Anda di halaman 1dari 45

Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 1

POMPA ANGGUK
(SUCKER ROD PUMP)

Pemasangan Pompa Angguk (Sucker Rod Pump) pada suatu


sumur minyak merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan
(Artificial Lift) yang telah digunakan secara meluas pada lapangan
minyak. Pada saat ini dikenal 3 (tiga) macam pompa sucker rod, yaitu :
Conventional Unit, Air Balance dan Mark II. Gambar (1)
memperlihatkan fluida dari dasar sumur ke permukaan didasarkan
pada gerakan mekanik dari sejumlah peralatan pompa sucker rod,
mulai dari bawah permukaan, sepanjang tubing, di kepala sumur, dan
diatas permukaan

1. PERALATAN POMPA ANGGUK

Berdasar letaknya, maka peralatan pompa sucker rod dapat


dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : peralatan diatas permukaan
dan peralatan dibawah permukaan.

1.1. Peralatan Di Atas Permukaan

Peralatan diatas permukaan berfungsi untuk memindahkan


energi dari Prime mover ke pompa sucker rod, dimana untuk
selanjutnya diteruskan ke peralatan bawah permukaan. Peralatan ini
juga berfungsi untuk mengubah gerak naik turun dan melalui gear
reducer mengubah kecepatan prime mover menjadi langkah
pemompaan yang sesuai.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 2

Gambar 1 : Jenis-jenis Pompa Angguk (Sucker Rod Pump)


(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 3

Peralatan di permukaan ini secara keseluruhan terdiri dari :

Prime mover merupakan pengerak utama, dimana prime mover


akan memberikan gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik
turun pada polish rod dan sucker rod untuk diteruskan ke peralatan
bawah permukaan. Prime mover dapat berupa mesin gas, diesel,
motor bakar dan listrik. Prime mover ini disesuaikan dengan
tersedianya sumber tenaga tersebut. Jadi pemilihan motor
diusahakan mempunyai daya yang cukup untuk mengangkat fluida
dan rangkaian rod dengan kecepatan yang diinginkan.

V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime


mover ke gear reducer.

Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime


mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer
juga merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah
kecepatan putar dari prime mover, gerak putaran prime mover
diteruskan ke gear reducer dengan menggunakan belt. Dimana belt
ini dipasang engine pada prime mover dan unit sheave pada gear
reducer.

Crank Shaft merupakan poros crank yang befungsi untuk mengikat


crank pada gear reducer dan meneruskan gerak.

Crank merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank


shaft pada gear reducer dengan counterbalance. Pada crank ini
terdapat lubang-lubang tempat pitman bearing. Besar kecilnya
langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur disini,
dengan cara mengubah-ubah pitman bearing.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 4

Apabila kedudukan pitman bearing ke posisi lubang mendekati


counterbalance, maka langkah pemompaan menjadi bertambah
besar atau sebaliknya, apabila menjauhi jarak antara crank shaft
sampai dengan pitman bearing sebagai polish stroke length, yang
fungsinya meneruskan gerak berputar dari crank shaft pada gear
reducer ke walking bean melalui pitman.

Counterbalance adalah sepasang pemberat yang fungsinya :


a. Untuk mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak
naik turun
b. Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau
pada saat counterbalance menuju ke atas, yaitu pada saat
kebutuhan tenaga kecil atau minimum
c. Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke (saat
counterbalance bergerak ke bawah) sebesar tenaga
potensialnya, karena kerja prime over yang terbesar adalah
pada saat up-stroke (pompa bergerak ke atas) dimana sejumlah
minyak ikut terangkat ke atas permukaan.

Pitman adalah penghubung antara walking beam pada equalizer


hearing dengan crank. Lengan Pitman merubah gerakan berputar
menjadi gerakan naik-turun.

Walking Bean merupakan tangkai horizontal dibawah horse head.


Fungsinya merupakan gerak naik turun yang dihasilkan oleh
pasangan pitman-crank-counterbalance, ke rangkaian pompa di
dalam sumur melalui rangkain rod.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 5

Counterweight berfungsi menjepit polished rod dan letaknya


dibagian atas dari polished rod. Jepitan ini kemudian diletakan
diatas carrier bar sehingga Polished rod dapat bergerak sesuai
dengan gerakan Carrier bar.

Horse Head berfungsi menurunkan gerak dari walking bean ke unit


pompa di dalam sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string
atau merupakan kepala dari walking bean yang menyerupai kepala
kuda.

Briddle berfungsi sebagai tali penggantung carrier bar.

Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp.

Polish Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu pada


carrier bar yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan polish rod
pada carrier bar dan tempat dimana Dinamometer (alat pencatat
unit pompa ) diletakkan.

Stuffing box dipasang diatas kepala sumur (casing atau tubing


head) untuk mencegah atau menahan minyak agar supaya tidak
keluar bersama naik turunnya polish rod. Dengan demikian seluruh
aliran minyak hasil pemompaan akan mengalir ke flowline melewati
crosstee. Disamping itu juga berfungsi sebagai tempat kedudukan
polish head rod, sehingga polish rod dapat bergerak naik turun
dengan bebas.

Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang


muncul di permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara
rangkaian rod di dalam sumur dengan peralatan di permukaan.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 6

Pumping tee (Crosstee) berfungsi untuk mengalirkan fluida


produksi ke flow line.

Sampson post merupakan tiang penyangga walking beam.

Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean pada


sampson post pada bagian atas.

Equalizer adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak


secara leluasa menurut kebutuhan operasi pemompaan minyak
berlangsung.

Brake berfungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan,


misalnya pada saat akan dilakukan reparasi sumur atau unit
pompanya sendiri.

Secara keseluruhan susunan peralatan pompa sucker rod diatas


permukaan ditunjukan pada Gambar 2.

1.2. Peralatan di Bawah Permukaan

Untuk peralatan pompa di bawah permukaan (Subsurface pump


equipment ) terdiri dari empat kompnen utama, yaitu : working barrel,
plunger, travelling valve dan standing valve.

Working Barrel merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak


naik-turun sesuai dg langkah pemompaan dan menampung minyak
terisap oleh plunger pada saat bergerak ke atas ( up stroke ).
a. Working barrel yang terdiri dari sejumlah liner yang diselubungi
oleh jacket (biasanya diberi simbol L).
b. Working barrel yang terdiri dari satu bagian utuh dan kuat
(diberi simbol H atau W ).
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 7

Gambar 2 : Peralatan Pompa Sucker Rod di Atas Permukaan


(Bethlehem Stell Company, Sucker rod hand book, 1970)

Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam


barrel dan dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 8

penghisap minyak dari formasi masuk ke barrel yang kemudian di


angkat ke permukaan melalui tubing.

Tubing, seperti halnya pada peralatan sembur alam, tubing


digunakan untuk mengalirkan minyak dari dasar sumur ke
permukaan setelah minyak dianggakat oleh plunger pada saat up
stroke.

Standing valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun


menurut gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari
working barrel masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat
plunger bergerak ke atas dan selanjutnya standing valve membuka.
Pada saat plunger bergerak ke bawah standing valve akan menutup
untuk mencegah fluida keluar ke annulus.

Travelling valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun


menurut gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari
working barrel masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat
plunger bergerak ke bawah serta menahan minyak keluar dari
plunger pada saat plunger bergerak ke atas.

Gas anchor, merupakan komponen pompa yang dipasang di


bagian bawah dari pompa yang berfungsi untuk memisahkan gas
dari minyak agar gas tersebut tdk ikut masuk ke dalam pompa
bersama-sama dg minyak, untuk menghidari masiknya pasir atau
padatan kedalam pompa, dan mengurangi atau menghindari
terjadinya tubing stretch.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 9

Gas ini dialirkan masuk ke annulus dan dilepaskan ke permukaan


melalui
Ada dua macam type Gas Anchor, yaitu :
Poorman type.
Packer type

a. Poorman type
Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan
melepaskan diri dari larutan (bouyancy effect). Minyak akan
masuk ke dalam barrel melalui suction pipe , sedangkan gas
yang telah terpisah akan dialikan melalui annulus. Apabila
suction pipe terlalu panjang atau diameternya terlalu kecil, maka
akan terjadi pressure loss yang cukup besar sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan PI sumur pompa.
Sedangkan apabila suction pipe terlalu besar akan meyebabkan
annulus antara dinding anchor dengan suction pipe menjadi
lebih kecil, sehingga kecepatan aliran minyak besar dan
akibatnya gas masih terbawa oleh butiran-butiran minyak.
Diameter gas anchor yang terlalu besar akan menyebabkan
penurunan PI sumur pompa.

b. Packer type
Minyak masuk melalui ruang antara dinding anchor dan suction
pipe, kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara casing
dan gas anchor dan ditahan oleh packer, selanjutnya minyak
masuk ke pompa melalui suction pipe. Disini minyak yang
masuk kedalam annulus sudah terpisah dari pompa.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 10

Tangkai pompa
Tangkai pompa (sucker rod string) terdiri dari :
Sucker rod
Pony rod
Polished rod

a. Sucker rod
Merupakan batang/rod penghubung antara plunger dg peralatan
di permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak lurus
naik turun dari horse head ke plunger.
Berdasarkan konstruksinya maka Sucker rod dibedakan menjadi
dua, yaitu :
Berujung box pin
Berujung pin-pin
Untuk menghubungkan antara dua sucker rod digunakan sucker
rod coupling. Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang
sering digunakan berkisar antara 20 30 ft.
Dalam perencanaan sucker rod selalu diusahakan dipilih yang
ringan, artinya memenuhi kriteria ekonomis, tapi dengan syarat
tanpa mengabaikan persyaratan stress yang diijinkan (allowable
stress) pada sucker rod tersebut. Sucker rod yang dipilih dari
permukaan sampai unit pompa di dasar sumur tidak perlu sama
diameternya tetapi dapat dilakukan / dibuat kombinasi dari
beberapa tipe dan ukuran rod. Sucker rod string yang
merupakan kombinasi dari beberapa tipe dan ukuran tersebut,
disebut tappered rod string.

b. Pony rod
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 11

Pony rod merupakan rod yang mempunyai panjang yang lebih


pendek dari panjang rod umumnya (+ 25 ft). fungsinya adalah
untuk melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak
mencapai kepanjangan yang dibutuhkan, ukurannya adalah
2,4,6,8,12 ft.

c. Polished rod
Polished rod merupakan tempat rod yang berada diluar sumur
yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier bar dan
dapat naik turun dalam stuffing box. Diameter stuffing box lebih
besar dari diameter sucker rod, yaitu 1 1/8, 1 , 1.5, 1 .
Panjang polished rod adalah 8,11,16,22 ft.

Selanjutnya apabila dilihat dari pemasangan sistem barrel maka


peralatan di bawah permukaan sucker rod ini diklasifikasikan menjadi 2
tipe, yaitu :

1. Tubing pump
Pada tipe ini working barrel dipasang langsung didalam tubing dan
diturunkan bersama tubing, bila terjadi kerusakan pada working
barrel atau standing valve maka untuk memperbaikinya
keseluruhan dari tubing harus dicabut.tipe pompa ini sering
digunakan pada sumur-sumur dangkal dan produktifitas kecil.

2. Rod pump
Pada tipe ini working barrel, plinger, travelling valve, dan standing
valve merupakan satu unit kesatuan yang dipasang langsung pada
rod string. Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil karena
ukuran plunger lebih kecil.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 12

Apabila terjadi kerusakan pada standing valve atau barrel, maka


untuk memperbaikinya tidak perlu mencabut seluruh tubing. Tipe
pompa ini sering digunakan pada sumur-sumur dalam dan
dibedakan menjadi 3 , yaitu :
a. Tipe stationary barrel-top anchor, misalnya RWA.
b. Tipe stationary barrel-bottom anchor, misalnya RWB.
c. Travelling barrel-bottom anchor, misalnya RWT.

Perbedaan tipe pompa tubing pump dan rod pump ditujukan


Gambar 3. Sedangkan klasifikasi peralatan pompa bawah
permukaan berdasar sistem barrelnya menurut standart API
diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Tabel 1
Klasifikasi Pompa Standart API
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

KLASIFIKASI
TIPE POMPA
FULL BARREL LINER BARREL
Tubing dengan regular shoe TW TL
Tubing dengan regular shoe dan nipple TWE TLE
Rod, stationary barrel top hold down RWA RLA
Rod, stationary barrel-bottom hold
RWB RLB
down
Rod, travelling barrel RWT RLT
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 13

Gambar 3 : Peralatan Bawah Permukaan Jenis Tubing Pump


dan Rod Pump
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 14

Gambar 4 : Klasifikasi Pompa Menurut API


(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 15

Huruf-huruf yang terdapat pada Tabel 1 dan Gambar 4 menunjukan


penambahan tipe pompa nya.
T menyatakan tipe tubing pump
R menyatakan tipe rod pump

Kedua huruf yang terdiri dari W dan L, dimana :


W menyatakan tipe full barrel
L menyatakan tipe linier barrel

Sedangkan huruf ketiga yang terdiri dari E, A, B, dan T adalah :


E menyatakan extention shoe dan nippel
A menyatakan stationary barrel dg bagian atas yang disambung
B menyatakan stationary barrel dg bagian atas dan bawah
disambung pada tubing.
T menyatakan travelling barrel.

Umumnya suatu unit sucker rod pump dituliskan dengan menggunakan


simbol-simbol tertentu, contohnya :

C-160D-173-64

kode-kode ini menunjukan spesifikasi pompa dipermukaan.


Arti dari kode tersebut diatas adalah :

C = conventional (A = air balance, B = beam counter balance, M =


mark II)

160 = peak torque rating ribuan in-lb (torsi puncak yang diijinkan)

D = double reduction gear reducer

173 = polished rod load rating, ratusan lb (beban puncak dalam


polished rod)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 16

64 = panjang langklah stroke maximum, in


(biasanya juga bisa diset pada 54 in dan 48 in tergatung pada
pabrik). Umumnya panjang langkah dapat diatur sampai 4 pada
pompa tertentu. Angka diatas adalah yang terpanjang

Simbol API sebagaimana yang tercantum pada Gambar 4 serta


Gambar 5 merupakan spesifikasi peralatan bawah permukaan.
Sebagai contoh :

20-150-RWBC-20-4-2

artinya pompa untuk tubing 2 3/8 dengan diameter plunger 1 .


Pompa tipe rod (insert), dg barrel berbanding tipis, bottom hold down
(dipegang dibawah) dan menggunakan tipe mangkok (cup ) untuk
kedudukannya. Panjang pompa adalah 20 dg plunger 4 ft dan
extention 2 ft.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 17

Gambar 5 : Pump Designation


(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 18

2. PRINSIP KERJA POMPA SUCKER ROD

Mekanisme kerja pompa sucker rod dapat dijelaskan


menggunakan Gambar 6 . Prime mover menghasilkan gerak rotasi,
gerakan ini dirubah menjadi gerakan naik-turun oleh pumping unit,
terutama oleh sistem pitman assembly crank. Kemudian gerak anguk
naik-turun ini oleh horse head dijadikan gerakan angguk naik-turun
yang selanjutnya menggerakan plunger yang berada di dalam sumur.
Instalasi pumping unit dipermukaan dihubungkan dengan pompa
yang ada di dalam sumur oleh sucker rod , sehingga gerak lurus naik-
turun dari horse head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger ini
bergerak naik turun dalam barrel pompa. Pada saat upstroke, plunger
bergerak keatas, dibawah plunger terjadi penurunan tekanan. Karena
tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan di dalam pompa, maka
kondisi ini mengakibatkan standing valve terbuka dan minyak masuk
ke dalam pompa. Minyak diatas travelling valve akan terangkat keatas
pada waktu up stroke. Pada saat down stroke, standing valve tertutup
karena tekanan minyak dalam barrel pompa lebih besar dari tekanan
dasar sumur, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu travelling valve
terbuka oleh minyak akibat turunnya plunger, selanjutnya minyak akan
masuk ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang
sehingga minyak sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui
flow line.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 19

Gambar 6 : Mekanisme Kerja Sucker Rod Pump


(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

3. ANALISA PERALATAN POMPA

Komponen-komponen peralatan pompa sucker rod merupakan suatu


gabungan yang komplek, dg kata lain akan saling tergantung.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 20

3.1. Analisa Gerakan Rod

Apabila sucker rod digantung pada polished rod atau bergerak naik
turun pada kecepatan konstan, maka gaya yang bekerja pada polished
rod adalah berat dari sucker rod, WR, dalam hal ini sucker rod
mengalami percepatan. Polished rod akan menderita beban tambahan
yaitu beban percepatan.

Wr
a
g

Faktor percepatan atau faktor dimana bobot mati dari rod harus
dikalikan dengan faktor kecepatan ini untuk mendapatkan beban
percepatan yang maksimal, dinyatakan sebagai :

a

g
(1)

Dimana :
a = percepatan maksimum yang terdapat pada sucker rod string
g = percepatan gravitasi

Suatu study terhadap gerakan yang ditransmisikan dari prime


mover ke sucker rod menunjukan bahwa gerakan sucker rod hampir
merupakan gerak beraturan yang sederhana.gerak beraturan ini dapat
dinyatakan sebagai proyeksi suatu partikel yang bergerak melingkar
pada garis tengah lingkaran tersebut.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 21

Gambar 7 : System Gerakan Sucker Rod


(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

Apabila hal tersebut diatas di hubungkan dengan sistem sucker rod,


maka :
1. Diameter lingkaran menyatakan panjang langkah polished rod
2. Waktu untuk satu kali putaran dari partikel yang melngkar sama
dengan waktu untuk satu kali siklus pemompaan.

Percepatan maksimum dari pada sistem sucker rod terjadi pada awal
upstroke dan awal down stroke, yaitu pada saat titik proyeksi
mempunyai jarak yang jauh dari pusat gerak melingkar.
Pada saat tersebut percepatan dari pada proyeksi sama dengan
percepatan gerak melingkar, yaitu :

Vp2
a (2)
re
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 22

Dimana :
Vp = kecepatan partikel
re = jari-jari lingkaran

Apabila waktu untuk satu kali putaran, maka :

2 re
VP (3)

Apabila N = jumlah putaran persatuan waktu :

Vp 2 re N (4)

Dimana N = 1/ , jika Persamaan (2), (4) disubtitusikan pada


Persamaan (1) di dapat :

VP 2 4 2 re N 2
(5)
re g g

Untuk sumur pompa :

N = kecepatan pompaan
re = dapat dihubungkan dengan polished rod, stroke length
yaitu :

S
re (6)
2

Dengan demikian Persamaan (5) menjadi :

2 2 S N 2
(7)
g
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 23

Panjang langkah polished rod biasanya dinyatakan dalam inchi, dan


kecepatan pemompaan dalam stroke per menit (SPM), maka :

2 2 S N 2 in/min 1 ft 1 min

32,2 ft/sec 2 12 in 3600 sec 2

S N2
(8)
70500

3.2. Sucker Rod String

Sucker rod string ada/didapati pada sumur-sumur yang dalam,


dan tidak hanya terdiri dari satu macam diameter, merupakan tapered
rod (makin keatas makin besar diameternya, karena membawa beban
yang lebih berat). Dengan anggapan bahwa stress disetiap bagian
sama (pada puncak masing-masing interval), maka design untuk
beberapa bagian (fraksi) dari masing-masing diameter diberikan
seperti pada Tabel 1.
Pada Tabel 2, R1, R2, R3, dan seterusnya adalah fraksi panjang
dari seluruh rod, dan karena umumnya suatu potongan rod mempunyai
panjang 25 ft, maka pembulatan selalu 25 ft.

3.3. Effective Plunger Stroke (Sp)

Jumlah volume minyak yang diperoleh selama pemompaan tidak


tergantung pada panjang polished rod, tetapi tergantung pada gerakan
relatif plunger terhadap working barrel yang disebut effective plunger
stroke.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 24

Tabel 2-2
Kombinasi Untuk Sucker Rod
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

Ukuran rod pada string Harga R sebagai fungsi Luas Plunger (AP)
(in) Catatan : R1 adalah yang bawah atau terkecil
R1 = 0.759 0.0896 Ap
5/8 3/4
R2 = 0.241 + 0.0896 Ap
R1 = 0.786 0.0566 Ap
3/4 7/8
R2 = 0.214 + 0.0566 Ap
R1 = 0.814 0.0375 Ap
7/8 1
R2 = 0.186 + 0.0375 Ap
R1 = 0.627 0.1393 Ap
5/8 3/4 7/8 R2 = 0.199 + 0.0737 Ap
R3 = 0.175 + 0.0655 Ap
R1 = 0.644 0.0894 Ap
3/4 7/8 1 R2 = 0.181 + 0.0478 Ap
R3 = 0.155 + 0.0146 Ap
R1 = 0.582 0.1110 Ap
R2 = 0.159 + 0.0421 Ap
3/4 7/8 1 1 1/8
R2 = 0.137 + 0.0364 Ap
R2 = 0.123 + 0.0325 Ap

Pada dasarnya langkah ini berbeda dengan polished rod stroke.


Perbedaan ini disebabkan oleh :
1. Adanya rod stretch dan tubing stretch
2. Adanya plunger over travel yang disebabkan adanya percepatan

Dengan demikian perlu diperkirakan adanya rod stretch dan tubing


stretch serta over travel. Yang mana hal ini telah dikembangkan oleh
Marsh dan Coberly.

Pada saat downstroke, standing valve tertutup dan traveling


valve terbuka, beban fluida bekerja pada tubing yang menyebabkan
elongasi pada tubing tersebut.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 25

Pada awal Up-stroke, travelling valve tertutup, menimbulkan


perpanjangan pada rod dan pembukaan pada standing valve
menyebabkan tubing mengalami stretch.kembalinya tubing ke panjang
semula menyebabkan working barrel bergerak lebih keatas.
Perpanjangan rod menyebabkan plunger bergerak kebawah.
Dengan demikian effective plunger stroke berkurang sebesar jumlah
perpanjangan rod dan tubing yang disebabkan oleh beban fluida.
Untuk suatu deformasi elastik, terdapat perbandingan antara
stress yang bekerja pada suatu benda dengan strain yang dihasilkan
oleh stress tersebut yang besarnya konstan, yaitu :

Stress
E (9)
Strain

Dimana:
E = modulus elastisita, tergantung pada beban yang dipergunakan
Sedangkan stress merupakan gaya persatuan luas, maka :

F
Stress (10)
A

Dan strain adalah fraksi perubahan panjang, yaitu :

Strain = e / L (11)

Gaya (F) dinyatakan dalam Lb, penampang (A) dinyatakan dalam in2.
Perpanjangan (e) dan panjang mula-mula (L) dinyatakan dalam satuan
sama. Umumnya besarnya perpanjangan dalam in. sedangkan
panjang dalam ft, dengan demikian Persamaan (11) merubah menjadi :
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 26

e
Strain (12)
12 L

Apabila Persamaan (12) disubtitusikan kedalam Persamaan (9)


menjadi :

F /A 12 FL
E (13)
e / 12 L eA

12 FL
e (14)
EA

Gaya yang disebabkan oleh beban fluida yang disebabkan


adanya perbedaan tekanan sepanjang plunger, dan bekerja pada luas
permukaan AP, adalah :

F = P x AP (15)

Apabila dianggap bahwa pompa dipasang pada working fluid level,


perbedaan tekanan ( delta P ) pada plunger adalah tekanan kolom
fluida dengan specific gravity G, sepanjang L (kedalaman pompa).

P = 0,433 G L (16)

Untuk suatu hal yang umum, dimana working fluid level terletak
pada kedalaman D, tekanan C (dibawah plunger) yang disebabkan
oleh kolom fluida didalam casing setinggi (L-D) harus diperhitungkan.
Dengan demikian :

P = 0,433 G L - 0,433 G (L - D)

P = 0,433 G D (17)

Dari Persamaan (14) :


Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 27

12 FL
e
EA
12 x 0,433 G D A P L

EA
520 G D A L
(18)
EA

Persamaan (18) diatas merupakan Persamaan umum.


Persamaan tersebut dapat untuk menghitung perpanjangan dari suatu
benda yang mengalami pembebanan.
Berdasarkan persamaan (18), maka :

1. Perpanjangan tubing (et) adalah :

e1 = 5,20 G D AP L / E At (19)

2. Perpanjangan rod string (er) adalah :

er = 5,20 G D AP L / E Ar (20)

Dimana :
et = perpanjangan tubing, in
er = perpanjangan rod, in
G = specific gravity fluida
D = working fluid level, ft
L = kedalaman letak pompa, ft
Ap = Luas penampang plunger, sq-in
At = Luas penampang tubing , sq-in
Ar = Luas penampang rod, sq-in

E = modulus elastisitas = 30 x 10 6
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 28

Bila dipasang anchor pada tubing, maka bentuk L/A t , dapat diabaikan.
Besarnya Ar, At, Ap, dari masing-masing ukuran rod, tubing atau
plunger dapat dilihat pada Tabel (3), (4) dan (5) berikut :

Tabel 3
Data Sucker Rod
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

Area Plunger Rod Weight


Rod Size , in Konstanta, K
(in2) (lb/ft)
0.196 0.72
5/8 0.307 1.13 0.046
0.442 1.63 0.066
7/8 0.601 2.22 0.102
1 0.785 2.90 0.117
1 1/8 0.994 3.67 0.148

Tabel 4
Data Tubing
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)

Normal Size Outside Diameter Weight Wall Area (sq-


(in) (in) (lb/ft) in)
1 1.900 2.90 0.800
2 2.375 4.7 1.304
2 2.875 6.50 1.812
3 3.500 9.30 2.59.
3 4.000 11.00 3.077
4 4.500 12.75 3.601

Tabel 5
Data Plunger Pompa
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 29

Diameter Area Pump Content


In Aq-in Bbl/day/in/spm
1 0.785 0.116
1 1/16 0.886 0.131
1 1.227 0.182
1 1.767 0.262
1 2.405 0.357
1 25/32 2.448 0.369
2 3.142 0.466
2 3.976 0.590
2 4.909 0.728
2 5.940 0.881
3 11.045 1.639
4 17.721 2.630

Untuk Tappered rod string, perpanjangan rod dicari untuk


masing-masing bagian, yaitu :

e1 = 5,20 G D AP L1 / E A1

e2 = 5,20 G D AP L / E A2 dst

Dimana :
e1 = perpanjangan rod bagian pertama dengan panjang L1
e2 = perpanjangan rod bagian kedua dengan panjang L2

Dari gabungan Persamaan diatas, perpanjangan rod total adalah:

5,20 G D A P L1 L 2
er ... (21)
E A1 A 2

Rod mengalami perpanjangan akibat berat rod itu sendiri dan


beban percepatan. Untuk tappered rod, beban rod bervariasi secara
uniform dari harga nol (yaitu dari bagian bawah rod) sampai sebesar
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 30

Wr (yaitu puncak dari rod). Rata-rata berat dari rod yang menyebabkan
perpanjangan adalah Wr/2, apabila dipusatkan pada L/2.
Perpanjangan rod yang emngakibatkan berat rod dan beban
percepatan, tidak sama besarnya pada waktu upstroke ataupun
downstroke.

Pada akhir downstroke, perpanjangan rod , adalah :

12 Wr Wr L/2
ed (22)
E Ar

Dan perpanjangan pada waktu upstroke , adalah :

12 Wr Wr L/2
eu (23)
E Ar

Dari Persamaan (22) dan (23) dapat ditentukan perpanjangan yang


disebabkan oleh beban percepatan , yaitu :

12 Wr L
eP ed - eu (24)
E Ar

Sedang berat rod string, adalah :

r L A r
Wr (25)
144

Dimana :
= faktor percepatan
r = density rod, lb/cuft ~ 490 lb/cuft untuk baja.

Maka :
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 31

12 L 490 L A t 40,8 L2
eP (26)
E Ar 144 E

Dimana :
E = modulus Young besi = 30 x 10 6 psi

Persamaan (26) digunakan untuk untappered rod string, sedangkan


untuk tappered rod string dilakukan pendekatan dengan persamaan
berikut :

eP = (32,8 L2 ) / E (27)

Dimana :
eP = plunger overtravel, in
L = panjang rod, ft
= faktor percepatan = S N2 /70500
S = panjang langkah, in
N = langkah/menit, SPM

Persamaan (27) akan memberikan perbedaan sekitar 25%,


tetapi hal ini tidak berpengaruh banyak dalam effective plunger stroke.

Dengan demikian effective plunger stroke adalah panjang


langkah (Polished rod stroke) dikurangi dengan perpanjangan rod
ditambah dengan (rod & tubing stretch) sebagai akibat beban fluida
ditambah dengan plunger overtravel, maka :

SP = S + eP (et + er) (28)

Penggabungan Persamaan (19), (21), (26), dan (28) didapatkan


Persamaan sebagai berikut :
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 32

40,8 L2 5,20 G D A P L1 L 2
SP S - ... (29)
E E A1 A 2

Dalam hal ini tappered rod string, Persamaan (29) menjadi :

40,8 L2 5,20 G D A P 1 1
SP S - (30)
E E A
t A r

Dimana :
L1, L2, L3, adalah panjang-panjang rod (bila diametrnya
berbeda-beda untuk sistem tersebut, ft
A1, A2, A3, adalah luas penampang masing-masing bagian
rod yang berbeda-beda untuk, inch2

Catatan : dalam hal tubing dipasang anchor, maka At dapat diabaikan


dan Persamaan (29) tidak mengandung At.

3.4. Kecepatan Pompa

Akibat dari pemompaan akan timbul getaran yang dialami oleh


rod string. Getaran yang dialami rod tersebut adalah merupakan
resultan dari getaran aslinya (transmitted wave) dengan getaran yang
dipantulkan (reflected wave). Gambaran mengenai terjadinya getaran
dari pada rod string adalah seperti pada Gambar 8.
Apabila transmitted wave dan reflected wave terjadi serempak
(syncronous), maka akibatnya akan terjadi resultan getaran yang
maksimum (saling menguatkan). Akan tetapi bila antara kedua macam

tidak terjadinya saling bergantian (non-syncronous), maka resultanya


merupakan getaran yang saling melemahkan.
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 33

Maka dapatlah dimengerti bahwa kecepatan pemompaan setiap


menit harus tidak boleh menimbulkan getaran yang maksimum, karena
hal tersebut dapat membahayakan rod string (menyebabkan putus).
Sehingga dibuat supaya getaran yang terjadi adalah getaran yang
saling melemahkan.

Secara teoritis, dengan ketentuan kecepatan getaran pada baja


sama dengan 15800 fps, maka akan terjadi getaran non-syncronous,
jika :

N = 237.000 / n L (31)

Dimana :
N = kecepatan pemompaan, SPM
L = panjang sucker rod string, ft
n = bilangan tidak bulat

Jadi menentukan N dari pemompaan harus dipilih supaya harga


n tidak bulat. Dihindarkan harga n = 1,2,3, dst, karena harga n bulat
akan terjadi getaran yang syncronous .
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 34

Gambar 8 : Getaran Yang Terjadi Pada Rod String


(Craft, B.C., Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)

3.5. Perhitungan Counterbalance

Fungsi utama Counterbalance adalah menyimpan tenaga pada


waktu upstroke dan waktu downstroke serta melepaskan tenaga pada
waktu upstroke.
Secara teoritis counterbalance effect ideal (Ci) harus sedemikian
rupa sehingga prime mover akan membawa beban rata-rata yang
sama besarnya baik pada waktu upstroke ataupun pada waktu down
stroke (Craft-holden, 1962 & Brown Kermit, 1984), yang dinyatakan
sebesar :

Wmax Ci = Ci - Wmin (32)

Counterbalance yang ideal adalah :


Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 35

Ci = 0,5 (Wmax + Wmin) (33)

Dengan menggunakan parameter Wmax dan Wmin yang di dapat dari


hasil perhitungan Polished rod load, maka akan diperoleh
counterbalance effect ideal sebesar :

Ci = 0,5 Wf Wr(1-0,127 G) (34)

3.6. Perhitungan Torsi (Puntiran)

Perhitungan torsi sangat erat hubungannya dengan


perencanaan counterbalance, karena pumping unit harus bekerja pada
torsi yang diijinkan. Torsi dari pumping unit yang bekerja tidak boleh
melebihi puntiran yang diijinkan pada gear reducer yang telah
ditentukan oleh pabrik pembuatannya.
Pada Gambar 9 ditujukan besarnya beban polished rod (W)
ditransmisikan ke crank melalui pitman yang bergerak dengan arah
vertikal. Dari gambar tersebut puntiran bersih terhadap VCXF
dinyatakan (Craft-Holden, 1962), sebagai berikut :

T = Wr sin - We d sin (35)

dimana :
T = gaya puntiran, Lbs
W = beban polished rod, Lbs
We = counterweight, Lbs
r = jarak dari crankshaft ke pitman bearing (Gambar 9)

d = jarak dari crankshaft ke pusat titik O, in


= posisi kedudukan crankshaft (Gambar 1-9)
= sudut yang dibentuk oleh crank dengan bidang vertikal, derajat
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 36

Apabila geometri dari peralatan permukaan diabaikan, yaitu jarak dari


saddle bearing ke tail bearing serta struktural unbalance dari
instalasi permukaan, maka akan diperoleh persamaan untuk :

Ci = 2 We d / S (36)

dimana :
C = Crank Counterbalance, lbs
Wc = berat Counterbalance, lbs
S = panjang langkah, in

Gambar 9 : Gaya-gaya Yang Bekerja pada Crank


(Craft, Holden., Well Design Drilling and Production)

Substitusi Persamaan (36) ke (35) akan diperoleh :

T = W (S/2) sin - C (S/2) sin


Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 37

= (W - C) (S/2) sin (37)

Harga maksimum untuk variabel-variabel W dan sin masing-masing


adalah Wmax dan sin = 1 atau = 90, dengan demikian putiran
maksimum (peak torque) adalah :

Tp = (Wmax - C) (S/2) (38)

dimana :
Tp = peak torque maksimum, Lbs

Dalam perhitungan harga peak torque (C) diasumsikan 95% dari harga
idealnya (Ci), maka persamaan (38) menjadi :

Tp = (Wmax 0,95 Ci) (S/2) (39)

4. KAPASITAS POMPA (PUMP DISPLACEMENT)

Dengan prinsip torak (piston), maka volume teoritis pemompaan


(pump displacement) adalah :

Stroke 1440 menit / hari


V A P (in 2 ) x Sp (in / stroke) x N x
menit 9702in 3 bbl

= 0,1484 Ap Sp N bbl /hari (40)

Persamaan (40) diatas harga 0,1484 Ap merupakan konstanta untuk


suatu diameter plunger tertentu, dan dinotasikan dengan K yang
disebut sebagai konstanta pompa (Tabel 3) :

V = K Sp N bbl/hari (41)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 38

Untuk mencari harga rate produksi yang sebenarnya dari pump


displacement perlu diketahui effisiensi volumetris dari pompa
tersebut, Ev.

Jadi : q = V/Ev (42)

dimana :
q = rate produksi, bbl/h
V = pump displacement, bbl/h
Ev = efisiensi volumetris antara 25 100 % tergantung dari
gas di sumur tersebut, umumnya diambil antara 75 80 %

5. EFISIENSI TOTAL POMPA SUCKER ROD

Dengan mengetahui besanya horse power, maka akan dapat


ditentukan efisiensi total dari pompa sucker rod. Efisiensi total pompa
adalah hasil kali dari dua efisiensi, yaitu efisiensi permukaan (above
ground efficiency) dan efisiensi bawah permukaan (bellow ground
efficiency). Besarnya horse power yang perlu diketahui disini adalah :
Polished rod horse power (PRHP)
Hidroulic horse power (HHP)
Power input (power yang dibutuhkan prime mover selama
pemompaan berjalan) atau Brake horse power (BHP)

5.1. Beban Polished Rod (Polished Rod Load / PRL)

Selama siklus pemompaan terdapat lima faktor yang


mempengaruhi beban bersih (net load) Polished rod yaitu :
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 39

a. Beban fluida
b. Bobot mati dari pada rod
c. Beban percepatan dari pada sucker rod
d. Gaya keatas pada sucker rod yang tercelup dalam fluida
e. Gaya gesekan

Dalam hal ini yang diabaikan beban getaran dan beban


percepatan sehubungan dengan fluida yang diangkat.
Berat tappered rod string adalah :

Wr = M1L1 + M2L2 + + MnLn (43)

dimana :
M1 = berat rod, section pertama dari tappered rod, Lb/ft
L1 = panjang rod, section pertama, ft

Berat percepatan maksimum adalah Wr (44)

Berat percepatan minimum adalah - Wr (45)

Dengan menganggap density rod 490 Lb/cuft, volume rod string


sama dengan volume fluida yang dipindahkan rod string adalah :

berat W
Volume r cuft (46)
density 490

Density fluida yang dipindahkan 62,4 G (dimana G = Specific


grafity) Lb/cuft. Gaya keatas yang bekerja pada rod, adalah berat fluida
yang dipindahkan yaitu,

Wr
Gaya keatas x 62,4 G
490
- 0.127 Wr G (47)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 40

Beban fluida yang digunakan dalam perhitungan beban polished


rod adalah berat kolom fluida yang ditahan oleh plunger, volume dari
kolom fluida dari plunger dan setinggi rod string adalah :

L AP
Volume cuft (48)
144

Volume fluida dapat diperoleh dari Persamaan (48) dikurangi


Persamaan (46)

L A P Wr
Volume - cuft (49)
144 490

Beban fluida Wf adalah :

Wf = 62,4 G {(L AP / 144) (Wr /490)}


Wf = 0,433 G {(L AP 0,294Wr)} (50)

Beban fluida tersebut hanya bekerja pada polished rod pada


waktu upstroke. Selanjutnya beban gesekan tidak dapat diturunkan
secara matematis, tetapi beban ini dapat diperkirakan secara empiris
dengan dynamometer tes. Sedangkan untuk keperluan disain, gesekan
ini dapat dinyatakan sebagai + F , pada waktu upstroke dan F pada
waktu downstroke.
Jadi, beban polished rod maksimum yang terjadi pada waktu
upstroke adalah :

Wmax = Wf + Wr + Wr + F (51)

Beban polished rod minimum yang terjadi saat downstroke :

Wmin = Wf - Wr - - 0,127 Wr G - F (52)


Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 41

Jika Persamaan (51) digunakan untuk menghitung beban


maksimum, suku yang terakhir diabaikan, oleh karena itu beban
gesekan tidak dapat dihitung dengan tepat.

Wmax = Wf + Wr ( 1 - ) (53)

Dengan cara yang sama, perhitungan beban minimun juga


dengan mengabaikan beban gesekan.

Wmin = Wr ( 1 - - 0,127 G ) (54)

5.2. Hidraulic Horse Power

Hidraulic horse power (HHP) adalah besarnya horse power yang


diperlukan pompa untuk mengangkat sejumlah fluida secara vertikal
saat pemompaan berlangsung. Hal penting di dalam penentuan horse
power ini adalah net lift (LN). pengertian net lift yaitu, jarak angkat
efektif pompa dalam satuan ft. besarnya net lift, dapat ditentukan
dengan persamaan dibawah :

W
LN Lx fm , ft (55)
Wfc

dimana :
L = panjang rod string, ft
Wfm = berat rod + fluida berat rod, Lbs
Wfc = berat fluida, Lb

Selanjutnya besarnya horse power dapat ditentukan dengan


persamaan:
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 42

HHP = 7,36 x 106 x q G LN, hp (56)

dimana :
q = rate produksi, BPD
G = specific gravity fluida
LN = Net lift, ft

5.3. Brake Horse Power (Power Input)

Power input ini menunjukan besarnya horse power yang


dibutuhkan oleh prime mover pada operasi pompa sucker rod.ada dua
power load yang harus dipertimbangkan selama terjadi gerakan fluida
dari pompa ke permukaan, yaitu pertama adalah hidraulic horse power
seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dan kedua adalah
friction horse power diberi simbol Hf. harga Friction horse power dapat
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

0,25 Wr . S . N. in - lb/min
Hf
12 in/ft x 33000 ft - lb/min/hp

= 6,31 x 10-7 Wr S N ; hp (57)

dimana :
Wr = Berat rod string, lb
S = Panjang stroke, in
N = jumlah stroke permenit, spm

Selanjutnya besarnya Brake horse power (BHP) merupakan


penjumlahan hidraulic dan friction horse power. Untuk mengatasi
tekanan yang tidak dapat diperkirakan dalam peralatan dipermukaan
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 43

maka diambil faktor keselamatan sebesar 1,5 . Brake horse power


dituliskan :

BHP = 1,5 (Hb + Hf) (1-58)

5.4. Penentuan Efisiensi Total Pompa

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa efisiensi total pompa


adalah merupakan hasil kali dari dua efisiensi, yaitu efisiensi
permukaan (above ground efficiency) dan efisiensi bawah permukaan
(bellow ground efficiency). Above ground efficiecy yaitu efisiensi
pompa yang berhubungan dengan keperluan horse power oleh prime
mover dipermukaan, dan besarnya dinyatakan dengan perbandingan
antara polished rod horse power terhadap power input pada prime
mover (brake horse power). Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :

Polished rod horse power


Above Ground Efficiency
Brake horse power

PRHP
= , Hp (59)
BHP

Bellow ground efficiecy yaitu efisiensi yang berkaitan dengan


perlatan bawah permukaan di dalam mengangkat fluida kepermukaan,
besarnya efisiensi ini dinyatakan dengan perbandingan antara horse
power terhadap polished rod horse power dan secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
Hydraulic horse power
Bellow Ground Efficiency
Polish Rod horse power
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 44

HHP
= , Hp (60)
PRHP

Sehingga besarnya efisiensi total pompa adalah :

Overall Efficiency = Above Ground Efficiency x Below Ground Efficiency


(Efisiensi total) (Efisiensi permukaan ) (Efisiensi bawah permukaan)

PRHP HHP
= x , Hp (61)
BHP PRHP

TEORI DASAR
POMPA ANGGUK (SUCKER ROD PUMP)
Pompa Angguk (Sucker Rod Pump - SRP) 45

MAT E R I

1. PERALATAN POMPA SUCKER ROD


1.1. Peralatan Di Atas Permukaan
1.2. Peralatan Di Bawah Permukaan

2. PRINSIP KERJA POMPA SUCKER ROD


3. ANALISA PERHITUNGAN PERALATAN POMPA
3.1. Analisa Gerakan Pompa
3.2. Sucker Rod String
3.3. Effective Plunger Stroke
3.4. Kecepatan Pompa
3.5. Perhitungan Counterbalance
3.6. Perhitungan Torsi

4. KAPASITAS POMPA
5. EFISIENSI TOTAL POMPA SUCKER ROD
5.1. Beban Polished Rod
5.2. Hydraulic Horse Power
5.3. Brake Horse Power
5.4. Penentuan Efisiensi Total Pompa

Anda mungkin juga menyukai