan RS Karya Bakti-Sindangbarang x Arsitektur
ay. Taman Depan Yon 315-Kompleks IPB x Arsitektur
az. Taman Duri Komplek IPB-Sindang Barang x Arsitektur
ba. Taman Lampur Merah SBJ-Lampu Merah x Arsitektur
Bubulak
bb. Taman Jalan Raya Bubulak-Lampu Merah x Arsitektur
Yasmin
bc. Taman Terminal Bubulak-CIFOR x Arsitektur
bd. Taman Pintu Kanan Kiri Masuk Istana- x Arsitektur
Jembatan Sempur
be. Taman Depan Pintu Istana x Arsitektur
bf. Taman Jembatan Sempur-Rumah Dinas x Arsitektur
bg. Taman Kanan Pintu Kebun Raya-Pos Polisi x Arsitektur
bh. Taman Kiri Dpn Pemadam-Sukasari x Arsitektur
bi. Taman Jl. Sukasari-PDAM (kiri) x Arsitektur
bj. Taman Jl. Sukasari-LIMEX (kanan) x Arsitektur
bk. Taman Mesjid Raya-Terminal x Arsitektur
bl. Taman Jembatan Bale Binarum-Mesjid Raya x Arsitektur

207

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
bm. Taman Sebelah Mesjid Raya-Blkng Terminal x Arsitektur
bn. Taman Depan Terminal Bis Baranangsiang x Arsitektur
bo. Taman Median Pemadam Kebakaran-tikungan x Arsitektur
Jagorawi
bp. Taman kanan Vihara-Sukasari 3 x Arsitektur
bq. Taman rumah makan palem-jl. Bina Marga x Arsitektur
br. Taman depan asinan Yeni-tikungan perum. x Arsitektur
Bina Marga
bs. Taman depan tikungan Bina Marga x Arsitektur
bt. Taman median tol Jagorawi x Arsitektur
bu. Taman Jl. Cidangiang-Masjid IPB x Arsitektur
bv. Taman dari jembatan terminal bs-tempat x Arsitektur
tunggu taxi
bw. Taman depan IPB sampai Pangrango Plaza x Arsitektur
bx. Taman jalan PMI-IPB (kiri dan kanan) x Arsitektur
by. Taman jalan masuk PMI-SMP 3 x Arsitektur
ca. Taman Jl.masuk pangrango-pos polisi-SLB x Arsitektur
(kanan)
cb. Taman depan SLB-photocopy x Arsitektur
cc. Taman Jl. Lodaya-perempatan Cimahpar x Arsitektur
cd. Taman depan rumah dinas-lampu merah x Arsitektur
Bantarjati
ce. Taman median Telkom-Lampu merah x Arsitektur
Bantarjati
cf. Taman lampur merah Bantarjati-Bangbarung x Arsitektur

208

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
cg. Taman median lampu merah Bantarjati- x Arsitektur
Bangbarung
ch. Taman median lampu merah Bantarjati- x Arsitektur
warung jambu
ci. Taman jalur lampu merah Bantarjati-warung x Arsitektur
jambu
cj. Taman dari Air mancur-pintu kereta Kebon x Arsitektur
Pedes)
ck. Taman jalur SMP 5-jembatan Situ Duit x Arsitektur
cl. Taman median jembatan situ duit x Arsitektur
cm. Taman Jl. A. Yani-Air mancur (kiri kanan) x Arsitektur
cn. Taman Jl. Soleh Iskandar-Slabenda (kiri x Arsitektur
kanan)
co. Taman median Jl. Soleh Iskandar-perempatan x Arsitektur
Cilebut
cp. Taman Budi Agung-Taman Cimanggu x Arsitektur
cq. Taman Cimanggu-batas kota (kiri kanan) x Arsitektur
cr. Taman jalur perumahan Yasmin (kiri dan x Arsitektur
kanan)
cs. Taman median jalur perumahan Yasmin x Arsitektur
ct. Taman median Jl. Bangbarung-Indraprasta II x Arsitektur
cu. Taman jalur Jl Bangbarung-Indraprasta II x Arsitektur
cv. Taman jalur Jl. Salak-lampu merah Jl. x Arsitektur
Pajajaran
cw. Taman jalur Jl. Salak (kiri)-Taman Kencana x Arsitektur

209

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
cx. Taman Taman Kencana-pertigaan Pajajaran x Arsitektur
(kiri kanan)
cy. Taman Jl. Halimun (kiri kanan)RRI x Arsitektur
cz. Taman Jl. Pangrango (kiri)-pertigaan Jl. Salak x Arsitektur
da. Taman pertigaan Taman Kencana-SMP 3 x Arsitektur
db. Taman FKH IPB (kanan) Jl. Ceremai Ujung x Arsitektur
dc. Taman lereng Ceremai(Taman Kencana)-SMP x Ekologi
3
dd. Taman jembatan lapangan sempur(kiri)- x Arsitektur
Sempur Kaler
de. Taman jalur kanan (lap. Sempur)-Sempur x Arsitektur
Kaler
df. Taman jalur Litbang Perikanan (kiri kanan)- x Arsitektur
Sempur Klr
dg. Taman Jembatan gantung Sempur-SMP 9 x Arsitektur dan Ekologi
dh. Taman Pasar Jambu Dua (kiri kanan)- x Arsitektur
bantaran sungai
di. Taman Jl. Sanggabuana (kiri kanan) x Arsitektur
dj. Taman Jl. Burangrang (kiri kanan)-Bantarjati x Arsitektur
ujung
dk. Taman Jl. Cikuray-Bantarjati x Arsitektur
dl. Taman Jl. Tampomas (kiri kanan)-Bantarjati x Arsitektur
ujung
dm. Taman Jl. Mega Mendung x Arsitektur
dn. Taman Jl. Tangkuban Perahu x Arsitektur

210

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
do. Taman Jl. Merak x Arsitektur
dp. Taman Jl. Kesehatan x Arsitektur
dq. Taman Jl. Beo x Arsitektur
dr. Taman Jl. Srigunting x Arsitektur
ds. Taman Jl. Perkutut x Arsitektur
dt. Taman Jl. Lodaya (kiri kanan) x Arsitektur
du. Taman Jl. Lodaya (dekat Bogor In) x Arsitektur
dv. Taman Jl. Kumbang x Arsitektur
dw. Taman median Jl. Pakuan x Arsitektur
dx. Taman jalur Jl. Pakuan (kiri kanan) x Arsitektur
dy. Taman jalur Jl. Bangka (kiri kanan) x Arsitektur
dz. Taman jalur jalan Riau (lereng) x Ekologi
ea. Taman jalur Jl. Sambu (kiri kanan)/Belakang x Arsitektur
Terminal
eb. Taman jalur Jl. Riau (kanan) x Arsitektur
ec. Taman depan Kampus UNPAK x Arsitektur
ed. Taman pangkalan ojek Viladuta-pintu keluar x Arsitektur
Ciheuleut
ee. Taman Jl. Bukit Tunggul x Arsitektur
ef. Taman Jl. Pemuda x Arsitektur
eg. Taman Jl. Dadali x Arsitektur
5. Jalur Pejalan Kaki x x x x
a. Taman Prasasti Depan Tugu Kujang x Arsitektur dan Sosial
b. Jalur jalan seputar Kebun Raya Bogor x Arsitektur

211

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
c. Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran x Arsitektur
d. Jalur jalan Sudirman x Arsitektur
e. Jalur jalan A. Yani x Arsitektur
f. Jalur jalan Pangrango Plaza-Bogor Baru x Arsitektur
g. Jalur jalan LRPI-Warung jambu x Arsitektur
h. Jalur jalan SMA 1 Jembatan Merah x Arsitektur
I. Jalur jalan Merdeka Bumi Menteng Asri x Arsitektur
6. Lanskap Bataran Sungai x
a. Taman Bantaran Sungai Ciliwung x Ekologi
7. Lanskap Situ x
a. Situ Gede x Ekologi
8. Taman Rekreasi x x
a. Taman Topi x Sosial dan Ekonomi
9. Taman Tempat Olah Raga x x x x
a. Lapangan GOR Ahmad Yani x Arsitektur, Sosial, dan
Ekonomi
b. Lapangan Manunggal x Arsitektur dan Sosial
d. Lapangan Heulang x Arsitektur dan Sosial
e. Lapangan Riau x Sosial
g. Lapangan Tenis Jl. Selakopi RT 01/RW 03 x Sosial
h. Lapangan Bantarjati, Jl. Kresna Raya x Arsitektur dan Sosial
10. Taman Pendidikan x
a. Taman SD Pertiwi Sukasari 3 x Arsitektur dan Sosial

212

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
11. Taman Kesehatan x
a. Taman bundaran depan PMI x Sosial dan Ekologi
12. Hutan Kota x
a. Kebun Raya Bogor x Arsitektur dan Ekologi
b. Hutan Kota CIFOR x Arsitektur dan Ekologi
c. Lereng Sempur x
13. Traffic Island (Pulau Jalan) x x x x
a. Taman Tugu Ciawi x Arsitektur
b. Taman Segitiga Beringin Ciawi x Arsitektur
c. Taman Simpang Sukasari x Arsitektur
d. Taman Simpang Batutulis x Arsitektur
e. Taman Segitiga Empang x Arsitektur
f. Taman Segitiga Pintu Air x Arsitektur
g. Taman Segitiga Ramayana x Arsitektur
h. Taman Segitiga Depan SMA 1 x Arsitektur
I. Taman Bank Jabar-Taman Topi x Arsitektur
j. Taman Pertigaan Jembatan Merah x Arsitektur
k. Taman Air Mancur x Arsitektur dan Sosial
l. Taman Depan Presiden Teatre x Arsitektur
m. Taman Segitiga Pasar Mawar x Arsitektur
n. Taman Segitiga Gunung Batu x Arsitektur
o. Taman Tugu Kujang x Arsitektur
p. Taman Simpang Tol dan Terminal x Arsitektur
Baranangsiang

213

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
q. Taman perempatan jl. Lodaya-Bogor Baru x Arsitektur
r. Taman pulau jalan Bangbarung (Pandu Raya) x Arsitektur
s. Taman pulau jalan Warung Jambu x Arsitektur
t. Taman pulau jl. Kebon Pedes x Arsitektur
u. Taman simpangan Jl Soleh Iskandar (narkoba) x Arsitektur
v. Taman simpangan Jl. Salabenda x Arsitektur
w. Taman pulau jalan Pangrango x Arsitektur
x. Taman Jl Sukasari 3 x Arsitektur dan Sosial
14. Pocket Park (Sudut Jalan) x x x x
a. Taman Sudut Ciawi x Arsitektur dan Sosial
b. Taman Pojok Cibalok x Arsitektur
c. Taman Pojok SMA 1 x Arsitektur
d. Taman Menteng x Arsitektur dan Ekologi
e. Taman Sudut Jl. Bina Marga x Arsitektur
f. Taman sudut jembatan Situ Duit x Arsitektur
g. Taman Sudut RRI x Arsitektur
h. Taman Sudut perempatan Hotel Pangrango x Arsitektur dan Sosial
i. Taman Sudut jalan Ceremai Ujung Jambu Dua x Arsitektur
15. Taman Bermain Anak-Anak x
a. Taman Peranginan x Arsitektur, Sosial, dan
Ekologi

214

Hierarki Wilayah
Jenis Taman Fungsi Taman
Permukiman Kelurahan Kecamatan Kota
Fungsi Hierarki wilayah Lapangan Lapangan Ruang Ruang
Bermain, Bermain,
Area Rekreasi, Lapangan/Ta Terbuka Terbuka
man,
Taman Rumah/ Koridor Umum, Umum,
Pekarangan Lingkungan Taman, Taman,
(termasuk Area Area
untuk Rekreasi,
ketetangga-
an)
Bermain Hutan Kota,
(termasuk Jalur
untuk Lingkar
komuniti) Kota,
Sumber: PT Beutari NusaKreasi (2004)

215

Lampiran 18. Sebaran dan luas taman di kota Bogor berdasarkan hasil pengolahan citra ICONOS Januari tahun 2004

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


1 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Pulau Jalan Pangrango Lingkungan Arsitektur 928.94
2 Jalur HIjau Jalan Taman Jalur Sawit Lingkungan Arsitektur 1,033.35
Arsitektur, Sosial,
3 Taman Kota Lapangan Semupr Wilayah Ekologi 18,169.05
4 Taman Lingkungan Taman Kencana Lingkungan Aristektur dan Sosial 5,074.31
5 Taman Lingkungan Taman Malabar(1) Lingkungan Sosial 5,210.08
6 Taman Lingkungan Taman Malabar(2) Lingkungan Sosial 501.00
7 Taman Lingkungan Taman Alun-alun Empang Lingkungan Sosial 3,383.60
8 Taman Permukiman Taman Jl. Sempur Kaler Permukiman Sosial 1,623.45
9 Taman Permukiman Taman Hotel Pangrango 1-Mirah Permukiman Sosial dan ekologi 2,113.09
10 Jalur HIjau Jalan Taman Median Ekalokasari Kawasan Arsitektur 524.20
11 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Batu Tulis Lingkungan Arsitektur 757.82
12 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Ramayana Lingkungan Arsitektur 724.57
13 Jalur HIjau Jalan Taman Lippo Bank-Walikota-RP Lingkungan Arsitektur 257.52
14 Jalur HIjau Jalan Taman Lippo Bank-Walikota-RP Lingkungan Arsitektur 892.75
15 Jalur HIjau Jalan Taman Lippo Bank-Walikota-RP Lingkungan Arsitektur 271.36
16 Jalur Hijau Jalan Taman RP-Simpang Pengadilan Lingkungan Arsitektur 1,445.87
17 Jalur Hijau Jalan Taman Lippo Bank-Walikota-RP Lingkungan Arsitektur 221.51
18 Jalur Hijau Jalan Taman Lippo Bank-Walikota-RP Lingkungan Arsitektur 636.22
19 Jalur Pejalan Kaki Taman Prasasti Depan Tugu Kujang Kawasan Aristektur dan Sosial 277.03
20 Lanskap Situ Situ Gede Kawasan Ekologi 47,153.57
21 Taman Rekreasi Taman Topi Kawasan Sosial dan Ekonomi 19,484.60
22 Hutan Kota Kebun Raya Bogor Wilayah Arsitektur dan Ekologi 1,106,073.38

216

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


23 Hutan Kota CIFOR Wilayah Arsitektur dan Ekologi 432,787.94
24 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Tugu Ciawi Kawasan Arsitektur 429.44
25 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Pulau Jalan Warung Jambu Kawasan Arsitektur 156.58
26 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Tol dan Terminal Barang siang Kawasan Arsitektur 227.31
27 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Tol dan Terminal Barang siang Kawasan Arsitektur 109.61
28 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Tugu Kujang Kawasan Arsitektur 302.18
29 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Gunung Batu Lingkungan Arsitektur 126.51
30 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Air Mancur Kawasan Arsitektur 1,885.04
31 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Bank Jabar-Taman Topi Kawasan Arsitektur 58.55
32 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Sigitiga Depan SMU 1 Lingkungan Arsitektur 66.75
33 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Sigitiga Depan SMU 1 Lingkungan Arsitektur 52.03
34 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Empang Lingkungan Arsitektur 44.96
35 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman pulau jalan Pangrango Lingkungan Arsitektur 112.91
36 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman simpangan Jl Salabenda Kawasan Arsitektur 1,199.39
37 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpangan Jl. Soleh Iskandar (narkoba) Kawasan Arsitektur 621.63
38 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpangan Jl. Soleh Iskandar (narkoba) Kawasan Arsitektur 253.98
39 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpangan Jl. Soleh Iskandar (narkoba) Kawasan Arsitektur 987.75
40 Pocket Park (Sudut Jalan) Tama Pojok SMU 1 Lingkungan Arsitektur 89.36
41 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Sudut RRI Lingkungan Arsitektur 428.81
42 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Sudut Perempatan Pangrango Lingkungan Arsitektur 1,311.98
43 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Sudut Perempatan Pangrango Lingkungan Arsitektur 1,041.35
Arsitektur, Sosial,
44 Taman Tempat Olah Raga GOR Ahmad Yani Wilayah Ekonomi 74,831.74
45 Taman Bantaran Sungai Bantaran Sungai Ciliwung (Sempur Kaler) Lingkungan Ekologi 3,945.34
46 Jalur Hijau Jalan Taman Median Tol Jagorawi Wilayah Arsitektur 2,459.57

217

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


47 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Terminal Baranang Siang Wilayah Arsitektur 1,360.25
48 Jalur Hijau Jalan Taman Depan MTSN-1 Wilayah Arsitektur 1,758.50
49 Jalur Hijau Jalan Taman Depan IPB s/d Plaza Pangrango Wilayah Arsitektur 999.78
50 Jalur Hijau Jalan Taman Depan IPB s/d Plaza Pangrango Wilayah Arsitektur 663.62
51 Jalur Hijau Jalan Taman Depan IPB s/d Plaza Pangrango Wilayah Arsitektur 861.96
52 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan terminal bis-tempat tunggu taxi Wilayah Arsitektur 299.37
53 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Wilayah Arsitektur 687.50
54 Jalur Hijau Jalan Taman Median Tol Jagorawi Wilayah Arsitektur 5,299.47
Taman Pintu Kanan-Kiri Masuk Istana-Jembatan
55 Jalur Hijau Jalan Sempur Wilayah Arsitektur 4,409.64
56 Jalur Hijau Jalan Taman SMU Budi Mulia-Polwil Wilayah Arsitektur 587.71
57 Taman Lingkungan Taman Cibuluh Lingkungan Sosial 246.77
58 Taman Lingkungan Taman Cibuluh Lingkungan Sosial 626.86
59 Taman Lingkungan Taman Cibuluh Lingkungan Sosial 144.71
60 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 86.05
61 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 65.81
62 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 36.03
63 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 86.23
64 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 140.27
65 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 29.91
66 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 166.94
67 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 200.17
68 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 240.18
69 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 74.16
70 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 83.63

218

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


71 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 146.51
72 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 86.31
73 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 146.58
74 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 60.97
75 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 40.27
76 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 73.89
77 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 62.12
78 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 40.20
79 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Kawasan Arsitektur 33.58
80 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Lingkungan Arsitektur 82.13
81 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Lingkungan Arsitektur 66.94
82 Jalur Hijau Jalan Taman Agricon s/d Asuransi Lingkungan Arsitektur 103.97
83 Jalur Hijau Jalan Taman Martabak Bangka-Simpang Batutulis Lingkungan Arsitektur 608.51
84 Jalur Hijau Jalan Taman Martabak Bangka-Simpang Batutulis Lingkungan Arsitektur 335.26
85 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 152.30
86 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 229.41
87 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 644.64
88 Jalur Hijau Jalan Taman Martabak Bangka-Simpang Batutulis Lingkungan Arsitektur 361.24
89 Jalur Hijau Jalan Taman Martabak Bangka-Simpang Batutulis Lingkungan Arsitektur 65.80
90 Jalur Hijau Jalan Taman Martabak Bangka-Simpang Batutulis Lingkungan Arsitektur 397.73
91 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 185.45
92 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 66.04
93 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 98.52
94 Jalur Hijau Jalan Taman Sungai Cibalok-Lereng Mbah Dalem Lingkungan Arsitektur 136.85
95 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 139.15

219

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


96 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 155.06
97 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 440.64
98 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 233.12
99 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 102.80
100 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 232.37
101 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 23.92
102 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 11.20
103 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 25.91
104 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 22.57
105 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 14.33
106 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 13.02
107 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 32.89
108 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 34.94
109 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 125.44
110 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 16.07
111 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 208.26
112 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 69.62
113 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 37.71
114 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 53.83
115 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 138.86
116 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 276.44
117 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 54.20
118 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 123.67
119 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 41.68
120 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 40.38

220

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


121 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 46.81
122 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 112.89
123 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 62.52
124 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 22.10
125 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 21.43
126 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 42.31
127 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 21.21
128 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 47.18
129 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 50.15
130 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Triguna-Asrama Sukasari Lingkungan Arsitektur 82.73
131 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Masjid Raya-Blkg Termional Lingkungan Arsitektur 93.89
132 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 329.92
133 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 88.58
134 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 101.80
135 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 36.78
136 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 82.74
137 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 36.09
138 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 36.37
139 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Masjid raya Lingkungan Arsitektur 116.60
140 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 70.21
141 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 75.58
142 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 48.79
143 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 84.48
144 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 50.44
145 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 231.38

221

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


146 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 207.25
147 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 409.01
148 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 141.16
149 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 126.20
150 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 198.76
151 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 156.38
152 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 171.49
153 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 121.49
154 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 32.11
155 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 259.47
156 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 149.55
157 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 776.92
158 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 55.56
159 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 137.67
160 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 187.19
161 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Balebinarum-Masjid Raya Kawasan Arsitektur 41.79
162 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-LIMEX Lingkungan Arsitektur 181.20
163 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-LIMEX Lingkungan Arsitektur 208.91
164 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-LIMEX Lingkungan Arsitektur 23.41
165 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-LIMEX Lingkungan Arsitektur 194.92
166 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-LIMEX Lingkungan Arsitektur 219.15
167 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-PDAM Lingkungan Arsitektur 145.78
168 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-PDAM Lingkungan Arsitektur 131.73
169 Jalur Hijau Jalan Taman Sukasari-PDAM Lingkungan Arsitektur 194.05
170 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 535.12

222

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


171 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 1,245.58
172 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 2,348.60
173 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 1,509.10
174 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 185.38
175 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 1,340.27
175 Jalur Hijau Jalan Taman Median Terminal Baranangsiang-Sukasai Kawasan Arsitektur 576.83
177 Jalur Hijau Jalan Taman Median Tol Jagorawi Wilayah Arsitektur 2,878.18
178 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Pintu Instana Kawasan Arsitektur 75.31
178 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Pintu Instana Kawasan Arsitektur 72.81
180 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 1,014.16
181 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 93.41
182 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 54.51
183 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 167.49
184 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 123.10
185 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 126.06
186 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 234.41
187 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Sempur-rumah Dinas Kawasan Arsitektur 1,199.90
188 Jalur Hijau Jalan Taman Kanan Pintu Kebun Raya-Pos Polisi Kawasan Arsitektur 1,453.09
189 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 417.29
190 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 1,676.66
191 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 751.28
192 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 2,052.18
193 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 3,378.32
194 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 1,460.36
195 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 793.77

223

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


196 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 1,503.16
197 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 274.00
198 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 2,817.07
199 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 5,175.12
200 Jalur Hijau Jalan Taman Terminal Bubulak-CIFOR Lingkungan Arsitektur 1,773.61
201 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Raya Bubulak-Lampu Merha Yasmin Lingkungan Arsitektur 234.44
202 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Raya Bubulak-Lampu Merha Yasmin Lingkungan Arsitektur 106.53
203 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah SBJ-Lampu Merh bubulak Lingkungan Arsitektur 143.78
204 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah SBJ-Lampu Merh bubulak Lingkungan Arsitektur 536.86
205 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Yon 315 Lingkungan Arsitektur 45.26
206 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Yon 315 Lingkungan Arsitektur 1,533.89
207 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Yon 315 Lingkungan Arsitektur 354.01
208 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Yon 315 Lingkungan Arsitektur 870.57
209 Jalur Hijau Jalan Taman Cidangiang-Masjid IPB Lingkungan Arsitektur 101.57
210 Jalur Hijau Jalan Taman Cidangiang-Masjid IPB Lingkungan Arsitektur 78.13
211 Jalur Hijau Jalan Taman Cidangiang-Masjid IPB Lingkungan Arsitektur 84.33
212 Jalur Hijau Jalan Taman Cidangiang-Masjid IPB Lingkungan Arsitektur 205.53
213 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Masuk PMI-SMP 3 Lingkungan Arsitektur 234.64
214 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Masuk PMI-SMP 3 Lingkungan Arsitektur 334.14
215 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Masuk PMI-SMP 3 Lingkungan Arsitektur 72.94
216 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Masuk PMI-SMP 3 Lingkungan Arsitektur 112.28
217 Jalur Hijau Jalan Taman PMI-IPB (Kanan-Kiri) Lingkungan Arsitektur 111.14
218 Jalur Hijau Jalan Taman PMI-IPB (Kanan-Kiri) Lingkungan Arsitektur 409.33
219 Jalur Hijau Jalan Taman PMI-IPB (Kanan-Kiri) Lingkungan Arsitektur 762.04
220 Jalur Hijau Jalan Taman PMI-IPB (Kanan-Kiri) Lingkungan Arsitektur 293.62

224

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


221 Jalur Hijau Jalan Taman PMI-IPB (Kanan-Kiri) Lingkungan Arsitektur 235.78
222 Jalur Hijau Jalan Taman Pangrango Plaza-SLB Lingkungan Arsitektur 125.89
223 Jalur Hijau Jalan Taman Pangrango Plaza-SLB Lingkungan Arsitektur 127.29
224 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Malabar (kanan-kiri) Lingkungan Arsitektur 620.82
225 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Malabar (kanan-kiri) Lingkungan Arsitektur 597.81
226 Jalur Hijau Jalan Taman Depan SLB-Photo copy Lingkungan Arsitektur 79.86
227 Jalur Hijau Jalan Taman Depan SLB-Photo copy Lingkungan Arsitektur 57.96
228 Taman Tempat Olah Raga Lapangan Heulang Lingkungan Aristektur dan Sosial 20,348.85
229 Taman Tempat Olah Raga Lapangan Riau Permukimasn Sosial 1,754.12
230 Taman Permukiman Taman Perumahan Bantarjati Permukimasn Sosial 839.54
231 Taman Tempat Olah Raga Lapangan Manunggal Lingkungan Aristektur dan Sosial 10,310.60
232 Taman Pendidikan Taman SD Pertiwi Sukasari 3 Lingkungan Aristektur dan Sosial 310.54
233 Taman Kesehatan Taman Bundara depan PMI Lingkungan Sosial dan Ekologi 68.20
234 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Beringin Ciawi Lingkungan Arsitektur 23.23
235 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Jembatan Merah Lingkungan Arsitektur 23.03
236 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga depan Presiden Teatre Lingkungan Arsitektur 23.84
237 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Segitiga Merdeka Lingkungan Arsitektur 27.00
238 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Jl Sukasari 3 Aristektur dan Sosial 498.74
239 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Pulau Jalan Kebon Pedes Kawasan Arsitektur 588.66
240 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Perempatan Jl Lodaya-Bogor Baru Lingkungan Arsitektur 260.94
241 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman pojok Ciawi Kawasan Arsitektur 537.84
242 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Pojok Cibalok Lingkungan Arsitektur 43.37
243 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Sudut Jl. Bina Marga Kawasan Arsitektur 395.30
244 Pocket Park (Sudut Jalan) Taman Susut Jembatan Situ Duit Kawasan Arsitektur 4.68
245 Jalur Hijau Jalan Taman Median Telkom-Bantar Jati Kawasan Arsitektur 505.67

225

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


246 Jalur Hijau Jalan Taman Median Telkom-Bantar Jati Kawasan Arsitektur 1,316.39
247 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bantarjati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 4,415.82
248 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bantarjati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 982.27
249 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 916.27
250 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 213.79
251 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 1,562.44
252 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 452.64
253 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 1,457.05
254 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 109.14
255 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 74.93
256 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 430.44
257 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 173.60
258 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 816.83
259 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 334.87
260 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 189.25
261 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 29.46
262 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 176.87
263 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 130.33
264 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 178.77
265 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 83.59
266 Jalur Hijau Jalan Taman Lampu Merah Bantar Jati-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 293.93
267 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 353.06
Bantarjati
268 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 1,175.38
Bantarjati

226

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


269 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 189.22
Bantarjati
270 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 306.07
Bantarjati
271 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 884.43
Bantarjati
272 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 1,236.62
Bantarjati
273 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 1,037.85
Bantarjati
274 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 182.54
Bantarjati
275 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 460.26
Bantarjati
276 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 581.81
Bantarjati
277 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 507.91
Bantarjati
278 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 216.83
Bantarjati
279 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 240.89
Bantarjati
280 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 217.33
Bantarjati
281 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 139.63
Bantarjati

227

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


282 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 92.23
Bantarjati
283 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 276.10
Bantarjati
284 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 173.73
Bantarjati
285 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Rumah Dinas-Lampu-Merah Kawasan Arsitektur 345.27
Bantarjati
286 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,634.71
287 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 606.48
288 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 227.81
289 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 798.98
290 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 913.85
291 Jalur Hijau Jalan Taman Median Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 102.49
292 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,073.85
293 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 892.04
294 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,199.66
295 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 341.63
296 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 712.67
297 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 984.22
298 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 457.49
299 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 395.11
300 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 472.44
301 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 187.84
302 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 885.68

228

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


303 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,083.39
304 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 375.53
305 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,929.30
306 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Perumahan Yasmin Lingkungan Arsitektur 1,327.58
307 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bangbarung-Indraprasta II Lingkungan Arsitektur 457.48
308 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bangbarung-Indraprasta II Lingkungan Arsitektur 3,602.98
309 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bangbarung-Indraprasta II Lingkungan Arsitektur 91.48
310 Jalur Hijau Jalan Taman Median Bangbarung-Indraprasta II Lingkungan Arsitektur 1,203.74
311 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 963.77
312 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 342.24
313 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 306.15
314 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 387.07
315 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 551.70
316 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 82.16
317 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 32.40
318 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 198.01
319 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 350.46
320 Jalur Hijau Jalan Taman Lmpu Merah Bantarjati-Bangbarung Lingkungan Arsitektur 433.08
321 Jalur Hijau Jalan Taman RE Martadinata Lingkungan Arsitektur 395.93
322 Jalur Hijau Jalan Taman RE Martadinata Lingkungan Arsitektur 214.50
323 Jalur Hijau Jalan Taman RE Martadinata Lingkungan Arsitektur 187.61
324 Jalur Hijau Jalan Taman RE Martadinata Lingkungan Arsitektur 266.74
325 Jalur Hijau Jalan Taman RE Martadinata Lingkungan Arsitektur 556.53
326 Jalur Hijau Jalan Taman Median Jembatan Situ Duit Lingkungan Arsitektur 113.07
327 Jalur Hijau Jalan Taman Median Jembatan Situ Duit Lingkungan Arsitektur 56.21

229

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


328 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 216.62
329 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 305.05
330 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 1,387.90
331 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 1,375.85
332 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 197.94
333 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 128.84
334 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 432.84
335 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 642.38
336 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 200.05
337 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 509.97
338 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 177.46
339 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 720.74
340 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 580.33
341 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Ahmad Yani-air Mancur Kawasan Arsitektur 416.67
342 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 301.86
343 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 200.36
344 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 257.55
345 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 76.74
346 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 46.44
347 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Lampu Merah Pajajaran Lingkungan Arsitektur 704.72
348 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Salak-Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 1,104.22
349 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Halimun-RRI Lingkungan Arsitektur 536.17
350 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Halimun-RRI Lingkungan Arsitektur 603.62
351 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Pangrango-Jl Salak Lingkungan Arsitektur 83.39
352 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Pangrango-Jl Salak Lingkungan Arsitektur 306.98

230

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


353 Jalur Hijau Jalan Taman FKH (kanan)-Jl Ceremai Ujung Lingkungan Arsitektur 668.27
354 Jalur Hijau Jalan Taman Lereng Ceremai (Taman Kencana)-SMP 3 Lingkungan Arsitektur 11,272.52
355 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Wisma Tamu-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 262.51
356 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Wisma Tamu-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 74.10
357 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Wisma Tamu-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 247.28
358 Jalur Hijau Jalan Taman SD Panaragan-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 222.99
359 Jalur Hijau Jalan Taman SD Panaragan-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 116.45
360 Jalur Hijau Jalan Taman SD Panaragan-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 173.07
361 Jalur Hijau Jalan Taman SD Panaragan-Sungai Cisadane Lingkungan Arsitektur 32.07
362 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 259.36
363 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 243.07
364 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 395.75
365 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 264.46
366 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 329.84
367 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 352.95
368 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 507.47
369 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 394.66
370 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 192.10
371 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 525.13
372 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 647.95
373 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 333.51
374 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 279.76
375 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 149.96
376 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 114.64
377 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 193.53

231

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


378 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 414.24
379 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 193.71
380 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 185.81
381 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 207.34
382 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 150.16
383 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 179.28
384 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 524.83
385 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 458.64
386 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 204.36
387 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 149.96
388 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 214.88
389 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 140.73
390 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 186.09
391 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 421.68
392 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 731.38
393 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 241.01
394 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 543.78
395 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 211.29
396 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 208.95
397 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 541.42
398 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 165.12
399 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 1,003.42
400 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 1,379.86
401 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 214.40
402 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 159.52

232

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


403 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 137.02
404 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 387.55
405 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 306.78
406 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 570.41
407 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 1,077.35
408 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 497.95
409 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 539.75
410 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 144.60
411 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Seputar Taman Kencana Lingkungan Arsitektur 609.60
412 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Gantung Sempur-SMP 9 Lingkungan Arsitektur 974.00
413 Jalur Hijau Jalan Taman Jembatan Lapangan Sempur-Sempur Kaler Lingkungan Arsitektur 482.06
414 Jalur Hijau Jalan Taman Litbang Perikanan-Sempur Kaler Lingkungan Arsitektur 630.56
415 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 200.96
416 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 143.75
417 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 573.45
418 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 455.37
419 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 486.21
420 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 363.58
421 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 339.60
422 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 1,088.74
423 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 745.23
424 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 461.72
425 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 774.90
426 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 409.98
427 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 626.43

233

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


428 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 623.66
429 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 506.03
430 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 682.64
431 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 314.98
432 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 543.97
433 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 195.28
434 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 219.68
435 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 225.80
436 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 385.29
437 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 138.02
438 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 276.44
439 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 419.49
440 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 681.02
441 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 238.71
442 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 1,376.20
443 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 341.83
444 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 454.46
445 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 304.78
446 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 210.03
447 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 505.05
448 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 1,105.59
449 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 647.36
450 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 186.11
451 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 590.34
452 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 629.48

234

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


453 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 142.63
454 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 374.49
455 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 512.77
456 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 196.10
457 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 467.08
458 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 814.46
459 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 486.45
460 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 329.01
461 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 814.75
462 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 267.28
463 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 261.11
464 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 1,719.54
465 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 627.05
466 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Dadali Lingkungan Arsitektur 3,888.04
467 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 555.41
468 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 545.56
469 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 535.22
470 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 211.66
471 Jalur Hijau Jalan Taman Sekitar Lapangan Heulang Lingkungan Arsitektur 1,819.01
472 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 2,107.13
473 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 1,077.76
474 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 483.99
475 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 640.07
476 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 671.76
477 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 321.22

235

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


478 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Pemuda Lingkungan Arsitektur 539.45
479 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 153.00
Ciheuleut
480 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 283.82
Ciheuleut
481 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 809.67
Ciheuleut
482 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 439.94
Ciheuleut
483 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 308.18
Ciheuleut
484 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 395.69
Ciheuleut
485 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 536.09
Ciheuleut
486 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 284.25
Ciheuleut
487 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 172.63
Ciheuleut
488 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 437.74
Ciheuleut
489 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 184.82
Ciheuleut
490 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 209.89
Ciheuleut

236

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


491 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 388.96
Ciheuleut
492 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 102.90
Ciheuleut
493 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 157.25
Ciheuleut
494 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 111.88
Ciheuleut
495 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 634.63
Ciheuleut
496 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 228.01
Ciheuleut
497 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 698.66
Ciheuleut
498 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 154.78
Ciheuleut
499 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 452.85
Ciheuleut
500 Jalur Hijau Jalan Taman Pangkalan Ojek Villa Duta-Pintu Keluar Lingkungan Arsitektur 214.32
Ciheuleut
501 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kampus UNPAK Lingkungan Arsitektur 545.50
502 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kampus UNPAK Lingkungan Arsitektur 299.50
503 Jalur Hijau Jalan Taman Jalaur JL Riau Lingkungan Arsitektur 431.27
504 Jalur Hijau Jalan Taman Jalaur JL Riau (Lereng) Lingkungan Arsitektur 1,785.86
505 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Bangka Lingkungan Arsitektur 924.88
506 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Bangka Lingkungan Arsitektur 231.01

237

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


507 Jalur Hijau Jalan Taman Median Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 332.21
508 Jalur Hijau Jalan Taman Median Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 110.88
509 Jalur Hijau Jalan Taman Median Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 72.48
510 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 316.11
511 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 268.64
512 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 531.67
513 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 189.52
514 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Pakuan Lingkungan Arsitektur 162.20
515 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur Jl Bangka Lingkungan Arsitektur 595.17
516 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur JL Sambu Lingkungan Arsitektur 440.50
517 Jalur Hijau Jalan Taman Jalur JL Sambu Lingkungan Arsitektur 551.69
518 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Sukasari Lingkungan Arsitektur 44.00
519 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Sukasari Lingkungan Arsitektur 36.59
520 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jalan (Kelurahan Empang) Lingkungan Arsitektur 1,432.05
521 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jalan (Kelurahan Empang) Lingkungan Arsitektur 1,535.91
522 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jl. Pahlawan Lingkungan Arsitektur 472.43
523 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jl. Pahlawan Lingkungan Arsitektur 1,389.99
524 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jl. Pahlawan Lingkungan Arsitektur 208.26
525 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jl. Pahlawan Lingkungan Arsitektur 1,504.06
526 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jalan (Kelurahan Batu Tulis) Lingkungan Arsitektur 261.46
527 Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Jalan (Kelurahan Batu Tulis) Lingkungan Arsitektur 506.82
528 Jalur Hijau Jalan Taman Depan KPKN-Bank BNi Lingkungan Arsitektur 1,115.43
529 Jalur Hijau Jalan Taman BNI 46-Jembatan Mantarena Lingkungan Arsitektur 194.77
530 Jalur Hijau Jalan Taman BNI 46-Jembatan Mantarena Lingkungan Arsitektur 522.08
531 Jalur Hijau Jalan Taman Regina Pacis-Simpang Jalan Pengadilan Kawasan Arsitektur 333.64

238

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


532 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Pengadilan RP-SD Pengadilan Lingkungan Arsitektur 933.16
533 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Pengadilan RP-SD Pengadilan Lingkungan Arsitektur 104.28
534 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Pengadilan RP-SD Pengadilan Lingkungan Arsitektur 550.66
535 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 75.04
536 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 63.48
537 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 213.24
538 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 287.31
539 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 409.97
540 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 75.49
541 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 37.72
542 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 820.07
543 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 731.86
544 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 228.43
545 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 68.86
546 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Kodim-Air Mancur Kawasan Arsitektur 2,314.34
547 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 174.04
548 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 146.01
549 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 492.43
550 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 678.34
551 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 228.71
552 Jalur Hijau Jalan Taman Depan UIKA- Rel Kereta Lingkungan Arsitektur 271.97
553 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 273.31
Cilendek
554 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 194.95
Cilendek

239

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


555 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 162.98
Cilendek
556 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 444.98
Cilendek
557 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 540.89
Cilendek
558 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 340.55
Cilendek
559 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 876.58
Cilendek
560 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 641.66
Cilendek
561 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 419.89
Cilendek
562 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 163.05
Cilendek
563 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 363.39
Cilendek
564 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 722.65
Cilendek
565 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 690.51
Cilendek
566 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 400.89
Cilendek
567 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 53.95
Cilendek

240

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


568 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 59.43
Cilendek
569 Jalur Hijau Jalan Taman Sebelah Kiri Pintu Golf-Gg Masjid Lingkungan Arsitektur 1,933.61
Cilendek
570 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 1,034.23
571 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 2,185.28
572 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 931.91
573 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 343.90
574 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 15.98
575 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 52.49
576 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 1,195.71
577 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 596.07
578 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Seputar Kebunraya Bogor Kawasan Arsitektur 1,473.45
579 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan SMA1-Jembatan Merah Kawasan Arsitektur 566.67
580 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan SMA1-Jembatan Merah Kawasan Arsitektur 49.49
581 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan SMA1-Jembatan Merah Kawasan Arsitektur 127.18
582 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan SMA1-Jembatan Merah Kawasan Arsitektur 216.11
583 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 141.44
584 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 79.42
585 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 480.39
586 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 534.99
587 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 136.38
588 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 431.59
589 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 192.25
590 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 498.48

241

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


591 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 429.77
592 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 364.69
593 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 177.82
594 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 204.01
595 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 1,290.62
596 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan A. Yani Kawasan Arsitektur 1,134.05
597 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Pangrango Plaza-Bogor Baru Kawasan Arsitektur 693.62
598 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Pangrango Plaza-Bogor Baru Kawasan Arsitektur 350.80
599 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Pangrango Plaza-Bogor Baru Kawasan Arsitektur 454.19
600 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran Kawasan Arsitektur 422.80
601 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran Kawasan Arsitektur 129.61
602 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 378.27
603 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 152.97
604 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 63.75
605 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 357.63
606 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 147.45
607 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 207.82
608 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 56.12
609 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 120.79
610 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 67.84
611 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 147.26
612 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 112.57
613 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 20.99
614 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 129.96
615 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 157.96

242

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


616 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 437.78
617 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 212.86
618 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 129.37
619 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 126.68
620 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 58.85
621 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 57.47
622 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 104.03
623 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 442.80
624 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 93.25
625 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran Kawasan Arsitektur 232.72
626 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran Kawasan Arsitektur 71.15
627 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Jl. Pajajaran Kawasan Arsitektur 61.62
628 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 110.57
629 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 143.21
630 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 189.45
631 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 94.30
632 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 217.23
633 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 609.93
634 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 267.60
635 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan LRPI-Warung Jambu Kawasan Arsitektur 787.74
636 Taman Tempat Olah Raga Lapangan Olah Raga Bantarjati Perumahan Sosial 7,697.63
637 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 254.11
638 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 411.90
639 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 170.31
640 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 771.64

243

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


641 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 213.15
642 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 288.42
643 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 351.71
644 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 370.39
645 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 273.40
646 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 260.36
647 Jalur Hijau Jalan Jalur Jalan Lodaya Lingkungan Arsitektur 724.96
648 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Hotel Mirah Lingkungan Arsitektur 199.25
649 Jalur Hijau Jalan Taman Depan Hotel Mirah Lingkungan Arsitektur 284.28
650 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Lodaya (dekat Bogor In) Lingkungan Arsitektur 169.19
651 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Kumbang Lingkungan Arsitektur 308.82
652 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 35.03
653 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 37.71
654 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 133.38
655 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 443.78
656 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 1,234.99
657 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 100.60
658 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 729.03
659 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 87.28
660 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 31.47
661 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 960.14
662 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 323.54
663 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 217.63
664 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 511.99
665 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 368.48

244

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


666 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 138.68
667 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 755.48
668 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 415.73
669 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 176.22
670 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 344.68
671 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 622.14
672 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 264.98
673 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 21.87
674 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 43.57
675 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 19.11
676 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Protokol Pajajaran Kawasan Arsitektur 255.84
677 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Sukasari Kawasan Arsitektur 823.01
678 Trafic Island (Pulau Jalan) Taman Simpang Sukasari Kawasan Arsitektur 228.47
679 Jalur Hijau Jalan Taman Jl RE Martadinata (Pusdiksi)-Rel Kreta Lingkungan Arsitektur 635.92
680 Jalur Hijau Jalan Taman Jl RE Martadinata (Pusdiksi)-Rel Kreta Lingkungan Arsitektur 233.78
681 Jalur Hijau Jalan Taman Jl RE Martadinata (Pusdiksi)-Rel Kreta Lingkungan Arsitektur 550.03
682 Jalur Hijau Jalan Taman Jl RE Martadinata (Pusdiksi)-Rel Kreta Lingkungan Arsitektur 445.21
683 Jalur Hijau Jalan Taman Jl RE Martadinata (Pusdiksi)-Rel Kreta Lingkungan Arsitektur 1,121.18
684 Jalur Hijau Jalan Taman Percetakan-PLN Lingkungan Arsitektur 1,368.50
685 Jalur Hijau Jalan Taman Percetakan-PLN Lingkungan Arsitektur 122.78
686 Jalur Hijau Jalan Taman Percetakan-PLN Lingkungan Arsitektur 1,630.07
687 Jalur Hijau Jalan Taman Percetakan-PLN Lingkungan Arsitektur 1,647.63
688 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 623.08
689 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 1,285.67
690 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 231.61

245

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


691 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 1,113.62
692 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 552.17
693 Jalur Hijau Jalan Taman Jl Merdeka-Pintu Gerbang PLN Lingkungan Arsitektur 810.02
694 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Sawojajar Lingkungan Arsitektur 441.44
695 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Sawojajar Lingkungan Arsitektur 359.61
696 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Sawojajar Lingkungan Arsitektur 293.29
697 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Sawojajar Lingkungan Arsitektur 373.49
698 Jalur Hijau Jalan Taman Jalan Otista Lingkungan Arsitektur 493.91
699 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 156.54
700 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 119.69
701 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 86.97
702 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 69.03
703 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 133.12
704 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 33.34
705 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 35.56
706 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 102.14
707 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 162.48
708 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 154.55
709 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 39.66
710 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 16.00
711 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 208.61
712 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 164.22
713 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 84.02
714 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 35.16
715 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 215.91

246

No Jenis Taman Nama Taman Hierarki Fungsi Taman Luas (M2)


716 Jalur Pejalan Kaki Jalur Jalan Jendral Sudirman Kawasan Arsitektur 2,069.85
717 Jalur Hijau Jalan Taman Kiri-kanan Pos Polisi (Jl Cimanggu)- Lingkungan Arsitektur 229.43
Mantriburu
718 Jalur Hijau Jalan Taman Kiri-kanan Pos Polisi (Jl Cimanggu)- Lingkungan Arsitektur 150.56
Mantriburu
719 Jalur Hijau Jalan Taman Kiri-kanan Pos Polisi (Jl Cimanggu)- Lingkungan Arsitektur 5,203.64
Mantriburu
720 Jalur Hijau Jalan Taman Kiri-kanan Pos Polisi (Jl Cimanggu)- Lingkungan Arsitektur 4,552.38
Mantriburu
721 Jalur Hijau Jalan Taman LA Salmun Lingkungan Arsitektur 427.89
722 Jalur Hijau Jalan Taman Depan SMP PGRI-Polsek Bogor Selatan Lingkungan Arsitektur 1,260.36
723 Jalur Hijau Jalan Taman Depan SMP PGRI-Polsek Bogor Selatan Lingkungan Arsitektur 1,517.74
724 Jalur Hijau Jalan Taman Jl. Binamarga Lingkungan Arsitektur 9,993.85
725 Taman Tempat Olah Raga Lapangan Tenis Jl. Selakopi Lingkungan Sosial 1,998.39
726 Taman Anak-anak Taman Berangin-angin Lingkungan Arsitektur 1,003.75
727 Taman Permukiman Taman Jl. Lodaya, Komplek Ciomas, Ciomas Permukiman Sosial 581.09
Total 2,122,145.73
Ha 212.215 ha

Sumber: PT Beutari Nusakreasi (2004).

247

Lampiran 19. Lokasi ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
1 Taman Tugu Kelas Bambu pagar (Bambusa Batavia (Jatropha pandurifolia), Lidah mertua (Sansiviera
Ciawi lereng 0- Multipleks), Glodokan tiang Tricolor (Dracaena tricolor), Yuca trifasciata), Adam hawa
2% (datar) (Polyalthia longifolia), Bintaro (Yucca aloifolia), Sri rejeki (Rhoeo discolor), Bayam
(Cerbera manghas), Flamboyan (Aglaonema sp), Pandan kuning kecil merah (Althernantera
(Delonix regia), Beringin (Ficus (Pandanus pyegmaeus), ficoides),
benjamina), Dadap merah
(Erythrina cristagalli), Pinang
(Areca catechu)
2 Jalur hijau Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Agave (Agave sp), Iris (Iris Bayam merah (Althernantera
Ciawi - Sukasari lereng 2- Jambu air (Eugenia aquea), tectorum), Sri rejeki (Aglaonema ficoides), Kacang hias
15% Nangka (Arthocarpus sp), Krei sp), Puring (Codieaum variegatum), (Aranchys penthoi),
(landai) Payung (Felicium decipiens), Pisang (Musa paradisiaca), Pisang
Mangga (Mangifera indica), hias (Heliconia sp), Kembang sepatu
Kersen (Muntingia calabura), (Hibiscus rosa sinensis), Akalipa
Mengkudu (Morinda citrifolia), (Acalypha macrophylla), Pandan
Mahoni (Swietenia mahagoni), kuning kecil (Pandanus pyegmeus),
Waru (Hibiscus tiliaceus), Duren
(Durio zibenthus), Sukun
(Arthocarpus communis), Sengon
(Albizia falcataria), Gamal
(Glirisida septium), Cemara kipas
(Araucaria columnaris), Ketapang
(Terminalia cattapa), Pinus
(Pinus mercusii), Jambu bol
(Eugenia malaccensis L), Bambu
tali (Gigantochloa apus), Wali

248

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
songo (Schefflera actinophylla),
Alpukat (Persea americana),
Palm putri (Vietchia merillii),
Palm Raja (Roystonea regia)
3 Taman median Kelas Kenari (Canarium commune), Iris (Iris tectorum), Spider lili Bawang-bawangan
Ekalokasari lereng 0- Palm Phoenix (Phoenix (Hymenocalis sp), Siklok (Agave (Zephyranthes sp)Taiwan
2% (datar) roebelenii), Pinang (Areca attenuata), Yuca (Yucca aloifolia), beauty (Cuphea sp), Bayam
catechu). merah (Althernantera
ficoides),Adam hawa (Rhoeo
discolor),Lantana (Lantana
camara)
4 Jalur hijau Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Nanas merah (Cryptanthus sp), , Bayam merah (Althernantera
Depan Agricon lereng 0- Palm raja (Roystonea regia), Soka jepang (Ixora javanica), sp), Lili paris (Chlorophytum
s/d Asuransi 2% (datar) Dadap merah (Erythrina comosum).Bawang-bawangan
cristagalli), Bunga kupu-kupu (Zephyranthes sp)
(Bauhinia purpurea).
5 Jalur Hijau Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Melati kosta (Brunfelsia pauciflora), Bayam merah (Althernantera
Sukasari- lereng 2- Kembang kertas (Bougainvillea Teh2an (Acalypha macrophylla), ficoides), Bawang-bawangan
Terminal Bis 15% spectabilis), Mahoni (Swietenia Nanas merah (Crypyanthus sp), Sri (Zephyrantes sp), Lili paris
Baranangsiang (landai) mahagoni), Bunga Kupu-kupu rejeki (Aglaonema sp), Pangkas putih (Ophiopogon jaburan )
(Jl.Pajajaran) (Bauhinia purpurea), Beringin kuning (Duranta repens), Tombak
(Ficus benjamina),Waru (Hibiscus raja (Agave americana),
tiliaceus), Galinggem (Bixa
orellana), Cemara angin
(Cassuarina equisetifolia), Kersen
(Muntingia calabura), Ki Hujan
(Samanea saman), Akasia (Acacia
mangium), Palm ekor ikan

249

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
(Caryota mitis).
6 Pulau jalan Kelas Palm Bismark (Bismarckia Alamanda rambat (Alamanda Lili paris (Chlorophytum
Depan Terminal lereng 0- nobilis). cathartica), Lolipop (Pachystachys comosum), Bayam merah
Baranangsiang 2% (datar) lutea), Teh2an (Acalypha (Althernantera sp),
macrophylla), Batavia (Jatropha
pandurifolia), Nanas merah
(Cryptanthus sp).
7 Taman depan Kelas Palm Putri (Vietchia merillii), Pisang hias (Heliconia sp), Teh2an
Terminal lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus), (Acalypha macrophylla), Nusa indah
Baranangsiang 2% (datar) Pinang (Areca catechu), Cemara (Mussaenda philipica),
Belakang Pos gembel (Cupressus papuana),
Polisi Palm Phoenix (Phoenix
roebeleni), Bambu pagar
(Bambusa multipleks).
8 Depan KFC Kelas Beringin (Ficus benjamina),
lereng 0- Bungur (Lagerstromia speciosa),
2% (datar) Angsana (Pterocarpus indicus),
Alpukat (Persea americana)
9 Tugu Kujang Kelas Palm Putri (Vietchia merillii), Kembang kertas (Bougainvilea
dan Taman lereng 2- Beringin (Ficus benjamina) spectabilis), Nusa indah (Mussaenda
depan Tugu 15% philipica), Nanas Merah
Kujang (landai) (Cryptanthus sp),

250

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
10 Tugu Kujang- Kelas Akasia daun kecil (Acacia Kana (Cana indica), Tricolor Bayam merah (Althernantera
Internusa lereng 0- mangium), Damar (Agathis (Dracaena tricolor), Lili paris ficoides), Lidah mertua
2% (datar) damara), Tanjung (Mimusops (Chlorophytum comosum), Pandan (Sansiviera sp)
elengi), Randu (Ceiba petandra), Kuning (Pandanus pyegmeus), Soka
Mahoni (Swietiana mahagoni), Jpg (Ixora javanica), Nusa indah
KiHujan (Samanea saman), (Mussaenda philipica), Siklok
Nangka (Artocarpus integra). (Agave attenuata), Iris (Iris
tectorum), Hanjuang merah
(Cordelyn terminalis), Sri rejeki
(Aglonema sp)
11 Taman Kelas Palm Putri (Vietchia merillii), Hanjuang merah (Cordelyn Bayam merah (Althernantera
Internusa lereng 0- Palm merah (Cyrtostachis laka), terminalis), Palm Waregu (Raphis ficoides),
2% (datar) Pinang (Areca catechu), Mahoni exelca), Agave (Agave sp), Tricolor
(Swietenia mahagoni), Flamboyan (Dracaena tricolor), Kembang kertas
(Delonix regia), (Bougainvillea spectabilis), Pisang
(Musa ornata), Puring (Codieaum
variegatum), Soka jepang (Ixora
javanica),
12 Internusa- Kelas Kembang merak (Caesalpinia Kembang kertas (Bougainvillea Adam hawa (Rhoeo discolor),
Pangrango Plaza lereng 0- pulcherrima), Soka jpg (Ixora spectabilis), Yuca (Yucca aloifolia), Lili paris (Chlorophytum
2% (datar) javanica), Kamboja (Plumeria Teh2an (Acalypha macrophylla), comosum), Kacang hias
rubra), Glodokan tiang Spatifilum (Spathiphyllum wallisii), (Arachys penthoi),
(Polyalthia longifolia), Palm Pandan kuning kecil (Pandanus
Botol (Mascarena lagenicaulis), pyegmaeus), Lolipop (Pachystachys
Mahoni (Swietenia mahagoni), lutea), Tricolor (Dracaena
Palm Raja (Roystonea regia),Saga tricolor),kedondong laut, Kucai
pohon, Tanjung (Mimusops (Zephyranthes sp), Puring (Codieaum
elengi), Mahoni (Swietenia variegatum)

251

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
mahagoni), Palm Waregu (Raphis
exelca).
13 Pangrango Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Kembang kertas (Bougainvilea Paku2an (Nephrolepis
Plaza-Bantar jati lereng 0- Johar (Cassia siamea), Angsana spectabilis), Teh-tehan (Acalypha exaltata), Lidah mertua
2% (datar) (Pterocarpus indicus), Pinang macrophylla), Puring (Codieaum (Sansiviera trifasciata),
(Areca catechu), Tanjung variegatum), Nanas merah Kaktus duri (Euporbia lactea),
(Mimusops elengi), Flamboyan (Cryptanthus sp), Hanjuang merah Adam hawa (Rhoeo discolor),
(Delonix regia), Akasia (Acacia (Cordelyn terminalis), Agave (Agave Lili paris (Chlorophytum
mangium), Bintaro (Cerbera sp), Pisang hias (Heliconia sp), Iris comosum),
manghas), Glodokan tiang (Iris tectorum), Siklok (agave
(Polyalthia longifolia), Dadap attenuata), Tricolor (Dracaena
merah (Erythrina cristagalli), tricolor)
14 Bantarjati- Kelas Palm raja (Roystonea regia), Puring (Codieaum variegatum),
Warung Jambu lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus), Hanjuang merah (Cordelyn
2% (datar) Mahoni (Swietenia mahagoni), terminalis),
Bunga kupu2 (Bauhinia
purpurea), Palm botol
(Mascarena lagenicaulis), Akasia
(Acacia mangium), Palm Kuning
(Chrysalidocarpus lutescens),
Ketapang (Terminalia catapa),
Dadap merah (Erythrina
cristagalli), Mangga (Mangifera
indica), Glodokan bulat
(Polyalthia fragans), Jambu air
(Eugenia aquea), Beringin (Ficus
elastica), Palm putri (Vietchia
merillii), Bambu tali

252

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
(Gigantochloa apus)
15 Segitiga Kelas Palm Phoenix (Phoenix roebeleni) Spider lili (Hymenocallis sp) Bayam merah (Althernantera
Warung Jambu lereng 0- ficoides),
2% (datar)
16 Warung Jambu- Kelas
Pertigaan Jalan lereng 0-
Baru 2% (datar)
17 Simpang Jalan Kelas Palm putri (Vietchia merillii), Pisang hias (Heliconia sp), Puring Bayam merah (Althernantera
Baru lereng 0- Palm waregu (Raphis exelsa) (Codieaum variegatum), Agave ficoides), Adam hawa (Rhoeo
2% (datar) (agave sp), Teh2an (Acalypha discolor), Lidah mertua
macrophylla), Tombak raja (Yucca (Sansiviera trifasciata)
aloifolia), Kembang kertas
(Bougainvilea spectabilis), Soka
jepang (Ixora javanica), Nusa indah
(Mussaenda philipica),
18 Jalan Baru- Kelas Flamboyan (Delonix regia),
Batas Kota lereng 0- Mangga (Mangifera indica),
Cibuluh 2% (datar) Nangka (Artocarpus integra),
Waru (Hibiscus tiliaceus L.),
Bungur (Lagerstromia speciosa),
Jambu air (Eugenia aquea),
Alpuket (Persea americana),
Kersen (Mutingia calabura),
Beringin (Ficus benjamina), Sawo
manila (Manilkara kauki),
Angsana (Pterocarpus indicus).

253

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
19 Taman Cibuluh Kelas Palm raja (Roystonea regia), Pandan kuning (Pandanus Lidah mertua (Sansiviera
lereng 0- Bambu tali (Gigantochloa apus) pyegmeus), Sesuru (Euphorbia trifasciata),
2% (datar) barnhartii), Kacang hias (Aranchys
penthoi), Bawang2an (Zephyranthes
sp), Pisang hias (Heliconia sp),
20 Taman Cibuluh- Kelas Sawo manila (Manilkara kauki), Kembang kertas (Bougainvilea
Batas kota lereng 0- Palm raja (Roystonea regia), spectabilis).
(jembatan) 2% (datar) Kersen (Muntingia calabura),
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), Pete (Leucana glauca),
Nangka (Artocarpus sp),
Falmboyan (Delonix regia),
Jambu air (Eugenia aquea),
Angsana (Pterocarpus indicus).
21 JL.Baru-Batas Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa), Bayam merah (Althernantera
Kota lereng 0- Palm raja (Roystonea regia), ficoides), Adam hawa (Rhoeo
2% (datar) Angsana (Pterocarpus indicus) , discolor),
Kihujan (Samanea saman), Pete
Cina (Leucaena glauca), Bintaro
(Cerbera manghas), Kersen
(Muntingia calabura), Palm putri
(Vietchia merillii), Beringin
(Ficus benjamina), Kenari
(Canarium communae),
Flamboyan (Delonix regia),
Bambu tali (Gigantochloa apus),
Mangga (Mangifera indica),
Ketapang (Terminalia catappa)

254

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
22 Segitiga Yasmin Kelas Palm putri (Vietchia merillii), Bayam merah (Althernantera sp),
lereng 0- Mahoni (Swietenia mahagoni), Calalili, Kembang kertas
2% (datar) (Bougainvilea spectabilis), Pandan
bali,
23 Segitiga Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Kembang sepatu (Hibiscus rosa
Yasmin- batas lereng 0- Bungur (Lagerstromia speciosa), sinensis),
kota 2% (datar) Mangga (Mangifera indica), Pinus
(Pinus mercusii), Sikat botol
(Callistemon citrinus), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Krei
payung (Felicium decipiens),
Cemara angin (Casuarina
equisetifolia), Ketapang
(Terminalia catappa), Kenari
(Canarium commune), Nangka
(Artocarpus sp), Kapuk (Ceiba
petandra), Pete Cina (Leucana
glauca), Kersen (Muntingia
calabura), Tanjung (Mimusops
elengi), Beringin (Ficus
benjamina), Biola cantik (Ficus
Pandurata)

255

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
24 Atang Sanjaya- Kelas Flamboyan (Delonix regia), Agave (Agave sp), Soka jepang Bayam merah (Althernantera
Perempatan lereng 0- Dadap merah (Erythrina (Ixora javanica), teh2an (Acalypha ficoides)
Semplak 2% (datar) cristagalli), Bambu tali macrophylla), Iris (Iris tectorum),
(Gigantochloa apus), Angsana Kembang kertas (Bougainvilea
(Pterocarpus indicus), Jambu air spectabilis), Siklop (Agave
(Eugenia aquea), Waru (Hibiscus americana), Pisang (Musa
tiliaceus L.), Kelapa (Cocos paradisiaca)
nucifera), Beringin (Ficus
benjamina), Nangka (Artocarpus
sp), Kamboja (Plumeria spp),
Bungur (Lagerstromia speciosa),
Mahoni (Swietenia mahagoni),
Kayu manis (Cinnamomum
burmanii), Palm raja (Roystonea
regia), Sukun (Arthocarpus
communis), Bambu kuning
(Bambusa vulgaris), Akasia
(Acacia mangium), Krei payung
(Felicium decipiens), Cokelat
(Theobroma cacao).
25 Perempatan Kelas Palm raja (Roystonea regia), Sri rejeki (Aglaonema sp), Pisang
semplak- lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus), hias (Heliconia sp), Soka jepang
Karyabakti 2% (datar) Mangga (Mangifera indica), (Ixora javanica), Kembang kertas
Bungur (Lagerstromia speciosa), (Bougainvilea spectabilis), Batavia
Krei payung (Felicium decipiens), (Jatropha pandurifolia)
Flamboyan (Delonix regia),
Kelapa (Cocos nucifera),
Belimbing (Averrhoa carambola),

256

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
Kersen (Muntingia calabura),
Nangka (Artocarpus sp), Bambu
pagar (Bambusa vulgaris)
26 Balai Kelas Kenari (Canarium commune), Hanjuang merah (Cordelyn
pengobatan lereng 0- Mahoni (Swetenia mahagoni), terminalis),
Waskita- Karya 2% (datar) Palm putri (Vietchia merillii),
Bakti Bambu pagar (Bambusa vulgaris)
27 Karya Bakti- Kelas Kenari (Canarium commune), Kembang kertas (Bougainvillea sp), Bayam merah (Althernantera
Pertigaan lereng 0- Beringin (Ficus benjamina), Spider lili (Hymenocallis sp), Agave ficoides),
Mawar 2% (datar) Walisongo (Schefflera (Agave sp),
arboricola), Randu (Ceiba
petandra), Pinang (Areca
catechu), Bambu, Palm phoenix
(Phoenix roebelenii), Ki Hujan
(Samanea saman), Matoa
(Pometia pinnata), Palm putri
(Vietchia merillii), Flamboyan
(Delonix regia)
28 Jl.Mawar- Kelas Palm ekor ikan (Caryota mitis), Puring (Codieaum variegatum), Iris Lili paris (Chlorophytum
Presiden teater lereng 2- Ketapang (Terminalia catappa). (Iris tectorum), Hanjuang merah comosum),
(Pocket park) 15% (Cordelyn terminalis),
(landai)
29 Pulau jalan Kelas Kembang kertas (Bougainvillea
Presiden teater lereng 0- spectabilis), Cendrawasih
2% (datar) (Phyllanthus niruri)
30 Pulau jalan Kelas Cendrawasih (Phyllanthus niruri) Bayam merah (Althernantera
Mawar lereng 0- ficoides).
2% (datar)

257

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
31 Jl.Merdeka- Kelas Kenari (Canarium commune), Hanjuang merah (Cordelyne
perempatan lereng 2- Kersen (Muntingia calabura), terminalis)
RE.Martadinata 15% Flamboyan (Delonix regia),
(landai) Mangga (Mangifera indica),
Bunga kupu2 (Bauhinia
purpurea), Mahoni (Swietenia
mahagoni)
32 Perempatan Kelas Bunga Kupu2 (Bauhinia Kembang kertas (Bougainvilea
RE.Martadinata- lereng 0- purpurea), Sapu tangan (Maniltoa spectabilis), Puring (Codieaum
Air mancur 2% (datar) grandiflora), Kenari (Canarium variegatum), Soka jepang (Ixora
commune), Randu (Ceiba javanica), Pangkas kuning (Duranta
petandra), Bungur (Lagerstromia repens).
speciosa), Flamboyan (Delonix
regia), Angsana (Pterocarpus
indicus), Krei payung (Felicium
decipiens), Bambu pagar
(Bambusa vulgaris), Beringin
(Ficus benjamina), Kamboja
(Plumeria rubra), Nangka
(Artocarpus sp).
33 Air mancur Kelas Bambu pagar (Bambusa vulgaris), Iris (Iris tectorum), Siklop (Agave Bayam merah (Althernantera
lereng 0- Palm botol (Mascarena americana), Pisang hias (Heliconia ficoides), Lantana (Lantana
2% (datar) lagenicaulis), Palm kuning sp), Teh2an (Acalypha macrophylla), camara)
(Crysalidocarpus lutescens), Paku Melati kosta (Brunfelsia pauciflora),
jejer (Nephrolepis exaltata),
Cemara kipas (Thuja orientalis),

258

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
34 JL.Pemuda Kelas Nangka (Artocarpus integra), Hanjuang merah (Cordelyne
lereng 0- Flamboyan (Delonix regia), terminalis)
2% (datar) Kenari (Canarium commune),
Beringin (Ficus benjamina), Ki
hujan (Samanea saman), Bunga
kupu2 (Bauhinia purpurea),
Cemara kipas (Araucaria
columnaris), Angsana
(Pterocarpus indicus), Palm raja
(Roystonea regia), Kembang
merak (Caesalpinia pulcherrima)
35 Jl.Dadali Kelas Krei payung (Felicium decipiens), Kana (Canna indica), Yuca (Yucca
lereng 0- Kersen (Muntingia calabura), aloifolia), teh2an (Acalypha
2% (datar) Angsana (Pterocarpus indicus), mcrphylla)
Flamboyan (Delonix regia),
Ketapang (Terminalia catappa),
Kenari (Canarium commune),
Beringin (Ficus benjamina), Pinus
(Pinus mercusii), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Palm raja
(Roystonea regia), Palm Waregu
(Raphis exelca)
36 Jl. A.Yani Kelas Beringin karet (Ficus elastica), Puring (Codieaum variegatum), Ophiopogon (Ophiopogon
lereng 0- Kenari (Canarium commune), Hanjuang merah (Cordelyn jaburan), Adam hawa (Rhoeo
2% (datar) Mahoni (Swietenia mahagoni), terminalis), Pisang hias (Heliconia discolor),
Jambu bol (Eugenia malaccensis sp)
L.), Ki Hujan (Samanea saman),
Palm raja (Roystonea regia),

259

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
Dadap merah (Erythrina
cristagalli), Akasia (Acacia
mangium)
37 Jl.Soedirman- Kelas Palm raja (Roystonea regia), Palm Nusa indah (Mussaenda philipica), Lidah mertua (Sansiviera sp),
TM.Peranginan lereng 0- botol (Mascarena lagenicaulis), Soka jepang (Ixora javanica), Melati Suplir (Nephrolephis exaltata),
2% (datar) Krei payung (Felicium decipiens), (Jasminum sambac), Adam hawa Spider lili (Hymenocallis sp)
Bunga saputangan (Maniltoa (Rhoeo discolor), Balancing
grandiflora), Akasia (Acacia (Dieffenbachia amoena), Nanas2an
mangium), Kenari (Canarium (Cryptanthus sp),
commune), Ketapang (Terminalia
catappa), teh2an (Acalypha
macrophyla), Beringin (Ficus
benjamina), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Bambu pagar
(Bambusa vulgaris).
38 TM.Peranginan Kelas Ki Hujan (Samanea saman), Teh2an (Acalypha macrophylla), Kacang hias (Aranchys
lereng 0- Flamboyan (Delonix regia), Palm Alamanda rambat (Alamanda penthoi),
2% (datar) putri (Vietchia merillii), Beringin cathartica), Batavia (Jatropha
(Ficus benjamina), Kenari pandurifolia),
(Canarium commune), Bambu
pagar (Bambusa vulgaris)
39 TM.Peranginan- Kelas Biola Cantik (Ficus Pandurata), Soka jepang (Ixora javanica), Lidah mertua (Sansiviera sp),
Kebun Raya lereng 0- Kersen (Muntingia calabura), Hanjuang merah (Cordelyne
2% (datar) Flamboyan (Delonix regia), terminalis), Soka jepang (Ixora
Bungur (Lagerstromia speciosa), javanica), pangkas kuning (Duranta
Cemara Norfolk (Araucaria repens), Nusa indah (Mussaenda
heterophylla), Cemara gembel philipica), Kembang kertas
(Cassuarina papuana), Palm putri (Bougainvillea sp), Agave (Agave

260

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
(Veitchia merillii), Wali songo sp),
(Scheflera sp), Beringin (Ficus
benjamina), Kenari (Canarium
commune)
40 Taman Bank Kelas Palm Phoenix (Phoenix Agave (Agave sp), Puring (Codieaum Taiwan beauty (Cuphea sp),
BNI/KPKN lereng 0- roebelenii), Palm raja (Roystonea variegatum), Pangkas kuning Lidah mertua (Sansiviera sp),
2% (datar) regia), Kenari (Canarium (Duranta repens) Bayam merah (Althernantera
commune), Mahoni (Swietenia ficoides), Lili paris
mahagoni), Cemara kipas (Thuja (Chlorophytum comosum),
orientalis), Beringin karet (Ficus
elastica)
41 Balai Kota Kelas Kenari (Canarium commune), Teh2an (Acalypha macrophylla), Lili paris (Chlorophytum
lereng 0- Palm raja (Roystonea regia). Nanas merah (Cryptanthus sp), comosum),
2% (datar) Calatea, Soka jepang (Ixora
javanica),
42 Kejaksaan- Kelas Kenari (Canarium commune), Nusa indah (Mussaenda philipica), Bayam merah (Althernantera
Regina Pacis lereng 0- Dadap merah (Erythrina Agave (Agave sp),Hanjuang merah ficoides), Lidah mertua
2% (datar) cristagalli), Tanjung (Mimusops (Cordelyne sp), Adam hawa (Rhoeo (Sansiviera sp), Taiwan beauty
elengi), Mahoni (Swietenia discolor), Bugenvil (Bougainvillea (Cuphea sp),
mahagoni), Palm kuning sp), Rododendron, Pisang hias
(Crysalidocarpus lutescens), (Heliconia sp), iris (Iris tectorum),
Cemara kipas (Thuja orientalis), Calalili.
Akasia (Acacia mangium).
43 Taman Kelas Dadap merah (Erythrina Nusa indah (Mussaenda philiphica), Bayam merah (Althernantera
pertigaan lereng 0- cristagalli), Palm raja (Roystonea Nanas merah (Cryptanthus sp), ficoides),
Merdeka 2% (datar) regia), Palm botol (Mascarena teh2an (Acalypha macrophylla),
(SMAN 1) lagenicaulis), Glodokan tiang
(Polyalthia longifolia)

261

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
44 Pulau Jl. Kelas Agave (Agave sp), Soka jepang Kacang hias (Arachys penthoi)
pertigaan lereng 2- (Ixora javanica), Sesuru (Euphorbia
merdeka 15% barnhartii), Yuca (Yucca aloifolia),
(landai) Nanas hias (Cryptanthus sp)
45 Jl.Ir.H.Juanda Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Ki
lereng 0- Hujan (Samanea saman), Angsana
2% (datar) (Pterocarpus indicus), Bambu,
Beringin (Ficus benjamina),
Cemara Norfolk (Araucaria
heterophylla)
46 Taman Depan Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Balancing (Dieffenbachia amoena), Bayam merah (Althernantera
BNI lereng 0- Bungur (Lagerstromia speciosa), Hanjuang (Aglaonema sp), Pisang ficoides), Lili paris
2% (datar) Kenari (Canarium commune). hias (Heliconia sp), Iris (Iris (Chlorophytum comosum),
tectorum), Yuca (Yucca aloifolia)
47 Pulau jalan Kelas Palm raja (Roystonea regia). Bunga mentega (Nerium Oleander),
pertigaan lereng 0- Nusaindah (Mussaenda phillipica),
empang 2% (datar) Pisang hias (Heliconia sp)
(Ramayana)
48 JL.Otista Kelas Palm Waregu (Raphis exelca), Hanjuang (Aglaonema sp), Iris (Iris
lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus), tectorum), Kana (Canna indica),
2% (datar) Palm ekor ikan (Caryota mitis), Kembang kertas (Bougainvilea
Bunga kupu-kupu (Bauhinia sp), spectabilis).
Bungur (Lagerstromia speciosa),
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis),
Bambu, Randu (Ceiba petandra),
Nangka (Artocarpus sp),
Galinggem (Bixa orellana).

262

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
49 JL.Jalak Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Nusa indah (Mussaenda phillipica), Lidah mertua (Sansiviera
Harupat lereng 0- Tanjung (Mimusops elengi), Pangkas kuning (Duranta repens), trifasciata),
2% (datar) Beringin (Ficus benjamina), Hanjuang (Aglaonema sp), Kana
Flamboyan (Delonix regia), (Canna indica), Kembang kertas
Bambu, Angsana (Pterocarpus (Bougainvillea sp), Lolipop
indicus), Ki Hujan (Samanea (Pachystachys lutea),
saman), Nangka (Artocarpus sp)
50 Jl.Kapten Kelas Beringin karet (Ficus elastica), Soka jepang (Ixora javanica). Adam hawa (Rhoeo discolor),
Muslihat lereng 0- Kenari (Canarium commune),
2% (datar) Tanjung (Mimusops elengi),
Akasia (Acacia mangium)
51 Jalur Hijau Kelas Cemara gembel (Cupressus Iris (Iris tectorum), Pisang hias Bayam merah (Althernantera
DPRD-Polwil lereng 2- papuana). (Heliconia sp), Kembang kertas ficoides)
15% (Bougainvillea sp)
(landai)
52 Polres - Kelas Palm raja (Roystonea regia), Spider lili (Hymenocallis sp), Nanas
Jembatan Merah lereng 0- Bambu pagar (Bambusa merah (Cryptanthus sp), Pisang hias
2% (datar) multipleks), Tanjung (Mimusops (Heliconia sp), Nusaindah
elengi), Krei payung (Felicium (Mussaenda phillipica), Euporbia
decipiens), Palm ekor tupai (Euphorbia barnhartii), Soka Jepang
(Caryota urens), (Ixora javanica), Yuca (Yucca
aloifolia), Kana (Canna indica),
Pandan kuning (Pandanus pyegmeus)
53 Jembatan Kelas Dadap merah (Erythrina Hanjuang (Aglaonema sp)
merah-Gunung lereng 15- cristagalli), Beringin putih (Ficus
batu 25% (agak lyrata), Cemara gembel
curam) (Cupressus papuana), KiHujan
(Samanea saman), Bunga sapu

263

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
tangan (Maniltoa grandiflora)
54 Segitiga gunung Kelas Nusa indah (Mussaenda philipica)
batu lereng 15-
25% (agak
curam)
55 Gunung batu - Kelas Tanjung (Mimusops elengi), Palm Pisang hias (Heliconia sp), Yuca Bayam merah (Althernantera
Laladon lereng 0- kuning (Crysalidocarpus (Yucca aloifolia), Hanjuang merah ficoides)
2% (datar) lutescens), Palm raja (Roystonea (Cordelyne terminalis), Soka jepang
regia), Bambu, Kersen (Muntingia (Ixora javanica), Puring (Codieaum
calabura), Mangga (Mangifera variegatum), Pisang (Musa
indica), Cemara, Bunga Kupu- paradisiaca), Akalipa (Acalypha
kupu (Bauhinia purpurea), macrophila)
Nangka (Artocarpus sp)), Dadap
merah (Erythrina cristagalli),
Akasia (Acacia mangium), Pete
cina (Leucana glauca),
Flamboyan (Delonix regia),
Jambu air (Eugenia aquea),
Sengon (Albizia falcataria),
Kelapa sawit (Elaeis guinensis)
56 Koridor Kelas Flamboyan (Delonix regia), Palm Kembang kertas (Bougainvillea sp),
Sukasari lereng 0- raja (Roystonea regia), Kenari Pisang hias (Heliconia sp), Teh2an
2% (datar) (Canarium communae), Cemara (Acalypha macrophylla), Kana
kipas (Thuja orientalis), Krei (Canna indica), Nusa indah
payung (Felicium decipiens) (Mussaenda phillipica), Hanjuang
merah (Cordelyne terminalis)

264

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
57 Pertigaan Kelas Glodokan tiang (Polyalthia Nanas merah, Pisang hias (Heliconia Cendrawasih (Phyllanthus
Sukasari lereng 0- longifolia), Kenari (Canarium sp), Kembang kertas (Bougainvillea niruri), Bayam merah
2% (datar) communae), Angsana spectabilis), Kecrutan (Spatodea (Althernantera ficoides),
(Pterocarpus indicus), Pinus cmpanulata), Hanjuang merah
(Pinus mercusii), Palm raja (Cordelyne terminalis),
(Roystonea regia), Pala (Myristica
fragrans), Kersen (Muntingia
calabura), Beringin (Ficus
benjamina), Dadap lampung
(Erythrina variegata), Cemara
gembel (Cupressus papuana),
Mangga (Mangifera indica),
Nangka (Artocarpus integra)
58 Pertigaan bah Kelas Krei payung (Felicium decipiens),
dalem lereng 0- Pinus (Pinus mercusii), Beringin
2% (datar) (Ficus benjamina), Kenari
(Canarium commune)
59 Pulau jalan Batu Kelas Palm raja (Roystonea regia). Kembang kertas (Bougainvillea sp) Bayam merah (Althernantera
tulis lereng 0- ficoides), Pandan kuning
2% (datar) (Pandanus pyegmaeus)
60 Batu tulis- Kelas Flamboyan (Delonix regia), Lotus (Nymphaea lotus), Hanjuang
empang lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus), merah (Cordelyne terminalis),
15% Pala (Myristica fragrans), Bunga
(landai) Kupu2 (Bauhinina purpurea),
Kecrutan (Spatodea
campanulata), palm ekor tupai
(Vietchia), Ketapang (Terminalia
catappa), Kenari (Canarium

265

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
commune)
61 Jl.Pahlawan Kelas Asam kranji (Tamarindus sp), Hajuang merah (Cordelyne
lereng 0- Nangka (Artocarpus sp), Akasia terminalis), Teh2an (Acalypha
2% (datar) (Acacia mangium), Angsana macrophylla), Kembang kertas
(Pterocarpus indicus), Beringin (Bougainvillea sp), Kana (Canna
(Ficus benjamina), Palm raja indica)
(Roystonea regia), Damar
(Agathis damara), Ketapang
(Terminalia catappa), Tanjung
(Mimusops elengi), Pinus (Pinus
mercusii), Flamboyan (Delonix
regia),Jati (Tectona grandis),
Dadap merah (Erythrina
cristagalli), Bunga Kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), Krei payung
(Felicium decipiens), Beringin
karet (Ficus elastica)
62 JL. Surya Kelas Palm raja (Roystonea regia), Kana (Canna indica), Sri rejeki
Kencana lereng 0- Kersen (Muntingia calabura), (Aglaonema sp), Bakung (Crinum
2% (datar) Pisang hias (Heliconia sp), Kenari asiaticum)
(Canarium commune), Akasia
(Acacia mangium), Palm ekor
tupai (Caryota urens), Palm
Waregu (Raphis exelca), Pinus
(Pinus mercusii).
63 Pertigaan Jl. Kelas Nanas merah (Cryptanthus sp). Cendrawasih (Phyllanthus
Surya Kencana lereng 0- niruri)
2% (datar)

266

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
64 Situ Gede Kelas Rambutan (Nephellium Lidah mertua (sansiviera
lereng 0- lapaceaum), Beringin karet (Ficus trifasciata)
2% (datar) elastica), Kembang merak
(Caesalpinia pulcerrima), Ki
Hujan (Samanea saman), Durian
(Durio zibenthus), Bisbul
(Diospyros celebica), Beringin
(Ficus benjamina), Johar (Cassia
siamea), Bambu, Kelapa (Cocos
nucifera), Akasia (Acacia
mangium), Meranti (Shorea sp),
Pinus (Pinus mercusii), Damar
(Agathis damara)
65 CIFOR-Bubulak Kelas Angsana (Pterocarpus indicus) , Pisang (Musa paradisiaca)
lereng 2- Beringin (Ficus benjamina),
15% Kenari (Canarium commune),
(landai) Tanjung (Mimusops elengi),
Sengon (Albizia falcata),
66 Pertigaan Kelas Palm raja (Roystonea regia), Biola
bubulak- lereng 0- cantik (Ficus pandurata), Kenari
pertigaan 2% (datar) (Canarium commune), Bunga
semplak kupu-kupu (Bauhinia sp), Bambu,
67 Pertigaan Kelas Kenari (Canarium communae),
semplak-yasmin lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus),
2% (datar) Palm raja (Roystonea regia)

267

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
68 JL.Kebon Pedes Kelas Jambu air (Eugenia aquea), Petai Pisang (Musa paradisiaca), Pisang Bayam merah (Althernantera
lereng 0- Cina (Leucana glauca), Cemara hias (Heliconia sp), ficoides)
2% (datar) gembel (Cupressus panuana),
Bungur (Lagerstromia speciosa),
Pinus (Pinus mercusii), Mangga
(Mangifera indica), Kersen
(Muntingia axelsa), Angsana
(Albizia falcata), Bunga Kupu2
(Bauhinia purpurea), Bambu
(Bambusa multipleks), Durian
(Durio zibenthus)
69 Kedung Badak Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa),
lereng 0- Mangga (Mangifera indica)
2% (datar)
70 Lap. Heulang Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Teh2an (Acalypha macrophylla), Sri
lereng 0- Randu (Ceiba petandra), Sengon rejeki (Aglaonema sp), Kembang
2% (datar) (Albizia falcataria), Krei payung kertas (Bougainvillea sp).
(Felicium decipiens), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Flamboyan
(Delonix regia), Beringin (Ficus
benjamina), Palm raja (Roystonea
regia)
71 Lapangan Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Nusa indah (Mussaenda phillipica), Bayam merah (Althernantera
Sempur lereng 0- Randu (Ceiba petandra), Krei Puring (Codieaum variegatum), ficoides), Lili paris
2% (datar) payung (Felicium decipiens), Spatifilum (Spathiphyllum wallisii), (Chlorophytum comosum),
Mahoni (Swietenia mahagoni), Kembang kertas (Bougainvillea sp).
Flamboyan (Delonix regia),
Ketapang (Terminalia catappa),

268

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
Bambu tali (Gigantochloa apus),
Beringin (Ficus benjamina),
Sempur (Dillenia spp), Kembang
merak (Caesalpinia pulcherrima),
Tanjung (Mimusops elengi), Ki
Hujan (Samanea saman), Nangka
(Artocarpus sp), Palm Waregu
(Raphis exelca), Kayu manis
(Cinnamommum burmanii)
72 Taman Kencana Kelas Palm kuning (Crysalidocarpus Nusa indah (Mussaenda phillipica), Lantana (Lantana camara),
lereng 0- lutescens), Palm raja (Roystonea Soka jepang (Ixora javanica), Puring Lili paris (Chlorophytum
2% (datar) regia), Dadap merah (Erythrina (Codieaum variegatum), Alamanda comosum),
cristagalli), Bunga Kupu-kupu (Alamanda cathartica), tapak dara
(Bauhinia purpurea), (Catharanthus roseus), Adam hawa
Flamboyan(Delonix regia), (Rhoeo discolor), Melati Kosta
Serunai rambat (Widelia biflora), (Brunfelsia nobilis), Agave (Agave
Teh2an (Acalypha macrophila), sp), Hanjuang merah (Cordelyne
airmata pengantin, Cemara kipas terminalis), tombak raja, Euporbia
(Thuja orientalis), Johar (Cassia (Euporbia trigona), Nanas kerang.
siamea), Krei payung (Felicium Kaliandra (Calliandra sp)
decipiens), Palm Waregu (Raphis
exelca), Bambu, Jacaranda
(Jacaranda acutifolia),
73 Taman Malabar Kelas Kol banda (Pisonia alba), Tapak dara (Catharanthus roseus), taiwan beauty (Cuphea sp),
lereng 0- Jacaranda (Jacaranda acutifolia), soka jepang (Ixora javanica), Agave Kucai (Zephyranthes sp)
2% (datar) Sapu tangan (Maniltoa (Agave sp), Kembang kertas
grandiflora), Flamboyan (Delonix (Bougainvillea sp), Teh2an
regia), Galinggem (Bixa (Acalypha macrophylla), Pakis

269

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
orellana), (Nephrolepis exaltata), Pedilantus
(Pedilantus articulatus), Sirih gading
(Nyctanthes arbor-tritis)
74 Lapangan Jl. Kelas Palm botol (Mascarena
Riau lereng 0- lagenicaulis), Mahoni (Swietenia
2% (datar) mahagoni),
75 Alun-alun Kelas Beringin (Ficus benjamina), Beras tumpah (Diefenbachia sp),
Empang lereng 0- Jakaranda (Jacaranda acutifolia),
2% (datar) Bungur (Lagerstromia speciosa),
Beringin Karet (Ficus elastica),
Angsana (Pterocarpus indicus),
Palm raja (Roystonea regia),
Mangga (Mangifera indica),
Jambu Batu (Psidium guajava)
76 Hotel mirah Kelas Palm Waregu (Raphis exelca), Hanjuang merah (Cordelyne Kucai (Zephyranthes sp),
lereng 0- Cemara kipas (Thuja orientalis), terminalis), Teh2an (Acalypha Adam hawa (Rhoeo discolor),
2% (datar) Cempaka (Michelia campaca), macrophylla), Pakis, Pisang hias Bayam merah (Althernanthera
Kembang merak (Caesalpinia (Heliconia sp), Dracaena, ficoides), Cendrawasih
pulcerrima), Palm kuning (Phylanthus niruri)
(Crysalidocarpus lutescens)
77 Hotel pangrango Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Lili paris (Chlorophytum comosum), Lidah mertua (Sansiviera sp),
1 lereng 0- Palm merah (Cyrtostachys laka). Pisang hias (Heliconia sp), Suplir (Nephrolephis exaltata).
2% (datar)
78 Taman sudut Jl Kelas Palm raja (Roystonea regia), Agave (Agave sp), Teh-tehan
Pangrango lereng 0- Manggis (Garcinia mangostana), (Acalypha macrophylla),
(Lampu Merah) 2% (datar) Palm kuning (Crysalidocarpus
lutescens), Podocarpus
(Podocarpus polystachius),

270

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
Kembang merak (Caesalpinia
pulcherima), Sukun (Arthocarpus
communis), Pala (Myristica
fragrans)
79 Pulau jalan Kelas Teh-tehan (Acalypha macrophylla),
lereng 0- Lolipop (pachystachys lutea),
2% (datar) Tagetes (Tagetes erecta)
80 Taman sudut Kelas Palm kuning (Crysalidocarpus Teh-tehan (Acalypha macrophylla),
RRI lereng 2- lutescens), Tanjung (Mimusops Soka jepang (Ixora javanica)
15% (datar) elengi),
81 Taman sudut Kelas Bambu pagar (Bambusa vulgaris), Pisang hias (Heliconia sp)
warung Jambu lereng 0- Pinang (Areca catechu),
2% (datar)
82 Taman Kelas Cemara kipas (Araucaria Iris (Iris tectorum), Soka jepang
Jembatan Situ lereng 0- columnaris). (Ixora javanica), Spider lili
duit 2% (datar) (Hymenocallis sp)
83 Lap. Manunggal Kelas Tanjung (Mimusops elengi),
lereng 0- Kembang merak (Caesalpinia
2% (datar) pulcherrima), Bunga Kupu-kupu
(Bauhinia sp), Randu (Ceiba
petandra), Angsana (Pterocarpus
indicus) , Mahoni (Swietenia
mahagoni), Kayu manis
(Cinnamommum burmanii),
Beringin karet (Ficus elastica)
84 Bantaran Sungai Kelas Palm raja (Roystonea regia), Teh-tehan (Acalypha macrophylla) Bayam merah (Althernantera
Jl.Dr.Semeru lereng 25- Angsana (Pterocarpus indicus), ficoides), Kacang hias
40% Mahoni (Swietenia mahagoni). (Aranchys penthoi),

271

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
(curam)
85 Jl.Bangbarung Kelas Palm raja (Roystonea regia),
raya lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus),
15% Jati (Tectona grandis).
(landai)
86 Indraprasta Kelas Palm botol (Mascarena Kembang kertas (Bougainvillea sp),
lereng 15- lagenicaulis), Glodokan tiang Teh-tehan (Acalypha macrophylla),
25% (agak (Polyalthia longifolia) Bunga mentega (Nerium Oleander).
curam)
87 Pulau jalan Kelas Glodokan tiang (Polyalthia Kembang kertas (Bougainvillea sp),
Indraprasta lereng 0- longifolia), Mahoni (Swietenia Pisang hias (Heliconia sp)
2% (datar) mahagoni), Angsana (Pterocarpus
indicus) , Biola cantik (Ficus
pandurata)
88 Sudut Kelas Palm raja (Roystonea regia), Pandan kuning (Pandanus Lidah mertua (Sansiviera
Binamarga lereng 0- Cemara gembel (Cupressus pyegmeus), Batavia (Jatropha trifasciata)
2% (datar) papuana), Kelapa Sawit (Elaeis pandurifolia), Lili paris Brazil, Soka
guinensis), Bambu (Bambusa jepang (Ixora javanica), batavia
multipleks), Kol banda (Pisonia (Jatropha pandurifolia), tagetes
alba), (Tagetes erecta), nanas merah
(Cryptanthus sp), Puring (Codieaum
variegatum),
89 Cimanggu Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Kembang kertas (Bougainvillea sp), Adam hawa (Rhoeo discolor),
(Jl.Tentara lereng 0- Pala, Manggis (Garcinia Kriminil, Nusaindah (Mussaenda Bayam merah (Althernantera
Pelajar) 2% (datar) mangostana), Kayu manis philipica), Kumis kucing ficoides),
(Cinnamomum burmanii), (Orthosiphon grandiflorus)
Kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima), Mangga (Mangifera

272

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
indica), Pete cina (Leucana
glauca), Krei payung (Felicium
decipiens), Flamboyan(Delonix
regia), Akasia (Acacia mangium),
Kecrutan (Spatodea
campanulata), Randu (Ceiba
petandra), Jacaranda (Jacaranda
acutifolia), Cengkeh (Syzigium
aromaticum)
90 GOR Kelas Johar (Cassia siamea), Angsana Hanjuang merah (Cordelyne Adam hawa (Rhoeo discolor),
(Jl.Pemuda- lereng 2- (Pterocarpus indicus), Kihujan terminalis), Teh2an (Acalypha
A.Yani) 15% (Samanea saman), Pinang (Areca macrophylla),Soka jepang (Ixora
(landai) catechu), Nangka (Artocarpus sp), javanica), Kembang kertas
Cempaka (Michelia campaca), (Bougainvillea sp), Pisang hias
Cemara, Cemara gembel (Heliconia sp)
(Cupressus papuana), Jati
(Tectona grandis), Sirsak (Annona
muricata), Mangga (Mangifera
indica), Jambu batu (Psidium
guajava), Beringin (Ficus
benjamina), Jambu air (Eugenia
aquea), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Kenari (Canarium
commune), Bambu, Akasia
(Acacia mangium), Kecrutan
(Spatodea campanulata), Bungur
(lagerstromia speciosa).

273

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
91 JL.Kesehatan 3 Kelas Cemara kipas (Araucaria Alamanda (Alamanda cathartica),
(Tanah sareal) lereng 0- columnaris), Bunga Kupu-kupu
2% (datar) (Bauhinia sp), Bintaro (Cerbera
manghas), Rambutan (Nephelium
lappaceum), Palm raja (Roystonea
regia), Cempaka Michelia
campaca), Beringin (Ficus
benjamina), Akasia (Acacia
mangium), Kenari (Canarium
commune), Kayu manis
(Cinnamomum burmanii),
Angsana (Pterocarpus indicus),
Cemara gembel (Cupressus)
papuana), Johar (Cassia siamea)
92 Dinas Kelas Krei payung (Felicium decipiens) Kembang kertas (Bougainvillea
Kesehatan lereng 0- spectabilis), Lili paris (Chlorophytum
2% (datar) comosum), Teh2an (Acalypha
macrophylla),
93 Puskesmas Kelas Kenari (Canarium commune), Soka jepang (Ixora javanica), Adam hawa (Rhoeo discolor)
lereng 0- Cemara gembel (Cupressus
2% (datar) papuana).
94 JL.Gilang Kelas Krei payung (Felicium decipiens), Adam hawa (Rhoeo discolor),
lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus), Kacang hias (Aranchys
15% Flamboyan (Delonix regia), Palm penthoi),
(landai) raja (Roystonea regia), Bungur
(Lagerstromia speciosa).

274

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
95 JL.Merak Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni), Batavia (Jatropha pandurifolia),
lereng 2- Kenari (Canarium commune), Pandan kuning (Pandanus pygmeus),
15% Krei payung (Felicium decipiens),
(landai) Flamboyan (Delonix regia),Palm
raja (Roystonea regia), Kembang
merak (Caesalpinia pulcherrima),
Bunga kupu-kupu (Bauhinia sp),
Kersen (Muntingia calabura),
Palm kuning (Crysalidocarpus
lutescens)
96 JL.Heulang Kelas Flamboyan (Delonix regia), Kana (Canna indica)
lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus),
15% Palm raja (Roystonea regia), Krei
(landai) payung (Felicium decipiens),
Pinang (Areca catechu), Mahoni
(Swietenia mahagoni).
97 JL.Bango Kelas Flamboyan (Delonix regia),
lereng 2- Kersen (Muntingia calabura),
15% Kayu manis (Cinnamomum
(landai) burmanii),
98 JL.Beo Kelas Flamboyan (Delonix regia), Puring (Codieaum variegatum),
lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus), Lidah mertua (Sansiviera sp),
15% Jati (Tectona grandis) Hanjuang merah (Cordelyne
(landai) terminalis), Teh2an (Acalypha
macrophylla), Lili paris
(Chlorophytum comosum),
99 JL.Pandawa Kelas Mangga (Mangifera indica), Palm Kembang kertas (Bougainvillea sp),
raya-Jl. Kresna lereng 45- raja (Roystonea regia) Batavia (Jatropha pandurifolia),

275

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
2% (curam- Soka jepang (Ixora javanica), teh2an
datar) (Acalypha macrophylla)
100 JL.Kresna-JL Kelas Palm raja (roystonea regia), Teh2an (Acalypha macrophylla)
Gagalur lereng 2- Angsana (Pterocarpus indicus),
15% Kelapa (Cocos nucifera), Mangga
(landai) (Mangifera indica), Akasia
(Acacia mangium), Palm ekor
ikan (Caryota mitis), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Beringin
(Ficus benjamina), Nangka
(Artocarpus sp), Tanjung
(Mimusops elengi), Sawo manila
(Manilkara kauki), Bambu pagar
(Bambusa multipleks).
101 Lap Bola Jl Kelas Bunga Kupu2 (Bauhinia
Kresna lereng 0- purpurea), Angsana (Pterocarpus
2% (datar) indicus), Beringin (Ficus
benjamina), Krei payung
(Felicium decipiens), Palm raja
(Roystonea regia), Kelapa (Cocos
nucifera), Kayu manis
(Cinnamomum burmanii),
Ketapang (Terminalia catappa)
102 Lapangan Kelas Palm raja (Roystonea regia), Palm Lidah mertua (Sansiviera trifasciata),
bagaspati lereng 0- Kuning (Crysalidocarpus Iris (Iris tectorum), Kembang kertas
2% (datar) lutescens), Palm Botol (Bougainvillea sp)
(Mascarena lagenicaulis), Bambu

276

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
103 Jl. Kelas Biola cantik (Ficus Pandurata)
Baranangsiang 4 lereng 0-
2% (datar)
104 Jl. Padi Kelas Lengkeng (Dimocarpus longan),
lereng 0- Mahoni (Swietenia mahagoni),
2% (datar) Bungur (Lagerstromia speciosa),
Palm ekor ikan (Caryota mitis)
105 Jl.Binamarga Kelas Sengon (Albizzia falcata), Bungur Hanjuang (Aglaonema sp), Pisang
lereng 2- (Lagerstromia speciosa), Palm (Musa paradisiaca),
15% ekor ikan (Caryota mitis), Palm
(landai) raja (Roystonea regia), Bunga
kupu-kupu (Bauhinia sp),
Flamboyan (Delonix regia),
Bambu, Cemara angin
(Cassuarina equisetifolia),
Mangga (Mangifera indica),
Cemara norfolk (Araucaria
heterophylla), Pinus (Pinus
mercusii), Dadap merah
(Erythrina cristagalli), Cemara
gembel (Cupressus papuana),
Angsana (Pterocarpus indicus),
KiHujan (Samanea saman)
106 Poket park Kelas Palm raja (Roystonea regia) Pandan kuning (Pandanus Sutera bombay (Portulaca
Jl.Binamarga lereng 2- pyegmaeus), Tricolor (Dracaena grandiflora), Bayam merah
15% tricolor), dracaena, Spider lili (Althernantera ficoides)
(landai) (Hymenocallis sp),

277

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
107 JL.Pakuan Kelas Palm raja (Roystonea regia), Bunga mentega (Nerium Oleander),
lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus), Kembang kertas (Bougainvillea sp),
2% (datar) Beringin (Ficus benjamina), Pisang hias (Heliconia sp)
Bunga kupu2 (Bauhinia
purpurea), Sawo manila
(Manilkara kauki), Dadap merah
(Erythrina cristagalli), Pinang
(Areca catechu), Nangka
(Artocarpus), Tanjung (Mimusops
elengi), Akasia (Acacia
mangium), Glodokan bulat
(Polyalthia fragrans), Cemara
gembel (Casuarina papuana),
Kersen (Muntingia calabura),
Karet kebo (Ficus elastica),
Jacaranda (Jacaranda acutifolia),
Cemara kipas (Araucaria
columnaris)
108 Universitas Kelas Kenari (Canarium commune), Pisang hias (Heliconia sp)
Pakuan lereng 0- Angsana (Pterocarpus indicus),
2% (datar) Pinus (Pinus mercusii), Tanjung
(Mimusops elengi),
109 Bogor Baru Kelas Belimbing (Averhoa carambola), Pisang hias (Heliconia sp), Lidah mertua (Sansiviera
(Jl.Cimahpar) lereng 0- Kersen (Muntingia calabura), trifasciata),
2% (datar) Rambutan (Nephelium
lappaceum), Cemara kipas (Thuja
orientalis), Krei payung (Felicium
decipiens), Ketapang (Terminalia

278

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
catappa), Mangga (Mangifera
indica), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Palm ekor tupai
(Caryota urens), Bungur
(Lagerstromia speciosa), Angsana
(Pterocarpus indicus), Bunga
kupu2 (Bauhinia purpurea),
Tanjung (Mimusops elengi)
110 Pulau jalan Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa)
(Malabar lereng 2-
Ujung) 15%
(landai)
111 Jl.Sancang Kelas KiHujan (Samanea saman),
lereng 0- Bungur (Lagerstromia speciosa),
2% (datar) Durian (Durio zibenthus),
Angsana (Pterocarpus indicus),
Akasia (Acacia mangium), Krei
payung (Felicium decipiens),
Flamboyan (Delonix regia),
Bunga Kupu2 (Bauhinia
purpurea)
112 JL.Kumbang Kelas Angsana (Pterocarpus indicus),
lereng 0- Flamboyan (Delonix regia),
2% (datar) KiHujan (Samanea saman),
Bungur (Lagerstromia speciosa),
Lengkeng (Dimocarpus longan),
Palm raja (Roystonea regia).

279

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
113 Jl. Rumah Sakit Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni),
1 lereng 0- Puring (Codieaum variegatum),
2% (datar) Ki Hujan (Samanea saman), Krei
Payung (Felicium decipiens),
Cemara Gembel (Cupressus
papuana), Palm ekor tupai
(Caryota urens), Bungur
(Lagerstromia speciosa).
114 Jl. Rumah Sakit Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa), Hanjuang merah (Cordelyne
2 lereng 0- Galinggem (Bixa orellana), terminalis),
2% (datar) Akasia (Acacia mangium),
Angsana (Pterocarpus indicus),
Mahoni (Swietenia mahagoni),
Palm raja (Roystonea regia)
115 Malabar ujung Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni),
lereng 0- Bunga Kupu2 (Bauhinia
2% (datar) purpurea), Nangka (Arthocarpus
integra), Palm raja (Roystonea
regia), Jambu air (Eugenia aquea)
116 JL.Malabar 1 Kelas Dadap merah (Erythrina
lereng 0- cristagalli), Palm raja (Roystonea
2% (datar) regia), Ketapang (Terminalia
catappa), Tanjung (Mimusops
elengi), Flamboyan (Delonix
regia),

280

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
117 Jl.Tampomas Kelas Mahoni (Swietenia mahagoni),
lereng 0- Bunga Kupu2 (Bauhinia
2% (datar) purpurea), Angsana (Pterocarpus
indicus), Nangka (Artocarpus
integra), Krei payung (Felicium
decipiens), Jati (Tectona grandis),
Manggis (Garcinia mangostana),
Akasia (Acacia mangium)
118 Jl.Cikurai Kelas Cemara kipas (Araucaria Kembang kertas (Bougainvillea sp),
lereng 0- columnaris), Bunga Kupu2 Puring (Codieaum variegatum),
2% (datar) (bauhinia purpurea), Palm raja teh2an (Acalypha macrophylla),
(Roystonea regia), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Palm ekor
tupai (Caryota urens), Pinus
(Pinus mercusii), Cemara Norfolk
(Araucaria heterophylla), Palm
sadeng (Livistonia rotundifolia),
Matoa (Pometia pinnata), Cokelat
(Theobroma cacao), Palm putri
(Vietchioa merillii), Cemara angin
(Araucaria cuninghamii),
Beringin (Ficus benjamina)
119 Jl.Guntur Kelas Mahoni (Swietiana mahagoni), Nusa indah (Mussaenda phillipica),
lereng 0- Dadap Merah (Erythrina
2% (datar) cristagalli), Angsana
(Pterocarpus indicus), Glodokan
tiang (Polyalthia longifolia),
Kasia Johar (Cassia siamea),

281

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
Glodokan Bulat (Polyalthia
alata), Bunga Kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), Kamboja
(Plumeria rubra), Kembang
Merak (Caesalpinia pulcherrima)
120 Jl.Burangrang Kelas Bunga Kupu2 (Bauhina
Ujung lereng 0- purpurea), Krei payung (Felicium
2% (datar) decipiens), Dadap merah
(Erythrina cristagalli), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Lengkeng
(Dimocarpus longan), Palm putri
(Vietchia merillii)
121 Jl.Burangrang Kelas Angsana (Pterocarpus indicus), Agave (Agave sp), Bayam merah (Althernanthera
lereng 0- Bunga Kupu2 (Bauhinia ficoides),
2% (datar) purpurea), Krei payung (Felicium
decipiens), Tanjung (Mimusops
elengi), Palm Bismark
(Bismarckia nobilis), Glodokan
tiang (Polyalthia longifolia),
Matoa (Pometia pinnata), Ki
Hujan (Samanea saman), Beringin
(Ficus benjamina), Soka jepang
(Ixora javanica), Palm ekor ikan
(Caryota mitis), Bambu, Palm
putri (Vietchia merillii), Glodokan
bulat (Polyalthia fragans)

282

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
122 Jl.Tangkuban Kelas Kamboja (Plumeria rubra), Philodendron
Perahu lereng 0- Bungur (Lagerstromia speciosa),
2% (datar) Mengkudu (Morinda citiflora),
Beringin (Ficus benjamina),
Sukun (Arthocarpus communis),
Puring (Codieaum variegatum),
Kembang kertas (Bougainvillea
sp), Palm raja (Roystonea regia),
Tanjung (Mimusops elengi), Krei
payung (Felicium decipiens)
123 JL.Mandala Kelas Nusa indah (Mussaenda Agave (Agave sp), Hanjuang Lidah mertua (Sansiviera sp),
Wangi lereng 0- phillipica), Cemara Kipas (Cordelyne terminalis)
2% (datar) (Araucaria columnaris), Tanjung
(Mimusops elengi), Pinus (Pinus
mercusi), Palm Waregu (Raphis
exelca),
124 Megamendung Kelas Tanjung (Mimusops elengi), Kembang sepatu (Hibiscus rosa-
lereng 0- Sukun, Mengkudu (Morinda sinensis),
2% (datar) citriflora), Beringin (Ficus
benjamina), Mahoni (Swietenia
mahagoni)
125 JL.Papandayan Kelas Bunga Kupu2 (Bauhinia Teh-tehan (Acalypha macrophylla)
lereng 0- purpurea), Dadap merah
2% (datar) (Erythrina cristagalli), Palm putri
(Vietchia merillii), Krei Payung
(Felicium decipiens), Nangka
(Artocarpus integra), Tanjung
(Mimusops elengi), Bungur

283

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
(Lagerstromia speciosa)
126 JL.Bukit Kelas Damar (Agathis alba), Nangka Kembang kertas (Bougainvillea
Tunggul lereng 0- (Artocarpus sp), Tanjung spectabilis).
2% (datar) (Mimusops elengi), Bunga Kupu2
(Bauhinia purpurea), Flamboyan
(Delonix regia), Palm ekor tupai
(Caryota urens), Palm putri
(Vietchia merillii)
127 JL.Salak Kelas Randu (Ceiba petandra), Tricolor (Dracaena tricolor), Kucai Taiwan beauty (Cuphea sp),
lereng 2- Kembang Merak (Caesalpinia (Zephyranthes sp), Hanjuang merah
15% pulcherrima), Flamboyan (Cordelyne terminalis), Pisang hias
(landai) (Delonix regia), Cassia Kuning (Heliconia sp),
(Cassia siamea), Tanjung
(Mimusops elengi), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Bungur
(Lagerstromia speciosa), Palm
ekor tupai (Caryota urens), Palm
raja (Roystonea regia), Krei
payung (Felicium decipiens),
Cempaka (Michelia campaca),
Kelapa sawit (Elaeis guinensis),
Bambu, Kayu manis
(Cinnamomum burmanii)

284

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
128 JL.Gunung Kelas Biola cantik (Ficus panduranta), Kembang kertas (Bougainvillea sp)
Gede 1 lereng 0- Dadap merah (Erythrina
2% (datar) cristagalli), Ketapang (Terminalia
catappa), Bunga Kupu2 (Bauhinia
purpurea), Palm putri (Veitchia
merillii), Cemara gembel
(Cupressus papuana), KiHujan
(samanea saman), Palm ekor tupai
(Caryota urens)
129 JL.Sambu Kelas Bunga Kupu2 (Bauhinia Kembang kertas (Bougainvillea sp)
(Terminal Bis) lereng 2- purpurea), Bambu (Bambusa
15% multipleks), Flamboyan (Delonix
(landai) regia), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Bungur (Lagerstromia
speciosa)
130 Lereng Sambu Kelas Randu (Ceiba petandra),
lereng 25- Kembang kertas (Bauhinia sp),
40 (curam) Pete Cina (Leucana glauca),
Kelapa (Cocos nucifera), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Kemboja
(Plumeria sp), Flamboyan
(Delonix regia), Palm merah
(Cyrtostachys laka), Bungur
(Lagerstromia speciosa), Akasia
(Acacia mangium)

285

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
131 JL.Bangka Kelas Akalipa (Acalypha sp), Kemboja Kembang kertas (Bougainvillea sp), Lidah mertua (Sansiviera sp)
lereng 0- (Plumeria sp), Bungur Hanjuang merah (Cordelyne sp),
2% (datar) (Lagerstromia speciosa), Jambu Puring (Codieaum variegatum),
batu (Psidium guajava), Mahoni
(Swietenia mahagoni), Bambu
jepang (Arundinaria pumila).
132 JL.Pengadilan Kelas Kenari (Canarium communae), Kembang kertas (Bougainvillea sp)
lereng 0- Krei Payung (Felicim decipiens),
2% (datar) Beringin (Ficus benjamina),
Bunga Kupu2 (Bauhinia
purpurea), Kersen (Muntingia
calabura, Jambu air (Eugenia
aquea), Pinang (Areca catechu).
133 Jl.Kantin Kelas Cemara kipas (Araucaria
lereng 0- columnaris), Mangga (Mangifera
2% (datar) indica)
134 JL.Gedong Kelas Bunga kupu-kupu (Bauhinia Hanjuang (Cordelyne terminalis)
Sawah lereng 0- purpurea), Angsana (Pterocarpus
2% (datar) indicus), Manggis (Garcinia
mangostana)
135 Jl.Dewi Sartika Kelas Bunga kupu-kupu (Bauhinia Soka jepang (Ixora javanica), Puring Lantana (lantana camara),
lereng 0- purpurea), Kemboja, Cemara (Codieaum variegatum). Taiwan beauty (Cuphea sp),
2% (datar) gembel (Cupressus papuana),
Jambu air (Eugenia aquea),
Ketapang (Terminalia catappa),
Palm Waregu (Raphis exelca)
136 Jl.Kejaksaan Kelas Bunga kupu-kupu (Bauhinia Spatifilum (Spathiphyllum wallisii)
lereng 0- purpurea), Kelapa (Cocos

286

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
2% (datar) nucifera), Krei Payung (Felicium
decipiens), Kenari (Canarium
communae)
137 Jl.Telepon Kelas Ketapang (Terminalia catappa),
lereng 0- Pinus (Pinus mercusii), Bambu,
2% (datar)
138 JL.Sawo Jajar Kelas Krei payung (felicium decipiens), Sri rejeki (Aglaonema sp), Pisang Lidah mertua (Sansiviera
lereng 0- Beringin (Ficus benjamina), hias (Heliconia sp), Nanas merah trifasciata), Suplir
2% (datar) Jambu air (Eugenia aquea), (Cryptanthus sp), Tri color (Nephrolepis exaltata)
Flamboyan (Delonix regia), (Dracaena tricolor), Kembang kertas
Kenari (Canarium communae), (Bougainvillea spectabilis), Puring
Kana (Canna indica), Waru, (Codieaum variegatum), Dracaena
Sukun (Arthocarpus fragans),
Kemboja (Plumeria sp), Pinang
(Areca catechu), Beringin Karet
(Ficus elastica), Palm raja
(Roystonea regia), Lengkeng
(Dimocarpus longan)
139 JL.Kantin Kelas Jambu air (Eugenia aquea), Teh2an (Acalypha macrophylla), Iler
lereng 0- Flamboyan (Delonix regia), (Coleus scutellarioides), Alamanda
2% (datar) Angsana (Pterocarpus indicus) (Alamanda cathartica), Soka Jepang
(Ixora javanica), Kaktus, Puring
(Codieaum variegatum), Kembang
kertas (Bougainvillea sp).
140 BNI 46- Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa), Hanjuang merah (Codelyne
Mantarena lereng 0- Beringin (Ficus benjamina), terminalis), Sri rejeki (Aglaonema
2% (datar) Flamboyan (Delonix regia), sp),
Bunga Kupu2 (Bauhinia

287

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
purpurea), Krei payung (Felicium
decipiens)
141 Mantarena - Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa), Teh2an (Acalypha macrophylla), Adam hawa (Rhoeo discolor),
PLN lereng 0- Kenari (Canarium commune), Yuca (Yucca aloifolia), Hanjuang
2% (datar) Kemboja (Plumeria sp), Bunga merah (Cordelyne terminalis),
kupu-kupu (Bauhinia sp), jambu Kembang kertas (Bougainnvillea, sp)
bol (Eugenia malaccensis), Palm
raja (Roystonea regia), Kayu
manis (Cinnamomum burmanii),
Palm putri (Veitchia merillii),
Sengon (Albizia falcata),
Flamboyan (Delonix regia).
142 JL.Sempur Kelas Ki Hujan (Samanea saman), Palm Balancing (Dieffenbachia amoena),
Kaler lereng 0- raja (Roystonea regia), Nangka Kembang kertas (Bougainvillea sp),
2% (datar) (Artocarpus sp), Beringin (Ficus Teh2an (Acalypha macrophylla),
benjamina), Bungur Pisang hias (Heliconia sp), Pisang
(Lagerstromia speciosa), Randu (Musa paradisiaca), Sri rejeki
(Ceiba petandra), Pinang (Areca (Aglaonema sp), Iris (Iris tectorum),
catechu), sempur (Dillenia sp), Hanjuang merah (Cordelyne
Angsana (Pterocarpus indicus), terminalis), Mengkudu (Morinda
Bambu, Akasia (Acacia citriflora),
mangium), Ketapang (Terminalia
catappa), Mangga (Mangifera
indica), Kembang sepatu
(Hibiscus rosa sinensis),
Flamboyan (Delonix regia), Kayu
manis (Cinnamommum burmanii)

288

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
143 Lapangan Kelas Asam kranji (Tamarindus sp), Pisang hias (Heliconia sp),
pemukiman lereng 0- Flamboyan (Delonix regia), Kembang kertas (Bougainvillea sp)
sempur kaler 2% (datar)
144 JL.Cidangiang Kelas Angsana (Pterocarpus indicus),
lereng 0- Palm raja (Roystonea regia),
2% (datar) Bambu (Bambusa sp), Waru
(Hibiscus tiliaceus L.), Palm ekor
ikan (Caryota mitis), Pinang
(Areca catechu), Pinus (Pinus
mercusii),
145 Median Kelas Palm raja (Roystonea regia), Johar Teh2an (Acalypha macrophylla),
Jagorawi lereng 0- (Cassia siamea), Pinus (Pinus Kana (Canna indica), Pisang hias
2% (datar) mercusii), Akasia (Acacia (Heliconia sp), Batavia (Jatropha
mangium), Pangkas kuning pandurifolia), Soka jepang (Ixora
(Duranta repens), Beringin karet javanica) Kembang kertas
(Ficus elastica), Sengon (Albizzia (Bougainvillea sp), Alamanda
falcata) (alamanda chatartica), Kaca piring
(Gardenia augusta)
146 Ojek Vila Duta- Kelas Pete Cina (Leucana glauca), Kembang kertas (Bougainvillea sp),
Belokan lereng 2- Mahoni (Swietiana mahagoni), Agave (Agave americana), Sri rejeki
Ciheuleut 15% Nangka (Areca catechu), Bunga (Aglaonema sp), Sente (Alocosia
(landai) Kupu2 (Bauhinia purpurea), Palm macrorhiza), Pisang (Musa
raja (Roystonea regia), Akasia paradisiaca),
(Acacia mangium), Angsana
(Pterocarpus indicus), Tanjung
(Mimusops elengi), Palm Kuning
(Crysalidocarpus lutescens),
Cemara Kipas, Kelapa (Cocos

289

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
nucifera), Jacaranda (Jacaranda
acutifolia), Kenari (Canarium
commune), Ketapang (Terminalia
catappa), Pala, Beringin (Ficus
benjamina)
147 Sukasari 3 Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa), Bunga mentega (Nerium Oleander),
lereng 2- Bunga Kupu2 (Bauhinia
15% purpurea), Palm raja (Roystonea
(landai) regia), Palm putri (Veitchia
merillii)
148 Pulau Jalan Kelas Cemara lilin (Cupressus Puring (Codieaum variegatum),
Sukasari3 lereng 0- sempervirens), Sawo manila Lolipop (Pachystachys lutea),
2% (datar) (Manilkara kauki), Palm putri
(Veitchia merillii)
149 SD PERTIWI Kelas Pinus (Pinus mercusii), Belimbing Tricolor (Dracaena tricolor), Nanas Bayam merah (Althernantera
lereng 0- (Averhoa carambola), Mangga merah, Nusa indah (Mussaenda ficoides), Adam hawa (Rhoeo
40% (datar- (Mangifera indica), Kembang philipica), Pangkas Kuning (Duranta discolor), Sutra bombay
curam) sepatu (Hibiscus rosa sinensis), repens), Soka jepang (Ixora (Portulaca oleraceae),
Palm putri (Vietchia merillii), javanica), Calatea, Kembang kertas
Palm botol (Mascarena (Bougainvillea sp), Sri rejeki
lagenicaulis), Palm Kuning (Aglaonema sp),
(Crysalidocarpus lutescens),
Jambu air (Eugenia aquea), Krei
payung (Felicium decipiens),
150 Komplek Kelas Bunga Kupu-kupu (Bauhinia Batavia (Jatropha pandurifolia), Air Bayam merah (Althernantera
Ciomas Indah lereng 2- purpurea), Beringin (Ficus mata pengantin , Kembang kertas ficoides),
JL. Pasir Mulya 15% benjamina), Glodokan tiang (Bougainvillea sp), Bunga mentega
Raya (Lap (landai) (Polyalthia longifolia), Kecrutan (Nerium oleander), Melati

290

Jenis Vegetasi
No Lokasi Kelerengan
Pohon Semak dan Perdu Penutup tanah
tennis) (Spatodea campanulata), (Jasminum sambac), teh2an
Flamboyan (Delonix regia), (Acalypha macrophylla)
Angsana (Pterocarpus indicus).
151 Segitiga Kelas Palm Kuning (Crysalidocarpus Bayam merah (Althernantera
pemukiman lereng 2- lutescens), Bunga kupu-kupu ficoides),
belakang Lap. 15% (Bauhinia purpurea), Palm
Tenis (landai) Waregu (Raphis exelca),
152 Lapangan OR & Kelas Matoa (Pometia pinnata), Sawo
TAMAN lereng 0- kecik (Manilkara kauki), Mangga
Komplek 2% (datar) (Mangifera indica), Akasia
Kehutanan (Acacia mangium), Waru
(Hibiscus tiliaceus L.)
153 Taman Jl. Kelas Pinang (Areca catechu), Bambu
Lodaya, lereng 0- (Bambusa vulgaris) , Jati (Tectona
Komplek 2% (datar) grandis), palm raja (Roystonea
Ciomas regia), Angsana (Pterocarpus
indicus), Palm merah
(Cyrtostachys laka)
154 Taman sudut Kelas Flamboyan (Delonix regia), Pisang hias (Heliconia sp),
Cibalok lereng 0- Glodokan tiang (Polyalthia
2% (datar) longifolia),
155 Taman Topi Kelas Bungur (Lagerstromia speciosa). Teh-tehan (Acalypha macrophylla), Bayam merah (Althernantera
lereng 0- Kembang kertas (Bougainvillea sp) ficoides),
2% (datar)

Sumber: PT Beutari NusaKreasi (2004)

291

Anda mungkin juga menyukai