Anda di halaman 1dari 10

STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI BRANTAS

BAGIAN HILIR UNTUK KEPERLUAN AIR BAKU


Rani Anjar Sari1, Tri Budi Prayogo2, Emma Yuliani2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Indonesia
email : ranjas56@yahoo.co.id

ABSTRAK :Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Sungai Brantas Hilir mengakibatkan penurunan
kualitas air karena peningkatan kegiatan penduduk disekitarnya. Limbah dari kegiatan tersebut langsung
dibuang ke Sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi air pada
Sungai Brantas (Mojokerto Surabaya) tahun 2010-2014. Data yang digunakan dari Balai Besar Sungai
Brantas (BBWS) dengan periode pengambilan data 3 bulan sekali melalui 5 titik pemantauan selanjutnya
dianalisa dengan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET. Parameter yang digunakan
berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan No. 907 tahun 2002 yaitu temperatur, TSS, TDS, DO, COD, BOD,
pH, NH3-N fosfat, Total coli. Parameter tersebut dianalisa dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001
dan hasilnya menunjukan sebagian besar parameter yang tidak memenuhi standar baku mutu adalah TSS,
BOD, fosfat, dan total coli. Hasil analisa kualitas air menurut Metode WQI periode bulanan 40% tercemar
ringan kelas 3, tahuanan 32% tercemar ringan kelas 3, musim penghujan 48% tercemar ringan kelas 3,
kemarau 36% tercemar ringan kelas 3. Menurut Metode STORET periode bulanan 85% tercemar berat kelas
D, tahunan, penghujan dan kemarau presentasenya 100% tercemar berat kelas D. Hasil perhitungan dengan
Metode STORET tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Gurbernur Jawa
Timur No. 61 tentang peruntukan Sungai di Jawa Timur.

Kata kunci : Kualitas Air, Baku Mutu, Metode Water Quality Index (WQI), Metode STORET

ABSTRACT : An increasing number of residents in the surrounding Brantas Downstream Watersheds


resulting in decreased water quality due to the increased activities of the surrounding population. Waste of
these activities discharged directly into the river without processing it first. This study aims to determine the
Brantas River (Mojokerto Surabaya) since 2010-2014. The data were taken from BBWS that collected every
3 months through 5 monitoring point then be analyzed with Water Quality Index (WQI) and STORET
Method. The parameters used are based on the decision of the Ministry of Health regulation No. 907 2002
are temperature, TSS, TDS, DO, COD, BOD, pH, NH3-N, phosphate, and total coli. These parameters were
analyzed by Government Regulation No. 82 of 2001 and show the majority parameters that didnt equivalent
with standard regulation are TSS, BOD, phosphate, Total coli. The results shows that for monthly period
WQI Method 40% light polluted 3rd, In rainy season 48% light polluted 3 rd, of summer light polluted 3 rd.
According to the monthly period STORET Method 85% of heavy polluted grade D. The annual period, the
rainy season and the dry season presentasenya 100% heavy polluted (class D). The analyzed with STORET
method almost didn meet with the basic standards application that assigned by East Java Government
No.61about the river in East Java.

Keywords: Water Quality, Standard Quality, Water Quality Indext (WQI) Method, STORET Method

1. PENDAHULUAN yang sangat mengandalkan air, yakni usaha


Air bersih merupakan bagian atau pertanian, perikanan, peternakan, dan lain-
komponen yang sangat mendasar bagi lain. Tercemarnya badan air oleh limbah
makhluk hidup. Meningkatnya jumlah yang secara langsung dibuang ke Sungai
penduduk berbanding lurus dengan tanpa pengolahan terlebih dahulu..
meningkatnya kebutuhan air bersih yang Penyebab utama dari penurunan
layak untuk digunakan, saat ini status kualitas air adalah meningkatnya jumlah
sumber air dan badan air yang layak untuk penduduk karena kebutuhan pangan semakin
digunakan masyarakat semakin menurun. meningkat sehingga berdampak pada
Hal ini disebabkan karena banyaknya meningkatnya kebutuhan air irigasi untuk
kegiatan manusia sehari-hari yang juga tidak lahan pertanian. Dengan memperhatikan laju
sedikit pekerjaan atau mata pencaharian pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air
irigasi dapat mengiringi pada
persinggungan- persinggungan yang
menyebabkan terjadinya kompetisi dan
konflik. Penambahan bahan organik maupun
anorganik berupa limbah kedalam perairan
selain akan merubah susunan kimia air, juga
akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari
perairan tersebut. Banyaknya bahan organik
di dalam perairan dapat menurunkan
kandungan oksigen terlarut yang ada dan
menurunkan kualitas air Sungai tersebut.
Perubahan kondisi kualitas air di Sungai Gambar 1. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas
Brantas bagian hilir khususnya daerah Air Sungai Brantas Hilir
Mojokerto sampai Surabaya maka dilakukan
analisa dengan menggunakan Metode Water
Quality Index (WQI) dan Metode STORET
dengan menggunakan pemilihan parameter
seperti temperatur, TSS, TDS, DO, BOD,
COD, pH, NH3-N, fosfat, dan total coli.
Tujuan dari analisis ini adalah:
1. Mengetahui kondisi setiap parameter yang
dianalisis apakah sesuai dengan standar
baku atau tidak.
2. Mengetahui Kualitas air Sungai Brantas
Hilir Mojokerto Surabaya dengan Gambar 2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas
menggunakan Metode Water Quality Air Sungai Brantas Hilir
Indeks (WQI) dan Metode STORET Penelitian dilakukan dengan
periode bulanan dan tahunan. mengambil titik sampel di setiap lokasi yang
3. Mengetahui Kualitas air Sungai di tentukan. Dapat dilihat pada Tabel 1
Brantas Hilir Mojokerto Surabaya tentang lokasi pemantauan kualitas air di
dengan menggunakan Metode Water Sungai Brantas Hilir.
Quality Indeks (WQI) dan Metode
STORET periode musim penghujan dan Tabel 1. Lokasi Pemantauan Kualitas Air
kemarau. Analisa ini diharapkan dapat DAS Brantas Bagian Hilir
memberikan manfaat untuk No Nama Tempat Lokasi
mempermudah instansi tertentu dalam 1 Jembatan Kali Marmoyo,Ds
mengetahui kondisi kualitas air Sungai Jetis Jetis, Mojokerto
Brantas Hilir di Mojokerto Surabaya. 2 Jembatan Kali Kwangen, Ds
. Perning Jetis, Mojokerto
2. METODOLOGI PENELITIAN 3 Jembatan Kali Tengah
Lokasi titik pemantauan kualitas air Bambe Muara, Kec.
dilakukan di daerah Sungai Brantas Hilir Bambe, Gresik
di Mojokerto dan Surabaya dengan 4 Jembatan Kali Surabaya
menggunakan 5 titik pemantauan, dapat Karangpilang Tengah, Kec.
Taman, Sidoarjo
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
5 Jembatan Kali Surabaya
Joyoboyo Hilir Joyoboyo,
Surabaya

2. 1 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan merupakan data
yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah
Sungai Brantas (BBWS) dari tahun 2010
sampai tahun 2014. Parameter yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
temperatur, TSS, TDS, DO, BOD, pH, NH3-
N dan total coli. Pemilihan parameter pertanaman dan atau peruntukan lain
tersebut berdasarkan Keputusan Menteri yang mempersyaratkan mutu air yang
Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang sama dengan kegunaan tersebut.
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. 2.4 Metode Water Quality Indext (WQI)
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI)
Metode Water Quality Index (WQI) dan adalah sebuah Metode yang digunakan
Metode STORET dengan menggunakan untuk menilai parameter wajib dalam
periode bulanan, tahunan dan periode penentuan kualitas air untuk memenuhi
perbedaan musim. Dimana dianalisis sesuai kebutuhan air baku minum
dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun (Lathamani,2014). Dari hasil studi penilaian
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan yang telah dilakukan menunjukan Metode
pengendalian pencemaran air dan WQI lebih realistis dan lebih sesuai dengan
disesuaikan dengan Keputusan Gubernur kondisi riil di lapangan. persamaan untuk
Jawa Timur No 61 tentang peruntukan Metode ini adalah sebagai berikut:
Sungai di Jawa Timur.
2.2 Mutu Air WQI =
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 Pasal 1 mutu air adalah kondisi Keterangan :
kualitas air yang diukur dan atau diuji WQI = Water Quality Index
berdasarkan parameter-parameter tertentu Ci = konsentrasi variabel i
dan Metode tertentu berdasarkan peraturan Pli = standar baku yang diijinkan untuk
perundang undangan yang berlaku. variabel i
Sedangkan baku mutu air adalah ukuran n = jumlah variabel
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, Adapun pembagian kelas menurut Metode
atau komponen yang ada atau harus ada atau ini adalah terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1:
unsur pencemar yang ditenggang sangat bersih, kelas 2: bersih, kelas 3: sedikit
keberadaannya di dalam air. Kelas air adalah tercemar, kelas 4: cukup tercemar, kelas 5:
peringkat kualitas air yang dinilai masih sangat tercemar dan kelas 6: air kotor seperti
layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan pada Tabel 2.
tertentu. Tabel 2 Klasifikasi Kualitas Air
2.3 Klasifikasi Mutu Air Nilai Kualitas Air Rekomendasi
Klasifikasi mutu air berdasarkan PP WQI Kelas Tingkat
No. 82 tahun 2001 pasal 8 ayat 1 diterapkan WQI 1 Sangat Tidak
menjadi 4 (empat) kelas yaitu sebagai 0,30 Bersih diperlukan
berikut : pengolahan.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat Sesuai untuk
digunakan untuk air baku air minum, dan berbagai
atau peruntukan lain yang macam
mempersyaratkan mutu air yang sama kebutuhan
dengan kegunaan tersebut. misalya air
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat minum.
digunakan untuk prasarana atau 0,31 2 Bersih Untuk minum
prasarana rekreasi air, pembudidayaan WQI dan pertanian
ikan tawar, peternakan, air untuk 0,89 perlu
mengairi tanaman dan peruntukan lain pengolahan,
yang mempersyaratkan mutu air yang jika
sama dengan kegunaan tersebut. digunakan
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat untuk
digunakan untuk pembudidayaan ikan air perikanan
tawar, peternakan, air untuk mengairi tidak
tanaman dan peruntukan lain yang diperlukan
mempersyaratkan mutu air yang sama pengeolahan
dengan kegunaan tersebut. karena sudah
4. Kelas empat, air yang peruntukannya sesuai
dapat digunakan untuk mengairi peruntukanya
Nilai Kualitas Air Rekomendasi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai
WQI Kelas Tingkat dengan peruntukannya. Dengan Metode ini
0,90 3 Tercemar Tidak sesuai dapat diketahui parameter parameter yang
WQI Ringan untuk minum telah memenuhi atau melampai baku mutu
2,49 dan pertanian, air. Cara meentukan status mutu air
jika tidak ada
digunakan sistem nilai dari US-EPA
pilihan maka
perlu
(Environmental Protection Agency) dengan
dilakukan mengklasifikasikan mutu air dalam empat
pengolahan kelas seperti pada tabel 3. (Kepmen LH No.
untuk kedua 115, 2003).
kebutuhan Penentuan status mutu air dengan
tersebut. Tidak menggunakan Metode STORET dilakukan
memerlukan dengan langkah-langkah sebagi berikut :
pengolahan 1. Melakukan pengumpulan data mutu air
jika digunakan secara periodik sehingga membentuk
untuk
data dari waktu ke waktu (time series
perternakan,
rekreasi, dan
data).
tujuan olah 2. Mencari nilai maksimum, minimum dan
raga rata-rata dari data mutu ait tersebut.
2,50W 4 Tercemar Dapat 3. Membandingkan data hasil pengukuran
QI 3,99 Sedang digunakan dari masing-masing parameter air dengan
untuk irigasi nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas
dan keperluan air.
industri dengan 4. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai
pengolahan baku mutu air (hasil pengukuran < baku
terlebih mutu) maka diberi skor 0.
dahulu.
5. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi
4,00W 5 Tercemar Hanya dapat
QI 5,99 Berat digunakan nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
untuk baku mutu), maka di beri skor sesuai
kepentingan dengan Tabel 3.
industri berat Tabel 3 Penentuan Sistem Nilai untuk
yang tanpa Menentukan Status Mutu Air
kontak badan Jumlah Nilai Parameter
setelah Contoh Fisik Kimia Biolog
dilakuakan * a i
pengolahan < 10 Maks -1 -2 -3
tertentu. Min -1 -2 -3
WQI 6 Kotor Tidak sesuai Rerata -3 -6 -9
6,00 untuk berbagai 10 Maks -2 -4 -6
kebutuhan dan Min -2 -4 -6
biaya Rerata -6 -12 -18
pengolahan Sumber : Canter (1977)
sangat Catatan* : jumlah parameter yang digunakan
ekstensif
untuk penentuan status mutu air.
(mahal).
6. Menghitung total jumlah negatif dari
Sumber: Altansukh Dan
seluruh parameter dengan menggunakan
Davaa.2011.Aplication Of Index Analisys
status mutu airnya dengan melihat Tabel
To Evaliate The Water Quality Of The Tuul
4.
River In Mongolia. Jurnal Of Water
Resources And Production, 3, 198-414.
2.5 Metode STORET
Metode STORET merupakan salah satu
Metode yang bisa digunakan untuk
menentukan status mutu air. Penentuan
status mutu air dilakukan dengan cara
membandingkan data kualitas air dengan
Tabel 4 Klasifikasi Status Mutu Air Menurut
US-EPA
No Kelas Kategori Skor Keterangan
1 Kelas Baik 0 Memenuhi
A Sekali baku mutu
2 Kelas Baik -1 Tercemar
B s/d - ringan
10
3 Kelas Sedang -11 Tercemar
C s/d - sedang
30
Gambar 3. Hasil Perhitungan Kualitas Air
4 Kelas Buruk -30 Tercemar
D berat Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
Sumber : Kepmen LH No. 115 periode tahunan
3 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 3 Hasil perhitungan di atas
3.1 Analisis Setiap Parameter dapat dilihat pada titik pemantauan nomer 2
Setelah dianalis dapat simpulkan di Jembatan Perning pada tahun 2012, 2013
pemberi pencemar terbesar pada Sungai dan 2014 mengalami kenaikan yang cukup
Brantas bagian hilir di Mojokerto dan tinggi karena pada Jembatan Perning
Surabaya adalah parameter TSS, BOD, tersebut nilai parameter BOD, Fosfat, dan
fosfat dan total coli. Parameter tersebut yang Total coli sanggat tinggi setiap tahunnya.
sebagian besar tidak memenuhi baku mutu Untuk Jembatan Bambe, Karang Pilang, dan
sesuai Peraturan Pemerintah No 82 tahun Joyoboyo sudah mengalami penurunan bisa
2001 dikarenakan pada setiap titik jadi pada ketiga titik pemantauan bisa
pemantauan untuk parameter TSS menangani limbah yang masuk keSungai.
disebabkan erosi tinggi dan mengakibatkan Tabel 5 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air
kekeruhan, parameter BOD disebabkan oleh Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
Jembatan
limbah industri yang langsung dibuang di Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo
Sungai tanpa harus diolah terlebih dahulu, Pilang boyo
limbah domestik dan home industry yang 2010 4 6 4 6 3
2011 4 6 5 6 4
bergerak di bidang pangan dan limbah 2012 3 6 4 4 4
pertanian. Parameter fosfat dan total coli 2013 3 6 4 3 3
disebabkan karena pembuangan tinja 2014 3 6 4 3 3
disetiap titik pemantauan kualitas air. Berdasarkan Tabel 5 setiap tahunnya
Parameter temperatur, TDS, DO, COD, pH, mengalami peningkatan kelas pada tahun
NH3-N sebagian besar masih memenuhi 2010 dan 2011 masuk kedalam kelas 4 yang
baku mutu. tingkatannya tercemar sedang, pada tahun
3.2 Analisis Metode Water Quality Index 2012, 2013, dan 2014 mengalami
(WQI) peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3
Hasil perhitungan setiap titik dengan tingkatan tercemar ringan. Jembatan
pemantauan pada tahun 2010-2014 dengan Perning Mojokerto mulai tahun 2010 sampai
menggunakan Metode Water Quality Index 2014 tidak mengalami kenaikan kelas
(WQI) untuk periode bulanan didapatkan melainkan tetap pada kelas 6 dengan
hasil 40% adalah tercemar ringan masuk tingkatan kotor. Jembatan Bambe Gresik
kelas 3, 10% tercemar sedang masuk kelas mengalami peningkatan pada tahun 2011
4, 25% tercemar berat masuk kelas 5, dan masuk dalam kelas 5 tingkatannya tercemar
25% kotor masuk kelas 6. berat, dan mengalami kenaikan kelas pada
Periode tahunan dapat dilihat pada tahun 2012 sampai 2014 masuk dalam kelas
Gambar 3. 4 dengan tingkatan tercemar sedang.
Jembatan Karang Pilang Sidoarjo setiap
tahunnya mengalami kenaikan kelas dari
kelas 6 di tahun 2010 menjadi kelas 3
ditahun 2014. Dan Jembatan Joyoboyo
Surabaya mengalami penurunan kelas 4
dengan tingkatan tercemar ringan pada tahun
2011-2012. Tahun 2013-2014 mengalami
kenaikan kelas 3 dengan tingkatan tercemar Tabel 6 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air
ringan. Sungai Brantas Hilir dengan Metode
STORET
Hasil penentuan status mutu air pada
tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan Jembatan
dengan lima titik pemantauan apabila Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo
dihitung dengan presentase hasil kelas mutu Pilang
boyo
air menurut Metode Water Quality Index
(WQI ) didapatkan hasil 32% adalah 2010 D D D D D
tercemar ringan masuk kelas 3, 36% 2011 D D D D D
tercemar sedang masuk kelas 4, 4% tercemar
berat masuk kelas 5dan 28% kotor masuk 2012 D D D D D
kelas 4. 2013 D D D D D
Hasil perhitungan setiap titik
2014 D D D D D
pemantauan pada tahun 2010-2014 dengan
menggunakan Metode STORET untuk Dari hasil perhitungan penentuan status
periode bulanan didapatkan hasil 15% mutu air di lima titik pemantauan tahun
adalah sedang atau tercemar sedang masuk 2010-2014 dengan Metode STORET diatas
kelas C, dan 85% kondisinya buruk atau bahwa kodisi air di lima titik pemantauan
tercemar berat dan masuk kelas D tersebut kategorinya buruk dan masuk kelas
Periode tahunan dapat dilihat pada D.
Gambar 4.
Hasil penentuan status mutu air pada
tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan
dengan lima titik pemantauan apabila
dihitung dengan presentase hasil kelas mutu
air menurut Metode STORET didapatkan
hasil 100% adalah tercemar berat masuk
kelas D.

Gambar 4. Hasil Perhitungan Kualitas Air


Sungai Brantas Hilir dengan Metode
STORET Periode Tahunan
Dari hasil perhitungan diatas dengan
Metode STORET dapat dilihat pada titik
pemantauan nomer 2 tahun 2010-2014 di
Jembatan Perning Mojokerto terjadi
peningkatan pada tiap tahunnya dibadingkan
Gambar 5. Hasil Perhitungan Kualitas Air
titik yang lain. Hal tersebut dikarenakan
Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
terjadi peningkatan parameter TSS, COD,
Musim Penghujan
BOD, dan Total coli yang tidak memenuhi
Hasil perhitungan nilai WQI tertinggi
standart baku mutu. Setelah mendapatkan
terjadi pada tahun 2014 di Jembatan Perning
nilai STORET selanjutnya pengklasifikasian
Mojokerto dengan nilai 16,909 masuk kelas
kelas dengan Metode STORET pada tabel 6.
6 dengan tingkat kualitas air tercemar kotor
disebabkan karena nilai parameter BOD,
fosfat, dan Total coli tinggi di setiap musim
dan tahunnya. Setelah mendapatkan nilai
WQI selanjutnya mengklasifikasikan kelas
pada tabel 7.
Tabel 7 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air
Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
Musim Penghujan
Jembatan

Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo


Pilang
boyo

2010 4 6 4 6 3

2011 4 6 4 6 3

2012 3 6 3 3 3

2013 3 6 4 3 3

2014 3 6 4 3 3 Gambar 6. Hasil Perhitungan Kualitas Air


Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
Hasil perhitungan WQI pada tahun Musim Kemarau
2010-2014 Jembatan Jetis Mojokerto setiap
tahunnya mengalami peningkatan kelas pada Hasil perhitungan nilai WQI tertinggi
tahun 2010 sampai 2011 masuk kedalam terjadi pada tahun 2012 di Jembatan Perning
kelas 4 yang tingkatannya tercemar sedang, Mojokerto dengan nilai 13,477 masuk kelas
pada tahun 2012, 2013, dan 2014 6 dengan tingkat kualitas air tercemar kotor
mengalami peningkatan kelas masuk disebabkan karena nilai parameter BOD, dan
kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar fosfat dan Total coli tinggi. Setelah
ringan. Jembatan Perning Mojokerto mulai mendapatkan nilai WQI selanjutnya
tahun 2010 sampai 2014 tidak mengalami mengklasifikasikan kelas dengan Metode
kenaikan kelas melainkan tetap pada kelas 6 WQI pada, musim penghujan dapat dilihat
dengan tingkatan kotor. Jembatan Bambe pada tabel berikut ini :
Gresik mengalami peningkatan kelas pada
Tabel 8 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air
tahun 2012 saja masuk kelas 3 dengan
Sungai Brantas Hilir dengan Metode WQI
tercemar ringan dan tahun 2010, 2011, 2013,
Musim Kemarau
2014 masuk kelas 4 tercemar sedang.
Jembatan Karang Pilang Sidoarjo setiap Jembatan

tahunnya mengalami peningkatan kelas dari Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo
kelas 6 di tahun 2010 dan 2011 menjadi Pilang
boyo
kelas 3 di tahun 2012 sampai 2014. Dan
2010 3 6 4 6 3
Jembatan Joyoboyo Surabaya setiap
tahunnya mengalami masuk kedalam kelas 3 2011 4 6 5 5 4
dengan tingkatan tercemar ringan. 2012 3 6 4 5 4

Hasil penentuan status mutu air pada 2013 3 6 4 3 3


tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan 2014 3 6 5 3 3
dengan lima titik pemantauan apabila
dihitung dengan presentase hasil kelas mutu Hasil perhitungan WQI pada tahun
air menurut Metode Water Quality Index 2010-2014 Jembatan Jetis Mojokerto setiap
(WQI ) didapatkan hasil 48% adalah tahunnya mengalami peningkatan kelas pada
tercemar ringan masuk kelas 3, 24% tahun 2011 masuk kedalam kelas 4 yang
tercemar sedang masuk kelas 4, dan 28% tingkatannya tercemar sedang, pada tahun
kotor masuk kelas 6. 2010, 2012, 2013, dan 2014 mengalami
peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3
dengan tingkatan tercemar ringan. Jembatan
Perning Mojokerto mulai tahun 2010 sampai
2014 tidak mengalami kenaikan kelas
melainkan tetap pada kelas 6 dengan
tingkatan kotor. Jembatan Bambe Gresik
mengalami penurunan kelas pada tahun
2010 dan 2014 masuk kelas 4 tercemar
sedang dan ditahun 2010, 2011, 2012, dan Tabel 8 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air
2014 naik menjadi kelas 3 tercemar sedang. Sungai Brantas Hilir dengan Metode
Jembatan Karang Pilang Sidoarjo setiap STORET Musim Penghujan
tahunnya mengalami peningkatan kelas dari Jembatan
kelas 6 tercemar kotor di tahun 2010
Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo
menjadi kelas 5 tercemar berat di tahun Pilang
2011-2012 dan kelas 3 tercemar ringan boyo
ditahun 2013-2014. Dan Jembatan Joyoboyo 2010 D D D D D
Surabaya setiap tahunnya mengalami
2011 D D D D D
peningkatan kelas pada tahun 2011-2012
masuk kedalam kelas 4 yang tingkatannya 2012 D D D D D

tercemar sedang, pada tahun 2010, 2013, 2013 D D D D D


dan 2014 mengalami peningkatan kelas
2014 D D D D D
masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan
tercemar ringan. Dari hasil perhitungan penentuan status
mutu air di lima titik pemantauan tahun
Hasil penentuan status mutu air pada
2010-2014 musim penghujan dengan
tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan
Metode STORET diatas bahwa kodisi air di
dengan lima titik pemantauan apabila
lima titik pemantauan tersebut kategorinya
dihitung dengan presentase hasil kelas mutu
buruk dan masuk kelas D.
air menurut Metode Water Quality Index
(WQI) didapatkan hasil 36% adalah Hasil penentuan status mutu air pada
tercemar ringan masuk kelas 3, 24% tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan
tercemar sedang masuk kelas 4, 16% dengan lima titik pemantauan apabila
tercemar berat masuk kelas 5, dan 24% dihitung dengan presentase hasil kelas mutu
kotor masuk kelas 6. air menurut Metode STORET didapatkan
hasil 100% adalah buruk dan tercemar berat
masuk kelas D.

Gambar 7. Hasil Perhitungan Kualitas Air


Sungai Brantas Hilir dengan Metode
STORET Musim Penghujan Gambar 8. Hasil Perhitungan Kualitas Air
Hasil perhitungan nilai STORET Sungai Brantas Hilir dengan Metode
tertinggi terjadi pada tahun 2012 di STORET Musim Kemarau
Jembatan Perning Mojokerto dengan nilai - Hasil perhitungan nilai STORET
106 masuk kelas D dengan tingkat kualitas tertinggi terjadi pada tahun 2014 di
air buruk. Hal ini disebabkan karena nilai Jembatan Perning Mojokerto dengan nilai -
parameter fosfat, BOD, dan Total coli tinggi. 110 masuk kelas D dengan tingkat kualitas
Setelah mendapatkan nilai STORET air buruk. Hal ini disebabkan karena nilai
selanjutnya mengklasifikasikan kelas dengan parameter fosfat, BOD, dan Total coli tinggi.
Metode STORET pada ,musim penghujan Setelah mendapatkan nilai STORET
dapat dilihat pada tabel berikut ini : selanjutnya mengklasifikasikan kelas dengan
Metode STORET pada ,musim penghujan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air tercemar berat (kelas 5), dan 28% kotor
Sungai Brantas Hilir dengan Metode (kelas 6). Pada musim penghujan 48%
STORET Musim Kemarau tercemar ringan (kelas 3), 24% tercemar
Jembatan
sedang (kelas 4), 28% kotor (kelas 6),
musim kemarau 36% tercemar ringan
Tahun Jetis Perning Bambe Karang Joyo
Pilang
(kelas 3), 24% tercemar sedang (kelas 4),
boyo 16% tercemar berat (kelas 5), 24% kotor
2010 D D D D D (kelas 6).Menurut Metode STORET
periode bulanan 15% tercemar sedang
2011 D D D D D
(kelas C), dan 85% tercemar berat (kelas
2012 D D D D D D). Periode tahunan, musim penghujan
2013 D D D D D dan musim kemarau presentasenya 100%
tercemar berat (kelas D). Hasil
2014 D D D D D
perhitungan dengan Metode STORET
Dari hasil perhitungan penentuan status tidak memenuhi standar baku mutu yang
mutu air di lima titik pemantauan tahun di tetapkan oleh Keputusan Gurbernur
2010-2014 musim penghujan dengan Jawa Timur No. 61 tentang peruntukan
Metode STORET diatas bahwa kodisi air di Sungai di Jawa Timur.
lima titik pemantauan tersebut kategorinya
3. Dari hasil perhitungan disimpulkan
buruk dan masuk kelas D.
bahwa dari hulu ke hilir pencemaran
Hasil penentuan status mutu air pada yang paling besar terdapat di bagian hulu
tabel di atas Sungai Brantas Hilir tahunan Sungai Brantas tepatnya di daerah
dengan lima titik pemantauan apabila Mojokerto. Hal ini disebabkan karena
dihitung dengan presentase hasil kelas mutu pada titik pemantauan di Jembatan Jetis
air menurut Metode STORET didapatkan dan Jembatan Perning Mojokerto
hasil 100% adalah buruk dan tercemar berat pencemaran terbesar oleh meningkatnya
masuk kelas D. pembuangan limbah industri yang
memproduksi gula dan penyedap rasa
4. KESIMPULAN dan limbah rumah tangga yang bergerak
Berdasarkan hasil analisis dan dibidang pangan pada daerah sekitar titik
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa pemantauan tersebut tanpa dilakukannya
kesimpulan sebagai berikut: pengolahan terlebih dahulu. Selain itu
1. Dari hasil analisis dapat disimpulkan pada daerah Mojokerto kurang adanya
bahwa pemberi pencemaran terbesar sarana atau prasarana untuk pengolahan
pada Sungai Brantas Hilir daerah limbah domestik, dan kurang adanya
Mojokerto sampai Surabaya dengan lima instalasi IPAL Komunal untuk
titik pemantauan, dengan pengukuran pengolahan limbah rumah tangga.
yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dari Sedangkan untuk titik pemantauan di
tahun 2010 sampai 2014 adalah Jembatan Bambe, Karang Pilang, dan
parameter TSS, BOD, Fosfat, dan Total Joyoboyo sarana atau prasarana
coli. Parameter tersebut yang sebagian pengelolaan limbah sudah relatif
besar tidak memenuhi baku mutu sesuai membaik sehingga limbah industri atau
PP No 82 Tahun 2001. Parameter rumah tangga dapat diolah terlebih
temperatur, TDS, DO, COD, pH, dan dahulu sebelum dibuang ke Sungai.
Ammonia sebagian besar masih
memenuni baku mutu sesuai Peraturan DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah No 82 Tahun 2001. Anonim. 2015. US-EPA (Environmental
2. Hasil analisa kualitas air menurut Metode Protection Agency),
WQI periode bulanan 40% tercemar www.epa.gov/storet, 20 Oktober
ringan (kelas 3), 10% tercemar sedang 2015.
(kelas 4), 25% tercemar berat (kelas 5), Alaerts, G. Dan Sri Sumesti, S. 1984 Metoda
dan 25% kotor (kelas 6). Periode Penelitian Alir. Surabaya: Penerbit
tahuanan 32% tercemar ringan (kelas 3), Usaha Nasional.
36% tercemar sedang(kelas 4), 4%
Altansukh Dan davaa.2011 : Aplication Of
Index Analisys To Evaliate The Water
Quality Of The tuul River In
Mongolia. Jurnal Of Water Resources
And Production.3.198-414.
Khairil, Saifi Amin. 2014 : Kajian
Penentuan Status Mutu Air Di Kali
Kloang Kabupaten Pamekasan
(Metode STORET, Metode Indeks
Pencemaran, Metode CCME WQI,
Dan Metode OWQI) . Skripsi.
Jurusan Teknik Pengairan. Fakultas
Teknik. Universitas Brawijaya.
Priyono, Thesa Septine Citri. 2013. Studi
penentuan Status Mutu Air di Sungai
Surabaya untuk Keperluan Bahan
Baku Air Minum. Skripsi. . Jurusan
Teknik Pengairan. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya.
Rusiana, Endah Purwandari. 2015 : Studi
Kualitas Air Tanah Dangkal Kawasan
TPA Supit Urang Kota Malang.
Malang. Skripsi. Jurusan Teknik
Pengairan. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Jakarta: Sekretaris Negara.
Republik Indonesia. 2002. Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907
Tahun 2002. Tentang Syarat-Syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Jakarta: Mentri Kesehatan.
Republik Indonesia. 2003. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003. Tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Jakarta: Sekretaris Negara.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan
Gurbernur Jawa Timur Nomor 61
Tahun 2010. Tentang Penetapan
Kualitas Air Pada Air Sungai . Jawa
Timur: Gurbernur Jawa Timur.
Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan
Air Limbah. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai