Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi
aktifitas fisik atau psikis (WHO), sedangkan menurut KONAS obat adalah bahan
atau sediaan yang digunaka nuntuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit atau penyakit untuk
meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

Setiap bahan kimia adalah racun termasuk obat. Oleh karena itu dosis
harus dihitung untuk memastikan bahwa obat yang diberikan dapat memberikan
efek terapi yang diinginkan.

Dosis obat yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-
faktor yang berhubungan dengan penderita seringkali sangat kompleks, karena
perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Dilihat
dari faktor penderita, salah satu yang mempengaruhi respon terhadap obat yaitu
umur (neonatus, anak, dewasa, geriatri). Perhitungan dosis obat yang diberikan
kepada bayi atau anak berbeda dengan dosis yang diberikan kepada dewasa, hal
ini bertujuan agar didapatkan efek terapi yang optimal dan juga dapat menghindari
efek toksik pada pengguanaan obat.

Beberapa faktor tambahan harus dipertimbangkan dalam optimalisasi


terapi obat pediatri. Banyak obat yang diresepkan untuk bayi dan anak-anak tidak
tersedia dalam bentuk sediaan yang dikehendaki maka banyak diresepkan obat
racikan, dengan demikian apoteker harus mampu menilai dan mengambil
keputusan profesional untuk masalah tersebut. Pemberian sediaan oral untu bayi
dan anak dapat menjadi hal yang rumit bagi orang tua karena tingkat kepatuhan
dalam penggunaan obat bagi pasien pediatri memiliki tingkat kerumitan tersendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggolongan dari pasien yang tergolong bayi, anak, remaja


dan dewasa?
2. Bagaimana mengetahui konsep fisiologi dan kinetika pada pediatri?
3. Bagaimana perhitungan dosis untuk pediatri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai pasien yang tergolong kedalam bayi, anak,
remaja dan dewasa.
2. Untuk mengetahui konsep fisiologi dan kinetika pada pediatri?
3. Untuk mengetahui informasi mengenai dosis yang harus diberikan kepada
bayi, anak, remaja dan dewasa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dosis
2.1.1 Definisi Dosis Obat
Dosis adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita atau pasien
dalam satuan berat (g, mg, ug) atau satuan isi (liter, ml, ui) kecuali bila dinyatakan
lain, maka yang dimaksud dengan dosis obat ialah sejumlah obat yang
memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa (Joenoes, 2001).

Dosis tertentu memerlukan dosis-permulaan (initial dose) atau dosis-awal


(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis-pemeliharaan (maintenance dose).
Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih
awal (Joenoes, 2001).

2.1.2 Macam-macam Dosis Obat


1. Dosis Maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan
obat yang dosisnya melebihi jumlah maksimum dapat dilakukan dengan cara
membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep;memberi garis dibawah
nama obat terseebut dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.
2. Dosis Lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan
sebagai pedoman umum.Selain dosis lazim juga dikenal macam-macam istilah
dosis yang lain yaitu:
a. Dosis Terapi
Takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
penderita
b. Dosis Minimum
Takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan
tidak menimbulkan resistensi pada penderita.

3
c. Dosis Toksik
Takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada
penderita.
d. Dosis Letalis
Takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematiaan pada
penderita.

2.1.3 Rumus Perhitungan Dosis Obat

1. Perhitungan Dosis Berdasarkan Umur


a. Rumus Young(untuk anak <8 tahun)

Dosis = x Dosis maksimum dewasa
+12

Keterangan: n= umur dalam tahun


b. Rumus Dilling (untuk anak 8 tahun)

Dosis = x Dosis maksimum dewasa
20

Keterangan: n= umur dalam tahun


c. Rumus Fried (untuk bayi)

Dosis = x Dosis maksimum dewasa
150

Keterangan: n= umur dalam bulan


d. Rumus Cowling (untuk anak usia 8-12 tahun)

Dosis = x Dosis maksimum dewasa
24

Keterangan: n= umur anak dalam tahun


e. Rumus Gaubius
Rumus ini merupakan pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa,
aturannya sebagai berikut:
0-1 tahun =1/12 x dosis dewasa
1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa
2-3 tahun =1/6 x dosis dewasa
3-4 tahun= 1/4 x dosis dewasa
4-7 tahun=1/3 x dosis dewasa
7-14 tahun=1/2 x dosis dewasa
14-20 tahun=2/3 x dosis dewasa

4
f. Rumus Bastedo

Dosis = 30x Dosis maksimum dewasa

Keterangan: n= umur dalam tahun


2. Perhitungan Dosis berdasarkan Berat Badan
a. Rumus Clark
()
Dosis = x Dosis maksimum dewasa
150

b. Rumus Thremic-Fier
()
Dosis = x Dosis maksimum dewasa
70

c. Rumus Black
()
Dosis = x Dosis maksimum dewasa
62

3. Perhitungan Dosis berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


a. Crawford Terry Rouke
( () ())
LPT = 3600

Dosis = (1,73)x Dosis maksimum dewasa

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat


Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama
faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual
terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga
faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1. Faktor Obat
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2. Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita
a. Oral
Kebanyakan obat ditelan dan jarang larut di dalam mulut. Tujuan
penggunaan obat melalui oral adalah untuk memperoleh efek sistemik, yaitu
obat masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh setelah
terjadi absorpsi obat pada bermacam-macam permukaan sepanjang saluran

5
pencernaan. Akan tetapi, ada obat yang ditelan dengan tujuan untuk
memperoleh efek lokal karena obat tidak larut atau tidak diabsorpsi dalam rute
ini, misalnya obat cacing dan obat-obat antasida untuk menetralkan kelebihan
asam lambung.
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dan lain-lain
Dapat berupa larutan, suspensi, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau
minyak.
Keuntungan bentuk sediaan parenteral adalah:
Terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran
gastrointestinal
Dapat digunakan bila obat sedikit diabsorpsi dalam saluran gastrointestinal
sehingga obat tidak menimbulkan respon
Bila dikehendaki, dapat menghasilkan efek obat yang cepat (pada keadaan
gawat
Kadar obat yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan karena tidak
ada atau sedikit sekali dosis obat yang berkurang
Dapat diberikan pada penderita yang kesulitan menelan, misalnya karena
muntah atau koma
Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah:
Efek toksiknya sulit dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat
selain itu, harga obatnya lebih mahal dari pada obat oral karena harus
dibuat steril.
c. Rektal, vaginal, uretral
Bentuk sediaan ini dibuat untuk tujuan lokal dan sistemikdalam bentuk
larutan (lavement/clysma, enema), padat (suposutoria) atau setengah padat
(ungentum/salep).
Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat atau
obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut dan usus, dapat
digunakan untuk penderita yang muntah-muntah, koma, atau sulit menelan obat
dan obat tidak mengalami detoksikasi, biotransformasi atau metabolisme yang
mengakibatkan obat menjadi tidak aktif. Kerugiannya adalah penggunaan yang
tidak menyenangkan dan absorpsi yang sukar diramalkan.

6
d. Lokal, topikal
Bentuk sediaan ini bertujuan untuk menghasilkan efek lokal dan bukan
sistemik. Bentuk-bentuk sediaannya antara lain salep (ungenta), krim, pasta,
cerata atau salep berlemak yang presentase lilinnya tinggi, gelones spumae atau
jelly, lotion atau obat gosok, liminenta, compres (epithema) dan serbuk tabur.
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
Bentuk sediaan melalui rute implantasi berupa obat steril yang ditanam
dibawah kulit dengan alat khusus yang disebut trokar. Implantasi diberikan untuk
tujuan efek sistemik jangka panjang dan hanya membutuhkan dosis yang lebih
kecil daripada cara oral.
3. Faktor Penderita
a. Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatri
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menetukan dosis obat.
Dosis obat memiliki kekhususan dalam perawatan neonatal (kelahiran baru),
pasien pediatrik dan geriatrik. Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik pecahan
dari dosis orang yang dewasa tergantung pada umur pasien dan secara relatif
terhadap pasien yang lebih muda.
b. Berat badan: biarpun sama-sama dewasa, berat badan dapat berbeda besar
Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan
70 kg (150 pon). Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentrasi obat pada tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat
memerlukan penyesuaian dari dosis biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak
lazim, pasien kurus atau gemuk, penentuan dosis obat untuk yang lebih muda,
berdasarkan berat badan lebih tepat diandalkan daripada yang mendasarkan
kepada umur sepenuhnya. Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan
dalam miligram (obat/kg BB).
c. Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormon
Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan daripada laki-
laki, dan dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan
pengurangan dosis.
d. Toleransi

7
Kemampuan untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya
apabila dibutuhkan untuk pemakaian bahan yang terus menerus disebut toleransi
obat.
e. Luas Permukaan Tubuh
Luas permukaan seseorang dapat ditentukan dari suatu monogram yang
membuat skala tinggi, lebar dan luas permukaan.
f. Keadaan Patofisiologi
Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondisi patologi
pasien dan harus dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan
dan juga dosisnya yang tepat. Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi
pada suatu situasi terapetik tertentu hanya boleh dipakai apabila kemungkinan
manfaatnya melebihi kemungkinan resikonya terhadap pasien dan bila sudah tidak
ada lainnya yang cocok dan kemungkinan keracunannya lebih rendah.

2.2 Pediatri
2.2.1 Definisi Pediatri
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-
anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat
menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh
beragam negara dan lembaga internasional. Department of Child and Adolescent
Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia
di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the
Childmendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun.
WHO mendefinisikan anak-anak antara usia 012 tahun karena di usia inilah
resiko cenderung menjadi besar.
Menurut Badan Pusat Statistik, komposisi penduduk Indonesia menurut
kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-12 tahun), usia produktif
(15-64 tahun) dan usia tua (65 tahun). Masa perkembangan anak dibagi oleh
banyak ahli dalam beberapa periode dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan
yang jelas tentang definisi dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena
pada saat-saat perkembangan tertentu anak-anak secara umum memperlihatkan
ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Periode perkembangan

8
anak terdiri dari masa bayi usia 0-1 tahun (periode vital), masa kanak-kanak usia
1-5 tahun (periode estatis), masa anak-anak sekolah dasar usia 6-12 tahun (periode
intelektual) dan periode pueral usia 12-14 tahun (pra-pubertas atau puber awal).
Ada beberapa pengertian yang mengatur batasan pediatri. Pediatri berasal
dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti anak dan iatrica yang berarti
pengobatan anak. Beberapa penyakit memerlukan penanganan khusus untuk
pasien pediatri. Ada banyak prinsip farmakoterapi yang harus dipertimbangan
dalam penanganan pasien pediatri. Beberapa definisi yang berhubungan dengan
pediatri adalah:
Prematur : bayi yang dilahirkan sebelum berusia 37 minggu
Neonatus : usia 1 hari sampai 1 bulan
Bayi : usia 1 bulan sampai 24 bulan
Balita : 1 tahun sampai 5 tahun
Anak : usia 6 tahun sampai 11 tahun
Remaja : usia 12 tahun sampai 18 tahun

2.2.1 Konsep Fisiologi dan Kinetika pada Pediatri


Ada beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi pemberian obat pada
bayi (5-52 minggu setelah dilahirkan) dan anak-anak (1-12 tahun). Pertumbuhan
dan kematangan biologis yang progresif menstabilisasi respon tubuh terhadap
obat sampai memberikan respon yang akhirnya sama dengan orang dewasa.
Selama pertumbuhan, terjadi peningkatan massa tubuh, perbedaan kandungan
lemak, dan penurunan volume air tubuh. Semua hal itu akan mempengaruhi
penyerapan, distribusi, metabolisme dan elemenasi obat. Selain itu, hambatan
anatomis seperti kulit dan sawar otak lebih efektif pada bayi. Pertumbuhan yang
cepat selama masa kanak-kanak dan pubertas juga dapat mempengaruhi respon
obat.

a. Absorbsi
Absorbsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anak tidak sebanding
dengan pasien dewasa. Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak
pada dewasa, sehingga pH lambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut akan

9
menurunkan absorbsi obat-obat yang bersifat asam lemah seperti fenobarbital dan
fenitoin, sebaliknya akan meningkatkan absorbsi obat-obat yang bersifat basa
lemah seperti penisilin dan eritromisin. Waktu pengosongan dan pH lambung
akan mencapai tahap normal pada usia sekitar tiga tahun. Waktu pengosongan
lambung pada bayi baru lahir yaitu 6-8 jam sedangkan dewasa 3-4 jam. Oleh
karena itu harus diperhatikan pada pemberian obat yang di absorbsi di lambung.
Peristaltik pada neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat karena
itu absorbsi obat di usus halus sulit di prediksi. Absorbsi perkutan meningkat pada
bayi dan anak-anak terutama pada bayi prematur karena kulitnya lebih tipis, lebih
lembab, dan lebih besar dalam ratio luas permukaan tubuh perkilogram berat
badan. Sebagai contoh terjadinya peningkatan absorpsi obat melalui kulit, terjadi
pada penggunaan steroid, asam borat, heksaklorofen, iodium, asam salisilat dan
alkohol.
Absorbsi obat pada pemberian secara intramuskular bervariasi dan sulit
diperkirakan. Perbedaan masa otot, ketidakstabilan vasomotor perifer, kontraksi
otot dan perfusi darah yang relatif lebih kecil dari dewasa, kecuali persentase air
dalam otot bayi lebih besar dibandingkan dewasa. Efek total dari faktor-faktor ini
sulit diperkirakan, misalnya fenobarbital akan diabsorbsi secara cepat sedang
absorpsi diazepam memerlukan waktu lebih lama. Oleh karena itu, pemberian
secara intramuskular jarang dilakukan pada neonatus kecuali pada keadaan darurat
atau tidak dimungkinkannnya pemberian secara intra vena.
Pemberian obat secara rektal umumnya berguna untuk bayi dan anak yang
tidak memungkinkan menggunakan sediaan oral seperti pada kondisi muntah,
kejang. Namun demikian, seperti halnya pada pasien dewasa, ada kemungkinan
terjadinya variasi individu pada suplai darah ke rektum yang menyebabkan variasi
dalam kecepatan dan derajat absorbsi pada pemberian secara rektal.
b. Distribusi
Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, karena
adanya perbedaan volume cairan ekstraselluler, total air tubuh, komposisi jaringan
lemak dan ikatan protein. Volume cairan ekstraselular pada bayi relatif lebih
tinggi dibandingkan orang orang dewasa, volume ini akan terus menurun seiring

10
bertambahnya usia; pada neonatus 50%, pada bayi berusia 4-6 bulan 35%, pada
usia satu tahun 25% sedangkan pada orang dewasa sebanyak 20-25% dari total
berat badan. Hal lain yang lebih penting adalah total cairan dalam tubuh akan
lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan secara prematur (80-85% dari total berat
badan) dibandingkan pada bayi normal (75% dari total berat badan) dan pada bayi
usia 3 bulan 60% dan pada orang dewasa (55% dari total berat badan). Besarnya
volume cairan ekstra sel dan total air tubuh akan menyebabkan volume distribusi
dari obat-obat yang larut dalam air contoh fenobarbital Na, penisillin dan
aminoglikosida, akan meningkat sehingga dosis mg/kg BB harus diturunkan.
Hal sebaliknya terjadi berupa lebih sedikitnya jaringan lemak pada bayi
dibandingkan pada orang dewasa. Pada bayi prematur 1-2% sedangkan pada bayi
lahir cukup bulan 15% sedangkan pada orang dewasa sekitar 20%. Sebagai
konsekuensinya volume distribusi obat yang larut lemak pada bayi dan anak lebih
kecil dibandingkan dengan orang dewasa sehingga diperlukan penurunan dosis
dan/atau penyesuaian interval. Afinitas ikatan obat dengan protein plasma pada
bayi dan anak lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini ditambah
pula dengan terjadinya kompetisi untuk tempat ikatan obat tertentu oleh senyawa
endogen tertentu seperti bilirubin. Ikatan protein plasma seperti fenobarbital,
salisilat dan fenitoin pada neonatus lebih kecil daripada orang dewasa sehingga
diperlukan dosis yang lebih kecil atau interval yang lebih panjang.
Afinitas ikatan obat dengan protein akan sama dengan orang dewasa pada
usia 10-12 bulan. Sebagai contoh, dosis gentamisin pada neonatus usia 0-7 hari 5
mg/kg BB setiap 48 jam, bayi usia 1 - 4 minggu tiap 36 jam, lebih dari 1 bulan
setiap 24 jam. Pada anak usia 7-8 bulan 4 mg/kg BB setiap 24 jam.
c. Metabolisme
Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkan oleh
rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati, kapasitas enzim hati dan
ekskresi empedu. Sistem enzim di hati pada neonatus dan bayi belum sempurna,
terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase, sebaliknya pada jalur konjugasi
dengan asam sulfat berlangsung sempurna. Meskipun metabolisme asetaminofen
melalui jalur glukoronidase pada anak masih belum sempurna dibandingkan pada
orang dewasa, sebagian kecil dari bagian ini dikompensasi melalui jalur konjugasi

11
dengan asam sulfat. Jalur metabolisme ini mungkin berhubungan langsung dengan
usia dan mungkin memerlukan waktu selama beberapa bulan sampai satu tahun
agar berkembang sempurna. Hal ini terlihat dari peningkatan klirens pada usia
setelah satu tahun.
Dosis beberapa jenis antiepilepsi dan teofilin untuk bayi lebih besar
daripada dosis dewasa agar tercapai konsentrasi plasma terapeutik. Hal ini
disebabkan bayi belum mampu melakukan metabolisme senyawa tersebut menjadi
bentuk metabolit aktifnya.
d. Eliminasi Melalui Ginjal
Filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorbsi tubulus menurun dan
bersihan (clearance) obat tidak dapat di prediksi, tergantung cara eliminasi obat
tersebut di ginjal. Pada umumnya obat dan metabolitnya dieliminasi melalui
ginjal. Kecepatan filtrasi glomerulus pada neonatus adalah 0,60,8 mL/menit per
1,73 m2 dan pada bayi adalah 2-4 mL/menit per 1,73 m2. Proses filtrasi
glomerulus, sekresi tubuler dan reabsorpsi tubuler akan menunjukkan efisiensi
ekskresi ginjal. Proses perkembangan proses ini akan berlangsung sekitar
beberapa minggu sampai satu tahun setelah kelahiran.

2.2.3 Efikasi dan Toksisitas Obat


Selain adanya perbedaan farmakokinetik antara pasien pediatri danpasien
dewasa, faktor yang berhubungan dengan efikasi dan toksisitas obat harus
dipertimbangkan dalam perencanaan terapi untuk pasien pediatri. Perubahan
patofisiologi yang spesifik berlangsung pada pasien pediatri yang mempunyai
penyakit tertentu. Contoh terjadinya perubahan patofisiologik dan
farmakodinamik pada pasien yang menderita asma kronik. Manifestasi klinik
asma kronik pada anak berbeda dengan dewasa. Anak- anak menunjukkan tipe
asma ekstrinsik yang bersifat reversibel, sedangkan dewasa berupa asma non
atopik bronkial iritabilitas. Hal ini tampak dengan diperlukannya terapi
hiposensitisasi adjunctive pada pasien pediatri dengan asma ekstrinsik.
Beberapa efek samping yang pasti terjadi pada neonatus telah diketahui,
dimana efek samping toksik lain dapat menjadi perhatian untuk beberapa tahun
selama masa anak-anak. Toksisitas kloramfenikol meningkat pada neonatus

12
karena metabolisme yangbelum sempurna dan tingginya bioavailabilitas. Mirip
dengan kloramfenikol, propilenglikol yang ditambahkan kepada beberapa sediaan
injeksi seperti fenitoin, fenobarbital, digoksin, diazepam, vitamin D dan hidralazin
dapat menyebabkan hiperosmolalitas pada bayi.
Beberapa obat berkurang toksisitasnya pada pasien pediatri dibanding
pasien dewasa. Aminoglikosida lebih rendah toksisitasnya pada bayi
dibandingkan pada orang dewasa. Pada pasien dewasa, toksisitas aminoglikosida
berhubungan langsung dengan akumulasi pada kompartemen perifer dan
sensitifitas pasien yang bersifat permanen terhadap konsentrasi aminoglikosida di
jaringan. Meskipun jaringan kompartemen perifer neonatus untuk gentamisin
telah dilaporkan mempunyai ciri yang mendekati dengan kondisi pada pasien
dewasa dengan fungsi ginjal yang sama, gentamisin jarang bersifat nefrotoksik
untuk bayi. Perbedaan insiden nefrotoksik tersebut menunjukkan bahwa neonatus
mempunyai sensitifitas jaringan yang permanen dan lebih rendah terhadap
toksisitas dibandingkan pada pasien dewasa.
Perbedaan efikasi, toksisitas dan ikatan protein obat pada pasienpediatri
dan pasien dewasa menimbulkan pertanyaan penting tentang rentang terapeutik
pada anak yang dapat diterima. Contoh yang lain terjadinya sindroma Reye,
merupakan penyakit fatal yang menyebabkan efek kerusakan pada banyak organ,
khususnya otak dan hati. Hal ini dapat terjadi berkaitan dengan penggunaan
aspirin oleh pasien pediatri yang sedang menderita penyakit karena virus misalnya
cacar air. Penyakit ini dapat menyebabkan fatty liver dengan inflamasi minimal,
dan ensefalopati parah (dengan pembesaran otak). Hati sedikit membengkak dan
kencang, dan tampak perubahan pada ginjal. Biasanya tidak terjadi jaundice.
Diagnosis awal merupakan hal penting, karena jika tidak dapat terjadi kerusakan
otak atau kematian. Perhatian juga perlu pada penggunaan tetrasiklin dan
fluorokinolon.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Dosis Pasien Pediatri Berdasarkan Umur

Contoh Resep:

R/ Asetosal 0,1
CPZ 0,025
Lactosa qs

Mf. Pulv dtd no X


Stdd P I

14
Pengkajian Resep
A. Kajian Administratif

Persyaratan Administratif Ada atau Tidak Ada Keterangan


Nama Pasien Ada Riani
Jenis Kelamin Ada Perempuan
Berat Badan Tidak Ada -
Umur Ada 6 tahun
Alamat Tidak Ada -
Nama Dokter/SIP Ada/ Tidak Ada dr.Zainal/-
Paraf Dokter Ada
Nomer Telpon Dokter Tidak Ada -
Tanggal Penulisan Resep Tidak Ada -

b. Kajian Farmasetika

No Kajian Farmasetika Ada atau Tidak Ada Keterangan


1. Nama Obat Ada Asetosal
Chlorpromazine
Lactosa
2. Bentuk Sediaan Tidak Ada -
3. Kekuatan Ada Asetosal: 0,1 g
Chlorpromazine: 0,25 g
Lactosa: qs
4. Aturan Pakai Ada 3 x sehari 1 bungkus
5. Stabilitas Tidak Ada -
6. Ketersediaan Obat Ada Obat Tersedia
7. Cara Dispensing Ada Obat digerus menjadi
serbuk

15
c. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan Klinis Keterangan
Asetosal: nyeri ringan sampai sedang, demam
Chlorpromazine: Menangani skizofrenia, kecemasan, dan
Indikasi kegelisahan yg parah untuk jangka pendek, prilaku agresif
yg berbahaya, seperti autisme pada anak-anak
SL: zat tambahan sebagai pemanis
Asetosal: tidak boleh diberikan kepada penderita
hipersensitivitas terhadap asetosal; termasuk pasien yg
terserang asma; angioudema; urtikaria atau rinitis yg
Kontra Indikasi ditimbulkan oleh asetosal
Chlorpromazine: tidak boleh diberikan kepada penderita
hipersensitivitas terhadap chlorpromazine, depresi SSP
berat dan koma
Asetosal: Iritasi pencernaan, mual, muntah, perdarahan
pencernaan, tukak peptik, serangan dispenue, reaksi kulit,
trombositopenia.
Efek Samping Chlorpromazine: sakit kepala; mengantuk; pandangan
kabur; mulut kering; gemetaran; mual; gelisah; perubahan
berat badan; sulit tidur; perubahan emosional; konstipasi;
sulit buang air kecil
Interaksi Obat -

d. Perhitungan Dosis Obat (Menggunakan Rumus Young)


Dosis Maksimum Asetosal
DM Asetosal 1x = 1 gram = 1000 mg dan 1 hari = 8 gram = 8000 mg
6
1x = +12 1 hari= 6+128000
6
= 6+12 1000 = 2666,66mg

= 333,33 mg

100 3 .1 .100
% 1x =333,33 100% % 1 hari = 2666,66 100%

16
= 30% = 11,25 %
Dosis Maksimum Chloropromazin1 x = 250mg
1hari = 1 gram = 1000 mg
6 6
1 x = 6+12 250 = 6+12 1000

= 83,33 = 333,33
25 3 .1 .25
% 1x = 83,33 100% % 1 hari = 333,33 100%

= 30% = 22,25%
Penimbangan
Asetosal : 10 x 100mg = 1000mg = 1 gram
CPZ : 10 x 25 mg = 250 mg
Laktosa : (10x300mg) (1000mg+250mg)= 1750mg = 1,75 gram

3.2 Perhitungan Dosis Pasien Pediatri Berdasarkan Berat Badan (BB)

17
Pengkajian Resep
A. Kajian Administratif

Persyaratan Administratif Ada atau Tidak Ada Keterangan


Nama Pasien Ada Rico
Jenis Kelamin Ada Laki-laki
Berat Badan Ada 18 kg
Umur Ada 8 tahun
Alamat Tidak Ada -
Nama Dokter/SIP Ada/ Tidak Ada dr.Zainudin/-
Paraf Dokter Ada
Nomer Telpon Dokter Tidak Ada -
Tanggal Penulisan Resep Ada 10-10-2015

b. Kajian Farmasetika

No Kajian Farmasetika Ada atau Tidak Ada Keterangan


1. Nama Obat Ada Efedrin HCl
Syrupus Simplex
2. Bentuk Sediaan Tidak Ada -
3. Kekuatan Ada Afedrin HCl : 0,2 gram
Syrupus Simplex : 100 ml
4. Aturan Pakai Ada 2 x sehari 1 sendok teh
5. Stabilitas Tidak Ada -
6. Ketersediaan Obat Ada Obat Tersedia
7. Cara Dispensing Ada Obat efedrin dimasukan ke
dalam syrupus simplex

c. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan Klinis Keterangan
Efedrin HCl : obstruksi saluran napas yang reversibel
Indikasi
Syrupus simplek : larutan gula yang digunakan untuk

18
menutupi rasa yang tidak enak
Efedrin HCl : Hipertiroidisme, hipertensi, gangguan
Kontra Indikasi
jantung, glaukoma sudut sempit.
Efedrin HCl : takikardia, ansietas, ketegangan, insomnia
Efek Samping
sering terjadi, juga tremor, aritmia, mulut kering.

d. Perhitungangan Dosis Obat (Menggunakan Rumus Theremic-Fier)

Sekali minum obat 1 sendok = 5 ml, Jumlah efedrin HCL dalam

Tiap sendok = (5 mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram

Perhitungan DM Sekali
18
DM Efedrin = 70 x 0,05 gram = 0,0114 gram untuk sekali pakai

Presentasi untuk DM Sekali :


= (1x0,01)/0,0114 g = 0,71%
Perhitungan DM sehari
18
= 70 x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam sehari

Presentasi untuk DM sehari


= (2x 0,01 gram)/0,0386 gram) x 100% = 51,81%

19
3.3 Perhitungan Dosis Pasien Remaja Berdasarkan Umur

R/ Salicylamide 100
CTM 5 mg
m.f.pul.dtd.no.XX
s.t.dd.1.p
Pro: Dedi (17 tahun)
Pengkajian Resep
A. Kajian Administratif

Persyaratan Administratif Ada atau Tidak Ada Keterangan


Nama Pasien Ada Dedi
Jenis Kelamin Ada Laki-laki
Berat Badan Tidak Ada -
Umur Ada 17 tahun
Alamat Tidak Ada -
Nama Dokter/SIP Ada/ Tidak Ada dr.Dery/-
Paraf Dokter Ada
Nomer Telpon Dokter Tidak Ada -
Tanggal Penulisan Resep Ada 8-9-2017

20
b. Kajian Farmasetika

No Kajian Farmasetika Ada atau Tidak Ada Keterangan


1. Nama Obat Ada Salicylamide; CTM
2. Bentuk Sediaan Tidak Ada -
3. Kekuatan Ada Salicylamide 100 g
CTM 5 mg
4. Aturan Pakai Ada 3 x sehari 1 bungkus
5. Stabilitas Tidak Ada -
6. Ketersediaan Obat Ada Obat Tersedia
7. Cara Dispensing Ada Obat digerus menjadi
serbuk

c. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan Klinis Keterangan
Salicylamide: Anti-inflamasi; analgesik
Indikasi
CTM: syok anifilaktik; antiinflamasi
Salicylamide: hipersensitivitas, ulkus lambung dan ulkus
duodenum; asma bronkial; gagal jantung; pembengkakan;
Kontra Indikasi hipertensi arteri; gagal ginjal; gagal hati; penyakit darah.
CTM: Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap obat
antihistamin
Salicylamide: kesulitan tidur; sekresi asam lambung
berlebih; iritasi pada lambung atau usus; keram perut
Efek Samping CTM: mengantuk; pusing; sakit kepala; sembelit; sakit
perut; penglihatan kabur; kering pada mulut; hidung;
tenggorokan.
Interaksi Obat -

21
d. Perhitungan Dosis Obat (Menggunakan Rumus Dilling)

DM Salycilamide 1x= 1 gram, 1 hari = 8 gram


17
1x pakai = 20 1 = 0,85

0,1
%1x pakai = 0,85 100% = 11,76%

17
1hari = 8 = 6,8 gram
20

0,1 3
%1hari = 100% = 4,41%
6,8

DM CTM 1 hari = 40mg


17
hari = 20 40 = 34

0,1 3
%1 hari = 100% = 0,88%
34

3.4 Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh

dr. Budi Purnomo


SIP: 089/34/75/2011
Alamat: Jalan Raya Cikupa No.72 Sukabumi
No Telp: (0266) 432111

Tanggal : 22/11/2015

R/ Ketoprofen 50 mg

Mf. Pulv in caps no X


S3 dd 1

Pro : Anto
Tinggi :105 cm
Bobot : 29 kg
Umur : 5,5 tahun

22
Pengkajian Resep
A. Kajian Administratif

Persyaratan Administratif Ada atau Tidak Ada Keterangan


Nama Pasien Ada Anto
Jenis Kelamin Ada Laki-laki
Berat Badan Ada 29 kg
Umur Ada 5,5 tahun
Alamat Tidak Ada -
Nama Dokter/SIP Ada dr. Budi
/089/34/75/2011

Paraf Dokter Tidak Ada -


Nomer Telpon Dokter Ada (0266) 432111
Tanggal Penulisan Resep Ada 22/11/2015

b. Kajian Farmasetika

No Kajian Farmasetika Ada atau Tidak Ada Keterangan


1. Nama Obat Ada Ketoprofen
2. Bentuk Sediaan Tidak Ada -
3. Kekuatan Ada Ketoprofen 50 mg
4. Aturan Pakai Ada 3 x sehari 1 bungkus
5. Stabilitas Tidak Ada -
6. Ketersediaan Obat Ada Obat Tersedia
7. Cara Dispensing Ada Obat digerus menjadi
serbuk

c. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan Klinis Keterangan
Indikasi Ketoprofen : Umumnya digunakan untuk mengobati nyeri

23
arthritis, nyeri dan radang pada reumatik yg ringan, nyeri
sendi atau sakit gigi setelah cabut gigi dan sakit kepala.
Obat ini adalah golongan NSAID yg mempunyai aktivitas
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik
Jangan diberikan kepada pasien yg hipersensitivitas
terhadap ketoprofen; tidak boleh diberikan pada pasien yg
Kontra Indikasi
menderita asma; urtikaria atau reaksi alergi lain terhadap
aspirin atau NSAID lainnya
Timbulnya rasa tidak nyaman pada saluran cerna seperti
Efek Samping mual, diare dan kadang-kadang perdarahan dan tukak; efek
samping yg serius dapat berupa diare
Interaksi Obat -

d. Perhitungan Dosis Obat (Menggunakan Rumus Crawford Terry Rouke)


( () ())
LPT = 3600

(105 29
LPT = = 0,92
3600

Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus penyesuaian dosis:



Dosis = (1,73)x Dosismaksimumdewasa
0,92
Dosis = 1,73x 50 mg = 26,5 mg dosis sekali pakai untuk anak tersebut

24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi dosis pemberian obat adalah faktor obat, cara
pemberian obat kepada penderita dan faktor penderita.
2. Penggolongan pediatri diantaranya yaitu prematur (bayi yang dilahirkan
sebelum berusia 37 minggu); neonatus (usia 1 hari sampai 1 bulan); bayi
(usia 1 bulan sampai 24 bulan); balita (2- 5 tahun); anak (usia 6 tahun
sampai 11 tahun) dan remaja (usia 12 tahun sampai 18 tahun).
3. Ada beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi pemberian obat pada
bayi (5-52 minggu setelah dilahirkan) dan anak-anak (1-12 tahun).
Pertumbuhan dan kematangan biologis yang progresif menstabilisasi
respon tubuh terhadap obat sampai memberikan respon yang akhirnya
sama dengan orang dewasa.

25

Anda mungkin juga menyukai