Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Guru pendamping dan
Orang tua kami yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini. Harapan kami
makalah yang berjudul (Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya )
dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.

surabaya, november 2017

Penulis
Daftar Isi.

HalamanJudul ... 01

KataPengantar .. 02

DaftarIsi
... 03

BAB I (PENDAHULUAN)

I.1.LatarBelakang .... 04

I.2.RumusMasalah
...04

I.3.TujuanPenulisan
.. 04

BAB II (PEMBAHASAN)

II.1 Pengertian

Lingkunngan Hidup.. 05

II.2Unsur-UnsurLingkunganHidup.. 05

II.3.ArtiPentingLingkunganbagiKehidupan 05

II.4. Bentuk-BentukKerusakanLingkunganHidup ...05

II.4.1. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam .


05

II.4.1.1. Letusan Gunung Berapi ...... 05

II.4.1.2.GempaBumi . 06

II.4.1.3.AnginTopan ..06

II.4.1.4.Banjir 06

II.4.1.5. TanahLongsor ..06

II.4.2. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia


.06

II.4.2.1. Kerusakan Hutan dan Upaya Pelestariannya ..... 06


II.4.2.2. Masalah Kebakaran Hutan . 08

II.4.2.3. Kerugian dan Dampak Kebakaran Hutan . .. 09

II.4.3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan


.. 10

II.4.3.1. Upaya Pencegahan .


10

II.4.3.2. Upaya Penanggulangan .


11

II.4.3.3 Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan .. 11

II.4.4. Pencemaran Lingkungan


.. 11

II.5. Upaya Penaggulangan Kerusakan Lingkungan Hidup


.. 12

BAB III (PENUTUP)

Kesimpulan

. 14

Daftar Pustaka

.. 15

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manusia, makhluk hidup lain, dan benda-benda mati yang hidup dalam suatu daerah
dan saling berinteraksi dinamakan komunitas. Komunitas organik yang saling
berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan dinamakan ekosistem.

Manusia merupakan anggota komunitas yang berperan penting dalam lingkungan


hidup. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.

Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi
sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah
berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup.
Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi, Protokol Kiyoto, dan lain sebagainya.

Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha
mengurangi efek rumah kaca dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara
ekonomis sangat kompetitif bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau
batubara. Hanya sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih
sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Disamping
itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang
kesemua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang masalah kerusakan lingkungan hidup di bumi, khususnya di
Indonesia, berikut upaya penanggulangannya.

I.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang sudah tercantum diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian lingkungan hidup ?


2. Terdiri dari apa saja unsur unsur lingkungan hidup ?
3. Arti penting lingkungan hidup bagi kehidupan ?
4. Apa saja bentuk bentuk kerusakan lingkungan hidup ?
5. Apa upaya upaya penanggulangan kerusakan lingkungan hidup ?

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengertian lingkungan hidup.


Untuk mengetahui unsur unsur dari lingkungan hidup.
Untuk mengetahui pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan.
Untuk mengetahui bentuk bentuk kerusakan lingkungan hidup.
Untuk mengetahi upaya upaya penanggulangan kerusakan lingkungan hidup.

1.3.2 Tujuan Khusus

Ikut serta dalam Sayembara Blog Kependudukan 2016.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Lingkunngan Hidup


Pengertian Lingkungan hidup / lingkungan adalah istilah yang dapat mencangkup
segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi,
yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

II.2. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

1. Unsur Fisik (Abiotik).

Fungsi unsur fisik dalam lingkungan hidup, yaitu sebagai media untuk berlangsungnya
kehidupan. Apabila unsur fisik tersebut tidak ada, semua kehidupan yang terdapat di
muka bumi ini dapat terhenti.

2. Unsur Hayati (Biotik).

Unsur hayati dalam lingkungan hidup terdiri atas semua makhluk hidup yang terdapat
di bumi. Unsur hayati ini yakni manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.
Tumbuhan memperoleh unsur hara dari jasad renik, tumbuhan dimakan hewan dan
manusia, hewan dan manusia mati lalu diuraikan oleh jasad renik menjadi unsur hara.

3. Unsur Budaya

Unsur budaya adalah system nilai, gagasan, dan keyakinan yang dimiliki manusia
dalam menentukan perilakunya sebagai makhluk sosial.

II.3. Arti Penting Lingkungan bagi Kehidupan

Lingkungan hidup memiliki arti penting bagi kehidupan, yakni sebagai wahana bagi
keberlanjutan kehidupan, tempat tinggal, dan tempat mencari makan.

1. Lingkungan sebagai Wahana bagi Keberlanjutan Kehidupan

Lingkungan hidup merupakan tempat berinteraksinya makhluk hidup yang


membentuk suatu sistem jaringan kehidupan. Di dalamnya terdapat berbagai siklus
yang menunjang kehidupan, seperti siklus energi, siklus air, dan siklus udara. Dalam
sebuah piramida makanan, tumbuhan berperan sebagai produsen dan berada pada
tingkat yang paling rendah.

2. Lingkungan sebagai Tempat Mencari Makan (Niche)

Makhluk hidup saling berinteraksi membentuk piramida makanan. Jika salah satu
dalam makanan terputus, maka akan terjadi kelaparan dan kematian hewan lainnya

II.4. Bentuk-Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup

II.4.1. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

II.4.1.1. Letusan Gunung Berapi


Beberapa gunung berapi sering meletus, seperti gunung Merapi, Krakatau, Kerinci,
Tangkuban Perahu, dan Semeru. Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas
vulkanisme yang ditandai ledakan, getaran, dan muntahan material gunung.

1. Letusan gunung berapi melemparkan berbagai material padat yang terdapat di


dalamnya seperti batuan, kerikil, dan pasir yang dapat menimpa perumahan,
daerah pertanian, dan hutan.
2. Hujan abu vulkanik yang menyertai letusan dapat menyebabkan terganggunya
pernapasan, pemandangan yang gelap, dan lingkungan yang kotor.
3. Lava panas yang meleleh dapat merusak bahkan mematikan apa saja yang
dilaluinya.
4. Awan panas yang berembus dengan kecepatan tinggi dan tidak terlihat mata
dapat menewaskan makhluk hidup yang dilaluinya.
5. Gas yang mengandung racun dapat mengancam keselamatan makhluk hidup di
sekitar gunung berapi.

II.4.1.2. Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan getaran yang dirasakan permukaan bumi akibat adanya
kekuatan dari dalam bumi berupa aktivitas tektonisme, vulkanisme, dan runtuhan
bagian lapisan bumi.

1. Tanah di permukaan bumi merekah sehingga menyebabkan jalan raya terputus.


2. Akibat guncangan yang hebat dapat terjadi tanah longsor yang menimbun
segala sesuatu dibawahnya.
3. Gempa dapat merobohkan berbagai bangunan.
4. Dapat terjadi banjir sebagai akibat dari rusaknya tanggul bendungan.
5. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami, yaitu gelombang
pasang di laut yang melanda daerah pantai.
6. Gempa dapat merenggut korban jiwa, luka berat, luka ringan, dan hilangnya
orang.

II.4.1.3. Angin Topan

Angin topan adalah angin yang berembus dengan kecepatan tinggi (lebih dari 100
km/jam). Jika angin tersebut disertai hujan disebut badai.

1. Rumah-rumah yang kurang kuat dapat rusak atapnya bahkan ada yang roboh.
2. Areal pertanian, perkebunan, dan hutan rusak.
3. Membahayakan bagi kegiatan penerbangan.
4. Menimbulkan ombak yang besar sehingga dapat menenggelamkan kapal.

II.4.1.4. Banjir

Banjir merupakan genangan air yang meliputi daerah yang cukup luas karena sungai
tidak mampu lagi menampung. Banjir dapat merusak saluran irigasi, jembatan, jalan
raya, jalan kereta api, rumah penduduk, dan areal pertanian.

II.4.1.5. Tanah Longsor


Lereng atau lahan yang kemiringannya melampaui 20 derajat umumnya memiliki
kecenderungan untuk bergerak atau longsor.

Tanah menjadi longsor karena faktor alam, seperti adanya gempa dan hujan deras,
atau juga faktor manusia berupa tindakan penggundulan hutan.

II.4.2. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia

II.4.2.1. Kerusakan Hutan dan Upaya Pelestariannya

Hutan merupakan bagian sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Akan tetapi,
karena hutan dibutuhkan manusia dan mudah didayagunakan, hutan justru telah
banyak mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Adapun bentuk kerusakan hutan
akibat ulah manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Hutan dimanfaatkan secara berlebihan. Contohnya, penebangan pepohonan di


hutan untuk keperluan industri, rumah tangga, dan bahan bangunan.
2. Hutan dialihfungsikan menjadi lahan pertanian, permukiman, dan kegiatan
penambangan. Pengalihan fungsi ini dilakukan dengan cara menebang dan
membakar pepohonan sehingga lahan menjadi kritis.

Kerusakan hutan dapat menimbulkan hal-hal berikut :

1. Berbagai jenis hewan dan tumbuhan mengalami kepunahan.


2. .Timbul perubahan iklim karena hutan tidak lagi berfungsi sebagai pengatur
iklim.
3. Terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir di musim hujan.
4. Meluasnya lahan kritis, yakni lahan tidak subur dan tanaman tidak dapat
tumbuh dengan baik.

Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia
memiliki 12 persen dari jumlah spesies binatang menyusui/ mamalia, pemilik 16 persen
spesies binatang reptil dan ampibi. 1.519 spesies burung dan 25 persen dari spesies ikan
dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik (hanya dapat ditemui di daerah tersebut).

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72
persen. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun
menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju
kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada
periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia
merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di
Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta
hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam
kawasan hutan.

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar


kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik
bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga
pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan
2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85 persen dari bencana
tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan.

Bagaimana dengan Riau ? Sepanjang tahun 2004, seluas tidak kurang 1.008 hektare
lahan di Riau hangus terbakar. Kebakaran yang terjadi itu telah menimbulkan kabut
asap beberapa waktu lalu di kawasan Riau dan sekitarnya. Lahan yang terbakar
tersebut seluas 1.008,51 hektar yang tersebar di enam daerah kabupaten dan kota,
seperti Siak seluas 727,5 hektar, Bengkalis (152 ha), Rokan Hilir (80,75 ha), Indragiri
Hilir (40,26 ha), Kota Pekanbaru (24 ha) dan Kota Dumai seluas 4 hektar. Peristiwa
kebakaran hutan itu kembali terjadi pada awal tahun 2005 dengan kerugian yang tidak
sedikit. (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Provinsi
Riau).

Dengan kerusakan hutan Indonesia, kita akan kehilangan beragam hewan dan
tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu,
hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat
Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta
menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan
di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan.
Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin
tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian masyarakat miskin di
Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Pada tahun 1998, CIFOR, the International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan the United States Forest Service, dengan tambahan dana dari Uni Eropa,
memulai studi multi disiplin yang difokuskan pada delapan lokasi rentan kebakaran di
Sumatra dan Kalimantan. Untuk menentukan mengapa kebakaran bisa terjadi, siapa
yang bertanggung jawab, bagaimana cara api menyebar dan jenis habitat mana yang
paling berisiko.

Sebagian besar data ?hot-spot? kebakaran dan gambar satelit menunjukkan lautan api
dimulai di daerah perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp, yang
biasa menggunakan api untuk membersihkan lahan. Namun demikian, tampak jelas
bahwa asal mula kebakaran juga dipicu oleh berbagai alasan. Konsesi-konsesi kayu,
transmigrasi dan pembangunan perkebunan-perkebunan agro-industri membuka jalan
masuk ke wilayah-wilayah yang sebelumnya terpencil. Ini mendorong peningkatan
skala dan jumlah kebakaran.

Kekurangan peraturan formal yang mengatur hak-hak pemilikan umum dan swasta
menyebabkan penggunaan api sebagai senjata dalam konflik-konflik kepemilikan
lahan. Api juga digunakan oleh para pemilik lahan kecil untuk membersihkan lahan
untuk menanam tanaman pangan dan industri, oleh para transmigran, oleh para
peladang berpindah dan oleh para pemburu dan nelayan. Deforestasi dan degradasi
hutan alam menyediakan sisa-sisa kayu yang mudah terbakar dan menciptakan
bentang-darat yang lebih rentan api.

Ironisnya, realita ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup,
dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk
kepentingan individu. Sumber daya alam dijadikan asset ekonomi untuk kepentingan
pribadi dan kelompok. Hal ini terlihat ketika dengan leluasanya Pemprov Riau menjual
Pasir laut ke Singapura pada kurun waktu 1978 ? 2002 dengan menyisakan kerugian
besar. Ribuan hektar ?tanah air? kita berpindah tempat, sementara penderitaan
terdalam dirasakan oleh rakyat kecil. Pengerukan pasir laut ini, membuat ancaman
serius terhadap sektor perikanan, wisata dan wilayah territorial. Parahnya, kerusakan
lingkungan itu tidak diiringi upaya pemberdayaan lingkungan hidup baik oleh
pemerintah atau pihak swasta yang mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan Riau
pada khususnya. Justru sebaliknya malah menambah kerusakan lingkungan dengan
membuang limbah industri dilahan masyarakat seperti sungai, laut atau daratan dan
tindakan lain yang sifatnya merusak lingkungan.

II.4.2.2. Masalah Kebakaran Hutan

Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk mengubah
lingkungan hidup dan sumberdaya alam dimulai pada pertengahan hingga akhir
zaman Paleolitik, 1.400.000-700.000 tahun lalu. Sejak manusia mengenal dan
menguasai teknologi api, maka api dianggap sebagai modal dasar bagi perkembangan
manusia karena dapat digunakan untuk membuka hutan, meningkatkan kualitas lahan
pengembalaan, memburu satwa liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi sosial
disekitar api unggun dan sebagainya (Soeriaatmadja, 1997).

Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan telah
terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu. Kebakaran
besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang lebih kering dari
iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun
yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan
tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan
membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia
(Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999).

Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-Nino seperti
kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga
memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya
di Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di
kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.

Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah
karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:

1. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-


pindah.
2. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk
insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
3. Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara para
pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang
merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai
oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya
kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi
mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini
kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak
akan mau berpartisipasi untuk memadamkannya.

II.4.2.3. Kerugian dan Dampak Kebakaran Hutan

1. Areal hutan yang terbakar

Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun, khususnya
pada musim kering. Kebakaran yang cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu
pada tahun 1982/83 dan tahun 1997/98. Pada tahun 1982/83 kebakaran telah
menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan
rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang
mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 (Soeriaatmadja, 1997).

Kemudian rekor tersebut dipecahkan lagi oleh kebakaran hutan Indonesia pada tahun
1997/98 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta hektar. Kebakaran terluas terjadi
di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 juta hektar, disusul Sumatera, Papua
Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07 juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu
hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi, 2003).

Selanjutnya kebakaran hutan Indonesia terus berlangsung setiap tahun meskipun luas
areal yang terbakar dan kerugian yang ditimbulkannya relatif kecil dan umumnya
tidak terdokumentasi dengan baik. Data dari Direktotar Jenderal Perlindungan hutan
dan Konservasi Alam menunjukkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun
sejak tahun 1998 hingga tahun 2002 tercatat berkisar antara 3 ribu hektar sampai 515
ribu hektar (Direktotar Jenderal Perlindungan hutan dan Konservasi Alam, 2003).

2. Kerugian yang ditimbulkannya

Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai isu


lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di berbagai
belahan dunia tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar.
Kebakaran tahun 1997/98 mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan
biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat pencemaran kabut sekitar
US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran hutan tersebut
kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan
bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon
kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar (Tacconi, 2003).

Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003),


menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $
2,84 milayar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang
dan kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan
yang terkait dengan kebakaran seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan,
biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti
kesehatan, pariwisata dan transportasi.

3. Dampak Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1997/98
menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu
dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil
pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan
kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca.

Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu
kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal
juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi
darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak
kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi
darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang
menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.

Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan


penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat, dan di air memang tidak bisa
diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani
masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesia berupa asap
tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura, Brunai Darussalam,
Malaysia dan Thailand.

II.4.3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan

Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yang
kemudian diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya, sebenarnya
telah dilaksanakan beberapa langkah, baik bersifat antisipatif (pencegahan) maupun
penanggulangannya.

II.4.3.1. Upaya Pencegahan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain:

(a) Memantapkan kelembagaan dengan membentuk dengan membentuk Sub


Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas,
Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di
masing-masing HPH dan HTI;

(b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan;

(c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran
hutan;
(d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,
tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;

(e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran
hutan;

(f) Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan


Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup;

(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

II.4.3.2. Upaya Penanggulangan

Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan penanggulangan


melalui berbagai kegiatan antara lain:

(a) Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan


pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II.

(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik
di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-
perusahaan.

(c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui


PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan
SATLAK kebakaran hutan dan lahan.

(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea
Selatan, Cina dan lain-lain.

II.4.3.3. Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata
belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada
setiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan
hutan.

(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah.

(c) Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi, memberikan


penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan melakukan upaya pemadaman
kebakaran semak belukar dan hutan masih rendah.
(d) Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan kebakaran
hutan belum memadai.

Hasil identifikasi dari serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa penyebab


utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu meluasnya
areal kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan HTI dan perkebunan serta
konflik hukum adat dengan hukum negara, maka untuk meningkatkan efektivitas dan
optimasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan perlu upaya
penyelesaian masalah yang terkait dengan faktor-faktor tersebut.

II.4.4. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya limbah hasil kegiatan manusia ke dalam


suatu wilayah tertentu, sehingga kualitas lingkungan wilayah tersebut menjadi berubah
dan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

1. Pencemaran Air

Pencemaran air dapat terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan,
seperti pestisida dan insektisida. Pembuangan sampah sisa industri juga dapat
mencemari air. Begitu pula kebocoran serta tabrakan kapal-kapal tanker di laut dapat
mengakibatkan tumpahnya minyak ke laut.

2. Pencemaran Tanah

Banyak peristiwa yang dapat mencemari tanah sehingga tanah tidak dapat digunakan
untuk areal pertanian, kehutanan, maupun tempat tinggal. Pencemaran tanah terjadi
karena hal-hal berikut :

1. Pembuangan bahan-bahan yang berbahaya, racun nuklir, dan lain-lain.


2. Pengambilan hasil tambang yang berlebihan.
3. Pengambilan air tanah yang berlebihan.
4. Pembuangan sampah anorganik yang sulit diuraikan, seperti plastik, botol, dan
kaleng.

3. Pencemaran Udara

Dari pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, dan dapur rumah tangga menyebabkan


timbulnya masalah pencemaran udara, yakni adanya asap dan gas yang keluar
mengotori udara.

II.5. Upaya Penaggulangan Kerusakan Lingkungan Hidup

1. Memproduksi minyak secara alami


Ada proses bernama themo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan
bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya libah berbasis karbon jika
dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak.
Secara alami proses ini membutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperimen
yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon
petroleum.
2. Menghilangkan garam dari air laut
PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi milyaran manusia
pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama Desalinasi, yakni
menhilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum.
Ini merupakan solusi yang bias dilakukan untuk mencegah krisis air.
Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup
besar. Kini para ilmuan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung
dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
evaporasi pada air sebelum masuk ke membrane dengan pori-pori mikroskopis.
3. Tenaga Hidrogen
Bahan bakar hydrogen dianggap sebagai bahan bakar alternative bebas polusi.
Energi dihasilkan dari perpaduan antara hydrogen dan oksigen. Problemnya
adalah bagaimana hydrogen itu dihasilkan. Molekul seperti air dan alkohol
harus diproses dulu untuk mengekstaksi hydrogen sehingga menjadi sel bahan
bakar. Proses ini juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan
sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.
4. Tenaga Surya
Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan
menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan sudah berhasil menggunakan
aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya sebagai media
pengumpul energi.
5. Konversi Panas Laut
Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen
Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya
setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyak/hari. Ada
teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut
menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan
turbin dan menggerakkan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang
efisien.
6. Energi Gelombang Laut
Laut melingkupi 70 % permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi
besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga menghasilkan listrik.
Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar
sehingga memproduksi energi yang cukup, solusinya adalah dengan menyimpan
sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York
saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga
gelombang air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktikan
teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.
7. Menanami Atap Rumah
Tanaman yang tanam di atap rumah ini mampu menyerap panas dan
mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu
berterbangan di sekitar rumah hijau kita.
8. Bioremediasi
Bioremediasi adalah memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk
membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan
nitrat dalam air dengan bantuan mikroba. Atau memakai tanaman untuk
menetralisir arsenic dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya daerah
untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.
9. Kubur barang-barang Perusak
Karbon dioksida adalah factor utaa penyebab pemanasan global. Energy
Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida
mencapai 8000 juta metric ton. Metode paling sederhana untuk menekan
kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai sumber
penghasilan CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun ilmuan
masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman.

10. Buku Elektronik


Berapa ton kertas dan berapa banyak pohon yang harus ditebang bagi seanteo
dunia jika kita sampai semua harus membeli Koran, majalah, novel, buku
pelajaran, buku tulis, kertas tulis, sampai tisu toilet. Buku elektronik atau surat
elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi
sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas
dapat ditekan, sehingga bahan kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.

11. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal
sekitar pantai.12. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar
pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan
tanaman laut.13. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya
dalam mencari ikan.14. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari
ikan.

15. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.


16. 16. Melarang kegiatan perburuan liar.
17. 17. Menggalakkan kegiatan penghijauan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian yang telah kami jelaskan sebelumnya maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :

Lingkungan hidup mencakup semua makhluk hidup maupun makhluk tak


hidup yang hidup di seluruh bagian bumi.
Ada 2 unsur lingkugan hidup yaitu Biotik dan Abiotik.
Lingkungan hidup memiliki arti penting bagi kehidupan, yakni sebagai wahana
bagi keberlanjutan kehidupan, tempat tinggal, dan tempat mencari makan.
Bentuk bentuk kerusakan alam dibedakan menjadi kerusakan akibat alam dan
akibat ulah manusia.
Ada 3 jenis pencemaran, yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan
pencemaran tanah
Upaya upaya pelestarian alam terus digerakkan oleh pemerintah agar
kerusakan alam dapat diatasi, namun peran kita juga sangat dibutuhkan dengan
cara ikut serta menjaganya bukan malah memperburuknya.

DAFTAR PUSTAKA
www.gumaraangga.blogspot.com

www.terpopuler.net

www.g-excess.com

www.djemari.org

www.wajahlukrejo.blogspot.com

www.jabonaceh.com

www.artikellingkunganhidup.com

www.sciencedanar.blogspot.com

www.wikipedia.com

www.irfanwineers.wordpress.com

www.anneahira.com

www.marskrip.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai