PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Prasarana jalan dalam sistem transportasi nasional maupun regional berperan penting
antara lain sebagai pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayahnya baik
secara regional maupun nasional. Namun sering didapati kurang terpeliharanya kondisi jalan
dan jembatan secara optimal yang sering menimbulkan permasalahan tidak optimalnya
transportasi barang dan jasa, yang pada akhirnya akan mengakibatkan biaya transportasi yang
tinggi bagi para pengguna jalan.
Berbagai potensi yang ada pada Kawasan Lingkar Malang menjadi pendorong bagi
pengembangan wilayah Kabupaten/Kota Malang. Secara eksternal, Kawasan Lingkar Malang
memiliki letak yang strategis yaitu berada pada wilayah pengembangan strategis. Kedua
Kawasan tersebut merupakan pusat pertumbuhan terpadu dan pusat pertumbuhan sedang
berkembang yang memiliki pengaruh kuat bagi pertumbuhan kawasan disekitarnya termasuk
Kawasan Lingkar Malang .
Pengembangan kawasan lingkar Malang tidak akan terwujud tanpa adanya kerjasama
sehingga prioritas utama dari kerjasama tersebut adalah mewujudkan trase lingkar Malang.
Untuk maksud tersebut, dengan bantuan jasa Konsultan, Kegiatan Pejabat Pembuat
Komitmen Perencanaan, Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V akan
melaksanakan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Malang. Studi kelayakan ini dirasa
sangat penting untuk menilai kebutuhan investasi dan tingkat kepentingan pengembangan jalan
diwilayah tersebut. Studi kelayakan ini akan memberikan pilihan-pilihan alternatif dan skenario
yang masing-masing mempunyai konsekuensi yang dapat diperhitungkan, sehingga dapat
disusun pemecahan masalah yang sesuai untuk sebuah kegiatan, termasuk proyek jalan dengan
berdasarkan kondisi dan permasalahan yang sudah teridentifikasi. Hasil dari studi ini berupa
rekomendasi yang bersifat spesifik dan merupakan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah,
perlu tidaknya proyek yang dikaji ini dilanjutkan pada tahap lebih lanjut, dan mengkaji sejauh
mana tingkat kelayakan proyek untuk dilaksanakan khususnya dari aspek ekonomi dan
finansial, aspek teknik dan aspek lingkungan.
2.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah mendapatkan rekomendasi tentang kelayakan proyek
untuk diteruskan ke tahap selanjutnya, beserta pilihan alternatif Studi Kelayakan
Pembangunan Jalan Lingkar Malang yang layak secara teknis, ekonomi, dan lingkungan serta
mudah dilaksanakan.
3. Ruang Lingkup
3.1 Lingkup Wilayah
Lokasi kegiatan adalah pilihan trase alternatif Studi Kelayakan Pembangunan Jalan
Lingkar Malang.
B. Simpang Karanglo
Simpang Karanglo, Lokasi ini dipilih karena lokasi ini terletak di wilayah dekat dengan kota
Malang dan merupakan jaringan jalan utama ke kota Surabaya. Sehingga sirkulasi kendaraan
yang ada wilayah ini sangat dimungkinkan merupakan sirkulasi kendaraan di dalam Kota
Malang.
Waktu pelaksanaan survei Traffic Counting ini selama satu jam. Kendaraan dihitung per
15 menit untuk satuan mobil penumpang per satu jam. Waktu dilakukannya survey Traffic
Counting ini adalah pukul 14.00 15.00 waktu setempat. Jumlah kendaraan dan jenis
kendaraan yang dihitung mencakup semua jenis kendaraan dan asal kendaraan jalur kendaraan
itu melintas.
Volume
No Arah
(SMP/Jam)
3 Surabaya - Malang 2158
4 Surabaya - Karangploso 1314
5 Malang - Surabaya 2935
6 Malang - Karangploso 580
Sumber : Hasil Analisa 2016
C. Perempatan LA Sucipto
Perempatan LA Sucipto, Lokasi ini dipilih karena lokasi ini terletak di wilayah kota Malang
dan merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antara Surabaya dan Bandara Abdul
Rahman Saleh. Sehingga sirkulasi kendaraan yang ada wilayah ini sangat dimungkinkan
merupakan sirkulasi kendaraan di dalam Kota Malang.
Waktu pelaksanaan survei Traffic Counting ini selama satu jam. Kendaraan dihitung per
15 menit untuk satuan mobil penumpang per satu jam. Waktu dilakukannya survey Traffic
Counting ini adalah pukul 14.00 15.00 waktu setempat. Jumlah kendaraan dan jenis
kendaraan yang dihitung mencakup semua jenis kendaraan dan asal kendaraan jalur kendaraan
itu melintas.
E. Simpang Kacuk
Simpang tiga Kacuk, Lokasi ini dipilih karena lokasi ini terletak di wilayah kota Malang dan
merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Malang dengan Kota
Malang. Sehingga sirkulasi kendaraan yang ada wilayah ini sangat dimungkinkan merupakan
sirkulasi kendaraan di dalam Kota Malang.
Waktu pelaksanaan survei Traffic Counting ini selama satu jam. Kendaraan dihitung per
15 menit untuk satuan mobil penumpang per satu jam. Waktu dilakukannya survey Traffic
Counting ini adalah pukul 10.00 11.00 waktu setempat. Jumlah kendaraan dan jenis
kendaraan yang dihitung mencakup semua jenis kendaraan dan asal kendaraan jalur kendaraan
itu melintas.
F. Perempatan Gadang
Perempatan Gadang, Lokasi ini dipilih karena lokasi ini terletak di wilayah kota Malang dan
merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Malang dengan Kota
Malang. Sehingga sirkulasi kendaraan yang ada wilayah ini sangat dimungkinkan merupakan
sirkulasi kendaraan di dalam Kota Malang.
Waktu pelaksanaan survei Traffic Counting ini selama satu jam. Kendaraan dihitung per
15 menit untuk satuan mobil penumpang per satu jam. Waktu dilakukannya survey Traffic
Counting ini adalah pukul 07.00 08.00 waktu setempat. Jumlah kendaraan dan jenis
kendaraan yang dihitung mencakup semua jenis kendaraan dan asal kendaraan jalur kendaraan
itu melintas.
G. Simpang Kepanjen
Simpang Kepanjen, Lokasi ini dipilih karena lokasi ini terletak di wilayah Kabupaten
Malang dan merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Malang dengan
Kota Malang dan Blitar. Sehingga sirkulasi kendaraan yang ada wilayah ini sangat
dimungkinkan merupakan sirkulasi kendaraan di dalam Kota Malang.
Waktu pelaksanaan survei Traffic Counting ini selama satu jam. Kendaraan dihitung per
15 menit untuk satuan mobil penumpang per satu jam. Waktu dilakukannya survey Traffic
Counting ini adalah pukul 11.00 12.00 waktu setempat. Jumlah kendaraan dan jenis
kendaraan yang dihitung mencakup semua jenis kendaraan dan asal kendaraan jalur kendaraan
itu melintas.
Dari tabel di atas didapatkan nilai DS (Derajat Kejenuhan) pada setiap arah yaitu dari
selatan sebesar 0,62 dari arah barat sebesar 0,72 dan dari arah utara sebesar 1,50 menurut
Kepmen Hub. No. 14 Tahun 2006 tentang manajemen dan rekayasa Lalu Lintas, maka nilai
untuk pelayanan simpang pada Simpang Karanglo adalah F.
Berdasarkan hasil survei perjalanan selama 3 kali di waktu yang berbeda, maka ditarik
kesimpulan bahwa lama waktu yang dilakukan untuk melakukan perjalanan sepanjang 42.7 km
sdurasi paling cepat 68 menit dan paling lama 90 menit. Kecepatan rata-rata kendaraan selama
berjalan adalah 40 km/jam. Dan penyebab kemacetan atau berhentinya kendaraan adalah
traffic light. Sehingga berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikatakan bahwa arus lalulintas di
kota Malang lancar.
4. Tundaan Antrian
Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang dialami oleh
kendaraan sewaktu melewati suatu persimpangan. Hambatan tersebut muncul jika kendaraan
berhenti karena terjadinya antrian di simpang sampai kendaraan itu keluar dari simpang karena
adanya pengaruh kapasitas simpang yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan mempengaruhi
nilai waktu tempuh kendaraan.Semakin tinggi nilai tundaan, semakin tinggi pula waktu tempuh.
Pada Tabel di didapatkan tundaan dan antrian pada simpang Karanglo sebagai berikut :
1. Dari arah Malang ke Surabaya terjadi tundaan kendaraan sebesar 2048516,45
smp/detik dengan panjang antrian sebesar 1604,53 meter.
1. Jenis tanah pada umumnya adalah tanah lanau mulai dari SPT- 01 sampai dengan
SPT-09, hal ini terlihat dari uji analisa ayakan tanah tersebut didominasi oleh tanah
lanau dengan prosentasi antara 41,60% s/d 61,46%, tetapi untuk tanah di SPT-10
2. Tanah lanau tersebut mempunyai kadar air (w) yang sedang pada SPT-01, SPT-02,
SPT-08 dan SPT-09, sedangkan tanah lanau pada SPT-03 s/d SPT-07 memiliki
kadar air (w) yang besar. Sedangkan untuk tanah lempung (SPT-10) memiliki kadar
3. Secara keseluruhan tanah lanau (SPT01 s/d SPT-09) mempunyai berat jenis yang
besar dengan rata-rata Spesific Gravity (Gs) 2,611. Sedangkan untuk tanah lempung
4. Secara umum tanah lanau (SPT-01 s/d SPT-03 dan SPT-05 s/d SPT-09) merupakan
tanah lanau non plastis karena Indeks Plastisitas (IP) < 35%, khusus tanah lanau di
SPT-04 merupakan tanah lanau plastis dengan Indeks Plastisitas sebesar 37,47%,
tanah lanau SPT-04 mempunyai potensi kembang susut yang cukup besar.
Demikian pula untuk tanah lempung (SPT-10) memiliki Indeks Plastisitas > 35%,
yaitu sebesar 46,66%, tanah lempung (SPT-10) memiliki potensi kembang susut
yang besar.
Wopt < 40%. Untuk tanah lempung (SPT-10) merupakan tanah lempung kategori
buruk karena nilai Wopt< 40%.
3. Hasil uji California Bearing Ratio (CBR) yang digunakan adalah 95% max dry
density untu tanah lanau SPT-01, SPT-02, SPT-08 dan SPT-09 merupakan tanah
lanau dengan kategori CBR besar karena nilai CBR > 5%, sedangkan tanah lanau
SPT-03, SPT-04, SPT-05, SPT-06 dan SPT-07 merupakan tanah lanau dengan
CBR kecil karena nilai CBR < 5%. Untuk tanah lempung (SPT-10) merupakan
tanah lempung dengan CBR kecil karena nilai CBR < 5%.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan Jalan Lingkar Malang, observasi awal di lapangan, dan
pertimbangan berbagai hal, maka dihasilkan 5 (Lima) alternatif rute Jalan Lingkar Malang
antara lain sebagai berikut:
Sumber :
1 Pd.T-19-2005-B Tentang Pedoman Studi Kelayakan Jalan dan Jembatan
2 Permen PU 19/PRT/M/11 Tentang Persyaratan Teknis dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
3 SK Mentan 837/Kpts/Um/1980 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
Dari matrik diatas dapat diketahui bahwa alternatif 4 memiliki skor / nilai paling tinggi
yaitu 820 jika dilihat dari ke 5 aspek tersebut dan paling rendah adalah alternatif 3 dengan skor
/ nilai 565.
1 Jalan Masuk Desa Bedali, Desa Bedali, Kecamatan Desa Bedali, Kecamatan Desa lawang, Kecamatan Desa Bedali, Kecamatan
Kecamatan Lawang Lawang Lawang Lawang Lawang
2 Jalan Keluar Desa Kebonagung, Desa Kebonagung, Pertigaan Jalibar Desa Pertigaan Kedungpendaringan Pertigaan Kedungpendaringan
Kecamatan Pakisaji Kecamatan Pakisaji Talangagung (Kepanjen) Kepanjen Kepanjen
3 Panjang Rute (km) 35.5 35.3 39.4 43.22 44.28
4 Desa yang dilalui Desa Bedali (Kec. Desa Bedali (Kec. Desa Bedali (Kec. Desa Lawang (Kec. Lawang), Desa Bedali (Kec. Lawang),
Lawang), Desa Lawang), Desa Lawang), Desa Dengkol Desa Dengkol (Kec. Desa Dengkol (Kec.
Dengkol (Kec. Dengkol (Kec. (Kec. Singosari), Desa Singosari), Desa Pakisjajar Singosari), Desa Pakisjajar
Singosari), Desa Singosari), Desa Pakisjajar (Kec. Pakis), (Kec. Pakis), Desa (Kec. Pakis), Desa
Pakisjajar (Kec. Pakisjajar (Kec. Pakis), Desa Cemorokandang Cemorokandang (Kec. Cemorokandang (Kec.
Pakis), Desa Desa Cemorokandang (Kec. Kedungkandang), Kedungkandang), Desa Kedungkandang), Desa
Cemorokandang (Kec. (Kec. Desa Wandapuro (Kec. Wandapuro (Kec. Wandapuro (Kec.
Kedungkandang), Kedungkandang), Bululawang), Desa Bululawang), Desa Segaran Bululawang), Desa Segaran
Batas Kota / Batas Kota / Kabupaten Segaran (Kec. Pakisaji), (Kec. Pakisaji), Desa (Kec. Pakisaji), Desa
Kabupaten Malang Malang (Kec. Gadang), Desa Kebonagung (Kec. Kebonagung (Kec. Pakisaji), Kebonagung (Kec. Pakisaji),
(Kec. Gadang), Desa Desa Segaran (Kec. Pakisaji), JaliBar (Kec. JaliBar - Desa Jatirejoso - JaliBar - Desa Jatirejoso - Desa
Segaran (Kec. Pakisaji), Desa Kepanjen). Desa Sukoharjo -, Desa Sukoharjo -, Desa Penarukan -
Pakisaji), Desa Kebonagung (Kec. Penarukan - Desa Desa Kedungpendaringan
Kebonagung (Kec. Pakisaji). Kedungpendaringan (Kec. (Kec. Kepanjen)
Pakisaji) Kepanjen)
resistensi masyarakat resistensi masyarakat antisipasi jalan baru (dari resistensi masyarakat
relative lebih tinggi. relative lebih tinggi. Rel KA) dengan Fly relative lebih tinggi.
Pintu keluar terlalu Pintu keluar terlalu Over
dekat dengan dekat dengan dengan
dengan rel KA, rel KA, keselamatan
keselamatan rendah rendah.
Berdasarkan data dan hasil kompilasinya yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
terpilih rute terbaik yaitu alternatif rute 4 Lawang (Batas Kabupaten Malang) Kepanjen
(Kedungpendaringan) maka sejumlah analisa yang akan digunakan dalam penyusunan Studi
Kelayakan Pengembangan Jalan Lingkar Malang ini, antara lain pemodelan transportasi,
perancangan dasar, analisis biaya (cost), analisis keuntungan (benefit), serta analisis kelayakan
ekonomi. Asumsi-asumsi penetapan nilai bunga investasi awal pada analisa kelayakan ekonomi
Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Malang ini adalah 12% dan pajak sebesar 25%.
1. Pemodelan Transportasi
Pembebanan lalulintas (trip assignment) adalah suatu proses dimana permintaan
perjalanan yang didapat dari tahap distribusi yang kemudian dibebankan ke jaringan jalan yang
bertujuan untuk mendapatkan arus di ruas jalan dan/atau total perjalanan di dalam jaringan
yang ditinjau.
Data kondisi dan pemodelan rute jalan Lingkar Alternatif 4: (Lawang - Kedungpendaringan (Kepanjen))
Klasifikasi jalan: Jalan arteri primer
Tipe ruas jalan: 4 lajur 2 arah dg median. = 4/2 D
Panjang jalan jalan lingkar (km) = 43.2 km
Kecepatan rencana Vr = 80 km/jam, kecepatan operasional V (km/jam) = = 70 smp/hari
Kecepatan minimum, V min (km/jam) = 30 km/jam
Waktu perjalanan tercepat, t min = to (menit) = 37 km/jam
Waktu perjalanan terlama, t maks (menit) = 86 menit
Model umum: T = to + c.Q to = 37 menit
Hasil Pemodelan Transportasi pada jalan lingkar: Tjl = 37 + 0,002651.Q T maks = 86
dengan T = waktu perjalanan (menit), Q = LHR (smp/hari) c= 0.002651
Rute Jalan
Eksisiting Tje = 65 + 0.001342394 Q
Rute Jalan Lingkar Tjl = 37 + 0.002651 Q
Pembebanan jaringan jalan dengan tahapan 20 fraksi
Jumlah LHR
sebesar 18623.45 smp/hari
Dari hasil pemodelan dan pembebanan diatas dapat disimpulkan bahwa, pada alternatif
4 (empat) pembebanan lalu lintas pada rute jalan eksisting sebesar 30% sedangkan
pembebanan rute pada jalan lingkar sebesar 70%.
Biaya Biaya
Biaya Biaya Pemeliharaan Total Biaya
Tahun Pembebasan Pemeliharaan Kumulatif
Pembangunan Berkala (Rp Milyar)
Lahan Rutin
Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan biaya yang telah dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa total biaya yang dibutuhkan hingga akhir masa proyek rencana pembangunan
Jalan Lingkar Malang untuk alternatif IV untuk biaya pembebasan lahan sebesar Rp 937 milyar,
biaya pembangunan sebesar Rp 3.338 milyar, biaya pemeliharaan rutin sebesar Rp 10.52 milyar,
dan biaya pemeliharaan berkala Rp 576,94 dengan total biaya sebesar Rp 1.339,86 milyar.
Variabel Penghematan
Total (Rp Kumulatif
No Tahun Tundaan (Rp Kecelakaan (Rp
BOK (Rp Milyar) Milyar) (Rp Milyar)
Milyar/menit/smp) Milyar/Kejadian)
= 26.133,04
2.938,76
= 8.89
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai benefit cost ratio rencana Jalan
Lingkar Malang untuk alternatif IV adalah sebesar 8.89 yang artinya bahwa pengembangan
rencana Jalan Lingkar Malang adalah layak, karena nilainya lebih dari 1.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka nilai NPV untuk
rencana Jalan Lingkar Malang pada alternatif IV adalah sebesar Rp 23.830,60 Milyar.
B. Analisis Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) merupakan titik dimana modal investasi telah kembali sebelum
mencapai keuntungan investasi. Analisis BEP ini diperoleh dengan cara mengurangi
keuntungan yang didapat dengan biaya yang dibutuhkan selama pelaksanaan proyek, sehingga
nantinya dapat diketahui pada periode proyek tahun ke berapa keuntungan mulai didapatkan.
Untuk lebih jelas mengenai analisis arus kas dan kelayakan ekonomi pengembangan rencana
Jalan Lingkar Malang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.5 Analisis Arus Kas (Cash Flow) dan Kelayakan Ekonomi Pembangunan
Jalan Lingkar Malang untuk Alternatif IV
PV dari Kumulatif PV Initial Jumlah
Tahun Proceeds DF (9%) Sisa
Proceeds dari Proceeds Investment Tahun
2017 82.09 0.917 75.31 75.31 5,534.41 5,459 1
2018 -183.02 0.842 -154.04 -78.73 5,534.41 5,613 2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa BEP untuk rencana Jalan Lingkar
Malang berdasarkan hasil analisis dari alternatif IV telah dicapai pada periode proyek tahun ke-
8, yaitu pada tahun 2024.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka untuk rencana Jalan Lingkar
Malang diperoleh nilai EIRR untuk alternatif IV adalah sebesar 32.10 % .
Dari hasil uji sensitifitas NPV dengan variabel suku bunga mulai dari 10%, 12%, sampai
dengan 14% maka diperoleh persamaan regresi linier y=-3159.6x+54004 dengan nilai R
sebesar 0,17. Dengan demikian maka model alternatif IV tersebut sudah cukup akurat karena
R lebih besar dari 0,6.
Dari hasil uji sensitifitas B/C - R dengan variabel suku bunga mulai dari 10%, 12%,
sampai dengan 14% maka diperoleh persamaan regresi linier y=-1.125x + 22.61 dengan nilai
R sebesar 0.993. Dengan demikian maka model alternatif IV tersebut sudah cukup akurat
karena R lebih besar dari 0,6.
Dari hasil uji sensitifitas B/C - R dengan variabel suku bunga mulai dari 10%, 12%,
sampai dengan 14% maka diperoleh persamaan regresi linier y= 0.0031x + 0.284 dengan
nilai R sebesar 0.9932. Dengan demikian maka model alternatif IV tersebut sudah cukup
akurat karena R lebih besar dari 0,6.
Sektor prasarana jalan merupakan salah satu urat nadi dalam pertumbuhan
ekonomi wilayah, sehingga ketepatan penyediaannya melalui besarnya investasi adalah
suatu hal yang sangat penting. Berkaitan dengan perkembangan ekonomi, investasi jalandan
jembatan memiliki pengaruh yang luas baik bagi pengguna jalan dan/atau jembatanmaupun
bagi wilayah secara keseluruhan. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang tepat
dalampenyelenggaraan jalan sehingga dapat mendukung pengembanganan wilayah
danpertumbuhan ekonominya.
Terkait tujuan untuk Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Malang ini,
diperlukan arahan ataupun rencana jalan yang mampu mengakomodasi kebutuhan jalan dan
perkembangan Batas Kabupaten Malang (Lawang) hingga Kedungpendaringan
(Kepanjen)beserta permasalahan yang ada di wilayah perkotaan terutama di bidang jalan.
Penyusunan kajian yang dilakukan terhadap rencana rute jalan lingkar ini adalah rute
baru yang direncanakan membentang dari Kecamatan Lawang hingga Kedungpendaringan
(Kepanjen). Rencana rute ini telah memalui proses evaluasi lalu lintas dan analisa topografi.
Selanjutnya hasil kajian ini perlu dilakukan penyusunan pra desain teknis guna memberikan
gambaran rencana atau perkiraan jalan yang nantinya akan dibangun, bagaimana jalan
tersebut akan dilihat sebagai solusi pemecah terhadap permasalahan transportasi di wilayah
Malang.
Rencana Jalan Lingkar Malang diasumsikan merupakan jalan arteri yang berfungsi
sebagai jalan pengganti jalan Nasional yang ada saat ini. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Ktriteria
Perencanaan Teknis Jalan, standar panjang jalan arteri pada jalan raya adalah 18 meter perjalur.
Berdasarkan aturan tersebut, maka rencana jalan lingkar Malang adalah selebar 40 m dengan
pembagian 4 lajur 2 jalur dan dengan frontage di masing-masing jalur. Lebar jalan ini berlaku
di sepanjang rencana jaringan jalan lingkar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada cross section
berikut.
ilmu pengetahuan
dengan rencana tata ruang yang berlaku dan dapat menjadi bahan referensi dalam peninjauan
RTRW nantinya.
Rencana pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan ini meliputi
pengembangan tanaman pangan dan pengembangan hortikultura. Tidak dijelaskan secara
spesifik di dalam RTRW, namun bila dilihat dari jumlahnya yang 99% lahan pertanian yang ada
di wiayah Malang raya adalah lahan LP2B, maka diasumsikan bahwa lahan pertanian yang
tersebar merupakan lahan LP2B. Pengembangan tanaman pangan di Malang raya meliputi
pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi
jalar.
Berdasarkan peta persebaran kawasan LP2B di Malang raya, Kecamatan Pakis dan
Kecamatan Pakisaji merupakan kecamatan yang memiliki lahan LP2B paling dominan. Hal
tersebut menjadi pertimbangan mengingat bahwa rencana jalan lingkar pasti akan melintasi
wilayah Kecamatan Pakis dan Kecamatan Pakisaji. Sehingga perlu diperhatikan peraturan-
peraturan tentang perubahan atau alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
Pengembangan Kawasan
Agroindustri Jabung
3. Keselamatan Jalan
Keselamatan jalan adalah pemenuhan fisik elemen jalan terhadap persyaratan teknis
jalan dan kondisi lingkungan jalan yang menghindarkan atau tidak menjadi sebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Persyaratan teknis jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh
suatu ruas jalan agar dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan
dalam melayani lalu lintas dan angkutan jalan.
Rencana jaringan jalan diharapkan meningkatkan keselamatan lalulintas dan meliputi
beberapa aspek:
1) Interaksi lalulintas kendaraan dengan lingkungan sepanjang jalan terkendali;
2) Pemisahan kendaraan lambat dari kendaraan cepat;
3) Menciptakan arus lalulintas dengan kecepatan yang seragam, sehingga konflik internal
menjadi minimal;
4) Pengendalian konflik antara pejalan kaki dengan lalulintas kendaraan;
5) Pengendalian persimpangan jalan yang sesuai dengan hirarki dari jalan yang berpotongan;
6) Ketersediaan rambu dan marka yang lengkap untuk memandu para pengguna jalan.
Malang Raya tidak melalui jalur kereta api karena pada rute alternatif ini menghindari
persimpangan dengan Rel KA di Lawang dan Kepanjen. Terjadi kesulitan dalam proses
penentuan rute alternatif jalan lingkar karena lokasi manapun yang dipilih untuk terhubung
dengan jalan nasional nantinya, pasti akan berpotongan dengan jalur kereta api. Dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No Km 53 tahun 2000 pembangunan rencana jalan yang
berpotongan dengan jalur kereta api harus mendapat ijin dari Direktoral Jenderal dengan
mengajukan permohonan disertai dengan beberapa kelengkapan berkaitan dengan rencana
pengembangan perlintasan tidak sebidang pada lokasi perlintasan tersebut seperti gambar
lokasi dan teknis perlintasan, jenis perlintasan atau perpotongan, sistem pengaman yang
digunakan pada perlintasan tidak sebidang tersebut.
Sumber: Pedoman Perencanaan Perlintasan Jalan dengan Jalur Kereta Api No: 008/PW/2004
Gambar 9.4 Maksimum Gradien di Perlintasan Sebidang