Anda di halaman 1dari 2

Alkisah dalam sebuah perjalanan bersepeda kembali ke kampung halaman, deras hujan

yang membawa kenangan lama tak dapat ku hindari. Tanah becek berlumpur dan terpaan air
hujan di jalan sepi itu membuat kayuhan sepeda tuaku melambat dan semakin terlambat.
Tunggangan tua yang selalu menemaniku berhenti dan mengajakku berteduh di sebuah gubuk
kecil yang ada di tepi jalan. Tak lama, seorang pak tua membuka pintu gubuk itu. Mata sayu pak
tua itu memandang ku, memandang sepeda tua ku. Rumah mu dimana nak? Ucap pak tua itu
ramah. eh, ini pak. Rumah ku di Ngijo sahut ku kaget. Pak tua itu lalu masuk kembali ke
dalam gubuk kecilnya. Klutik klutik dug dug suara aneh terdengar dari dalam gubuk itu.
Apakah kehadiran ku mengganggu pak tua itu ? Apakah aku salah menjawab pertanyaan dari pak
tua itu ? Apakah aku harus segera pergi dan menerabas derasnya? Apakah pak tua itu membenci
warga Ngijo? Inginku pergi dari gubuk itu namun tiba-tiba pintu itu terbuka. Masuklah nak.
Aku sudah membuatkanmu minuman hangat. Pastilah kau kedinginan di tengah hujan deras itu.
Masuklah, hujan ini pasti akan lama dengan awan kelabu muda di atas sana ajak pak tua dengan
melihat awan di langit. Sedikit ragu aku akhirnya masuk ke gubuk pak tua itu.
Hujan diluar semakin deras setelah aku masuk ke gubuk seperti ingin mengatakan
bawalah sepeda tuamu masuk ke dalam juga, ia telah menemanimu sampai sejauh ini! Namun
tentunya kuabaikan hujan itu dan mulai menyeruput minuman hangat buatan pak tua itu. Tak
banyak perabot yang ada di gubuk pak tua tersebut. Aku mengajukan mulai pertanyaan basa basi
yang mungkin sangat basi kepada pak tua itu. Seperti biasa, seorang yang lebih tua suka
memberikan motivasi serta membagikan pengalaman pengalaman menarik untuk orang yang
lebih muda. Dimulailah cerita tentang masa lalunya setelah zaman penjajahan. Pak tua tersebut
dahulu merupakan anak yang cukup nakal. Meski telah di beri kesempatan untuk bersekolah ia
enggan berangkat ke sekolah. Entah kenapa ia lebih suka bermain-main di sungai. Berloncatan di
sungai melalui pohon yang jatuh mendatar dan menghubungkan 2 buah daratan layaknya sebuah
jembatan. Disana ia berfikir bahwa pasti akan lebih mudah jika pohon tersebut dapat dilewati
oleh banyak orang untuk memotong jalan menuju ke tanah seberang. Tak lama dari titik itu, ia
mulai bersekolah lagi dan tertarik mempelajari ilmu teknik sipil hingga ia nantinya akan dapat
membangun banyak jembatan yang indah, kuat dan dapat membantu orang untuk dapat melowati
aliran sungai dengan mudah. Ternyata pak tua itu adalah seorang insinyur sukses yang telah
pensiun dan hidup dalam kesederhanaan.
Terdiam aku mendengar cerita pak tua itu. Dalam hidup, kita harus memiliki tujuan.
Tentunya tujuan itu haruslah kita yang tentukan sesuai dengan passion kita. Tak usah terlalu
memikirkan apa yang dikatakan orang lain. Tetap lakukan apa yang kalian anggap benar selama
itu sesuai dengan norma dan adat sekitar dan tentunya tidak menyalahi kitab suci yang kalian
percaya. Terutama yang paling penting, tetaplah berbagi dengan sesama meski hanya berbagi
cerita. Oh iya, setelah hujan sedikit reda aku kembali melanjutkan perjalanan ku untuk kembali
ke kampung halaman.

Anda mungkin juga menyukai