Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat
Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat
Aspek Medikolegal
Pelayanan Gawat Darurat
Herkutanto
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
darurat menempati urutan kedua setelah dokter ahli onkologi 2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter
dalam menghadapi kematian.3 Situasi emosional dari pihak wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikema-
pasien karena tertimpa risiko dan pekerjaan tenaga kesehatan nusiaan.10 Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992
yang di bawah tekanan mudah menyulut konflik antara pihak tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat
pasien dengan pihak pemberi pelayanan kesehatan. darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan
pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak setiap orang
Hubungan Dokter - Pasien dalam Keadaan Gawat Darurat untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal 4).
Hubungan dokter-pasien dalam keadaan gawat darurat Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa Pemerintah bertugas
sering merupakan hubungan yang spesifik. Dalam keadaan menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
biasa (bukan keadan gawat darurat) maka hubungan dokter terjangkau oleh masyarakat termasuk fakir miskin, orang
pasien didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak, terlantar dan kurang mampu.6 Tentunya upaya ini menyang-
yaitu pasien dengan bebas dapat menentukan dokter yang kut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan
akan dimintai bantuannya (didapati azas voluntarisme). oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta).
Demikian pula dalam kunjungan berikutnya, kewajiban yang Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk
timbul pada dokter berdasarkan pada hubungan yang telah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari
terjadi sebelumnya (pre-existing relationship). Dalam sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam
keadaan darurat hal di atas dapat tidak ada dan azas volun- pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta
tarisme dari keduabelah pihak juga tidak terpenuhi. Untuk uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.9
itu perlu diperhatikan azas yang khusus berlaku dalam Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal
pelayanan gawat darurat yang tidak didasari atas azas pelayanan fase pra-rumah sakit dan fase rumah sakit.
voluntarisme. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit
Apabila seseorang bersedia menolong orang lain dalam telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/
keadaan darurat, maka ia harus melakukannya hingga tuntas 1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah
dalam arti ada pihak lain yang melanjutkan pertolongan itu disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan
atau korban tidak memerlukan pertolongan lagi. Dalam hal pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari.9
pertolongan tidak dilakukan dengan tuntas maka pihak Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang
penolong dapat digugat karena dianggap mencampuri/ spesifik. Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai
menghalangi kesempatan korban untuk memperoleh landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang
pertolongan lain (loss of chance).5 Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang
spesifik untuk pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit.
Pengaturan Staf dalam Instalasi Gawat Darurat Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan
pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sektor
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah memadai
kesehatan.
adalah syarat yang harus dipenuhi oleh IGD. Selain dokter
jaga yang siap di IGD, rumah sakit juga harus menyiapkan
Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan
spesialis lain (bedah, penyakit dalam, anak, dll) untuk
Gawat Darurat
memberikan dukungan tindakan medis spesialistis bagi
pasien yang memerlukannya. Dokter spesialis yang bertugas Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga
harus siap dan bersedia menerima rujukan dari IGD. Jika kesehatan yang berkaitan dengan lingkup kewenangan dalam
dokter spesialis gagal memenuhi kewajibannya maka penanganan keadaan gawat darurat. Pengertian tenaga
tanggungjawab terletak pada dokter itu dan juga rumah sakit kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992
karena tidak mampu mendisiplinkan dokternya. tentang Kesehatan sebagai berikut:6 tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
Pelayanan Gawat Darurat melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kesehatan. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa
pelayanan gawat darurat adalah UU No 23/1992 tentang
profesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dan
Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan
tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan Menteri
mengandung risiko yang tidak kecil.
Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU
No.23/1992 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32
Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 51 UU No.29/ keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan tinues until a determination has been made by a health
untuk itu. 6 Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk care professional that the patients life or well-being is not
melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak threatened.
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam
pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat keadaan gawat darurat walaupun sebenarnya tidak demikian.
merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan pasien Sehubungan dengan hal itu perlu dibedakan antara false
dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang me- emergency dengan true emergency yang pengertiannya
ngandung risiko. adalah: 3
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam A true emergency is any condition clinically deter-
melakukan tindakan medik diatur dalam pasal 50 UU No.23/ mined to require immediate medical care. Such conditions
1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa tenaga range from those requiring extensive immediate care and
kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan admission to the hospital to those that are diagnostic prob-
kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau lems and may or may not require admission after work-up
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. 6 and observation.
Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah
pada fase di rumah sakit, di mana pada dasarnya setiap dokter kesehatan yang dihadapi pasien diselenggarakanlah triage.4
memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan Tenaga yang menangani hal tersebut yang paling ideal adalah
medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat
darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh dikerjakan oleh perawat melalui standing order yang disusun
tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus mene- rumah sakit.
rapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) Selain itu perlu pula dibedakan antara penanganan kasus
saat itu.6,10 gawat darurat fase pra-rumah sakit dengan fase di rumah
Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya sakit.4 Pihak yang terkait pada kedua fase tersebut dapat
tindakan pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat berbeda, di mana pada fase pra-rumah sakit selain tenaga
awam baik yang tidak terlatih maupu yang terlatih di bidang kesehatan akan terlibat pula orang awam, sedangkan pada
medis. Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untuk fase rumah sakit umumnya yang terlibat adalah tenaga
melakukan tindakan medis dalam undang-undang kesehatan kesehatan, khususnya tenaga medis dan perawat. Kewe-
seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat nangan dan tanggungjawab tenaga kesehatan dan orang
melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang awam tersebut telah dibicarakan di atas. Kecepatan dan
baik. Selain itu mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga ketepatan tindakan pada fase pra-rumah sakit sangat
kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang menentukan survivabilitas pasien.
kesehatan.
Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat
tenaga terampil yang telah mendapat pendidikan khusus di Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan
bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang dalam peraturan perundang-undangan pada hampir seluruh
tugasnya di bidang ini (misalnya petugas 118), maka negara bagian. Doktrin tersebut terutama diberlakukan dalam
tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan tenaga fase pra-rumah sakit untuk melindungi pihak yang secara
kesehatan di rumah sakit. Penentuan ada tidaknya kelalaian sukarela beritikad baik menolong seseorang dalam keadaan
dilakukan dengan membandingkan keterampilan gawat darurat.3,5 Dengan demikian seorang pasien dilarang
tindakannya dengan tenaga yang serupa.2 menggugat dokter atau tenaga kesehatan lain untuk
kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama doktrin Good
Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Samaritan yang harus dipenuhi adalah: 3,5
Darurat 1. Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat dengan tidak ada harapan atau keinginan pihak penolong
darurat dapat meliputi hubungan hukum dalam pelayanan untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun. Bila
gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat pihak penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya,
Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung maka doktrin tersebut tidak berlaku.
menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan maka 2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat
perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut The dinilai dari tindakan yang dilakukan penolong. Hal yang
American Hospital Association (AHA) pengertian gawat bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan
darurat adalah:3 An emergency is any condition that in the trakeostomi yang tidak perlu untuk menambah kete-
opinion of the patient, his family, or whoever assumes the rampilan penolong.
responsibility of bringing the patient to the hospital-re- Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak
quires immediate medical attention. This condition con- pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga terdapat