Anda di halaman 1dari 3

Dr. Muhaimin, M.Pd.

Guru SD Negeri Aengtabar 1, Kabupaten Bangkalan, Jawa Yimur


Juara 3 Inobel IPSB SD

Inobel Berkualitas, Lahirkan Guru Berkuantitas


Lomba hingga tingkat nasional telah beberapa kali saya ikuti. Antara lain, juara 1 Lomba
Kreativitas Guru (LKG) Tingkat Nasional tahun 2009 dan finalis Lomba Inovasi
Pembelajaran Tingkat Nasional tahun 2015. Selain itu, saya juga meraih juara di tingkat
regional. Misalnya juara 1 Guru Ideal, juara 3 Guru Berprestasi tahun 2008, serta finalis
dari berbagai lomba guru dalam tingkat kabupaten dan provinsi.

Nama saya Dr. Muhaimin, M.Pd., lahir di Desa Banyusangka Tanjungbumi, Bangkalan
tanggal 6 Januari 1977. Saya putra sulung dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dulaski
dan Ibu Siti Ramlah. Masa kecil saya habiskan seperti anak-anak pada umumnya, bermain
menjadi salah satu kegiatan yang paling saya suka. Oleh sebab itu, saat ini saya penghobi
travelling, kuliner, dan fotografi.

Sekolah pertama saya adalah SD Negeri 1 Banyusangka lulus 1989, kemudian melanjutkan
di SMP Negeri 1 Tanjungbumi Bangkalan lulus 1992, dan selanjutnya sekolah di MAN
Bangkalan lulus 1995. Karena cita-cita saya ingin menjadi guru, saya melanjutkan kuliah D-
2 PGSD di IKIP Negeri Malang. Sehubungan tuntutan pemerintah yang mewajibkan guru
minimal sarjana, saya kuliah S-1 PPKn di STKIP Bangkalan. Tak puas sampai di situ, saya
melanjutkan S-2 Pendidikan IPS di Universitas Kanjuruhan Malang serta S-3 Pendidikan
IPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Saat ini saya mengajar di SD Negeri 1 Aengtabar Tanjungbumi, Bangkalan sejak tahun
2000. Selama bertugas saya aktif di berbagai kegiatan ilmiah, yaitu pemateri, instruktur,
pemakalah, dan peserta karya ilmiah tingkat lokal, regional, dan nasional. Antara lain (1)
Pengembangan Nilai Moral dalam Membentuk Kompetensi Ekologis Siswa dalam
Pembelajaran IPS dalam Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran di UPI Bandung tahun
2012, (2) Reposisi Peran Tokoh Blater dalam Membentuk Konsep Diri Generasi Muda
Madura dalam First Graduate Seminar on Local History of Indonesia di UGM Yogyakarta
tahun 2013, (3) Rekonstruksi Pendidikan IPS dalam Menghadapi Tantangan Global dan
Penguatan Jati Diri Bangsa dalam International Seminar on Strengthening The Social
Studies for The Twenty First Century di UPI Bandung tahun 2013, (4) Lingkungan
Masyarakat Sebagai Laboratorium Pendidikan IPS dan Implikasinya Terhadap Inovasi
Pembelajaran IPS dalam Seminar Nasional Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah
Purwokerto tahun 2014, (5) Anak Muda Surabaya dan Konsep Diri Tentang Taman
dalam Seminar Internasional Pendidikan Karakter di FKIP Unlam Banjarmasin tahun 2014;
(6) Kontribusi Budaya Ekologis Sekolah dalam Membentuk Sikap dan Kepedulian
Terhadap Lingkungan Hidup dalam International Conference The Social Studies
Contribution to Reach Periodic Environmental Education Into Stunning Generation 2045 SEE
Expo di UPI Bandung tahun 2014, dan (7) Konsep Diri Etnisitas Madura Pada Anak Usia
Sekolah Dasar dalam Komunitas Blater di Kabupaten Bangkalan Bagian Utara dalam
Seminar dan Kongres Madura 3 di Puslit Budaya Madura & Puslit Gender dan
Kependudukan LPPM Universitas Trunojoyo Madura tahun 2015.
Selain itu, saya menulis di berbagai media lokal dan nasional. Beberapa tulisan pernah
dimuat di jurnal antara lain, (1) Peningkatan Kemampuan Siswa Menceritakan Kisah Nabi
Dengan Penggunaan Komik Sebagai Media Pembelajaran PAI Sekolah Dasar (Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam, Syaikhuna, Edisi 1, Nomor 1, 2010); (2) Peranan Pendidikan
dalam Membentuk Sikap Mental Wirausaha (Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam,
Syaikhuna, Edisi 2, Nomor 2, 2010); (3) Islam dan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam, Syaikhuna, Edisi 5, Nomor 1, 2012); (4) Pengakuan
Orientaslis Barat Terhadap Toleransi dalam Islam (Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam,
Syaikhuna, Edisi 7 Nomor 1, 2013); (5) Teologi Bencana dalam Perspektif Islam, (Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam, Syaikhuna, Edisi 8 Nomor 2, 2014); (6) Implementasi Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Lokal dalam Mengembangkan Kompetensi Ekologis Pada
Pembelajaran IPS (Jurnal Sosio Didaktika, Social Socience Education Journal Vol. 2 No.1 Juni
2015. Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta); dan (8) Implementasi Pendekatan Agama
Untuk Meningkatkan Sikap Dan Kepedulian Terhadap Lingkungan: Studi Eksperimen dalam
Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Agama Islam Tentang Lingkungan Hidup. (Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam, Syaikhuna, Edisi 7 Nomor 1, Maret 2016).

Saya juga menulis buku, antara lain Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dari Konsep
Hingga Implementasi, Eja Publisher Yogyakarta, 2013 dan Membangun Kecerdasan
Ekologis: Model Pendidikan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ekologis, Alfabeta
Bandung, 2015.

Inobel yang Lebih Berkualitas


Itulah sedikit kisah hidup saya. Sementara pada ajang perlombaan Inovasi Pembelajaran
tahun 2016 lalu, bagi saya menjadi juara tidaklah mudah. Selain harus mempersiapkan
display dengan optimal, strategi saat presentasi pun juga harus saya pikirkan. Adapun
strategi yang saya lakukan adalah sebagai berikut. Pertama, menekankan misi khusus
saya, yaitu untuk membentuk dan menyiapkan generasi muda menjadi masyarakat yang
berdaya saing dan tangguh. Kedua, memaksimalkan teknik presentasi dengan
argumentasi yang logis dan ilmiah berkaitan dengan karya inovasi.

Menurut pendapat saya, Lomba Inovasi Pembelajaran tahun 2016 jauh lebih berkualitas
dibandingkan dengan Inobel sebelumnya. Perbedaan yang cukup signifikan adanya
Workshop Inobel sebelum pemilihan dan penentuan finalis. Dengan adanya workshop,
karya yang dihasilkan oleh peserta benar-benar diuji kualitas dan kesahihannya. Terutama
materi tentang plagiarisme dengan tes similarity dan sitasi, inovasi pembelajaran, display
karya inovasi, dan teknik presentasi sehingga karya yang dihasilkan berubah dan
meningkat secara signifikan.

Tak hanya itu, aroma kompetisi juga sangat terasa seiring dengan karya inovasi yang
dihasilkan finalis memiliki kualitas yang merata. Di berbagai kategori, para dewan juri
bekerja ekstra keras untuk memilih dan menentukan yang terbaik. Para peserta juga
sampai sesi akhir belum bisa memprediksi yang menjadi pemenang karena kualitas dan
kemampuan yang merata.
Penjurian dalam Inobel 2016 kali ini berlangsung dua kali, yang meliputi presentasi display
dan presentasi karya secara lengkap. Konsep penjurian ini memaksa peserta untuk benar-
benar maksimal mempersiapkan diri. Inilah yang menjadi pemicu adrenalin di antara
finalis untuk berjuang memberikan yang terbaik dan keluar sebagai pemenang.

Game Belajar Mitigasi Bencana


Dalam penyelenggaraan Inobel tersebut, saya mempresentasikan karya inovasi berjudul
Media GAMCANA untuk Meningkatkan Kemampuan siswa dalam Mitigasi Bencana. Judul
ini saya pilih karena kurangnya pendidikan di Indonesia yang konsen terhadap mitigasi
bencana. Jika ada hanya termuat dalam struktur kurikulum dalam berbagai jenjang
pendidikan.

Secara geografis Indonesia masuk dalam daerah yang rawan bencana alam. Posisi
Indonesia berada di lingkaran cincin pasifik yang di kelilingi oleh gunung berapi dan
pertemuan lempeng tektonik. Dengan kondisi geografis seperti itu perlu diantisipasi oleh
seluruh masyarakat, untuk mengurangi dampak bencana yang dahsyat.

Untuk menyiapkan masyarakat yang siap dan sigap menanggulangi bencana alam, harus
dikenalkan sejak dini tentang gejala alam dan cara-cara menghadapi bencana. Mitigasi
bencana diperkenalkan di sekolah dasar sebagai bagian menyiapkan generasi tangguh.
Dalam pembelajaran IPS kelas VI dikembangkan keterampilan siswa dalam menghadap
bencana alam dengan standar kompetensi: memahami gejala alam yang terjadi di
Indonesia dan mengenal cara-cara menghadapi bencana alam.

Atas dasar itu, saya menciptakan media bernama GAMCANA (Gambar Cara Menghadapi
Bencana). Media ini berupa gambar berbagai bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Fokus utamanya adalah gambar-gambar cara menghadapi bencana. Gambar
tersebut didesain 6x8 cm yang berbentuk kartu dalam permainan remi dan diberi bingkai
dan nomor 1-60. Gambar kemudian dilaminating dan digunting satu persatu sesuai
gambar.

Sedangkan aplikatifnya siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat siswa. Dari
GAMCANA inilah siswa melakukan permainan seperti kartu remi, seperti mengocok kartu
dan membagi tiga kartu kepada masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari dan
menemukan tiga kartu seri menghadapi bencana seperti yang diperintahkan, seperti
bencana gunung meletus, tanah longsor, banjir, gempa bumi, atau tsunami.

Setelah siswa berhasil menemukan kartu maka dia menjadi pemenang dengan memberi
argumentasi yang logis dari kartu seri yang ditemukan. Seorang yang ditentukan
pemenang adalah siswa yang mendapatkan skor tertinggi atau yang paling tepat
menemukan cara-cara menghadapi bencana dari kartu remi GAMCANA.

Anda mungkin juga menyukai