Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI DI PROVINSI SUMATERA

UTARA

Tujuan Kegiatan :
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Status Mutu Air Sungai Lintas Kab/Kota di Provinsi
Sumatera Utara bermaksud untuk melakukan pemantauan dan pengambilan sampel air sungai
Wampu, Sungai Percut, Sungai Asahan, serta mengevaluasi data hasil pemantauan dan
dibandingkan terhadap hasil pemantauan tahun sebelumnya, dengan tujuan untuk menghasilkan
data hasil kegiatan dalam bentuk database sebagai rekaman data ilmiah untuk mengetahui status
mutu air sungai secara berkesinambungan sehingga diperoleh gambaran yang representative
tentang kondisi sungai dalam upaya penyusunan kebijakan terkait dengan pengelolaan kualitas
air sungai.

Pelaksanaan Kegiatan :
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Status Mutu Air Sungai Lintas Kab/Kota meliputi pemetaan
titik sampling, pemantauan & sampling air sungai, pengukuran debit air sungai (bila
memungkinkan), dan analisis hasil pengujian kualitas air serta pelaporan.

Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Berdasarkan analisa data hasil pemantauan kualitas sungai lintas kab/kota diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
Status Mutu Air Sungai Percut berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 21
Tahun 2006 Tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Pronvinsi
Sumatera Utara Lampiran II.I sebagai berikut Seluruh lokasi titik sampling 1. Jembatan Bukum
Desa Cinta Rakyat, 2. Jembatan Desa Sarilaba Jahe, 3. Jembatan Desa Ajibaho
Patumbak, 4. Jembatan Medan-Amplas, 5. Jembatan Desa Bandar Setia Tembung dan 6.
Jembatan Percut termasuk kedalam kondisi cemar sedang.
Status Mutu Air Sungai Wampu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 55, dinyatakan bahwa
titik sampling 1. Jembatan Desa Sogong, 2. Jembatan Sei Bahorok, 3. Jembatan Desa
Tanjung Lenggang, 4. Penyebrangan Getek Desa Perhiasaan, 5. Jembatan Jalan Umar
Baki Binjai, dan 6. Jembatan Desa Stabat) termasuk ke dalam kondisi cemar sedang.
Status Mutu Air Sungai Asahan berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 21
Tahun 2006 Tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Pronvinsi
Sumatera Utara Lampiran II.F, dinyatakan bahwa titik sampling 1. Jembatan Sungai
Asahan/Jembatan Jl. Balige Psr. Porsea, 2. Jembatan Gantung Tangga/Jembatan Desa
Meranti Pintu Pohan, 3. Titi Gantung Deang-Deang, 4. Jembatan 0092/Jembatan
Downstream PKS Pulo Raja, 6. Jembatan Tabayong Desa Patembo termasuk ke dalam
kondisi cemar sedang; dan titik sampling 5. Jembatan Tebayang/Jembatan Kuning
P.Simardan termasuk ke dalam kondisi cemar berat.
Status Mutu Air Sungai Bah Bolon berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 21
Tahun 2006 Tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Pronvinsi
Sumatera Utara Lampiran II.F, dinyatakan bahwa titik sampling 1. Jembatan Hantaran 1, 2.
Jembatan Bukit Marihat, 3. Jembatan Sungai Bah Bolon Perdagangan, 4. Jembatan Air
Putih, 5. Jembatan Suka Ramai, 6. Jembatan Kwala Indah termasuk ke dalam kondisi
cemar berat.
Status Mutu Air Sungai Padang berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 21
Tahun 2006 Tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Pronvinsi
Sumatera Utara Lampiran II.F, dinyatakan bahwa titik sampling 1. Jembatan Dusun I, 2.
Jembatan Bambu termasuk ke dalam kondisi cemar sedang 3. Jembatan Senangin, 4.
Jembatan Brohol, 5. Jembatan Sri Payung, 6. Jembatan Ancol termasuk ke dalam kondisi
cemar berat.

Saran
Beberapa saran/rekomendasi yang dapat dilakukan dalam rangka pengendalian, perbaikan, dan
peningkatan kualitas air sungai antara lain :
a. Meningkatkan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air dengan tujuan untuk
mengkarakterinsikkan aliran sumber pencemar dan untuk mengenali serta mengelompokkan
jenis-jenis pencemar, sumber dan lokasi, serta pengaruh/dampak bagi lingkungan
penerimanya.
b. Menetapkan daya tampung beban pencemaran air dengan tujuan untuk mengendalikan zat
pencemar yang masuk ke dalam sumber air dengan mempertimbangkan kondisi intrinsik
sumber air.
c. Melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat serta
pengetahuan masyarakat akan dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat.
d. Melakukan peningkatan kemampuan sungai untuk mempertahankan dan
mempengaruhi diri dengan cara tidak mengganggu stream corridor (aliran sungai
dan komunitas tumbuhan sekeliling) yang berfungsi sebagai :
- Penyaring (filter) yang akan mengurangi pencemaran air dan meminimalkan
transportasi sediment serta menstabilkan daerah pinggiran sungai.
- Penghambat aliran bahan polutan ke badan air.
e. Melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap berbagai jenis
usaha dan/atau kegiatan yang beroperasi di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
f. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air berdasarkan rekapitulasi dan
analisis hasil inventarisasi dan identifikasi, daya tampung beban pencemaran, dan
mutu air sasaran misalnya menetapkan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) untuk
usaha dan/atau kegiatan yang lebih ketat dari peraturan tentang BMAL yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang disesuaikan dengan
kondisi air sungai di masing-masing daerah.
g. Meningkatkan pengelolaan limbah sebelum dibuang ke badan air dengan
pembuatan IPAL Komunal untuk mengolah limbah domestik dari aktifitas rumag
tangga.
h. Meningkatkan tupoksi Instansi Lingkungan Hidup Kab/Kota di Provinsi Sumatera
Utara melakukan pemantauan kualitas air sungai di daerahnya masing-masing
yang disesuaikan dengan kewenangannya menurut Peraturan Pemerintah RI No.
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air Pasal 13 ayat 1 (a) dan Pasal 18 ayat 3 dan Pasal 20, yang disinergikan dengan
pemantauan kualitas air sungai kewenangan Badan Lingkungan Hidup Sumatera
Utara.
i. Kompetensi pelaksana sampling di lapangan serta laboratorium yang belum
sepenuhnya menjalankan praktek berlaboratorium yang baik dan benar sesuai
standar, sehingga masih ditemukan data kualitas air yang diragukan.
j. Pemilihan sungai dan titik pantau kualitas air belum dapat mencerminkan kondisi
kualitas dan kuantitas air serta belum terhubung dengan potensi sumber
pencemarnya.
k. Waktu dan frekwensi pemantauan belum mempertimbangkan kondisi iklim lokal.
l. Pengolahan data yang terdiri pengumpulan, analisis dan interpretasi data serta
distrubusi data yang masih belum menghasilkan informasi yang sesuai dengan
tujuan pemantauan.
Peta Aliran Air Sungai Percut
Peta Aliran Air Sungai Wampu
Peta Aliran Air Sungai Asahan
Peta Aliran Air Sungai Bah Bolon
Peta Aliran Air Sungai Padang

Anda mungkin juga menyukai