KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah
ini yang berjudul Pemanfaatan Sampah
Lingkungan.Karya ilmiah ini di susun sebagai
salah satu tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas hal-hal
yang menimbulkan penumpukan sampah serta cara
mengelola sampah yang baik.
d. Metode
Untuk memudahkan dalam kelengkapan data-data
penulis membaca buku-buku perpustakaan atau
kepustakaan serta melakukan pengamatan terhadap
pemanfaatan sampah lingkungan.
e. Kegunaan
Mengetahui cara mengelola sampah yang baik.
Maka dari itu masyarakat harus meningkatkan
kesadaran akan membuang sampah sembarangan
dan meningkatkan kreatifitas dalam mengolah
sampah yang baik.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sampah
Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak
lepas dari tangan manusia yang membuang sampah
sembarangan, mereka menganggap barang yang
telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan
membuang dengan seenaknya sendiri. Kurang
kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi
faktor yang paling dominan, di samping itu
kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus
dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa
yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga
lingkungan sekitar.
2. Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti
feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor(sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkanvirus dan bakteri. Salah
satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higenis
dansanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang
dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan
kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke
tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum
dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah
sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.
b. Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organic (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah
lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol
dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas,
baik kertas koran, HVS, maupun karton.
c. Berdasarkan bentuknya
1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain
kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat
berupa sampah rumah tangga: sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik Merupakan sampah yang berasal
dari barang yang mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah
digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang
ke tempat pembuangan sampah.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat,
cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan
dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah
besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk
industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi.
untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik
tidak membuang limbah sembarangan misalnya
membuang ke selokan.
3. Pengelolan Sampah
Pengelolaan yang baik salah satunya dengan cara
daur ulang, daur ulang adalah penggunaan kembali
material/barang yang sudah tidak terpakai untuk
menjadi produk lain. Langkah-langkahnya adalah
Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat
didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke
penimbunan sampah. Pastikan barang/material
tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam
keadaan bersih. Penyimpanan; simpanlah
barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi
dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung
jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas,
botol bekas, dll.
a. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
pengolahan sampah dengan pengelolaan yang baik
akan mendatangkan keuntungan dalam hubungan
timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan
sekitar. Sampah baik organik dan anorganik harus
mampu diolah, dikelola, dan dimanfaatkan dengan
baik.
b. Saran
1. Kami menyarankan agar kita bisa
memanfaatkan sampah-sampah dan barang-barang
bekas yang ada di sekitar kita menjadi suatu
kerajinan tangan yang bermanfaat bagi lingkungan
kita.
2. Kami berharap orang-orang bisa meningkatkan
kesadara tentang mencintai lingkunagn kita dengan
baik dan bisa mengelolah sampah-sampah yang ada
di lingkungan kita.
3. Kami menyarankan agar setiap
orang mengeluarkan kreatifitasnya untuk mengolah
sampahsampah yang ada di lingkungan kita menjadi
barang yang lebih bermanfaat.
Oleh : Suhardjono
(Anggota tim penilai Karya Tulis Ilmiah guru dan
pengawas.)
Pengantar
Kiranya, kita sependapat bahwa tenaga kependidikan
memegang peran dalam mencerdaskan bangsa
pada sajian ini, guru digunakan sebagai acuan
bahasan, namun demikian berbagai kebijakan
umumnya juga berlaku bagi pengawas, penilik
maupun pamong belajar. Karena itu, berbagai
kebijakan kegiatan telah dan akan terus dilakukan
untuk meningkatkan: karir, mutu, penghargaan, dan
kesejahteraannya. Harapannya, mereka akan lebih
mampu bekerja sebagai tenaga profesional 3 dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah
satu kebijakan penting adalah dikaitkannya promosi
kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja.
Prestasi kerja guru tersebut, sesuai dengan
tupoksinya, berada dalam bidang kegiatannya:
(1) pendidikan,
(2) proses pembelajaran,
(3) pengembangan profesi dan
(4) penunjang proses pembelajaran. Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala
BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya
bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan
profesionalisme guru. Kebijakan itu di antaranya
mewajibkan guru untuk melakukan keempat
kegiatan yang menjadi bidang tugasnya, dan hanya
bagi mereka yang berhasil melakukan kegiatan
dengan baik diberikan angka kredit. Selanjutnya
angka kredit itu dipakai sebagai salah satu
persyaratan peningkatan karir. Penggunaan angka
kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi
peningkatan karir, bertujuan memberikan
penghargaan secara lebih adil dan lebih professional
terhadap kenaikan pangkat yang merupakan
pengakuan profesi, serta kemudian memberikan
peningkatan kesejahteraannya.
Permasalahan
Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan
kebijakan pengumpulan angka kredit, di antaranya
adalah :
(a) Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi
persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai
dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh. Hal
ini karena, pada jenjang tersebut, angka kredit
dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan
guru, yakni
(1) pendidikan,
(2) proses pembelajaran, dan
(3) penunjang proses pembelajaran. Sedangkan
angka kredit dari bidang pengembangan profesi,
belum merupakan persyaratan wajib. Akibat dari
longgarnya proses kenaikan pangkat dari golongan
IIIa ke IVa tersebut, tujuan untuk dapat memberikan
penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional
terhadap peningkatan karir, kurang dapat dicapai
secara optimal. Longgarnya seleksi peningkatan
karir menyulitkan untuk membedakan antara mereka
yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi.
Lama kerja pada jenjang kepangkatan, lebih
memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan
pangkat. Kebijakan tersebut seolah-olah merupakan
kebijakan kenaikan pangkat yang mengacu pada
lamanya waktu kerja, dan kurang mampu
memberikan evaluasi pada kinerja professional.
(b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan
bertolak belakang dengan keadaan di atas.
Persyaratan kenaikan dari golongan IVa ke atas
relatif sangat sulit. Permasalahannya terjadi, karena
untuk kenaikan pangkat golongan IVa ke atas
diwajibkan adanya pengumpulan angka kredit dari
unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. Angka kredit
kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan
yang berlaku saat inidapat dikumpulkan dari
kegiatan : 1. 2. 3. 4. 5. menyusun Karya Tulis Ilmiah
(KTI), menemukan Teknologi Tepat Guna, membuat
alat peraga/bimbingan, menciptakan karya seni dan
mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Penutup
Ada dua permasalahan yang terkait dengan
kebijakan pengumpulan angka kredit, yaitu (1)
Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi
persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai
dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh.
Akibat dari longgarnya proses kenaikan pangkat
tersebut, tujuan untuk memberikan penghargaan
secara lebih adil dan lebih profesional terhadap
peningkatan karir, tampak kurang dapat dicapai
secara optimal. Kebijakan ini seolah-olah merupakan
seleksi kenaikan pangkat yang lebih mengacu pada
lamanya waktu kerja, dan kurang mampu
memberikan evaluasi pada kinerja professional.
Permasalahan kedua, bertolak belakang dengan
keadaan di atas. Permasalahannya terjadi pada
kenaikan pangkat golongan IVa ke atas. Syarat
kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas berbeda,
dengan adanya kewajiban pengumpulan angka kredit
dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. Karena
petunjuk teknis untuk kegiatan selain KTI belum
terlalu operasional, menjadikan sebagian terbesar
guru menggunakan kegiatan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan
profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru yang
merasa kurang mampu melaksanakan kegiatan
pengembangan profesinya (= yang dalam hal ini
membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan,
tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan
kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan adanya
fakta bahwa (a) banyaknya KTI yang diajukan
dikembalikan karena salah atau belum dapat dinilai,
(b) kenaikan pangkat/golongannya belum
memberikan peningkatkan kesejahteraan yang
signifikannya, (c) proses kenaikan pangkat
sebelumnya dari golongan IIIa ke IVa yang relatif
lancar, sehingga kesulitan dalam memperoleh
angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi,
dirasakan sebagai hambatan yang merisaukan.
KTI yang cenderung banyak dibuat adalah KTI hasil
penelitian. Dan yang dapat dinilai hanyalah KTI
yang APIK, yaitu yang A sli, P erlu, I lmiah, dan K
onsisten. Dalam praktik, terdapat hal-hal sebagai
berikut : (a) KTI yang diajukan, tidak sedikit
berupa KTI orang lain yang dinyatakan sebagai
karyanya, atau KTI tersebut DIBUATKAN oleh
orang lain, (b) banyak pula KTI berisi uraian hal-hal
terlalu umum dan tidak berkaitan dengan
permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Upaya pemecahan masalahn diatas dapat dilakukan
dengan 1. Perlunya mengevaluasi kembali dan
kemudian menyempurnakan berbagai kebijakan
yang berkaitan dengan persyaratan seleksi baik
untuk kenaikan pangkat (peningkatan karir) sebelum
golongan IVa maupun sesudahnya. 2. Perlu
dilakukan penjabaran terhadap petunjuk teknis dan
persyaratan operasional dalam penyusunan dan
penilaian dari kegiatan pengembangan profesi , 3.
Sangat perlu bagi para guru (termasuk pula para
pengawas, penilik, dan pamong belajar) untuk
memperoleh lebih banyak bantuan dan fasilitasi agar
mereka dapat segera berkemampuan dan mau, untuk
melaksanakan pengembangan profesinya. Untuk
tujuan itu paling tidak ada dua kegiatan yang dapat
dilakukan yakni (a) mensosialiskan informasi dan
melakukan pelatihan ketrampilan yang benar tentang
peran dan cara pembuatan KTI dan juga kegiatan
pengembangan profesi yang lainuntuk menunjang
pengembangan profesinya, dan (b) pemberian
fasiltas dan penciptaan kondisi kondusif agar mereka
mempunyai motivasi positif untuk meningkatkan
profesionalismenya. Kedua kegiatan utama tersebut,
tentunya bukan hanya merupakan kewajiban dan
tangungjawab dari Diknas, tetapi juga merupakan
tugas mulia dari pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan mutu pengelolaan kepegawaian
pendidik dan tenaga kependidikan.
Terkait
Era Jokowi-JK, Matematika Digabung dengan Budi
Pekerti
Guru di Bandung Juga Protes Materi Gaya Pacaran
Sehat dan Gambar Remaja Berjilbab di Buku
Pelajaran
Kartu Indonesia Pintar Baru Bisa Dinikmati Rakyat
Tahun 2015
Guru Didorong Bekerja dalam Tim
Nasib Kurikulum 2013 Dipertanyakan
JAKARTA, KOMPAS.com Peningkatan jenjang
serta karier guru di pendidikan anak usia dini, dasar,
dan menengah terganjal kewajiban publikasi ilmiah
atau karya inovatif. Kondisi ini dirasakan guru
semakin berat karena pemerintah mengetatkan
aturan publikasi ilmiah.
Pengaruh metode
pemberian tugas individu berdasarkan observasi lapa
ngan (Outdoor Study) terhadapkemampuan menulis
karya ilmiah dan hasil belajar geografi siswa SMP /
Risma Dwi Arisona
Yth. Bapak/Ibu
1. Kepala SMA/SMK
2. Teman-Teman Operator Dapodik SMA-SMK
di Seluruh Nusantara
Yth. Bapak/Ibu
1. Dinas Pendidikan Propinsi
2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
di Seluruh Nusantara
PERLAKUAN :
a. Lakukan sinkronisasi dan cek report
sinkronisasi pada bagian PERUBAHAN DATA
YANG MASUK KE LOKAL. Dan cermati pada
kolom Nama Tabel jika terdapat VLD PTK
dengan keterangan Sukses sejumlah PTK yang
NUPTK nya invalid di verval PTK, maka kolom
NUPTK pada Aplikasi Dapodik SMA-SMK 8.4.0**
untuk PTK yang status NUPTK Invalid sebagaimana
penjelasan diatas akan aktif dan dapat
diisi/edit/ubah.
b. Lakukan perbaikan data NUPTK, dan ingat
harap dilakukan dengan cermat karena setelah
diisi/ubah dan disimpan, maka akan kembali di
kunci. Disarankan data NUPTK yang diisikan dicek
terlebih dahulu pada
laman:http://gtk.data.kemdikbud.go.id/Data/Status
c. Setelah dilakukan perbaikan data NUPTK,
lakukan sinkronisasi untuk mengirimkan
perubahan/perbaikan data.
d. Tunggu 1 X 24 jam untuk proses update dari
server Dapodik ke server VervalPTK.
e. Cek status NUPTK di laman :
http://vervalptk.data.kemdikbud.go.id
f. Jika status masih INVALID, maka ulangi
proses dari awal (poin a.)
2. NUPTK INVALID disebabkan PTK belum
memiliki NUPTK
Untuk PTK yang belum memiliki NUPTK,
maka akan diproses berdasarkan mekanisme yang
dijelaskan di Panduan Pengelolaan Data GTK dan
NUPTK
(http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id/portal/web/la
man/detailBerita/2016-03-
12/panduan_pengelolaan_data_gtk_dan_nuptk )
PERLAKUAN :
a. Setelah melakukan sinkronisasi maka kolom
NUPTK pada Aplikasi Dapodik SMA-SMK 8.4.0**
menjadi aktif dan dapat diisi, akan tetapi
dikarenakan memang PTK yang bersangkutan belum
memiliki NUPTK maka HARUS TETAP
DIKOSONGKAN.
b. Dan setelah kembali dilakukan sinkronisasi,
maka status NUPTK di vervalPTK untuk PTK yang
belum memiliki NUPTK akan tetap INVALID.
c. TIM dari PDSPK akan melakukan validasi
dan kemudian PTK yang belum memiliki NUPTK
akan masuk dalam menu Kandidat.
d. Proses berikutnya dilakukan sesuai dengan
prosedur pengajuan NUPTK yang dijelaskan pada
Panduan Pengelolaan Data GTK dan NUPTK.
Assalamualaikum Wr Wb
Wassalamualaikum wr wb
Kebijakan Terbaru dari PDSPK tentang pengelolaan Data
Peserta Didik
Diposting Tanggal: 28 Juni 2016
Yth. Bapak/Ibu
1. Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota
2. Kepala SMA/SMK
3. Teman-Teman Operator Dapodik SMA-SMK
di Seluruh Nusantara