Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Guru pendamping dan
Orang tua kami yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini. Harapan kami
makalah yang berjudul (Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya )
dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.
Penulis
Daftar Isi.
HalamanJudul ... 01
KataPengantar .. 02
DaftarIsi
... 03
BAB I (PENDAHULUAN)
I.1.LatarBelakang .... 04
I.2.RumusMasalah
...04
I.3.TujuanPenulisan
.. 04
BAB II (PEMBAHASAN)
II.1 Pengertian
Lingkunngan Hidup.. 05
II.2Unsur-UnsurLingkunganHidup.. 05
II.3.ArtiPentingLingkunganbagiKehidupan 05
II.4.1.2.GempaBumi . 06
II.4.1.3.AnginTopan ..06
II.4.1.4.Banjir 06
Kesimpulan
. 14
Daftar Pustaka
.. 15
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia, makhluk hidup lain, dan benda-benda mati yang hidup dalam suatu daerah
dan saling berinteraksi dinamakan komunitas. Komunitas organik yang saling
berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan dinamakan ekosistem.
Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi
sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah
berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup.
Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi, Protokol Kiyoto, dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha
mengurangi efek rumah kaca dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara
ekonomis sangat kompetitif bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau
batubara. Hanya sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih
sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Disamping
itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang
kesemua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang masalah kerusakan lingkungan hidup di bumi, khususnya di
Indonesia, berikut upaya penanggulangannya.
Berdasarkan latar belakang yang sudah tercantum diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:
Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi unsur fisik dalam lingkungan hidup, yaitu sebagai media untuk berlangsungnya
kehidupan. Apabila unsur fisik tersebut tidak ada, semua kehidupan yang terdapat di
muka bumi ini dapat terhenti.
Unsur hayati dalam lingkungan hidup terdiri atas semua makhluk hidup yang terdapat
di bumi. Unsur hayati ini yakni manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.
Tumbuhan memperoleh unsur hara dari jasad renik, tumbuhan dimakan hewan dan
manusia, hewan dan manusia mati lalu diuraikan oleh jasad renik menjadi unsur hara.
3. Unsur Budaya
Unsur budaya adalah system nilai, gagasan, dan keyakinan yang dimiliki manusia
dalam menentukan perilakunya sebagai makhluk sosial.
Lingkungan hidup memiliki arti penting bagi kehidupan, yakni sebagai wahana bagi
keberlanjutan kehidupan, tempat tinggal, dan tempat mencari makan.
Makhluk hidup saling berinteraksi membentuk piramida makanan. Jika salah satu
dalam makanan terputus, maka akan terjadi kelaparan dan kematian hewan lainnya
Gempa bumi merupakan getaran yang dirasakan permukaan bumi akibat adanya
kekuatan dari dalam bumi berupa aktivitas tektonisme, vulkanisme, dan runtuhan
bagian lapisan bumi.
Angin topan adalah angin yang berembus dengan kecepatan tinggi (lebih dari 100
km/jam). Jika angin tersebut disertai hujan disebut badai.
1. Rumah-rumah yang kurang kuat dapat rusak atapnya bahkan ada yang roboh.
2. Areal pertanian, perkebunan, dan hutan rusak.
3. Membahayakan bagi kegiatan penerbangan.
4. Menimbulkan ombak yang besar sehingga dapat menenggelamkan kapal.
II.4.1.4. Banjir
Banjir merupakan genangan air yang meliputi daerah yang cukup luas karena sungai
tidak mampu lagi menampung. Banjir dapat merusak saluran irigasi, jembatan, jalan
raya, jalan kereta api, rumah penduduk, dan areal pertanian.
Tanah menjadi longsor karena faktor alam, seperti adanya gempa dan hujan deras,
atau juga faktor manusia berupa tindakan penggundulan hutan.
Hutan merupakan bagian sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Akan tetapi,
karena hutan dibutuhkan manusia dan mudah didayagunakan, hutan justru telah
banyak mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Adapun bentuk kerusakan hutan
akibat ulah manusia, yaitu sebagai berikut :
Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia
memiliki 12 persen dari jumlah spesies binatang menyusui/ mamalia, pemilik 16 persen
spesies binatang reptil dan ampibi. 1.519 spesies burung dan 25 persen dari spesies ikan
dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik (hanya dapat ditemui di daerah tersebut).
Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72
persen. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun
menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju
kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada
periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia
merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di
Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta
hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam
kawasan hutan.
Bagaimana dengan Riau ? Sepanjang tahun 2004, seluas tidak kurang 1.008 hektare
lahan di Riau hangus terbakar. Kebakaran yang terjadi itu telah menimbulkan kabut
asap beberapa waktu lalu di kawasan Riau dan sekitarnya. Lahan yang terbakar
tersebut seluas 1.008,51 hektar yang tersebar di enam daerah kabupaten dan kota,
seperti Siak seluas 727,5 hektar, Bengkalis (152 ha), Rokan Hilir (80,75 ha), Indragiri
Hilir (40,26 ha), Kota Pekanbaru (24 ha) dan Kota Dumai seluas 4 hektar. Peristiwa
kebakaran hutan itu kembali terjadi pada awal tahun 2005 dengan kerugian yang tidak
sedikit. (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Provinsi
Riau).
Dengan kerusakan hutan Indonesia, kita akan kehilangan beragam hewan dan
tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu,
hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat
Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta
menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan
di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan.
Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin
tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian masyarakat miskin di
Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.
Pada tahun 1998, CIFOR, the International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan the United States Forest Service, dengan tambahan dana dari Uni Eropa,
memulai studi multi disiplin yang difokuskan pada delapan lokasi rentan kebakaran di
Sumatra dan Kalimantan. Untuk menentukan mengapa kebakaran bisa terjadi, siapa
yang bertanggung jawab, bagaimana cara api menyebar dan jenis habitat mana yang
paling berisiko.
Sebagian besar data ?hot-spot? kebakaran dan gambar satelit menunjukkan lautan api
dimulai di daerah perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp, yang
biasa menggunakan api untuk membersihkan lahan. Namun demikian, tampak jelas
bahwa asal mula kebakaran juga dipicu oleh berbagai alasan. Konsesi-konsesi kayu,
transmigrasi dan pembangunan perkebunan-perkebunan agro-industri membuka jalan
masuk ke wilayah-wilayah yang sebelumnya terpencil. Ini mendorong peningkatan
skala dan jumlah kebakaran.
Kekurangan peraturan formal yang mengatur hak-hak pemilikan umum dan swasta
menyebabkan penggunaan api sebagai senjata dalam konflik-konflik kepemilikan
lahan. Api juga digunakan oleh para pemilik lahan kecil untuk membersihkan lahan
untuk menanam tanaman pangan dan industri, oleh para transmigran, oleh para
peladang berpindah dan oleh para pemburu dan nelayan. Deforestasi dan degradasi
hutan alam menyediakan sisa-sisa kayu yang mudah terbakar dan menciptakan
bentang-darat yang lebih rentan api.
Ironisnya, realita ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup,
dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk
kepentingan individu. Sumber daya alam dijadikan asset ekonomi untuk kepentingan
pribadi dan kelompok. Hal ini terlihat ketika dengan leluasanya Pemprov Riau menjual
Pasir laut ke Singapura pada kurun waktu 1978 ? 2002 dengan menyisakan kerugian
besar. Ribuan hektar ?tanah air? kita berpindah tempat, sementara penderitaan
terdalam dirasakan oleh rakyat kecil. Pengerukan pasir laut ini, membuat ancaman
serius terhadap sektor perikanan, wisata dan wilayah territorial. Parahnya, kerusakan
lingkungan itu tidak diiringi upaya pemberdayaan lingkungan hidup baik oleh
pemerintah atau pihak swasta yang mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan Riau
pada khususnya. Justru sebaliknya malah menambah kerusakan lingkungan dengan
membuang limbah industri dilahan masyarakat seperti sungai, laut atau daratan dan
tindakan lain yang sifatnya merusak lingkungan.
Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk mengubah
lingkungan hidup dan sumberdaya alam dimulai pada pertengahan hingga akhir
zaman Paleolitik, 1.400.000-700.000 tahun lalu. Sejak manusia mengenal dan
menguasai teknologi api, maka api dianggap sebagai modal dasar bagi perkembangan
manusia karena dapat digunakan untuk membuka hutan, meningkatkan kualitas lahan
pengembalaan, memburu satwa liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi sosial
disekitar api unggun dan sebagainya (Soeriaatmadja, 1997).
Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan telah
terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu. Kebakaran
besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang lebih kering dari
iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun
yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan
tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan
membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia
(Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999).
Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-Nino seperti
kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga
memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya
di Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di
kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah
karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:
Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun, khususnya
pada musim kering. Kebakaran yang cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu
pada tahun 1982/83 dan tahun 1997/98. Pada tahun 1982/83 kebakaran telah
menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan
rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang
mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 (Soeriaatmadja, 1997).
Kemudian rekor tersebut dipecahkan lagi oleh kebakaran hutan Indonesia pada tahun
1997/98 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta hektar. Kebakaran terluas terjadi
di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 juta hektar, disusul Sumatera, Papua
Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07 juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu
hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi, 2003).
Selanjutnya kebakaran hutan Indonesia terus berlangsung setiap tahun meskipun luas
areal yang terbakar dan kerugian yang ditimbulkannya relatif kecil dan umumnya
tidak terdokumentasi dengan baik. Data dari Direktotar Jenderal Perlindungan hutan
dan Konservasi Alam menunjukkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun
sejak tahun 1998 hingga tahun 2002 tercatat berkisar antara 3 ribu hektar sampai 515
ribu hektar (Direktotar Jenderal Perlindungan hutan dan Konservasi Alam, 2003).
Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1997/98
menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu
dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil
pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan
kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca.
Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu
kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal
juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi
darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak
kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi
darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang
menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.
Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yang
kemudian diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya, sebenarnya
telah dilaksanakan beberapa langkah, baik bersifat antisipatif (pencegahan) maupun
penanggulangannya.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain:
(b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan;
(c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran
hutan;
(d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,
tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;
(e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran
hutan;
(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.
(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik
di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-
perusahaan.
(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea
Selatan, Cina dan lain-lain.
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata
belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada
setiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan
hutan.
(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah.
1. Pencemaran Air
Pencemaran air dapat terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan,
seperti pestisida dan insektisida. Pembuangan sampah sisa industri juga dapat
mencemari air. Begitu pula kebocoran serta tabrakan kapal-kapal tanker di laut dapat
mengakibatkan tumpahnya minyak ke laut.
2. Pencemaran Tanah
Banyak peristiwa yang dapat mencemari tanah sehingga tanah tidak dapat digunakan
untuk areal pertanian, kehutanan, maupun tempat tinggal. Pencemaran tanah terjadi
karena hal-hal berikut :
3. Pencemaran Udara
11. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal
sekitar pantai.12. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar
pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan
tanaman laut.13. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya
dalam mencari ikan.14. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari
ikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian yang telah kami jelaskan sebelumnya maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
www.gumaraangga.blogspot.com
www.terpopuler.net
www.g-excess.com
www.djemari.org
www.wajahlukrejo.blogspot.com
www.jabonaceh.com
www.artikellingkunganhidup.com
www.sciencedanar.blogspot.com
www.wikipedia.com
www.irfanwineers.wordpress.com
www.anneahira.com
www.marskrip.blogspot.com