ABSTRAK
Tulisan ini berisikan uraian tentang Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. Setiap
Negara memiliki startegi tersendiri yang cocok untuk pertumbuhan ekonomi di Negaranya.
Ada tiga strategi yang mungkin bisa diterapkan pada perekonomian disetiap Negara. Pertama,
Strategi Upaya Minimum Kritis yang bertujuan untuk meningkatakan pendapatan per kapita
dengan memberikan rangsangan pertumbuhan yang lebih besar diatas batas minimum kritis
tertentu. Kedua, Strategi Pembangunan Seimbang yang mengharuskan adanya pembangunan
serentak diberbagai sektor perekonomian. Ketiga. Stratgi Pembangunan Tak Seimbang yang
menekan kan pada pembangunan secara bertahap yaitu dengan mendahulukan sektor yang
memiliki potensi untuk berkembang sehingga mampu untuk mengembangkan sektor-sektor
lainnya.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara. Dalam memajukan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
diperlukan strategi pertumbuhan ekonomi yang cocok bagi suatu Negara.
untuk itu dalam tulisan ini saya akan membahas tentang strategi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang terbagi menjadi tiga strategi yaitu :
PEMBAHASAN
yang lebih besar dari batas minimum kritis tertentu. Harvey Leibenstein mengajukan tesis
bahwa sebagian besar Negara Sedang Berkembang berada dalam lingkaran kemiskinan yang
membuat mereka tetap berada pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah. untuk itu
diperlukan suatu startegi upaya minimum kritis tertentu yang dapat meningkatkan tingkat
pendapatan perkapita yang berkesinambungan dan dapat dipertahankan.
Leibenstein mengatakan bahwa dalam tahap transisi dari keadaan keterbelakangan ke keadaan
yang lebih maju di mana kita dapat mengharapkan pertumbuhan jangka panjang yang mantap
di perlukan suatu kondisi bahwa suatu perekonomian harus mendapatkan rangsangan
pertumbuhan
Menurut Leibenstein, setiap ekonomi akan tunduk pada hambatan dan rangsangan yang terjadi.
Adanya hambatan akan menurunkan pendapatan per kapita dari tingkat sebelumnya sedangkan
rangsangan cenderung akan meningkatkan pendapatan per kapita. Suatu Negara akan tetap
berada pada keterbelakangan jika besarnya rangsangan lebih kecil daripada besar hambatan
yang di hadapi. Hanya jika pada factor-faktor tertentu di nilai dapat meningkatkan pendapatan
di berikan rangsangan yang lebih besar di bandingkan dengan hambatan yang mereka hadapi
maka usaha minimum itu dapat tercapai sehingga perekonomian akan mencapai kemajuan.
Tesis Leibenstein di dasarkan pada kenyataan bahwa laju pertumbuhan penduduk merupakan
fungsi dari laju pendapatan per kapita. Laju pertumbuhan penduduk berkaitan erat dengan
berbagai tahap pembangunan ekonomi. Mula-mula tingkat keseimbangan subsisten, laju
pendapatan, kesuburan dan kematian sesuai dengan tingkat kelangsungan hidup penduduk. Jika
pendapatan per kapita naik diatas posisi keseimbangan maka tingkat kematian akan menurun
tanpa dibarengi penurunan tingkat kesuburan. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk
meningkat. Jadi, kenaikan tingkat pendapatan per kapita cenderung menaikan laju
pertumbuhan penduduk. Namun kecenderungan ini hanya sampai pada titik tertentu, setelah
melapaui titik tersebut, kenaikan pendapatan per kapita akan menurukan tingkat kesuburan dan
ketika pembangunan sudah sampai pada tahap maju maka laju pertumbuhan penduduk akan
menurun.
Argument Leibenstein tersebut didasarkan pada teks kapilaritas sosial nya Dumont, yang
menyatakan bahwa kenaikan pendapat per kapita akan mengurangi keinginan untuk
mempunyai banyak anak guna menunjang pendapatan orang tua. Spesialisasi yang semakin
meningkat serta peningkatan pendapatan mobilitas ekonomi akan menimbulkan sebuah
kenyataan bahwa mengurus keluarga besar akan terasa lebih sulit dan mahal. Oleh karena itu
laju pertumbuhan penduduk menjadi konstan dan kemudian secara perlahan akan mengalami
penurunan, sebaliknya perekonomian akan mengalami kemajuan yang pesat menuju garis
pembangunan berkesinambungan. Menurut leibenstein, laju pertumbuhan maksium penduduk
secara biologis antara 3 sampai 4 persen.
Kurva N menggambarkan laju pendapatan per kapita sedangkan kurva P menggambarkan laju
pertumbuhan penduduk pada setiap tingkat pendapatan perkapita. Bermula dari titik A yang
mewakili titik keseimbangan subsisten. Jika pendapatan per kapita di naikan Yb, laju
pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan per kapita dua-duanya adalah 1%. Pada laju
pendapatan per kapita Yc, laju pertumbuhan penduduk sebesar 2% lebih tinggi daripada laju
pendapatan per kapita sebesar 1%. Oleh karena itu pendapatan per kapita harus dinaikan
sedemikian rupa agar dapat meningkatkan pendapatan nasional yang lebih besar dari laju
pertumbuhan penduduk. Hal ini bisa tercapai pada tingkat Ye dimana laju pertumbuhan
penduduk yang ditentukan secara biologis oleh leibenstein diasumsikan sebesar 3%. Dengan
demikian Ye adalah tingkat pendapatn per kapita minimum kritis yang diperlukan untuk
menggerakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan.
Selain pertumbuhan penduduk ada faktor lain yang memerlukan penerapan upaya minimum
kritis yaitu :
1. Skala disekonomis internal Yang timbul akibat tidak dapat dibaginya faktor produksi.
2. Skala disekonomis eksternal Yang timbul akibat adanya ketergantungan eksternal, hambatan
budaya dan kelembagaan yang ada di Negara Sedang Berkembang.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar.
Namun upaya ini tidak dapat dilakukan pada tingkat pendapatan subsisten, karna pengeluaran
pada tingkat pendapatan subsisten hanyalah sekedar untuk bertahan hidup dan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jadi upaya minimum kritis itu harus lebih besar diatas
tingkat pendapatan subsisten agar roda pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dapat
bergerak.
c. Agen Pertumbuhan
Upaya minimum kritis dapat di lakukan jika ada dukungan dari kondisi ekonomi yang relavan
terhadap kegiatan usaha, sehingga laju kekuatan pendorong berkembang lebih cepat daripada
kekuatan penghambat pendapatan. Oleh karena itu di ciptakan pengembangan agen-agen
pertumbuhan, agen-agen pertumbuhan tersebut merupakan anggota masyarakat yang
melakukan kegiatan-kegiatan yang membantu pertumbuhan. Agen-agen tersebut adalah para
pengusaha, investor, penabung, dan innovator. Kegiatan-kegiatan produktif tersebut di nilai
mampu menghasilkan kewiraswastaan, peningkatan sumber daya pengetahuan, pengembangan
keterampilan produktif masyarakat, serta peningkatan laju tabungan dan investasi.
d. Rangsangan Pertumbuhan
Menurut Leibenstein, berhasil tidaknya agen pertumbuhan tergantung pada hasil yang
diharapkan dari kegiatan tersebut. Leibenstein membedakan rangsangan pertumbuhan ke
dalam dua jenis:
1. Rangsangan zero-sum yang tidak meningkatkan pendapatan nasional tetapi hanya upaya
distributive.
2. Rangsangan positif-sum yang berarti terdapat upaya pengembangan pendapatan nasional.
Positif-sum dinilai mampu menghasilkan pembangunan ekonomi. Namun kondisi yang ada di
NSB sering kali hanya mendorong pengusaha terlibat dalam kegiatan zero-sum. Kegiatan
tersebut mencakup:
1. Kegiatan bukan dagang untuk menjamin posisi monopolistic yang lebih besar, kekuatan
politik, dan prestise sosial.
2. Kegiatan dagang yang membawa ke posisi monopolistic yang lebih besar yang tidak
menambah sumber-sumber agregat.
3. Kegiatan spekulatif yang tidak memanfaatkan tabungan, dan tidak memanfaatkan sumber
kewirausahaan yang langka.
4. Kegiatan yang menggunakan tabungan neto, tetapi investasinya hanya mencakup bidang-
bidang usaha yang nilai sosial nya nol atau lebih rendah daripada nilai privatnya.
Jadi, kegiatan zero-sum bukanlah kegiatan yang secara rill meciptakan pendapatan tetapi hanya
sekedar pemindahan likuiditas dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu, upaya minimum
kritis itu harus cukup besar agar tercipta iklim yang relevan bagi berlangsungnya rangsangan
positive-sum.
Di dalam perekonomian terbelakang ada pengaruh tertentu yang bersifat anti perubahan, yang
cenderung akan menekan pendapatan per kapita. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain :
1. Kegiata zero-sum untuk mempertahankan hak-hak istimewa ekonomi yang ada melalui
pembatasan peluang-peluang ekonomi yang memiliki potensi untuk berkembang
2. Tindakan konservatif para buruh yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir untuk
menentang perubahan.
3. Adanya berbagai macam upaya yang menentang gagasan dan pengetahuan baru karena gagasan
lama sudah tertanam dihati mereka.
4. Adanya kenaikan pengeluaran konsumsi atas barang-barang mewah yang dinilai kurang
produktif apabila dibandngkan dengan pengeluaran untuk kegiatan akumulasi modal.
5. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja mempunyai pengaruh pada berkurangnya modal
yang tersedia per tenaga kerja.
Untuk mengatasi semua kendala yang mengakibatkan suatu perekonomian berada dalam
keadaan keterbelakangan, maka diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar untuk
mendorong laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat memacu positif-sum dan menciptakan
kekuatan untuk menandingi zero-sum. Sebagai hasil dari upaya minimum kritis itu, pendapata
perkapita akan mengalami kenaikan sehingga tingkat tabungan dan investai akan terstimulasi.
Perubahan-perubahan tersebut berdampak :
Di dalam kata pengatar bukunya, Leibenstein menuliskan bahwa tujuan dari analsisnya adalah
memberikan penjelasan atau pemahan bukan memberikan resep. Tetapi tesis ini mampu
menarik perhatian para ekonom dan perencana pembangunan di NSB. Meskipun demikian tesis
ini tetap mengandung beberapa kelemahan yaitu :
Pertama, laju pertumbuhan penduduk berkaitan dengan tingkat kematian. Menurut Leibenstein
laju pertumbuhan penduduk akan meningkat seiiring dengan peningkatan pendapatan per
kapita jika telah mencapai titik tertentu. Namun jika melewati titik tertentu maka pertumbuhan
penduduk akan menurun. Dengan adanya perbaikan pada kapasitas kesehatan, sarana dan
prasarana di NSB merupakan faktor pendorong pertumbuhan dan menekan angka kematian.
Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk tidak semata-mata didorong oleh perubahan yang
signifikan dari pendapatan per kapita.
Kedua, penurunan tingkat kelahiran bukan disebabkan oleh kenaikan pendapatan per kapita.
Di sebagian besar NSB masalah penurunan tingkat kelahiran lebih disebabkan oleh aspek
sosial-budaya dan bahkan persepsi intelektual dinilai mampu mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai jumlah anak yang ideal.
Kelima, menurut Myint, hubungan fungsional antara laju pendapatan per kapita dan laju
pertumbuhan pendapatann total lebih kompleks dan tidak sederhana seperti yang ditunjukan
Leibenstein. Ada dua argument yang mendasari pandangan tersebut. Pertama, hubungan
pendapatan per kapita dengan laju tabungan dan investasi tergantung pada kinerja lembaga
keuangan dalam mobilitas tabungan masyarakat. Kedua, hubungan antara investasi dan outpun
yang dihasilkan tidak serta merta ditentukan oleh rasio modal seperti yang diasumsikan
Leibenstein.
Keenam, strategi Leibenstein ini hanya akan relevan jika diterpakan pada perekonomian
tertutup
Pembangunan seimbang dapat di artikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara
berbarengan sehingga industri saling menciptakan pasar bagi yang lain. Singkatnya strategi
pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya pembangunan yang harmonis di berbagai
sektor ekonomi sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama.
Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi
penawaran memberikan penekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang saling
berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaran barang yang meiputi pembangunan serentak
yang harmonis dari barang setengah jadi, bahan baku, sumberdaya energy, pertanian,
pengairan, transportasi serta semua industri yang memproduksi barang konsumen.
Sedangkan sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar
dan penambahan pendapatan agar permintaan barang dan jasa dapat tumbuh. Sisi ini berkaitan
dengan industri yang sifatnya saling melengkapi, seperti industri benang dan industri pewarna
pakaian. Jika semua industri dibangun secara serentak maka jumlah tenaga kerja yang terserap
akan menjadi sangat besar.
Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses
pembangunan tidak menghadapi hambatan dalam:
1. Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energy, dan fasilitas-fasilitas untuk
mengangkut hasil produksi ke pasar.
2. Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan di produksi.
Pembangunan seimbang ini dapat pula di definisikan sebagai usaha pembangunan yang
bertujuan untuk mengatur investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan ada
hambatan yang berasal dari penawaran dan permintaan. Jika kita melakukan
pembangunan seimbang dan dana investasi jauh lebih besar dari dana investasi sebelumnya.
Istilah pembangunan seimbang itu di ciptakan oleh Nurkse (1956). Namun demikian teori ini
pertama kali di kemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan
besar-besaran.
Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan
ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut kearah yang lebih maju di
perlukan suatu dorongan besar-besaran atau suatu program yang menyeluruh yang mengacu
pada sejumlah minimum investasi tertentu.
Adapun tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menciptakan berbagai industri yang saling
berkaitan erat satu sama lain sehingga setiap industry memperoleh eksternalitas ekonomi
sebagai akibat dari proses industrialisasi seprti itu.
Pendapat Nurkse tidak jauh berbeda dengan pendapat Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya
Nurkse menekankan bahwa pembangunn ekonomi bukan hanya menghadapi masalah pada
kelangkan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industry di
kembangkan. Tingkat investasi yang rendah yang muncul sebagai akibat dari rendahnya daya
beli masyarakat sedangkan rendahnya daya beli masyarakat di akibatkan oleh rendahnya
pendapatan rill masyarakat dan rendahnya pendapatan rill masyarakat di akibatkan oleh
rendahnya produktifitas. Fenomena tersebut yang kemudian di kenal dengan sebutan lingkaran
setan kemiskinan.
Daya beli masyarakat pasar bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor produktif. Oleh
karena itu, jika daya beli masyarakat rendah akan menyebabkan pasar-pasar bagi sektor
produktif menjadi terbatas. Kondisi ini menyebabkan para pengusaha dan investor enggan
berinvestasi akibatnya perekonomian akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Jadi,
kesimpulannya bahwa dorongan untuk berinvestasi sering kali di batasi oleh pasar.
Pasar merupakan faktor penting yang akan membatasi investasi di sektor modern oleh karena
itu, untuk menyusun kebijakan dan program pembangunan persoalan yang harus dipecahkan
terlebih dahulu adalah bagaimana memperluas pasar domestik. Faktor yang dapat di jadikan
acuan dalam menentukan luas pasar adalah tingkat produktivitas. Oleh karena itu, satu-satunya
jalan keluar dari kebuntuan ini adalah dengan mensinkronkan penggunaan modal pada berbagai
macam jajaran industri.
NSB perlu melaksanakan program pembangunan seimbang, dengan jalan pada waktu yang
bersamaan dilakukan investasi diberbagai industri yang berkaitan erat satu sama lain. Dengan
cara inilah pasar dapat diperluas, karena kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat dinilai
mampu menciptakan permintaan akan barang-barang industri yang dihasilkan. Pembangunan
suatu industri dinilai akan mampu menciptakan pasar bagi industri lain, semakin banyak
industri yang dibangun semakin luas juga pasar industri tersebut sehingga memungkin kan
penggunaan modal secara lebih efisien dan intensif. Dengan demikian pembangunan seimbang
akan menjadi perangsang untuk memperluas permintaan akan modal dan untuk melakukan
investasi yang lebih banyak.
Selain itu keseimbangan juga diperlukan antara sektor dalam negri dan sektor luar negri.
Penerimaan atas ekspor merupakan sumber penting untuk membiayai pembangunan,
sedangkan industri dalam negri juga memerlukan tambahan impor bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan kapasitas produksi mereka. Strategi pembangunan seimbang merupakan
pondasi kuat untuk perdagangan internasional. Dengan semangkin meningkatnya produksi
dalam negeri, pasar dalam negeri dan pasar luar negeri atas produk tersebut pun semakin
meluas. Dengan demikian tingkat kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat pun
meningkat.
Scitovsky menyebutkan adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh
di suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian
tersebut.
Dalam teori keseimbangan, eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi
yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada industri
lain. Keuntungan pada suatu perusahaan bukan saja tergantung pada efisiensi penggunaan
faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan tersebut, tetapi juga tergantung pada
penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan lainnya terutama
perusahaan-perusahaan yang erat kaitannya dengan perusahaan tersebut.
Sementara itu, dalam analisisnya Lewis menekankan tentang perlunya pembangunan seimbang
yang didasarkan pada keuntungan yang akan diterima dari adanya saling ketergantungan antara
berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri, serta antara sektor dalam
negeri dan sektor luar negeri.
Menurut lewis, akan timbul banyak masalah jika pembangunan hanya dipusatkan pada satu
sektor saja, tanpa adanya keseimbangan dari sektor lain sehingga akan menimbulkan
ketidakstabilan dan gangguan terhadap proses kegiatan ekonomi sehingga proses
pembangunan terhambat.
Lewis memberikan gambaran di bawah ini tentang betapa pentingnya pembangunan yang
seimbang antara sektor industri dan sektor pertanian. Misalkan disektor pertanian ada inovasi
teknologi produksi bahan pangan untuk kebutuhan domestik, implikasi yang mungkin terjadi
adalah :
1. Terdapat surplus disektor pertanian yang dapat dijual di sektor non pertanian
2. Produksi tidak bertambah berati tenaga kerja menjadi sedikit dan jumlah pengangguran
bertambah tinggi.
3. Kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Jika sektor industri mengalami perkembangan pesat, maka sektor tersebut akan dapat menyerap
kelebihan produksi bahan pangan dan tenaga kerja. Namun tanpa adanya perkembangan di
sektor industri maka nilai tukar sektor pertanian akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan
tenaga kerja, dan akan menimbulkan depresif terhadap pendapatan di sektor pertanian. Oleh
karena itu di sektor pertanian tidak perlu lagi ada perangsangan untuk mengadakan investasi
baru dan melakukan inovasi.
Di sisi lain jika pembangunan difouskan hanya pada sektor industrialisasi dan mengabaikan
sektor pertanian, hal tersebut akan memicu permasalahan baru yang pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kelangkaan produk pertanian terjadi,
akibatnya kenaikan atas produk-produk pertanian pun menjadi jawabannya. Kondisi ini akan
mendorong terjadinya inflasi.
Akhirnya, jika sektor pertanian tidak berkembang, maka sektor industri juga tidak dapat
berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya sebagian kecil saja dari pendapatan
nasional. Oleh karena itu tabungan dan tingkat investasi pun akan rendah. Maka Lewis
menyimpulkan bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara berbarengan di kedua sektor
tersebut.
Kemudian Lewis menunjukan pula pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor
produksi barang-barang untuk kebutuhan domestic dan untuk kebutuhan luar negeri (ekspor)
Fungsi ekspor lainnya adalah untuk mengatasi masalah keterbatasan pasar domestik.
Pengembangan sektor ekspor tidak lah serumit pengembangan sektor pertanian dan industri
yang mengahasilkan barang-barang kebutuhan domestik. Sektor ekspor merupakan satu-
satunya sektor yang berkembang sendiri tanpa bantuan sektor lain. Hal ini merupakan faktor
penting bagi pembanguan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang pada masa
penjajahan terutama bersumber dari perluasan kegiatan ekspor.
1. Berbagai fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor seperti system
komunikasi, transportasi, dan sebagainya dapat digunakan oleh sektor domestik.
2. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor domestik, maka sektor ekspor akan mendorong sektor
domestic untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.
Akhirnya, sektor ekspor dapat pula memperluas pembangunan ekonomi karena memungkinkan
perkembangan impor. Perkembangan impor ini akan memperbesar jumlah jenis barang-barang
dalam masyarakat.
Dari sudut ekspor itu sendri, kelemahannya pada nilai tukar yang kurang menguntungkan.
Walaupun sektor ekspor ini berkembang pesat tetapi hanya menciptakan pertambahan
pendapatan yang sangat terbatas bagi masyarakat. Dan walaupun produktivitas produksi
meningkat, tetapi keuntungan dari kemajuan tersebut tidak dinikmati oleh para pekerja, tetapi
oleh pemakai barang-barang dari Negara maju yang meperoleh barang-barang dengan harga
yang murah.
Berdasarkan uraia diatas Lewis menarik kesimpulan lewis menekankan tentang perlunya
pembangunan seimbang di berbagai sektor pertanian dan industri serta antara kegiatan produksi
barang untuk domestic dan kebutuhan luar negeri sehingga pembangunan ekonomi berjalan
lancar.
Banyak ekonom yang mengkritk strategi pembangunan seimbang, antara lain Hirschman,
streeten, dan singer. Hirscham dapat dianggap pengkritik yang paling baik, karena selain
menunjukan kelemahan-kelemahan dia juga mengemukakan teorinya yaitu strategi
pembangunan tidak seimbang.
Menurut Hirschman strategi pembangunan seimbang telah gagal sebagai teori pembangunan.
Pembangunan seharusnya sebagai suatu proses perubahan dari satu tipe ekonomi ke tipe
ekonomi lainnya yang lebih maju. Namun strategi pembangunan lebih kepada permapasan hak
industri lama oleh industri baru. Sementara itu Menurut Hirschman NSB tidak dapat
melakukan pembangunan yang serentak di berbagai sektor mengingat segala keterbatasan yang
mereka miliki. NSB dihadapkan pada kelangkaan sumberdaya modal, dan belum terutilitasnya
SDM dan SDA yang mereka miliki.
Singer menyatakan berpikir besar adalah nasihat yang logi bagi NSB, tetapi bertindak besar
adalah nasihat yang keliru jika hal itu memaksa mereka bertindak diluar batas kemampuan dan
sumberdaya yang mereka miliki.
Teori pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan Streeten. Pada
dasarnya, pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih bertujuan untuk
mempercepat proses pembangunan di NSB. Pola pembangunan tidak seimbang ini didasarkan
pada :
1. Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak pembangunan
tidak seimbang.
2. Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia
3. Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi menimbulkan kemacetan atau gangguan-
gangguan dalam proses pembangunan, tetapi hal tersebut dinalai dapat menjadi pendorong
untuk pembangunan selanjutnya.
Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua periode
waktu, maka akan tampak begitu nyata bahwa berbagai sektor ekonomi telah mengalami
perkembangan dengan laju yang berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa pembangunan akan
lebih baik jika dijalankan dengan tidak seimbang.
Pembangunan tidak seimbang ini juga dapat dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di NSB
karena Negara-negara tersebut mengalami kelangkaan sumberdaya.
Permasalahan yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak seimbang adalah
bagaimana cara menentukan proyek pembangunan yang harus didahulukan berdasarkan suatu
perioritas tertentu. Argument yang medasari pemikiran tersebut adalah karena proyek-proyek
tersebut membutuhkan modal dan sumberdaya yang tidak sedikit, kadang seringkalai melebihi
modal dan sumberdaya yang tersedia. Untuk itu agar penggunaan sumberdaya dapat optimal
maka diperlukan pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien.
Suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek
B yang harus dilaksanakan
Cara pemilihan proyek yang menentukan urutan proyek dengan menentukan apakah proyek A
atau proyek B yang harus didahulukan
Kurva a,b,c,d masing-masing merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah
investasi tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh.
Menurut Hirschman kegiatan ekonomi akan mencapai skala efisiensi yang optimal jika telah
tercapai dua kondisi :
1. Setiap sumberdaya telah dialokasikan secara optimal pada kedua sektor, sehingga dengan
sejumlah sumberdaya tersebut dapat dicapai produksi yang maksimum
2. Untuk suatu produksi tertentu hanya diperlukan sejumlah sumberdaya pada tingkat minimal
pada kedua sektor.
1. Orientasi kebijakan yang mendahulukan perkembangan DPA dan kemudian baru diikuti oleh
SOC. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AB1, BC1, CD1. Pendekatan tersebut dinamakan
Pembangunan Melalui Kekurangan
2. Orientasi kebijakan yang mendahulukan pembangunan prasarana dan baru diikuti
pembangunan sektor produktif. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AA1, BB1, CC1dan
pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kapasitas Berlebih.
Dari kedua orientasi tersebut manakah yang sebaiknya dilaksanakan oleh NSB ? Menurut
Hirschman, yang harus dilakukan adalah urutan pembangunan yang akan menjamin
pembangunan selanjutnya yang maksimum.
Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif ada dua pendorong yang tercipta akibat adanya
hubungan antara berbagai industri yang menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai
bahan baku industri lain adalah :
1. Pengaruh keterkaitan kebelakang Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri
terhadap perkembangan industri yang menyediakan bahan baku bagi industri tersebut.
2. Pengaruh keterkaitan kedepan Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri
terhadap pembangunan industri yang menggunakan produksi industri yang pertama sebagai
bahan baku mereka.
Menurut Hirschman, ada dua jenis Industri yang memeiliki keterkaitan antarindustri nya, yaitu
:
1. Industri Satelit Indistri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
2. Industri non-satelit Industri mobil tidak memiliki kaitannya sama sekali dengan industri
minuman ringan
1. Lokasinya berdekatan dengan industri utama sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu
atas interaksi antarmereka
2. Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk
(utama) atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupkan input dari industri induk,
tetapi bukan merupakan input utama
3. Besarnya idustri satelit tidak akan melebihi industri induknya
Kedua jenis industri tersebut dapat dirangsang karena adanya kaitan kedepan maupun
kebelakang. Apabila pembangunan industri mobil mendorong perkembangan industri ban
mobil, hal ini merupaka pengaruh keterkaitan kebelakang. Sedangkan jika industri mobil
mendorong perkembangan industri karoseri, hal ini merupakan pengaruh keterkaitan ke depan.
Sektor industri barang setengah jadi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi utnuk
merangsang pengembangan investasi disektor industri lain jika dibandingkan dengan sektor
industri barang akhir.
Pada tahap awal pembangunan ekonomi sebaiknya sektor industri yang menghasilkan barang
jadi yang dikembangkan terlebih dahulu. Industri tersebut disebut industri barang konsumsi.
1. Industri yang memproses produk-produk industri primer dalam negeri atau yang diimpor
menjadi barang jadi
2. Industri yang memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi
Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan Hirschman proses
pembangunan industrialisasi yang ideal adalah sebagai berikut :
Hirschman dapat dikatakan sebagai pendukung system ekonomi campuran. Namun konsep
perkembangan ini tidak luput dari beberapa keterbatasan.
Pertama, dalam konsep ini kurangnya perhatian pada komposis, arah dan waktu pertumbuhan
tidak seimbang.
Kedua, konsep ini cenderung mengabaikan konflik internal yang akan mucul kepermukaan.
Ketiga, permasalahan mendasar yang dihadapi NSB adalah kurangnya sumberdaya yang
dimiliki NSB seperti, terbatasnya tenaga teknis, bahan baku, dan fasilitas dasar seperti
transportasi, bahkan luas pasar produk yang masih sempit.
Keempat, rendahnya mobilitas sumberdaya di NSB karena sangatlah sulit bagi NSB untuk
memindahkan sumberdaya dari satu sektor ke sektor lainnya
Kelima, adanya ancaman inflasi bagi NSB yang disebabkan oleh sebagian besar pemerintah
NSB belum mampu mempergunakan instrument moneter dan fiskal secara efektif. Karna jika
investasi dalam dosis besar disuntikan kebeberapa sektor strategis dalam perekonomian, maka
akan terjadi kenaikan pendapatan diikuti dengan meningkatnya permintaan barang konsumsi.
Hal tersebut akan memicu timbul nya inflasi pada tingkat harga. Inflasi akan begitu sulit
dikendalikan oleh NSB.
Keenam, terlalu banyak penekanan pada investasi dibandingkan dengan keputusan penting
lainnya yang mendasar bagi pembangunan. NSB tidak hanya memerlukan keputusan investasi
tetapi juga keputusan-keputusan administrative, manajemen, dan kebijakan public.
Sumber :