Anda di halaman 1dari 10

2.1.

1 Model Pengembangan Desain Pendidikan(Design Research)


Model Pengembangan Design Research pada dasarnya memiliki kesamaan
dengan model pengembangan yang dikemukakan oleh ahli lainnya. Namun model Design
Research ini memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
a. Interventionist : penelitian bertujuan untuk merancang suatu intervensi dalam dunia
nyata;
b. Iterative: penelitian menggabungkan pendekatan siklikal (daur) yang meliputi
perancangan, evaluasi dan revisi;
c. Process oriented: model kotak hitam pada pengukuran input-output diabaikan, tetapi
difokuskan pada pemehaman dan pengembangan model intervensi;
d. Utility oriented: keunggulan dari rancangan diukur untuk bisa digunakan secara
praktis oleh pengguna; serta
e. Theory oriented: rancangan dibangun didasarkan pada preposisi teoritis kemudian
dilakukan pengujian lapangan untuk memberikan konstribusi pada teori. (Van den
Akker et al., 2006: 5)
Berdasarkan karakteristik tersebut, berikut ini adalah salah satu definisi
educational design research yang berikan oleh Barab dan Squire (van den Akker et al.,
2006: 5), yaitu: serangkaian pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan teori-teori
baru, artefak, dan model praktis yang menjelaskan dan berpotensi berdampak pada
pembelajaran dengan pengaturan yang alami (naturalistic). Sementara menurut Plomp
(2007: 13), design research adalah: Suatu kajian sistematis tentang merancang,
mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti program, strategi dan
bahan pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang
kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan
kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan
pengembangannya. Proses penelitian pada design research meliputi langkah-langkah
seperti halnya proses perancangan pendidikan (educational design), yaitu analisis,
perancangan, evaluasi dan revisi yang merupakan proses siklikal yang berakhir pada
keseimbangan antara yang ideal dengan prakteknya.
A. Model Pengembangan Plomp
Terdapat tiga tahapan dalam model pengembangan plomp yaitu preliminary
research (investigasi awal), prototyping phase (fase prototipe) dan assessment phase
(fase assessment).
1) Fase Preliminary Research
Plomp (2013:19) preliminary research: needs and context analysis, review
of literature, development of a conceptual or theoretical framework for the
study. Penelitian pendahuluan: kebutuhan dan analisis konteks, tinjauan literatur,
pengembangan kerangka konseptual atau teoritis untuk penelitian (Plomp:2013).
Pernyataan ini menjelaskan bahwa di dalam tahapan investigasi awal kegiatan
penting yang biasanya dilakukan selama tahap penelitian pendahuluan meliputi
analisis praktek pengguna (kebutuhan dan analisis konteks) dan eksplorasi dasar
pengetahuan ilmiah (kajian literatur dan penilaian ahli).
Tahapan yang dilakukan:
a) Analisis pengguna (analisis siswa)
b) Analisis kebutuhan mengacu kepada persepsi pengambil keputusan (kepala
sekolah atau guru) mengenai kondisi saat ini seperti apa yang sebaiknya diubah
dan harapan mengenai situasi yang diinginkan. Dalam hal ini merupakan analisis
kurikulum dan analisis materi.
c) Analisis konteks ditujukan untuk melihat permasalahan lingkungan dan
memetakan lingkup/ batasan yang akan dibuat suatu inovasi.
d) Tinjauan literatur yang relevan
e) Membuat kerangka konseptual
2) Fase Prototipe
Tahap ini dimulai setelah tahap investigasi awal (Preliminary research
Phase) selesai dilakukan. Selama tahap ini, prototipe dikembangkan, dievaluasi,
dan direvisi secara berulang (siklus). Fase ini memiliki mikrosiklus yang
membantu dalam mengembangkan dan memperbaiki produk hingga menghasilkan
hasil akhir yang valid dan praktis. Fase ini menggunakan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang ditujukan untuk perbaikan, terdapat
pada semua fase dan siklus yang berulang pada penelitian desain. Evaluasi
formatif menyajikan beberapa fungsi yang ditujukan pada perbedaan kualitas
kriteria dalam berbagai siklus pengembangan. Evaluasi formatif memiliki
beberapa lapisan dalam design research seperti yang diilustrasikan pada Gambar
2.2

Gambar 2.5 Fase Prototype pada model pengembangan Plommp


Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 2.4 beberapa metode evaluasi formatif
yang dapat dipilih seperti evaluasi diri/ self evaluation, evaluasi satu-satu/ one-one
evaluation, tinjauan ahli/ expert review, tujuan tes pada evaluasi kelompok kecil
yaitu praktikalitas dan efektivitas pada uji coba kelompok besar.
a) Evaluasi diri (self evaluation): menggunakan daftar cek dari karakteristik
penting atau spesifikasi desain.
b) Tinjauan ahli (expert review), kelompok ahli (ahli bidang studi, ahli desain
pembelajaran) memberikan penilaian dan saran-saran terhadap produk yang
dikembangkan.
c) Evaluasi satu-satu (one to one evaluation) dengan pengguna yang representatif.
d) Kelompok kecil atau evaluasi mikro (small group or micro evaluation),
kelompok kecil pengguna menggunakan produk dalam situasi yang normal.
e) Tes lapangan atau tryout, kelompok sasaran yang menggunakan produk dalam
praktek.
Peneliti dapat memilih rancangan dan pendekatan evaluasi formatif yang
cocok dengan tujuan tahap tertentu pada penelitian untuk setiap fase dan
setiapprototipe intervensi yang dihasilkan. Pada fase development or prototyping
ini, produk dikembangkan dengan dua tahap sebagai berikut: Peneliti dapat
memilih rancangan dan pendekatan evaluasi formatif yang cocok dengan tujuan
tahap tertentu pada penelitian untuk setiap fase dan setiap prototipe intervensi
yang dihasilkan.
3) Assessment Phase ( Tahap Penilaian )
Pada tahap ini dilakukan uji coba prototipe atau produk yang telah valid
dan praktis. Kriteria produk efektif jika setelah menggunakan produk terdapat
dampak dalam hal ini menyangkut lima level Fauzan, Plomp dan Gravemeijer
(2013: 171), tanggapan partisipan (guru dan siswa), pembelajaran partisipan,
partisipan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru, dan dampak positif
terhadap hasil belajar (ketuntasan belajar, motivasi dan aktifitas siswa).

B. Model Pengembangan Mckenney


Langkah-langkah prosedur penelitian menurut Mc.Kenney (2001) adalah sebagai
berikut:
1) Penelitian pendahuluan: kebutuhan dan analisis konteks, tinjauan literatur,
pengembangan kerangka konseptual atau teoritis untuk penelitian. Tujuan utama
dari tahap analisis adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang sasaran,
kelompok pengguna dan alat pendukung. Fase ini terdiri dari dua siklus utama.
Dimulai dengan studi literatur yang relevan dan melakukan kunjungan yang dapat
dilakukan wawancara objek yang akan diteliti.
2) Pengembangan atau prototyping fase: fase desain iteratif yang terdiri dari iterasi,
masing-masing menjadi mikro-siklus penelitian dengan evaluasi formatif sebagai
yang paling penting. kegiatan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan dan
menyempurnakan intervensi. Fase desain dan pengembangan sangat bergantung
pada kerja sama pihak-pihak yang terkait. Pada tahap ini akan terjadi siklus berulang
kegiatan desain, pengembangan dan evaluasi prototipe, yang akan menghasilkan
produk yang berkualitas. Kriteria utama fase ini adalah 4 (empat) prototipe
dievaluasi selama fase desain dan pengembangan yang menentukan validitas dan
kepraktisan.
a. Prototype 1
Pada prototype 1 menentukan tingkat validitas apa yang dirancang.
Berdasarkan hasil validasi tersebut dilakukan analisis. Apabila hasil analisis
menyatakan belum valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh yang
valid. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap prototype 1 yaitu;
1) Melakukan self evaluation, yaitu merevisi sendiri produk yang
dirancang
2) Mengkonsultasikan dan mendiskusikan produk yang telah dirancang
dengan ahli
b. Prototype 2
Setelah dilakukan revisi pada prototype 1, maka dilakukan ke
prototype 2 yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut;
1) Melakukan evaluasi orang per orang
2) Melakukan evaluasi kelompok kecil
c. Prototype 3
Setelah direvisi berdasarkan masukan pada evaluasi orang per orang
dan evaluasi kelompok kecil, maka dilakukan uji lapangan. Uji lapangan
dilakukan pada kondisi yang mirip dengan kondisi yang sebenarnya.
Evaluasi orangperorang, evaluasi kelompok kecil dan uji lapangan dilakukan
untuk melihat tingkat praktikalitas produk yang telah dirancang.
d. Prototype 4
Menambahkan dukungan untuk menganalisis konteks dan kebutuhan
pengguna. Komponen ini dimasukkan ke dalam prototipe tiga, sehingga
memperpanjang fungsinya.
3) Tahap penilaian: evaluasi semi sumatif untuk menyimpulkan apakah solusi atau
intervensi memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Seperti juga fase ini sering
menyebabkan rekomendasi untuk perbaikan intervensi, kita sebut tahap ini semi
summative. Tahap evaluasi akhir penelitian ini mengeksplorasi dampak potensial
dari produk yang dihasilkan dalam hal (potensial) kontribusi untuk pengembangan
pendidikan dan pengembangan kurikulum sebagai akibat dari penggunaannya. Fase
ini ada dua siklus. Final evaluasi merupakan penyempurnaan produk dan
pemaketan. Query merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan penelitian
utama dengan mengumpulkan informasi tentang validitas, kepraktisan dan dampak
potensial.
C. Model Pengembangan Reeves
Prosedur pengembangan dimulai dari tahap Refinement of problems, solutions,
methods, dan design principles. Diagram pengembangan ini dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Model pengembangan oleh Reeves (Akker,2013)

Tabel 2. 1. Fase Design-Based Research


Phase Element Position
Phase of design-based research The topics/elements that Position in a research
(Reeves, 2006) need to be described proposal
PHASE 1: Analysis of practical Statement of problem Statement of problem or
problems by researchers and Introduction or Rationale
practitioners in collaboration or
Consultation with
Background
researchers and
practitioners
Research questions Research questions
Literature review Literature review
PHASE 2: Development of Theoretical framework Theoretical framework
solutions informed by existing
design principles and
technological innovations Development of draft
principles to guide the
design of the intervention
Description of proposed
intervention

PHASE 3: Iterative cycles of Implementation of Methodology


testing and refinement of intervention (First
solutions in practice iteration)
Participants
Data collection
Data analysis
Implementation of
intervention (Second and
further iterations)
Participants
Data collection
Data analysis
PHASE 4: Reflection to Methodology
produce design principles
and enhance
solution implementation

1) Refinement of problems
a. Statement of problem
Pernyataan dalam permasalahan haruslah dapat mengidentifikasi isu atau
masalah, mengeksplorasi sejarah atau latar belakang, dan meyakinkan bahwa masalah
tersebut sangatlah berarti dan patut untuk diteliti

b. Consultation with researchers and practitioners


Agar defenisi masalah dapat dipahami dengan jelas, diperlukan kolaborasi
antara peneliti dan praktisi (guru). Peneliti sangat membutuhkan informasi dari
seorang praktisi mengenai siswa dan lingkungan belajar siswa. Hal ini dapat
memudahkan peneliti menciptakan lapangan penelitian yang dapat diterima oleh
siswa.

c. Research questions
Pertanyaan penelitian muncul dari masalah.
d. Literature review
Kajian literatur dalam Design-Based Research tidak hanya sekedar kajian
biasa, namun termasuk identifikasi, alokasi dan analisis dokumen yang terkait
riset, pengembangan kerangka penelitian, dan identifikasi celah dalam penelitian.
Proses kajian literatur sangatlah penting karena menfasilitasi penciptaan
rancangan desain penelitian dan pengembangan intervensi yang akan
diaplikasikan pada masalah yang diidentifikasi.
Dipertegas oleh Akker (2013: 19), bahwa langkah awal suatu penelitian
pendidikan haruslah diawali dengan preliminary research dimana preliminary
research: needs and context analysis, review of literature, development of a
conceptual or theoretical framework for the study.
2) Solutions
a) Theoretical framework
Kerangka teori digunakan untuk menginformasikan penelitian. Bagian ini
didalam proposal penelitian harus meringkas masalah yang diselidiki, dan juga
sebagai tempat dimana landasan teoritis dari solusi yang diajukan akan
dijelaskan.
b) Development of draft principles to guide the design of the intervention
Meskipun kerangka teoritis sebagian besar didasarkan pada literatur, tidak
mungkin prinsip rancangan pada kerangka teori lengkap pada saat proposal
disajikan. Hal ini berarti kerangka teori dapat berkembang seiring berjalannya
proses penelitian.
c) Description of proposed intervention
Solusi yang diusulkan untuk masalah pendidikan dikembangkan melalui
pertimbangan literatur yang relevan, konsultasi, dan bekerja sama dengan
penelitidan praktisi dari berbagai instantsi yang berkaitan. Oleh karena itu,
penting untuk menggambarkan prospektif bagaimana intervensi akan dikonsep
dan dikemabangkan.
Pada tahap ini, penulis menyusun dan mengembangkan solusi sehingga
dapat diimplementasikan pada permasalahan pendidikan. Dalam menyusun
suatu solusi, diperlukan dasar teori yang kuat yang dapat memandu proses
berpikir, sekaligus desain prinsip yang dapat digunakan untuk permasalahan
yang serupa.

3) Methods
Setelah lingkungan belajar atau intervensi telah dirancang dan dikembangkan,
tahap berikutnya meliputi pelaksanaan dan evaluasi dari solusi yang diusulkan.
Proposal mencakup rincian metodologi pelaksanaan dan evaluasi karena sebagian
besar merupakan tahap pengumpulan data dan analisis penelitian.
a. Implementation of intervention (First iteration)
Sifat penelitian berulang berbasis desain berarti bahwa satu implementasi
jarang cukup untuk mengumpulkan bukti yang cukup. Sebuah studi berbasis
desain akan memiliki dua atau lebih siklus, dimana setelah pelaksanaan dan
evaluasi pertama, maka intervensi akan berkembang.
b. Participants
Dalam proposal penelitian, deskripsi peserta dan metode seleksi
memberkan informasi penting untuk mengulas potensi bias dalam studi.
Peneliti harus menggunakan sampel yang representatif. Partisipan dalam
penelitian mencakup siswa, praktisi, orang tua, personil pendukung atau orang
lain yang terlibat dalam komunitas pendidikan.

c. Data collection and analysis


Metode pengumpulan data dalam penelitian berbasis desain dapat
melibatkan pengumpulan data kualitatif atau kuantitatif, dan mungkin
dikumpulan dalam siklus beberapa minggu, semester, atau tahun. Jenis data
yang dikumpulan cendering bervariasi bersama dengan tahapannya. Misalnya,
data memberikan kontribusi untuk pemahaman kontekstual lebih cenderung
ditekankan dalam tahap awal penelitian; sedangkan data yang karakteristiknya
prototipe atau reaksi pengguna lebih mungkin untuk dikumpulkan di kemudian
hari.

d. Implementation of intervention (Second and further iterations)


Tahapan ini bergantung pada tahapan pertama. Sifat pengumpulan data dan
analisis tidak dapat dijelaskan dengan sangat rinci dalam proposal, tetapi proses
pengumpulan data, analisis, perbaikan lebih lanjut, pelaksanaan dan pengumpulan
data (dan seterusnya) dari lingkungan belajar harus dijelaskan sebagai metode
dalam proposal.

4) Design principles
Tahapan ini menunjukkan output dalam bentuk baik pengetahuan dan produk.
a) Scientific outputs: Design principles
Prinsip desain mengandung substansi dan prosedural pengetahuan yang
komprehensif dan akurat.
b)Practical outputs: Designed artifact(s)
Peneliti menggunakan jasa ahli perangkat lunak untuk program
pengembangan profesional.
c)Societal outputs:Professional development of participants
Kolaborasi yang sangat integral dari proses mendefinisikan dan
menyelesaikan sebuah proyek penelitian berbasis desain memiliki tambahan
manfaat untuk meningkatkan pengembangan profesional semua yang terlibat.

Pada tahap ini, dilakukan evaluasi sumatif untuk menyimpulkan solusi atau
intervensi memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Seperti juga fase ini sering
menyebabkan rekomendasi untuk perbaikan intervensi, disebut juga semisummative.

Anda mungkin juga menyukai