Geologi Respon
Tanah lunak dan Desain pondasi untuk mengurangi atau
pemukiman mendistribusikan beban
Tanah lemah dan potensi Perbaikan tanah atau rongga mengisi;
kegagalan atau mengidentifikasi dan menghindari
zona bahaya
Lereng tidak stabil dan Menstabilkan atau mendukung lereng;
potensi geser atau menghindari zona bahaya
Sungai yang parah atau Memperlambat proses dengan batu atau
erosi pantai beton pertahanan (lingkup terbatas)
Potensi bahaya gempa Desain struktural untuk menahan
getaran; menghindari tanah yang tidak
stabil
Potensi bahaya vulkanik Membatasi dan menghindari zona
bahaya; mencoba prediksi letusan
Batu yang diperlukan Sumber Daya assement dan pengujian
sebagai bahan batu
Pemakaian ilmu geologi untuk bidang teknik sipil dilakukan oleh ahli
teknik sipil inggris bernama William Smith (1839) dikenal sebagai
bapak geologi Inggris dengan pembuatan terowongan kereta api di
Swiss, bendungan di california, (1928). Di Indonesia kira-kira 50
tahun yang lalu baru mulai ada kesadaran pentingnya geologi dalam
pekerjaan-pekerjaan sipil.
Peristilahan material bangunan sering terjadi masalah, oleh
karena itu sebagai konsultan bidang geologi teknik harus memahami
istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar menurut teknik sipil.
Ada perbedaan pengertian dalam bidang geologi maupun bidang
teknik sipil tentang tanah dan batuan.
2.1.Mekanika Batuan
2.1.1. Konsep Umum
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan dan terapan yang
mempelajari karakteristik, perilaku dan respons massa batuan akibat
perubahan keseimbangan medan gaya disekitarnya, baik karena
aktivitas manusia maupun alamiah.
Menurut US National Commite on Rock Mechanics(1964) dan
dimodifikasi(1974) :
Rock mechanics is the theoretical and applied science of the
mechanical behavior of rocks and rock masses, it is that branch of
mechanics concern with the response of rock masses to the force
fields of their physical environment
Mekanika Batuan mempelajari antara lain :
1. Sifat-sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan
2. Berbagai teknik analisis tegangan dan regangan batuan
3. Prinsip-prinsip yang menyatakan respons massa batuan
terhadap beban
4. Metodologi yang logis untuk penerapan teori dan teknik
mekanika untuk solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa
batuan.
Mekanika batuan sendiri merupakan dari subyek yang lebih tua,
yaitu Geomekanika, yang membahas tentang respons mekanik dan
semua material geologi seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin
rekayasa koheren dalam tiga setengah dekade terakhir. Bidang
rekayasa pertambangan sejak kira-kira dua dekade terakhir telah
mulai mengembangkan teknik tekniknya sendriri berdasarkan kaidah
mekanika batuan dalam rancangan dan pelaksanaan penggalian baik
dipermukaan maupun bawah permukaan.
Batua
n Beku
5 1
4
2
Sedimen,
8 kerikil
pasir,
lumpur,
7 dsb 6
9
Batuan 3 Batuan
Sedime Metamor
n f
2.3.2d Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka
Pettijohn, dan kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran
menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan
tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
- Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
- Meruncing (menyudut) (angular)
- Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
- Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
- Membundar (membulat (rounded)
- Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
Ukuran
Nama Butiran Nama batuan
butir (mm)
Boulder / block
> 256 Breksi
(bongkah)
(bentuk / kebundaran butiran
64 256 Cobble (kerakal)
meruncing)
4 64 Pebble Konglomerat
(bentuk / kebundaran butiran
24 Granule (kerikil)
membulat)
1/162 Sandstone (pasir) Batu pasir
1/16
Silt (lanau) Batu lanau
1/256
< 1/256 Clay (lempung) Batu lempung
2.6. Pembebanan
Ketika sebuah terowongan batuan atau gua yang digali secara
utuh, penyesuaian terjadi dalam tekananyang sebelumnya ada.
Sebelum penggalian, beban vertikal adalah sama dengan berat batu,
massa di atas dapat dilihat pada tabel. Horizontal Unit tekanan dapat
bervariasi antara batas lebar dan keliling tegangan melingkar di
dinding terowongan di batu yang utuh adalah sekitar dua kali lipat
dari sebelum penggalian, sedangkan radial stres sama dengan nol.
Pengaruh penggalian cepat dapat menurun dengan meningkat jarak
dari dinding terowongan.
a. Metode Klasifikasi Beban Batuan (rock load)
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun
1946. Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang
mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan
penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di
Amerika selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi pada saat ini
metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali
terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan
penyangga beton dan rockbolts.
b. Klasifikasi Stand-up Time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari
metode ini adalah bahwa dengan bertambahnya span terowongan
akan menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan
tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah:
arah sumbu terowongan, bentuk potongan melintang, metode
penggalian, dan metode penyanggaan.
c. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini
didasarkan pada penghitungan persentase inti terambil yang
mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil
yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun
mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan
penyanggaan terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar
dalam pemerian inti pemboran dan merupakan salah satu
parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan Q-
system RQD . Kualitas massa batuan :
< 25% Sangat jelek
25 50% Jelek
50 75% Sedang
75 90% Baik
90 100% Sangat baik
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat
mudah dan cepat, akan tetapi metode ini tidak memperhitungkan
faktor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga
metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan
yang sebenarnya.
d. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann
dan Skinner pada tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan
metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa
batuan dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode
ini merupakan metode pertama untuk menentukan klasifikasi
massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi
massa batuan oleh Terzaghi 1946.
Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-
konsep yang ada sebelumnya. Pada konsep RSR terdapat
klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya
klasifikasi kulitatif saja.Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak
parameter yang terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang
hanya melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja.
Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data
masukan dan data keluaran yang lengkap tidak seperti Lauffer
yang hanya menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time
dan span.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter
pembentuknya yang terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:
i. Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis
bidang lemah, sesar, geseran, dan lipatan, sifat material;
pelapukan, dan alterasi.
ii. Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian,
metode penggalian RSR merupakan metode yang cukup baik
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja tetapi
tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan
dengan penyangga rock bolt dan beton.
e. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa
batuan yang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal
dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun,
klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian
dikarenakan adanya penambahan data masukan sehingga
Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada parameter yang
digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Pada
penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah
klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan Sistim RMR yaitu:
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.
2. Rock Quality Designatian (RQD).
3. Spasi bidang dikontinyu.
4. Kondisi bidang diskontinyu.
5. Kondisi air tanah.
6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi
kedalam daerah struktural yang memiliki kesamaan sifat berdasarkan
6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk setiap daerah
tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya
disesuaikan dengan kenampakan perubahan struktur geologi seperti
patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan jenis
batuan.RMR ini dapat digunakan untuk terowongan.lereng, dan
pondasi.
2.7. Kekuatan Batuan
Kekuatan batuan utuh tergantung dari kekuatan minera
lkomponen dengan cara mereka terikat bersama-sama dengan saling
mempererat.
Massa kekuatan batu berlaku untuk massa batuan retak dalam tanah
dan langsung berhubungan dengan kelemahan fracture. Kekerasan
tidak langsung berhubungan dengan kekuatan; biasanya hanya untuk
memudahkan pengeboran. Kegagalan batu biasanya dalam geser;
kuat tekan terbatasi dalam uji laboratorium menghasilkan oblique
kegagalan geser. Kuat tekan menunjukan sebagian besar batuan >
beban yang diterapkan engeneering, kecuali pada tanah liat yang
lemah, dan setiap batu berat lapuk atau padat retak.
(UCS beton=40N/mm2=40MPa).
2.7.1. Kekuatan Tarik(To, St)
Kekuatan tarik jarang diukur atau diterapkan secara langsung,
yang Umumnya digunakan sekitar UCS/20 atau UCS/8 untuk batu.
Kekuatan lentur berkaitan dengan kekuatan tarik pada permukaan
luar, dan tidak mudah diukur atau ditentukan. Elastis pelat mika
memberikan tekanan kekuatan lentur tinggi.
Ini adalah rata-rata atau nilai-nilai khas, yang hanya dapat
diambil sebagai pedoman perkiraan. Semua nilai memilih batuan
utuh yang belum melemah akibat pelapukan. Nilai khas menunjukkan
variasi yang ekstrim berkaitan dengan orientasi dll. Atau kurangnya
data yang memadai.
TEROWONGAN
3.1. Pengertian Umum
Pengertian Terowongan
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai
panjang lebih dari lebar penampang galiannya dan mempunyai
gradien memanjang < 15%, terowongan umumnya tertutup diseluruh
sisi kecuali dikedua ujungnya terbuka pada lingkungan luar.
Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah
tembusan dibawah permukaan yang memiliki panjang 0.1 mil, dan
yang lebih pendek dari itu dinamakan underpass. Terowongan biasa
digunakan untuk lalu-lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta
api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu,
ada pula terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk
mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan untuk saluran
pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang menyalurkan
kabel telekomunikasi.
Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai jenis lapisan
tanah dan bebatuan sehingga metode konstruksi pembuatan
terowongan tergantung dari keadaan tanah. Metode konstruksi yang
lazim digunakan dalam pembuatan terowongan antara lain: Cut and
Cover System, Pipe Jacking system (Micro Tunneling), Tunneling
Bor Machine(TBM), New Austrian Method (NATM), dan Immersed-
Tube Tunneling System.
Dalam tahap kostruksinya, terowongan memerlukan
pengawasan yang lebih, karena adanya sedikit kesalahan metode atau
sequence of work dapat mengakibatkan keruntuhan tunnel.
Pelaksanaan galian terowongan dapat dikerjakan dengan bantuan
alat-alat berat (excavator dengan perlengkapan-perlengakapan
clampshell, backhoe, shovel, dan juga crowler loader), sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu relative cepat dan
memperkecil kemungkinan runtuh.
3.2. Klasifikasi Terowongan
3.2.1 Terowongan berdasarkan kegunaannya
Dibagi menjadi 2 bagian,antara lain:
1). Terowongan Lalu-Lintas (Traffic Tunnel)
a. Terowongan kereta api
Adalah terowongan yang merupakan terowongan paling
penting diantara terowongan lalu lintas
b. Terowongan jalan raya
Terowongan yang dibangun untuk kendaraan bermotor karena
pesatnya pertambahan lalu-lintas jalan raya bersamaan dengan
berkembangnya industri kendaraan bermotor.
c. Terowongan pejalan kaki
Terowongan ini termasuk dalam grup terowongan jalan tetapi
penampangnya lebih kecil jari-jari belokannya pendek dan
kemiringannya besar. Terowongan ini biasanya digunakan
dibawah jalan raya yang ramai atau dibawah sungai dan kanal
sebagai tempat menyebrang pejalan kaki.
d. Terowongan navigasi
Terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air
dikanal-kanal dan sungai-sungai yang menghubungkan
satukanal atau sungai ke kanal lainnya.
e. Terowongan transportasi dibawah kota
f . Terowongan ditambang bawah tanah
Terowongan ini dibuat sebagai jalan masuk ke dalam tambang
bawah tanah yang digunakan untuk lalu-lintas para pekerja
tambang mengangkut peralatan tambang.
2). Terowongan Angkutan
a. Terowongan stasiun pembangkit listrik air
Terowongan yang digunakan sabgai tempat dialirkan air dari
sungai atau reservoir untuk digunakan sebagai pembangkit
listrik disebuah stasiun pembangkit yang letaknya lebih
rendah.
b. Terowongan penyediaan air
Fungsi terowongan ini adalah menyalurkan air dari mata air
ketempat penyimpanan.
c. Terowongan untuk saluran air kotor
Terowongan yang dibuat untuk membuang air kotor dari
kota atau pusat industri ke tempat pembuangan yang sudah
disediakan.
d. Terowongan digunakan untuk kepentingan umum (kabel
listrik).
Terowongan yang dibuat didaerah perkotaan untuk
menyalurkan kabel listrik dan telepon, pipa gas dan air, dan
juga pipa lainnya yang penting, dibuat dibawah saluran air,
jalan raya, jalan kereta api, untuk memudahkan inspeksi
secara kontinyu.
Terowongan bisa
Gunung dibangun asalkan
jenis batuan
kedap air.
Tunnel
Terowongan
Sesar
tidak disarankan
melewati daerah
sesar aktif.
- Kalaupun harus
melewati maka
-
harus dipikirkan
Tunnel
teknologi yang
Berpotongan
bisa mengurangi
resiko.
3.4 Investigasi Geoteknik dalam Pembuatan Terowongan
Mengingat kegiatan geoteknik sangat mendasari pembuatan
terowongan, dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kegiatan geoteknik antara lain:
- Kegiatan geoteknik berkaitan dengan pondasi dari
terowongan yang menahan beban batuan nantinya.
- Pengaruh air tanah dalam kegiatan ini.
- Pengaruh aliran air tanah dalam batuan
- Prinsip geologi dasar dan hidro-geologi
- Prediksi parameter air tanah
- Kondisi awal seperti waktu, musim,dll.
Tabel1.1
Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan
b. Porositas batuan Kekuatan Batuan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan
terhadap gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik. Pada
prinsipnya, kekuatan batuan tergantung pada komposisi
mineralnya.
c. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan
mineral lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi
keausan (umur) mata bor dan batang bor. Faktor yang
mempengaruhi abrasivitas batuan adalah:
- Kekerasan batuan
- Bentuk butir
- Ukuran butir
- Ketidaksamaan penyusun batuan
d. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan
nisbah Poisson (). Modulus elastisitas merupakan faktor
kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan
relatifnya, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan
antara regangan lateral dengan regangan aksial. Modulus
elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya,
porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan.
e. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal,
dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung
pada komposisi mineral penyusun batuan.
Modulus
Batuan Elastisitas Nisbah
Porositas
Sedimen 104 x Poisson
(MPa)
1,96
Dolomit 0,08 0,2 0,27 4,10
8,24
0,98
Limestone 0,1 0,2 0,27 4,10
7,85
0,49 0,066 1,62
Sandstone
8,43 0,125 26,40
0,11
Shale 0,8 3,0 20,0 50,0
0,54
Tabel 1.2
2. Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen
a. Tekstur Batuan
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-
mineral penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan
berdasarkan dari sifat-sifat porositas ikatan antar butir, bobot isi,
dan ukuran butir. Tekstur juga mampengaruhi kecepatan
pemboran.
b. Struktur Geologi
Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan
kemantapan lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti
patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan.
c. Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan
ketika dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik
pecah yang berbeda dan ini berhubungan dengan tekstur,
komposisi mineral, dan tekstur.
3. Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor
melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan
merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral,
tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.
4. Geometri Pemboran
Geometri pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan
kemiringan lubang tembak. Semakin besar diameter lubang berarti
penampang lubang yang harus ditembus semakin besar sehingga
faktor gesekan juga semakin besar. Hal ini akan sangat
mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan pemboran
semakin lambat. Semakin dalam lubang bor maka akan terjadi
gesekan antara drilling string dengan dinding lubang yang
semakin besar. Di samping itu kehilangan energi akibat semakin
panjangnya drilling string juga akan semakin besar. Hal ini akan
dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan pemboran ada
2 macam arah lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring,
arah lubang ledak ini berpengaruh terhadap aktivitas pemboran.
5. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin
lama umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin
turun
6. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing
yang dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.
Gambar 3a
Gambar 3b Gambar 3c
Gambar 3d Gambar 3e
Gambar 3f Gambar 3g
b. Abrasion Drills
1. Blast-Hole Drills
Bor putar terdiri dari bor batang pipa
baja pada bagian bawah yang
merupakan mata bor yang menghancur
batu dan berputar dari atas batu.
2. Shot Drills
Bor putar yang sedikit terdiri dari pipa baja dengan permukaan
yang kasar di bagian bawah
3. Diamond Drills
Bor putar yang terdiri dari paduan
logam yang terdiri sejumlah besar
pecahan batu berlian yang berputar
c. Fusion Piercing
Perkembangan terakhir dalam lubang pengeboran untuk
peledakan tujuan. Diproduksi dengan membakar campuran
oksigen dan bahan bakar bantalan fluks, seperti minyak tanah
pada akhir pukulan pipa.
3.7.1c Mata Bor
- Deteacable Bit
Disebut Deteacable Bit
apabila bitnya diganti-ganti
tidak menyatu dengan Drill
Rod. Pada Jack Hammer,
Deteacable Bit ini dikenal juga dengan Soket.
- Forget Bit
Disebut Forget Bit apabila menyatu dengan drill rod dan
bitnya tidak lepas. Pada Jack Hammer, Forget Bit ini
dikenal juga dengan nama Chiel.
c. V-Cut
V-Cut sering dipakai dalam peledakan didalam
terowongan. Lubang tembak pada pola ini diatur sedemikian
rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut
dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada
posisi horisontal. Lubang-lubang tembak pada cut biasanya
dibuat membentuk sudut 60o terhadap permukaan terowongan.
Dengan demikian panjang kemajuan tergantung pada lebar
daripada terowongan karena panjang batang bor terbatas pada
lebar tersebut. Satu atau dua buah lubang tembak yang lebih
pendek disebut burster dan dapat dibuat ditengah cut untuk
memperbaiki hasil fragmentasi.
d. Pyramid Cut
Pyramid Cut terdiri dari 4 buah lubang tembak yang
saling bertemu pada satu titik ditengah terowongan. Pada
batuan yang keras banyaknya lubang cut ditambah hingga
menjadi 6 buah.
e. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan cut yang lain. Perbedaannya
yaitu pada cut lain lubang cut membentuk sudut satu sama
lain sedang dalam burn cut lubang cut dibuat sejajar satu
sama lain dan tegak lurus terhadap permukaan terowongan.
Pada pola ini beberapa lubang cut tidak diisi dengan bahan
peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang
cut yang diisi dengan bahan peledak. Lubang cut yang
kosong dapat lebih dari satu dan ukurannya lebih besar dari
lubang cut yang diisi. Keuntungan dari pada burn cut
adalah :
- Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan
karena semua lubang dibuat sejajar dengan sumbu
terowongan
- Proses pemboran menjadi lebih mudah.
Contoh Kontainer
3.7.2f. Beberapa istilah dalam peledakan:
- Peledakan bias (refraction shooting) merupakan peledakan di
dalam lubang atau sumur dangkal untuk menimbulkan getaran
guna penyelidikan geofisika cara seismik bias.
- Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder
untuk pengecilan ukuran bongkah batuan dengan cara membuat
lobang tembak berdiatemeter kecil dan diisi sedikit bahan peledak.
- Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan
energi seismik di permukaan bumi dengan meledakkan bahan
peledak di udara .
- lepas gilir (off-shift blasting) merupakan peledakan yang
dilakukan di luar jam gilir kerja .
- Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan cara
peledakan jenjang kuari atau tambang terbuka dengan
menggunakan lubang tembak yang dalam disesuaikan dengan
tinggi jenjang.
- Peledakan parit (ditch blasting) merupakan proses peledakan
dalam pembuatan parit .
- Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan cara peledakan
dengan membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat
ledak atau membuat lubang tembak yang lebih besar dari diameter
dodol sehingga menghasilkan getaran yang relatif lembut.
3.7.3. Baut Batuan (Bolting)
Baut batuan termasuk penyangga aktif karena mempunyai
sifat memperkuat massa batuan secara langsung dimana
penyangga dipasang merupakan bagian dari massa batuan. Baut
batuan biasanya menggunakan batuan yang baik tetapi dapat juga
digunakan beberapa batuan yang tergolong lemah . Mereka
memiliki keuntungan dari memperluas bagian batu, walau hanya
beberapa inci di luar batu , yang dapat mengurangi ukuran
terowongan yang akan diperlukan bila menggunakan kayu atau set
baja pendukung. Baut batuan memiliki gesekan atau nat jangkar di
batu dan dikencangkan segera, dicapai untuk secara aktif
memperkenalkan gaya tekan ke tanah sekitarnya. Gaya aksial
tersebut bertindak atas diskontinuitas massa batuan sehingga
meningkatkan kapasitas geser dan dihasilkan oleh pre-tensioning
baut.
Sistem ini membutuhkan "panjang ikatan" untuk memungkinkan
baut yang akan dikencangkan. Baut batuan sering sepenuhnya
terikat ke tanah sekitarnya setelah tensioning, untuk pertimbangan
transfer beban jangka panjang.
Keuntungan dari penggunaan baut batuan
a) Lebih fleksibel, dapat digunakan dalam bentuk geometri yang
bervariasi.
b) Penghematan biaya material.
c) Pemasangannya dapat sepenuhnya dengan mekanisasi, sehingga
relatif lebih cepat.
d) Tahan terhadap korosi.
e) Kerapatannya (jumlah baut batuan per satuan luas) dengan mudah
dapat disesuaikan dengan kondisi batuan lokal.
f) Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti wire mesh dan
penyangga pasif.
Puji dan syukur kami panjatkan ke Allah yang Maha Kuasa dan
Penyayang karena hanya Berkat, Rahmat, dan Ridho-Nya, sehingga
bahan ajar ini dapat diselesaikan.
Penulis
ANALISIS INSTRUKSIONAL
SKS : 2
SEMESTER : VIII
DAN
DAN
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ANALISIS INSTRUKSIONAL
DAFTAR ISI
BAB 1 GEOLOGI DAN TEKNIK SIPIL
1.1. Geologi dan Teknik Sipil
1.1.1. Definisi dan Pengertian Geologi. 1
1.1.2. Pengenalan Geologi Teknik 2
1.1.3. Peta Geologi 5
BAB 3 TEROWONGAN
3.1. Pengertian Umum. 59
3.2. Klasifikasi Terowongan
3.2.1. Terowongan berdasarkan kegunaannya. 60
3.2.2. Terowongan berdasarkan lokasinya... 62
3.2.3. Terowongan berdasarkan material yang dipakai 63
3.3. Proses Persiapan Awal Pembuatan Terowongan. 63
3.4. Investigasi Geoteknik dalam Pembuatan Terowongan 64
3.5. Prinsip Stabilisasi Tunnel dan Desain,.. 65
3.6. Metode Penggalian Terowongan.. 66
3.7. Tahapan Pembuatan Terowongan 69
3.7.1. Pengeboran (Boring) . 69
3.7.1a. Sistem Pemboran 74
3.7.1b. Tipe Pemboran 77
3.7.1c. Mata Bor. 81
3.7.2. Peledakan (Blasting) .. 81
3.7.2a. Jenis-jenis Pola Lubang 85
3.7.2b. Pemilihan Bahan Peledak pada Tambang
Bawah Tanah.. 89
3.7.2c. Proses Peledakan (Perimeter Blasting) 91
3.7.2d. Pengamanan Sebelum dan Sesudah
Peledakan 93
3.7.2e. Transportasi dan Penanganan Bahan
Peledak 95
3.7.2f. Beberapa Istilah dalam Peledakan... 96
3.7.3. Baut Batuan (Bolting) 97
3.7.4. Penahan/ Penyangga (Scaffolding)
3.7.4a. Macam-macam Penyangga Terowongan. 99
3.7.4b. Penentuan Penyangga berdasarkan Prediksi
Geologi... 104
3.7.5. Pembetonan (Concriting)
3.7.5a. Perencanaan Lapisan Beton 104
3.7.5b. Metode Penempatan Lapisan Beton.... 105
3.7.5c. Penempatan Peralatan.. 107
3.7.6. Invert Beton... 108
3.7.7. Pekerjaan Pembuangan (Mucking) ... 109
3.7.8. Ventilasi Udara (Ventilation) 111
3.7.9. Sistem Drainase (Linning) 112
3.7.10. Penyediaan Listrik dan Penerangan
(Power Supply and Lighting) . 113
DAFTAR PUSTAKA. 115