Anda di halaman 1dari 123

BAB 1

GEOLOGI DAN TEKNIK SIPIL

1.1. Geologi dan Teknik Sipil

1.1.1 Definisi dan Pengertian Geologi

Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang


mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang
pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-
sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses
yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi,
kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya sejak
bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga
merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk
dipelajari. Ilmu ini mempelajari meliputi benda-benda sekecil atom
hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.

1.1.2 Pengenalan Geologi Teknik


Geologi Teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan
keteknikan, yang menjamin pengaruh faktor-faktor geologi terhadap
lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan pembangunan (operation) dan
pemeliharaan hasil kerja keteknikan atau engineering works
(American Geological Institute ).
Didalamnya mempelajari antara lain:
Mekanika Tanah dan Batuan
Teknik Pondasi
Struktur Bawah Tanah
Sebenarnya pengetahuan ini sudah dimengerti dan dipergunakan
beberapa abad yang lalu baik di Indonesia maupun di negeri-negeri
lain. Di Indonesia misalnya pada pembuatan candi-candi pada waktu
itu sudah dapat memilih batu-batu berkualitas.

Geologi Respon
Tanah lunak dan Desain pondasi untuk mengurangi atau
pemukiman mendistribusikan beban
Tanah lemah dan potensi Perbaikan tanah atau rongga mengisi;
kegagalan atau mengidentifikasi dan menghindari
zona bahaya
Lereng tidak stabil dan Menstabilkan atau mendukung lereng;
potensi geser atau menghindari zona bahaya
Sungai yang parah atau Memperlambat proses dengan batu atau
erosi pantai beton pertahanan (lingkup terbatas)
Potensi bahaya gempa Desain struktural untuk menahan
getaran; menghindari tanah yang tidak
stabil
Potensi bahaya vulkanik Membatasi dan menghindari zona
bahaya; mencoba prediksi letusan
Batu yang diperlukan Sumber Daya assement dan pengujian
sebagai bahan batu

Pemakaian ilmu geologi untuk bidang teknik sipil dilakukan oleh ahli
teknik sipil inggris bernama William Smith (1839) dikenal sebagai
bapak geologi Inggris dengan pembuatan terowongan kereta api di
Swiss, bendungan di california, (1928). Di Indonesia kira-kira 50
tahun yang lalu baru mulai ada kesadaran pentingnya geologi dalam
pekerjaan-pekerjaan sipil.
Peristilahan material bangunan sering terjadi masalah, oleh
karena itu sebagai konsultan bidang geologi teknik harus memahami
istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar menurut teknik sipil.
Ada perbedaan pengertian dalam bidang geologi maupun bidang
teknik sipil tentang tanah dan batuan.

ISTILAH TEKNIK SIPIL TEKNIK GEOLOGI


TANAH Semua bagian dari bumi Hasil pelapukan batuan yang
(SOIL) yang dapat digali tanpa menghasilkan material
alat peledak dengan sifat sesuai dengan
batuan induknya

BATUAN Bagian dari kulit bumi Susunan kulit bumi yang


(ROCK) yang hanya diambil terdiri dari satu atau beberapa
dengan bahan peledak jenis mineral

BATU Masa fragmen yang Merupakan bagian dari batu


(STONE) lepas dari batuan aslinya
untuk kostruksi

PADAS Tanah yang terisi oleh Sama dengan batu


semen sehingga menjadi
satu kesatuan

Gambar1.2 Tabel Istilah

Peran Ahli geologi dan teknik sipil digambarkan sebagai berikut:

GEOLOGI : Pengungkapan jenis-jenis batuan, sifat


mekanik & perkiraan pada struktur bawah
tanah, bentuk lapangan dan hidrologi juga
proses endogen,eksogen yang dapat
berpengaruh terhadap bangunan.
GEOLOGI TEKNIK : Interpretasi

TEKNIK SIPIL : Penyusunan konsep dan perencanaan


kostruksi

Tantangan Penyelidikan Geoteknik


1. Ketidakpastian dalam semua proyek bawah tanah.
2. Biaya dan kelayakan proyek didominasi oleh geologi.
3. Setiap fitur penyelidikan geologi lebih dituntut daripada
pondasi proyek rekayasa.
4. Geologi daerah harus diketahui dengan jelas sifat teknis
perubahan drastis dengan berbagai kondisi misalnya
waktu, musim, tingkat dan arah pembebanan dll.
5. Air tanah adalah yang paling sulit kondisi / parameter
untuk memprediksi dan yang paling bermasalah.
6. Hal ini dijamin bahwa stratigrafi yang sebenarnya, aliran
air tanah dan perilaku ditemui selama konstruksi akan
dibandingkan dengan prediksi tim geoteknik itu.

1.1.3 Peta Geologi


Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk
menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur
struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum
berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis
dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang
mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi,
dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti.
Pada umumnya ada
beberapa macam bagian
peta geologi yang sering
digunakan untuk laporan,
baik dalam study
kelapangan atau dalam
misi untuk mengetahui
kandungan mineral di
dalamnya.
Peta geologi adalah
bentuk ungkapan data dan
informasi geologi suatu
daerah / wilayah /
kawasan dengan tingkat
kualitas yang tergantung
pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi
sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika,
fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang
disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau
gabungan ketiganya. Adapun jenis-jenis peta geologi dan peta
lainnya yang berkaitan dengan geologi adalah sebagai berikut:
- Peta geologi permukaan (surface geological map), adalah peta
yang memberikan berbagai formasi geologi yang langsung
terletak di bawah permukaan. Skala peta ini bervariasi antara 1:
50.000 dan lebih besar, berguna untuk menentukan lokasi bahan
bangunan, drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang,
maupun pembuatan jalan.
- Peta singkapan (outcrop map), adalah peta yang umumnya
berskala besar, mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat,
yang dapat memberikan sejumlah keterangan dari pemboran
beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan
untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan
batu, dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
- Peta ikhtisar geologis, adalah peta yang memberikan informasi
langsung berupa formasi-formasi yang telah tersingkap, maupun
ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang formasinya masih
tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang agak skematis,
umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1:100.000 atau
lebih kecil.
- Peta struktur, adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang
dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang
berada di bawah permukaan. Peta ini memiliki skala sedang
hingga besar.
- Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi
pada peta dasar topografi atau batimetri dengan nama dan nomor
lembar peta yang mengacu pada SK Ketua Bakosur tanal No.
019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya
- Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi
geologi dan/atau potensi sumber daya mineral dan/atau energi
untuk tujuan tertentu
- Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang
dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau kontur
ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata-rata.
- Peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suatu formasi atau lapisan dengan
ketebalan yang sama. Dalam peta ini tidak ditemukan konfigurasi
struktural. Peta ini berskala sedang hingga besar.
- Peta foto geologi, adalah peta yang dibuat berdasarkan interpretasi
foto udara. Peta fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan
keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
- Peta hidro-geologi, adalah peta yang menunjukkan kondisi air
tanah pada daerah yang dipetakan. Pada peta ini umumnya
ditunjukkan formasi yang permeable dan impermeabel.
Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana
memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar peta
geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di
permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian
ilmiah yang paling baik yang menghasilkan informasi yang
dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
dan mencegah sumber daya yang bernilai dari resiko bencana alam
dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan.
BAB 2
DASAR-DASAR MEKANIKA BATUAN

2.1.Mekanika Batuan
2.1.1. Konsep Umum
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan dan terapan yang
mempelajari karakteristik, perilaku dan respons massa batuan akibat
perubahan keseimbangan medan gaya disekitarnya, baik karena
aktivitas manusia maupun alamiah.
Menurut US National Commite on Rock Mechanics(1964) dan
dimodifikasi(1974) :
Rock mechanics is the theoretical and applied science of the
mechanical behavior of rocks and rock masses, it is that branch of
mechanics concern with the response of rock masses to the force
fields of their physical environment
Mekanika Batuan mempelajari antara lain :
1. Sifat-sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan
2. Berbagai teknik analisis tegangan dan regangan batuan
3. Prinsip-prinsip yang menyatakan respons massa batuan
terhadap beban
4. Metodologi yang logis untuk penerapan teori dan teknik
mekanika untuk solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa
batuan.
Mekanika batuan sendiri merupakan dari subyek yang lebih tua,
yaitu Geomekanika, yang membahas tentang respons mekanik dan
semua material geologi seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin
rekayasa koheren dalam tiga setengah dekade terakhir. Bidang
rekayasa pertambangan sejak kira-kira dua dekade terakhir telah
mulai mengembangkan teknik tekniknya sendriri berdasarkan kaidah
mekanika batuan dalam rancangan dan pelaksanaan penggalian baik
dipermukaan maupun bawah permukaan.

2.1.2. Ruang Lingkup Mekanika Batuan


Persoalan rekayasa yang umumnya berkaitan dengan peran
mekanika batuan mulai dari tahap para rancangan hingga tahap
operasional. Bidang-bidang rekayasa dimana disiplin mekanika
batuan berperan penting ialah:
1). Rekayasa pertambangan: penentuan metode penggalian (rock
cutting), pemboran dan peledakan batuan, stabilitas lereng
batuan, stabilitas timbunan over burden, stabilitas
terowongan.
2). Industri minyak bumi: pemboran (oil drilling), rock
fracturing.
3). Rekayasa sipil: pondasi jembatan dan gedung bertingkat,
powerhouse, underground storage, tunnel dangkal dan dalam,
bending, dsb.
4). Lingkungan hidup: rock fracturing kaitannya dengan migrasi
polutan akibat limbah industri.

2.1.3. Siklus Batuan

Batua
n Beku

5 1
4
2

Sedimen,
8 kerikil
pasir,
lumpur,
7 dsb 6
9
Batuan 3 Batuan
Sedime Metamor
n f

1. Mencairnya batuan yang dalam 6. Erosi dan pelapukan


2. Panas, tekanan, dan larutan 7. Sementasi
3. Panas, tekanan, larutan 8. Erosi dan pemadatan
4. Kemungkinan mencairnya 9. Panas, tekanan dan larutan
batuan dalam pelapukan
2.2. Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui


dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:

a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas,


absorpsi.
b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus
elastisitas, dan nisbah Poisson.

Kedua sifat tersebut dapat ditentukan, baik dilaboratorium


maupun dilapangan (in-situ). Penentuan dilaboratorium pada
umumnya dilakukan terhadap contoh (sampel) yang diambil
dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua
sifat batuan, pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang
merupakan uji tanpa merusak (non destructive test), kemudian
dilanjutkan dengan menetukan sifat mekanik batuan yang merupakan
uji kerusakan (destructive test) sehingga contoh batuan hancur.

2.2.1. Penentuan Sifat Fisik Batuan Di Laboratorium

2.2.1a. Pembuatan Contoh

Pembuatan contoh dilaboratorium dilakukan dari blok batu yang


diambil di lapangan yang di bor dengan penginti laboratorium.
Contoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter pada
umumnya antara 50 70 mm dan tingginya dua kali diameter
tersebut. Ukuran contoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari
ukuran yang disebut di atas tergantung dari maksud uji.

Pada dasarnya di lapangan hasil pemboran inti ke dalam massa


batuan yang akan berupa contoh inti batuan dapat digunakan untuk
uji dilaboratorium dengan syarat tinggi contoh dua kali diameternya.
Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter dan
tingginya, dihitung luas permukaan dan volumenya.

2.2.1b. Penimbangan Berat Contoh

Penimbangan Berat Contoh terdiri dari, antara lain:

a. Berat contoh asli (natural): Wn.


b. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan temperatur kurang lebih 90 C): Wo.
c. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24
jam): Ww.
d. Berat contoh jenuh didalam air: Ws
e. Volume contoh tanpa pori-pori: Wo - Ws.
f. Volume contoh total: Ww - Ws.

2.2.2. Penentuan Sifat Mekanik Batuan Di Laboratorium

Penentuan sifat mekanik batuan dilaboratorium terdiri dari


beberapa uji, antara lain :

1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)


Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine)
untuk menekan contoh batu yang berbentuk silinder, balok atau
prisma dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam
contoh batu secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah
tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh
tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang
menghimpit contoh. Sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk
bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
kerucut.
2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile
strength) dari contoh batu berbentuk silinder secara tak
langsung. Uji cara ini dikenal sebagai uji tarik Brazil. Alat yang
digunakan adalah mesin tekan seperti pada uji kuat tekan.
3. Uji Point Load
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari
contoh batu secara tak langsung di lapangan. Contoh batu dapat
berbentuk silinder atau tidak beraturan Peralatan yang digunakan
mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan. Uji
cepat, sehingga kekuatan batuan dapat segera diketahui di
lapangan, sebelum uji laboratorium dilakukan. Contoh yang
disarankan untuk uji ini adalah yang berbentuk silinder dengan
diameter = 50 mm (NX = 54 mm).
4. Uji Triaksial
Salah satu uji yang terpenting di dalam mekanika batuan
untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tiga komponen
tegangan adalah uji triaksial. Contoh yang digunakan berbentuk
silinder dengan syarat-syarat sama pada uji kuat tekan. Dari hasil
uji triaksial dapat ditentukan: - strength envelope (kurva
intrinsic),
- kuat geser (shear strength),
- sudut geser dalam (), kohesi (C).
5. Uji Punch Shear
Uji ini untuk mengetahui kuat geser (shear strength) dari
contoh batu secara langsung. Contoh berbentuk silinder tipis
yang ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t cm
dan diameter d cm. Sesudah contoh dimasukkan ke dalam alat
uji punch kemudian ditekan dengan mesin tekan sampai contoh
pecah (P kg).
Kuat geser (shear strength) = P / .d. t
6. Uji Geser Langsung
Uji ini untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan
normal tertentu. Dari hasil uji dapat ditentukan:
- garis coulombs shear strength,
- kuat geser (shear strength),
- sudut geser dalam (),kohesi (C).
7. Uji Kecepatan Rambat Gelombang Ultra Sonik
Modulus Young (E) dan nisbah Poisson () dapat juga
ditentukan secara tidak langsung (dinamis) dengan uji kecepatan
rambat gelombang ultrasonik yaitu mengukur kecepatan rambat
gelombang ultra sonik pada contoh batu. Dari hasil uji ini akan
didapat nilai-nilai cepat rambat gelombang primer (vp) dan cepat
rambat gelombang sekunder (vs). Kemudian dapat dihitung
modulus Young dan nisbah Poisson dari batuan yang diuji.
8. Uji Beban Batuan (Rock Loading Test/ Jacking Test)
Uji beban batuan dilakukan untuk menentukan besaran dari
modulus deformasi atau modulus elastisitas massa batuan di
dalam sebuah lubang bukaan. Kemampuan perubahan
(deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya ditentukan
dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacking test). Uji ini
biasanya dilakukan di bawah tanah didalam sebuah lubang
bukaan batuan atau lebih dikenal dengan istilah test adit.
Dongkrak menekan atap dan lantai lubang bukaan atau menekan
dinding yang padabagian kontaknya merupakan permukaan plat
yang rata. Hasil dari uji ini adalah deformasi atap dan lantai atau
dinding akibat pembebanan oleh jack tersebut. Deformasi ini
diukur dengan dial gauge dan extensometer.
9. Uji Geser Blok
Uji geser blok dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat geser
(shear strength) dan parameter deformasi di daerah geser (shear
zone) atau pada massa batuan yang banyak mengandung bidang-
bidang diskontinuitas. Uji ini harus dilakukan pada daerah yang
strukturnya merupakan bagian dari konstruksi bawah tanah yang
akan dibuat. Bagian batuan yang akan diuji harus sebesar
mungkin. Ukuran batuannya tidak kurang dari 40 x 40 cm dengan
tinggi 20 cm. Bila ukurannya lebih besar dari 40 x 40 cm, maka
perbandingan panjang, lebar, dan tinggi biasanya 2 : 2 : 1.
Kadang-kadang landasannya merupakan blok yang ukurannya
0,70m x 0,70m, bahkan dapat juga 1,0 x 1,0 m.
10. Uji Triaksial In-Situ
Uji ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik deformasi
dan kekuatan batuan pada kondisi pembebanan triaksial. Tempat
uji adalah di dalam lubang bukaan bawah tanah. Kontak
permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan beban
berukuran sekitar 1,0m x 1,0m. Pembebanan ke arah vertikal
dilakukan oleh dongkrak hidrolik, sedangkan untuk arah
horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara
menggali bagian lantai. Ruang antara flat jack dengan dinding
batuan yang akan ditekan diisi oleh semen. Agar dapat diperoleh
nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole extensometer
sepanjang masing-masing +1,0m dan electric displacement
transducer untuk mengukurper pindahan (displacement) vertikal.
Sedangkan untuk arah horisontalnya, perpindahan diukur dengan
deflectometer dan electric displacement transducer atau Linear
Variable Differential Transducer (LVDT).

2.3. JENIS-JENIS BATUAN


2.3.1 Batuan Beku
Magma yang dihasilkan oleh pemanasan lokal dan leleh
batuan dalam kerak bumi , terutama pada kedalaman antara 10
dan sekitar 100 km . Sebagian besar komposisi batuan meleleh
pada suhu 800 - 1200oC .
ketika magma mendingin,
mengeras dengan mengkristal
menjadi mosaik mineral ,
untuk membentuk batuan
beku .
2.3.2 Batuan Sedimen
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari
tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan
batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama:
pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena
aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan.
Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung,
termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75%
dari permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi
akibat pengendapan materi hasil erosi.Sekitar 80% permukaan
benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas
berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada
juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat
(saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut
(salution). Klasifikasi lebiih lanjut seperti berikut:
1. Berdasarkan proses pengendapannya
batuan sedimen klastik (dari pecahan pecahan batuan
sebelumnya)
- batuan sedimen kimiawi (dari proses kimia)
- batuan sedimen organik (pengedapan dari bahan organik)
2. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
- batuan sedimen aerik (udara)
- batuan sedimen aquatik (air sungai)
- batuan sedimen marin (laut)
- batuan sedimen glastik (gletser)
3. Berdasarkan tempat endapannya
- batuan sedimen limnik (rawa)
- batuan sedimen fluvial (sungai)
- batuan sedimen marine (laut)
- batuan sedimen teistrik (darat)

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir


penyusun batuan tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi,
konglomerat, batu pasir, batu lanau, batu lempung.
1. Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar
dari 2 mm dengan bentuk butitan yang bersudut
2. Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
3. Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2
mm sampai 1/16 mm
4. Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara
1/16 mm sampai 1/256 mm
5. Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih
kecil dari 1/256 mm.

2.3.2a. Proses Sedimentasi


Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan
adalah batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses
pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber
yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di
suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai
proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen
klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik
dan proses sedimentasi secara kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana
butir-butir sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu
tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar.
Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air,
gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran,
yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir
sedimen) dan turbulen (yang menghasilkan transportasi dan
pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat
partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi,
sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran
sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi
yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang
dipengaruhi oleh arus turbiditi, grain flows, aliran sedimen cair,
dan debris flows.
a) Arus turbidity dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi.
Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar
akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus
ke bagian atas pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas
dan sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah
gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses
liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan
menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit
turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya
menghasilkan endapan dengan sorting buruk.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang
berisi fluida menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga
berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap
cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa
proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk
porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendapan mineral yang
merupakan semen dari batuan, semen tersebut diendapkan pada
saat proses primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munculnya mineral baru yang tumbuh pada pori-
pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi
mineralnya tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah
kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat
mineral lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan
(makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut
dengan diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen.
Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya
kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses
kompaksi mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesys
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap
eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat
disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan
tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini
proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan).
Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai
earlydiagenesys. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi
burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran
sedimen (inilah yang disebut dengan latelydigenesys).
Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150
derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan
menjadi proses metamorfisme.
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi
pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan
berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi
susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan
terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
2.3.2b. Kekompakan Batuan Sedimen
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan)
hingga menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagnosa
itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan
suhu 300oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen
mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di
permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah
muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen
mengalami penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen
tersingkap kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan
erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat
kekompakan batuan sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
- Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau
sedimen)
- Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada
kondisi kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
- Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen
yang dapat dilepas dengan tangan atau kuku.
- Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
- Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami
rekristalisasi).
2.3.2c. Macam-macam Batuan Sedimen
1. Tufa
Adalah suatu spongi, batuan
karbonat yang porous, diendapkan
sebagai lapisan tipis di permukaan, di
dekat mata air (Springs) dan sungai
(rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung, Kebumen.
2. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum
dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam
yaitu, Terjadi karena pengaruh
pelapukan,Terjadi karena pengaruh
hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas
yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi
karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan
sangat silikan. Ditemukan di Patik, Sepat, Gunung kidul.
3. Lempung
Lempung kata umum untuk
partikel mineral berkerangka dasar
silikat yang berdiameter kurang dari 4
mikrometer. Lempung mengandung
leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini,
silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan
batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, Karang Sambung,
Kebumen.
4. Lempung Merah
Pada umumnya batuan
keras basalt dan andesit akan
menjadikan lempung
berwarna, sehingga disebut
lempung merah. Ditemukan
di Karang Sambung,Kebumen.
5. Batu Pasir
Batu pasir terbentuk dari
sementasi dari butiran-butiran pasir
yang terbawa oleh aliran sungai,
angin, dan ombak dan akhirnya
terakumulasi pada suatu tempat.
Ukuran butiran dari batu pasir ini
1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi,
tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan,
misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi.
Ditemukan di Karang Sambung, Kebumen.
6. Batu Pasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis
warna, dengan warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning,
merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan
batu pasir sering kali membentuk karang
atau bentukan topografis tinggi lainnya,
warna tertentu batu pasir dapat dapat
diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di Karang
Sambung, Kebumen.
7. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari
mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam
seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari
magnetit, titaniferous magnetitkilmenit, limonit, dan hematit,
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting
merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir
besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Ditemukan di sungai lukulo, Kebumen.
8. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas
vulkanik, batu ini merupakan kristal
olivin yang dihasilkan dari letusan gunung
berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan
longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung. Ditemukan
di sembaro, karang sambung, Kebumen.
9. Batu Gamping
Batu gamping adalah batuan
sedimen yang memiliki komposisi
mineral utama dari kalsit
(CaCO3). Batuan karbonat yang
hampir seluruhnya kalsium
karbonat (CaCO3), atau secara
spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95%
kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara
rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping
dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau
karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, Jogjakarta.
10. Gamping Merah
Gamping berwarna merah.
Singkapan yang merupakan endapan
laut dalam ini berlapis hampir
vertikal membentuk puncak-puncak
punggungan yang sempit. Ditemukan
di Karang Sambung, Kebumen.
11. Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites
merupakan "olistolit" hasil suatu
pelongsoran besar didasar laut dari
tepian menuju tengah cekungan yang
dalam. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen
kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di mana
pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
12. Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri
dari breksi yang bersifat andesitik,
lava, batupasir tufaan dan breksi lahar.
Breksi andesit umumnya melapuk
sedang berwarna kuning kecoklatan,
komponen batuan andesitik (4 45 cm) agak segar, menyudut
tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak
padat sebagian mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk
ringan berwarna abu-abu tua, padu, bertekstur kasar dan porfiritik,
terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi
lahar umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen
tufa dan batuan agak segar yang berukuran pasir kasar hingga
kerakal, menyudut sampai membulat tanggung, agak padu.
Ditemukan di kedung jati, Bantul.
13. Breksi Pumice
Breksi batu apung (Pumice)
mempunyai kuat tekan 75,62
kg/cm2. Kedap suara, mudah
dibentuk atau dipahat menjadi
blok-blok yang berukuran
besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu lain juga
tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk
akustik. Dalam sektor industri lain, batuini digunakan sebagai bahan
pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner),
stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
Ditemukan di semiilir, Jogjakarta.

2.3.2d Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka
Pettijohn, dan kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran
menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan
tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
- Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
- Meruncing (menyudut) (angular)
- Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
- Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
- Membundar (membulat (rounded)
- Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
Ukuran
Nama Butiran Nama batuan
butir (mm)
Boulder / block
> 256 Breksi
(bongkah)
(bentuk / kebundaran butiran
64 256 Cobble (kerakal)
meruncing)
4 64 Pebble Konglomerat
(bentuk / kebundaran butiran
24 Granule (kerikil)
membulat)
1/162 Sandstone (pasir) Batu pasir
1/16
Silt (lanau) Batu lanau
1/256
< 1/256 Clay (lempung) Batu lempung

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn,


dkk.,1987).
2.3.2e Tekstur Permukaan
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa
tajam. Tekstur permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir
dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
b) Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak
rata. Tekstur ini terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran
meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini
mencerminkan proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut
pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran
sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada
kebundaran membulat sampai sangat membulat. Sekalipun hal itu
dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya
lebih didasarkan pada tekstur permukaan dari pada butir.
2.3.2f. Ukuran Butir
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara
megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu
diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat
halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di
tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila
diberi air akan terasa sangat licin.
2.3.2g. Porositas (Keseragaman)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga
atau pori-pori di dalam batuan. Batuan dikatakan
mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai
lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat
atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak
mempunyai pori-pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan
batuan meluluskan air (zat cair).
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air,
yaitu :
a) Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir
atau lebih kasar.
b) Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling
berhubungan.
c) Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran
butir pasir atau lebih kasar.
d) Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak
retakan/rekahan.
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu
meluluskan air, yaitu :
a) Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling
berhubungan.
b) Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir
lanau lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup
pori-pori antar butir.
c) Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan
tidak ada rekahan.

2.3.3. Batuan Metamorf


Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu
kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau
ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith,
oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari
150 Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika
dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen,
batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa
contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan
skist
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan
bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi
yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh
di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a. Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari
adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas
magma). Adanya suhu yang sangat tinggi menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contohnya
batu kapur (gamping) menjadi marmer.
b. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari
adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam
waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi
batu tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan
atau lipatan.
c. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya
pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa
dengan gas fluorium berubah menjadi topas.
2.4 Karakteristik Batuan
Dari sudut pandang geologi salah satu dari bahan menyusun
kulit terluar bumi adalah batuan. Bahan bahan batuan dapat
digali hanya oleh pengeboran atau peledakan.

Sifat batuan yang sebenarnya di alam sangat kompleks dan


bervariasi :
1. Heterogen
a. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.
b. Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam batuan.
c. Ukuran, bentuk, dan penyebaran void berbeda di dalam
batuan.
2. Diskontinyu
Massa batuan di alam tidak kontinyu (diskontinyu) karena
adanya bidang-bidang lemah (crack, joint, fault, fissure) di mana
kekerapan, perluasan dan orientasi dari bidang-bidang lemah
tersebut tidak kontinyu.
3 Anisotrop
Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinyu, anisotrope
maka untuk dapat menghitung secara matematis maka sifat
batuan diasumsikan memiliki sifat:
- Homogen (homogeneous),
- Kontinyu (continuous), dan
- Isotrop (isotropic).
2.4. Istilah-Istilah yang Terjadi pada Batuan
2.4.3.Kekar (Fracture) dan Patahan ( Faults)
A. Kekar (Fracture)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan
akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:
1. Pemotongan bidang perlapisan batuan;
2. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa
dsb;
3. Kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai
berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan atau rekahan yang
membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip
dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya
bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan
arah gaya utama. Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan atau rekahan yang
berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan
umumnya terbuka.
Kekasaran sulit untuk menilai dan mengukur infills fraktur
termasuk pengaruh tanah liat, tanah liat dari pelapukan, dan breksi.
Khas sudut geser dalam () :
Batu bersih 20-500
Tanah liat 10-200
Breksi 25-400
Kohesi seluruh fraktur bervariasi 0-500 kPa.
B. Patahan ( Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami
pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat
dikenal melalui
- Gawir sesar atau bidang sesar;
- Breksiasi, gouge, milonit, ;
- Deretan mata air;
- Sumber air panas;
- Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
- Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis,
lipatan dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung
pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap
sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan
juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari
suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
a. Dip Slip Faults
Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang patahannya
menyudut (inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang
bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah
kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat
pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang
sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya
bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan
relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang yang mempunyai
kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada
diatas patahan sebagai hanging wall block dan blok yang berada
dibawah patahan dikenal sebagai footwall block.
b. Normal Faults
Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya
tegasan tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas
dimana hangingwall block telah mengalami pergeseran relatif
ke arah bagian bawah terhadap footwall block.

Shear Fracture Faults


2.4.4. Strike and Dip
Dalam penelitian lapisan dan strukturgeologi kita harus
mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur
arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu
Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip.
Strike atau Jurus adalah
arah garis yang dibentuk
dari perpotongan bidang
planar dengan bidang
horizontal ditinjau dari arah
utara. Sedangkan Dip adalah
derajat yang dibentuk antara
bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike.
Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang
perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil
pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf
yang berstruktur foliasi.Penulisan strike dan dip hasil pengamatan
ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East
(NilaiStrike) and (Nilai Dip)
Strike dan dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan
menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mempunyai fungsi
untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye.
Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur
kemiringan dan bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
- Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik
menentukan arah.
- Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian
timur) pada bidang yang akan kita ukur.
- Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
- Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah
keutara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike
untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang
(dip)
- Pada garis lurus yang
dibentuk strike, tempelkan
sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
- Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalamnya
berada di tengah.
Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka
Dip. Disamping menggunakan kompas geologi, strike dip bidang
dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Inti nya adalah
mengetahui pelamparan batuan
2.5.3. Drillabilitas batuan (Rock drillability)
Drillabilitas batuan (rock drillability) merupakan ukuran
kemudahan batuan untuk dibor, yang dinyatakan dalam satuan
besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi yang
diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan dapat ditentukan
melalui data pemboran (drilling record).
Selanjutnya dengan pengembangan model pemboran, drillabilitas
batuan dapat ditentukan dengan menggunakan roller cone bit.
Hardness atau kekerasan dari batuan, merupakan ketahanan
mineral batuan terhadap goresan. Skala kekerasan yang sering
digunakan untuk mendriskripsikan batuan diberikan oleh Mohs.

2.6. Pembebanan
Ketika sebuah terowongan batuan atau gua yang digali secara
utuh, penyesuaian terjadi dalam tekananyang sebelumnya ada.
Sebelum penggalian, beban vertikal adalah sama dengan berat batu,
massa di atas dapat dilihat pada tabel. Horizontal Unit tekanan dapat
bervariasi antara batas lebar dan keliling tegangan melingkar di
dinding terowongan di batu yang utuh adalah sekitar dua kali lipat
dari sebelum penggalian, sedangkan radial stres sama dengan nol.
Pengaruh penggalian cepat dapat menurun dengan meningkat jarak
dari dinding terowongan.
a. Metode Klasifikasi Beban Batuan (rock load)
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun
1946. Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang
mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan
penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di
Amerika selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi pada saat ini
metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali
terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan
penyangga beton dan rockbolts.
b. Klasifikasi Stand-up Time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari
metode ini adalah bahwa dengan bertambahnya span terowongan
akan menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan
tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah:
arah sumbu terowongan, bentuk potongan melintang, metode
penggalian, dan metode penyanggaan.
c. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini
didasarkan pada penghitungan persentase inti terambil yang
mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil
yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun
mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan
penyanggaan terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar
dalam pemerian inti pemboran dan merupakan salah satu
parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan Q-
system RQD . Kualitas massa batuan :
< 25% Sangat jelek
25 50% Jelek
50 75% Sedang
75 90% Baik
90 100% Sangat baik
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat
mudah dan cepat, akan tetapi metode ini tidak memperhitungkan
faktor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga
metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan
yang sebenarnya.
d. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann
dan Skinner pada tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan
metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa
batuan dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode
ini merupakan metode pertama untuk menentukan klasifikasi
massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi
massa batuan oleh Terzaghi 1946.
Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-
konsep yang ada sebelumnya. Pada konsep RSR terdapat
klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya
klasifikasi kulitatif saja.Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak
parameter yang terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang
hanya melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja.
Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data
masukan dan data keluaran yang lengkap tidak seperti Lauffer
yang hanya menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time
dan span.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter
pembentuknya yang terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:
i. Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis
bidang lemah, sesar, geseran, dan lipatan, sifat material;
pelapukan, dan alterasi.
ii. Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian,
metode penggalian RSR merupakan metode yang cukup baik
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja tetapi
tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan
dengan penyangga rock bolt dan beton.
e. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa
batuan yang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal
dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun,
klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian
dikarenakan adanya penambahan data masukan sehingga
Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada parameter yang
digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Pada
penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah
klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan Sistim RMR yaitu:
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.
2. Rock Quality Designatian (RQD).
3. Spasi bidang dikontinyu.
4. Kondisi bidang diskontinyu.
5. Kondisi air tanah.
6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi
kedalam daerah struktural yang memiliki kesamaan sifat berdasarkan
6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk setiap daerah
tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya
disesuaikan dengan kenampakan perubahan struktur geologi seperti
patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan jenis
batuan.RMR ini dapat digunakan untuk terowongan.lereng, dan
pondasi.
2.7. Kekuatan Batuan
Kekuatan batuan utuh tergantung dari kekuatan minera
lkomponen dengan cara mereka terikat bersama-sama dengan saling
mempererat.
Massa kekuatan batu berlaku untuk massa batuan retak dalam tanah
dan langsung berhubungan dengan kelemahan fracture. Kekerasan
tidak langsung berhubungan dengan kekuatan; biasanya hanya untuk
memudahkan pengeboran. Kegagalan batu biasanya dalam geser;
kuat tekan terbatasi dalam uji laboratorium menghasilkan oblique
kegagalan geser. Kuat tekan menunjukan sebagian besar batuan >
beban yang diterapkan engeneering, kecuali pada tanah liat yang
lemah, dan setiap batu berat lapuk atau padat retak.
(UCS beton=40N/mm2=40MPa).
2.7.1. Kekuatan Tarik(To, St)
Kekuatan tarik jarang diukur atau diterapkan secara langsung,
yang Umumnya digunakan sekitar UCS/20 atau UCS/8 untuk batu.
Kekuatan lentur berkaitan dengan kekuatan tarik pada permukaan
luar, dan tidak mudah diukur atau ditentukan. Elastis pelat mika
memberikan tekanan kekuatan lentur tinggi.
Ini adalah rata-rata atau nilai-nilai khas, yang hanya dapat
diambil sebagai pedoman perkiraan. Semua nilai memilih batuan
utuh yang belum melemah akibat pelapukan. Nilai khas menunjukkan
variasi yang ekstrim berkaitan dengan orientasi dll. Atau kurangnya
data yang memadai.

2.7.2. Kuat Tekan Bebas (qu, UCS)


Kekuatan dengan beban uniaksial dalam keadaan bebas. UCS dari
batuan kering merupakan standar untuk mendefinisikan kekuatan
batuan bebas, berkaitan dengan porositas, dan sama seperti pada
pemadatan kering. Sebagian besar batuan beku memiliki porositas
<1%, UCS>200MPa batuan sedimen dengan kepadatan <2-3 t/m3
umumnya <70 MPa. UCS meningkat dengan cepat di sebagian besar
batuan sedimen karena meningkatnya lithification dan mengurangi
porositas.
2.7.3. Modulus Elactisity (E)
Kenaikan tekanan per kenaikan regangan pada umumnya langsung
berhubungan dengan kekuatan, yang dikenal sebagai modulus
youngs. Ductile kegagalan dimulai dengan batas tekanan > UCS.
Rasio Modulus elastisitas adalah E/UCS, sekitar 300 untuk sebagian
besar batuan >500 supaya sedikit kuat, batu gamping kaku <100
untuk deformasi batuan, tanah liat, dan sedikit serpih.
Batuan sedimen menjadi lebih kuat dengan massa dan tekanan
tektonik; nilai-nilai ini khas untuk Britania dan eastem USA sebagian
batuan massa yang sama kuat di daerah lempeng deformasi seperti
alpine Eropa dan Amerika barat. Dan Nilai adalah untuk batu utuh.
2.7.4. Kekuatan Geser Batuan
Kekuatan geser batuan memiliki dua komponen:
1. Kohesi (Kekuatan tarik) karena saling bergesekan.
2. Gesekan internal, peningkatan dengan membatasi beban.

2.7.5. Pengujian Kekuatan Batas


Kekuatan batuan sangat meningkatkan pada suatu
batasdidaerah tersebut, untuk nilai-nilai pada umumnya sangatlah
penting bagi teknik pembebanan. Pengujian triaksial yang telah
dilakukan berkaitan kekuatan geser ketegangan normal, jarang diukur
dalam mekanika batuan ( tapi penting bagi tanah).
2.7.6. Sudut Geser Dalam ()
Berkaitan dengan kekuatan geser batas diterapkan beban
normal, oleh persamaan coulomb :
S = C + n tan,
maka; kekuatan geser = kohesi + tekanan normal (X tan ).

2.7.7. Kekuatan Geser (Si, Ss)


Resistensi terhadap geser langsung pada kuat tekan.
Hubungan umum berlaku :
UCS = 2 tan Ss (45 /2).
Ss bervariasi yaitu ; UCS/6 dalam batuan yang kuat, dan
untuk UCS/2 di tanah liat lunak.

2.7.8. Efek Air


Keberadaan air dan setiap peningkatan tekanan air pori secara
signifikan mengurangi kekuatan batuan.
Tekanan air pori bertentangan dengan batas tekanan; ini mengurangi
tekanan yang efektif normal dalam situasi triaksial, oleh karena itu
bisa mengurangi kekuatan geser batas. Saturasi sedikit bisa
mengurangi nilai dan sangat jelas mengurangi juga nilai kohesi.
Air sangatlah mengurangi kekuatan batuan yang rendah, batuan
sedimen berpori, namun juga memiliki efek minimal terhadap batuan
yang kuat dengan porositas rendah.
2.10 Percobaan Kekuatan

Dari Uji laboratorium kekuatan, batuan dapat mengalami


perbedaan batuan (terutama pada batuan sedimen yang lebih lemah),
sehingga semua nilai koreksi kesalahan 20%. Juga tes batuan utuh
mengabaikan fractures yang mendominasi tingkat kekuatan massa
batuan.
Dalam klasifikasi percobaan kekuatan batuan, diperlukan
beberapa uji di laboratorium diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Uji Tekan Batas
Kubus atau silinder batu yang datar, cut, wajah paralel, dimuat
uniaksial antara platens baja datar; diameter sampel54mm.
2. Triaksial Tes
Cylinder batuan dimuat secara aksial ( 1 ) dengan aqual
membatasi tekanan pada sumbu radial karena cairan mandi preassure
( 3 ) plot pada diagram mohr untuk menentukan dan c.
3. Cincin Geser
Geser melintang pada 2 permukaan di silinder batuan. Salah
satu dari sejumlah tes geser, yang juga dapat diterapkan dapat
membatasi preassure untuk menentukan . Umumnya terbatas pada
batuan tanah dan lemah.
4. Uji brasilian
Silinder batu dimuat di diameter antara dua platens baja datar.
Lebih mudah dari uji tarik langsung.
5. Uji Titik beban
Silinderr batuan dibuat pada diameter antara dua 600 poin baja
dengan ujung jari-jari 5 mm. Standar yang memberikan gabaran ideal
dan cepat, pengujian lapangan langsung pada lubang mata bor, hal
ini juga menerapkan beberapa tes pada batuan tidak teratur
bongkahanya dengan dimensi mendekati 1 : 1 : 2 Titik kekuatan
beban (Is) kemudian dekat dengan UCS/20.
6. Schmidt Hammer
Tangan memegang, beban elastisitas dibuat langkah-langkah
hammer tes kembali untuk pemukaan batuan; nilai tumbukan
berkorelasi dengan UCS pada penurunan secara signifikan dalam
batuan retak.
Schmidt kekerasan 20 30 40 50 60
UCS (MPa) 12 25 50 100 200
Uji lapangan sangat cepat dapat mengidentifikasi lemah atau
lapuknya batuan, atau blok fraktur yang longgar, yang terkena di
permukaan batuan.

2.11. Kekuatan Massa Batuan


Kekuatan massa batuan sangat tergantung pada kepadatan, sifat
dan tingkat keretakannya tak lebih dari itu. Kekuatan massa batuan
juga berhubungan dengan kekuatan batuan, pelapukan pada kondisi
berongga.
2.11.1. Rekahan Batuan
Rekahan batuan meliputi microfissures (spasi kebanyakan1 mm-
1cm), sendi (1cm-1m) dan kesalahan (>1m), pembelahan, schistosity.
Deformasi keruntuhan memungkinkan inelastic dan mengurangi
kekuatan massa batuan yaitu 1/5sampai 1/10 dari kekuatan batuan
utuh.
Penunjukan Kualitas batuan (RQD) adalah quantification fraktur
pada lubang bor mm diameter inti>50; panjang potongan inti diukur
karena bisa saja datang dari laras bor, dan: RQD= (panjang inti>
10cm) x 100/ bore hole nilai panjang RQD>70 umumnya
menunjukkan bunyi batuan.

2.11.2. Fraktur Orientasi


Pengaruh orientasi hanya dinilai subyektif dalam hal keuntungan
sehubungan dengan potensi kegagalan dengan menggeseratau rotasi
dilokasi dari sebuah lokasi. Pentingnya orientasi ditunjukkan oleh
UCS yang bervariasi dalam blok batu tulis yang terdefinisi dengan
baik.

2.11.3. Klasifikasi Massa Batuan


Penilaian kekuatan massa batuan diakui efek kumulatif fitur
geologi yang berbeda. Oleh karena itu klasifikasi merupakan
akumulasi dari nilai ketimbang yang diberikan kepada parameter
yang dipilih.
Geomekanika Sistem massa batuan rating (RMR)
Menggunakan parameter dan titik pengisi tabel di bawah.
Norwegia Q System berhasil mengalikan nilai rating untuk
menentukan kualitas massa Batuan (Q) sebagai : Q = (RQD / Jn) x (Jr
/ Ja) x (Jw / SRF).
dengan Faktor rating berkisar baik atau buruk adalah:
RQD = Batu kualitas penunjukan 100-10
Jn = jumlah set Joint 1 - 20
Jr = Joint Kekasaran 4 - 1
Ja = perubahan Joint dan tanah liat tambalan 1 - 20
Inflow atau tekanan 1 Jw = Joint Air - 0,1
SRF = Stres Pengurangan faktor akibat penggalian 1 - 20
Nilai Q berkisar dari <0,01 sampai> 100. Sistem ditabulasikan dalam
lampiran tabel Geomechanics System of Rock Mass Rating dan
Guideline Properties of Rock Mass Classes pada halaman 55.
2.12. Pondasi Pada Batuan
Safe Bearing Pressures
Massa batuan berdasarkan jenisnya :
Atau berdasarkan kekuatan Batuan dan fracturing:

Perkiraan Peningkatan dari SBP dapat memperhitungkan


rasio modulus Batu(E /UCS). Batuan terdeformasi dengan rasio
modulus tinggi, seperti batu gamping atau granit, dapat dinilai lebih
tinggi dari pada batu SBP lebih lembut, seperti serpih, untuk nilai
yang sama pada UCS dan RQD.
Penurunan di atas batu yang umumnya kecil, jarang sekali
menghambat berpengaruh pada bantalan sehingga criteria capacity
telah terpenuhi ( pembatas untuk Fondations pada tanah liat).
UPB Ultimate tekanan bantalan = kegagalan pada beban
SBP =Tekanan Bantalan Aman = UBP + Faktor Keamanan,
Biasanya3; sama dengan Nilai yang diduga berhubungan dengan
tanah.
ABP = Tekanan Bantalan = SBP lanjut berkuran guntuk memenuhi
requiments.
Penurunan struktural tertentu seperti faktor reduksi mungkin
signifikan pada tanah.
2.12.1 Keruntuhan Batuan
Batuan mampu menanggung sebagian beban teknis yang
normal, yang tidak dapat disamakan dengan tanah. Variasi yang
normal dalam sifat batuan ditutupi oleh faktor keamanan dalam suatu
desain engineering.
Ada empat kemungkinan mode kegagalan:
1. Keruntuhan geser adalah perpindahan diatas batuan, karena
dikenakan pembebanan > kekuatan batuan.
2. Pemadatan batuan berpori (menyebabkan penurunan ekstrim),
juga karena pembebanan > kekuatan batuan.
3. Keruntuhan batuan pada rongga dalam tanah, dimana bagian
batuan gagal pada saat tegangan geser atau flexual.
4. Landsliding merupakan perpindahan lateral, pada profil lereng
yang curam.

2.12.2 Pengaruh di Tenggelamkan


Kegagalan batuan akibat beban struktur atas yang berongga
dalam tanah tergantung pada kekuatan batuan dan fracturing, ukuran
rongga serta kedalaman, dan beban yang diterapkan dari tekanan.
Resiko kegagalan tanah meningkat jika salah satu dari criteria
pedoman di bawah ini di abaikan :
1. Ketebalan meliputi pada ujung bantalan tumpukan <5 kali
diameter tiang;
2. Pemuatan keatas SBP<3 m dari batuan yang kuat.
3. Pelindung dari batuan lemah atau tanah (dengan kegagalan
progresif dari perpindahan rongga) <10 kali puncak rongga.

2.12.3. Perbaikan Tanah


Perbaikan tanah jarang diperlukan untuk pondasi struktural.
Lapuk dan batuan yang lemah dekat permukaan lebih baik di buang
atau ditumpuk melalui injeksi grout semen untuk mengisi pori-pori
batuan dan meningkatkan kekuatan batas dari permeabilitas rendah
batuan utuh.
Grouting dapat melipat gandakan kekuatan massa batuan yang
terpecah-pecah. Rongga pada tanah dapat diisi dengang grout
injected melalui lubang bor 100 mm; mungkin perlu 3-4 m grid
lubang jika rongga yang sebagian tutup: gunakan campuran cairan
dari 1:10 rasiosemen: PFA atau denda; perlu padatan kaku dengan
pasir atau kerikil untuk membentuk penghalang perimeter untuk
menghindari kerugian yang tinggi dari daerah itu.
BAB 3

TEROWONGAN
3.1. Pengertian Umum
Pengertian Terowongan
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai
panjang lebih dari lebar penampang galiannya dan mempunyai
gradien memanjang < 15%, terowongan umumnya tertutup diseluruh
sisi kecuali dikedua ujungnya terbuka pada lingkungan luar.
Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah
tembusan dibawah permukaan yang memiliki panjang 0.1 mil, dan
yang lebih pendek dari itu dinamakan underpass. Terowongan biasa
digunakan untuk lalu-lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta
api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu,
ada pula terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk
mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan untuk saluran
pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang menyalurkan
kabel telekomunikasi.
Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai jenis lapisan
tanah dan bebatuan sehingga metode konstruksi pembuatan
terowongan tergantung dari keadaan tanah. Metode konstruksi yang
lazim digunakan dalam pembuatan terowongan antara lain: Cut and
Cover System, Pipe Jacking system (Micro Tunneling), Tunneling
Bor Machine(TBM), New Austrian Method (NATM), dan Immersed-
Tube Tunneling System.
Dalam tahap kostruksinya, terowongan memerlukan
pengawasan yang lebih, karena adanya sedikit kesalahan metode atau
sequence of work dapat mengakibatkan keruntuhan tunnel.
Pelaksanaan galian terowongan dapat dikerjakan dengan bantuan
alat-alat berat (excavator dengan perlengkapan-perlengakapan
clampshell, backhoe, shovel, dan juga crowler loader), sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu relative cepat dan
memperkecil kemungkinan runtuh.
3.2. Klasifikasi Terowongan
3.2.1 Terowongan berdasarkan kegunaannya
Dibagi menjadi 2 bagian,antara lain:
1). Terowongan Lalu-Lintas (Traffic Tunnel)
a. Terowongan kereta api
Adalah terowongan yang merupakan terowongan paling
penting diantara terowongan lalu lintas
b. Terowongan jalan raya
Terowongan yang dibangun untuk kendaraan bermotor karena
pesatnya pertambahan lalu-lintas jalan raya bersamaan dengan
berkembangnya industri kendaraan bermotor.
c. Terowongan pejalan kaki
Terowongan ini termasuk dalam grup terowongan jalan tetapi
penampangnya lebih kecil jari-jari belokannya pendek dan
kemiringannya besar. Terowongan ini biasanya digunakan
dibawah jalan raya yang ramai atau dibawah sungai dan kanal
sebagai tempat menyebrang pejalan kaki.
d. Terowongan navigasi
Terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air
dikanal-kanal dan sungai-sungai yang menghubungkan
satukanal atau sungai ke kanal lainnya.
e. Terowongan transportasi dibawah kota
f . Terowongan ditambang bawah tanah
Terowongan ini dibuat sebagai jalan masuk ke dalam tambang
bawah tanah yang digunakan untuk lalu-lintas para pekerja
tambang mengangkut peralatan tambang.
2). Terowongan Angkutan
a. Terowongan stasiun pembangkit listrik air
Terowongan yang digunakan sabgai tempat dialirkan air dari
sungai atau reservoir untuk digunakan sebagai pembangkit
listrik disebuah stasiun pembangkit yang letaknya lebih
rendah.
b. Terowongan penyediaan air
Fungsi terowongan ini adalah menyalurkan air dari mata air
ketempat penyimpanan.
c. Terowongan untuk saluran air kotor
Terowongan yang dibuat untuk membuang air kotor dari
kota atau pusat industri ke tempat pembuangan yang sudah
disediakan.
d. Terowongan digunakan untuk kepentingan umum (kabel
listrik).
Terowongan yang dibuat didaerah perkotaan untuk
menyalurkan kabel listrik dan telepon, pipa gas dan air, dan
juga pipa lainnya yang penting, dibuat dibawah saluran air,
jalan raya, jalan kereta api, untuk memudahkan inspeksi
secara kontinyu.

3.2.2 Terowongan berdasarkan Lokasinya


1). Underwater Tunnels
Dibangun dibawah dasar muka air. Pada umumnya dibangun
dibawah dasar dan sungai atau laut.
2). Mountain Tunnels (pegunungan)
Terowongan yang mempunyai peran penting ketika suatu
daerah memiliki topografi yang beragam, sehingga perlu
adanya terowongan yang dibangun menembus bukit atau
gunung.
3). Tunnels at shallow depth and water city street
Terowongan ini sangat cocok dibangun di perkotaan .
Jaringan tranportasi di Negara-negara maju seperti Amerika,
Inggris, Prancis, dan Jepang banyak yang telah menerapkan
tipe terowongan ini.
3.2.3 Terowongan berdasarkan material yang dipakai
1). Terowongan Batuan (Rock Tunnels)
Terowongan batuan dibuat langsung pada batuan pasif dengan
cara pemboran atau peledakan.
2). Terowongan Melalui Tanah Lunak (Soft Ground Tunnels)
Terowongan melalui tanah lunak dibuat melalui tanah lempung
atau pasir atau batuan lunak.
3). Terowongan Gali dan Timbun (Cut dan Cover Tunnels)
Terowongan ini dibuat dengan cara menggali sebuah Trench
pada tanah, kemudian dinding dan atap terowongan
dikonstuksikan didalam galian.

3.3 Proses Persiapan Awal Pembuatan Terowongan


- Investigasi terhadap faktor geologi, geofisika, geokimia,
struktur, iklim & cuaca.
- Kondisi topografi, keadaan batuan, keadaan permukaan sekitar.
- Pemerikasaan gas-gas berbahaya yang mungkin muncul setelah
konstruksi.
- Pengadaan stavolling untuk menyanggah beban batuan di atas
terowongan.
- Pemeriksaan terhadap air atau aliran air tanah di dalam
terowongan maupun sekitarnya.
- Melakukan kegiatan linning , lighting, ventilasi.
- Pengamanan sebelum dan sesudah peledakan.
Beberapa contoh kasus diawal tahapan persiapan:

Laut Terowongan bisa


dibangun asalkan
lapisan tanah atas
terowongan
Aqifer Tertekan merupakan akifer
tertekan dan kedap
Tunnel air.

Terowongan bisa
Gunung dibangun asalkan
jenis batuan
kedap air.

Tunnel

Terowongan
Sesar
tidak disarankan
melewati daerah
sesar aktif.
- Kalaupun harus
melewati maka
-
harus dipikirkan
Tunnel
teknologi yang
Berpotongan
bisa mengurangi
resiko.
3.4 Investigasi Geoteknik dalam Pembuatan Terowongan
Mengingat kegiatan geoteknik sangat mendasari pembuatan
terowongan, dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kegiatan geoteknik antara lain:
- Kegiatan geoteknik berkaitan dengan pondasi dari
terowongan yang menahan beban batuan nantinya.
- Pengaruh air tanah dalam kegiatan ini.
- Pengaruh aliran air tanah dalam batuan
- Prinsip geologi dasar dan hidro-geologi
- Prediksi parameter air tanah
- Kondisi awal seperti waktu, musim,dll.

3.5 Prinsip Stabilisasi Tunnel dan Desain


Terdiri dari:
1. Kondisi tanah adalah faktor paling penting dari pembuatan
terowongan, mengingat bangunan ini dibuat pada tanah.
2. Penyelidikan dan perhatian yang kompresif dibutuhkan pada
kondisi tanah.
3. Perubahan muka air tanah akibat pekerjaan tunneling juga
harus diperhatikan.
4. Perubahan pola drainase akibat pekerjaan tunneling juga harus
diperhatikan.
5. Pengoperasian peralatan blasting maupun drill tidak
dimungkinkan untuk area perkotaan.
6. Meningkatnya diameter tunnel (ukuran) dapat menyebabkan
perubahan yang signifikan terhadap masalah-masalah khusus
dalam tunneling.
7. Ketersediaan tenaga kerja yang menguasai tunneling, kondisi
fisik lapangan, kondisi infrastruktur setempat.
8. Pengaruh aliran air tanah yang merupakan penyelidikan
geoteknik harus diperhatikan.
9. Pemilihan metode kerja melihat kondisi tanah yang ada.

3.6 Metode Penggalian Terowongan


Ada beberapa metode penggalian terowongan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Metode Full Face
Suatu cara dimana seluruh penampang terowongan digali
secara bersamaan.
Keuntungan:
Pekerjaan akan lebih cepat karena penampang terowongan
digali bersamaan
Kerugian:
Banyak membutuhkan alat-alat mekanis. Metode ini tidak dapat
digunakan apabila kondisi tanah tidak stabil, dan hanya untuk
terowongan lintasan pendek.
2). Metode Heading and Bench
Cara penggalian dimana bagian atas terowongan digali terlebih
dahulu sebelum bagian bawah penampangnya.
Keuntungan:
Pekerjaan pengeboran dan pembuangan sisa peledakan
dilakukan secara simultan, metode ini effektif untuk pekerjaan
terowongan dengan penampang besar dan dengan lintasan yang
relatif panjang.
3). Metode Drift
Suatu metode yang menggali terlebih dahulu sebuah lubang
berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan yang kemudian
diperbesar sampai membentuk penampang yang direncanakan.
4). Metode Center Drift
Metode ini mulai dengan penggalian lubang berukuran 2,5 m
*2,5 m sampai 3 m*3 m dari portal ke portal.
Keuntungan:
- Memberikan sistem ventilasi yang baik
- Tidak memerlukan penyangga sementara yang rumit
karena ukurannya cukup kecil.
Kerugian:
Pekerjaan perluasannya harus menunggu center drift selesai
secara keseluruhan. Alat bor harus dipasang dengan pola
tertentu.
5). Metode Slide Drift
Pada metode ini 2 drift digali sekaligus pada sisi-sisi penampang
sepanjang lintasn terowongan.
Keuntungan:
- Proses pekerjaan lining dapat dilakukan sebelum penggalian
bagian tengah selesai.
- Cocok untuk penggalian terowongan besar dan dengan
kondisi tanah yang buruk.
6). Metode Top Drift
Metode ini banyak digunakan pada penggalian endapan
ditambang. Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode hading
and bench.
7). Metode Bottom Drift
Pada metode ini penggalian dimulai dengan membuka bagian
bawah penampang. Pembuatan lubang-lubang bahan peledak
untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan
membor dari bottom drift vertikal ke atas.
8). Metode Sumuran Vertikal
Metode ini dilaksanakan dengan membuat lubang vertikal tegak
lurus sampai pada terowongan yang akan digali
9). Metode Pilo Tunnel
Pilo tunnel digali paralel pada jarak 25m dari sumbu
terowongan yang akan direncanakan dengan ukuran 2x2 m
sampai 3x3m
3.7 Tahapan Pembuatan Terowongan
Tahapan pembuatan Terowongan,antara lain :
- Pengeboran (Boring)
- Peledakan (Blasting)
- Baut Batuan (Bolting)
- Penahan/ Penyangga (Scaffolding)
- Pembetonan (Concriting)
- Invert Beton
- Pekerjaan pembuangan (Mucking)
- Ventilasi Udara (Ventilation)
- Sistem drainase (Linning)
- Penyediaan Listrik dan Penerangan (Power Supply and
lighting)
- Finishing

3.7.1 Pengeboran (Boring)


Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor
sifat batuan yang di bor, rock drillability, geomeetri pemboran,
umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.
1. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai
konsekuensi pada pemiliha metode pemboran, yaitu :
a. Kekerasan dan Kekerasan Batuan adalah tahanan dari suatu
bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai
untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan
dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya
tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan
pada batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari
kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas, dan derajat
kejenuhan serta merupakan hal yang utama yang harus
diketahui untuk menentukan tingkat kemudahan pemboran.
Kuat Tekan
Klasifikasi Skala Mohs Batuan
(MPa)
Sangat Keras +7 + 200
Keras 67 120 200
Kekerasan 4.5 6 60 - 120
Sedang 3 4.5 30 60
Cukup Lunak
Lunak 2-3 10 - 30
Sangat Lunak 1-2 - 10

Tabel1.1
Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan
b. Porositas batuan Kekuatan Batuan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan
terhadap gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik. Pada
prinsipnya, kekuatan batuan tergantung pada komposisi
mineralnya.
c. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan
mineral lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi
keausan (umur) mata bor dan batang bor. Faktor yang
mempengaruhi abrasivitas batuan adalah:
- Kekerasan batuan
- Bentuk butir
- Ukuran butir
- Ketidaksamaan penyusun batuan
d. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan
nisbah Poisson (). Modulus elastisitas merupakan faktor
kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan
relatifnya, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan
antara regangan lateral dengan regangan aksial. Modulus
elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya,
porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan.
e. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal,
dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung
pada komposisi mineral penyusun batuan.
Modulus
Batuan Elastisitas Nisbah
Porositas
Sedimen 104 x Poisson
(MPa)
1,96
Dolomit 0,08 0,2 0,27 4,10
8,24
0,98
Limestone 0,1 0,2 0,27 4,10
7,85
0,49 0,066 1,62
Sandstone
8,43 0,125 26,40
0,11
Shale 0,8 3,0 20,0 50,0
0,54

Tabel 1.2
2. Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen
a. Tekstur Batuan
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-
mineral penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan
berdasarkan dari sifat-sifat porositas ikatan antar butir, bobot isi,
dan ukuran butir. Tekstur juga mampengaruhi kecepatan
pemboran.
b. Struktur Geologi
Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan
kemantapan lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti
patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan.
c. Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan
ketika dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik
pecah yang berbeda dan ini berhubungan dengan tekstur,
komposisi mineral, dan tekstur.
3. Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor
melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan
merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral,
tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.
4. Geometri Pemboran
Geometri pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan
kemiringan lubang tembak. Semakin besar diameter lubang berarti
penampang lubang yang harus ditembus semakin besar sehingga
faktor gesekan juga semakin besar. Hal ini akan sangat
mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan pemboran
semakin lambat. Semakin dalam lubang bor maka akan terjadi
gesekan antara drilling string dengan dinding lubang yang
semakin besar. Di samping itu kehilangan energi akibat semakin
panjangnya drilling string juga akan semakin besar. Hal ini akan
dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan pemboran ada
2 macam arah lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring,
arah lubang ledak ini berpengaruh terhadap aktivitas pemboran.
5. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin
lama umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin
turun
6. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing
yang dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.

3.7.1a. Sistem Pemboran


I. Sistem Pemboran Mekanik
II. Sistem Pemboran manual

A. Sistem Pemboran Mekanik


Komponen utama dari sistem pemboran mekanik adalah : sumber
energi mekanik, batang bor penerus (transmitter) energi tersebut,
mata bor sebagai aplikator energi terhadap batuan, dan peniupan
udara (flushing) sebagai pembersih dari serbuk pemboran
(cuttings) dan memindahkannya keluar lubang bor. Berdasarkan
sumber energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi
menjadi 3 ( tiga ), yaitu : rotari, perkusif, dan rotari-perkusif.
a. Bor Tumbuk ( Percussion Drill )
Pada pemboran tumbuk (percusif), energi dari mesin bor
diteruskan oleh batang bor dan mata bor untuk meremukkan
batuan. Komponen utama dari mesin bor ini adalah piston yang
mendorong dan menarik tungkai (shank) batang bor. Pada metode
perkusif yang terjadi adalah proses peremukan (crushing)
permukaan batuan oleh mata bor. Contoh alat bor yang
menggunakan temper ini adalah hammer drill, churn drill.
b. Bor Putar-Tumbuk ( Rotary-Percussion Drill )
Pada pemboran rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata
bor dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses
peremukan dan penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat
digunakan pada bermacam-macam jenis batuan. Metode putar-
tumbuk terbagi menjadi dua, yaitu :
- Top Hammer
Metode pemboran top hammer adalah metode pemboran yang
terdiri dari 2 kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan
ini diperoleh dari gerakan gigi dan piston, yang kemudian
ditransformasikan melalui shank adaptor dan batang bor menuju
mata bor. Berdasarkan jenis penggerak putaran dan tumbukannya,
metode ini dibagi menjadi dua jeis yaitu : Hydrolic Top Hammer
dan Pneumatic Top Hammer.
- Down the Hole Hammer (DTH Hammer)
Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar
yang sumber dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH
Hammer dipasang dibelakang mata bor, di dalam lubang sehingga
hanya sedikit energi tumbukan yang hilang akibat melewati batang
bor dan sambungan-sambungannya. Contoh dari alat bor dengan
menggunakan temper tumbuk putar adalah jack hammer.
c. Bor Putar ( Rotary Drill )
Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotari terbagi
menjadi 2 sysem tricone dan drag bit. Disebut tricone jika
penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil
penetrasinya berupa potongan. Sistem tricone digunakan untuk
batuan sedang hingga lunak, untuk system drag bit digunakan
untuk batuan lunak. Contoh alat bor dengan sistem ini adalah
rotary drill.
B. Sistem Pemboran Manual
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena
hanya menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga penggerak.
Contoh : Auger Drill, Bangka Bor, Churn Drill, Bor Mesin
Semprot ( BMS ).
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pemboran, alat yang
digunakan adalah Down The Hole Drill, Rotary Driven, dan Top
Hammer. Untuk kegiatan penambangan bawah tanah alat yang
digunakan diantaranya : Mechanic Jumbo dan Hand Held Rock
Drill (terdiri atas : stopper, shinker, difter).

3.7.1b. Tipe Pemboran


a. Percussion Drills
1. Jackhammer or Sinkers
Bor dioperasikan udara, terutama digunakan untuk pengeboran
lubang vertikal (gambar 3a)
2. Tripod Drills
Terpasang pada tripod untuk memberikan stabilitas yang cukup,
digunakan untuk batuan yang sangat keras. (gambar 3b)
3. Stop Hammer
Alat pendorong untuk memegang bor terhadap pekerjaan dan
biasanya digunakan untuk "naik" lubang.(gambar 3c)
4. Drifters
Mirip dengan bor, tapi begitu besar sehingga memerlukan
pemasangan mekanik. (gambar3d)
5. Churns or Well Drills
Pengeboran maju-mundur yang terdiridari sedikit baja yang
panjangmekanis mengangkat dan menjatuhkan untuk
menghancurkan batu. (gambar 3e)
6. Piston Drills
Batang yang terpasang erat ke piston (gambar 3f)
7. Wagon drill
Drifter terpasang pada tiang didukung oleh dua atau lebih roda
yang digunakan untuk mengeborlubang di setiap sudut dari
bawah sedikit di atas horisontal. (gambar 3g)

Gambar 3a
Gambar 3b Gambar 3c

Gambar 3d Gambar 3e

Gambar 3f Gambar 3g
b. Abrasion Drills
1. Blast-Hole Drills
Bor putar terdiri dari bor batang pipa
baja pada bagian bawah yang
merupakan mata bor yang menghancur
batu dan berputar dari atas batu.
2. Shot Drills
Bor putar yang sedikit terdiri dari pipa baja dengan permukaan
yang kasar di bagian bawah
3. Diamond Drills
Bor putar yang terdiri dari paduan
logam yang terdiri sejumlah besar
pecahan batu berlian yang berputar
c. Fusion Piercing
Perkembangan terakhir dalam lubang pengeboran untuk
peledakan tujuan. Diproduksi dengan membakar campuran
oksigen dan bahan bakar bantalan fluks, seperti minyak tanah
pada akhir pukulan pipa.
3.7.1c Mata Bor
- Deteacable Bit
Disebut Deteacable Bit
apabila bitnya diganti-ganti
tidak menyatu dengan Drill
Rod. Pada Jack Hammer,
Deteacable Bit ini dikenal juga dengan Soket.
- Forget Bit
Disebut Forget Bit apabila menyatu dengan drill rod dan
bitnya tidak lepas. Pada Jack Hammer, Forget Bit ini
dikenal juga dengan nama Chiel.

3.7.2 Peledakan ( Blasting)


Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan yaitu
memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga
atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan
induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam
proses produksi berikutnya. Dalam suatu operasi peledakan pada
pertambangan didahului oleh pemboran yang bertujuan untuk
membuat lubang tembak. Lubang tembak sendiri akan diisi oleh
bahan peledak yang terlebih dahulu di isi oleh material atau pasir
yang disebut Sub-drilling bertujuan agar hasil peledakan tidak
terjadi toes atau tonjolan-tonojolan pada lantai tambang yang
mengakibatkan alat berat sulit bergerak saat pemuatan dan
pengangkutan hasil peledakan. setelah disi oleh rangkaian bahan
peledak seperti TNT atau ANFO yang dilengkapi dengan nonel,
maka selanjutnya diisi material penutup yang disebut stemming
berfungsi menahan tekanan keatas agar energi yang dihasilkan
oleh bahan peledak tersebar kesegala arah dan menghancurkan
batuan disampingnya.

Gambar aktivitas peledakan

Hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu sifat-sifat


batuan yang penting, antara lain:
- Kekerasan: Tahanan dari suatu bidang permukaan halus
terhadap abrasi.
- Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari
material batuan.
- Abrasiveness: Parameter yang mempengaruhi keausan (umur)
mata bor. Abrasi veness tergantung pada komposisi batuan.
Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan tersebut.
Kandungan kuarsa dalam batuan biasanya dianggap sebagai
petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata
bor (drill bit).
- Tekstur: Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat-sifat porositas, looseness density dan ukuran
butir. Tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran.
- Struktur rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan
jenis batuan, dip, strike
- Breaking characteristic: menggambarkan sifat batuan apabila
dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan mempunyai sifat
khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan
dengan tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.
Metode blasting pada terowongan dapat menimbulkan
beberapa resiko seperti :
- Permukaan terowongan tidak rata
- Kemungkinan masuknya air tanah ke dalam terowongan
- Terjadi overbreak (kondisi dimana dimensi (lebar dan tinggi)
bukaan terowongan hasil peledakan melebihi dimensi rencana).
- Permukaan terowongan tidak stabil
- Timbulnya gas gas beracun pada terowongan akibat
peledakan
Untuk menanggulangi hal-hal di atas, dapat dilakukan
Perimeter Blasting. Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan
perimeter blasting yaitu:
1. Pre-splitting
2. Smooth blasting

Contoh overbreak pada tunnel

Dasar kedua teknik tersebut adalah pada pengisian bahan


peledak dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang
tembak sehingga bahan peledak tidak langsung bersentuhan
dengan dinding lubang tembak atau disebut dengan istilah
decoupled charge. Lubang-lubang ini dibuat pada kontur akhir
terowongan yang direncanakan dan diledakkan secara bersama-
sama. Perbedaan pre-spliting dan smooth blasting adalah pada
peledakan dari pada lubang-lubang kontur ini.
Pada pre-splitting lubang kontur diledakkan sebelum
peledakan utama sedang pada smooth blasting lubang kontur
diledakkan setelah peledakan utama. Perbedaan lain adalah dalam
hal jarak lubang tembak (spacing) dimana pada presplitting lubang
kontur lebih rapat letaknya satu sama lain. Pada pre-splitting jarak
lubang kontur biasanya antara 8-12 kali diameter lubang dan jarak
antara lubang tembak dengan bidang bebas (burden) adalah tak
terterhingga. Konsentrasi isian bahan peledak (dalam kg per
meter) pada pre-splitting dan smooth blasting adalah sama.
3.7.2a Jenis-jenis Pola Lubang
Jenis-jenis pola lubang tembak yang sering dan pernah
dipakai pada peledakan didalam terowongan yaitu:
a. Drag Cut ,
Pola ini sesuai dipakai pada batuan yang mempunyai
struktur bidang perlapisan, misalnya batuan serpih. Lubang
cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang
tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang
perlapisan. Cut ini cocok untuk terowongan berukuran kecil
(lebar 1,5-2m) dimana kemajuan yang besar tidak terlalu
penting.
b. Fan Cut
Pada Fan Cut lubang tembaknya dibuat menyudut dan
berada pada bidang mendatar. Setelah cut diledakkan maka
batuan yang ada diantara dua baris lubang cut akan
terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang easer dan trimmer
akan memperbesar bukaan cut sampai kepada bentuk
geometri daripada terowongan. Cut ini cocok dipakai pada
batuan yang berstruktur berlapis-lapis.

c. V-Cut
V-Cut sering dipakai dalam peledakan didalam
terowongan. Lubang tembak pada pola ini diatur sedemikian
rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut
dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada
posisi horisontal. Lubang-lubang tembak pada cut biasanya
dibuat membentuk sudut 60o terhadap permukaan terowongan.
Dengan demikian panjang kemajuan tergantung pada lebar
daripada terowongan karena panjang batang bor terbatas pada
lebar tersebut. Satu atau dua buah lubang tembak yang lebih
pendek disebut burster dan dapat dibuat ditengah cut untuk
memperbaiki hasil fragmentasi.
d. Pyramid Cut
Pyramid Cut terdiri dari 4 buah lubang tembak yang
saling bertemu pada satu titik ditengah terowongan. Pada
batuan yang keras banyaknya lubang cut ditambah hingga
menjadi 6 buah.

e. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan cut yang lain. Perbedaannya
yaitu pada cut lain lubang cut membentuk sudut satu sama
lain sedang dalam burn cut lubang cut dibuat sejajar satu
sama lain dan tegak lurus terhadap permukaan terowongan.
Pada pola ini beberapa lubang cut tidak diisi dengan bahan
peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang
cut yang diisi dengan bahan peledak. Lubang cut yang
kosong dapat lebih dari satu dan ukurannya lebih besar dari
lubang cut yang diisi. Keuntungan dari pada burn cut
adalah :
- Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan
karena semua lubang dibuat sejajar dengan sumbu
terowongan
- Proses pemboran menjadi lebih mudah.

Ciri-ciri pola burn cut :


a. Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih
dalam
b. Lubang tertentu dikosongkan bidang bebas mini
pelepasan tegangan gelombang kompresi jadi tarik
berlangsung efektif.
3.7.2b Pemilihan Bahan Peledak pada Tambang Bawah Tanah
Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari
campuran tiga bahan yaitu :
a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi debagai bahan
peledak dasar (explosive base), misalnya Nitrogliserin (NG),
Trinitrotiliene (TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan lain-lain.
b. Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya
KClO3, NaClO3, NaNO3, dan sebagainya
c. Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk batu
bara, dan lain-lain.

Berdasarkan kecepatan perambatan reaksinya, bahan peledak


dapat dibagi menjadi :
1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah :
- Kecepatan perambatan reaksinya rendah
- Tidak seluruhnya bahan yang ada berubah dari fase padat
menjadi phase gas sehingga menimbulkan tekanan dan
temperatur yang tinggi
- Hanya menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat
(deflagrasi) dan tidak menghasilkan getaran gelombang.
2. High Explosive, ciri-cirinya adalah :
- Kecepatan perambatan reaksinya relatif lebih cepat dari low
explosive
- Semua bahan peledak berubah menjadi gas
- Menghasilkan proses propagasi yaitu mengembangbiakan
daripada gelombang getaran melalui bahan yang diikuti
dengan reaksi kimia yang menyediakan energi untuk
kelanjutan propagasi secara stabil.
Penggunaan bahan peledak didalam tambang bawah
tanah harus diperhatikan faktor-faktor :
1. Sifat dari bahan peledak
- Api peledaknya kecil
- Peledakan berlangsung cepat
- Temperatur peledakan relative rendah
- Tidak menghasilkan gas beracun
2. Disesuaikan dengan material yang diledakkan
3. Particular set dari standar blasting (OB dan BR)
Macam bahan peledak yang digunakan untuk pembuatan
terowongan dan proses penambangan pada tambang bawah tanah
yaitu :
1. Blasting agent, yaitu bahan peledak yang merupakan suatu
campuran kimiawi atau komposisi kimia dari bahan-bahan
yang tak mengandung Nitrogliserin dan hanya dapat diledakkan
oleh High strength ecplosive primer. Sifat-sifatnya yang
menguntungkan adalah lebih aman dalam faktor pengangkutan
karena tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa
pusing akibat baunya, dapat dipaket dalam satu tabung metal
sehingga tahan terhadap air dan harganya lebih murah.
2. Permissible Explosive, yaitu bahan peledak yang khusus
dipakai pada tambang bawah tanah, misalnya tambang
batubara. Bahan peledak ini tidak mengandung gas-gas
beracun, mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 7-15%
Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk permissible explosive adalah:
- Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat
- Temperatur peledakan relatif rendah
- Tidak menghasilkan gas-gas beracun.
3. Water gels (slurries), yaitu campuran oxidizer seperti sodium
nitrat dan ammonium nitrat, bahan bakar sebagai sensitizer dan
air kurang lebih 15%. Water gels sangat cocok digunakan pada
tambang bawah tanah oleh karena ketahanannya terhadap air.
Kelebihan lain water gels adalah:
- Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara
tiba-tiba
- Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan
mengeluarkan asap dengan tekanan tinggi
- Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan ANFO atau dinamit. Dinamit, terdiri
dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit.

3.7.2c. Proses Peledakan (Perimeter Blasting)


Perimeter Blasting adalah proses peledakan yang
dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Untuk mendapatkan
permukaan akhir lubang bukaan yang tepat dan kondisi batuan
disekitar lubang tersebut tidak mengalami kerusakan. Maksud dari
perimeter blasting tidak hanya untuk memperoleh permukaan
bukaan yang rata tetapi juga untuk menjaga agar daerah disekitar
permukaan tidak mengalami keretakan dan kerusakan selama
bukaan tersebut digunakan.
Perimeter Blasting berguna untuk :
- Membuat rata permukaan terowongan
- Membuat agar permukaan terowongan lebih stabil
- Mengurangi over break
- Mengurangi pemakaian beton
- Mengurangi retakan dan masuknya air tanah kedalam
terowongan.
Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan perimeter blasting yaitu:
a. pre-splitting
b. smooth blasting
Dasar kedua teknik tersebut adalah pada pengisian bahan
peledak dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang
tembak sehingga bahan peledak tidak langsung bersentuhan
dengan dinding lubang tembak atau disebut dengan istilah
decoupled charge. Lubang-lubang ini dibuat pada kontur akhir
terowongan yang direncanakan dan diledakkan secara bersama-
sama.Perbedaan pre-spliting dan smooth blasting adalah pada
peledakan dari pada lubang-lubang kontur ini. Pada pre-splitting
lubang kontur diledakkan sebelum peledakan utama sedang pada
smooth blasting lubang kontur diledakkan setelah peledakan
utama. Perbedaan lain adalah dalam hal jarak lubang tembak
(spacing) dimana pada presplitting lubang kontur lebih rapat
letaknya satu sama lain. Pada pre-splitting jarak lubang kontur
biasanya antara 8-12 kali diameter lubang dan jarak antara lubang
tembak dengan bidang bebas (burden) adalah tak terterhingga.
Konsentrasi isian bahan peledak (dalam kg per meter) pada pre-
splitting dan smooth blasting adalah sama.

3.7.2d. Pengamanan Sebelum dan Sesudah Peledakan


A. Pengamanan sebelum peledakan.
Sebelum pekerjaan peledakan dilakukan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu :
- Melakukan kontrol keadaan disekeliling daerah yang akan
diledakkan untuk
- Menghindari hal-hal yang bakal terjadi diluar perhitungan.
- Sebelum dimulai pekerjaan mempersiapkan primer/ bahan
peledak dan mengisinya kelubang bor, maka terlebih dahulu
semua jalan masuk ditempat peledakan harus pada jarak yang
cukup jauh dipasang tanda-tanda perhatian yang menyolok
mata dan dimengerti, juga ditempat aman pada jalan masuk
tersebut tidak ditempatkan penjaga.
- Pekerja / orang-orang serta peralatan yang ada ditempat yang
akan diledakkan harus segera diamankan.
- Bila tempat peledakan yang akan diledakkan itu terletak
sedemikian dekat dari tempat kerja lain, dimana akibat dari
peledakan itu dapat membahayakan, maka petugas peledakan
wajib memberitahukan kepada karyawan-karyawan yang ada
ditempat kerja tersebut supaya menyingkir ditempat
perlindungan yang aman pada saat pelaksanaan peledakan.
- Untuk pemegang blasting machine harus memperhitungkan
arah angin / ventilasi, dan tempat berlindung terhadap
kejatuhan benda atau batuan khususnya dari batuan atap.

B. Pengamanan Sesudah Peledakan


Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :
- Tidak memperkenankan seorangpun memasuki tempat yang
sudah diledakkan dalam jangka waktu 30 menit
- Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus
terlebih dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah
tersebut sudah bebas dari pengaruh gas-gas yang berbahaya,
misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan,
sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja
tersebut.
- Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan
menutup lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu
yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek
keluar material stemming lubang ledak tersebut.
- Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan
mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan
tunggi atau memakai air, setelah keluar sebagian besar
stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian
diledakkan. Semua usaha ini harus dibawah pengawasan terus-
menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis dari Kepala
Teknik Tambang.
3.7.2e. Transportasi dan Penanganan Bahan Peledak
1. Dinamit dan detonator harus disimpan secara terpisah saat
menyimpan dan mengangkut.

2. Kendaraan yang membawa bahan peledak harus membawa


tanda peringatan dan dioperasikan dengan hati-hati.

3. Tidak di ijinkan merokok atau ada api pada sekitar kendaraan


yang mengangkut bahan peledak.

4. Kendaraan truk yang digunakan untuk memindahkan bahan


peledak harus sangat terisolasi.

5. Bahan peledak harus disimpan


dalam kotak anti peluru dan
tahan api, jauh dari bangunan
dan jalan.

Contoh Kontainer
3.7.2f. Beberapa istilah dalam peledakan:
- Peledakan bias (refraction shooting) merupakan peledakan di
dalam lubang atau sumur dangkal untuk menimbulkan getaran
guna penyelidikan geofisika cara seismik bias.
- Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder
untuk pengecilan ukuran bongkah batuan dengan cara membuat
lobang tembak berdiatemeter kecil dan diisi sedikit bahan peledak.
- Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan
energi seismik di permukaan bumi dengan meledakkan bahan
peledak di udara .
- lepas gilir (off-shift blasting) merupakan peledakan yang
dilakukan di luar jam gilir kerja .
- Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan cara
peledakan jenjang kuari atau tambang terbuka dengan
menggunakan lubang tembak yang dalam disesuaikan dengan
tinggi jenjang.
- Peledakan parit (ditch blasting) merupakan proses peledakan
dalam pembuatan parit .
- Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan cara peledakan
dengan membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat
ledak atau membuat lubang tembak yang lebih besar dari diameter
dodol sehingga menghasilkan getaran yang relatif lembut.
3.7.3. Baut Batuan (Bolting)
Baut batuan termasuk penyangga aktif karena mempunyai
sifat memperkuat massa batuan secara langsung dimana
penyangga dipasang merupakan bagian dari massa batuan. Baut
batuan biasanya menggunakan batuan yang baik tetapi dapat juga
digunakan beberapa batuan yang tergolong lemah . Mereka
memiliki keuntungan dari memperluas bagian batu, walau hanya
beberapa inci di luar batu , yang dapat mengurangi ukuran
terowongan yang akan diperlukan bila menggunakan kayu atau set
baja pendukung. Baut batuan memiliki gesekan atau nat jangkar di
batu dan dikencangkan segera, dicapai untuk secara aktif
memperkenalkan gaya tekan ke tanah sekitarnya. Gaya aksial
tersebut bertindak atas diskontinuitas massa batuan sehingga
meningkatkan kapasitas geser dan dihasilkan oleh pre-tensioning
baut.
Sistem ini membutuhkan "panjang ikatan" untuk memungkinkan
baut yang akan dikencangkan. Baut batuan sering sepenuhnya
terikat ke tanah sekitarnya setelah tensioning, untuk pertimbangan
transfer beban jangka panjang.
Keuntungan dari penggunaan baut batuan
a) Lebih fleksibel, dapat digunakan dalam bentuk geometri yang
bervariasi.
b) Penghematan biaya material.
c) Pemasangannya dapat sepenuhnya dengan mekanisasi, sehingga
relatif lebih cepat.
d) Tahan terhadap korosi.
e) Kerapatannya (jumlah baut batuan per satuan luas) dengan mudah
dapat disesuaikan dengan kondisi batuan lokal.
f) Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti wire mesh dan
penyangga pasif.

Kerugian dari penggunaan baut batuan


a) Penyimpanan atau penanganan harus hati-hati, karena dapat
mempengaruhi kehandalan pemasangan baut batuan.
b) Pemasangan baut batuan memerlukan pemantauan dan pengujian
yang khusus serta prosedur yang baik dan benar. Disamping baut
batuan ada penyangga lain yang dinamakan doweling. Prinsip
kerjanya sama dengan pemasangan baut batuan tetapi sifatnya
hanya sementara dan umumnya digunakan untuk lubang-lubang
produksi.
Sistem baut batuan biasanya dipilih. bukannya dirancang,
dengan salah satu dari beberapa metode yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori:
1. pengalaman,
2. suport batu dan
3. penguatan batu
Pemilihan baut batuan. berdasarkan kekuatan (kategori 1), akan
menggunakan baut dengan panjang sepertiga sampai setengah dari
lebar turnel (tetapi tidak kurang dari 8 kaki atau lebar terowongan
jika kurang) dan jarak dari 4 sampai 6 kaki.

3.7.4 . Penahan/Penyangga (Scaffolding)


3.7.4a Macam-macam Penyangga Terowongan
a. Kayu
b. Rusuk Baja
1. Penahan Kayu / Timber Support
- Digunakan pada saat awal-awal
pembuatan terowongan, untuk
sekarang, sudah jarang digunakan
kecuali pada saat situasi darurat
jika rusuk baja tidak didapat.
- Dibuat sesuai segmen, untuk
terowongan lebih besar
pembagian segmen bisa sampai
tiga atau lebih.
- Penahan kayu bisa digunakan
sebagai penahan permanen, tapi
resikonya : kerusakan kayu dan
mudah terbakar. Gbr. Desain Penyangga Kayu
Penahan Kayu yang digunakan pada NATM (New Austrian
Tunneling Method)
2. Penahan Rusuk Baja
Pelat Baja Pelapis
Pelat baja pelapis sering digunakan baik dengan atau tanpa
tulangan .pelat pelapis ini umumnya digunakan untuk melindungi
dorongan atau tekanan tanah dengan atau tanpa rusuk baja pada
terowongan.Sampai tahun terakhir, pelat pelapis sebagian besar
terbuat dari besi cor .

Gambar Pelat Baja


Hydraulic Props
Hydraulic props merupakan tiang penyangga yang pada dasarnya
terdiri dari 2 (dua) silinder dimana silinder yang satu bergerak di
dalam silinder yang lainnya, mekanismenya menggunakan sistem
hidrolik. Penyangga ini umumnya digunakan untuk penyangga
sementara pada lubang-lubang produksi, lubang bukaan untuk
pelayanan, dan penambangan.
Dalam kasus apapun, baut mulai mendukung atau merajut batu
segera setelah mereka dikencangkan, yaitu, batu itu tidak punya
waktu untuk mulai bergerak sebelum baut menjadi efektif.
TYPE DESCRIPTION

Resin Grouted Penambahan kapasitas akibat hambatan samping


Rock Bolt berkembang setelah pengaturan dari resin kedua
Baik untuk batuan lunak dan keras
Tahan getaran peledakan

Expansion Pasang baut grouting ekspansif


shell rock bolt Baik untuk batuan yang relatif baik
Fully grouted
Perlindungan Korosi

Split set baut Slotted dimasukkan ke dalam lubang dengan


stabilizers diameter sedikit lebih kecil
Terutama untuk pertambangan, dan dalam kondisi
pecah batu ringan
penanganan beban terbatas

Swellex Panjang sampai dengan 12 m


diameter lubang = 32-52 mm
beban tarik = 100 -240 kN
Tekanan inflasi 30 Mpa
daya dukung beban penuh Instan
Aplikasi cepat
Tidak sensitif terhadap peledakan
Kisaran pemanjangan: 20-30%

Rusuk baja harus didesain untuk mengantisipasi beban batuan.


- Continous Rib Type
- Full Circle Rib Type
- Rib, Wall Plate and Post Type
- Invert Strut
a. Continous Rib Type
Biasa dibuat dalam 2 potongan, digunakan apabila tipe
penggalian Full Face, Side Drift, Multiple Drift

b. Full Circle Rib Type


Digunakan bila metode penggalian Full Face apabila kondisi
terowongan saat ada goncangan mengakibatkan adanya tekanan arah
samping. Juga bisa digunakan pada metode penggalian Heading and
Bench.

c. Rib, Wall Plate, Post Type


Digunakan pada metode penggalian
- Heading and Bench dan Top Heading (untuk menahan bagian
atas terowongan)
- Side Drift (untuk terowongan besar dengan keadaan jenis batuan
kurang baik dan butuh penyangga)
- Full Face (untuk macam-macam jenis batuan dimana penyangga
tidak butuh menempel di dinding terowongan, untuk terowongan
yang bagian atas
membentuk sudut
dengan dinding
terowongan) .

Heading and Bench dan Top Heading

d. Invert Strut Rib Type


Digunakan saat tekanan di daerah samping kecil dan untuk
mencegah penurunan di bagian bawah terowongan
3.7.4b. Penentuan Penyangga berdasarkan Prediksi Geologi
Menurut data penelitian dari 53 proyek terowongan, didapat
persamaan empiris dalam hal keterkaitan nilai kekuatan struktur
batuan (Rock Structure Rating/RSR) dengan nilai koefisien rusuk baja
(Rib Ratio/RR).
RSR bisa didapat dari menjumlahkan ratio (A+B+C) dari beberapa
parameter, yaitu:
A : Tipe Batuan dan Lipatan atau Diskontinuitas
B : Hubungan antara pola kekar dan arah
C : Air dalam Batuan dan Keadaan Kekar
Nilai RSR diantara 19 sampai 100. RR adalah nilai daya dukung
penyangga yang dibutuhkan, berdasarkan persamaan Terzaghi.
P = 1,38 (B+H)
Dimana:
P = beban per satuan luas (lb)
B = lebar terowongan (ft)
H = tinggi terowongan (ft)
= berat satuan pasir (diasumsikan 120lb/ft3)

3.7.5. Pemebetonan (Concriting)


3.7.5a. Perencanaan Lapisan Beton
1. Dibuatnya suatu lubang bukaan pada massa batuan, akan
mengakibatkan perubahan distribusi tegangan pada massa
batuan tersebut, terutama disekitar lubang bukaan tersebut, jadi
di butuhkan suatu perkuatan
2. Pekerjaan concrete lining dimulai dari bagian tengah bentang
terowongan yaitu dengan melakukan pemasangan beton
bertulang untuk terowongan bagian bawah (concrete lining
bagian bawah)

3.7.5b. Metode Penempatan Lapisan Beton


- Steel Telescoping Forms
- Steel Collapsible Forms
- Wood Forms
- Form Jumbos
- Form Stripping
- Grouting

1. Steel Telescoping Forms


- Digunakan untuk menempatkan beton secara terus-menerus
dan memungkinkan produksi maksimum per shift.
- Tidak memerlukan bulkheads (sekat-sekat)
- Cocok untuk ukuran terowongan pendek dan menengah.
2. Steel Collapsible Forms
- Dibutuhkan sekat di bagian akhir setiap tuangan
- Memakan waktu yang banyak dalam pengerjaan
- Digunakan untuk jenis terowongan pendek
3. Wood Form
- Tidak banyak digunakan kecuali untuk terowongan pendek dan
transisi.
- Membentuk lingkaran penuh disekeliling terowongan sampai
ke batu bagian atas untuk mencegah mengambang.
4. Form Jumbo
- Kerangka (disebut jumbo), berperan penting pada jalur utama
jalan, pengukuran lebar jalan.
- Dilengkapi jacks untuk menaikkan atau menurunkan dan
meruntuhkan atau memperpanjang bentuk.
5. Form Stripping
Lapisan beton di terowongan tidak memerlukan kekuatan lebih
untuk mendukung dirinya sendiri. Ikatan batu, permukaan kasar
batu, dan situasi batas mempengaruhi kemampuan beton di
terowongan. Saat praktek, telah ditemukan pembengkokan bentuk
setelah 12 jam penempatan beton.
6. Grouting
Kekosongan di bagian atas terowongan tidak bisa diisi dengan
beton. Penyuntikan spesimen bertekanan rendah melalui lubang-
lubang pada beton bertujuan memenuhi rongga utama dan
membutuhkan lebih banyak beton pada lapisan di terowongan.
Jika batuan bisa menahan tekanan internal, tekanan tinggi
spesimen berguna mengisi retak penyusutan antara beton dan batu.
3.7.5c. Penempatan Peralatan
Untuk menyelesaikan masalah dasar dalam penempatan beton
pada terowongan dipakai dua metode yang digunakan secara umum
yaitu
- Pneumatically Placed Concrete
- Placing by Concrete Pum

a. Pneumatically Placed Concrete


Menggunakan tank dengan pintu kedap udara yang bekerja
cepat, sehingga beton akan keatas. Dari bawah terdapat pipa
sekitar 6-8 inch. Ketika pintu ditutup, tekanan udara akan
disuplai ke tank sehingga mendorong beton keluar dari pipa. Jet
air di berbagai sudut dan mendorong beton sehingga mencegah
penyumbatan.

b. Placing by Concrete Pump


Pompa beton terhubung dengan pipa seperti pada
pneumatic placing. Beton bergerak dengan kecepatan lambat
pada pipa, kemudian jet udara mendorong beton bergerak
sampai bagian akhir pipa. Beton segar disimpan seperti proses
pneumatic placing.
3.7.6. Invert Beton
Pengembalian sisa-sisa beton
tidak memerlukan elevasi, maka
dapat dilakukan dengan beberapa
metode
- Tidak memakai mobil travel
untuk pengeluaran tambahan
Gbr. Pumcreate jalan
- Pumpcreate
- Pembuangan truk mixer secara langsung ke tempat
terowongan-terowongan besar dimana jalan tidak digunakan
untuk penggalian.

Batching, Mixing and Transport


Proses pengangkutan beton ke tempat peralatan dengan sistem
berikut.
a. Batching diluar terowongan, diangkut menggunakan mobil
pengangkut dan dibawa ke tempat mixer terdekat, kemudian
hasil mixer di bawa ke placer. Untuk terowongan besar,
proses transportasi batches bisa dengan truk menggunakan
meja putar untuk bolak-balik.
b. Batching dan pencampuran kering diluar terowongan, lalu
diangkut ke mixer atau agitator yang selanjutnya lewat
conveyor dikirim keplacing equipment. Tambahkan air
dekat placing equipment.
Batching dan pencampuran diluar terowongan, kemudian hasil
mix berupa beton diangkut ke placing equipment.

3.7.7. Pekerjaan Pembuangan (Mucking)


Mucking adalah pekerjaan pembuangan material hasil blasting
keluar tunnel, menggunakan alat-alat angkut seperti wheel loader,
dump truck, atau conveyor, tergantung kondisi setempat.
Sedangkan muck adalah bahan batuan yang diangkut pada
pekerjaan tersebut.

Gbr. Proses pekerjaan pembuangan


1. Mucking loader.
Disebut juga haggloader, adalah jenis mesin konstruksi
bawah tanah yang biasanya digunakan dalam menggali
terowongan pertambangan, tambang rekayasa dan rekayasa
hidrolik.

Sebagian besar loader mucking yang digunakan dalam


konstruksi terowongan adalah jenis ITC312 terbuat dari
Jerman.Kapasitas teoritis loading haggloader ini adalah 312 km
per jam.
2. Rock Mucking Machine
Mesin mucking rock juga dapat disebut batu loading
mesin.Dengan kapasitas loading kubus 60-180 meter per jam,
batu penyia-waktu peralatan dapat terus bekerja di terowongan
dan tambang bawah tanah.
Dapat digunakan juga untuk menangani bahan-bahan seperti
serpihan kayu, log, sampah, menolak, terak, pupuk, bahan
pembongkaran, puing-puing, dll. Dapat bekerja baik dengan
berbagai, pengikis konveyor dan sabuk konveyor.

3.7.8. Ventilasi Udara (Ventilation)


Yang dimaksud di sini adalah pemberian udara segar ke
dalam terowongan,sehingga pekerja tidak kekurangan
oksigen/udara bersih, mengingat pekerjaan yang dilakukan di
dalam terowongan bisa menimbulkan gas yang kadangkadang
berbahaya buat kesehatan pekerja. Dalam hal ini mengacu kepada
syarat-syarat yang dikeluarkan Depnaker dan ketentuan dari
ACGIH ( American Conference of Government Industrial
Hygienist ).
Ventilasi pada terowongan berfungsi mengalirkan udara segar
dari blower setelah selesai blasting, untuk membersihkan udara
dari asap dan gas yang ditimbulkan oleh peledakan .

Contoh pembuatan lubang udara pada terowongan


Gambar siklus pembuatan lubang udara
3.7.9. Sistem drainase (Linning)
Linning untuk tekanan air luar
Solusi mudah untuk mengatasi tekanan air luar adalah dengan
menyediakan sebuah sistem drainase dari lubang semen untuk
menyalurkan tekanan. Terowongan harus selalu dalam keadaan
kering, keperluan merencanakan linning untuk memungkinkan
adanya solusi masalh tersebut.

Linning untuk tekanan dari dalam


Tekanan terowongan dapat ditunjukkan pada bagian atas
terowongan. Dari perencanaan struktur linning beton biasanya
dibutuhkan di setiap tujuan akhir pembuatan terowongan,
diperpanjang ke dalam sampai ke sebuah titik hingga menutup
batuan yang diatas tidak kurang dari tegangan maksimum bagian
atas.
3.7.10 Penyediaan Listrik dan Penerangan (Power Supply and
lighting)
Penyediaan listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan listrik
baik bagi peralatan maupun untuk penerangan dengan
memperhitungkan cadangan yang diperlukan apabila listrik dari
PLN mati. Dari hasil perhitungan perencanaan akan diperoleh
kapasitas dan spesifikasi generator cadangan dan instalasi listrik
yang diperlukan.

Gambar Pencahayaan dalam terowongan


Daya tinggi 100W / IP65 / AC85V - 265V LED lampu
terowongan
- Masukan tegangan: AC85V ~ 265V.
- Rentang frekuensi: 50 Hz ~ 60 Hz
- Distribusi cahaya: simetris/persegi
- Cahaya desain: LED + reflektor
sekunder melebar.
- Efisiensi daya: > 87%
- LED bekerja tegangan: AC85-265V/50-60 Hz
- Bekerja suhu:-40 ~ + 55
- Suhu penyimpanan:-25 ~ 65
- Panjang umur: 50, 000 jam
- Menggunakan daya tinggi keramik multi-chip LED, tubuh
aluminium berkualitas tinggi, dipatenkan desain tubuh
pendingin, anodizing tarik reflektor, akrilik sumber cahaya.

Gbr. Kondisi pencahayaan dalam terowongan


DAFTAR PUSTAKA

1. Hoek, E. and Brown, E.T. 1982. Underground Excavations in


Rock. Amsterdam, The Netherlands: Elsevier Applied Science.
2. Ramadani.2012. Analisis Stabilitas Dan Deformasi Tunnel
Subway Ruas Bendungan Hilir. Universitas pendidikan
Indonesia.
3. Deere,D.V.,Stagg dan Zienkiewiczs/1968. Ilmu teoritis dan
terapan perilaku mekanika batuan,berkaitan dengan respon
batuan atas medan gaya dan lingkungan sekitarnya
4. Dobereiner,L.and De Freitas,M.H.1986. Geotechnical properties
of weak sandstones. Geotechnique36(1): 79-94.
http://dx.doi.org/10.1680/geot.1986.36.1.79.
5. Lenhardt,A.Wolfgang.RockMechanics-Basic.Austria.
www.lenhardt@zamg.ac.at
6. Corbett, K., Friedman, M., and Spang, J. 1987. Fracture
Development and Mechanical Stratigraphy of Austin Chalk,
Texas.AAPGBull.71(1):17-28.
http://dx.doi.org/10.1306%2F94886D35-1704-11D7-
8645000102C1865D.
7. Longwell,Knopf and Flint, Outlines of Physical Geologi,John
Wiley&Sons, New York
8. Nelson, R.A. 1983.Geological Analysis of Naturally Fractured
Reservoirs. Houston, Texas: Gulf Publishing Company.
9. Hoek, E. and Brown, E.T. 1988. The Hoek-Brown Failure
CriterionA 1988 Update. Proc., 15th Canadian Rock
Mechanics Symposium, Toronto, Ontario, Canada, 3138.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Allah yang Maha Kuasa dan
Penyayang karena hanya Berkat, Rahmat, dan Ridho-Nya, sehingga
bahan ajar ini dapat diselesaikan.

Buku ini berisikan Bahan Ajar Mata Kuliah Pilihan Mekanika


Batuan (SI0206) untuk mahasiswa semester VII pada Program Studi
Teknik Sipil, Jurusan Tenik Sipil, Fakultas Teknik Unsrat Manado,
sesuai kurikulum yang berlaku saat ini.

Bahan ajar Mekanika Batuan ini terdiri dari bab mengenai :


Geologi dan Teknik Sipil, Dasar dasar Mekanika Batuan, dan
Terowongan.

Adapun harapan penulis agar bahan ajar ini bisa mempermudah


mahasiswa Geoteknik untuk memahami materi pembahasan tentang
batuan. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
dari segilainnya. Untuk itu, saran, masukan dan kritik membangun
sangat kami harapkan demi kemajuan anak didik kita di bidang
Rekayasa Sipil.

Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan bahan
ajar ini.

Manado, Juli 2014

Penulis
ANALISIS INSTRUKSIONAL

MATA KULIAH : MEKANIKA BATUAN

KODE MATA KULIAH : SI0206

SKS : 2

SEMESTER : VIII

Tujuan Instruksional Umum :

SETELAH MENYELESAIKAN PERKULIAHAN MEKANIKA BATUAN,


MAHASISWA DAPAT MENGANALISIS DASAR-DASAR MEKANIK BATUAN
DAN PEMANFATAANNYA PADA PEMBUATAN TEROWONGAN.

MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI METODE

DAN

TAHAPAN PEMBUATAN TEROWONGAN

MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DASAR-DASAR MEKANIKA BATUAN,

JENIS-JENIS BATUAN, DAN SIFAT MASSA BATUAN

DI ALAM DENGAN ASUMSI DASAR

MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN DASAR-DASAR GEOLOGI

DAN

KAITANNYA PADA BIDANG TEKNIK SIPIL


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ANALISIS INSTRUKSIONAL
DAFTAR ISI
BAB 1 GEOLOGI DAN TEKNIK SIPIL
1.1. Geologi dan Teknik Sipil
1.1.1. Definisi dan Pengertian Geologi. 1
1.1.2. Pengenalan Geologi Teknik 2
1.1.3. Peta Geologi 5

BAB II DASAR-DASAR MEKANIKA BATUAN


2.1 Mekanika Batuan
2.1.1. Konsep Umum.... 9
2.1.2. Ruang Lingkup Mekanika Batua 10
2.1.3. Siklus Batuan... 11
2.2. Sifat-sifat Fisik dan mekanik Batuan
2.2.1 Penentuan Sifat Fisik Batuan di Laboratorium....... 12
2.2.1a. Pembuatan Contoh. 12
2.2.1b. Penimbangan Berat Contoh... 13
2.2.2. Penentuan Sifat Mekanik Batuan di Laboratorium. 13
2.3. Jenis-jenis Batuan
2.3.1. Batuan Beku 16
2.3.2. Batuan Sedimen.. 17
2.3.2a. Proses Sedimentasi... 19
2.3.2b. Kekompakan Batuan Sedimen. 23
2.3.2c. Macam-macam Batuan Sedimen.. 24
2.3.2d. Kebundaran.. 29
2.3.2e. Tekstur Permukaan.. 30
2.3.2f. Ukuran Butir. 31
2.3.2g. Porositas (Keseragaman). 31
2.3.3. Batuan Metamorf 32
2.4. Karakteristik Batuan. 34
2.5. Istilah-istilah yang terjadi pada Batuan
2.5.1. Kekar (Fracture) dan Patahan (Faults)... 35
2.5.2. Strike and Dip.. 38
2.5.3. Drillabilitas batuan (Rock Drillibility) 40
2.6. Pembebanan .......... 40
2.7. Kekuatan Batuan 45
2.7.1. Kekuatan Tarik 46
2.7.2. Kuat Tekan Bebas... 46
2.7.3. Modulus Elastisitas 47
2.7.4. Kekuatan Geser Batuan... 48
2.7.5. Pengujian Kekuatan Batuan 48
2.7.6. Sudut Geser Dalam. 49

2.7.7. Kekuatan Geser.. 49


2.7.8. Efek Air.. 49
2.8. Percobaan Kekuatan 50
2.9. Kekuatan Massa Batuan. 52
2.10. Rekahan Batuan. 52
2.11. Pengaruh Orientasi. 53
2.12. Klasifikasi massa Batuan 54
2.13. Pondasi pada Batuan.. 55
2.13.1. Keruntuhan Batuan.. 57
2.13.2. Pengaruh di Tenggelamkan.. 57
2.13.3. Perbaikan Tanah................................... 58

BAB 3 TEROWONGAN
3.1. Pengertian Umum. 59
3.2. Klasifikasi Terowongan
3.2.1. Terowongan berdasarkan kegunaannya. 60
3.2.2. Terowongan berdasarkan lokasinya... 62
3.2.3. Terowongan berdasarkan material yang dipakai 63
3.3. Proses Persiapan Awal Pembuatan Terowongan. 63
3.4. Investigasi Geoteknik dalam Pembuatan Terowongan 64
3.5. Prinsip Stabilisasi Tunnel dan Desain,.. 65
3.6. Metode Penggalian Terowongan.. 66
3.7. Tahapan Pembuatan Terowongan 69
3.7.1. Pengeboran (Boring) . 69
3.7.1a. Sistem Pemboran 74
3.7.1b. Tipe Pemboran 77
3.7.1c. Mata Bor. 81
3.7.2. Peledakan (Blasting) .. 81
3.7.2a. Jenis-jenis Pola Lubang 85
3.7.2b. Pemilihan Bahan Peledak pada Tambang
Bawah Tanah.. 89
3.7.2c. Proses Peledakan (Perimeter Blasting) 91
3.7.2d. Pengamanan Sebelum dan Sesudah
Peledakan 93
3.7.2e. Transportasi dan Penanganan Bahan
Peledak 95
3.7.2f. Beberapa Istilah dalam Peledakan... 96
3.7.3. Baut Batuan (Bolting) 97
3.7.4. Penahan/ Penyangga (Scaffolding)
3.7.4a. Macam-macam Penyangga Terowongan. 99
3.7.4b. Penentuan Penyangga berdasarkan Prediksi
Geologi... 104
3.7.5. Pembetonan (Concriting)
3.7.5a. Perencanaan Lapisan Beton 104
3.7.5b. Metode Penempatan Lapisan Beton.... 105
3.7.5c. Penempatan Peralatan.. 107
3.7.6. Invert Beton... 108
3.7.7. Pekerjaan Pembuangan (Mucking) ... 109
3.7.8. Ventilasi Udara (Ventilation) 111
3.7.9. Sistem Drainase (Linning) 112
3.7.10. Penyediaan Listrik dan Penerangan
(Power Supply and Lighting) . 113
DAFTAR PUSTAKA. 115

Anda mungkin juga menyukai