Anda di halaman 1dari 13

B.

Transportasi Sedimen
Kebanyakan proses transportasi sedimen alami terjadi di dalam media fluida yang
merupakan suatu sistem yang berisi campuran antara padat dan cair atau padat dan
gas. Material material padat akan terurai menjadi partikel partikel, dan media fluida
akan mentransport partikel partikel tersebut. Jika material padat lebih kecil, cairan
tersebut dapat merekat dan menjadi lebih padat dari fluida murni. Partikel yang lebih
kasar mungkin tidak bercampur dalam fluida tapi mungkin akan bertindak sebagai
penghalang arus. Akhirnya, partikel berukuran sedang berinteraksi secara alami dengan
arus dan tetap di gerakan oleh arus. Secara umum terdapat 2 jenis aliran di dalam
fluida yaitu :

1. Aliran laminar yaitu dimana air mengalir begitu saja tanpa ada penghalang dimana
shear stress antara molekul H2O membentuk vektor vektor kecepatan. (lihat
gambar 2.1)
2. Aliran turbulen, yaitu dimana vektor vektor kecepatan terhalang oleh material
menyebabkan aliran bergerak secara acak kesegala arah.

Aliran laminar dan aliran turbulen


Arus di alam pada dasarnya terdiri atas dua tipe (Allen, Lang, dan Kassen , 2002), yaitu:
Arus traksi, dimana fluida sebagai subyek dari perbedaan tekanan karena perbedaan
gradien hidraulik. Contoh paling umum adalah pada sungai, dimana aliran timbul
karena dasar permukaan yang miring. Pasang surut dan gelombang dapat menimbulkan
aliran arus dimana permukaan air sebagai subyek dari kemiringan. Sehingga yang
memicu arus traksi adalah kemiringan lereng dari permukaan air, dan kecepatan arus
yang setara dengan kemiringan .
Arus gravitasi/densitas, sedimen yang teronggok pada suatu lereng dapat secara tiba
tiba meluncur akibat sentakan pada lereng yang tidak stabil, kemudian dengan
kecepatan tinggi bercampur air menjadi sutau aliran padat density current. Yang
penting disini partikel partikel sedimen bergerak tanpa benturan atau seretan air,
tetapi inertia. ( Energi potensial atau gravity dirubah menjadi energi kinetis), (Sanders,
1965), dan pengendapan terjadi setelah energi kinetis habis, misalnya ditempat datar,
lekuk- lekukan. Arus densitas ini terutama terjadi di laut, dan merupakan mekanisme
penting dalam mentransfer sedimen daerah daerah bathyal dan abysal. Namun arus ini
juga bisa terjadi pada daerah daerah yang memiliki kemiringan lereng yang tajam
seperti pada dinding danau yang terbentuk oleh sesar.

Model arus traksi dan arus densitas yang umum di alam (Allen, 1978).

Transport sedimen bisa terdiri atas satu atau dua mekanisme (Allen, Lang, dan Kassen ,
2002), yaitu : 5. Transport oleh bedload, butir hampir selalu berada di dasar dan butir
bergerak dengan cara mengelinding, merayap dan melompat dengan cara saling
bertubrukan antar butir yang dipicu oleh aliran fluida (Allen, Lang, dan Kassen , 2002).
Rayapan permukaan, umumnya hadir pada butir dengan ukuran kasar. Perilaku butir
merayap didasar dan saling berbenturan dengan butiran lainnya. Ini sangat erat
hubungannya saltasi, butir bergerak dipicu oleh energi fluida sehingga bergerak di
sepanjang dasar dari channel dengan cara melompat dan berbenturan satu sama lain
dengan energi dari arus untuk menstransportkan dan posisi conto terutama pada bagian
porsi yang lebih dalam dari channel (Visher, 1969). Pada kondisi ini, umumnya akan
terbentuk struktur sedimen silang siur (cross bedding), dune hingga mega dune. 6.
Transport oleh suspended load, butir bergerak dan mengambang dengan arah yang acak
akibat dari arus turbulen yang kuat. Kecepatan aliran sangat penting agar sedimen
tetap tertransport secara suspensi, dimana ukuran butir sebanding dengan kecepatan
aliran. Partikel sedimen yang tertransport oleh suspensi tergantung dari kuat-lemahnya
turbulen, sehingga perpotongan antara populasi suspensi dengan populasi bedload
(saltasi dan rayapan permukaan) akan mencerminkan energi pada suatu lingkungan dan
kondisi lingkungan saat pengendapan. Kecepatan aliran yang tinggi dapat mentransport
butiran yang lebih kasar. Sedimen kohesif (< 0.1 0.2 mm) umumnya tertransport
secara suspensi (Allen, Lang, dan Kassen , 2002; Lane, 1938). Pada kondisi ini umumnya
sedimen yang terendapkan akan membentuk struktur graded bedding pada fase awal
saat mengendapkan sedimen dengan butiran yang lebih kasar dan akhirnya akan
membentuk parallel lamination saat mengendapkan sedimen yang halus seperti
lempung.

Perilaku sedimen pasir di bawah permukaan air

Mekanisme transport dari sedimen (After Sundborg, 1967; in Reineck & Singh, 1980)

Transportasi sedimen pada akhirnya akan mempengaruhi karakter sedimen berdasarkan


lama waktu transportasinya, jenis fluida yang menjadi medianya, jenis aliran, jenis
arus dan mekanisme transportasi sedimen itu sendiri. Hal ini akan tercermin dalam
ukuran butir, bentuk butir, keseragaman butir dan struktur sedimen yang terbentuk
selama proses transportasi sedimen berlangsung.
Hubungan arah arus dengan keseragaman arah butir sedimen (imbrikasi)

a. Ukuran Butir
Ukuran partikel atau yang juga dikenal dengan ukuran butir mengacu kepada diameter
butiran individu sedimen ataupun pada batuan sedimen yang telah terlitifikasi. Ukuran
objek padat tiga dimensi seperti butiran sedimen dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran volume atau dengan melakukan beberapa pengukuran geometri linier. Pada
pengukurannya, umumnya dilakukan dengan mengukur volume atau juga bisa
didapatkan melalui persamaan (3V) dengan pengukuran geometri linier.

Tabel Klasifikasi Ukuran Butir (Udden-Wentworth)

b. Bentuk Butir
Bentuk butir yang biasa juga dikenal dengan pada sedimen umumnya dijelaskan
berdasarkan 2 faktor yaitu kebundaran (roundness) dan kebulatan (sphericity).
Roundness adalah sifat bentuk partikel yang berhubungan dengan ketajaman atau
kelengkungan tepi dan pojok-pojoknya (Friedman, 1978, h. 61). Roundness secara
geometri tidak tergantung dari sphericity. Definisi secara teoritis, Roundness (Rd = )
menyatakan hubungan antara radius tepi dan pojok butiran (r1), jumlah pojok yang
diukur dan radius lingkaran maksimum yang digambarkan (R). Roundness = Rata-rata
radius tepi dan pojok Radius lingk. Maks. Yang digambarkan Sphericity adalah ukuran
yang menggambarkan kecenderungan suatu bentuk butir kearah bentuk membola
(Tucker, 1991, h. 15). Secara teoritis Friedman (1978, h. 60) mendefenisikan sphericity
adalah perbandingan luas permukaan partikel (Ap) dan luas permukaan lengkung yang
volumenya sama (As). Dalam praktek, luas permukaan partikel tidak teratur, oleh
karena itu tidak mungkin untuk diukur. Untuk mudahnya dilakukan pengukuran volume
dalam air. Pengukuran sphericity harus mempertimbangkan tingkah laku hidrolika yang
mengontrol partikel. Partikel cenderung terorientasi menurut bidang sumbu panjang
dan menengah yang dikenal dengan proyeksi maksimum sphericity, yang diformulasikan
: Dimana : S = Diameter pendek L = Diameter Panjang I = Diameter menengah
Klasifikasi Kebundaran (roundness) dan Kebulatan (sphericity) (Di adaptasi dari
(Rittenhouse, 1943 Vide Beard and Weyl, 1973, h. 359)

c. Pemilahan Butir
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bilasemakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin
baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen klastik. Beberapa
istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu : a. Sortasi baik bila
besar butir merata atau sama besar b. Sortasi sedang bila ukuran butirnya relatif
seragam c. Sortasi buruk bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen

Klasifikasi Keseragaman Ukuran Butir Sedimen (Google.co.id).

d. Struktur Sedimen
Struktur sedimen adalah struktur yang terbentuk selama pengendapan sedimen.
Pembentukan struktur sedimen sendiri akan sangat dipengaruhi oleh mekanisme
pengendapan sedimen melalui jenis arus transportasinya, media dan juga oleh
lingkungan pengendapan sedimen. Ombak laut yang berulang-ulang akan membentuk
struktur sedimen gelembur gelombang (ripple marks) dipantai, sedangkan pengendapan
suspensi lempung di dataran banjir atau danau yang dalam akan membentuk lapisan-
lapisan tipis berbentuk paralel (parallel lamination) dari endapan lempung yang jatuh
oleh gaya gravitasi.
Pembentukan Struktur Ripple dan Dune

Selain itu, aktivitas organisme juga berpengaruh pada pembentukan struktur sedimen.
Pergerakan organisme yang hidup disekitar lingkungan pengendapan sedimen akan
membentuk struktur-struktur seperti jejak, alur dan bekas-bekas kehidupan lainnya.
Seperti jalur yang dibentuk siput-siput dipantai maupun danau akan dapat merusak
struktur gelembur gelombang yang dibentuk oleh ombak. Pada kondisi arus traksi yang
mengalir terus menerus seperti pada sungai, pergerakn sedimen yang dibawa oleh air
akan terus berlangsung, khususnya sedimen yang ada pada kolom air dan bergerak pada
dasar aliran sungai (bed load sediment). Hal tersebut akan membentuk struktur
sedimen silang siur (cross bedding) karena pergerakan sedimen yang terus bergerak
mengikuti arah aliran arus.

Bentuk perlapisan sedimen

Dalam sebuah aliran arus turbulenatau arus densitas dimana fluida pembawa bercampur
dengan sedimen dan mengalir mengikuti kemiringan lereng hingga mencapai posisi
stabil seperti pada longsoran bawah laut, longsoran bawah danau ataupun alluvial fan
sedimen akan di endapkan pada suatu kondisi dimana arus tidak lagi bergerak. Proses
pengendapan yang mengikuti gaya gravitasi menyebabkan sedimen yang berukuran
kasar akan mengendap lebih dulu karena faktor gaya berat yang dimilikinya dan
sedimen berukuran paling halus akan mengendap terakhir sebagai suspensi. Proses ini
akan membentuk endapan sedimen dengan struktur graded bedding yang menghalus
keatas (fining upward). Struktur sedimen seperti silang siur (cross bedding), gelembur
gelombang (ripple marks) dan gradasi perlapisan (graded bedding) digunakan dalam
studi stratigrafi untuk menentukan posisi sebenarnya dari lapisan geologi yang kompleks
dan untuk mempelajari lingkungan pengendapannya.

Beberapa variasi struktur sedimen

http://toba-geoscience.blogspot.co.id/2014/03/sedimentologi-pengantar-sedimen.html

aliran laminar dan turbulen, froud number dan reynold number

A. Arus Laminer
Merupakan aliran yang jarang terjadi pada air dan tidak begitu penting dalam
aliran udara, tapi ini terjadi dalam viscosity fluida yang tinggi seperti
campuran sediment dalam air, es, & lava.
Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak
sejajar (laminae) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.
Aliran laminar adalah aliran fluida tanpa arus turbulent ( pusaran air ).
Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar.
Laminar adalah ciri dari arus yang berkecepatan rendah, dan partikel sedimen
dalam zona aliran berpindah dengan menggelinding (rolling) ataupun
terangkat (saltation).

B. Arus Turbulent
Aliran acak dan mempunyai kecepatan beraneka ragam. Aliran ini terjadi di
air dan udara. Aliran ini lebih efficient dalam mengangkut dan menjalankan
sediment karena beranekaragamnya gradient kecepatannya.
Pada arus turbulen, massa air bergerak keatas, kebawah, dan secara lateral
berhubungan dengan arah arus yang umum, memindahkan massa dan
momentum. Dengan gerakan tidak beraturan seperti itu, massa atau
gumpalan fluida akan mempunyai percepatan menyimpang yang hanya
sedikit persentasinya dari kecepatan rata-rata, meskipun begitu arus turbulen
bersifat menentukan arus, sebab turbulen menjaga patikel-partikel dalam
suspensi, secara konstan, seperti clay dan silt pada sungai dan pasir pada
arus turbidit, atau secara berangsur, seperti pada kebanyakan butir pasir di
sungai, pantai dan bukit pasir.
Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan
penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika pusaran
turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah penyebab terjadinya transportasi
pasir sepanjang bawah permukaan. Di alam hampir semua mekanisme
transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen terutama terjadi di sungai
akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat
kekasaran bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya
adalah ombak, tekanan angin permukaan, dan penggerusan arus. Di udara
turbulen yang membawa bekas ledakan volkanis ditransport angin. Besarnya
gerakan turbulen bervariasi dari mikro hingga makro, yang terakhir tadi
sangat mudah dilihat di sungai dengan penampakkan pusaran yang kompleks
atau dengan boil yang berbenturan dengan permukaan sungai, secara terus
menerus.

Reynold Number
Untuk membedakan antara arus turbulen dan laminar Reynold Number, R;
digunakan dan digambarkan oleh persamaan

R = UL

di mana L adalah panjang, kadang-kadang disebut radius hidrolik (biasanya


diambil kedalaman sungai). Angka Reynolds adalah perbandingan gaya
inersia fluida dan viscositasnya, dan menghadirkan perbandingan antara
suatu gaya pemercepat dan lambat. Tuan Osborne Reynolds, suatu Ahli ilmu
fisika Inggris, 1883 memberikan hubungan antara inersia dan viscosity dan
memberikan persamaan tanpa dimensi ini. Karena geometri aliran yang
diberikan adalah suatu Angka Reynolds, pastinya lebih dari 2000,
menunjukkan bahwa arus itu adalah turbulen dan inersia tersebut melebihi
gaya viscositasnya. Jadi semakin besar Reynold number, sedikit pengaruh
dynamic viscosity dalam pola aliran. Sebaliknya, jika R kecil, kurang dari 500,
viscosity dominan dan arus tersebut laminar. Pada setiap boundary, cairan,
dan temperatur akan ada suatu zona yang menyatakan keadaan transisi
aliran, antara turbulen dan laminar. Zona transisi itu juga bergantung pada
geometri aliran juga bentuk permukaan dalam hal ini kekasaran permukaan
boundary tersebut.

Froud number
Bilangan tanpa dimensi yang lainnya adalah Froud number, F, Perbandingan
antara gaya inersia dan gaya gravitasi. Froude number didefinisikan sebagai

F=U
hg

Di mana U adalah kecepatan, h adalah kedalaman, dan g adalah kecepatan


gravitasi. Karena froud number adalah perbandingan inersia dan kekuatan
gaya berat, Froude number, digunakan dalam permasalahan aliran fluida
ketika arus mempunyai suatu tidak terkurung atau muka-bebas seperti di
suatu arus atau di muara pasang surut. Konsep free surface current telah
diperluas dalam aplikasinya untuk submarine turbidity current, yang memiliki
permukaan bebas dianggap memiliki interferensi antara arus turbit yang
lebih pekat bagian bawah dan air bersih di atasnya. Dalam free surface flow
gravitasi memiliki peranan penting tidak seperti, dalam pipa tertutup dimana
tekanan adalah faktor dominan. Froude number juga membedakan dua tipe
aliran, shooting atau super critikal (F>1) dan tranquil, kadang disebut
streaming, atau subkritikal (F<1). Transisi antara keduanya disebut critical
flow (F=1). Dalam shooting flow suatu gelombang permukaan akan dibawa
kehilir oleh arus tersebut sedangkan dalam tranquil akan bergerak kemuara
melawan arus. Shooting flow akan bergerak cepat, constriction, banjir, dan
dimana breaker (hempasan gelombang) memunculkan suatu pantai. Kedua
tipe tersebut baik tranquil atau shooting menjalankan peran yang penting
dalam melipat mikro relief, bentuk-bentuk lapisan juga menimbulkan
beberapa struktur sedimen pada bagian dasar. Kedua aliran akan sama jika
Reynold dan Freud number sama. Kesamaan dinamis adalah konsep penting
dalam studi model, oleh karenanya dibolehkan menurunkan skalanya
sehingga system tersebut dapat dipelajari dalam laboratorium.

http://sedimentologi2b.blogspot.co.id/2009/12/aliran-laminar-dan-turbulen-froud.html

Aliran Laminar dan Turbulen


Fluida dapat bergerak dalam dua cara berbeda. Dalam Aliran Laminar,
semua molekul di dalam fluida bergerak secara paralel terhadap yang
lainnya dalam arah yang sama. Dalam Aliran Turbulen, molekul dalam
fluida bergerak ke segala arah tetapi tetap memiliki arah aliran yang relatif
sama.
Untuk mengindikasikan aliran laminar dan turbulen, digunakanlah bilangan
Reynold (Reynolds Number). bilangan ini diperoleh dengan
menghubungkan 1)kelajuan fluida (u), 2) rasio antara kerapatan dan
viskositas fluida (v), dan panjang khas (l, diameter pipa atau kedalaman
fluida dalam channel terbuka).
Re = ul/v
Ketika bilangan Reynold menunjukan angka yang rendah (kurang dari
500), maka aliran fluida dalam pipa dan channel akan laminar. Jika
bilangan Reynold menunjukkan angka tinggi (lebih dari 2000) maka aliran
yang terjadi akan berupa aliran turbulen. Dengan meningkatnya kelajuan,
aliran fluida akan semakin trubulen dan akan terjadi transisi dari aliran
laminar menuju ke aliran turbulen.
Fluida dengan viskositas rendah, seperti angin, akan turbulen pada
kelajuan aliran yang rendah. Aliran air hanya laminar jika dalam kelajuan
yang sangat rendah atau kedalaman yang sangat rendah. Aliran laminar
muncul pada es yang bergerak (gletser), aliran lava, aliran debris karena
ketiganya memiliki viskositas yang cukup besar dibanding air.
Perpindahan Partikel dalam Fluida
Partikel dalam berbagai bentuk dapat tertransportasikan dalam tiga cara.
Rolling
Pertama, partikel bergerak dengan cara menggelinding sepanjang dasar
dari fluida. Partikel ini terus-menerus mengalami kontak dengan
permukaan dasar. Mekanisme seperti ini disebut sebagai mekanisme
menggelinding (rolling).
Saltation
Kedua, partikel bergerak dengan cara melompat-lompat, secara periodik
partikel meninggalkan dasar dan kemudian kembali jatuh ke dasar.
Mekanisme ini disebu saltation.Yang menyebabkan partikel terangkat ke
atas adalah efekBernaulli.
Suspension
Kemudian yang ketiga, partikel bergerak dengan cara terus mengambang
dalam fluida. Hal ini disebabkan oleh aliran turbulen yang mendorong
partikel ke arah atas. Mekanisme ini disebut sebagai
mekanisme suspension.
Mekanisme Rolling dan Saltation termasuk ke dalam
mekanisme bedload.Sedangkan mekanisme Suspension sering disebut
mekanisme Suspended Load.
Sumber gambar : http://www.belmont.sd62.bc.ca/
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pergerakan dari partikel dalam
aliran trubulen.
1. Dengan bertambahnya kelajuan, energei kinetik yang lebih besar
akan menyebabkan partikel-partikel meninggalkan dasar dan
bergerak secarasaltation.
2. Peningkatan turbulensi juga menyebabkan energi ke atas yang
menyebabkan partikel dalam keadaan suspension.
3. Partikel dengan massa yang lebih besar membutuhkan energi lebih
besar pula untuk mengangkatnya ke
kondisi saltation dan suspension.
4. Partikel dengan permukaan lebih besar dibandingkan dengan
massanya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk tenggelam.
Partikel ini akan lebih mudah tersuspensi.
Ukuran Butir dan Kelajuan Aliran
Energi yang dibutuhkan untuk membawa partikel akan meningkat dengan
meningkatnya massa partikel tersebut. Ini juga berlaku untuk energi yang
mengangkat mereka ke atas. Pada kelajuan aliran sedang, butiran pasir
akan tersaltasi, granule bergulir, dan pebbels tak bergerak. Dengan
bertambahnya kelajuan, gaya yang bekerja pada partikel juga bertambah.
Sehingga butiran pasir akan tersuspensi, granule akan tersaltasi,
dan pebble akan bergulir. Hubungan sederhana seperti ini berlaku pada
butiran kasar. Untuk butiran halus, mekanismenya akan lebih kompleks.
Diagram Hjulstrom
Diagram Hjulstrom menunjukkan hubungan antara kelajuan aliran air
dengan ukuran butir. Diagram ini di tunjukkan oleh Hjulstrom pada tahun
1939. Ada dua garis utama dalam diagram ini. Garis yang di bawah
menunjukkan hubungan kelajuan aliran dan partikel yang telah berada
dalam keadaan bergerak. Kemudian yang atas menunjukkan kelajuan
yang dibutuhkan untuk menggerakkan partikel yang berada dalam
keadaan diam.
Pada bagian kanan kedua garis tampak lebih sejajar dibandingkan
dengan yang di sebelah kiri. Garis atas menunjukkan kelengkungan
dibanding dengan garis di bawah. Ini menunjukkan bahwa, dalam
keadaan diam, partikel seperti clay dansilt membutuhkan kelajuan yang
lebih besar dibandingkan pasir untuk dapat digerakkan oleh aliran. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari mineral lempung yang adhesif. Sekali mineral-
mineral lempung ini terendapkan, maka mineral-mineral ini akan salin
menempel. Hal inilah yang menyebabkan partikel-pertikel lempung lebih
sulit terangkut.
Diagram Hjulstrom

https://otakgamma.wordpress.com/tag/sedimentologi/

Anda mungkin juga menyukai