Anda di halaman 1dari 112

SEMINAR KARYA ILMIAH

Seminar Karya Ilmiah merupakan bagian dari


rangkaian acara Paket Hari Ilmiah. Acara ini
merupakan fasilitas yang kami berikan untuk 10 Tim
terpilih dan 10 Tim pendaftar pertama.
Acara ini bertujuan untuk memberi pembekalan pada
siswa-siswi SMA dalam bidang karya ilmiah.
Dengan mengusung tema karakter, seminar ini akan
dibawakan oleh penggiat Karya Ilmiah. Harapannya
muncullah ide-ide segar yang dapat membuahkan
kemajuan bagi Generasi Muda Bangsa Indonesia.
Seminar yang mengangkat tema
Karya Ilmiah untuk Generasi Sains yang
Berkarakter
menghadirkan Bapak R. Gunawan Susilowarno,
seorang guru di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta,
sekaligus penggiat karya ilmiah. Seminar ini dapat
menjadi media untuk mengaplikasikan karya ilmiah
untuk mewujudkan Generasi Sains yang Berkarakter.
SEMINAR KARYA TULIS ILMIAH GURU
P2TK Jumat, 24 Juni 2016 14:00:03
Yth.
Kepala TK/SD/SMP/SMA/SMK se-Kabupaten
Sleman
di Sleman
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
pengembangan keprofesian berkelanjutan
merupakan salah satu unsur utama yang diberikan
angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
fungsional guru. Untuk memenuhi angka kredit
dalam kenaikan jabatan fungsional, semua guru
wajib melaksanaan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Salah satu kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah
penyusunan Publikasi Ilmiah.
Agar dapat melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah,
diperlukan sarana bagi guru untuk memahami,
mempelajari, mempraktikkan, dan
mempresentasikan hasil karyanya. Untuk itu, Dinas
Dikpora Kabupaten Sleman akan memfasilitasi guru
dengan Publikasi Karya Ilmiah Guru dan Pengawas
Sekolah pada Forum Ilmiah berupa kegiatan
Seminar Karya Tulis Ilmiah Guru. Dengan kegiatan
ini diharapkan para guru dapt saling berbagi
pengalaman profesionalnya sekaligus dapat
memanfaatkannya sebagai sarana presentasi hasil
karyanya pada forum ilmiah agar diakui angka
kreditnya untuk kenaikan jabatan fungsionalnya.
Sebagai acuan pelaksanaan Seminar Karya Tulis
Ilmiah Guru, maka berikut kami sampaikan
beberapa hal terkait Pelaksanaan Seminar Karya
Tulis Ilmiah Guru sebagaimana terlampir yang dapat
diunduh pada link di bawah ini.
Demikian kami sampaikan untuk dapat
ditindaklanjuti.
- See more at:
http://disdik.slemankab.go.id/baca/p2tk/485/seminar
-karya-tulis-ilmiah-guru.html#sthash.ojc9Cxth.dpuf
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
pengembangan keprofesian berkelanjutan
merupakan salah satu unsur utama yang diberikan
angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
fungsional guru. Untuk memenuhi angka kredit
dalam kenaikan jabatan fungsional, semua guru
wajib melaksanaan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Salah satu kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah
penyusunan Publikasi Ilmiah.
Agar dapat melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah,
diperlukan sarana bagi guru untuk memahami,
mempelajari, mempraktikkan, dan
mempresentasikan hasil karyanya. Untuk itu, Dinas
Dikpora Kabupaten Sleman akan memfasilitasi guru
dengan Publikasi Karya Ilmiah Guru dan Pengawas
Sekolah pada Forum Ilmiah berupa kegiatan
Seminar Karya Tulis Ilmiah Guru. Dengan kegiatan
ini diharapkan para guru dapt saling berbagi
pengalaman profesionalnya sekaligus dapat
memanfaatkannya sebagai sarana presentasi hasil
karyanya pada forum ilmiah agar diakui angka
kreditnya untuk kenaikan jabatan fungsionalnya.
Sebagai acuan pelaksanaan Seminar Karya Tulis
Ilmiah Guru, maka berikut kami sampaikan
beberapa hal terkait Pelaksanaan Seminar Karya
Tulis Ilmiah Guru sebagaimana terlampir yang dapat
diunduh pada link di bawah ini.
Demikian kami sampaikan untuk dapat
ditindaklanjuti.
- See more at:
http://disdik.slemankab.go.id/baca/p2tk/485/seminar
-karya-tulis-ilmiah-guru.html#sthash.ojc9Cxth.dpuf
Pada tanggal 18 Maret 2009 bertempat di Gedung F
lantai 3 BPPK Purnawarman berlangsung acara
Seminar Karya Tulis Ilmiah dengan judul
"Realisasi Belanja Modal Dalam Perspektif
Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah"
dengan pembicara Drs. A.Y. Suryanajaya, SH., MH.
widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan. Seminar ini dihadiri oleh
Kapusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Drs.
Agus Hermanto, MM. serta widyaiswara di
lingkungan BPPK. Karena karya tulis ilmiah ini
merupakan studi kasus pada Inspektorat Jenderal
Departemen Keuangan, seminar ini juga dihadiri
oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal Benny M
Limbong beserta staf. Seminar karya tulis ilmiah ini
dalam rangka orasi ilmiah widyaiswara, pembahas
karya tulis ini adalah
Drs. Herri Waloejo,
Drs. Eddy RS, MH., dan
Drs. Sanyoto Gondodiyoto, SE., Akt., M.Comm.,
M.Kom., MMSI. Setelah penyajian dari penyaji,
para peserta seminar diberi kesempatan mengajukan
pertanyaan demi kebaikan karya tulis terseb
SMA Seminari Kisol dan SMAN 1 Ruteng Gelar
Seminar Karya Ilmiah
03/05/2016
384

Tim pemakalah dari SMA Sanpio sedang


memaparkan materi dalam seminar ilmiah, 2 Mei
2016. (Foto: Oriol Dampuk)
Kisol, Floresa.co Dalam rangka Hari Pendidikan
Nasional, siswa SMA Seminari Pius XII Kisol
(Sanpio), Manggarai Timur dan SMA Negeri 1
Ruteng, Manggarai bekerja sama mempresentasikan
karya ilmiah mereka dalam sebuah seminar.
Seminar ini digelar di Sanpio, Senin, 2 Mei 2016
dan dihadiri masyarakat setempat dan undangan dari
sekolah lain yaitu SMAN 6 Kota Komba, SMAN 2
Borong dan SMAK Fransiskus Xaverius Ruteng.
Kelas XI Sains SMA Sanpio memaparkan makalah
dengan judul
Kebiasan Menyikat Gigi dan Pola Konsumsi
sebagai Pendukung Terjadinya Karies Gigi pada
Siswa SMP Seminari Pius XII Kisol.
Hadir sebagai penanggap adalah drg. Bartolomeus
Hermopan.
Para pemakalah menyajikan materi tentang
penyebab munculnya karies gigi pada siswa SMP
Sanpio, di mana menurut mereka karies gigi muncul
karena kesalahan menggosok gigi. Selain itu,
penyebab kerusakan gigi muncul karena pola
konsumsi yang kurang baik. Kandungan gula yang
tinggi di dalam makanan dapat menyebabkan
munculnya karies pada gigi.
Para siswa diharapkan mampu mengimbangi pola
makanan dan kesehatan gigi secara teratur, kata drg
Bartolomeus. Saya mengapresiasi para siswa kelas
XI IPA yang berani mengangkat masalah gigi yang
dialami sehingga di kemudian hari para siswa mulai
memperhatikan kebaikan giginya, lanjutnya.
Tim pemakalah dari SMAN 1 Ruteng menyajikan
materi dengan judul The Dynamics of Ujian
Nasional (UN). Materi ini berisi tentang sejarah dan
perkembangan UN yang terjadi di Indonesia.

Tim pemakalah dari SMA Negeri 1 Ruteng. (Foto:


Oriol Dampuk)
UN, menurut mereka, pada dasarnya merupakan
upaya untuk mencerdaskan para siswa dalam
menguasai materi. Para siswa yang menyiapkan diri
untuk UN harus mementingkan proses belajar yang
efektif. Proses belajar, jelas mereka, sangat
menentukan bagaimana siswa mampu memahami
dan mengerti materi pelajaran yang akan diujikan.
Proses adalah hal yang utama. Apapun hasil belajar
yang diterima bergantung pada proses yang dialami
oleh siswa.
Selanjutnya, tim pemakalah dari rumpun Bahasa
Kelas XI SMA Sanpio memaparkan hasil
penelitiannya dengan judul The Important and The
Strategy of Public Speaking.
Para siswa membeberkan cara-cara menjadi pribadi
yang mampu berbicara di depan umum. Berbicara di
depan umum merupakan bagian dari usaha
pembentukan dan perkembangan karakter seseorang.
Dalam makalah mereka, disajikan 5 fungsi public
speaking yaitu membangun konsep diri, membangun
eksistensi diri, mendapatkan kebahagiaan, merawat
kelangsungan hidup dan menghindari ketegangan.
Public speaking dapat dilatih dalam banyak hal yaitu
pidato, diskusi, wawancara, dan debat. Strategi
dari public speaking yaitu mengetahui pendengar,
memahami materi apa yang ingin disampaikan,
memahami bagian-bagian kecil, mempersiapkan
fisik dan mental.
Tim IPS dari kelas XI SMA Sanpio menyajikan
makalah dengan judul Sejarah, Proses, dan
Dampak Inu Wae Mbana.
Mereka meneliti budaya Inu Wae Mbana di budaya
Rongga Kelurahan Tanah Rata, Kisol.
Seperti halnya pesta sekolah dalam kebiasaan di
berbagai tempat di Manggarai, Inu Wae
Mbana bertujuan untuk membiayai seseorang dalam
berpendidikan.
Selain itu, dalam praktiknya Inu Wae Mbana bukan
hanya berperan dari segi finansial tetapi juga dari
segi psikologis. Hal tersebut merupakan
kontribusi Inu Wae Mbanaterhadap masyarakat yang
ingin bersekolah.
Penyelenggaraan Inu Wae Mbana tampaknya telah
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
pendidikan di wilayah ini, sehingga jarang para
pemuda yang menganggur atau tidak meneruskan
pendidikan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
37 Jakarta. 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah
ini yang berjudul Pemanfaatan Sampah
Lingkungan.Karya ilmiah ini di susun sebagai
salah satu tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia.

Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam


selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya
sudah tidak berguna lagi sehingga
diperlakukannya sebagai barang buangan yang
disebut sampah. Sampah secara sederhana
diartikan sebagai sampah organik dan anorganik
yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai
lokasi di suatu daerah. Sumber sampah
umumnya berasal dari perumahan dan pasar.

Pengelolaan sampah diantaranya dapat


dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik yang
didalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang
dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam
tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan
residu / sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman
akan aman bila dikonsumsi.

Dalam penyusunan karya ilmiah,ini kami telah


berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuankami. Namun sebagai manusia
biasakami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan
baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan karya ilmiah meskipun
tersusun sangat sederhana.

Demikian semoga karya tulis ini dapat


bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik
dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang

Kebersihan pangkal kesehatan, kata-kata ini sudah


tidak asing bagi kita.Di suatu lingkungn sekoah
seringkali sebuah sekolah mengalami permasalahan
tentang kebersihan.Hal ini di sebabkan oleh para
siswa yang membuang sampah sembarangan
Sampah merupakan suatu pokok permasalahan yang
banyak di perbincangkan oleh orang-orang, seperti
yang kita ketahui jumlah sampah di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan, ini di sebabkan
karena jumlah populasi penduduk di Indonesia setiap
tahunnya bertambah dan kebutuhan akan
pendudukpun semakin banyak yng mengakibatkan
populasi sampah berkembang, hal ini menyebabkan
keadaan yang tidak seimbang dan harus adanya
suatu pergerakan untuk memanfaatkan sampah
menjadi sesuatu yang bernilai.
Sampah banyak dijumpai dimana-mana tanpa ada
pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang buruk
mengakibatkan pencemaran, baik pencemaran udara,
air di dalam dan di atas permukaan, tanah, serta
munculnya berbagai penyakit yang mengancam
kesehatan warga. Sampah sering menjadi barang
tidak berarti bagi manusia, sehingga menjadi barang
acuh tak acuh terhadap keberadaan sampah. Orang
yang sering membuang sampah sembarangan,
seolah-olah mereka tidak memiliki salah apapun.
Padahal membuang sampah merupakan perbuatan
yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap
lingkungan.

b. Rumusan masalah

1. Bagaimana cara mengelola sampah yang


benar ?
2. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan
masalah sampah ?

c. Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas hal-hal
yang menimbulkan penumpukan sampah serta cara
mengelola sampah yang baik.

d. Metode
Untuk memudahkan dalam kelengkapan data-data
penulis membaca buku-buku perpustakaan atau
kepustakaan serta melakukan pengamatan terhadap
pemanfaatan sampah lingkungan.

e. Kegunaan
Mengetahui cara mengelola sampah yang baik.
Maka dari itu masyarakat harus meningkatkan
kesadaran akan membuang sampah sembarangan
dan meningkatkan kreatifitas dalam mengolah
sampah yang baik.

BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sampah
Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak
lepas dari tangan manusia yang membuang sampah
sembarangan, mereka menganggap barang yang
telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan
membuang dengan seenaknya sendiri. Kurang
kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi
faktor yang paling dominan, di samping itu
kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus
dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa
yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga
lingkungan sekitar.

Sampah dalam kehidupan sehari-hari memiliki


manfaat dan kerugian, bermanfaat jika dimanfaatkan
dengan baik dan merugikan jika dibiarkan tanpa ada
pengelolaan yang baik. Dampak negatif dari
pengelolaan pengolahan sampah yang tidak tepat
akan menyebabkan beberapa kerugian. Menurut
Bagong Suyoto, pengelolaan yang buruk
mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara,
air di dalam dan atas permukaan, tanah, serta
munculnya berbagai macam penyakit yang
mengancam kesehatan warga.

Pencemaran di berbagai elemen akan terjadi, sampah


yang menumpuk menyebabkan pencemaran udara,
sampah yang dibuang sembarangan di sungai
menyebabkan pencemaran air, membuang sampah
anorganik seperti plastik dan kaleng akan
menyebabkan pencemaran tanah karena benda
tersebut sulit diuraikan oleh bakteri pengurai tanah.
Pencemaran-pencemaran itu nantinya akan membuat
kerugian bagi masyarakat sendiri karena
menyebabkan beberapa penyakit. Pola hidup kotor
dengan membuang sampah sembarangan yang
merupakan salah satu pengelolaan dan pengolahan
sampah yang tidak tepat yang kedepannya akan
menyebabkan kerugian yang fatal bagi lingkungan
dan masyarakat sekitarnya.

2. Jenis jenis sampah


a. Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,
seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang
terurai menjadi tanah . Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya
daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

2. Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti
feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor(sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkanvirus dan bakteri. Salah
satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higenis
dansanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang
dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan
kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke
tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum
dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah
sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.

b. Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organic (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah
lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol
dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas,
baik kertas koran, HVS, maupun karton.

c. Berdasarkan bentuknya
1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain
kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat
berupa sampah rumah tangga: sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik Merupakan sampah yang berasal
dari barang yang mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah
digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang
ke tempat pembuangan sampah.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat,
cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan
dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah
besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk
industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi.
untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik
tidak membuang limbah sembarangan misalnya
membuang ke selokan.

3. Pengelolan Sampah
Pengelolaan yang baik salah satunya dengan cara
daur ulang, daur ulang adalah penggunaan kembali
material/barang yang sudah tidak terpakai untuk
menjadi produk lain. Langkah-langkahnya adalah
Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat
didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke
penimbunan sampah. Pastikan barang/material
tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam
keadaan bersih. Penyimpanan; simpanlah
barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi
dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung
jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas,
botol bekas, dll.

Pengiriman/penjualan; barang/material yang


terkumpul dijual ke pabrik, yang membutuhkan
material tersebut sebagai bahan baku atau dijual ke
pemulung. (Pustekkom. 2005 Mengolah
Sampah(online)).

Pengelolaan sampah yang baik yaitu:

1. reduce (mengurangi penggunaan barang yang


menghasilkan sampah),
2. reuse (menggunakan kembali barang yang
biasa dibuang), dan
3. recycle (mendaur ulang)
4. replace (mengganti)

Kunci sukses pengelolaan sampah meliputi:

1. Kredibilitas para pengambil kebijakan;


2. Mekanisme implementasi yang efisien
termasuk insentif terhadap pasar;
3. Perhatian yang signifikan terhadap pasar daur
ulang;
4. Keterlibatan masyarakat;
5. Evaluasi yang efektif terhadap strategi atau
opsi yang dipilih.

Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut,


diperlukan peran serta dan kesadaran masyarakat
akan pentingnya kebersihan terhadap lingkungan
sekitar, selain itu diperlukan juga partisipasi dan
dukungan pemerintah untuk senantiasa menjaga
kebersihan lingkungan dengan menitikberatkan
terhadap masalah sampah yang telah menjadi
permasalahan utama.
BAB 3
PENUTUP

a. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
pengolahan sampah dengan pengelolaan yang baik
akan mendatangkan keuntungan dalam hubungan
timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan
sekitar. Sampah baik organik dan anorganik harus
mampu diolah, dikelola, dan dimanfaatkan dengan
baik.

b. Saran
1. Kami menyarankan agar kita bisa
memanfaatkan sampah-sampah dan barang-barang
bekas yang ada di sekitar kita menjadi suatu
kerajinan tangan yang bermanfaat bagi lingkungan
kita.
2. Kami berharap orang-orang bisa meningkatkan
kesadara tentang mencintai lingkunagn kita dengan
baik dan bisa mengelolah sampah-sampah yang ada
di lingkungan kita.
3. Kami menyarankan agar setiap
orang mengeluarkan kreatifitasnya untuk mengolah
sampahsampah yang ada di lingkungan kita menjadi
barang yang lebih bermanfaat.

Kebijakan baru Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) yang mewajibkab guru
meneliti dan menulis karya ilmiah sebagai bagian
kenaikan pangkat atau golongan karir guru, diprotes
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), Sulistiyo.
Saya merasa prihatin. Pasti akan semakin banyak
guru stress. Jadi, kebijakan itu harus dikoreksi,
diluruskan, dan diperbaiki, ucap Sulistyo di Jakarta,
kemarin.
Dia mengatakan, jika kebijakan itu benar
diberlakukan, maka lebih dari 800 ribu orang guru
dan pengawas tidak dapat naik pangkat karena
kewajiban itu. PGRI sangat mendukung upaya
peningkatan profesionalitas guru.
Menurutnya, menjadikan penelitian dan menulis
karya ilmiah sebagai bahan untuk naik pangkat dan
sebagai pemberian tunjangan profesi guru sangat
tidak relevan.
Sungguh kebijakan yang keliru, menyengsarakan
guru, dan dapat berdampak pada gagalnya
pelaksanaan tugas utama guru, ujar dia. Selain itu,
Sulistyo menuturkan, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.
Hal itu diperjelas dalam Undang-Undang (UU) Guru
dan Dosen Nomer 14 Tahun 2015 dalam pasal 1 ayat
(1). Jadi, guru berbeda dengan dosen. Meskipun
sama-sama termasuk tenaga pendidik.
Peran sebagai seorang guru bukan peneliti dan
bukan juga ilmuwan. Kalau pun guru harus juga
melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah,
maka kegiatan itu tidak boleh menjadi kewajiban
yang menghambat nasib guru jika dia sudah
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik,
paparnya.
Kegiatan publikasi ilmiah baik meneliti dan menulis
karya ilmiah beserta varian lainnya, seharusnya
hanya dijadikan sebagai pendukung untuk
meningkatkan mutu profesionalitasnya.
Berbeda dengan dosen yang merupakan pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
Hal itu sesuai dengan UU Guru dan Dosen No 14 /
2005 dalam Pasal 1 Ayat (2). Nah, itu jelas. Bahwa
dosen adalah ilmuwan yang harus meneliti. Kalau
dia tidak meneliti tidak boleh naik pangkat,
jelasnya.
Sebab seorang dosen disiapkan untuk bisa meneliti
dan menulis karya ilmiah, yang dibiayai. Ketika naik
pangkat pun memperoleh kenaikan tunjangan
fungsional yang cukup besar. Sementara guru tidak
ada.
Sebelumnya, Perwakilan Pusat Pengembangan
Program Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Pusbangprodik Ditjen
GTK Kemendikbud, Hari Amirullah menyatakan,
penulisan karya ilmiah merupakan syarat wajib bagi
guru dalam jabatan profesi. Hal tersebut sesuai
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PerMenPAN-RB)
No. 16 / 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya.
Penulisan karya ilmiah merupakan syarat wajib dari
unsur dan sub unsur kegiatan guru yang dinilai
angka kreditnya. Dimana dalam penulisan karya
ilmiah bagian dari kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan profesi guru pada jenis
publikasi ilmiah, tegas dia.
Rambu-Rambu Penulisan Karya Ilmiah Guru
Posted on 7 Februari 2008 by AKHMAD
SUDRAJAT 43 Komentar
Kerdasarkan Keputusan Menpan No.84 Tahun 1993,
Guru Pegawai Negeri Sipil dapat berkarier, mulai
dari sebagai Pratama (Golongan II a) sampai dengan
Guru Utama (Golongan IV.e). Dengan melaksanakan
dua unsur kegiatan utama yaitu :

(1) kegiatan utama, yang terdiri dari


(a) pendidikan,
(b) Proses Belajar Mengajar, dan
(c) pengembangan profesi; dan
(2) kegiatan penunjang, berupa pengabdian
masyarakat. Kegiatan utama dilaksanakan sekurang-
kurangnya 80 % dan kegiatan penunjang maksimal
20 %.
Jika seorang guru hanya melaksanakan unsur
kegiatan pendidikan, proses belajar mengajar dan
pengabdian masyarakat, maka sampai dengan
jabatan Guru Pembina (Gol, IV. a) , secara teoritik
tidak akan banyak kesulitan untuk memperoleh
kumulatif angka kredit yang disyaratkan.
Akan tetapi untuk bisa naik menjadi Guru Pembina
Tingkat I (Gol IV.b) dan jenjang jabatan selanjutnya,
disamping harus memenuhi jumlah angka kredit
yang dipersyaratkan, juga diwajibkan untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
minimal 12 angka kredit, terutama diperoleh melalui
kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Disinilah
tampaknya mulai dirasakan adanya kesulitan
tersendiri, karena tidak semua guru mampu dan
dengan mudah memenuhinya.
Berdasarkan sumber yang dapat dipercaya,
menunjukkan bahwa dari sebanyak 700 guru yang
mengusulkan kenaikan pangkat ke IV. b ke atas,
hanya 22 % saja yang berhasil lolos.
Rendahnya tingkat keberhasilan guru dalam proses
kenaikan pangkat tersebut disebabkan oleh faktor
kelemahan guru dalam penyusunan karya tulis,
yang tidak memenuhi persyaratan minimal sebagai
karya ilmiah.
Tautan di bawah ini berisi rambu-rambu penulisan
karya tulis guru, mudah-mudahan dapat membantu
para guru dalam membuat karya tulis ilimiah,
sehingga ke depannya tidak lagi banyak karya tulis
yang harus tertolak.
Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis
Ilmiah

(Disajikan pada Temu Konsultasi dalam Rangka


Koordinasi dan Pembinaan Kepegawaian Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan
Nasional, Biro Kepegawaian, Griya Astuti
Nopember 2006

Oleh : Suhardjono
(Anggota tim penilai Karya Tulis Ilmiah guru dan
pengawas.)

Pengantar
Kiranya, kita sependapat bahwa tenaga kependidikan
memegang peran dalam mencerdaskan bangsa
pada sajian ini, guru digunakan sebagai acuan
bahasan, namun demikian berbagai kebijakan
umumnya juga berlaku bagi pengawas, penilik
maupun pamong belajar. Karena itu, berbagai
kebijakan kegiatan telah dan akan terus dilakukan
untuk meningkatkan: karir, mutu, penghargaan, dan
kesejahteraannya. Harapannya, mereka akan lebih
mampu bekerja sebagai tenaga profesional 3 dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah
satu kebijakan penting adalah dikaitkannya promosi
kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja.
Prestasi kerja guru tersebut, sesuai dengan
tupoksinya, berada dalam bidang kegiatannya:
(1) pendidikan,
(2) proses pembelajaran,
(3) pengembangan profesi dan
(4) penunjang proses pembelajaran. Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala
BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya
bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan
profesionalisme guru. Kebijakan itu di antaranya
mewajibkan guru untuk melakukan keempat
kegiatan yang menjadi bidang tugasnya, dan hanya
bagi mereka yang berhasil melakukan kegiatan
dengan baik diberikan angka kredit. Selanjutnya
angka kredit itu dipakai sebagai salah satu
persyaratan peningkatan karir. Penggunaan angka
kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi
peningkatan karir, bertujuan memberikan
penghargaan secara lebih adil dan lebih professional
terhadap kenaikan pangkat yang merupakan
pengakuan profesi, serta kemudian memberikan
peningkatan kesejahteraannya.

Permasalahan
Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan
kebijakan pengumpulan angka kredit, di antaranya
adalah :
(a) Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi
persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai
dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh. Hal
ini karena, pada jenjang tersebut, angka kredit
dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan
guru, yakni
(1) pendidikan,
(2) proses pembelajaran, dan
(3) penunjang proses pembelajaran. Sedangkan
angka kredit dari bidang pengembangan profesi,
belum merupakan persyaratan wajib. Akibat dari
longgarnya proses kenaikan pangkat dari golongan
IIIa ke IVa tersebut, tujuan untuk dapat memberikan
penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional
terhadap peningkatan karir, kurang dapat dicapai
secara optimal. Longgarnya seleksi peningkatan
karir menyulitkan untuk membedakan antara mereka
yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi.
Lama kerja pada jenjang kepangkatan, lebih
memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan
pangkat. Kebijakan tersebut seolah-olah merupakan
kebijakan kenaikan pangkat yang mengacu pada
lamanya waktu kerja, dan kurang mampu
memberikan evaluasi pada kinerja professional.
(b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan
bertolak belakang dengan keadaan di atas.
Persyaratan kenaikan dari golongan IVa ke atas
relatif sangat sulit. Permasalahannya terjadi, karena
untuk kenaikan pangkat golongan IVa ke atas
diwajibkan adanya pengumpulan angka kredit dari
unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. Angka kredit
kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan
yang berlaku saat inidapat dikumpulkan dari
kegiatan : 1. 2. 3. 4. 5. menyusun Karya Tulis Ilmiah
(KTI), menemukan Teknologi Tepat Guna, membuat
alat peraga/bimbingan, menciptakan karya seni dan
mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Sayangnya, karena petunjuk teknis untuk kegiatan


nomor 2 sampai dengan nomor 5 belum terlalu
operasional, menjadikan sebagian terbesar guru
menggunakan kegiatan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan
profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru dan
pengawas yang merasa kurang mampu
melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (=
yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga
menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan bahkan
apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya.
Terlebih lagi dengan adanya fakta bahwa
(a) banyaknya KTI yang diajukan dikembalikan
karena salah atau belum dapat dinilai,
(b) kenaikan pangkat/golongannya belum
memberikan peningkatkan kesejahteraan yang
signifikannya,
(c) proses kenaikan pangkat sebelumnya dari
golongan IIIa ke IVa yang relatif lancar,
menjadikan kesulitan memperoleh angka kredit
dari kegiatan pengembangan profesi, sebagai
hambatan yang merisaukan.

Posisi Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan


Pengembangan Profesi
Sebagaimana diutarakan sebelumnya, kenaikan
pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IVa ke
atas, mewajibkan adanya angka kredit dari kegiatan
Pengembangan Profesi. Berbeda dengan anggapan
umum yang ada saat ini, menyusun Karya Tulis
Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya
kegiatan pengembangan profesi. Menyusun Karya
Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu bentuk dari
kegiatan pengembangan profesi guru.
Pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam
kegiatan, yaitu:
(1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI),
(2) menemukan Teknologi Tepat Guna,
(3) membuat alat peraga/bimbingan,
(4) menciptakan karya seni dan
(5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Namun, dengan berbagai alasan, antara lain karena
belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan
dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI,
maka pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi,
sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. Diketahui
bahwa KTI adalah laporan tertulis tentang (hasil)
suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu
banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (=
KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk
laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku,
diktat dan lain-lain. KTI dapat dipilah dalam dua
kelompok yaitu
(a) KTI yang merupakan laporan hasil pengkajian
/penelitian, dan
(b) KTI berupa tinjauan/ulasan/ gagasan ilmiah.
Keduanya dapat disajikan dalam bentuk buku, diktat,
modul, karya terjemahan, makalah, tulisan di jurnal,
atau berupa artikel yang dimuat di media masa. KTI
juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan
dengan berbedanya tujuan penulisan serta media
yang menerbitkannya. Karena berbedanya macam
KTI serta bentuk penyajiannya, berbeda pula
penghargaan angka kredit yang diberikan.
Macam KTI
(1) Penelitian;
(2) Karangan Ilmiah
(3) Ilmiah Populer;
(4) Prasaran Seminar
(5) Buku;
(6) Diktat;
(7) Terjemahan
Meskipun berbeda macam dan besaran angka
kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat
ilmiah) mempunyai kesamaan, yaitu hal yang
dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan
keilmuan kebenaran isinya mengacu kepada
kebenaran ilmiah kerangka sajiannya mencerminan
penerapan metode ilmiah tampilan fisiknya sesuai
dengan tata cara penulisan karya ilmiah.

Salah satu bentuk KTI yang cenderung banyak


dilakukan adalah KTI hasil penelitian perorangan
(mandiri) yang tidak dipublikasikan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam
bentuk makalah (angka kredit 4). Niat guru untuk
menggunakan laporan penelitian sebagai KTI
sangatlah tinggi. Namun, ada sebagian guru yang
masih merasa belum memahami tentang apa dan
bagaimana penelitian pembelajaran itu. Akibatnya,
kerja penelitian dirasakan sebagai kegiatan yang
sukar, memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang
banyak, hal mana tentu tidak sepenuhnya benar.

Mengapa banyak KTI yang belum memenuhi


syarat?
Berdasar pengalaman dalam proses penilaian,
terdapat hal-hal sebagai berikut.
(a) Dari KTI yang diajukan, tidak sedikitberupa
KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya,
atau KTI tersebut DIBUATKAN oleh orang lain,
yang umumnya diambil (dijiplak) dari skripsi, tesis
atau laporan penelitian. Pernah terjadi di beberapa
daerah, di mana sebagian besar KTI yang diajukan
sangat mirip antara yang satu dengan yang lainnya.
(b) Banyak pula KTI yang berisi uraian hal-hal yang
terlalu umum. KTI yang tidak berkaitan dengan
permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah
yang paling mudah ditiru, dipakai kembali oleh
orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.
Sebagai contoh KTI yang berjudul:
(a) Membangun karakter bangsa melalui kegiatan
ekstra kurikuler,
(b) Peranan orang tua dalam mendidik anak,
(c)Tindakan preventif terhadap kenakalan remaja,
(d) Peranan pendidikan dalam pembangunan, dll.
KTI di
atas tidak menjelaskan permasalahan spesifik yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru.
Jadi, meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan
tetapi
(a) apa manfaat KTI tersebut dalam upaya
peningkatan profesi guru?,
(b) bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut
adalah karya guru yang bersangkutan?

Akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa


laporan hasil penelitian, menunjukan jumlah yang
semakin meningkat, hal ini karena:
1. Para guru makin memahami bahwa salah satu
tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah
dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang
ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru,
melakukan kegiatan seperti itu, sudah sering/biasa
dilakukan
2. Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya
dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban
yang benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin
dikajinya.
3. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya,
maka kegiatan tersebut dapat berupa penelitian
eksperimen, atau penelitian tindakan yang semakin
layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan
nyata dalam proses pembelajaran, dapat berupa
tindakan untuk menguji atau menerapkan hal-hal
baru dalam praktik pembelajarannya. Saat ini,
berbagai inovasi baru dalam pembelajaran,
memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam
proses pembelajaran.

Penelitian Pembelajaran yang Dilakukan di Kelas


Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang dapat
dilakukan guru dengan melibatkan para siswanya,
antara lain adalah dengan melakukan penelitian di
kelasnya. Ada dua macam penelitian yang dapat
dilakukan di dalam kelas, yaitu:
(a) penelitian eksperimen, dan
(b) penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
eksperimen atau PTKlihat contoh ptk atau di sini,
lebih diharapkan dilakukan guru dalam upayanya
menulis KTI karena:
(1) Merupakan laporan dari kegiatan nyata yang
dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajarannya (ini tentunya
berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian
korelasi, penelitian diskriptif, ataupun ungkapan
gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak
langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan
penelitian tindakan dapat dipandang sebagai tindak
lanjut dari penelitian deskriptif maupun eksperimen;
(2) Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut,
maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya
dalam kegiatan pengembangan profesinya.

Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk


mengumpulkan informasi atau data tentang akibat
dari adanya suatu treatment atau perlakuan.
Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes
suatu hipotesis dengan ciri khusus:
(a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi,
(b) adanya pengendalian atau pengontrolan terhadap
semua variabel lain kecuali variabel bebas yang
dimanipulasi,
(c) adanya pengamatan dan pengukuran tindakan
manipulasi variabel bebas. terhadap variabel terikat
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan di
memperbaiki / meningkatkan mutu praktik
pembelajaran

Di samping kedua macam penelitian tersebut, ada


pula yang dinamakan penelitian tindakan (action
research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas
atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di
kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas. Tujuan utama PTK adalah
untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi
di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja
bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang
dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan
PTK adalah penelitian kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK
bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar.

Macam KTI yang berasal dari Laporan Penelitian


Berdasar definsi pada Kepmendidbud No.
025/0/1995, makalah hasil penelitian adalah suatu
karya tulis yang disusun oleh seseorang atau
kelompok orang yang membahas suatu pokok
bahasan yang merupakan hasil penelitian. Dengan
demikian, KTI ini merupakan laporan hasil dari
suatu kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan
dalam berbagai bentuk, antara lain:
Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional
yang ditulis berdasar hasil penelitian yang dilakukan
oleh guru, masih sangat terbatas jumlahnya. Sangat
jarang guru mengirimkan KTI dalam bentuk ini.
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
majalah ilmiah (jurnal) yang diakui oleh Depdiknas.
Masing-masing jurnal ilmiah umumnya mempunyai
persyaratan dan tata cara penulisan artikel hasil
penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal
yang bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam
bentuk publikasi ini, akhir-akhir ini semakin
meningkat jumlahnya.

Menilai KTI hasil Penelitian


Sebelum diajukan untuk dinilai, KTI harus terlebih
dahulu dinilai oleh si penulis. Penulis hendaknya
mampu menilai apakah KTI yang diajukannya, telah
memenuhi syarat sebagai KTI yang benar dan baik.
Bagaimana kriteria KTI yang benar dan baik? Di
samping memakai berbagai kriteria penulisan karya
tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat
beberapa kriteria dan persyaratan yang khusus yang
digunakan untuk menilai KTI dalam pengembangan
profesi guru (lihat peraturan dan pedoman yang telah
dikeluarkan oleh Diknas, yang berkaitan dengan hal
ini) Umumnya kerangka penulisan KTI yang berupa
hasil laporan kegiatan penelitian, adalah sebagai
berikut:

Ciri khusus KTI ini merupakan laporan hasil


penelitian. Untuk dapat membuat laporan penelitian,
si penulis terlebih dahulu harus melakukan
penelitian. Kegiatan penelitian yang umum
dilakukan oleh guru adalah di bidang pembelajaran
di kelas atau di sekolahnya. Karena, tujuan
pengembangan profesinya adalah di bidang
peningkatan mutu pembelajarannya. Macam
kegiatan penelitian pembelajaran yang umum
dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, atau
penelitian eksperimen di bidang pembelajaran.
Kerangka Penulisan KTI laporan hasil penelitian
umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
Bagian pendahuluan yang terdiri dari : halaman
judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran,
serta abstrak atau ringkasan. Bagian Isi yang
umumnya terdiri dari beberapa bab sebagai berikut
(a) Bab I Pendahuluan atau permasalahan, yang
berisi latar belakang masalah, pembatasan, rumusan
masalah, tujuan, kegunaan, dll,

(b) Bab II Kajian Teori atau pembahasan


kepustakaan,

(c) Bab III Metode Penelitian

(d) Bab IV Hasil Penelitian dan Diskusi Hasil


Penelitian,
(e) Bab V Kesimpulan dan Saran Bagian Penunjang
yang umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.

Di samping kriteria-kriteria di atas, KTI laporan


hasil penelitian itu harus memenuhi kriteria APIK,
yang artinya adalah
A asli, penelitian harus merupakan karya asli
penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan,
atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak
jujur. Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran.
P perlu, permasalahan yang dikaji pada penelitian
itu memang perlu, mempunyai manfaat. Bukan hal
yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang
tidak perlu lagi dipermasalahkan.
I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan
dilakukan sesuai dengan kaidahkaidah kebenaran
ilmiah. Penelitian harus benar, baik teorinya,
faktanya maupun analisis yang digunakannya.
K konsisten, penelitian harus disusun sesuai dengan
kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang
guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang
kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru
tersebut. Penelitian di bidang pembelajaran yang
semestinya dilakukan guru adalah yang bertujuan
dengan upaya peningkatan mutu hasil pembelajaran
dari siswanya, di kelas atau di sekolahnya.

Ciri-ciri yang menampak, KTI yang tidak asli


dapat terindentifikasi antara lain melalui,
(1) adanya bagian-bagian tulisan , atau petunjuk lain
yang menunjukkan bahwa karya tulis itu merupakan
skripsi, penelitian atau karya tulis orang lain, yang
dirubah di sana-sini dan digunakan sebagai KTI nya
(seperti misalnya bentuk ketikan yang tidak sama,
tempelan nama, dll);
(2) terdapat petunjuk adanya lokasi dan subyek yang
tidak konsisten;
(3) terdapat tanggal pembuatan yang tidak sesuai;
(4) terdapat berbagai data yang tidak konsisten, tidak
akurat;
(5) waktu pelaksanaan pembuatan KTI yang kurang
masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu
banyak dalam kurun waktu tertentu);
(6) adanya kesamaan isi, format, gaya penulisan
yang sangat mencolok dengan KTI yang lain KTI
yang tidak perlu , dapat terlihat antara lain dari;
(7) masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung
berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan
dengan upaya pengembangan profesi si penulis;
(8)masalah yang ditulis tidak menunjukan adanya
kegiatan nyata penulis dalam peningkatan /
pengembangan profesinya sebagai guru;
(9) permasalahan yang ditulis, sangat mirip dengan
KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas
jawabannya, kurang jelas manfaatnya dan
merupakan hal mengulangulang;
(10) tulisan yang diajukan tidak termasuk pada
macam KTI yang memenuhi syarat untuk dapat
dinilai.

KTI merupakan bukti dari kegiatan


pengembangan profesi dari si penulis. Sehingga apa
yang dipermasalahkan haruslah sesuatu yang
diperlukan dalam upaya ybs untuk mengembangkan
profesinya. Karena itu, harus jelas apa manfaat
penelitian yang dilakukan bagi siswa di kelas /
sekolahnya

Sebagai karya ilmiah, KTI harus menunjukkan


bahwa masalah yang dikaji berada di khasanah
keilmuan dengan menggunakan kriteria kebenaran
ilmiah dan mengunakan metode ilmiah serta
memakai tatacara penulisan ilmiah.
Hal yang ditulis dalam KTI harus sesuai (konsisten)
dengan kompetensi si penulis, dan sesuai dengan
tujuan si penulis untuk pengembangan profesinya
sebagai guru

KTI yang tidak ilmiah dapat terlihat dari,


(1)masalah yang dituliskan berada di luar khasanah
keilmuan;
(2) latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak
dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan
hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk
mengembangkan profesinya sebagai widyaiswara;
(3) rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang
dapat diketahui apa sebenarnya yang akan
diungkapkan pada KTInya;
(4) kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran
teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya;
(5) landasan teori perlu perluas dan disesuaikan
dengan permasalahan yang dibahas;
(6) bila KTInya merupakan laporan hasil penelitian,
tampak dari metode penelitian, sampling, data,
analisis hasil yang tidak / kurang benar;
(7) kesimpulan tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan KTI yang tidak
konsisten dapat terlihat dari;
(8) masalah yang dikaji tidak sesuai dengan tugas si
penulis sebagai guru;
(9) masalah yang dikaji tidak sesuai latar belakang
keahlian atau tugas pokok penulisnya;
(10) masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan
upaya penulis untuk mengembangkan profesinya
sebagai guru (misalnya masalah tersebut tidak
mengkaji permasalahan di bidang pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu siswa di
kelasnya yang sesuai dengan bidang tugasnya).

Berikut disajikan contoh beberapa Judul Penelitian


KTI yang diajukan guru untuk memenuhi kegiatan
pengembangan profesi yang belum memenuhi syarat
baik dan benar dan tidak dapat diberi nilai.
(1) Judul : Membangun karakter bangsa melalui
kegiatan ekstra kurikuler.
Intisari isi : Mendiskripsikan berbagai upaya guna
membangun karakter bangsa.Ditolak karena, dan
saran yang diberikan: Masalah yang dikaji terlalu
luas tidak berkaitan dengan permasalahan nyata
yang terjadi di kelasnya. Hanya berupa kliping
berbagai pendapat. Disarankan untuk membuat KTI
baru yang berfokus pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya. Masalah yang dikaji
merupakan penelitian tentang isi mata pelajaran.
Hasil penelitian berupa paparan macam kesalahan
siswa. Tidak ada tindakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Disarankan untuk melanjutkan
hasil penelitian tersebut dengan melakukan kegiatan
yang nyata di kelasnya dalam upaya memecahkan
masalah.

(2) Judul: Analisis kesalahan siswa dalam


mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
pasif; Intisari isi: Mengkaji kesalahan siswa dalam
memahami mata pelajaran bahasa
Indonesia. Ditolak karena, dan saran yang
diberikan: Tidak ada kegiatan nyata yang dilakukan
untuk memperbaiki kedaaan. Sekedar paparan
diskripsi dari hal yang terjadi dalam pembelajaran.

Berikut disajikan contoh Judul Penelitian KTI yang


diajukan guru untuk memenuhi kegiatan
pengembangan profesi dan memenuhi syarat dan
dapat diberi nilai sebagai makalah hasil penelitian
dengan nilai 4

(1) Judul: Pengaruh penggunaan alat peraga


gambar terhadap nilai sejarah pada siswa kelas III,
sem 1. SMP X. Intisari isi: Mengkaji perbedaan
prestasi siswa dengan penggunaan dua model
pembelajaran sejarah (alat peraga gambar dan bagan
vs media tertulis) untuk topik tertentu pada pelajaran
sejarah. Penelitian eksperimen di kelas, yang
melibatkan 4 kelas, dengan jumlah siswa 132 dibagi
secara random dalam dua kelompok. Dilakukan
selama 5 kali pertemuan.

(2) Judul: Peningkatan hasil belajar matematika


melalui model belajar kelompok kooperatif , di kelas
VI, SD. Intisari isi: Penelitian tindakan kelas
dengan bentuk tindakannya berupa penerapan
pembelajaran matematika melalui model belajar
kelompok kooperarif. Bentuk tindakannya dirinci
dengan sangat jelas, demikian pula cara dan hasil
pengumpulan data yang digunakan untuk evaluasi
dan refleksi. PTK dilakukan dalam 2 siklus selama 4
bulan.

Penutup
Ada dua permasalahan yang terkait dengan
kebijakan pengumpulan angka kredit, yaitu (1)
Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi
persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai
dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh.
Akibat dari longgarnya proses kenaikan pangkat
tersebut, tujuan untuk memberikan penghargaan
secara lebih adil dan lebih profesional terhadap
peningkatan karir, tampak kurang dapat dicapai
secara optimal. Kebijakan ini seolah-olah merupakan
seleksi kenaikan pangkat yang lebih mengacu pada
lamanya waktu kerja, dan kurang mampu
memberikan evaluasi pada kinerja professional.
Permasalahan kedua, bertolak belakang dengan
keadaan di atas. Permasalahannya terjadi pada
kenaikan pangkat golongan IVa ke atas. Syarat
kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas berbeda,
dengan adanya kewajiban pengumpulan angka kredit
dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. Karena
petunjuk teknis untuk kegiatan selain KTI belum
terlalu operasional, menjadikan sebagian terbesar
guru menggunakan kegiatan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan
profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru yang
merasa kurang mampu melaksanakan kegiatan
pengembangan profesinya (= yang dalam hal ini
membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan,
tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan
kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan adanya
fakta bahwa (a) banyaknya KTI yang diajukan
dikembalikan karena salah atau belum dapat dinilai,
(b) kenaikan pangkat/golongannya belum
memberikan peningkatkan kesejahteraan yang
signifikannya, (c) proses kenaikan pangkat
sebelumnya dari golongan IIIa ke IVa yang relatif
lancar, sehingga kesulitan dalam memperoleh
angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi,
dirasakan sebagai hambatan yang merisaukan.
KTI yang cenderung banyak dibuat adalah KTI hasil
penelitian. Dan yang dapat dinilai hanyalah KTI
yang APIK, yaitu yang A sli, P erlu, I lmiah, dan K
onsisten. Dalam praktik, terdapat hal-hal sebagai
berikut : (a) KTI yang diajukan, tidak sedikit
berupa KTI orang lain yang dinyatakan sebagai
karyanya, atau KTI tersebut DIBUATKAN oleh
orang lain, (b) banyak pula KTI berisi uraian hal-hal
terlalu umum dan tidak berkaitan dengan
permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Upaya pemecahan masalahn diatas dapat dilakukan
dengan 1. Perlunya mengevaluasi kembali dan
kemudian menyempurnakan berbagai kebijakan
yang berkaitan dengan persyaratan seleksi baik
untuk kenaikan pangkat (peningkatan karir) sebelum
golongan IVa maupun sesudahnya. 2. Perlu
dilakukan penjabaran terhadap petunjuk teknis dan
persyaratan operasional dalam penyusunan dan
penilaian dari kegiatan pengembangan profesi , 3.
Sangat perlu bagi para guru (termasuk pula para
pengawas, penilik, dan pamong belajar) untuk
memperoleh lebih banyak bantuan dan fasilitasi agar
mereka dapat segera berkemampuan dan mau, untuk
melaksanakan pengembangan profesinya. Untuk
tujuan itu paling tidak ada dua kegiatan yang dapat
dilakukan yakni (a) mensosialiskan informasi dan
melakukan pelatihan ketrampilan yang benar tentang
peran dan cara pembuatan KTI dan juga kegiatan
pengembangan profesi yang lainuntuk menunjang
pengembangan profesinya, dan (b) pemberian
fasiltas dan penciptaan kondisi kondusif agar mereka
mempunyai motivasi positif untuk meningkatkan
profesionalismenya. Kedua kegiatan utama tersebut,
tentunya bukan hanya merupakan kewajiban dan
tangungjawab dari Diknas, tetapi juga merupakan
tugas mulia dari pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan mutu pengelolaan kepegawaian
pendidik dan tenaga kependidikan.

Terkait
Era Jokowi-JK, Matematika Digabung dengan Budi
Pekerti
Guru di Bandung Juga Protes Materi Gaya Pacaran
Sehat dan Gambar Remaja Berjilbab di Buku
Pelajaran
Kartu Indonesia Pintar Baru Bisa Dinikmati Rakyat
Tahun 2015
Guru Didorong Bekerja dalam Tim
Nasib Kurikulum 2013 Dipertanyakan
JAKARTA, KOMPAS.com Peningkatan jenjang
serta karier guru di pendidikan anak usia dini, dasar,
dan menengah terganjal kewajiban publikasi ilmiah
atau karya inovatif. Kondisi ini dirasakan guru
semakin berat karena pemerintah mengetatkan
aturan publikasi ilmiah.

Sebelumnya, kewajiban menulis publikasi ilmiah


dimulai bagi guru yang hendak naik dari golongan
IVA ke IVB. Aturan ini menyebabkan guru pegawai
negeri sipil bertumpuk di golongan IVA akibat tidak
memenuhi kewajiban membuat karya ilmiah.

Aturan baru yang diberlakukan pemerintah bahwa


guru harus membuat publikasi ilmiah atau karya
inovatif jika hendak naik dari golongan IIIB ke IIIC
membuat guru menjerit. Semakin tinggi golongan,
kewajiban membuat publikasi ilmiah bertambah.
Sampai saat ini tidak ada satu guru pun di Sumba
Timur yang ada di golongan IVB karena harus
membuat karya tulis. Ada yang 10 tahun tidak naik
pangkat, kata Juspan, Sekretaris Daerah Sumba
Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (5/11).

Wijaya Kusumah, salah seorang Pengurus Pusat


Ikatan Guru Indonesia, mengatakan, guru yang
mengajar tatap muka minimal 24 jam per minggu
diharuskan juga membuat publikasi ilmiah, padahal
dosen hanya mengajar 12 jam per minggu.

Guru sudah sibuk dengan tugas utamanya dan


administrasi. Memang tidak mudah untuk bisa
meluangkan waktu meneliti. Sebab, budaya baca dan
tulis guru juga masih rendah, kata Wijaya.

Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru


Independen Indonesia, menambahkan, secara teori
kebijakan pemerintah bagus. Mengingat sumber
daya guru di Indonesia yang masih rendah,
pembuatan publikasi ilmiah tentu saja memberatkan,
terutama untuk guru di jenjang pendidikan dasar.
Secara realitas, untuk memenuhi empat kompetensi
dasar saja belum mampu, ditambah lagi publikasi
ilmiah. Apalagi, selama ini tidak ada pelatihan yang
intensif bagi guru, tetapi tuntutan pemerintah pada
guru amat tinggi, kata Iwan.

Berdasarkan hasil uji kompetensi guru secara


nasional yang dilaksanakan Kemdikbud beberapa
tahun belakangan, guru TK-SMA/SMK masih
sangat butuh peningkatan di kompetensi pedagogik
(kemampuan mengajar) dan profesional (penguasaan
materi yang diampunya). Kompetensi terendah
justru dimiliki guru SD dan pengawas sekolah.
Dorong kecurangan

Iwan mengatakan, ketentuan publikasi ilmiah


sebagai bagian dari pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) yang sulit ini mendorong
kecurangan. Kini, muncul layanan jasa untuk
pembuatan karya ilmiah bagi guru yang ingin bisa
naik golongan.

Ada juga guru yang tergoda untuk membeli karya


tulis karena ada uang dari tunjangan profesi guru.
Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat
Guru Indonesia, mengatakan, sulit bagi guru untuk
memenuhi ketentuan pemerintah. Kondisi ini
diperparah dengan tidak adanya pelatihan menulis
publikasi ilmiah yang berkesinambungan bagi guru.

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan


Guru Republik Indonesia, mengatakan, ada sekitar
800.000 guru yang stagnan di IVA karena tidak bisa
membuat karya tulis ilmiah. Di SD, sebanyak 30,4
persen guru terhenti di golongan IVA. Di SMP, guru
golongan IVA sebanyak 28,3 persen. Hanya sedikit
yang bisa ke golongan IVB ke atas, bahkan tidak ada
guru SD dan SMP yang bisa ke IVE. (ELN)
Drs.Soleh Hadriyanto,M.Pd : Sebagian Guru Masih
Rendah Menulis Karya Ilmiah
NO COMMENTS

Sebagai guru professional harus memiliki berbagai


kemampuan,salah satu kemampuan yang harus
dimiliki guru adalah kemampuan menulis karya
ilmiah.Dengan menulis karya ilmiah selain guru
dapat naik pangkat,jabatan dan golongan sehingga
mengalami peningkatan karier juga mendapatkan
penghargaan dan pengakuan. Berarti menjadi begitu
penting sekali memiliki kemampuan menulis karya
ilmiah itu.Tetapi kenyataan di lapangan sebagian
guru kemampuan menulis karya ilmiahnya masih
rendah. Pernyataan tersebut dikemukakan Drs.Soleh
Hadriyanto,M.Pd selaku Koordinator Registrasi &
Ujian UPBJJ-UT Bandung didampingi moderator
Drs.Deden Taryana dalam Seminar Upacara
Penyerahan Ijazah UT UPBJJ Bandung dengan
Tema Peningkatan Karier Guru Melalui
Kemampuan Penulisan Karya Ilmiah dihadapan
2.333 guru lulusan UT UPBJJ Bandung
berlangsung hari Selasa 26 Pebruari 2013 sebelum
mengikuti Upacara Penyerahan Ijazah keesokan
harinya Rabu 27 Pebruari 2013 di Gedung Graha
Batununggal Indah Jl.Soekarno-Hatta Buah Batu
Bandung yang pada kesempatan tersebut dihadiri
Kepala UT UPBJJ Bandung Dra.Hj.Dina Thaib
M.Ed,Koordinator Registrasi & BBLBA
Dra.Chofnia Saidah M.Pd mengantikan
Drs.H.Maman Sudirman M..Pd yang telah diangkat
menjadi Kepala UT UPBJJ Serang Provinsi Banten
serta Seksi Seminar Dewi Primsari M.Si dan para
staf.
Menurut Soleh Hadriyanto seperti diberitakan
Koran Giwangkara padahal menulis karya ilmiah
adalah merupakan keharusan sebagai persyaratan
akademis dan administrasi kepegawaian berkaitan
dengan kenaikan pangkat dan jabatan . Begitu
pentingnya Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru
professional dibuktikan kemampuannya dalam
menulis karya ilmiah yang menjadi syarat kenaikan
pangkat dan jabatan. Begitu pula Peraturan Menteri
(Permen) Pemberdayaan Aparatur Negara (PAN)
dan Reformasi Birokrasi (RB) Nomor.16 Tahun
2009,tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kredit ,Pasal 17
menjelaskan bahwa kenaikan pangkat guru mulai
dari golongan ruang III b ke atas dipersyaratkan
mengajukan karya tulis ilmiah. Peraturan ini mulai
berlaku tahun 2011 dan berlaku secara efektif mulai
tanggal 1 Januari 2013,maka sejak tanggal tersebut
bahwa kenaikan pangkat guru mulai dari golongan
ruang III b ke atas dipersyaratkan mengajukan karya
tulis ilmiah sudah berlaku.
Ternyata sebagian besar menanggapi dingin
keluarnya Permen tersebut ,rasa pesimistis tercetus
pada para guru dengan ucapan Ahhhh,paling
paling kita jadi golongan III b abadi.Dengan kata
lain guru merasa tidak sanggup untuk memenuhi
segala persyaratan untuk kenaikan jabatan dan
golongan tersebut. Apakah betul demikian ?
Sebenarnya tergantung pribadi guru masing-masing.
Sebagai guru professional kita malu sampai harus
jadi golongan III b abadi yaitu sampai pensiun.
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara
(BKN) taun 2005 jumlah guru 1,4 juta,sebagian
guru-guru tersebut berada pada golongan III/a-III/d
yang jumlahnya mencapai 996.926 guru dari
sebanyak 336.601 golongan IV. Dari keseluruhan
jumlah guru yang bergolongan IV terdapat 334.184
(99,28 %) yang golongan IV/a dan hanya 2,318
(0,69%) golongan IV/b selebihnya golongan IV/c
sebanyak 84 (0,06 %) guru dan golongan IV/d ada
15 (0,01 %). Artinya ada tembok tebal tinggi yang
sulit ditembus sebagian besar guru untuk naik
pangkat dari golongan IV/a ke IV/b .Tembok ini
semakin tebal dan tinggi dengan diberlakukannya
Permen PAN- RB nomor 16 tahun 2009.
Kondisi inilah yang menyebabkan keresahan dan
kegelisahan dari sebagian guru.Tetapi guru yang
mempunyai kemampuan menulis karya ilmiah
tenang-tenang saja bahkan gembira .ujarnya.
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa sebetulnya
banyak upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan karier selain membuat karya tulis
ilmiah popular,karya seni,karya teknologi juga
menghadiri berpratisipasi dalam forum atau kegiatan
ilmiah professional,seminar,simposium juga
melaksanakan penelitian/pengkajian kerja
professional baik individu maupun kolaboratif serta
mengikuti program sertifikat Penulisan Karya Ilmiah
Guru UT yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka (FKIP-UT)
memberikan solusi bagi guru guru/tenaga pendidik
mengembangkan keterampilan melalui menulis
karya ilmiah berbasiskan Penelitian Tindakan Kelas
melalui Program Sertifikat Penulisan Karya Ilmiah
untuk Guru .Pembelajaran dilakukan melalui
tutorial tatap muka sebanyak 8 kali pertemuan.
Program ini ditawarkan mulai masa registrasi
2011.2 dan program ini diselenggarakan dengan
sistem belajar jarak jauh,dengan mengikuti sistem
yang berlaku di Universitas Terbuka.
(Suherman.S).-
100 Guru SD Terima Pembekalan Penulisan
Karya Ilmiah

BUPATI FOTO BERSAMA TIM JARLIT DAN


NARASUMBER. (tri)
PENULIS: TRI NANDA

Rabu, 22 Juni 2016 13:49 WIB

Lima Puluh Kota--Bupati Lima Puluh Kota Irfendi


Arbi membuka acara Pemberdayaan Guru SD se-
Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Bidang
Penelitian Pendidikan di Shago Bungsu 2 Lubuak
Tingkok Kecamatan Harau, Selasa (21/6).
" persoalan guru bisa menulis menjadi persoalan
yang panjang, masalahnya apa ada niat atau
kemauan, sekarang guru-guru yang pangkat IVa
berjalan ditempat tidak naik-naik pangkatnya ke IVb
karena tidak bisa menulis karya ilmiah".

Sekarang guru-guru harus mulai menulis karya


ilmiah, ini sudah menjadi ketentuan Perundang-
undangan bagi guru-guru yang ingin naik Pangkat
IVa ke IVb, kata Irfendi Arbi.

Banyak guru Lima Puluh Kota yang bertahun-tahun


bahkan puluhan tahun tidak naik pangkat atau
golongan hanya karena tidak bisa menulis, ucap
Irfendi Arbi.

Untuk itu harus menjadi perhatian bagi guru-guru


terutama guru SD ikut pelatihan atau lokakarya,
pada hari ini ada Tim Jarlit (Jaringan Penelitian)
Kabupaten Lima Puluh Kota bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan
Kebudayaan (Puslitjakdikbud) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai langkah awal
bagi guru untuk dapat menulis karya ilmiah, kata
Irfendi Arbi.
Ketua Tim Jarlit Lima Puluh Kota Zulkifli,
S.Pd,MM Dt Mangkuto Rajo melaporkan Pelatihan
Peningkatan Kopetensi Profesional dan karya Ilmiah
guru bagi 100 guru SD se-Kabupaten Lima Puluh
Kota.

"memberikan Ilmu pengetahuan, motivasi bagi guru


untuk dapat membuat karya Ilmiah dan menambah
Kompetensi menjadi guru yang profesional", ucap
Zulkifli,S.Pd,MM. Narasumber Dr.Zulmardi,M.Si
dari (Universitas Muhammadyah), Dr.Akmal
,SH,M.Si dari UNP.***
- See more at:
http://www.gosumbar.com/berita/baca/2016/06/22/1
00-guru-sd-terima-pembekalan-penulisan-karya-
ilmiah#sthash.VcZHE0FW.dpuf
Green Komunika dan Tangsel Pos Gelar Workshop
Pendidikan

Guru Harus Mampu dan Berani Tulis Karya


Ilmiah
Diterbitkan Senin, 29 / 02 / 2016 8:28 - Berita Ini
Sudah : 195 Dilihat
SERPONG Kemampuan seorang guru dalam hal
menulis atau menghasilkan karya tulis ilmiah
dianggap masih sangat minim. Padahal karya tulis
ini sangat penting guna menunjang profesi mereka.
Selain juga sebagai salah satu syarat agar mereka
cepat naik pangkat. Karena itu, para pahlawan
tanpa tanda jasa itu diharapkan mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah karya ilmiah.
Demikian benang merah workshop pendidikan yang
diselenggarakan Penerbit Green Komunika dan
Tangsel Pos, di salah satu rumah makan di wilayah
Serpong, Sabtu (27/2) lalu. Kegiatan tersebut
didukung Dinas Pendidikan Tangsel, dan rencanya
akan berlangsung selama dua minggu. Minggu
pertama diadakan pada Sabtu 27 februari 2016, dan
minggu kedua diadakan pada 4 Maret mendatang.

Kepala Bidang (kabid) Tenaga Kependidikan (PTK)


Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Didi
Sutisna yang menggantikan Kepala Dinas
Pendidikan Mathodah sangat mengapreasi adanya
workshop ini. Semenjak ada peraturan baru, angka
kenaikan pangkat para guru ini menurun. Saat ini
ada tiga unsur yang harus dipenuhi para guru untuk
kenaikkan pangkat.
Pertama, ada pengembangan diri. Kedua ada karya
ilmiah, dan ketiga itu ada karya inovasi. Nah, rata-
rata para guru ini nilai rendahnya ada di karya
ilmiahnya. Saya sangat mendukung adanya kegiatan
ini, dengan harapan ke depan para guru dapat
menyelesaikan karya ilmiahnya, jelasnya.
Salah seorang narasumber Drs. Marmaen Nusantara
MPd dalam kesempatan itu memaparkan materi
pengembangan profesi keberlanjutan. Materi itu
meliputi penelitian tindakan kelas, pengembangan
diri dan karya ilmiah.
Bagi saya naik pangkat untuk guru adalah dambaan
ya. Terhitung sejak tahun 2013 lalu, hanya segelintir
orang berhasil menghasilkan penulisan karya ilmiah.
Untuk itu, saya berharap peserta workshop kali ini
bisa menulis karya ilmiah, agar mempermudah
kenaikan pangkat selanjutnya, terbit.
Salah seorang peserta workshop, Endang
mengatakan harapan besarnya terhadap kegiatan ini.
Menurut guru salah satu SD Kademangan, Setu itu,
mereka sangat terbantu dengan acara ini. Acara ini
cukup bagus, sangat membantu bagi kami para guru.
Karena selama ini kami memang kesulitan dalam
menulis karya ilmiah. Dengan adanya workshop ini,
kami berharap dapat menulis dengan baik. Minimal
setelah acara ini kami bisa berani nulis dulu lah, biar
gak ragu-ragu lagi, tutupnya.(cr7)
Jumat, 26 Februari 2016|09:17:40 WIB
Tidak Mampu Menulis Karya Ilmiah Guru Gagal
Pindah Golongan
Editor: fazar | 271 Pembaca
0
PEKANBARU -- Berdasarkan pendataan yang
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional,
sebagian besar guru sekolah menengah ke bawah
tidak dapat pindah ruang golongan dari IVa ke IVb
akibat dari ketidakmampuan guru dalam membuat
karya ilmiah yang merupakan persyaratan utama
untuk pindah ruang tersebut.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (Disikbud) Riau Dr H Kamsol saat
membuka kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
Penyusunan Jurnal Karya Tulis Ilmiah se Provinsi
Riau, Kamis (25/2) malam, di Hotel New
Hollywood, Pekanbaru.
Dikatakan, saat ini kemampuan guru dalam meneliti
dan menulis masih tergolong rendah, dilain pihak
guru dituntut memiliki kompetensi profesional, yaitu
menulis karya ilmiah hasil penelitian dibidang
pendidikan.
"Padahal, seiiring dengan kemajuan zaman dan
sumber daya yang memiliki rasa keintelektualan,
kreatifitas inovatif dan berakhlak mulia yang cukup
berpotensi, kita dapat menggunakan keilmuannya
dalam kehidupan masyarakat. Rasa keintelektuaan
dan kreatifitas inovatif itu dapat kita wujudkan
melalui menulis," kata Kamsol.
Dia menyebut, atas dasar tuntutan profesionalisme
guru dan mengatasi hal itu, diperlukan suatu pola
pembinaan guru melalui pelatihan penelitian dan
penulisan karya ilmiah secara aktif.
"Karena melalui menulis, kita dapat menuangkan ide
dan gagasan dalam bentuk penulisan artikel dan
karya ilmiah yang merupakan kebutuhan bagi ilmu
pendidikan yang selalu mengalami perkembangan
dan kemajuan," ujarnya.
Sementara, Kepala Unit Pelaksana Teknis Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Informal (UPT P2PAUDI), Drs Abdul Kadir dalam
laporannya menjelaskan bahwa karya ilmiah
merupakan serangkaian kegiatan penulisan
berdasarkan hasil penelitian yang sistematis
berdasarkan metode ilmiah untuk mendapatkan
jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang
timbul sebelumnya.
"Melalui pelatihan ini diharapkan peserta dapat
memperoleh ilmu bagaimana menulis karya ilmiah
yang baik dan benar, dan dapat mempraktekkannya,"
ujar Kadir.
Kepada peserta Dia juga berpesan agar dapat
mengikuti berbagai rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan serius, karena akan dilakukan
penilaian oleh panitia, bagi yang tidak serius tidak
akan diberikan sertifikat pelatihan.
"Kita ingin menanamkan kedisiplinan kepada
peserta, jangan bermalas-malasan mengikuti
kegiatan ini, karena itu akan ada tim yang
melakukan penilaian nantinya, sehinga jika
ditemukan peserta yang tidak serius, maka tidak
akan diberi sertifikat," pungkasnya.
LOMBA KARYA TULIS DALAM SIMPOSIUM
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2015
LOMBA KARYA TULIS DALAM SIMPOSIUM
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2015
Posted by PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN on Thursday, October
15, 2015

Menunggu Uptodate LOMBA KARYA TULIS


DALAM SIMPOSIUM GURU 2016, berikut
ini Info Lomba Karya Tulis Dalam Simposium
Guru Dan Tenaga Kependidikan 2015.
Sebagaimana diketahui Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) pada tahun
2015 akan menyelenggarakan kegiatan Simposium
Guru dan Tenaga kependidikan Tingkat Nasional
pada tanggal 24-25 November 2015, di Istora
senayan Jakarta. Simposium Guru dan Tenaga
Kependidikan Tingkat nasionalmerupakan wahana
yang berguna untuk menuangkan ide, gagasan dan
mencari pemecahan isu atau permasalahan strategis
tentang pendidikan dengan melibatkan unsur pakar
perguruan tinggi, praktisi pendidikan, pemerhati
pendidikan, LSM pendidikan, serta guru dan tenaga
kependidikan berprestasi tingkat nasional.

Simposium ini juga mempresentasikan


(melombakan) karya ilmiah dan inovasi
pembelajaran guru dalam bentuk seminar dan
pameran hasil karya ilmiah serta inovasi
pembelajaran guru. Peserta simposium diwajibkan
mendaftar, dengan 2 (dua) mekanisme yang pertama
peserta (guru, kepala sekolah, pengawas, tutor,
penilik dan pemong belajar) dengan menyertakan
karya berupa karya tulis ilmiah maupun inovasi
pembelajaran dan yang kedua adalah pendaftar
umum (masyarakat).
Peserta (guru, kepala sekolah, pengawas, tutor,
penilik dan pemong belajar) yang mengirimkan
karya tulis dan atau inovasi pembelajaran terbaik
dalam kegiatanSimposium Guru Dan Tenaga
Kependidikan 2015 akan mendapat hadiah berupa:
Sertifikat dari Presiden RI
Hadiah Uang Tunai dan Non Tunai (kartu discount
khusus)
Laptop
Magang ke luar negeri selama 2 minggu, 1 bulan dan
atau 3 bulan
Beasiswa S2
Gratis ke luar negeri dengan mileages garuda dalam
rangka peningkatan kompetensi (seminar, workshop,
diklat dsb)
Biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi
ditanggung panitia.

Pendaftaran secara online


di http://simposiumguru2015.kemdikbud.go.id/ dan
ditutup tanggal 10 November 2015. Pengumuman
Peserta yang lolos akan diumumkan pada tanggal 16
November 2015.
LOMBA KARYA TULIS DALAM SIMPOSIUM
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016
Adapun ketentuan Penulisan Karya Ilmiah
untuk Simposium Guru Dan Tenaga
Kependidikan 2015
a) Karya tulis ilmiah/karya inovasi dibagi 5 kategori
(pilihan ada di pendaftaran).
1) Pembuatan Alat sederhana untuk peningkatan
kompetensi atau mempermudah pembelajaran
2) Meningkatkan kompetensi guru secara mandiri
(online)
3) Penilaian Kinerja dan Kompetensi guru berbasis
online
4) Meningkatkan indeks integritas sekolah
5) Peran serta masyarakat dalam meningatan mutu
pembelajaran dan lulusan
b) Karya berupa video tetap mengirimkan tulisan
dan wajib menyertakan Link (kotan tersedia di
pendaftaran).
c) Karya tulis ilmiah/karya inovasi yang dikirim 2
(dua) tahun terakhir.
d) Makalah diketik dengan ukuran A4
e) Abstrak maksimal 120 kata
f) Jumlah halaman 10 lembar (diluar cover, Abstrak,
lembar pengesahan keaslian, daftar pustaka dan
lampiran).
g) Diketik dengan MS Word for Windows, 1, 5 (satu
setengah) spasi, jenis huruf Times New Roman 12
Pitch.
h) Daftar atau acuan pustaka yang digunakan terkait
dengan pembahasan materi dan benar-benar
tercantum dalam makalah.

Sistem penilaian dengan 2 mekanisme yang pertama


penilaian secara akademik (60%) dan yang kedua
penilaian dengan pelibatan publik atau masyarakat
(40%).
Penilaian public atau masyarakat dengan cara
memberikan tanda suka/like terhadap karya tulis
ilmiah yang telah dibaca atau ditonton.

Ketentuan Isi Karya Ilmiah (Karya tulis)


Judul dan Nama Penulis/Pengirim Makalah.
Abstrak dan kata kunci.
Daftar Isi Makalah.
Pendahuluan (10 %): Memuat isu-isu terkini yang
relevan dengan tema simposium, fokus pembahasan,
tujuan, dan ruang lingkup pembahasan makalah.
Kajian Teori (20 %) Memuat kajian literatur yang
relevan dalam upaya mengembangkan kerangka
konseptual/teoritis untuk mendekati dan membahas
fokus permasalahan.
Pembahasan dan Hasil (50 %) .
Simpulan dan Rekomendasi (20 %) Memuat
kesimpulan dan rekomendasi, serta opsi kebijakan
sebagai implikasi dari hasil yang diperoleh dari
pembahasan permasalahan, terutama dalam rangka
mencari dan menemukan pemecahan masalah.
Daftar Pustaka (hanya memuat terbitan yang
digunakan sebagai rujukan).
SMAIA10- Pada hari ini (8/12/15) Alhamadulillah
dilaksanakan kegiatan workshop Penulisan karya
ilmiah yang membahas tentang penelitian tindakan
sekolah dan penelitian tindakan kelas. Adapun
rangkaian kegiatan ini antara lain: pembukaan,
membaca quran, kata sambutan kepala sekolah, kata
sambutan ketua YKIK, doa, materi inti. Bertempat di
ruang kelas SMAIA 10 Pontianak.
Mengawali acara dilakukan membaca Al Quran
Surah Al Mulk- 1-30. Selanjutnya, kata sambutan
oleh Kepala Sekolah Dra. Susanti Liswar. Beliau
memapaparkan kegiatan workhsop PTK adalah
menindaklanjuti dari MOU dengan UNTAN, jangan
jadi beban ini ilmu yang kita serap. Guru itu kan
penyebar ilmu, maka ia juga harus banyak menyerap
ilmu. Perbaikan hasil belajar pola pembelajaran.
Melalui penelitian kelas ini bisa meningkatkan
kualitas kita sendiri, jika guru berkualitas,
insyaAllah muridnya juga berkualitas. Sebarkanlah
ilmu dan mendidik, masalah pintar Allah yang
memberikannya. Ilmu adalah investasi akhirat antara
lain ilmu yang bermafaat.
Kemudian sambutan Ketua YKIK yang diwakili
oleh Ketua Detasemen Drs. Winarto sekaligus
membuka kegiatan Workshop tersebut. Dalam
sambutannya ia menyampaikan bahwa pak ketua
berhalangan hadir karena ada urusan yang
mendesak. selain itu juga beliau menyampaikan
kesempatan ini adalah upaya yang dilakukan oleh
YKIK untuk meningkatan mutu. Harapan dari
orangtua mendapatkan anak yang berkuatlitas moral
dan akhlak. Kegiatan ini dimanfaatkan sebaik
mungkin. Pesan bapak ketua adalah khususnya
dalam penulisan PTK harus punya kegemaran. Tidak
banyak guru yang gemar yang menulis. Harus
banyak baca. Dimulai dari kebenaran adalah
menuangkan yang bentuk tulisan. Penting bagi guru.
Karena guru banyak ilmu, antaralain dengan cara
dengan membaca.
Kegiatan Workhshop menghadirkan pemateri yaitu
Drs. Edy Yusmin, M.Pd selaku dosen Program studi
pendidikan matematika FKIP UNTAN. Beliau
adalah seorang profesional yang sudah
berpengalaman pada penelitian tindakan kelas.
Kegiatan ini dihadiri oleh 30 peserta yang tidak
hanya dihadiri oleh guru-guru SMAIA 10, tetapi
juga dihadiri oleh perwakilan guru-guru tk,sd, smp
di lingkungan Yayasan Kejayaan Islam Khatulistiwa
(YKIK).
Kegiatan ini berlangsung dua hari (8/12/15 dan
(10/12/15) diharapkan dapat meningkatkan mutu
guru-guru dalam proses pembelajaran. yang nantinya
berimbas kepada mutu peserta didik.
Guru SMP dan SMA Mengikuti Diklat Penulisan
Karya Ilmiah di UMS
Drs. Pardi, M.Hum. (kiri) bersama Imron Rosyadi,
S.H., M.Pd. (tengah) dan Prof. Dr. Markhamah
(kanan) saat acara pembukaan.

1. Tingkatkan Pelatihan Menulis Karya Ilmiah


Dalam berbahasa, keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang paling tinggi
tingkatannya dibandingkan keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan
menyimak/ mendengarkan. Hal ini mudah dipahami
karena dilihat dari segi tahapan pemerolehan bahasa,
keterampilan menulis dilakukan pada tahapan
terakhir setelah pemerolehan keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca. Akhdiah, dkk.
(1996/1997:iii) mengatakan bahwa berbeda dengan
kemampuan menyimak dan berbicara, kemampuan
menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan
menulis harus dipelajari dan dilatihkan dengan
sungguh-sungguh.
Belakangan ini, di Provinsi Jawa Tengah, memang
sudah pernah diadakan pelatihan menulis karya
ilmiah oleh pihak sekolah dan pihak dinas
pendidikan baik pada tingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten dengan melibatkan para guru
sebagai peserta. Di samping itu, pelatihan menulis
karya ilmiah juga sudah pernah dilakukan oleh pihak
perguruan tinggi di Jawa Tengah, khususnya oleh
pihak Universitas Negeri Semarang. Akan tetapi,
secara kuantitas, frekuensi pelatihan penulisan karya
ilmiah itu tampaknya masih tergolong rendah. Oleh
karena itu, pada masa-masa mendatang, secara
kuantitas, pelaksanan pelatihan penulisan karya
ilmiah bagi guru-guru masih perlu ditingkatkan lagi.
Di samping oleh pihak dinas/instansi terkait,
pelatihan penulisan karya ilmiah hendaknya
diprogrankan secara rutin, minimal sekali dalam satu
semester, oleh masing-masing sekolah dengan
mendatangkan narasumber dari luar sekolah.
Secara kualitas, dari beberapa kegiatan pelatihan
penulisan karya ilmuiah yang sudah pernah
dilaksanakan tampaknya kurang mengembirakan.
Mengapa? Motivasi para guru peserta pelatihan
penulisan karya imiah itu lebih banyak mengarah
pada pemerolehan sertifikat atau piagam pelatihan
dalam rangka untuk mengikuti sertifikasi guru,
bukan untuk pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
peningkatan profesionalismenya sebagai guru.
Motivasi ini tentu menyimpang dari tujuan pelatihan
penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal ini dirasakan
oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah
ketika memberikan sambutan dalam rangka Lomba
penulisan Karya ilmiah bagi guru-guru SMP/SMA di
Dinas Pendidikan Jawa Tengah beberapa bulan yang
lalu di LPMP Jawa Tengah. Oleh karena itu, dalam
sambutannya, beliau sangat menekankan agar
pelatihan penulisan artikel tersebut tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikat, tetapi
benar-benar diarahkan agar profesionalisme guru
meningkat.
2. Berlangganan Majalah Ilmiah/Jurnal
Ada satu pengalaman menarik ketika beberapa kali
penulis mendapat kesempatan mengikuti pelatihan
penulisan karya ilmiah bersama beberapa guru-guru
di beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Demikian
guru-guru diminta untuk latihan menulis artikel
kajian pustaka di rumah masing-masing, mereka
mengeluh karena kesulitan mendapatkan sumber
bacaan yang relevan. Banyak di antara guru,
khususnya guru SD, yang bertanya apa yang kami
harus tulis sementara sumber bacaan yang relevan di
sekolah kami masih sangat terbatas. Hal serupa juga
dirasakan oleh sejumlah dosen Universitas Negeri
Semarang ketika mendapat tugas membimbing
penyusunan proposal PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) bagi guru-guru di Provinsi Jawa Tengah.
Keluhan para guru tersebut tentu mudah dipahami
karena sarana buku bacaan ilmiah yang berupa
laporan penelitian, majalah ilmiah, dan buku-buku
metode penelitian atau buku penulisan karya ilmiah
di sekolah-sekolah rata-rata kondisinya demikian.
Sadar akan kondisi ketersediaan bacaan ilmiah
tersebut, sudah sepatutnya setiap sekolah membuat
program untuk berlangganan majalah ilmiah atau
jurnal secara rutin dari perguruan tinggi yang
relevan seperti Universitas Negeri Malang,
Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Jakarta,
dan Universitas Negeri Semarang. Ketersedian buku
bacan ilmiah sangat penting artinya bagi
kepentingan menulis karya ilmiah. Logikanya,
dengan sarana bacaan yang memadai, minat baca
para guru akan semakin meningkat. Tingginya minat
baca guru akan dapat dijadikan modal dalam
menulis karya ilmiah. Oleh karena itu, untuk
melakukan gerakan menulis karya ilmiah di kalngan
guru, idealnya berlangganan majalah ilmiah
dilakukan oleh setiap guru. Namun, jika tidak
memungkinkan, dengan adanya peningkatan dana
pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD pada
tahun 2009, sudah sepatutnya setiap sekolah
menyisihkan anggaran secara khusus untuk
kepentingan berlanganan majalah ilmiah.
3. Menerbitkan Majalah Ilmiah/Jurnal
Menerbitkan majalah ilmiah/jurnal memang tidak
gampang karena di samping memerlukan kerja keras
para pengelolanya juga memerlukan dukungan dana
yang tidak sedikit. Namun, dalam rangka
menggalakkan atau menggerakkan aktivitas menulis
karya ilmiah para guru, kehadiran majalah
ilmiah/jurnal merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak. Tanpa tersedianya majalah ilmiah/jurnal
di suatu sekolah atau dinas pendidikan setempat,
tentu laporan-laporan penelitian yang berupa PTK,
yang belakangan ini sudah banyak dihasilkan para
guru tidak bisa diterbitkan sehingga pengakuan
kredit poinnya rendah. Tanpa ketersediaan majalah
ilmiah/jurnal, hasil-hasil penelitian para guru
menjadi tidak terkomunikasikan secara luas; paling-
paling tersimpan di rak buku yang ada pada masing-
masing sekolah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
direncnakan adanya majalah ilmiah/jurnal minimal
satu majalah pada masing-masing dinas pendidikan
kabupaten di Indonesia.
Keberadaan majalah ilmiah ini sangat penting karena
dapat memberikan prestise suatu lembaga, di
samping dapat dijadikan sebagai tolok ukur
produktivitas lembaga dan pengakuan terhadap para
penulis. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
kehadiran majalah ilmiah merupakan mercusuarnya
suatu lembaga. Sayangnya, sampai saat ini, jumlah
majalah ilmiah di lingkungan lembaga pendidikan di
luar perguruan tinggi sangat terbatas adanya
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alasan
bagi guru untuk tidak menulis karena tulisan yang
diakui kreditnya adalah tulisan yang dimuat di dalam
suatu majalah ilmiah.
4. Tingkatkan Frekuensi Penyelenggaraan Lomba
Menulis Karya Ilmiah dalam Bidang Pendidikan
Sementara ini, frekuensi kegiatan lomba menulis
karya ilmiah dalam bidang pendidikan yang
melibatkan guru sebagai peserta lomba tampaknya
masih terbatas adanya. Lomba semacam ini biasanya
dilakukan setiap tahun oleh pihak Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Tengah dalam rangka memperingati
hari pendidikan Nasional setiap tahun. Di samping
itu, lomba serupa juga dilakukan oleh pihak
Departemen Pendidikan Nasional dengan melibatkan
guru di seluruh Indonesia. Kedua jenis loma yang
biasanya dilakukan setahun sekali itu tentu tidak
banyak bisa melibatkan guru untuk ikut sebagai
peserta lomba. Itulah sebabnya perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan frekuensi
penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang
mampu memberikan kesempatan secara lebih luas
kepada para guru. Untuk itu, dengan ditetapkannya
anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan
APBD, sudah sepatutnya, pihak dinas pendidikan
tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi
menyusun program penyelenggaraan lomba
penulisan karya ilmiah setahun dua kali atau setiap
semester sekali.
5. Tingkatkan Motivasi Guru dalam Menulis Karya
Ilmiah
Aktivitas menulis karya ilmiah di kalangan guru
memerlukan adanya motivasi dari guru. Tanpa
adanya motivasi dari dalam diri guru itu sendiri
niscaya gerakan menulis karya ilmiah di kalangan
guru sulit membuahkan hasil yang memadai.
Logikanya dengan adanya program sertifikasi guru
seperti sekarang ini guru sepatutnya sudah
termotivasi untuk rajin menulis. Namun, tampaknya
hingga sat ini, motivasi menulis karya ilmiah di
kalangan guru maih tergolong rendah. Oleh sebab
itu, salah satu cara meningkatkan motivasi guru
untuk menulis karya ilmiah dalam upaya
meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan
menjadikan prestasi lomba menulis karya ilmiah
sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengisian lowongan jabatan tertentu di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan dinas pendidikan
mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kabupaten,
tingkat provinsi, bahkan sampai ke tingkat nasional.
Adapun dasar berpikirnya adalah guru yang sering
memenangkan lomba penulisan karya ilmiah
khususnya di bidang pendidikan tentu memiliki
wawasan yang luas dan mendalam tentang berbagai
persoalan menyangkut lika-liku pendidikan dan
pengajaran sehingga hal ini merupakan modal bagi
guru dalam memecahkan persoalan-persoalan
substansial dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan uraian
di atas. Pertama setidak-tidaknya ada dua
pertimbangan mengapa gerakan menulis karya
ilmiah di kalangan guru dapat meningkatkan
profesionalisme guru, yaitu
(1) Profesi menulis bersifat terbuka, siapa pun dapat
melakukannya asalkan mau belajar dan bekerja keras
dan
(2) Menulis karya ilmiah dapat meningkatkan
kompetensi guru khususnya yang menyangkut
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Kedua ada beberapa strategi yang dapat ditempuh
dalam melaksanakan gerakan menulis karya ilmiah
di kalangan guru, yaitu:
(1) tingkatkan pelatihan menulis karya ilmiah di
kalangan guru,
(2) berlangganan majalah ilmiah/jurnal,
(3) membuat majalah ilmiah/jurnal minimal di
tingkat kabupaten;
(4) meningkatkan frekuensi pelaksanaan lomba
menulis karya ilmiah dalam bidang pendidikan; dan
(5) meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya
ilmiah.
Karya yang terkait

Pengaruh metode
pemberian tugas individu berdasarkan observasi lapa
ngan (Outdoor Study) terhadapkemampuan menulis
karya ilmiah dan hasil belajar geografi siswa SMP /
Risma Dwi Arisona

Pengembangan materi pengajaran menulis karya ilm


iah
bagi mahasiswa program studi bahasa dan sastraIndo
nesia JPBS FKIP
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta / oleh C. Ind
ah Nartani

Perbedaan kualitas karya ilmiah sederhana berbasis


teks terpilih dan teks beragam siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Kademangan / Faizatul Hanafiyah

Kesalahan dalam terjemahan abstrak karya ilmiah


oleh mahasiswa jurusan sastra Jerman angkatan
2008 Universitas Negeri Malang / Erlina Yuni
Novitasari
Kemampuan menulis karya ilmiah sederhana dengan
menggunakan berbagai sumber siswa kelas X-1
MAN 2 Tulungagung / Rizka Nurella Mohtar

Penggunaan kalimat dalam karya ilmiah siswa kelas


XI SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang ta
hun2013 / Nugroho Nur Cahyono

Kemampuan menulis karya ilmiah siswa anggota


kelompok ilmiah remaja SMA Negeri 1 Nganjuk /
Endang Fitria

Kolerasi gaya kepimpinan kepala sekolah, peran


serta orang tua dan etos kerja guru dengan
peningkatan prestasi siswa pada SD Negeri di
Kecamatan Lowokwaru kota Malang / Indriyati
Marsaoly

Analisis ksulitan guru dalam pembelajaran


matematika berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi pada SMP Negeri Kota Malang / oleh A.
Mukti

Kesiapan guru dalam mengimplementasikan


kurikulum 2013 di SMK 1 Wonosari Kabupaten
Madiun / Rizal Zafikhal Biad Sektyoko

Pengaruh perilaku guru ekonomi dalam mengajar


dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 4
Probolinggo / oleh Susandi

Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru ukuntan


si kaitannya dengan prestasi belajar di SMA Negeri
II Kota Blitar semester 1 tahun
2007/2008 / Danavid, Azhari

Persepsi guru terhadap pembelajaran berdasarkan


kurikulum 2013 di SDN se-Kecamatan Lengkong
Kabupaten Nganjuk / Dessy Malinda Fidianti

Hubungan kepribadian dan kemandirian bertugas


dengan kesuksesan karir keguruan guru bidang
Keahlian TIK SMK Negeri di Kota Malang / Rizal
Nur Hadi
Yth. Bapak/Ibu
1. Kepala Sekolah SD, SMP, SMA, SMK dan SLB
2. Operator Dapodik SD, SMP, SMA, SMK dan
SLB
di seluruh Indonesia

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Menindaklanjuti persiapan upgrade database


dapodik dari versi 2.4.7 menjadi 2.5.3 yang
kemudian diikuti dengan maintenance server dan
perbaikan/penyesuaian aplikasi, maka ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh operator sekolah, di
antaranya:

Tanggal 24 30 Juni 2016


Mengingat batas waktu untuk perbaikan data
dapodik untuk kebutuhan data Transaksi di Ditjen.
GTK dan masa aktif periode genap tahun pelajaran
2015/2016 akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2016,
maka kami berharap operator Sekolah melakukan
sinkronisasi sebelum batas yaitu tanggal 30 juni
2016 Pukul 23.59 WIB.
Kemudian kami mohonkan agar informasi batas
pengiriman data seperti diatas disampaikan kepada
teman teman operator lainnya mengingat pada
aplikasi baru nantinya tanpa rilis aplikasi updater
dan langsung menggunakan Aplikasi Dapodik 2016
Ditjen Dikdasmen Installer serta menggunakan
prefill baru.

Tanggal 1 sd 17 Juli 2016


Upgrade Database Dapodik 2016 Ditjen Dikdasmen
dari 2.4.7 menjadi 2.5.3. Sekolah diharapkan untuk
menyiapkan Dokumen pendukung untuk entri data
kelas I, VII atau X dan TIDAK
DIIJINKAN melakukan proses sinkronisasi.

Tanggal 18 Juli 2016


Rilis Aplikasi baru Dapodik 2016 Ditjen Dikdasmen.

Kami mengingatkan kembali bahwa kelulusan siswa


kelas VI, IX dan XII Tahun 2015/2016 termasuk
input data untuk siswa baru kelas I, VII dan X tahun
2016/2017 dilakukan setelah referensi tahun
pelajaran 2016/2017 diaktifkan. Informasi
pembukaan tahun pelajaran 2016/2017 secara teknis
akan disampaikan melalui website resmi pendataan
di http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id atau
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id
Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu operator
sekolah, Kami ucapkan terima kasih.
Daftar Sekolah Berpotensi Tidak Menerima BOS
Triwulan 3
Diposting Tanggal: 15 Juni 2016

Yth. Bapak/Ibu
1. Kepala SMA/SMK
2. Teman-Teman Operator Dapodik SMA-SMK
di Seluruh Nusantara

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Berdasarkan data hasil Cut Off Tanggal 1 Juni 2016,
Pukul 00.00 WIB diketahui bahwa masih terdapat
banyak sekolah yang status datanya kosong/belum
mengisi (Daftar sekolah dapat didownload pada
lampiran berita ini). Dimana sekolah-sekolah
tersebut berpotensi tidak dapat menerima BOS
triwulan 3 dikarenakan datanya kosong dan tidak
dapat diproses. Sekolah yang masuk dalam daftar
disebabkan karena:
1. Belum mengerjakan pendataan melalui Aplikasi
Dapodik SMA-SMK
2. Belum melakukan update data pada Semester
Genap Tahun Ajaran 2015/2016
3. Belum melakukan sinkronisasi data Semester
Genap Tahun Ajaran 2015/2016
4. Sinkronisasi terlambat (melewati cut off Tanggal
1 Juni 2016, Pukul 00.00 WIB)
5. Pengisian data tidak lengkap sehingga tidak
terbaca oleh sistem, biasanya disebabkan oleh:
a. Pada data Rombel, data jurusan/program
pengajaran/ program keahlian/paket keahian belum
diisi.
b. Pada data Rombel, data wali kelas belum
diisi.
c. Pada data Rombel, siswa belum dimasukkan
ke dalam rombel.

Kepada sekolah yang masuk dalam daftar ini


dipersilahkan untuk melengkapi data dan melakukan
sinkronisasi paling lambat Tanggal 30 Juni 2016.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa hal
yang perlu untuk diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Data siswa yang akan terhitung adalah data
siswa pada semester Genap Tahun Ajaran
2015/2016.
2. Data Rombongan Belajar harus diisi dengan
lengkap dan benar, utamanya data program
pengajaran/program keahlian/paket keahian. Berikut
ketentuan pengisian data program
pengajaran/program keahlian/paket keahian untuk
SMA dan SMK:
a) SMA KTSP 2006
- Kelas X = Umum
- Kelas XI dan XII = IPA/IPS/BAHASA
b) SMA Kurikulum 2013
- Kelas X = Bahasa, MIPA, Ilmu Pengetahuan
Sosial
- Kelas XI dan XII = Bahasa, MIPA, Ilmu
Pengetahuan Sosial
c) SMK KTSP
- Kelas X, XI dan XII = Paket Keahlian
d) SMK Kurikulum 2013
- Kelas X = Program Keahlian
- Kelas XI dan XII = Paket Keahlian
3. Data Rombongan Belajar harus diisikan WALI
KELAS-nya.
4. Rombongan Belajar harus diisikan lengkap
sampai dengan data pembelajaran.
5. Data siswa harus melalui proses verifikasi dan
validasi NISN pada layanan
vervalpd.data.kemdikbud.go.id. Pastikan semua
proses vervalpd telah dituntaskan sampai dengan
menyelesaikan proses Konfirmasi data pada Tab
konfirmasi.

Selanjutnya Operator Dapodik dan juga Kepala


Sekolah hendaknya mengecek status update data
sekolahnya pada laman :
http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id/. Kemudian
juga mengecek status datanya di :
http://vervalpd.data.kemdikbud.go.id. Dan
memastikan proses vervalPD sudah tuntas
dilakukan. Apabila menemui kesulitan dalam
melakukan proses-proses dimaksud, maka dapat
berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan setempat
dan Tim Support Dapodik SMA-SMK (daftar Tim
Support disini)
Kami mengingatkan kembali bahwa sesuai
Permendikbud No. 79 Tahun 2015 tentang Dapodik,
bahwa sekolah harus melakukan pemutakhiran
data/update data Dapodik melalui sinkronisasi
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester.
Maka sekolah yang masuk dalam daftar ini juga
berpotensi DIHAPUS dari sistem Dapodik karena
melanggar ketentuan tersebut dan dianggap sekolah
yang sudah tutup/tidak beroperasi. Apabila sekolah
dihapus dari sistem Dapodik maka seluruh
transaksional sekolah yang menggunakan dasar data
Dapodik seperti BOS, PIP, UN, Bansos, Tunjangan
Guru, dll akan gugur dan tidak dapat diproses.
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Tentang Tahun Pelajaran
Baru 2016 2017
Diposting Tanggal: 13 Juli 2016

Yth. Bapak/Ibu
1. Dinas Pendidikan Propinsi
2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
di Seluruh Nusantara

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dalam rangka pelaksanaan Tahun Pelajaran Baru
2016/2017 dan menindaklanjuti Surat Edaran
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 3
Tahun 2016 tentang Penerapan Regulasi Baru di
Tahun Pelajaran 2016/2017, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah telah
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13/D/PP/2016
Tentang Awal Tahun Pelajaran 2016/2017. Surat
Edaran dan beberapa regulasi yang behubungan
dapat di download pada link di berita/informasi ini.
Demikian informasi yang kami sampaikan, atas
perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan
terima kasih.
Yth. Bapak/Ibu
1. Dinas Pendidikan Propinsi
2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
di Seluruh Nusantara

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dalam rangka mendukung implementasi Kurikulum
2013 (K13) untuk SD, SMP, SMA, dan SMK,
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
mengeluarkan Surat Edaran No: 10/D/KR/2016
tentang Pengadaan Buku Teks Pelajaran Bagi
Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran
2016/2017. Surat Edaran dapat di download pada
link di berita/informasi ini.
Demikian informasi yang kami sampaikan, atas
perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu serta teman-
teman operator sekalian, kami ucapkan terima kasih

Ayo Baca Panduannya dulu, Sebelum mengoperasikan


Dapodikmen
Diposting Tanggal: 05 Juni 2015

Yth. Bapak/Ibu Operator Dapodikmen


di Seluruh Nusantara

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Menindaklanjuti dengan telah dirilisnya Aplikasi
Dapodikmen versi 8.1.4 yang bertepatan dengan
akan dimulainya Tahun Ajaran baru 2015/2016,
kami telah menyelesaikan Buku Panduan Sukses
Implementasi Dapodikmen 8.1.4 untuk
SMA/SMK/SMLB. Buku tersebut sengaja disusun
dalam rangka mempermudah para Operator
Dapodikmen untuk menjalankan dan melengkapi
data pada Aplikasi Dapodikmen versi 8.1.4. Buku
panduan ini berisikan petunjuk dan pedoman
mengenai tata cara pengisian data, alur entri data,
dan prosedur melakukan proses transaksional serta
periodikal secara lengkap. Buku panduan ini juga
telah menjabarkan secara lengkap tata cara
pembentukan rombongan belajar yang beragam serta
pengisian menu pembelajaran untuk
SMA/SMK/SMLB.

Penyempurnaan Aplikasi Dapodikmen versi 8.1.4


bertujuan untuk mendukung pencapaian target
mengenai kualitas kelengkapan data Dapodikmen
menjadi 100%. Pada aplikasi Dapodikmen versi
8.1.4 telah dilakukan pengembangan dan
penambahan fitur-fitur yang cukup signifikan. Hal
tersebut dilihat dari sisi aplikasi yang memiliki
tampilan lebih atraktif dengan beberapa tambahkan
fitur-fitur baru pada beranda dan output untuk
pemanfaatan data di Sekolah. Selain itu pada data
referensi juga telah dilakukan penyempurnaan
terkait implementasi kurikulum dan pembelajaran,
serta penambahan referensi baru untuk bentuk
pendidikan SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama).

Pemanfaatan dan penggunaan data dari Dapodikmen


untuk berbagai kebijakan pemberian bantuan sosial
di Lingkungan Ditjen Dikmen Kemdikbud juga
semakin ditingkatkan. Oleh karena itu, pada buku
panduan ini juga dimuat panduan mengenai Program
Indonesia Pintar (PIP) dan proses validasinya. Selain
itu juga banyak sekali disertakan kumpulan
pertanyaan dari masalah-masalah yang sering
dihadapi sekolah dan telah dilengkapi dengan
jawaban dan solusi. Tidak lupa juga disertakan
berbagi tips dan trik yang dapat dimanfaatkan
operator sekolah untuk membantu dan
mempermudah dalam menjalankan Aplikasi
Dapodikmen 8.1.4.
Harapan kami semoga buku panduan ini akan
bermanfaat dan memberikan pencerahan sehingga
pada akhirnya mendorong tercapainya data
Dapodikmen 100% baik secara kuantitas maupun
kualitas.

Kami sadar bahwa buku panduan ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu masukkan positif dari
Bapak/Ibu operator Dapodikmen untuk
pengembangan lebih lanjut sangat kami harapkan.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu sekalian,
kami ucapkan terima kasih..
Kesempatan Perbaikan data NUPTK pada Aplikasi
Dapodik SMA SMK 8.4.0**
Diposting Tanggal: 09 Mei 2016
Yth. Bapak/Ibu Operator Dapodik SMA-SMK
di Seluruh Nusantara

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Menindaklanjuti banyaknya permasalahan mengenai
status NUPTK yang Invalid di system VervalPTK
(vervalptk.data.kemdikbud.go.id), maka saat ini di
buka kesempatan untuk dapat memperbaiki data
NUPTK melalui Aplikasi Dapodik SMA-SMK guna
mendorong percepatan verifikasi dan validasi data
NUPTK. Yang diperlu diperhatikan adalah, bahwa
kesempatan untuk dapat memperbaiki/mengedit data
NUPTK melalui Aplikasi Dapodik SMA-SMK
8.4.0** ini hanya = 1 X (SATU KALI), setelah data
NUPTK diisi/ubah/edit kemudian di simpan maka
akan kembali TERKUNCI. Dan perbaikan data
NUPTK ini hanya dapat dilakukan pada Aplikasi
Dapodik SMA-SMK versi 8.4.0**. Dihimbau untuk
menggunakan kesempatan ini dengan cermat dan
bijaksana.
Berikut penjelasan teknis status NUPTK Invalid di
VervalPTK dan penanganannya:

1. NUPTK INVALID disebabkan kesalahan input


Yang masuk kategori ini adalah:
a. NUPTK salah input/isi di Aplikasi Dapodik
SMA-SMK sedangkan status di aplikasi sudah non
aktif dan tidak data di edit.
b. NUPTK diisikan data asal, misalnya =
0000000000000, 11111111111
c. NUPTK diisikan data bukan NUPTK,
misalnya diisi PegID
d. NUPTK belum diisikan/kosong, padahal
PTK yang bersangkutan sudah memiliki NUPTK

PERLAKUAN :
a. Lakukan sinkronisasi dan cek report
sinkronisasi pada bagian PERUBAHAN DATA
YANG MASUK KE LOKAL. Dan cermati pada
kolom Nama Tabel jika terdapat VLD PTK
dengan keterangan Sukses sejumlah PTK yang
NUPTK nya invalid di verval PTK, maka kolom
NUPTK pada Aplikasi Dapodik SMA-SMK 8.4.0**
untuk PTK yang status NUPTK Invalid sebagaimana
penjelasan diatas akan aktif dan dapat
diisi/edit/ubah.
b. Lakukan perbaikan data NUPTK, dan ingat
harap dilakukan dengan cermat karena setelah
diisi/ubah dan disimpan, maka akan kembali di
kunci. Disarankan data NUPTK yang diisikan dicek
terlebih dahulu pada
laman:http://gtk.data.kemdikbud.go.id/Data/Status
c. Setelah dilakukan perbaikan data NUPTK,
lakukan sinkronisasi untuk mengirimkan
perubahan/perbaikan data.
d. Tunggu 1 X 24 jam untuk proses update dari
server Dapodik ke server VervalPTK.
e. Cek status NUPTK di laman :
http://vervalptk.data.kemdikbud.go.id
f. Jika status masih INVALID, maka ulangi
proses dari awal (poin a.)
2. NUPTK INVALID disebabkan PTK belum
memiliki NUPTK
Untuk PTK yang belum memiliki NUPTK,
maka akan diproses berdasarkan mekanisme yang
dijelaskan di Panduan Pengelolaan Data GTK dan
NUPTK
(http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id/portal/web/la
man/detailBerita/2016-03-
12/panduan_pengelolaan_data_gtk_dan_nuptk )

PERLAKUAN :
a. Setelah melakukan sinkronisasi maka kolom
NUPTK pada Aplikasi Dapodik SMA-SMK 8.4.0**
menjadi aktif dan dapat diisi, akan tetapi
dikarenakan memang PTK yang bersangkutan belum
memiliki NUPTK maka HARUS TETAP
DIKOSONGKAN.
b. Dan setelah kembali dilakukan sinkronisasi,
maka status NUPTK di vervalPTK untuk PTK yang
belum memiliki NUPTK akan tetap INVALID.
c. TIM dari PDSPK akan melakukan validasi
dan kemudian PTK yang belum memiliki NUPTK
akan masuk dalam menu Kandidat.
d. Proses berikutnya dilakukan sesuai dengan
prosedur pengajuan NUPTK yang dijelaskan pada
Panduan Pengelolaan Data GTK dan NUPTK.

Demikian informasi dari kami dan terimakasih atas


perhatian dan kerjasamanya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Ayoo kita Cek Data Calon Peserta Ujian Kita !!!
Diposting Tanggal: 02 Desember 2014

Yth. Bpk/Ibu Operator Sekolah dan Dinas


Pendidikan Kab/Kota
Dalam rangka mempermudah dalam melakukan
pengecekan data hasil sinkronisasi utamanya data
siswa, maka di laman :
dapo.dikmen.kemdikbud.go.id telah ditambahkan
menu Cek Data UN. Menu ini akan menampilkan
data siswa/peserta didik yang telah berhasil
disinkronisasi dari aplikasi Dapodikmen. Syarat data
siswa /peserta didik dapat berhasil disinkronisasi dan
tampil di menu ini, adalah siswa/peserta didik harus
sudah di REGISTRASI dan sudah MASUK
ROMBEL (pada Aplikasi Dapodikmen). Data yang
ditampilkan pada menu Cek Data UN adalah berupa
data rekap/jumlah siswa berdasarkan tingkat kelas,
maka akan memudahkan pengecekan untuk siswa
tingkat kelas XII dalam kaitannya persiapan data
UN.
Menu ini dapat diakses tanpa login, silahkan buka
laman:dapo.dikmen.kemdikbud.go.id selanjutnya
masuk menu Cek Data UN. Ditampilkan data
jumlah siswa per tingkat kelas dalam satu propinsi.
Selanjutnya pilih propinsinya, maka ditampilkan
data jumlah siswa per tingkat kelas dalam satu
kabupaten/kota. Dan seterusnya, dan akhirnya dapat
menampilkan data jumlah siswa per tingkat kelas
dari masing-masing sekolah.
Kepada Bpk/Ibu Operator Sekolah dan Dinas
Pendidikan Kab/Kota untuk segera mengecek data
nya, dan pastikan data siswa utamanya tingkat kelas
XII sudah masuk semua. Mohon kerjasamanya,
terimakasih.
Dapodik SMA SMK Under Maintenance
Diposting Tanggal: 28 Januari 2016

Assalamualaikum Wr Wb

Diberitahukan kepada rekan-rekan operator dapodik


tingkat SMA SMK, dalam rangka optimalisasi
infrastruktur jaringan, database dan aplikasi
dimohon kesabarannya menunggu proses ini selesai.
dampak akibat dari maintenance ini adalah sulitnya
melakukan sinkronisasi dan unduh prefill.

kami berusaha hari ini dapat segera menyelesaikan


optimalisasi, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum wr wb
Kebijakan Terbaru dari PDSPK tentang pengelolaan Data
Peserta Didik
Diposting Tanggal: 28 Juni 2016

Yth. Bapak/Ibu
1. Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota
2. Kepala SMA/SMK
3. Teman-Teman Operator Dapodik SMA-SMK
di Seluruh Nusantara

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Memperhatikan perkembangan pengelolaan data


Peserta Didik dalam pemberian NISN, PDSPK telah
melakukan koordinasi dengan pengelola Dapo
Dikdasmen dan Dapo Dikmas serta unit kerja terkait
dengan hasil kesepakatan di antara nya adalah
Seluruh Data Peserta Didik yang belum memiliki
NISN dan telah mengisikan data ke dalam aplikasi
Dapo Dikdasmen pada tahun 2015 akan secara
otomatis di berikan NISN. Untuk selengkapnya
silahkan di download surat dari Sekretaris Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No.
31966/A/LL/2016 tanggal 27 Juni 2016 di laman :
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/, menu Surat
Edaran atau melalui link pada berita ini.

Demikian informasi yang kami sampaikan, atas


perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu serta teman-
teman operator sekalian, kami ucapkan terima kasih

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Satu Data,


Admin Dapodik SMA-SMK

Anda mungkin juga menyukai