Anda di halaman 1dari 8

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS), EKOSISTEM DAN PENGELOLALAN

by: Iswara Gautama

I. PENDAHULUAN

Konsep strategi pengelolaan DAS sudah dikenal dibanyak negara maju dan negara berkembang (Philipina, Cina.
Jepang dll). Pengelolaan DAS seperti di Indonesia, negara-negara di Afrika dan Amerika Latin dan dinegara Asia lainnya,
belum dapat diharapkan hasilnya karena belum adanya kerangka kerja pengelolaan DAS nasional yang benar, sehingga
disana-sini timbul masalah kerusakan DAS. Akibat pengelolaan sumber DAS yang buruk dimasa lalu dan sekarang ternyata
telah mengurangi secara berarti kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan disuatu negara/daerah.
Upaya pengelolaan DAS terpadu pertama kali dilaksanakan di DAS Citanduy (1981) dengan kegiatan yang
bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin. Kemudian dikembangkan di DAS Brantas, Jratun Seluna. Proyek-
proyek pengelolaan DAS pada saat itu lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur fisik kegiatan
konservasi lahan untuk mencegah banjir dan erosi yang hampir seluruhnya dibiayai oleh pemerintah dan
bantuan asing. Namun walau upaya pengelolaan DAS yang sudah cukup lama dilakukan, ternyata karena
kompleksitas masalah, hasilnya belum memadai, terutama yang berkaitan dengan pembangunan SDM dan
kelembagaan masyarakat. Selama ini terdapat beberapa kesalahan pembenaran (myth) pengelolaan yang
menyebabkan perbaikan kerusakan DAS seringkali tidak memberikan hasil yang optimum dan malah
memperparah keadaan. Sebab-sebab kerusakan DAS antara lain timbul akibat :
a. Perencanaan bentuk penggunaan lahan dan praktek pengelolaan yang tidak sesuai,
b. Pertambahan jumlah penduduk baik secara alami maupun buatan,
c. Kemiskinan dan kemerosotan ekonomi akibat keterbatasan sumber daya manusia, sumber alam dan mata
pencaharian,
d. Kelembagaan yang ada kurang mendukung pelayanan kepada para petani di hulu / hutan,
e. Kebijakan perlindungan dan peraturan legislatip, tidak membatasi kepemilikan / penggunaan lahan,
f. Ketidakpastian penggunaan hak atas tanah secara defakto pada lahan hutan.
Kerusakan DAS terjadi dibanyak tempat dengan kuantitas yang berbeda sehingga menimbulkan :
a. Penurunan kapasitas produksi sumber lahan akibat erosi tanah dan timbulnya perubahan kondisi hidrologi,
biologi, kimia dan sifat fisik tanh,
b. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas air permukaan dan air tanah sehingga menambah resiko
kerusakan akibat banjir di hilir,
c. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas sumber biomassa alam dan mengurangi perlindungan terhadap
penutup permukaan lahan oleh tanaman,
d. Penurunan genetik, jenis dan keragaman ekosistim didalam dan diluar DAS,
e. Kerusakan ekosistim terumbu karang di sekitar pesisir pantai.

Untuk membahas dan mempelajari masalah pengelolaan DAS secara berkelanjutan, maka perlu
diketahui mengenai istilah, pengertian dan definisi yang berkaitan dengan pengelolaan DAS tsb, yaitu :
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami,
dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui suatu
outlet pada sungai tsb, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik-
biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam.
PENDEKATAN DAS menggunakan pengelolaan DAS untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pembangunan sumber daya alam. Yang ditanamkan dalam pendekatan ini adalah pengakuan adanya hubungan
erat antara lahan dan air dan antara daerah hulu dan hilir, serta pelaksanaan praktek yang tepat, sesuai dengan
sasaran.
PENGERTIAN PENGELOLAAN DAS yaitu merupakan suatu kegiatan menggunakan semua sumber daya
alam/biofisik yang ada, sosial-ekonomi secara rasional untuk menghasilkan produksi yang optimum dalam waktu
yang tidak terbatas (sustainable), menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin dengan hasil akhir kuantitas
dan kualitas air yang memenuhi persyaratan (N. Sinukaban, 2000).
TUJUAN PENGELOLAAN DAS adalah Sustainable Watershed Development dengan memanfaatkan sumber
daya alam didalam DAS secara berkelanjutan dan tidak membahayakan lingkungan di sekitarnya.
PRAKTEK PENGELOLAAN DAS adalah suatu kegiatan perubahan / upaya pengelolaan dalam penggunaan
lahan, seperti : penutup tanaman dan kegiatan nonstruktur lainnya serta kegiatan struktur yang dilakukan di
dalam DAS untuk mencapai suatu tujuan.
KONSEP DASAR PENGELOLAAN DAS adalah bahwa keberhasilan pengelolaan akan terwujud bila seluruh
pengambil kebijakan seperti : pemerintah, badan pemerintahan negara dan internasional, lembaga keuangan
dan masyarakat sendiri ikut berperanan secara aktip mengelola DAS untuk memperbaiki kesejahteraan dan
sosial ekonomi negara dan manusia. Setiap kegiatan pengelolaan dilakukan berdasarkan pendekatan secara
komprehensif oleh semua pihak terkait dengan menggali semua kemampuan potensialnya seperti :
pendistribusian makanan yang merata, luas lahan, produksi kayu dan bahan bakar, sistem hidrologi, penyediaan
air irigasi, mengurangi kemungkinan banjir, kekeringan dan bahaya alam lainnya seperti erosi, penggaraman
dan penggurunan. Juga kebutuhan akan infrastruktur (sarana dan prasarana), pemasaran dan proses perbaikan
kondisi masyarakat dan lingkungan sosial-ekonomi seperti : fasilitas kridit, koperasi, pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang terjangkau.
CIRI-CIRI PENGELOLAAN YANG BAIK yaitu menghasilkan produktifitas yang tinggi dengan meningkatnya :
pendapatan; jumlah dan distribusi kualitas dan kuantitas yang baik; mempunyai sifat lentur dan azaz
pemerataan.
INDIKATOR PENGELOLAAN DAS YANG BAIK adalah produksi yang berkelanjutan; kerusakan lahan dan air
minimum; distribusi hasil air yang berkualitas dan berkuantitas baik; teknologi yang dipakai dapat diterima; dan
mensejahterakan seluruh masyarakat yang terkait. Untuk menghasilkan tujuan tsb diperlukan teknologi
pengelolaan DAS untuk mengurangi bahaya banjir dan erosi dimusin hujan dan menaikan debit air sungai pada
waktu musim kering. Model-model simulasi hidrologi digunakan untuk mendapatkan perubahan tsb berdasarkan
teknologi konservasi tanah berupa : cara agronomi; vegetatip; mekanis; dan manajemen. Keberhasilan
pengelolaan DAS bukan hanya semata dari tujuan, namun yang penting adalah bagaimana cara mencapai
tujuan tsb. Untuk itu diperlukan suatu usaha/strategi pengelolaan DAS secara berkelanjutan.
PRINSIP UMUM PENGELOLAAN DAS diidentifikasikan oleh Black (1970), yaitu :
a. Ekologi alami DAS merupakan suatu sistim dan keseimbangan yang dinamis,
b. Mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi run-off,
c. Distribusi air tidak merata dalam siklus hidrologi, sehubungan dengan praktek pengelolaan DAS.

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING adalah suatu kegiatan penilaian yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu kegiatan
proyek pengelolaan DAS dalam hubungannya dengan rencana kerja pelaksanaan dan penggunaan masukan
proyek berdasarkan target jumlah sehubungan dengan harapan perencanaan, jadi merupakan kegiatan proyek
secara internal dan merupakan bagian penting dari praktek pengelolaan yang baik, karena itu merupakan bagian
terintergrasi dari pengelolaan DAS sehari-hari (W.B/IFAD/FAO-1987). Monitoring juga merupakan suatu kegiatan
pengawasan yang dilakukan terus menerus atau secara periodik dari suatu pelaksanaan kegiatan pengelolaan
dalam menjamin masukan yang diberikan, rencana kerja, keluaran yang ditargetkan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan lainnya, jadi monitoring merupakan cara kerja yang sesuai dengan perencanaan (UN, 1984). Maksud
dari monitoring adalah untuk mencapai kinerja proyek pengelolaan DAS yang efektif berdasarkan ketentuan
peninjauan kembali kegiatan pengelolaan proyek pada semua tingkat agar memungkinkan pengelola
memperbaiki perencanaan operasionalnya menggunakan kegiatan perbaikan secara cepat pada waktunya. Hal
ini merupakan bagian dari sistim informasi managemen yang terintegrasi.

EVALUASI adalah suatu kegiatan penilaian secara periodik terhadap : relevansi, kinerja, efisiensi dan
pengaruhnya terhadap proyek sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini umumnya meliputi
perbandingan antara informasi yang dibutuhkan dari luar proyek pada suatu waktu, daerah dan populasi
(WB/IFAD/FAO, 1987), atau evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan secara sistimatis dan obyektif
tentang : relevansi, efisiensi, efektifitas dan pengaruh kegiatan sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai,
jadi merupakan proses yang berhubungan dengan pengorganisasian untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang
masih dalam proses serta untuk tujuan perencanaan pengelolaan yang akan datang, penyusunan acara dan
dalam membuat suatu keputusan.

II. DAS SEBAGAI SATU EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN

Ekosistem DAS merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari
suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Di sni tidak tidak hanya
mencakupserangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang
melakukan siklus dalam system itu serta energi yang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas
tergantung kepada lingkungan abiotik pada DAS tersebut. Organisme produsen memerlukan energi, cahaya,
oksigen, air dan garam-garam yang semuanya diambil dari lingkungan abiotik.Energi dan materi dari
konsumen tingkat pertama diteruskan ke konsumentingkat kedua dan seterusnya ke konsumen konsumen
lainnya melalui jaring-jaring makanan.
Meskipun komponen-komponen biologis dari suatu kolam atau padangrumput nampak berada pada system
yang tertutup, namun pada kedua ekosistem itu sebenarnya merupakn system yang terbuka yang merupakan
bagian dari system aliran sungai yang lebih besar. Fungsi dan stabilitas kolam dan padang rumput ini
sepanjang tahun, sangat ditentukan oleh aliran air, materi dan organisme yang masuk dari bagian-bagian lain
dari DAS.

Bukan hanya erosi dan kehilagan unsure hara dari hutan yang terganggu atau tanah pertanian yang rusak yang
dapat memurnikan mutu ekosistem ekosistem ini, tetapi aliran keluar yang mengandung bahan organic yang
menyebabkan eutrofikasi (perkayaan) dan pengaruh pengaruh lainnya di bagianhilir. Kerana itu daerah
aliran sungai (DAS) sebagaui suatu keseluruhan, harus dipertimbangkan dalam pengelolaan, bukan hanya tubuh
perairannya saja atau areal yang bervegetasi saja. Untuk suatu system pengelolaan yang baik setiap
meter persegi air, diperlukan paling sedikit 20 kali luas DAS. Namun demikian perbandingan yang paling
tepat sangat tergantung pada curah hujan, struktur geologi dari batua di bawah tanah, dan bentuk topografi.

Pengertian DAS dapat membantu memecahkan masalah-masalah konflik yang dapat terjadi di dalam DAS,
misalnya penyebab dan pemecahan masalah pencemaran air tidak dapat dicari hanya
dengan memperhatikanairnya saja. Pada umumnya pengelolaan DAS yang tidak baik akan merusak
sumberdaya air di dalam DAS. Jadi keseluruhan DAS sungai harus dujadikansebagai satu unit pengelolaan.

III. PENGELOLAAN DAS

Penyelesaian masalah kepemilikan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tindakan
berupa pembuatan perundang-undangan sebagai landasan kerja dalam melakukan pengelolaan DAS. Pada
tahun 1955 perlindungan DAS dan tindakan pencegahan banjir dengan memberikan kewenangan untuk
mengelola fasilitas lahan-lahan DAS menggunakan konservasi tanah dan air. Pencegahan banjir di hulu lebih
efektif dibanding dengan pencegahan di daerah hilir. Perdebatan pengendalian banjir merupakan sumber utama
friksi antara pengelola tanah yang berwawasan lingkungan pada satu pihak dan teknik pengelolaan tanah
dipihak lain.
Perencanaan DAS dilakukan pada skala basin sungai dan kegiatan perencanaan sumberdaya air
diciptakan oleh suatu badan pengelolaan sumberdaya air. Adanya kegiatan memfasilitasi pembuatan komisi
perencanaan basin sungai dilakukan untuk menyelesaikan semua kegiatan kasus-kasus besar untuk mencapai
tujuan secara terbatas dab mengontrol kualitas air. Kegiatan tsb perlu dikoordinasikan dengan perencanan dan
pemerintah, membuat penjelasan dan penyebar luasan prinsip dan standar perencanaan pengelolaan air dan
sumberdaya lahan.
Hubungan antara penggunaan lahan dan kuantitas air diambil sebagai langkah utama amendemen pengontrolan
polusi air yang sekarang dikenal sebagai kegiatan air bersih. Langkah selanjutnya mengontrol kualitas air untuk
tujuan mengontrol pengelolaan tanah yang diidentifikasikan sebagai pertanian, perkebunan, pertambangan,
konstruksi, peresapan air garam, pembuangan air sisa dan pembuangan di atas tanah dan di bawah permukaan
melalui perencanaan pengelolaan buangan yang dilakukan secara luas.
Timbulnya gerakan lingkungan sejak tahun 1960 secara terus menerus menghasilkan tuntutan adanya
Pengelolaan Ekosistem yaitu integrasi pengelolaan sumber daya alam lintas kepemilikan di daerah perkotaan
yang sama sengan di desa. Bentuk ini memberikan lingkungan yang tepat antara unit hydrophere alami, DAS
dan kebutuhan seluruh pengelolaan yang berwawasan lingkungan pada tanah negara dan sumber daya air.
Pengelolaan DAS harus tetap fleksibel, sesuai dengan fisik, kimia dan sifat biologi yang berhubungan dengan
air. Dari sisi politik, pengelolaan DAS harus juga bertanggung jawab terhadap pemberian kesempatan dan
tantangan untuk pencegahan, perbaikan, dan tujuan peningkatan pengolahan terhadap kemerdekaan
perseorangan dan kepada tujuan dari masyarakat yang mempunyai sumber alamnya sendiri dan yang akhirnya
dilola oleh masyarakat itu sendiri.

IV. PENGELOLAAN DAS DAN PERUBAHAN


BERSKALA BESAR
Kesadaran adanya perubahan skala besar pada lingkungan bumi dihasilkan oleh teknologi
pengawasan dan modeling seperti timbulnya efek rumah kaca; hujan asam; pengaruh penggunaan bahan rumah
tinggal, industri dan bahan kimia yang diperdagangkan pada penahan lapisan ozon.Kedua, efek rumah kaca dan
hujan asam merupakan sifat lingkungan bumi yang normal dari kehidupan kita selama ini. Efek rumah kaca
mempunyai akibat akhir yang menakutkan yaitu pPeningkatan Efek Global, yaitu menimbulkan:
1. Penambahan kadar CO2 yang ditransfer akibat terbakarnya bahan bakar fosil dan penurunan komposisi
organik yang keduanya menggunakan oksigen,
2. Kerusakan daerah hutan secara luas.
Akibat penambahan CO2, akan membatasi keluarnya radiasi gelombang panjang, pembatasan bentuk radiasi
dan penambahan temperatur menyebabkan bertambahnya evaporasi. Terjadinya pembakaran fosil akan
mengakibatkan bertambahnya evaporasi dan berkurangnya radiasi gelombang pendek yang datang. Persoalan
hujan asam diperdebatkan. Hujan umumnya bersifat asam, tetapi asam yang berlebih dari pembentukan dan
deposisi asam nitrit dan asam sulfur dari atmosfer, dari air atmosfer akan menimbulkan hujan asam.

V. METODOLOGI MODIFIKASI
LINGKUNGAN SUMBER DAYA AIR DALAM
PENGELOLAAN DAS
Pengelolaan unit dasar ketersediaan air pada pertemuan udara dan tanah hanya merupakan salah satu dari
beberapa metodologi untuk satu atau lebih komponen keseimbangan air bagi keuntungan umat manusia.
Metoda lainnya termasuk: pengurangan penggaraman, pengurangan evaporasi, modifikasi cuaca, peredaran
dan penguapan air.
1. Teknik pengurangan kadar garam (Desalinization) adalah suatu cara pengurangan secara lambat laun
biaya yang perlu dikeluarkan, namun masih lebih tinggi dari metoda alternatif penambahan persediaan
air.. Hal ini dilakukan bila tidak menyediakan air bersih berbiaya tinggi atau biaya energi yang murah.
Penggunaan tenaga listrik menyebabkan biaya pengurangan kadar garam menjadi mahal, sementara
pengembangan teknologi cenderung berkurang, karena itu, teknik ini hanya mungkin untuk daerah
dengan kondisi air yang mengandung garam tersebut.
2. Pengurangan evaporasi dengan pembentukan lapisan monomoleculer pada permukaan tanah
mencegah terjadinya penguapan. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya pengurangan evaporasi
hanya sekitar 10% akibat kesulitan umtuk memelihara lapisan dengan kondisi cuaca yang tidak cocok,
terutama faktor angin dalam menambah kehilangan evaporasi. Angin akan mendorong lapisan
monomoleculer ke bagian tubuh reservoir besar dimana kehilangan air yang berkumpul dan menumpuk
di sepanjang pantai memyebabkan pengurangan evaporasi yang kecil.
3. Modifikasi cuaca berupa teknologi memodifikasi lingkungan sumberdaya air banyak digunakan.
Pekerjaan utama yang dilakukan saat ini adalah memodifikasi angin topan dan memodifikasi
pembuatan halilintar untuk menghilangkan panas pada kejadian pembakaran hutan besar dan untuk
menghilangkan hujan es pada daerah dimana kerusakan pada tanaman tertentu; menambah presipitasi
untuk mengurangi musim kemarau sementara waktu. Metoda ini menunjukan adanya: biaya
penambahan presipitasi yang rendah dan mudah dilakukan; biaya operasi langsung mudah dibayar
oleh keuntungan penambahan air yang tersedia; ada keuntungan lainnya untuk ketersediaan air yang
berlebihan , yaitu untuk menghasilkan listrik, irigasi dan untuk tanaman makanan ternak.
4. Pengalihan, dipraktekkan secara luas sejak jaman dahulu menggunakan ketersediaan air yang tidak
digunakan/berlebihan atau air tersebut sudah digunakan dan secara lokal tidak tersedia. Pada sebagian
daerah panas di USA, teknik pengalihan air memberi peranan penting keberhasilan pemperkenalkan,
penggunaan, dan modifikasi pendekatan doktrin hak mengenai air (Blach, 1987) yaitu perlunya ijin
pengambilan air dari suatu aliran/DAS dan mengirimkannya ke suatu DAS yang lainnya untuk
penggunaan yang bermanfaat, dimana airnya tidak perlu dikembalikan kepada DAS asalnya.
Pengaruhnya adalah bertambahnya presipitasi, bertambahnya run-off kepada DAS penerima dan
akibatnya mengurangi presipitasi dan run-off pada kedua DAS tersebut, sehingga tentunya berkaitan
dengan perubahan pada besarnya erosi dan sedimentasi serta flora dan fauna air.
5. Penyimpanan merupakan teknik pendekatan yang klasik untuk memecahkan masalah kekurangan air
untuk sementara waktu. Fungsi penyimpanan (strorage) terutama untuk menyimpan air, tetapi
peningkatan pada suatu danau alami yang ada atau basin lahan basah dan percepatan atau
peningkatan kembali penyediaan air tanah, juga termasuk pendekatan yang dapat diterima. Pembuatan
strorage sudah dikenal sebagai kebijakan yang bijaksana dan teknologi ini menguntungkan secara
ekonomi dan lainnya seperti: untuk tempat rekreasi dan olah raga air, pembangkit tenaga listrik,
pelayaran dan pengendali banjir.
VII. PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAS
Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan menata kembali kerusakan lahan yang terjadi
dan dilain pihak perlu melakukan pencegahan kerusakan dimasa mendatang. Semua tujuan ini untuk membuat
penggunaan lahan menjadi lebih baik akibat keterbatasan lahan dan sumber air yang ada. Ada sejumlah
pelaksanaan pengelolaan DAS dapat digunakan dan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Ada tiga
sasaran umum kegiatan pengelolaan DAS yaitu:
1. REHABILITASI

Memperbaiki lahan pertanian/kehutanan akibat erosi dan sedimen yang berlebihan dan bahan-bahan yang
mudah larut yang tidak diperlukan akibat run-off dll. Metoda rehabilitasi yang digunakan adalah metoda: tanah
hutan, rangeland, tanah pertanian dan saluran aliran. Rehabilitasi sering dibatasi untuk DAS kecil; pengertian
rehabilitasi sering digunakan untuk membatasi fungsi DAS yang memerlukan penataan kembali.
2. PROTEKSI

Perlindungan tanah pertanian/kehutanan akibat pengaruh yang membahayakan produksi dan kelestarian
menggunakan metoda: tanah hutan, rangeland, pencegahan kebakaran, pencegahan terhadap gangguan
serangga/hama serta penyakit.

3. PENINGKATAN

Peningkatan sifat sumber air dilakukan dengan manipulasi ciri-ciri suatu DAS akibat pengaruh hidrologi atau
fungsi kualitas air. Tujuan penungkatan pengelolaan DAS didasarkan pada pengakuan bahwa sistem tanah-
tanaman yang alami tidak memerlukan produksi air yang optimum. Ketergantungan pada tujuan pengelolaan
tanah tertentu, neraca air, cara hidup atau kualitas air dapat dirubah. Semua praktek dan program peningkatan
yang sekarang dilakukan (kuantitas air dan cara hidup) dan program perlindungan serta perbaikan, bertujuan
untuk mengontrol atau menata kualitas air. Pelaksanaannya antara lain adalah:
Penebangan dan Perubahan Tanaman
Umumnya tanaman perlu ditebang agar: mempertahankan pertemuan permukaan pada tahun pertama;
menghindari gangguan pada proses hidrologi alami pada bidang pertemuan tanah dan air.
DAS Perkotaan
Untuk menjaga sumber utama air di perkotaan, diperlukan pengelolaan pengaruh run-off dari DAS sekitar hutan.
Pengawasan rutin perlu untuk menjamin jalannya peraturan bahwa air yang mengalir di saluran/sungai tidak
digunakan untuk rekreasi, penggunaan secara perseorangan, tempat pembuangan air kotor dan limbah industri.
Memperbaiki Aliran
Pembuatan saluran, pemberantasan phreatophyte, kontrol erosi pada tepi sungai, program jalan masuk aliran,
drainase, perlindungan dan penataan kembali terhadap perikanan, serta program pengalihan air perlu dilakukan.
Banyak pekerjaan saluran berjangka pendek memberikan keuntungan ekonomi kepada organisasi penyalur
tenaga kerja untuk menyalurkan pekerja dalam memelihara saluran yang diperbaiki.
Modifikasi DAS
Modifikasi DAS dapat dilakukan dengan batasan adanya perubahan pada: besarnya kemiringan tanah, gradient
aliran, ukuran dan harus selalu memperhatikan perubahan pada penutup tanaman yang juga dapat berpengaruh
pada perubahan albedo dan berakibat pada banyaknya pola evaporasi dan run-off.
VIII. PENUTUP

1. Adanya perubahan yang terjadi dari ketiga sasaran kegiatan pengelolaan DAS di atas adalah fakta timbulnya
perubahan alam yang umumnya merugikan, akibat air yang selalu bergerak lebih rendah akan berpengaruh
pada kualitas air.
2. Konsep strategi adalah merencanakan dan menggunakan usaha-usaha untuk mencapai pengelolaan
DAS secara berkelanjutan sambil melestarikan dan melindungi DAS dari kerusakan yang terjadi.
Usaha yang utama adalah melindungi dan membentuk hutan lindung dan hutan suaka dalam suatu
DAS dan melindungi kemerosotan mutu tanah dan air yang berkaitan dengan usaha peningkatan
produksi barang dan jasa dalam pengertian ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan. Usaha
tersebut membutuhkan penyediaan sumberdaya alam (air, tanah, lahan) yang cukup terjamin baik
kualitas maupun kuantitasnya.

3. Paradigma lama pengelolaan DAS menekankan pola Top-Down di tingkat kebijakan, operasional dan pelaksanaan,
namun penekanan pada bidang fisik dan ego-sektoral sekarang ini sudah ditinggalkan akiibat kegagalan-kegagalan
usaha perbaikan DAS. Paradigma baru yang sekarang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat petani didalam
usaha pengelolaan DAS ditingkat opersional dan pelaksanaan, menggunakan sistem Bottom-Up dan program
pegelolaan dilaksanakan secara terpadu oleh para pengambilan keputusan. Ada beberapa hal yang penting didalam
paradigma baru adalah:

DAFTAR PUSTAKA

1. A. Abdulrachman, S. Sukmana, and J.H. French, A Framework for Compilation of Applied Research Information on
Hillslope: Farming, Conservation Policies for Sustainable Hillslope Farming, 1992.

2. Hidayat Pawitan dan Daniel Murdiyarso, Monitoring dan Evaluasi Komponen Biofisik DAS, Lokakarya Pembahasan Hasil
Penelitian dan Analisis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Garut, 20-24 November 1995.

3. Norman W. Hudson, A Study of The Reasons for Success or Failure of Soil Conservation Proyect, Soil Resources,
Management and Conservation Service, FAO Land and Water Development Division, Silsoe Agricukture Assosiates
ampthill Bellford United Kingdom FAO Soils Bulletin 64, 1991.

4. I. Nyoman Yuliarsana, Agroforestry Dalam Pengelolaan DAS, Agenda dan Strategi Studi dan Penelitian, Bahan Kuliah
Pascasarjana IPB, Program Studi Pengelolaan DAS, 2000.

5. Tarigan S.D., Bahan Kuliah Teknologi Pengelolaan DAS, Pascasarjana, IPB, 2000.

6. The WRDP-WMIC Studi Team, The Philippines Strategy for Improved Watershed Resources
Management, Forest Management Bureau Departement of Environmental and Natural Resources, Agust, 1998.

7. --------, Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia, Kumpulan Informasi,Bogor, April, 1997.

8. Peter E. Black, Watershed Hidrology, State University of New York, College of Environmental Science and
Forestry, Syracuse, New York, Second Edition.

9. State Ministry for Environment Republic of Indonesia & United Nations Development Programme, AGENDA 21-
INDONESIA, A Nasional Strategy for Sustainable Development.

10. S.C. Walpole, Integration of Economic and Biophysical Information to Assess The Site-specific Profitability of Land
Management Programmes Using a Geographic Information Systems, New South Wales, Australia.

Anda mungkin juga menyukai