Anda di halaman 1dari 3

KEHIDUPAN EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Nama : M.RIZKI SEPTIAN HIDAYAT


Kelas : XII MIPA 3

SMAN 1 SUKATANI 2017/3018


Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin
merupakan bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi
disentralisasikan di pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan
dari pusat. Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di
Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya
saja. Pada bulan 5 Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden. Era "Demokrasi Terpimpin", yaitu
kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan
pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan
masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan
militer menjadi wabah.
Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin
merupakan bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi
disentralisasikan di pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan
dari pusat. Langkah yang ditempuh pemerintah untuk menunjang pembangunan
ekonomi adalah sebagai berikut.
Tujuan Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional yaitu untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka dibentuklah
Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 yang
dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang. Tugas depernas
ini yaitu Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang
berencana ,Menilai Penyelenggaraan Pembangunan.
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun
Rancangan Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana
tahapan tahun 1961-1969 yang disetujui oleh MPRS. Mengenai masalah
pembangunan terutama mengenai perencanaan dan pembangunan proyek besar
dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai
harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden
Sukarno menyebabkan Penurunan Nilai Uang, Kenaikan Laju Inflasi
Sistem Ekonomi Liberal Sebagai negara yang baru merdeka, kehidupan
ekonomi Indonesia masih sangat terbelakang. Upaya mengadakan pembangunan
ekonomi untuk mengubah struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang
sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat. Terdapat empat
faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersendat-sendat yaitu
Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan dengan adanya
gerakan separatisme di berbagai daerah, Terlalu sering berganti kabinet
menyebabkan program-program kabinet yang telah dirancang tidak dapat
dilaksanakan,Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil
bumi sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia,Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi
secara baik, belum memilki tenaga ahli dan dana yang diperlukan belum
memadai. Namun demikian, pemerintah telah mencoba upaya untuk memperbaiki
ekonomi melalui beberapa langkah yaitu Nasionalisasi De Javasche Bank, Sistem
Ekonomi Gerakan Benteng, Gunting Syarifuddin

Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno mempraktikkan sistem ekonomi


terpimpin. Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian.
Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan ini berakibat penurunan
kegiatan perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai