Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

HUKUM BISNIS

Hukum Arbitrase di Indonesia Sebagai Jalur


Penyelesaian Sengketa Bisnis

Disusun Oleh:
Lulu Lisma Yulistira (0215101277)

Kelas: Manajemen-G/S1
Fakultas Bisnis dan Manajemen
Mata Kuliah: Hukum Bisnis
Dosen: Bpk. Otang Fharyana, S.H., M.H
Hukum Arbitrase di Indonesia Sebagai Jalur Penyelesaian Sengketa Bisnis

Proses penyelesaian sengketa secara konvensional dengan cara Litigasi di Pengadilan


dirasakan para pelaku bisnis kurang efektif dan efisien, hal ini karena dianggap dunia
peradilan belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, proses sengketa memakan
waktu yang panjang karena adanya proses pemeriksaaan banding, kasasi dan peninjauan
kembali, bersifat formalistic dan sangat teknis, dapat menimbulkan permusuhan diantara para
pihak yang bersengketa, cenderung menimbulkan masalah baru, biaya tinggi bahkan akhirnya
kemenangan perkara seringkali bersifat hanya diatas kertas, sehingga para pelaku bisnis
mencari cara-cara lain yang dirasakan dapat merespons kepentingan mereka dalam
menyelesaikan sengketa bisnis yang mereka hadapi melalui alternative penyelesaian sengketa
diluar proses litigasi di pengadilan.

Penggunaan lembaga arbitrase sebagai pilihan tempat penyelesaian sengketa bisnis


pada umumnya lebih didasarkan pada pertimbangan ekonomis daripada pertimbangan
yuridis, hal ini karena proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut kalangan
pelaku usaha lebih bersifat menguntungkan dibandingkan dengan proses penyelesaian
sengketa melalui lembaga litigasi di Pengadilan.
Pengertian Arbitrase

Istilah arbitrase berasal dari kata Arbitare (Latin), Arbitrage (Belanda/Prancis),


Arbitration (Inggris) dan Shiedspruch (Jerman), yang berarti kekuasaan untuk menyelasaikan
sesuatu menurut kebijaksanaan atau perdamaian melalui arbiter atau wasit. Arbitrase secara
umum adalah cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum yang
didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa, dimana pihak penyelesai sengketa tersebut dipilih oleh para pihak bersangkutan.
Pengertian arbitrase menurut para ahli hukum:

1. Frank Elkoury dan Edna Elkoury dalam bukunya How Arbitration Works disebutkan
bahwa arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau simple yang dipilih oleh para pihak
secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh para pihak secara sukarela yang
ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka di
mana keputusan mereka berdasar kan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju
sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat.

2. Subekti, menyebutkan bahwa arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh
seseorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk
pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih
atau tunjuk tersebut.

3. Priyatna Abdurrasid mengemukakan bahwa arbitrase adalah suatu proses pemerikaan


suatu sengketa yang dilakukan secara yudisial seperti dikehendaki oleh para pihak yang
bersengketa, dan pemecahannya akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para
pihak.

4. M.N. Purwosutjipto menyatakan bahwa Perwasitan adalah suatu peradilan perdamaian di


mana para pihak bersepakat agar perselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka
kuasai sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak, yang ditunjuk oleh
para pihak sendiri dan putusannya mengikat bagi kedua belah pihak.

5. Dalam Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 disebutkan bahwa arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Jenis-Jenis dan Keputusan Arbitrase

Jenis-Jenis Arbitrase

Arbitrase merupakan sistem ADR yang paling formal sifatnya. Dalam proses arbitrase
para pihak menyerahkan penyelesaian sengketa pada pihak ketiga yang netral dan berwenang
untuk memberikan keputusan yang mengikat para pihak.

Terdapat dua jenis arbitrase:

1. Arbitrase ad hoc: Arbitrase ad hoc (arbitrase volunter) adalah arbitrase yang dibentuk
khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu. Arbitrase ini bersifat
insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.

2. Arbitrase institusional: Arbitrase institusional merupakan lembaga atau badan arbitrase


yang sifatnya permanen. Karena sering disebut permanent arbitral body. Arbitrase ini
disediakan oleh organisasi tertentu dan sengaja didirikan untuk menampung perselisihan yang
timbul dari perjanjian. Faktor kesengajaan dan sifat permanen ini merupakan ciri pembeda
dengan arbitrase ad hoc. Selain itu arbitrase institusional ini sudah ada sebelum sengketa
timbul yang berbeda dengan arbitrase ad hoc. Selain itu arbitrase institusional ini berdiri
untuk selamanya dan tidak bubar meskipun perselisihan yang ditangani telah selesai.

Keputusan Arbitrase

Putusan arbirase umumnya mengikat para pihak. Penaatan terhadapnya dipandang


tinggi. Biasanya putusannya bersifat final dan mengikat. Itu karena arbitrase dilaksanakan
antara para pihak sendiri atas kesadaran akan penyelesaian sengketa.

Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang diberikan oleh arbitrase ad-hoc
maupun lembaga arbitrase atas suatu perbedaan pendapat, perselisihan paham maupun
persengketaan mengenai suatu pokok persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar (yang
memuat klausula arbitrase) yang diajukan pada arbitrase ad-hoc, maupun lembaga arbitrase
untuk diputuskan olehnya. Berdasarkan pada tempat di mana arbitrase tersebut diputuskan,
secara umum putusan arbitrase dapat kita bedakan ke dalam :
1. Putusan arbitrase nasional, yang merupakan putusan arbitrase yang diambil atau
dijatuhkan di negara Republik Indonesia.
2. Arbitrase Internasional atau arbitrase asing, yang merupakan putusan arbitrase yang
dijatuhkan di negara di luar negara Republik Indonesia.
Jenis-Jenis dan Keputusan Arbitrase

Untuk menentukan apakah putusan arbitrase itu merupakan putusan arbitrase nasional
atau internasional, didasarkan pada prinsip kewilayahan (territory) dan hukum yang
dipergunakan dalam penyelesaian sengketa arbitrase tersebut. Kalau mempergunakan hukum
asing sebagai dasar penyelesaian sengketanya, walaupun putusan dijatuhkan di dalam
wilayah hukum Republik Indonesia, putusan arbitrase tersebut tetap merupakan putusan
arbitrase internasional. Sebaliknya walaupun para pihak yang bersengketa itu bukan
berkewarganegaraan Indonesia, tetapi mempergunakan hukum Indonesia sebagai dasar
penyelesaian sengketa arbitrasenya, maka putusan arbitrase yang demikian merupakan
putusan arbitrase nasional bukan putusan arbitrase internasional.
Keuntungan Arbitrase

Keuntungan Arbitrase

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dinilai menguntungkan karena beberapa


alasan sebagai berikut:

a. Kecepatan dalam proses

Suatu persetujuan arbitrase harus menetapkan jangka waktu, yaitu berapa lama
perselisihan atau sengketa yang diajukan kepada arbitrase harus diputuskan. Apabila para
pihak tidak menentukan jangka waktu tertentu, lamanya waktu penyelesaian akan ditentukan
oleh majelis arbitrase berdasarkan aturan-aturan arbitrase yang dipilih. [Pasal 31 ayat (3)
menyebutkan: Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase harus ada kesepakatan
mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase dan apabila jangka
waktu dan tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau majelis arbitrase yang akan
menentukan.)
Demikian pula, putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak, sehingga tidak
dimungkinkan upaya hukum banding atau kasasi. Dalam Pasal 53 UU No. 30/1999
disebutkan bahwa terhadap putusan arbitrase tidak dapat dilakukan perlawanan atau upaya
hukum apa pun. Sedangkan dalam Pasal 60 secara tegas disebutkan: Putusan arbitrase
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.

b. Pemeriksaan ahli di bidangnya

Untuk memeriksa dan memutus perkara melalui arbitrase, para pihak diberi
kesempatan untuk memilih ahli yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan sangat
menguasai hal-hal yang disengketakan. Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang
diberikan dan putusan yang dijatuhkan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hal itu
dimungkinkan karena selain ahli hukum, di dalam badan arbitrase juga terdapat ahli-ahli lain
dalam berbagai bidang misalnya ahli perbankan, ahli leasing, ahli pemborongan, ahli
pengangkutan udara, laut, dan lain-lain.

c. Sifat konfidensialitas

Pemeriksaan sengketa oleh majelis arbitrase selalu dilakukan dalam persidangan


tertutup, dalam arti tidak terbuka untuk umum, dan putusan yang dijatuhkan dalam sidang
tertutup tersebut hampir tidak pernah dipublikasikan. Dengan demikian, penyelesaian melalui
arbitrase diharapkan dapat menjaga kerahasiaan para pihak yang bersengketa.
Kelemahan Arbitrase

Beberapa faktor yang merupakan kelemahan arbitrase adalah sebagai berikut:

a. Hanya untuk para pihak bona fide

Arbitrase hanya bermanfaat untuk para pihak atau pengusaha yang bona fide
(bonafid) atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafid adalah mereka yang
memiliki kredibilitas dan integritas, artinya patuh terhadap kesepakatan, pihak yang
dikalahkan harus secara suka rela melaksanakan putusan arbitrase. Sebaliknya, jika ia selalu
mencari-cari peluang untuk menolak melaksanakan putusan arbitrase, perkara melalui
arbitrase justru akan memakan lebih banyak biaya, bahkan lebih lama daripada proses di
pengadilan

b. Ketergantungan mutlak pada arbiter

Putusan arbitrase selalu tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan
putusan yang tepat dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak. Meskipun arbiter memiliki
keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang mudah bagi majelis arbitrase untuk
memuaskan dan memenuhi kehendak para pihak yang bersengketa. Pihak yang kalah akan
mengatakan bahwa putusan arbitrase tidak adil, demikian pula sebaliknya (pihak yang
menang akan mengatakan putusan tersebut adil). Ketergantungan secara mutlak terhadap para
arbiter dapat merupakan suatu kelemahan karena substansi perkara dalam arbitrase tidak
dapat diuji kembali (melalui proses banding).

c. Tidak ada preseden putusan terdahulu

Putusan arbitrase dan seluruh pertimbangan di dalamnya bersifat rahasia dan tidak
dipublikasikan. Akibatnya, putusan tersebut bersifat mandiri dan terpisah dengan lainnya,
sehingga tidak ada legal precedence atau keterikatan terhadap putusan-putusan arbitrase
sebelumnya. Artinya, putusan-putusan arbitrase atas suatu sengketa terbuang tanpa manfaat,
meskipun di dalamnya mengandung argumentasi-argumentasi berbobot dari para arbiter
terkenal di bidangnya.

d. Masalah putusan arbitrase asing

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional memiliki hambatan sehubungan


dengan pengakuan dan pelaksanaan putusannya. Oleh karena itu, berhasil tidaknya
penyelesaian sengketa melalui arbitrase berkaitan erat dengan dapat tidaknya putusan
arbitrase tersebut dilaksanakan di negara dari pihak yang dikalahkan.
Daftar Pustaka

Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, 2008, Gama
Media,Yogyakarta.

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase , 2003, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Dr. Nina Nurani,S.H,. Msi, Hukum Bisnis, 2012, CV. Insan Mandiri, Bandung

https://datakata.wordpress.com/2014/11/12/arbitrase-sebagai-alternatif-penyelesaian-
sengketa-bisnis/ (Minggu, 1 Mei 2016 pukul 12:32)

https://tommirrosandy.wordpress.com/2011/03/14/pengantar-hukum-arbitrase-di-indonesia/
(Minggu, 1 Mei 2016 pukul 12:59)

http://gatot-arbitrase.blogspot.co.id/ (Minggu, 1 Mei 2016 pukul 13:16)

Anda mungkin juga menyukai