Sumber : cnnindonesia.com/
Senin, 22-05-2017
Jakarta, CNN Indonesia -- Kericuhan pecah antara penjaga tanah sengketa di Jalan Kuningan
Barat RT 03 RW 02, Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan, Senin (22/5) sore. Aksi saling dorong terjadi antara penjaga tanah dengan petugas
kepolisian.
Aksi saling dorong gerbang pagar tak bisa dihindarkan. Kericuhan ini juga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi. Sedianya eksekusi lahan tersebut akan
digelar hari ini, namun ditunda. Mediasi antara kedua pihak yang saling berebut lahan belum
menemukan titik temu. Eksekusi lahan seluas 12.499 meter persegi ini seharusnya
dilaksanakan sejak pukul 10.00 WIB, Senin (22/5). Namun hingga empat jam, eksekusi
lahan belum juga dimulai. Polemik sengketa lahan ini melibatkan seorang pengusaha
bernama Rakhmat Junaidi dengan Azis Mochdar, pemilik PT Cempaka Surya Kencana
(CSK).
Baik Rakhmat dan Azis merupakan pengusaha yang telah lama menjalankan
bisnisnya masing-masing. Beberapa sumber menyebutkan Rakhmat aktif dalam Kamar
Dagang Indonesia. Sementara Aziz Mochdar selain memiliki PT CSK, pernah tercatat
sebagai pemegang saham PT Bimantara Citra. Azis juga pernah menjabat sebagai bendahara
Majelis Dzikir Nurussalam, yang didirikan oleh mantan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Sebagai pihak tergugat, Azis Mochdar tetap bersikukuh bahwa putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan yang menyatakan tanah milik penggugat atas nama Rakhmat Junaidi itu tidak
benar.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170522180444-12-216480/kericuhan-pecah-
di-lahan-sengketa-dua-taipan-di-kuningan/
Tanggapan :
Kesimpulan berita:
Pihak penggugat: Rakhmat Junaidi dan pihak tergugat: Asiz Mochtar
Berdasarkan berita yang dilansir dari cnnidonesia.com terjadinya kericuhan pada
lahan sengketa antara pemuda penjaga lahan dengan petugas kepolisisan. Keputusan
pengadilan jelas bahwa lahan tersebut milik Rakhmat Junidi, namun tergugat Asiz Mochtar
meminta peninjauan ulang atas hak kepemilikan lahan tersebut karena ia mendapati bahwa
terjadi pemalsuan dokumen oleh pihak penggugat. Pula pihak tergugat mengklaim bahwa
lahan tersebut adalah milik keluarga CSK. Hingga saat itu, blm ada kejelasan tas proses
mediasi maupun eksekusi lahan.
Hal sepetu diatas sudah sering terjadi, dimana saja dan kepada siapa saja. Menurut
saya hal tersebut terjadi melibatkan 2 pihak;
- Pihak Pemilik Sah Lahan, ialah yang memiliki hak seluruhny atas lahan tersebut
secara sah dan legal.
- Pihak Pengeklaim Lahan ilegal, pihak ini sebagai tersangka karena memang
melalukan beerbagai cara untuk memiliki lahan tersebut termasuk melakukan
pemalsuan sertifikat dan dokumen-dokumen lain sebagai pemerkuat bukti
kepemilikan lahan.
Seperti yang tercantum dalam pasal 4 ayat (2) dan pasal 5 ayat (2) UU No. 4 tahun
2004, tentang kekuasaan kehakiman disebutkan peradilan dilakukan dengan sederhana,
cepat dan ringan. Oleh karena itu peran peradilan seharusnya seperti peraturannya. Dalam
berita dijelaskan bahwa keputusan mediasi dan peninjauan ulang oleh pihak tergugat belum
jelas.
Selain itu upaya penyelesain masalah melalui jalan mediasi setidaknya mendapat
kejelasan. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa untuk mencapai kedamaian secara
mufakat. Mediasi dipilih karena cenderung menyelesaikan masalah secara damai, proses
peradilan yang lama dan mahal dan menimbulkan masalah yang lebih panjang.
Diharapkan, dari proses mediasi yang sedang berjalan dapat membawa keputusan
yang cepat dan kedamaian antar kedua belah pihak. Sehingga kejelasan akan membawa
ujungnya, dan tidak ada kericuhan yang timbul antar kedua pihak lagi pada lahan sengketa
karena akan membawa dampak kemacetan lalu lintas bahkan korban.