Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN I

HAKIKAT SAINS

Mengetahui cara pandang tentang sains merupakan faktor penting yang


menentukan arah pembelajaran sains. Pernyataan ini bukan khayalan, tetapi hasil
penelitian, yakni bahwa persepsi guru tentang sains akan mempengaruhi proses
pembelajarannya.

Berbeda alat pandang akan memberikan hasil pandang yang berbeda. Orang
awam akan memandang sains sebagai susunan informasi-informasi ilmiah an sich.
Ilmuwan akan memandang atau mendefinisikan sains sebagai metode yang dengannya
hipotesis diuji. Filsuf akan memandang sains sebagai cara yang berisi tanya-jawab,
rangkaian tanya-jawab akan kebenaran dari apa yang telah diketahui manusia.

James B. Conant, mendeskripsikan sains sebagai rangkaian konsep dan pola


konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-
hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi
eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan
tersebut untuk terus berkembang.

Pengertian IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk
memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato
(1996) dalam bukunya yang berjudul Teaching Children Science mendefinisikan
tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang
sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.
The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan sains sebagai suatu
pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-
bukti yang dapat diamati.

Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, sains seharusnya


dipandang sebagai cara berpikir (a way of thinking) untuk memeroleh pemahaman
tentang alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki (a way of investigating)
bagaimana fenomena-fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh
pengetahuan (a body of knowledge) yang dihasilkan dari keingintahuan (inquiry) orang.
Menggunakan pemahaman akan aspek-aspek yang fundamental ini, seorang guru sains
(IPA) dapat terbantu ketika mereka menyampaikan pada para siswa gambaran yang
lebih lengkap dan menyeluruh tentang semesta sains.

Sains sebagai cara untuk berpikir (Way of Thinking)

Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir
yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya. Pekerjaan para
ilmuwan yang berkaitan dengan akal, menggambarkan keingintahuan manusia dan
keinginan mereka untuk memahami gejala alam. Masing-masing ilmuwan memiliki
sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang mereka temui di alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa
keingintahuan yang sangat besar, imajinasi, dan pemikiran dalam penyelidikan mereka
untuk memahami dan menjelaskan fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka
termanifestasi dalam aktivitas kreatif dimana gagasan-gagasan dan penjelasan-
penjelasan tentang fenomena alam dikonstruksi di dalam pikiran.

Sains sebagai cara untuk menyelidiki (Way Of Investigating)

Siapa saja yang berkeinginan memahami alam dan menyelidiki hukum-


hukumnya harus mempelajari gejala alam/peristiwa alam dan segala hal yang terlibat di
dalamnya. Petunjuk-petunjuk yang ada pada gejala alam pada kenyataannya telah
tertanam di alam itu sendiri.

Sains terbentuk dari proses penyelidikan yang terus menerus. Hal yang
menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. Jika
ketajaman perhatian kita pada fenomena alam ditandai dengan adanya penggunaan
proses ilmiah seperti pengamatan, pengukuran, eksperimen, dan prosedur-prosedur
ilmiah lainnya, maka itulah pengetahuan ilmiah.

Sains Sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of Knowledge)

Sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terbentuk dari fakta-fakta,


konsep-konsep, prinsip-prinsip, hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model
membentuk kandungan (content) sains. Pembentukan ini merupakan proses akumulasi
yang terjadi sejak zaman dahulu hingga penemuan pengetahuan yang sangat baru.
Fakta

Fakta merupakan produk paling dasar dari sains (IPA). Fakta-fakta merupakan
dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta menunjukkan
kebenaran dan keadaan sesuatu. Karena fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka
fakta-fakta merepresentasikan apa yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria
berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta, (a) dapat diamatai secara
langsung, (b) dapat didemonstrasikan kapan saja. Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka
bagi siapapun yang ingin mengamatinya. Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di
atas tidak selalu berlaku karena ada informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam
jangka waktu yang sangat lama, seperti erupsi gunung berapi.

Konsep

Fakta-fakta hanyalah merupakan bahan kasar dan harus diolah lagi sehingga
membentuk gagasan yang berarti dan hubungan-hubungan antarfakta. Aktivitas berpikir
dan menalar diperlukan untuk mengidentifikasi pola dan membuat kaitan antardata,
sehingga membentuk pertalian yang disebut dengan konsep.

Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang


memiliki sifat tertentu atau lambang. Ikan, misalnya, memiliki karakteristik tertentu
yang membedakannya dengan reptil dan mamalia. Dikemukakan oleh Collette &
Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin (1956), sebuah konsep setidaknya
memiliki 5 unsur, (1) nama, (2) definisi, (3) lambang, (4) nilai, dan (5) contoh.

Misalnya konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,


definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan awal
menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak terpendek
antara dua kedudukan. Lambang perpindahan adalah C, mempunyai nilai, misalnya 7
meter dan mempunyai contoh sebagaimana gambar .

A
C
Kata konsep dan generalisasi sering dipergunakan secara bergantian. Konsep
kadangkala diartikan sebagai bayangan mental atau sudut pandang secara individual.
Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai konsep jarak bumi ke bulan, maka
konsep ini khas untuk dirinya sendiri. Sementara generalisasi adalah pernyataan yang
didasarkan atas akumulasi pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam komunitas
ilmiah.

Contoh lain dari konsep dalam sains antara lain:

Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu


tubuhnya dengan suhu lingkungannya..
Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi
planet.
Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen
dan 1 atom oksigen.
Prinsip-prinsip dan hukum-hukum

Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil generalisasi dari konsep-


konsep. Prinsip dan hukum seringkali digunakan secara bergantian sebagai sinonim.
Prinsip atau hukum terdiri dari fakta-fakta dan konsep-konsep. Prinsip-prinsip dan
konsep-konsep lebih umum daripada fakta-fakta, tetapi juga sering dikaitkan dengan
gejala yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu. Prinsip-prinsip yang
mengatur pertumbuhan dan reproduksi menyediakan informasi yang dapat dipercaya
berkenaan dengan perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan.

Contoh produk IPA yang merupakan prinsip ialah :


Logam bila dipanaskan memuai
Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses
fotosintesis
Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang
bersifat basa akan membentuk garam dan bersifat netral.
Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin
berhembus
Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan
dari :
Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami
pengujian
Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar
variabel
Hukum-hukum tentang gas, hukum-hukum tentang gerak, dan hukum
tentang listrik sebagai contoh, menentukan hal-hal yang dapat diamati di bawah
kondisi-kondisi tertentu.
Contoh:
Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan
tegangan listrik, yaitu besarnya hambatan sebanding dengan besarnya tegangan
listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya. Hukum tersebut secara
matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
V
R= dimana R = tahanan
I
V = tegangan
I = kuat arus
Teori-teori

Ilmuwan menggunakan teori untuk menjelaskan pola-pola. Teori merupakan


usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan
kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan
langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori atom, yang menyatakan
bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang disebut
dengan atom. Gambaran visual ini akan lebih sukar diterima ketika kita meninjau salah
satu aspek teori yang menyatakan bahwa sebuah atom sebenarnya 99,99 % kosong.

Teori memiliki tujuan yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan


hukum-hukum, tetapi ilmuwan menggunakan jenis pengetahuan ini untuk menyajikan
penjelasan-penjelasan dari fenomena-fenomena yang terjadi. Teori-teori mempunyai
hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi fakta atau hukum, tetapi teori tetap berlaku
sementara sampai disangkal atau direvisi.
Model

Model ilmiah adalah representasi dari sesuatu yang tidak dapat kita lihat. Model
ini menjadi gambaran mental yang digunakan untuk menunjukkan gajala dan gagasan-
gagasan yang abstrak. Model-model tersebut harus menyertakan hal-hal yang
menonojol dan penting dari gagasan atau teori yang mana ilmuwan mencoba untuk
memahamkannya atau menjelaskan gagasan atau teori tersebut. Model atom Bohr,
model tata surya, dan model DNA double helix merupakan representasi konkret dari
gejala-gejala/fenomena-fenomena yang tidak dapat kita amati secara langsung. Buku
teks merupakan referensi utama ketika kita ingin menemukan model-model untuk
membantu kita dalam belajar. Sayangnya, orang kemudian percaya begitu saja pada
model yang dia lihat, tidak tahu bahwa model hanyalah merupakan alat bantu
mengkonseptualisasi fitur yang menonjol dari prinsip-prinsip dan teori-teori, dan
gambaran mental tidaklah sesuai dengan kenyataannya sebagian atau keseluruhan.
Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
1. Karakteristik Anak usia SD
Pembelajaran IPA di SD akan berhasil dengan baik apabila guru memahami
perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD berkisar antara 7 tahun sampai
dengan 11 tahun. Menurut Piaget perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam
katagori operasional konkrit. Pada usia operasional konkrit dicirikan dengan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat
diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak
operasional konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong
pengembangan intelektualnya. Anak SD sudah mampu memahami tertang
penggabungan (penambahan atau pengurangan), mampu mengurutkan, misalnya
mengurutkan dari yang kecil sampai yang besar, yang pendek sampai yang panjang,
Anak SD juga sudah mampu menggolongkan atau mengklasifikasikan berdasarkan
bentuk luarnya saja, misalkan menggolongkan berdasarkan warna, bentuk persegi atau
bulat, dan sebagainya. Pada akhir operasional konkret mereka dapat meahami tentang
pembagian, mampu menganalisis dan melakukan sintesis sederhana.

2. Prinsip Pembelajaran IPA Di SD


a. Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang
timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan
mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
b. Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh
karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar
tidak berawal dari suatu kekosongan.
c. Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar
sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila
diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa
senang atau tidak bosan.
d. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang
diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan.
Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk
melakukan kegiatan atau Learning by doing
e. Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat
mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat
kegiatan bermain yang kreatif.
f. Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu
kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan
kerja sama dengan orang lain.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam rangka
menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka
akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip
tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
Menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa
jenuh.
Menggunakan sumber belajar yang bervariasi, disamping buku acuan.
Sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dll,
sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan sehari-hari.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar
akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan lingkungan
sekitar siswa.
Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran. Proses ini dapat
memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran atau dapat menolong
proses berpikir siswa dalam membangun pengetahuannya.
Menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya
siswa dan benda-benda lain, peraga yang mendukung proses pembelajaran.

Beberapa Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.


Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar antara
lain meliputi : Pendekatan Proses, Pendekatan Konsep, Pendekatan Discovery
(penemuan terbimbing), Pendekatan Inkuiri, Pendekatan Histori, Pendekatan Nilai,
Pendekatan Lingkungan dan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat.
a. Pendekatan Proses : merupakan pendekatan yang menekankanatau melatih
bagaimana cara memperoleh produk IPA, sehingga operasional pembelajarannya
selalu ada aktivitas atau bernuansa proses IPA.
b. Pendekatan Konsep : merupakan pendekatan yang menekankan pengenalan
konsep-konsep IPA. Pengenalan konsep sangat perlu karena dibutuhkan dalam
mengkomunikasikan pengetahuan.
c. Pendekatan Discovery atau Penemuan Terbimbing: merupakan pendekatan
dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian
aktivitas yang dilakukan, sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri
pengetahuan tersebut. Pada pendekatan penemuan terbimbing permasalahan
dilontarkan oleh guru, cara pemecahan masalah juga ditentukan oleh guru,
sedangkan penentuan kesimpulan dilakukan oleh siswa.
d. Pendekatan Inkuiri : merupakan pendekatan penemuan yang menuntut
kemampuan lebih komplek dibanding pendekatan diskovery. Pada pendekatan
inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep,
sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya
sendiri. Pada pendekatan inkuiri, permasalahan dilontarkan oleh guru, cara
pemecahan masalah ditentukan oleh siswa, penentuan kesimpulan juga dilakukan
oleh siswa.
e. Pendekatan Histori : merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada sejarah ditemukannya suatu pengetahuan.
f. Pendekatan Nilai : merupakan pendekatan pembelajaran yang mengandung
pesan norma atau etika hidup diantara makhluk yang lain.
g. Pendekatan Lingkungan : merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa
diajak secara langsung berhadapan dengan lingkungan di mana fakta atau gejala
alam tersebut berada. Pemanfaatan lingkungan sangat penting dalam pembelajaran
IPA , karena lingkungan dapat dipandang sebagai sasaran belajar atau merupakan
obyek yang dipelajari anak. Lingkungan sebagai sumber belajar, ada bermacam-
macam sumber belajar misalnya buku, laboratorium, tenaga ahli, atau kebun
disekitar sekolah. Lingkungan sebagai sarana belajar IPA, lingkungan yang alami
menyediakan bahan-bahan yang tidak perlu membeli, misalnya udara, air, cahaya
matahari, tumbuhan rumput, sungai dan sebagainya.
h. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat : merupakan pendekatan pembelajaran
yang pada dasarnya membahas penerapan IPA dan teknologi dalam konteks
kehidupan manusia sehari-hari.

Buku rujukan

1. Collette, Alfred T. & Chiappetta Eugene L. 1994. Science Instruction in the Middle
and Secondary Schools, third edition. Macmillan Publishing company: New York.

2. Jacobson, Willard. J. & Bergman, Abby Barry. 1991. Science for Children: A Book
for Teacher-3rd ed. Boston: Allyn and Bacon.

3. Kuslan, Louis I. & Stone A. Harris. 1968. Teaching Children Science: an Inquiry
Approach. Wadsworth Publishing Company, Inc: California

4. R. Rohadi. 1997. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sainsmakalah.


Dalam buku kumpulan tulisan, Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit
Kanisius: Yogyakarta.

5. Subiyanto, M. Sc, Dr. 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud:


Jakarta.

6. Trowbridge W, Leslie & Bybee W. Rodger. ___. Becoming a secondary School


Science Teacher, fourth edition. Merril Publishing Company: Columbus.

Anda mungkin juga menyukai