Artikel Hukbis
Artikel Hukbis
HUKUM BISNIS
Disusun Oleh:
Lulu Lisma Yulistira (0215101277)
Kelas: Manajemen-G/S1
Fakultas Bisnis dan Manajemen
Mata Kuliah: Hukum Bisnis
Dosen: Bpk. Otang Fharyana, S.H., M.H
Hukum Arbitrase di Indonesia Sebagai Jalur Penyelesaian Sengketa Bisnis
1. Frank Elkoury dan Edna Elkoury dalam bukunya How Arbitration Works disebutkan
bahwa arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau simple yang dipilih oleh para pihak
secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh para pihak secara sukarela yang
ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka di
mana keputusan mereka berdasar kan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju
sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat.
2. Subekti, menyebutkan bahwa arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh
seseorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk
pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih
atau tunjuk tersebut.
5. Dalam Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 disebutkan bahwa arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Jenis-Jenis dan Keputusan Arbitrase
Jenis-Jenis Arbitrase
Arbitrase merupakan sistem ADR yang paling formal sifatnya. Dalam proses arbitrase
para pihak menyerahkan penyelesaian sengketa pada pihak ketiga yang netral dan berwenang
untuk memberikan keputusan yang mengikat para pihak.
1. Arbitrase ad hoc: Arbitrase ad hoc (arbitrase volunter) adalah arbitrase yang dibentuk
khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu. Arbitrase ini bersifat
insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.
Keputusan Arbitrase
Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang diberikan oleh arbitrase ad-hoc
maupun lembaga arbitrase atas suatu perbedaan pendapat, perselisihan paham maupun
persengketaan mengenai suatu pokok persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar (yang
memuat klausula arbitrase) yang diajukan pada arbitrase ad-hoc, maupun lembaga arbitrase
untuk diputuskan olehnya. Berdasarkan pada tempat di mana arbitrase tersebut diputuskan,
secara umum putusan arbitrase dapat kita bedakan ke dalam :
1. Putusan arbitrase nasional, yang merupakan putusan arbitrase yang diambil atau
dijatuhkan di negara Republik Indonesia.
2. Arbitrase Internasional atau arbitrase asing, yang merupakan putusan arbitrase yang
dijatuhkan di negara di luar negara Republik Indonesia.
Jenis-Jenis dan Keputusan Arbitrase
Untuk menentukan apakah putusan arbitrase itu merupakan putusan arbitrase nasional
atau internasional, didasarkan pada prinsip kewilayahan (territory) dan hukum yang
dipergunakan dalam penyelesaian sengketa arbitrase tersebut. Kalau mempergunakan hukum
asing sebagai dasar penyelesaian sengketanya, walaupun putusan dijatuhkan di dalam
wilayah hukum Republik Indonesia, putusan arbitrase tersebut tetap merupakan putusan
arbitrase internasional. Sebaliknya walaupun para pihak yang bersengketa itu bukan
berkewarganegaraan Indonesia, tetapi mempergunakan hukum Indonesia sebagai dasar
penyelesaian sengketa arbitrasenya, maka putusan arbitrase yang demikian merupakan
putusan arbitrase nasional bukan putusan arbitrase internasional.
Keuntungan Arbitrase
Keuntungan Arbitrase
Suatu persetujuan arbitrase harus menetapkan jangka waktu, yaitu berapa lama
perselisihan atau sengketa yang diajukan kepada arbitrase harus diputuskan. Apabila para
pihak tidak menentukan jangka waktu tertentu, lamanya waktu penyelesaian akan ditentukan
oleh majelis arbitrase berdasarkan aturan-aturan arbitrase yang dipilih. [Pasal 31 ayat (3)
menyebutkan: Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase harus ada kesepakatan
mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase dan apabila jangka
waktu dan tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau majelis arbitrase yang akan
menentukan.)
Demikian pula, putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak, sehingga tidak
dimungkinkan upaya hukum banding atau kasasi. Dalam Pasal 53 UU No. 30/1999
disebutkan bahwa terhadap putusan arbitrase tidak dapat dilakukan perlawanan atau upaya
hukum apa pun. Sedangkan dalam Pasal 60 secara tegas disebutkan: Putusan arbitrase
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.
Untuk memeriksa dan memutus perkara melalui arbitrase, para pihak diberi
kesempatan untuk memilih ahli yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan sangat
menguasai hal-hal yang disengketakan. Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang
diberikan dan putusan yang dijatuhkan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hal itu
dimungkinkan karena selain ahli hukum, di dalam badan arbitrase juga terdapat ahli-ahli lain
dalam berbagai bidang misalnya ahli perbankan, ahli leasing, ahli pemborongan, ahli
pengangkutan udara, laut, dan lain-lain.
c. Sifat konfidensialitas
Arbitrase hanya bermanfaat untuk para pihak atau pengusaha yang bona fide
(bonafid) atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafid adalah mereka yang
memiliki kredibilitas dan integritas, artinya patuh terhadap kesepakatan, pihak yang
dikalahkan harus secara suka rela melaksanakan putusan arbitrase. Sebaliknya, jika ia selalu
mencari-cari peluang untuk menolak melaksanakan putusan arbitrase, perkara melalui
arbitrase justru akan memakan lebih banyak biaya, bahkan lebih lama daripada proses di
pengadilan
Putusan arbitrase selalu tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan
putusan yang tepat dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak. Meskipun arbiter memiliki
keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang mudah bagi majelis arbitrase untuk
memuaskan dan memenuhi kehendak para pihak yang bersengketa. Pihak yang kalah akan
mengatakan bahwa putusan arbitrase tidak adil, demikian pula sebaliknya (pihak yang
menang akan mengatakan putusan tersebut adil). Ketergantungan secara mutlak terhadap para
arbiter dapat merupakan suatu kelemahan karena substansi perkara dalam arbitrase tidak
dapat diuji kembali (melalui proses banding).
Putusan arbitrase dan seluruh pertimbangan di dalamnya bersifat rahasia dan tidak
dipublikasikan. Akibatnya, putusan tersebut bersifat mandiri dan terpisah dengan lainnya,
sehingga tidak ada legal precedence atau keterikatan terhadap putusan-putusan arbitrase
sebelumnya. Artinya, putusan-putusan arbitrase atas suatu sengketa terbuang tanpa manfaat,
meskipun di dalamnya mengandung argumentasi-argumentasi berbobot dari para arbiter
terkenal di bidangnya.
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, 2008, Gama
Media,Yogyakarta.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase , 2003, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Dr. Nina Nurani,S.H,. Msi, Hukum Bisnis, 2012, CV. Insan Mandiri, Bandung
https://datakata.wordpress.com/2014/11/12/arbitrase-sebagai-alternatif-penyelesaian-
sengketa-bisnis/ (Minggu, 1 Mei 2016 pukul 12:32)
https://tommirrosandy.wordpress.com/2011/03/14/pengantar-hukum-arbitrase-di-indonesia/
(Minggu, 1 Mei 2016 pukul 12:59)