Anda di halaman 1dari 10

- Sejarah perkembangan komputer dan komputer keperawatan - Penggunaan komputer dalam

Sistem Informasi pelayanan kesehatan

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DALAM KEPERAWATAN

Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah institusi perawatan kesehatan karena
banyaknya bagian/departemen yang terlibat dalam proses perawatan pasien. Pelayanan dan
manajer keperawatan harus memasukkan banyak data/informasi mengenai pasien mulai dari
saat masuk hingga pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
1. Makin kompleksnya masalah keuangan
2. Melaporkan permintaan beberapa bagian/departemen
3. Kebutuhan komunikasi dari tim perawatan kesehatan yang berbeda
4. Pengetahuan yang relevan untuk perawatan pasien
Komputer mempengaruhi praktek, administrasi, pendidikan serta penelitian, dan dampaknya
akan terus meluas. Abad informasi bagi masyarakat yang besar merupakan sejarah baru
dalam perubahan teknologi, dan akan terus berkembang mempengaruhi kehidupan dan
pekerjaan selama beberapa dekade.

A. Perspektif Sejarah
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit lambat dalam
menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit menggunakan jasa
komputer, setidaknya untuk manajemen keuangan.
Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan
komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa kecenderungan
masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR) diterapkan, dan
perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi manajemen. Pada akhir tahun 1980-
an memunculkan mikro-komputer yang berkekuatan besar sekali dan perangkat lunak untuk
pengetahuan keperawatan seperti sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK)
B. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIR)
Sistem informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem komputer yang komplek untuk
menolong komunikasi dan mengatur informasi yang dibutuhkan dari sebuah rumah sakit.
Sebuah SIR akan diaplikasikan untuk perijinan, catatan medis, akuntansi, kantor, perawatan,
laboratorium, radiologi, farmasi, pusat supali, mutrisi/pelayanan makan, personel dan gaji.
Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat dimasukkan bagi beberapa bagian/departemen dan untuk
beberapa tujuan yang praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal istilah umum
yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa semua pekerjaan
perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi baru akan dikembangkan bagi
perawat-perawat di bidang komputer.

C. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)


Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket perangkat lunak ini
mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi
manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul untuk :
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan bertahap
sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya. Informasi klasifikasi pasien
dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga susunan pegawai yang dibutuhkan dan
susunan pegawai yang sebenarnya dapat dibuat.
SIMK dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis. Perawat-
perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, termasuk di dalamnya
sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis dan tidak langsung, catatan
kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat dilakukan di semua kantor/ruang
perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada
pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan
kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan
karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu
jawaban untuk perawat.

D. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
2. Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan dimasa
yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :

1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas. Hal yang paling praktis
dengan menggunakan robot yaitu penggunaan kartu elektronik, dimana digunakan untuk
penyimpanan dan transpor obat-obatan, kain-kain dan persediaan-persediaan lain. Contoh
lain yaitu tangan robot yang dapat digunakan untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan
aplikasi dimasa yang akan datang termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk
dibentuk seperti mata, otak, atau perbedaan tulang belakang atau prosedur dimana kontak
secara langsung merupakan kontra indikasi untuk bahaya kesehatan. Seperti seorang pasien
dengan tidak ada sistem kekebalan.

2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan komputer mereka.
Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk memasukkan atau
mendapatkan kembali informasi komputer akan diminta untuk menampilkan informasi atau
untuk mencatatnya dengan perintah suara.

3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan


Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan inteligensia buatan. Manajer
perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi yang besar yang memungkinkan mebantu
mereka dalam membuat keputusan setiap hari. Dengan sistem ahli, manajer perawat dapat
mengidentifikasi situasi manajemen, kriteria pendefinisian masalah, dan tujuan dari
penanganan situasi. Manajer perawat kemudian mengevaluasi alternatif dan membuat
keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang relevan dan pengalaman dari ahli-ahli dan
untuk memungkinkannya ada pada orang yang kurang berpengetahuan dan kurang
berpengalaman. Suatu contoh dimana diperlukannya pengetahuan dan pengalaman total dari
spesialis perawat klinis dibidang keperawatan ilmu neurologi, hal ini kemudian dikodekan
dalam program komputer, dan dimungkinkannya ada untuk perawat melaksanakan klinis di
area ilmu neurologi. Mereka akan mengkonsultasikannya untuk memecahkan masalah asuhan
keperawatan.

3. Sistem Klasifikasi Pasien


Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau klasifikasi
klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan
perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem
klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan
perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan
yang dibutuhkan.
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur
jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies,
1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan
jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.
Sistem klasifikasi pasien oleh Swanburg (1999) adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Self care
Biasanya membutuhkan waktu : 2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
2) Kategori II : Minimal care
Biasanya membutuhkan 3 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3) Kategori III : Moderate care atau Intermediate care
Biasanya membutuhkan 5 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4) Kategori IV : Extensive care atau Modified Intensive care
Biasanya membutuhkan 7 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
5) Kategori V : Intensive care
Biasanya membutuhkan 10 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.

4. Jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan


Beban kerja seorang perawat pelaksana juga ditentukan oleh jenis kegiatan yang harus
dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan keperawatan Gillies (1994) ada tiga jenis
bentuk kegiatan yaitu:

1) Kegiatan perawatan langsung


Adalah aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus
dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi,
pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan
prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda vital merawat luka, persiapan operasi,
melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus, memberikan dan mengontrol
pemasangan oksigen.

2) Kegiatan perawatan tidak langsung


Adalah kegiatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan untuk menyusun rencana
perawatan, menyiapkan/memasang alat, melakukan konsultasi dengan anggota tim, menulis
dan membaca catatan kesehatan/perawatan, melaporkan kondisi pasien, melaksanakan tindak
lanjut dan melakukan koordinasi.

3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien dan bersifat individual.
Hal ini dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan sesuai dengan diagnosa, pengobatan
yang ditetapkan, dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya pasien memerlukan arahan yang
meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut perawatan dan dukungan
masyarakat/keluarga.

Keuntungan Penggunaan Komputer Dalam Dunia Keperawatan


1. Pendidikan keperawatan
Pembelajaran menggunakan sistem komputer memiliki banyak kelebihan dan manfaat yang
bisa diambil oleh perawat secara pribadi maupun oleh rumah sakit. Sehubungan dengan
perannya sebagai alat instruksional untuk keterampilan klinis, CAL (computer assisted
learning), memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih di tempat yang nyaman
dan dapat melihat ulang demonstrasi sesering mungkin sesuai dengan yang diinginkan (Bauer
& Huynh, 2001).
Multimedia teknologi dalam bentuk video klip, foto dan grafik interaktif dapat membantu
dalam menyampaikan langkah-langkah prosedur dengan cara yang konsisten dan mudah
terlihat dan fitur ini membuat CAL cocok untuk berbagai prosedur keterampilan keperawatan.
Program interaktif dengan sistem komputer dapat lebih dinikmati dan menimbulkan kepuasan
belajar bagi peserta didik, hal ini dikarenakan peserta didik bebas memilih waktu, tempat dan
pengetahuan yang diperlukan yang semuanya ada di materi pembelajaran. Sesuai dengan yang
dikemukakan Suroso ( dalam DeAmicis, 1997; Harrington & Walker, 2003; Rouse, 1999),
bahwa orang dewasa menyukai pembelajaran yang fleksibel.
CAL dapat menghemat waktu, karena dengan metode ini peserta didik cukup masuk dalam
aplikasi sistem, selanjutnya dapat langsung memilih materi yang diperlukan.
Sumber CAL dapat dengan mudah diperbaharui sehingga selalu bersifat up to date
CAL sangat efisien dan dapat digunakan secara mandiri tidak tergantung pada sumber daya
manusia untuk memberikan pendidikan
2. Praktek keperawatan
Memudahkan perawat merencanakan asuhan keperawatan, dapat mengevaluasi dan
memperbarui informasi setiap saat, memanggil data yang sesuai dengan diagnosis keperawatan
tertentu, serta mengurangi penggunaan berbagai flowsheet.
Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan.
Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.
Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan
Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat.
Meningkatkan produktivitas kerja.
Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan
Menghimpun berbagai data klinis pasien tentang hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat
diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi
klinis.
Catatan yang siap sedia. Rekam medis pasien telah siap sedia untuk digunakan dan waktu
untuk mengambilnya sedikit.
Megurangi dokumentasi yang berlebihan
Mencetak instruksi pemulangan
Ketersediaan data
Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat.
Mempermudah penetapan biaya.
Catatan terorganisasi dan dokumentasi sesuai dengan standar keperawatan.
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien dalam
satu lokasi.
2.4 Kekurangan Penggunaan Komputer Dalam Dunia Keperawatan
1. Pendidikan keperawatan
Kekurangan penggunaan computer dalam pendidikan keperawatan ,antara lain adalah;
Teknologi sendiri bisa menjadi penghalang untuk belajar (Kenny, 2002).
Biaya dan sarana awal yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang terkadang dirasa berat
oleh managemen pendidikan.
2. Praktek keperawatan
Dikhawatirkan akan adanya penurunan proses berpikir kritis dari perawat tersebut,
karena informasi yang didapat mudah untuk diakses.
Dimungkinkan pula terjadi penurunan kepekaan antara perawat yang satu dengan yang
lain ataupun antara perawat dengan klien. Karena segala sesuatu dapat dilakukan secara
online (misaltele-health), tanpa harus tatap muka
Keterbatasan kapasitas penyimpanan data
Kemungkinan bisa terjadi gangguan teknis (disebabkan virus dan factor lainnya)
Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai kelemahan,
diantaranya adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan
keterampilan perawat menggunakan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003).
Kendala umum:
Peningkatan biaya untuk startup, memelihara, melatih, dan upgrade
Komputer dibutuhkan-takut komputer
Kerahasiaan, privasi dan keamanan sulit untuk menjamin
Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi.

Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Kesehatan pada Rumah Sakit

Teknologi merupakan berbagai hal yang dapat membantu kegiatan atau aktivitas manusia.
Kemajuan teknologi pada saat ini sudah berkembang pesat. Kemajuan ini mencakup berbagai
bidang kehidupan manusia, termasuk pula dalam bidang kesehatan. Saat ini sudah banyak bukti
dari peranan teknologi dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah peran dalam
meningkatkan mutu pelayanan medis.

Peningkatan mutu pelayanan medis tidak terlepas dari ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan, dalam hal ini rumah sakit, untuk menerapkan sistem informasi kesehatan (simkes).
Sistem ini digunakan untuk mempermudah dan mempercepat pengorganisasian serta
pelayanan yang didalamnya memuat berbagai jenis data klinis/medis. Apa saja sebenarnya
kelebihan dan kekurangan dalam penerapan sistem informasi kesehatan ini? Berikut
penjelasannya :

Kelebihan :

1. Hemat tempat

Penggunaan sistem informasi kesehatan pada rumah sakit dapat menghemat tempat atau ruang
lingkup kerja petugas medis. Bila biasanya petugas memerlukan banyak tempat untuk menulis
berbagai macam jenis dokumen, dengan menggunakan komputer, yang didalamnya sudah
terdapat simkes, petugas bisa langsung melakukannya dalam ruang lingkup yang kecil atau
terbatas sekalipun, hal tersebut dikarenakan sistem informasi kesehatan yang digunakan sudah
mencantumkan berbagai jenis form dokumen yang diperlukan untuk diisi petugas medis.

2. Mempercepat pelayanan kepada pasien

Sistem komputerisasi rumah sakit akan memepercepat dan mem-permudah pelayanan kepada
pasien. Petugas tidak perlu lagi repot-repot menulis identitas pasien dan dapat langsung me-
input data yang diperlukan ke komputer. Hal ini juga dapat memudahkan petugas untuk
mengatur antrian pasien dengan menggunakan tiket dan sistem pemanggilan antrian secara
elektronik.

3. Data mudah diakses

Data yang tersimpan dalam sistem akan mudah diakses oleh para petugas medis di rumah
sakit tersebut. Data yang diperlukan akan mudah untuk ditelusuri dengan mengetikan keyword
yang diperlukan pada kolom pencarian pada sistem informasi yang digunakan, otomatis data
akan mudah dan cepat untuk ditemukan.

4. Mempermudah komunikasi antara petugas medis

Petugas medis di rumah sakit yang sudah menerapakan sistem in-formasi kesehatan tidak
perlu lagi kerepotan untuk menyerahkan dokumen yang diperlukan petugas lain di tempat kerja
yang saling berjauhan. Hal tersebut dikarenakan semua data yang di-input oleh tiap-tiap
petugas medis pada sistem informasi kesehatan rumah sakit bisa langsung dilihat dan diakses
oleh semua petugas medis lain dimanapun dan kapanpun, sehingga hal ini bisa mempermudah
dan mempercepat komunikasi antara petugas medis. Selain itu, hal tersebut juga menghemat
waktu dan tenaga para petugas medis.

5. Mempermudah pengecekan data

Tiap-tiap data yang di-input oleh petugas medis akan mudah untuk ditelusuri dan diperiksa.
Pada umumnya, sistem informasi kesehatan yang digunakan akan mendeteksi apabila ada
kesalahan ataupun kekurangan dalam pengisiian data yang di-input-kan oleh petugas medis,
sehingga hal ini akan meminimalisir kesalahan (human eror) yang dapat ditimbulkan.
Pencarian data pun akan mudah dan cepat, karena petugas bisa dengan mudah memasukan
keyword ke kolom pencarian/search pada sistem dan simkes akan otomatis mencari dan
menampilkan data atau dokumen yang akurat sesuai dengan keyword yang telah diisikan.

6. Mempermudah dalam mengolah data menjadi informasi

Penggunaan sistem informasi kesehatan akan mempermudah petugas medis dalam


memproses/mengolah data yang ada menjadi informasi atau laporan yang diperlukan. Petugas
akan mudah mengakses data apa saja yang diperlukan untuk membuat laporan. Petugas tidak
perlu repot-repot lagi mengaudit data satu persatu serta mengurutkannya secara manual, karena
hal tersebut sudah otomatis dilakukan oleh sistem informasi kesehatan yang sudah ter-install.
Petugas bisa langsung memproses dan menampilkan laporan yang diinginkan.

Kekurangan :

1. Bergantung kepada sumber listrik


Komputer yang digunakan untuk melakukan pelayanan medis otomatis sangat tergantung
pada sumber tenaga listrik yang tersedia. Apabila suatu saat listrik padam dan rumah sakit tidak
memiliki sumber listrik cadangan, hal ini tentu akan sangat mengganggu proses pelayanan
medis yang sedang berjalan. Data yang belum sempat tersimpan pun memiliki kemungkinan
untuk hilang saat komputer dinyalakan kembali.

Proses pelayanan akan terganggu apabila rumah sakit tidak memiliki prosedur antisipasi
terhadap hal ter-sebut. Oleh karena itu, ada baiknya tiap-tiap rumah sakit membuat prosedur
antisipasi tertentu terhadap hal-hal yang dapat menganggu proses pelayanan di rumah sakit, hal
ini diperlukan untuk meminimalisir kerugian/dampak yang dapat ditimbulkan.

2. Bergantung kepada aplikasi yang digunakan

Pemilihan serta penggunaan aplikasi/ software simkes juga menjadi hal yang sangat penting.
Petugas akan sangat bergantung kepada sistem tersebut, sehingga apabila sistem mengalami
gangguan atau kerusakan otomatis akan mengganggu proses pelayanan yang sedang
berlangsung.

Oleh karena itu , perlunya rumah sakit untuk menggunakan sistem informasi kesehatan /
software simkes yang asli/berlisensi yang berasal dari sumber atau pengembang (developer)
software yang terpercaya. Sistem tersebut juga harus senantiasa mendapatkan pembaruan dan
pengembangan terbaru dari developer yang membuat software tersebut, hal ini diperlukan agar
software yang dimiliki rumah sakit selalu up to date dan bebas dari permasalahan yang
sebelumnya pernah terjadi.

3. Perlu pelatihan khusus dalam penggunaannya

Kita perlu menyadari bahwa tidak semua petugas medis di rumah sakit akrab dan familiar
dengan sistem informasi kesehatan atau bahkan dengan komputer. Hal tersebut tentu saja akan
membuat penerapan simkes di rumah sakit menjadi sia-sia atau malah bisa menjadi halangan
karena akan menyulitkan para petugas medis yang masih belum siap dalam menerapkan
simkes.

Pemberian pelatihan perlu dilakukan agar tiap petugas medis dapat menggunakan sistem
informasi kesehat-an yang ada secara efektif, efisien, dan maksimal. Petugas medis juga perlu
diberi pelatihan mengenai cara penanganan dan antisipasi apabila sistem mengalami gangguan
atau tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu petugas medis juga dapat didorong
untuk selalu memberikan kritik dan saran terhadap sistem yang digunakan agar sistem tersebut
dapat semakin berkembang dan memiliki kinerja yang maksimal yang sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit.

Demikian penjelasan dari beberapa keuntungan dan kerugian dalam penerapan sistem
informasi kesehatan (simkes) di rumah sakit. Penerapan teknologi tersebut diperlukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta untuk terus mengikuti perkembangan jaman.
Hal ini dikarenakan pada era modern seperti sekarang, kecepatan dan ketepatan menjadi hal
yang utama, terutama dalam hal pelayanan kesehatan.

Namun demikian, perlu diadakannya persiapan dan pengkajian yang ma-tang terlebih
dahulu oleh rumah sakit sebelum menerapkan sistem informasi kesehatan tersebut. Dengan
demikian, akan banyak dampak positif yang dapat diperoleh serta akan meminimalisir
kemungkinan memperoleh dampak negatif dari penerapan simkes

Anda mungkin juga menyukai