Anda di halaman 1dari 9

Lampiran I

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN MENGENAI


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah tanggung jawab kita bersama. Salah Satunya karena


pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dimana
upaya memajukan bangsa Indonesia tidak akan tercapai apabila tidak memiliki dasar yang
kuat yaitu derajat kesehatan yang tinggi. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan
kesehatan tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan
proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, baik individu, masyarakat, pemerintah
maupun swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan, hanya sedikit yang akan dicapai.
Sesuai dengan salah satu tujuan Indonesia Sehat 2010 yakni mencegah terjadinya dan
menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat,
sudah seharusnya kita sebagai individu masyarakat peduli untuk menjaga kesehatan baik
secara personal maupun lingkungan.
Salah satu masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD). Selama satu dekade angka kejadian atau incidence rate
(IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi
DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik
DBD.
Menurut WHO tahun 2007, Case Fatality Rate (CFR) kasus DBD di Indonesia
menempati urutan ke empat di ASEAN dengan CFR 1.01 setelah Bhutan, India, dan
Myanmar berurutan dari yang tertinggi. Sampai bulan September 2008, didapatkan CFR
untuk kasus DBD menurun menjadi 0.73, namun naik menjadi peringkat ke dua di ASEAN
setelah Bhutan. Puncak terjadinya DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari,
sehingga perhitungan CFR hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk
menggambarkan CFR pada tahun 2008. Sedangkan di Banda Aceh sendiri berdasarkan data
yang tercatat pada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh tahun 2009, jumlah kasus DBD yang
terjadi pada tahun tersebut seluruhnya 313 kasus, dengan tujuh diantaranya meninggal
dunia. Kasus tertinggi terjadi pada bulan Agustus, dengan jumlah 51 kasus. Sedangkan
yang terbanyak terjadi DBD di Kecamatan Syiah Kuala dengan jumlah 65 kasus.
Menurut Depkes RI tahun 1995, Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan
sering menimbulkan wabah. Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam negara
endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam peta ASEAN.
Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti perilaku manusia,
iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia. Dikarenakan belum ditemukannya
vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan
tempat tinggal terkait pengontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada
manusia.
Cara yang paling tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan
memberantas jentik nyamuk ditempat perkembangbiakannya. PSN-DBD dapat dilakukan
dengan metode 3M serta teknik Abatesasi. Adapun program 3M itu terdiri atas: Menguras
bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air baik didalam maupun diluar
rumah serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan dan
memungkinkan air tergenang didalamnya. Pelaksanaan 3M tersebut minimal dilakukan
seminggu sekali.
Tindakan PSN-DBD merupakan tindakan yang praktis, murah, dan dapat dilakukan
oleh siapapun dan dimanapun. Agar kelurahan bebas dari ancaman penyakit DBD,
masyarakat diminta untuk peduli tehadap lingkungan dengan melaksanakan PSN-DBD di
rumah dan lingkungannya masing-masing. Untuk melaksanakan pola hidup bersih dan
sehat menuntut peran serta masyarakat akan lebih optimal. Suksesnya pemberantasan DBD
tergantung dari besarnya komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat. Semakin besar
komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat semakin besar kemungkinan berhasilnya
program pemberantasan DBD.

TEMPAT, WAKTU DAN PESERTA KEGIATAN


Kegiatan Penyuluhan ini dilakukan di SMP Negeri 6 Banda Aceh, pada hari Jumat,
tanggal 11 November 2011. Kegiatan ini diikuti oleh siswa dan siswi di SMP tersebut.
METODE PENYULUHAN
Penyuluhan dilakukan dengan pemberian edukasi terhadap siswa dan siswi, tentang
perkenalan panyakit DBD dan cara pencegahannya. Dalam penyuluhan ini juga digunakan
leaflet bergambar untuk memudahkan serta untuk lebih menarik minat siswa terhadap
penyuluhan DBD tersebut.

MATERI PENYULUHAN
Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue (DD) adalah infeksi yang disebarkan oleh nyamuk yang membuat
penyakit mirip flu (flu-like illness) dan kadang dapat terjadi komplikasi kematian yang
disebut Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini ditemukan daerah tropis dan sub
tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area semi-urban.

Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue.

Cara Penularan
Virus dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan
virus Dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang
mengalami viremia atau tidak secara langsung yaitu setelah mengalami masa inkubasi
dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic
incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada
nyamuk, sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Penularan dari manusia ke nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu dua
hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul. Seseorang yang didalam
darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypti mendapatkan Virus Dengue sewaktu
menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam
darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus
Dengue). Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi ke mana-
mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes
aegypti. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia
akan segera menderita DBD.

Gejala Klinis dan Diagnosa


Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak
biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada orang dewasa
mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas
tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi
serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukosit rendah
atau kadang-kadang trombosit rendah. Pada waktu wabah, tidak jarang demam Dengue
dapat disertai dengan perdarahan hebat.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari
kriteria klinis dan laboratorium.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD


Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas
sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam pencegahan penyakit
DBD adalah dengan pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas
jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya
terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus
melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
PSN-DBD tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut :

Gambar 2.1. Bagan cara pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti

NYAMUK DEWASA Dengan insektisida (fogging)


Kimia

JENTIK NYAMUK Dengan PSN Biologi

Fisik

Metode yang digunakan dalam PSN tersebut, yaitu :

a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai
contoh: menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup
dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban
bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan: pengasapan/fogging (dengan
menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. Cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu Menutup, Menguras, Menimbun.
TANYA JAWAB PESERTA
1. T : Apakah jambu biji dapat menyembuhkan demam berdarah?
J : Sebenarnya jambu biji bukan obat demam berdarah, namun pengobatan pada
penyakit demam berdarah ini yang penting adalah terapi cairan. Pada pasien demam
berdarah boleh diberikan jus jambu biji, karena diharapkan dengan begitu dapat
membantu meringankan kehilangan cairan pada pasien tersebut. Bukan hanya jus
jambu biji, jus apa saja, air putih, ataupun air lainnya juga dianjurkan untuk
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak pada pasien demam berdarah.

2. T : Apakah pasien demam berdarah harus dirawat?


J : Tidak semua pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit. Tergantung dari
tingkat keparahan pasien. Jika pasien hanya mengeluhkan demam dan bintik merah,
mual, sakit dibelakang bola mata, dan nyeri sendi saja tanpa mengeluhkan adanya
perdarahan, pasien belum perlu dirawat, hanya diberi obat rawat jalan, dengan catatan
pasien istirahat yang cukup, banyak minum, dan jika ada tanda-tanda seperti mimisan,
gusi berdarah, muntah darah, ataupun BAB hitam, dengan trombosit rendah dan
memerlukan terapi cairan segera, pasien di rawat untuk mendapatkan perawatan yang
lebih lanjut.

3. T : Apakah setiap pasien DBD yang berdarah dari hidung dan telinga selalu
meninggal?
J : Tidak semua pasien yang mengalami perdarahan tersebut meninggal. Tergantung
seberapa tingkat keparahan demam berdarah pasien tersebut, jikalau cepat mendapat
pertolongan terapi cairan, biasa pasien tersebut akan selamat.

4. T : Apa beda nyamuk demam berdarah dengan nyamuk malaria?


J : Nyamuk demam berdarah biasanya berwarna belang-belang dan hitam putih, jika
menggigit, ekornya sedikit menukik, dan biasanya berkeliaran dari jam 8 pagi sampai
jam 10 pagi, Nyamuk malaria biasanya berkeliaran sore hari.
PENUTUP
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebarkan oleh nyamuk yang
membuat penyakit mirip flu (flu-like illness) dan kadang dapat terjadi komplikasi kematian.
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue itu sendiri ditularkan dari
orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Aedes aegypti betina merupakan faktor
epidemik yang paling utama.
Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan
anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada orang dewasa
mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas
tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi
serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukopeni atau
kadang-kadang trombositopeni. Pada waktu wabah, tidak jarang demam Dengue dapat
disertai dengan perdarahan hebat. Dan diagnosis DBD itu sendiri ditegakkan berdasarkan
kriteria diagnosis WHO 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan
terapi substitusi komponen darah jika diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal
terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus
diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara ini dikenal dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat
berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap
keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali.
Cara yang paling efektif yaitu disebut dengan 3M Plus, yaitu Menutup, Menguras,
Menimbun dan selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi.
REFERENSI
1. Kanwil Kesehatan Propinsi Dati II Jawa Tengah. Laporan Pengendalian Demam
Berdarah di Jawa Tengah. 1993; 40p.
2. Suwarsono H : Berbagai cara pemberantasan jentik Ae. Aegypti. Cermin Dunia
Kedokteran 1997; 119 : 32-
3. Departemen Kesehatan. Pemberantasan Vektor dan cara evaluasinya. Dit.Jen. PPM
& PLP. Dep. Kes. Jakarta, 1987.

Banda Aceh, 17 November 2011


Disetujui
Kepala Puskesmas Dokter Pembimbing,

Hayatun Rahmi, SKM Dr. Nurcahayati


NIP. 19670730 198803 2 002 NIP. 19780714 200804 2 001
Dokumentasi

Leaflet yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai