Anda di halaman 1dari 101

BAB I

LINGKARAN

A. PERSAMAAN LINGKARAN
Lingkaran adalah tempat kedudukan atau himpunan titik-titik yang
berjarak sama terhadap suatu titik yang tertentu. Titik tertentu tersebut
dinamakan pusat lingkaran dan jarak yang tetap tersebut dinamakan jari-jari
lingkaran.

Gambar 1.1 Lingkaran.


Dari gambar di atas, titik O adalah pusat lingkaran. Titik A, B, C, D
terletak pada lingkaran, maka OA = OB = OC = OD adalah jari-jari lingkaran
= r.
Berdasarkan kedudukan titik pusatnya, lingkaran terdiri dari dua jenis,
yaitu sebagai berikut.
1. Lingkaran yang berpusat di 𝑶(𝟎, 𝟎)

Gambar 1.2 lingkaran berpusat di 𝑂(0,0)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 1


Pada lingkaran berpusat di 𝑂(0,0) dan jari-jari 𝑟, berdasarkan dalil
Phytagoras, dapat ditentukan persamaan:
𝑂𝑃2 + 𝑇𝑃2 = 𝑂𝑇 2
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
Jadi, persamaan lingkaran dengan pusat 𝑂(0,0) dan jari-jari 𝑟 adalah:
𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 = 𝒓𝟐
Untuk lebih memahami tentang cara menentukan persamaan lingkaran
berpusat di 𝑂(0,0), pelajarilah contoh soal berikut.

Contoh 1.1:
Tentukan persamaan lingkaran dengan pusat 𝑂(0,0) dan jari-jari 3.
Jawab:
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
𝑥 2 + 𝑦 2 = 32
𝑥2 + 𝑦2 = 9

Contoh 1.2:
1. Tentukan persamaan lingkaran yang mempunyai garis tengah
(diameter) garis 𝐴𝐵 dengan 𝐴(−3,4) dan 𝐵(3, −4).
Jawab:
Karena 𝐴𝐵 diameter, maka pusat lingkaran itu terletak di tengah-
tengah garis 𝐴𝐵. Untuk mencari titik pusatnya gunakan rumus
𝑥 +𝑥𝑏 𝑦𝑎 +𝑦𝑏
𝑃 ( 𝑎2 , 2 ).
𝑥 +𝑥𝑏 𝑦𝑎 +𝑦𝑏 −3+3 4+(−4)
𝑃 ( 𝑎2 , 2 ) = 𝑃( 2 , 2 ) = 𝑃(0,0)

Karena pusatnya 𝑃(0,0) dan melalui titik 𝐴 dan 𝐵, maka rumus


lingkarannya adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 . Untuk mencari nilai 𝑟 boleh
digunakan titik 𝐴 atau titik 𝐵.
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
(−3)2 + 42 = 𝑟 2
𝑟 2 = 25
Jadi, persamaan lingkarannya adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 2


2. Tentukan persamaan lingkaran jika diketahui:
a) pusatnya 𝑂(0,0) dan berjari-jari 12;
b) pusatnya 𝑂(0,0) dan melalui (7, −24).
Jawab:
a) Lingkaran yang berpusat di 𝑂(0,0) dan 𝑟 = 12, maka
persamaannya:
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
𝑥 2 + 𝑦 2 = 122
𝑥 2 + 𝑦 2 = 144
Jadi, persamaan lingkaran dengan pusat di 𝑂(0,0) dan 𝑟 = 12
adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 144.
b) Lingkaran yang berpusat di 𝑂(0,0) dan melalui (7, −24).
Maka
𝑟2 = 𝑥2 + 𝑦2
𝑟 2 = 72 + (−24)2
𝑟 2 = 49 + 576
𝑟 2 = 625
Jadi, persamaan lingkaran yang berpusat di 𝑂(0,0) dan melalui
(7, −24) adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 625.

Contoh 1.3:
1. Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat 𝑂(0,0) dan
menyinggung:
a) Garis 𝑥 = −5
b) Garis 𝑥 + 𝑦 − √10 = 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 3


Jawab:
a) Perhatikan gambar di bawah ini.

Lingkaran berpusat di 𝑂(0,0) menyinggung garis 𝑥 = −5.


Dari gambar terlihat bahwa 𝑟 = 5, sehingga
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
𝑥 2 + 𝑦 2 = 52
𝑥 2 + 𝑦 2 = 25
Jadi, persamaan lingkarannya adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25.
b) Perhatikan ilustrasi dibawah ini.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 4


Dari gambar terlihat bahwa jari-jari adalah jarak pusat 𝑂(0,0) ke
garis 𝑥 + 𝑦 − √10 = 0. Kita ketahui bahwa jarak titik (𝑥1 , 𝑦1 ) ke
garis 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 adalah

𝑎𝑥1 +𝑏𝑦1 +𝑐
𝑟=| |, sehingga
√𝑎2 + 𝑏2

1(0)+1(0)−√10
𝑟=| | = √5
√12 +12

Pusatnya di 𝑂(0,0) dan berjari-jari 𝑟 = √5, maka persamaannya


sebagai berikut.
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
𝑥 2 + 𝑦 2 = √52
𝑥2 + 𝑦2 = 5
Jadi, persamaan lingkarannya adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 5.
Kedudukan titik 𝑇(𝑥, 𝑦) terhadap lingkaran dengan persamaan 𝑥 2 +
𝑦 2 = 𝑟 2 adalah sebagai berikut:
a. Titik 𝑇 di dalam lingkaran jika 𝑥 2 + 𝑦 2 < 𝑟 2
b. Titik 𝑇 pada lingkaran jika 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2
c. Titik 𝑇 di luar lingkaran jika 𝑥 2 + 𝑦 2 > 𝑟 2

2. Lingkaran yang berpusat di 𝑷(𝒂, 𝒃)


Untuk menentukan persamaan lingkaran dengan 𝑃(𝑎, 𝑏) dan jari-jari
𝑟, perhatikan gambar di bawah ini.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 5


Gambar 1.3 lingkaran berpusat di 𝑃(𝑎, 𝑏)
Maka:
𝑃𝑅 2 + 𝑇𝑅 2 = 𝑇𝑃2
(𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
Jadi, persamaan lingkaran dengan pusat 𝑃(𝑎, 𝑏) dan dan jari-jari 𝑟 adalah:
( 𝒙 − 𝒂)𝟐 + ( 𝒚 − 𝒃)𝟐 = 𝒓𝟐

Contoh 1.4:
1. Tentukan persamaan lingkaran dengan pusat 𝑃(2,3) dan ketentuan
berikut.
a. Jari-jari 6
b. Melalui titik 𝐴(−2,0)
c. Menyinggung garis 3𝑥 + 4𝑦 + 2 = 0
Jawab:
a. Diketahui pusat 𝑃(2,3) dan 𝑟 = 6
Jadi, persamaan lingkarannya adalah: ( 𝑥 − 2)2 + ( 𝑦 − 3)2 = 36
b. Diketahui pusat 𝑃(2,3) dan melalui 𝐴(−2,0)
𝑟 = 𝑃𝐴 = √(2 + 2)2 + (3)2 = √16 + 9 = 5
Jadi, persamaan lingkarannya adalah: ( 𝑥 − 2)2 + ( 𝑦 − 3)2 = 25

Dosen Rani Refianti, M.Pd 6


c. Diketahui pusat 𝑃(2,3) dan menyinggung garis 3𝑥 + 4𝑦 + 2 = 0,
berarti jari-jari sama dengan jarak titik pusat 𝑃(2,3) ke garis 3𝑥 +
4𝑦 + 2 = 0.
Jarak titik 𝑃(𝑥, 𝑦) terhadap garis 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 adalah 𝑟 =

𝑎𝑥+𝑏𝑦+𝑐
| |
√𝑎2 + 𝑏2

3.2+4.3+2 6+12+2 20
Maka: 𝑟 = | |=| |= =4
√32 + 4 2 √25 5

Jadi, persamaan lingkarannya adalah (𝑥 − 2)2 + (𝑦 − 3)2 = 16


2. Tentukan persamaan lingkaran jika diketahui pusatnya (– 2,3) dan
berjari-jari 5;
Jawab:
Pusat(– 2,3), 𝑟 = 5
Persamaan lingkaran:
(𝑥 − (−2))2 + (𝑦 − 3)2 = 52
(𝑥 + 2)2 + (𝑦 − 3)2 = 25
(𝑥 2 + 4𝑥 + 4 + 𝑦 2 − 6𝑦 + 9 = 25
(𝑥 2 + 𝑦 2 + 4𝑥 − 6𝑦 + 13 = 25
(𝑥 2 + 4𝑥 + 4 + 𝑦 2 − 6𝑦 − 12 = 0
Kedudukan titik 𝑇(𝑥, 𝑦) terhadap lingkaran dengan persamaan (𝑥 −
𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2 adalah sebagai berikut:
a. Titik 𝑇 di dalam lingkaran jika (𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 > 𝑟 2
b. Titik 𝑇 pada lingkaran jika (𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
c. Titik 𝑇 di luar lingkaran jika (𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 < 𝑟 2

B. BENTUK UMUM PERSAMAAN LINGKARAN


Lingkaran dengan pusat 𝑃(𝑎, 𝑏) dan jari-jari 𝑟 mempunyai persamaan
(𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2 . Persamaan tersebut dapat kita nyatakan dengan:
(𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
𝑥 2 − 2𝑎𝑥 + 𝑎2 + 𝑦 2 − 2𝑏𝑦 + 𝑏 2 − 𝑟 2 = 0 .................... (1)
Disederhanakan menjadi : 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 ............................ (2)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 7


Dengan:
1
𝐴 = −2𝑎𝑎 = − 2 𝐴
1
𝐵 = −2𝑏𝑏 = − 2 𝐵

𝐶 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 𝑟 2  𝑟 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 𝐶
1 1
𝑟 2 = 4 𝐴2 + 4 𝐵 2 − 𝐶

1 1
𝑟 = √ 𝐴2 + 𝐵 2 − 𝐶
4 4

Dari uraian di atas, persamaan umum lingkaran dapat kita rumuskan dengan:
𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝑨𝒙 + 𝑩𝒚 + 𝑪 = 𝟎
1 1 1 1
Dengan pusat 𝑃 (− 2 𝐴, − 2 𝐵), dan jari-jari 𝑟 = √4 𝐴2 + 4 𝐵 2 − 𝐶

Contoh 1.5:
Tentukan pusat dan jari-jari dari lingkaran dengan persamaan: 3𝑥 2 + 3𝑦 2 −
6𝑥 + 18𝑦 + 6 = 0
Jawab:
Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:
𝑥 2 + 𝑦 2 − 2𝑥 + 6𝑦 + 2 = 0
𝐴 = −2, 𝐵 = 6, dan 𝐶 = 2
1 1
Pusat: 𝑃 (− 2 (−2), − 2 (6)) = 𝑃(1, −3)

1 1
Jari-jari: 𝑟 = √4 (−2)2 + 4 (6)2 − 2 = √8 = 2√2

Jadi, lingkaran tersebut mempunyai pusat (1, −3) dan jari-jari 2√2 .

C. KEDUDUKAN GARIS TERHADAP LINGKARAN


Syarat yang harus dipenuhi tentang kedudukan garis terhadap lingkaran
dapat dianalisis secara aljabar sebagai berikut. Misalnya persamaan garisnya
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑛 dan persamaan lingkarannya 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 ,
kemudian substitusikan persamaan garis ke dalam persamaan lingkaran
sehingga diperoleh persamaan kuadrat gabungan antara garis dan lingkaran.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 8


Selidiki nilai disikriminannya (𝐷). Diketahui, 𝐷 = 𝑏 2 − 4𝑎𝑐 untuk
persamaan kuadrat 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0 .
Garis dan lingkaran yang terletak pada satu bidang kemungkinan akan
berpotongan, bersinggungan atau tidak berpotongan. Kemungkinan
kedudukan garis terhadap lingkaran, yaitu sebagai berikut.
1. garis dan lingkaran berpotongan di dua titik jika dan hanya jika 𝐷 > 0

2. garis dan lingkaran bersinggungan jika dan hanya jika 𝐷 = 0.

3. garis dan lingkaran tidak berpotongan dan tidak bersinggungan jika dan
hanya jika 𝐷 < 0.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 9


Contoh 1.6:
Tentukan kedudukan garis 𝑦 =𝑥+1 terhadap lingkaran 𝑥 2 +𝑦 2 −
2𝑥– 4𝑦– 13 = 0. Apabila berpotongan atau bersinggungan, tentukan titik
potong atau titik singgungnya!
Jawab:
𝑦 =𝑥+1 disubstitusikan ke dalam persamaan lingkaran 𝑥 2 +𝑦 2 −
2𝑥– 4𝑦– 13 = 0, maka:
𝑥 2 + (𝑥 + 1)2 − 4(𝑥 + 1) − 13 = 0
𝑥 2 + 𝑥 2 + 2𝑥 + 1 − 2𝑥 − 4𝑥 − 4 − 13 = 0
2𝑥 2 − 4𝑥 − 16 = 0
𝑥 2 − 2𝑥 − 8 = 0
a) 𝐷 = 𝑏 2 − 4𝑎𝑐
= (−2)2 − 4.1. (−8)
= 4 + 32
= 36(> 0)
Jadi, garis dan lingkaran berpotongan di dua titik.
b) 𝑥 2 − 2𝑥 − 8 = 0
(𝑥 + 2)(𝑥 − 4) = 0
𝑥 = −2 atau 𝑥 = 4
Untuk 𝑥 = −2 → 𝑦 = 𝑥 + 1 = −2 + 1 = −1
Untuk 𝑥 = 4 → 𝑦 = 4 + 1 = 5
Jadi, garis dan lingkungan berpotongan di titik (−2, −1) dan (4,5).

D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN


Garis singgung adalah garis tegak antara jari-jari dan menuju titik
singgung. Suatu garis merupakan garis singgung lingkaran jika garis tersebut
tegak lurus terhadap jari-jari pada ujung luarnya.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 10


1. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran melalui Titik 𝑻(𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 )
a. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Pusat 𝑶(𝟎, 𝟎)
melalui titik 𝑻(𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 )
Pada gambar titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 dan
garis ℎ adalah garis singgung yang melalui titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ). Garis ℎ
tegak lurus (⏊)𝑇𝑂, 𝑀𝑇𝑂 . 𝑀𝑏 = −1

𝑦
Gradien garis 𝑇𝑂, 𝑚 𝑇𝑜 = 𝑥1
1
𝑥
Maka gradien garis ℎ, 𝑚ℎ = − 𝑦1
1
𝑦
Persamaan garis singgung ℎ dengan gradien 𝑚ℎ = − 𝑥1 dan melalui
1

titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) adalah:


𝑦 − 𝑦1 = 𝑚ℎ (𝑥 − 𝑥1 )
𝑥1
𝑦 − 𝑦1 = − (𝑥 − 𝑥1 )
𝑦1

𝑦1 𝑦 − 𝑦1 2 = −𝑥1 𝑥 + 𝑥1 2
𝑥1 𝑥 + 𝑦1 𝑦 = 𝑥1 2 + 𝑦1 2 ............................... (1)
Karena titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) terletak pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 , maka
berlaku:
𝑥1 2 + 𝑦1 2 = 𝑟 2 ............................... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh: 𝑥1 𝑥 + 𝑦1 𝑦
Jadi, persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 yang
melalui titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) pada lingkaran dapat di tentukan dengan rumus
berikut.
𝒙𝟏 𝒙 + 𝒚𝟏 𝒚 = 𝒓𝟐

Dosen Rani Refianti, M.Pd 11


Contoh 1.7:
Diketahui titik 𝐴(3,1) dan lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 10
1. Tunjukkan bahwa titik 𝐴 pada lingkaran
2. Tentukan persamaan garis singgung yang melalui titik 𝐴
Jawab:
1. titik 𝐴(−3,1) pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 10sehingga berlaku:
(−3)2 + 12 = 9 + 1 = 10 (sama)
Jadi, benar titik 𝐴(−3,1) pada lingkaran
2. 𝐴(−3,1) → 𝑥1 = −3 dan 𝑦1 = 1
Persamaan garis singgung:
−3𝑥 + 1𝑦 = 10
−3𝑥 + 𝑦 = 10 atau 𝑦 = 3𝑥 + 10
Jadi, persamaan garis singgungnya adalah 𝑦 = 3𝑥 + 10.

b. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Pusat 𝑷(𝒂, 𝒃)


Melalui Titik (𝒙𝟏, , 𝒚𝟏 )

Gambar 1.4 garis ℎ menyinggung lingkaran di 𝑇(𝑥1, , 𝑦1 )


Pada gambar, titik 𝑇(𝑥1, 𝑦1 ) terletak pada lingkaran (𝑥 − 𝑎)2 +
(𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2 dan garis ℎ adalah garis singgung yang melalui titik
𝑇(𝑥1, 𝑦1 ).
Persamaan garis singgung pada lingkaran (𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 =
𝑟 2 yang melalui titik 𝑇(𝑥1, 𝑦1 ) dapat ditentukan dengan rumus berikut.
(𝒙𝟏 − 𝒂)(𝒙 − 𝒂) + (𝒚𝟏 − 𝒃)(𝒚 − 𝒃) = 𝒓𝟐

Dosen Rani Refianti, M.Pd 12


Contoh 1.8:
Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran
(𝑥 + 3)2 + (𝑦 − 2)2 = 20 di titik (1,4).
Jawab:
Persamaan garis singgung pada lingkaran
(𝑥1 + 3)(𝑥 + 3) + (𝑦1 − 2)(𝑦 − 2) = 20
(1 + 3)(𝑥 + 3) + (4 − 2)(𝑦 − 2) = 20
4(𝑥 + 3) + 2(𝑦 − 2) = 20
4𝑥 − 2𝑦 − 12 = 20
2𝑥 − 𝑦 − 6 = 10
Jadi, persamaan garis singgungunya adalah 2𝑥 − 𝑦 − 6 = 10.

c. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran 𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝑨𝒙 + 𝑩𝒚 +


𝑪 = 𝟎 Melalui Titik 𝑻(𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 )
Persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 +
𝐶 = 0 yang melalui titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) pada lingkaran ditentukan pada
rumus:
𝟏 𝟏
𝒙𝟏 𝒙 + 𝒚𝟏 𝒚 + 𝑨(𝒙 + 𝒙𝟏 ) + 𝑩(𝒚 + 𝒚𝟏 ) + 𝑪 = 𝟎
𝟐 𝟐

Contoh 1.9:
Tunjukan bahwa titik 𝐴(4, −1) terletak pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 −
2𝑥 + 10𝑦 + 1 = 0, kemudian tentukan persamaan garis singgung
yang melalui 𝐴.
Jawab:
a) Titik 𝐴(4, −1) di sibtusikan ke persamaan lingkaran
𝑥 2 + 𝑦 2 − 2𝑥 + 10𝑦 + 1 = 0
𝑥 2 + 𝑦 2 − 2𝑥 + 10𝑦 + 1 = 42 +(−1)2 − 2.4 + 10(−1) + 1
= 16 + 1 − 8 − 10 + 1
= 0 (terbukti)
b) Persamaan garis singgung lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 − 2𝑥 + 10𝑦 + 1 =
0 di titik 𝐴(4, −1) adalah

Dosen Rani Refianti, M.Pd 13


1 1
𝑥1 𝑥 + 𝑦1 𝑦 − 2 . 2(𝑥 + 𝑥1 ) + 2 . 10(𝑦 + 𝑦1 ) + 1 = 0

4𝑥 + (−1)𝑦 − (𝑥 + 4) + 5(𝑦 − 1) + 1 = 0
4𝑥 − 𝑦 − x − 4 + 5𝑦 − 5 + 1 = 0
3𝑥 + 4𝑦 − 8 = 0
Jadi persamaan garis singgungnya adalah 3𝑥 + 4𝑦 − 8 = 0.

2. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Gradien


Tertentu
a. Persamaan Garis Singgung dengan Gradien 𝒎 pada Lingkaran
dengan Pusat 𝑶(𝟎, 𝟎) dan Jari-jari 𝒓
Diketahui persamaan lingkaraan dengan pusat 0(0,0) jari-jari 𝑟
adalah 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 . Persamaan garis singgung lingkaran dengan
pusat 0(0,0), maka persamaan garis singgungnya ditentukan dengan
mensubtitusikan persamaan garis 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 ke dalam persamaan
lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
𝑥 2 + (𝑚𝑥 + 𝑐)2 = 𝑟 2
𝑥 2 + 𝑚2 𝑐 2 + 2𝑐𝑚𝑥 + 𝑐 2 − 𝑟 2 = 0
(𝑚2 + 1)𝑥 2 + +2𝑐𝑚𝑥 + 𝑐 2 − 𝑟 2 = 0
Diketauhui , jika garis menyinggung lingkaran, maka diskriminan
𝐷=0
𝑏 2 − 4𝑎𝑐 = 0
(2𝑐𝑚)2 − 4(𝑚2 + 1)(𝑐 2 − 𝑟 2 ) = 0
4𝑐 2 𝑚2 − 4(𝑐 2 𝑚2 − 𝑟 2 𝑚2 + 𝑐 2 − 𝑟 2 = 0
4𝑐 2 𝑚2 − 4𝑐 2 𝑚2 + 4𝑟 2 𝑚2 − 4𝑐 2 + 4𝑟 2 = 0
4𝑐 2 = 4𝑟 2 𝑚2 + 4𝑟 2
𝑐 2 = 𝑟 2 𝑚2 + 𝑟 2
𝑐 = ±√𝑟 2 𝑚2 + 𝑟 2 = ±𝑟√𝑚2 + 1
Sehingga diperoleh persamaan garis singgung 𝑦 = 𝑚𝑥 ± 𝑟√𝑚2 + 1

Dosen Rani Refianti, M.Pd 14


Contoh 1.10:
Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 16
3
dengan gradien 4.

Jawab:
3
Dari soal di atas, diperoleh jari jari 𝑟 = 4 dan gradien 𝑚 = 4,

sehingga persamaan garis singgungnya adalah


𝑦 = 𝑚𝑥 ± 𝑟√𝑚2 + 1

3 3 2
𝑦= 𝑥 ± 4√( 4) + 1
4

3 9
𝑦= 𝑥 ± 4√16 + 1
4

3 5
𝑦= 𝑥 ± 4. 4
4
3
𝑦= 𝑥±5
4
3 3
Jadi, persamaan garis singgungnya adalah 𝑦 = 𝑥 + 5 dan 𝑦 = 𝑥−
4 4

5.

b. Persamaan Garis Singgung dengan Gradien 𝒎 pada Lingkaran


dengan Pusat 𝑷(𝒂, 𝒃) dan jari-jari 𝒓
Diketahui, persamaan lingkaran dengan pusat 𝑃(𝑎, 𝑏) dan jari-jari
𝑟 adalah (𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2 . Melalui cara yang sama dengan
penurunan rumus persamaan garis singgung dengan gradien 𝑚 pada
lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2 , kita dapatkan persamaan garis singgung
gradien 𝑚 pada lingkaran (𝑥 − 𝑎)2 + ( 𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2 , yaitu:
𝑦 − 𝑏 = 𝑚(𝑥 − 𝑎) ± 𝑟√𝑚2 + 1

Dosen Rani Refianti, M.Pd 15


3. Persamaan Garis Singgung Lingkaran yang Ditarik dari Suatu Titik
di Luar Lingkaran

Pada gambar,titik 𝑇(𝑥1 , 𝑦1 ) di luar lingkaran dan dari 𝑇 ditarik garis


yang menyinggung lingkaran, maka akan ada dua garis yang
menyinggung lingkaran, maka akan ada dua garis singgung (𝑔1 dan 𝑔2 ).
Jika kita misalkan kedua garis tersebut masing-masing menyinggung
lingkaran di 𝐴 dan 𝐵, garis hubung 𝐴𝐵 disebut garis kutub. Persamaan
garis kutub dirumuskan dengan 𝑥1 𝑥 + 𝑦1 𝑦 = 𝑟 2 .
Ada beberapa cara dalam menentukan persamaan garis singgung yang
melalui sebuah titik di luar lingkaran. Untuk memahaminya, perhatikan
contoh berikut.

Contoh 1.11:
Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 9 yang
melalui titik (0, −9).
Jawab:
Cara 1
Persamaan garis singgung melalui titik (0, −9) dengan gradien 𝑚 adalah:
𝑦 − (−9) = 𝑚(𝑥 − 0)
𝑦 + 9 = 𝑚𝑥
𝑦 = 𝑚𝑥 − 9

Dosen Rani Refianti, M.Pd 16


Jika garis tersebut menyinggung lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 9, maka persamaan
garis singgungnya ditentukan dengan mensubstitusikan persamaan garis
ke dalam persamaan lingkaran, yaitu:
𝑥2 + 𝑦2 = 9
𝑥 2 + (𝑚𝑥 − 9 )2 = 9
𝑥 2 + 𝑚2 𝑥 2 − 18𝑚𝑥 + 81 = 9
(1 + 𝑚2 )𝑥 2 − 18𝑚𝑥 + 72 = 0
Diketahui jika garis menyinggung lingkaran, maka diskriminan 𝐷 = 0.
Untuk persamaan garis singgung di atas:
𝐷 = 𝑏 2 − 4𝑎𝑐 = 0
(18𝑚)2 − 4(1 + 𝑚2 )(72) = 0
182 𝑚2 − 4(1 + 𝑚2 )(72) = 0
18𝑚2 − 4(1 + 𝑚2 )(4) = 0
9𝑚2 − 4(1 + 𝑚2 )(2) = 0
9𝑚2 − 8 − 8𝑚2 = 0
𝑚2 = 8
𝑚 = ±√8
𝑚1 = 2√2 atau 𝑚1 = −2√2
Substitusikan nilai 𝑚 ke dalam persamaan garis 𝑦 = 𝑚𝑥 − 9
(1) Untuk 𝑚1 = 2√2
𝑦 = 2√2𝑥 − 9
(2) Untuk 𝑚2 = −2√2
𝑦 = −2√2𝑥 − 9
Jadi, persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 9 yang melalui
titik (0, −9) adalah 𝑦 = 2√2𝑥 − 9 dan 𝑦 = −2√2𝑥 − 9.
Cara 2
Lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 9 berpusat di 𝑂(0,0) dan berjari-jari 𝑟 = 3.
Persamaan garis yang melalui titik (0, −9) dan bergradien 𝑚 adalah
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1 )
𝑦 + 9 = 𝑚(𝑥 − 0)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 17


𝑦 = 𝑚𝑥 − 9
𝑚𝑥 − 𝑦 − 9 = 0
𝑟 = jarak titik pusat 𝑂(0,0) ke garis 𝑚𝑥 − 𝑦 − 9 = 0
𝑚.0−0−9
3=| √𝑚2 +1
|

9(𝑚2 + 1) = 81
(𝑚2 + 1) = 9
𝑚2 = 8
𝑚 = ±√8
𝑚 = ±2√2
Jadi, persamaan garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 9 yang melalui
titik (0, −9) adalah 𝑦 = 2√2𝑥 − 9 dan 𝑦 = −2√2𝑥 − 9.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 18


BAB II
PARABOLA

A. DEFINISI PARABOLA

Tiap titik pada parabola berjarak sama terhadap F dan directrix.


Parabola adalah himpunan titik-titik yang jaraknya terhadap suatu titik F
sebarang suatu garis lurus sebarang (sejajar sumbu-x atau sumbu-y) adalah
sama.
Garis L disebut directric dan titik F disebut fokus.
Atribut-atribut yang dimiliki oleh suatu parabola:
1. TItik fokus
2. Garis directrix
3. Parameter fokus (focal parameter)
4. TTitik vertex
5. Ratus Raectrum
Citi-ciri parabola:
1. tiap titik pada parabola berjarak sama terhadap titik fokus dan garis
directrix
2. Persamaannya berbentuk persamaan kuadrat
3. Puncak berada di vertex
4. Jarak titik focus - directrix = 2a

Dosen Rani Refianti, M.Pd 19


B. PARABOLA DENGAN PUNCAK DI TITIK (𝟎, 𝟎)

Contoh Parabola

Parabola berbentuk 𝑥 2 = 4𝑦 dengan vertex di titik (0,0)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 20


1. Parabola dengan directrix sejajar sumbu-y

Parabola berpuncak di titik (0,0) dengan persamaan 𝑦 2 = 4𝑝𝑥


Parabola yang memiliki titik fokus 𝐹(𝑃, 0) dan
garis directrix (−𝑃, 0) memiliki persamaan: 𝑦 2 = 4𝑝𝑥
Perhatikan gambar di atas, sesuai dengan definisi parabola, jarak PF =
PM. Dengan demikian:
|𝑃𝑀| = |𝑃𝐹|
|𝑃𝑀| = (𝑥 + 𝑝)2 = 𝑥 + 𝑝
|𝑃𝑀| = (𝑥 + 𝑝)2 + 𝑦 2
Bila kedua ruas dikuadratkan,
𝑥 2 + 2𝑝𝑥 + 𝑝2 = 𝑥 2 − 2𝑝𝑥 + 𝑝2 + 𝑦 2
Atau
𝑦 2 = 4𝑝𝑥
 Persamaan parabola dengan puncak (0,0) dan membuka ke kanan
adalah 𝑦 2 = 4𝑝𝑥
 Persamaan parabola dengan puncak (0,0) dan membuka ke kiri adalah
𝑦 2 = −4𝑝𝑥

Dosen Rani Refianti, M.Pd 21


Contoh 2.1:
Tentukan persamaan parabola di bawah ini.

Parabola dengan 𝐹(3,0) dan directrix (𝑥 = −3) persamaannya adalah


𝑦 2 = 12𝑥.

Contoh 2.2:
Tentukan persamaan parabola di bawah ini.

Parabola dengan 𝐹(2,0) dan directrix (𝑥 = −2) persamaannya adalah


𝑦 2 = 8𝑥.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 22


Contoh 2.3:
Tentukan persamaan parabola di bawah ini.

Parabola dengan 𝐹(−2,0) dan directrix (𝑥 = 2) persamaannya adalah


𝑦 2 = −8𝑥.

Contoh 2.4:
Parabola memiliki persamaan direktis 𝑥 = 7 dan memiliki puncak (0,0).
Persamaan parabola adalah . . .
Jawab:
Karena direktris di sebelah kanan puncak maka parabola membuka ke kiri,
sehingga bentuk umum persamaan adalah 𝑦 2 = −4𝑝𝑥. Persamaan
direktris 𝑥 = 𝑝 dengan 𝑝 = 7 sehingga persamaan parabola menjadi
𝑦 2 = −4𝑝𝑥
𝑦 2 = −4 (7𝑥)
𝑦 2 = −28𝑥

2. Parabola dengan directrix sejajar sumbu-x


Bila parabola memiliki fokus di titik (0, 𝑃) dan directrix (dengan
persamaan 𝑦 = −𝑝) maka persamaan parabolanya :
 persamaan parabola dengan puncak (0,0) dan membuka ke atas adalah
𝑥 2 = 4𝑝𝑦

Dosen Rani Refianti, M.Pd 23


 persamaan parabola dengan puncak (0,0) dan membuka ke bawah
adalah 𝑥 2 = −4𝑝𝑦

Parabola berpuncak di titik (0,0) dengan persamaan 𝑥 2 = 4𝑝𝑦

Contoh 2.5:
Tentukan persamaan parabola di bawah ini.

Parabola dengan 𝐹(0,3) dan directrix (𝑦 = −3) persamaannya adalah


𝑥 2 = 12𝑦

Dosen Rani Refianti, M.Pd 24


Contoh 2.6:
Tentukan persamaan parabola di bawah ini

Parabola dengan 𝐹(0,4) dan directrix (𝑦 = −4) persamaannya adalah


𝑥 2 = 16𝑦

Contoh 2.7:

Parabola dengan 𝐹(0, −2) dan directrix (𝑦 = 2) persamaannya adalah


𝑥 2 = −8𝑦

Contoh 2.8:
Sebuah parabola memiliki puncak (0,0) dan memiliki koordinat fokus
(0,2). Persamaan parabola tersebut adalah . . .

Dosen Rani Refianti, M.Pd 25


Jawab:
Karena koordinat fokus di atas puncak maka parabola membuka ke atas,
sehingga bentuk umumnya adalah 𝑥 2 = 4𝑝𝑦. Koordinat fokus (0, 𝑝)
dengan 𝑝 = 2, sehingga persamaannya menjadi:
𝑥 2 = 4𝑝𝑦
𝑥 2 = 4 (2𝑦)
𝑥 2 = 8𝑦

C. PARABOLA DENGAN PUNCAK DI TITIK (H,K)


Persamaan Fokus direktriks sumbu
(𝑦 − 𝑘)2 = 4𝑝(𝑥 − ℎ) (h + p, k) x= h-p y=k
(𝑦 − 𝑘)2 = −4𝑝(𝑥 − ℎ) (h - p, k) x =h+p y=k
(𝑥 − ℎ)2 = 4𝑝(𝑦 − 𝑘) (h , k + p) y=k-p x=h
(𝑥 − ℎ)2 = −4𝑝(𝑦 − 𝑘) (h, k - p) y=k+p x=h

1. Parabola dengan directrix sejajar sumbu-y

Parabola berpuncak di titik (ℎ, 𝑘) dengan


persamaan (𝑦 − 𝑘)2 = 4𝑝 (𝑥 − ℎ)
Parabola yang memiliki titik vertex di (ℎ, 𝑘), fokus 𝐹(ℎ + 𝑝, 𝑘) dan garis
directric (𝑥 = ℎ – 𝑝) memiliki persamaan (𝑦 − 𝑘)2 = 4𝑝 (𝑥 − ℎ)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 26


Contoh 2.9:

Parabola dengan 𝑉(1,3), 𝐹(4,3) dan directrix (𝑥 = −2) persamaannya


adalah (𝑦 − 3)2 = 12 (𝑥 − 1).

Contoh 2.10:

Parabola dengan 𝑉(−1.5, −1), 𝐹(1, −1) dan directrix (𝑥 = −4)


persamaannya adalah (𝑦 + 1)2 = 10 (𝑥 + 1.5)

Contoh 2.11:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 27


Parabola dengan 𝑉(−2, −3), 𝐹(−3, −3) dan directrix (𝑥 = −2)
persamaannya adalah (𝑦 + 3)2 = 8 (𝑥 − 2).

2. Parabola dengan directrix sejajar sumbu-x

Parabola berpuncak di titik (ℎ, 𝑘) dengan


persamaan (𝑥 − ℎ)2 = 4𝑝 (𝑦 − 𝑘)
Parabola yang memiliki titik vertex di (ℎ, 𝑘), fokus 𝐹(ℎ, 𝑘 + 𝑝) dan garis
directric (𝑦 = 𝑘 − 𝑝) memiliki persamaan: (𝑥 − ℎ)2 = 4𝑝 (𝑦 − 𝑘).

Contoh 2.12:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 28


Parabola dengan 𝑉(1,1), 𝐹(1,4) dan directrix (𝑦 = −2) persamaannya
adalah (𝑥 − 1)2 = 12 (𝑦 − 1).

Contoh 2.13:

Parabola dengan 𝑉(−3,2), 𝐹(−3,3) dan directrix (𝑦 = 1) persamaannya


adalah (𝑥 + 3)2 = 4 (𝑦 − 2).

Contoh 2.14:

Parabola dengan 𝑉(−2, −1.5), 𝐹(−2, −5) dan directrix (𝑦 = 2)


persamaannya adalah (𝑥 + 2)2 = −14 (𝑦 + 1.5).

Dosen Rani Refianti, M.Pd 29


D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA BERGRADIEN (m)
Persamaan Parabola Persamaan Garis Singgung
𝑦 2 = 4𝑝𝑥 𝑝
𝑦 = 𝑚𝑥 +
𝑚
𝑦 2 = −4𝑝𝑥 𝑝
𝑦 = 𝑚𝑥 −
𝑚
𝑥 2 = 4𝑝𝑦 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑝𝑚2
𝑥 2 = −4𝑝𝑦 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑝𝑚2

Contoh 2.15:
1. Tentukan persamaan garis singgung parabola 𝑦 2 = 16 x dengan gradient.
Jawab:
𝑦 2 = 16𝑥
𝑦 2 = 4𝑝𝑥
16𝑥 = 4𝑝𝑥
16 𝑥
𝑝= 4𝑥

𝑝=4
Persamaaan garis singgung
𝑝
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑚
4
𝑦 = 2𝑥 + 2

𝑦 = 2𝑥 + 2
𝑦 − 2𝑥 − 2 = 0
2𝑥 − 𝑦 + 2 = 0
𝑦 = 2𝑥 + 2
Titik singgung
𝑦 2 = 16𝑥
(2𝑥 + 2)2 = 16𝑥
4𝑥 2 + 8𝑥 + 4 = 16𝑥
4𝑥 2 − 8𝑥 + 4 = 0 (: 4)
𝑥 2 − 2𝑥 + 1 = 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 30


(𝑥 − 1)(𝑥 − 1)
𝑥 = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 1
𝑦 = 2𝑥 + 2
𝑦 = 2 (1) + 2
𝑦 = 4
Jadi, titik singgungnya (1,4).
Titik potong
𝑦 = 0
𝑦 = 2𝑥 + 2
0 = 2𝑥 + 2
𝑦 = 2(0) + 2
2𝑥 = −2
𝑥 = −1
𝑥 = 0
𝑦 = 2𝑥 + 2
𝑦 = 2
Jadi, titik potongnya (−1,2).

E. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA MELALUI (𝒙𝟏 ,𝒚𝟏 )


Persamaan parabola Persamaan Garis Singgung
𝑦 2 = 4𝑝𝑥 𝑦1 𝑦 = 2𝑝 (𝑥 + 𝑥1 )
𝑦 2 = −4𝑝𝑥 𝑦1 𝑦 = −2𝑝 (𝑥 + 𝑥1 )
𝑥 2 = 4𝑝𝑦 𝑥1 𝑥 = 2𝑝 (𝑦 + 𝑦1 )
𝑥 2 = −4𝑝𝑦 𝑥1 𝑥 = −2𝑝 (𝑦 + 𝑦1 )

Contoh 2.16:
Tentukan persamaan garis singgung parabola 𝑦 2 = 8𝑥 melalui titik (2,4).
Jawab:
𝑦 2 = 4𝑝𝑥
8𝑥 = 4𝑝𝑥
8𝑥 = 4𝑝𝑥

Dosen Rani Refianti, M.Pd 31


8𝑥
𝑝 = 4𝑥

𝑝=2
Persamaan garis singgung parabola
𝑦1 𝑦 = 2𝑝 (𝑥 + 𝑥1 )
4𝑦 = 2(2 (𝑥 + 2)
4𝑦 = 4(𝑥 + 2)
4𝑦 = 4𝑥 + 8 (: 4)
𝑦 =𝑥+2
Persamaan Parabola Persamaan garis singgung
(𝑦 − 𝑘 )2 = 4𝑝(𝑥 – ℎ) (𝑦 − 𝑘) (𝑦1 − 𝑘) = 2𝑝(𝑥 + 𝑥1 − 2ℎ)
(𝑦 − 𝑘 )2 = −4𝑝(𝑥 – ℎ) (𝑦 − 𝑘 (𝑦1 − 𝑘) = −2𝑝(𝑥 + 𝑥1 − 2ℎ)
(𝑥 − ℎ )2 = 4𝑝 (𝑦 – 𝑘) (𝑥 − ℎ)(𝑥1 − ℎ) = 2𝑝(𝑦 + 𝑦1 − 2𝑘)
(𝑥 − ℎ )2 = −4𝑝 (𝑦 – 𝑘) (𝑥 − ℎ)(𝑥1 − ℎ) = −2𝑝(𝑦 + 𝑦1 − 2𝑘)

Persamaan Garis Singgung dengan Gradien m Persamaan Parabola


𝑝 (𝑦 − 𝑏)2 = 4𝑝(𝑥– 𝑎)
(𝑦 − 𝑏) = 𝑚(𝑥 − 𝑎) +
𝑚
𝑝 (𝑦 − 𝑏)2 = −4𝑝(𝑥– 𝑎)
(𝑦– 𝑏) = 𝑚(𝑥 − 𝑎) −
𝑚
(𝑦– 𝑏) = 𝑚(𝑥 − 𝑎) − 𝑚2 𝑝 (𝑦 − 𝑎)2 = 4𝑝(𝑦– 𝑏)
(𝑦– 𝑏) = 𝑚(𝑥 − 𝑎) + 𝑚2 𝑝 (𝑦 − 𝑎)2 = −4𝑝(𝑦– 𝑏)

Contoh 2.17:
Tentukan persamaan garis singgung parabola (𝑦 − 4)2 = 8(𝑥– 3) gradien 1.
Jawab:
4𝑝 = 8
8
𝑝=4

𝑝=2
Persamaan garis singgung
2
(𝑦 − 4) = 1(𝑥 − 3) + 1

Dosen Rani Refianti, M.Pd 32


(𝑦 − 4) = (𝑥 − 3) + 2
𝑦– 4 = 𝑥– 1
𝑦– 𝑥– 4 + 1 = 0
𝑦– 𝑥– 3 = 0
𝑥– 𝑦 + 3 = 0
𝑥– 𝑦 = 3

Dosen Rani Refianti, M.Pd 33


BAB III
ELIPS

A. PENGERTIAN ELIPS
Elips adalah himpunan semua titik (tempat kedudukan titik-titik) yang
jumlah jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap. Kedua titik tertentu tersebut
masing-masing disebut fokus (titik api) elips, gambar 11 menunjukkan salah
satu cara menggambar elips berdasarkan definisi. Kedua ujung paku payung
merupakan fokus, tempat kedua ujung tali sepanjang 𝑇𝐹1 + 𝑇𝐹2 diletakkan.
Dengan menjalankan pensil akan tergambar sebuah elips.
Gambar 11
T

F1

F2 F1
f

B. PANJANG LATUS REKTRUM

Gambar di atas menunjukkan sebuah elips yang berpusat di titik (0,0).


Dengan titik focus 𝐹1 (𝑐, 0) dan 𝐹2 (−𝑐, 0).

Dosen Rani Refianti, M.Pd 34


PQ adalah garis yang sejajar sumbu minor (atau tegak lurus sumbu mayor)
dan melalui titik fokus, memotong elips di titik P dan Q. Panjang PQ disebut
panjang latus rectum.
Cara mencari panjangnya latus rectum adalah:
𝑥2 𝑦2
Dari elips 𝑎2 + 𝑏2 = 1 dan 𝑥 = 𝑐
𝑐2 𝑦2 𝑦2 𝑐2 𝑎2 − 𝑐 2 𝑏2 𝑏4 𝑏2
+ = 1  𝑏 2 = 1 − 𝑎2 = = 𝑎2  𝑦 2 = 𝑦 =±
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑎2 𝑎
𝑏2 𝑏2 𝑏2
Diperoleh titik 𝑃 (𝑐, 𝑎 ) dan 𝑄 (𝑐, − ) sehingga 𝑃𝑄 = 𝑦𝑝 − 𝑦𝑄 = −
𝑎 𝑎
𝑏2 2𝑏 2
(− 𝑎 ) = ,
𝑎

𝟐𝒃𝟐
Jadi panjang latus rectus elips adalah: 𝑳𝑹 = 𝒂

C. PERSAMAAN DIREKTRIS

𝑥2 𝑦2
Perhatikan gambar elips + 𝑏2 = 1 di atas. Direktriks sebuah elips
𝑎2

didefinisikan sebagai garis kutub dari titik api (fokus). Persamaan garis kutub
dari titik (𝑥1 , 𝑦1 ) adalah:
𝑥1 𝑥 𝑦1 𝑦
+ 2 =1
𝑎2 𝑏
𝑐𝑥 0,𝑦 𝑐𝑥 𝑎2
 𝐹1 (𝑐, 0)  + =1  =1𝑥=
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑐
−𝑐𝑥 0,𝑦 −𝑐𝑥 𝑎2
 𝐹1 (−𝑐, 0)  + =1  =1  𝑥=−
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑐
𝒂𝟐 𝒂𝟐
Jadi, persamaan garis direktris elips adalah: 𝒙 = dan 𝒙 = −
𝒄 𝒄

Dosen Rani Refianti, M.Pd 35


Dengan cara yang sama, persamaan garis direktris elips yang titik fokusnya
𝒂𝟐 𝒂𝟐
pada sumbu Y adalah 𝒚 = dan 𝒚 = −
𝒄 𝒄

Direktris elips dengan pusat (𝒉, 𝒌):

( 𝑥−ℎ )2 ( 𝑦−𝑘 )2
Persamaan garis kutub dari titik (𝑥1 , 𝑦1 ) pada elips + =1
𝑎2 𝑏2

adalah:
(𝑥1 − ℎ )(𝑥 − ℎ) (𝑘 − 𝑘 )(𝑦 − 𝑘)
+ =1
𝑎2 𝑏2
(ℎ +𝑐 − ℎ )(𝑥−ℎ) (𝑘 − 𝑘 )(𝑦−𝑘) 𝑐 ( 𝑥−𝑘)
 𝐹1 (ℎ + 𝑐, 𝑘)  + =1  +0=1
𝑎2 𝑏2 𝑎2
𝑎2 𝑎2
 𝑥– ℎ = 𝑐
 𝑥 = ℎ + 𝑐
(ℎ−𝑐 − ℎ )(𝑥−ℎ) (𝑘 − 𝑘 )(𝑦−𝑘) −𝑐 ( 𝑥−𝑘)
 𝐹2 (ℎ − 𝑐, 𝑘)  + =1 +0=1
𝑎2 𝑏2 𝑎2
𝑎2 𝑎2
 𝑥– ℎ = − 𝑐
 𝑥 =ℎ− 𝑐

Jadi, persamaan direktris elips adalah:


𝒂𝟐 𝒂𝟐
𝒙 = 𝒉 + dan 𝒙 = 𝒉 −
𝒄 𝒄

Denga cara yang sama, persamaan direktris elips yang sumbu mayornya
sejajar dengan sumbu Y, adalah:
𝒂𝟐 𝒂𝟐
𝒚 = 𝒌− dan 𝒚 = 𝒌 +
𝒄 𝒄

Dosen Rani Refianti, M.Pd 36


D. PERSAMAAN ELIPS BERPUSAT DI (0,0) DAN PERSAMAAN ELIPS
BERPUSAT DI (𝒉, 𝒌)
1. Persamaan Elips Berpusatdi (0,0)

Gambar di atas menunjukkan sebuah elips yang berpusat di titik (0,0).


Titik 𝐹1 (𝑐, 0) dan 𝐹2 (−𝑐, 0) merupakan fokus, sedangkan jumlah jarak
sembarang titik 𝑇(𝑥, 𝑦) ke kedua fokus tersebut = 2𝑎.
Persamaan elips di atas dapat diperoleh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
𝑇𝐹1 + 𝑇𝐹2 = 2𝑎
√(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 + √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 = 2𝑎

√(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 = 2𝑎 − √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2

𝑥 2 − 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 + 𝑦 2 = 4𝑎2 − 4𝑎√𝑥 2 + 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 + 𝑦 2 + 𝑥 2 + 2𝑐𝑥 +


𝑐2 + 𝑦2
4𝑎√𝑥 2 + 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 + 𝑦 2 = 4𝑎2 + 4𝑐𝑥

𝑎√𝑥 2 + 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 + 𝑦 2 = 𝑎2 + 2𝑎2 𝑐𝑥 + 𝑐 2 𝑥 2


(𝑎2 − 𝑐 2 )𝑥 2 + 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 (𝑎2 − 𝑐 2 )
Perlu diketahui bahwa nilai (𝑎2 − 𝑐 2 ) selalu tetap. Misalkan nilai tetap
tersebut kita ganti dengan b2 maka persamaan elips tersebut menjadi:
𝑏 2 𝑥 2 + 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 𝑏 2
𝑥2 𝑦2
+ 𝑏2 = 1
𝑎2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 37


Jadi, persamaan elips yang berpusat di titik (0,0) dengan titik focus
pada sumbu X yaitu 𝐹1 (𝑐, 0) dan 𝐹2 (−𝑐, 0)adalah:
𝒙 𝟐 𝒚𝟐
+ =𝟏
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Dengan cara yang sama kita akan mendapatkan:


Persamaan elips yang berpusat dititik (0,0) dengan titik focus pada sumbu
Y yaitu 𝐹1 (0, 𝑐) dan 𝐹2 (0, −𝑐)adalah:
𝒙 𝟐 𝒚𝟐
+ =𝟏
𝒃𝟐 𝒂𝟐

Catatan: Sumbu mayor adalah sumbu simetri elips yang panjang dimana
titik focus berada.

2. Persamaan Elips dengan Pusat (𝒉, 𝒌)

Gambar diatas menunjukan sebuah elips yang berpusat dititik (ℎ, 𝑘).
Titik 𝐹1 (ℎ + 𝑐, 𝑘) dan 𝐹2 (ℎ − 𝑐, 𝑘) merupakan fokus, sedangkan jumlah
jarak sembarang titik 𝑇(𝑥, 𝑦) kedua focus tersebut = 2𝑎

Dosen Rani Refianti, M.Pd 38


Persamaan elips diatas diperoleh dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 𝑇𝐹2 − 𝑇𝐹1 = 2𝑎
√(𝑥 − (ℎ − 𝑐))2 + (𝑦 − 𝑘)2 + √(𝑥 − (ℎ + 𝑐))2 + (𝑦 − 𝑘)2 = 2𝑎

√(𝑥 − (ℎ − 𝑐))2 + (𝑦 − 𝑘)2 = 2𝑎 − √(𝑥 − (ℎ − 𝑐))2 + (𝑦 − 𝑘)2


𝑥 2 − 2𝑥(ℎ − 𝑐) + (ℎ − 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2 = 4𝑎2 −
4𝑎√𝑥 − (ℎ + 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2 + 𝑥 2 − 2𝑥(ℎ + 𝑐) + (ℎ + 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2

4𝑎√𝑥 − (ℎ + 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2 = 4𝑎2 − 4𝑐𝑥 + 4𝑐ℎ

𝑎√𝑥 − (ℎ + 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎2 − 𝑐(𝑥 − ℎ)


𝑎2 (𝑥 2 − 2𝑥(ℎ + 𝑐) + (ℎ + 𝑐)2 + (𝑦 − 𝑘)2 ) = 𝑎4 𝑐(𝑥 − ℎ) + 𝑐 2 (𝑥 − ℎ)2
𝑎2 𝑥 2 − 2𝑎2 𝑥ℎ + 2𝑎2 𝑥𝑐 + 𝑎2 ℎ2 − 2𝑎2 𝑐ℎ + 𝑎2 𝑐 2 + 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎4 +
2𝑎2 𝑐ℎ + 𝑐 2 (𝑥 − ℎ)2
𝑎2 𝑥 2 − 2𝑎2 𝑥ℎ + 𝑎2 ℎ2 − 𝑐 2 (𝑥 − ℎ)2 + 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎4 − 𝑎2 𝑐 2
𝑎2 (𝑥 − ℎ)2 − 𝑐 2 (𝑥 − ℎ)2 + 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎4 − 𝑎2 𝑐 2
(𝑎2 − 𝑐 2 )(𝑥 − ℎ)2 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎2 (𝑎2 − 𝑐 2 )
Diketahui bahwa nilai (𝑎2 − 𝑐 2 ) selalu tetap. Misalkan nilai tetap
tersebut kita ganti dengan 𝑏 2 maka persamaan elips tersebut menjadi:
𝑏 2 (𝑥 − ℎ)2 + 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎2 𝑏 2
(𝑥−ℎ)2 (𝑦−𝑘)2
+ =1
𝑎2 𝑏2

Jadi, persamaan elips yang berpusat di titik (ℎ, 𝑘) dengan titik focus
dengan sumbu mayor yang sejajar dengan sumbu X, 𝐹1 (ℎ + 𝑐, 𝑘) dan
𝐹2 (ℎ − 𝑐, 𝑘) adalah:
(𝒙 − 𝒉)𝟐 (𝒚 − 𝒌)𝟐
+ =𝟏
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Dengan cara yang sama kita akan mendapatkan:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 39


Persamaan elips yang berpusat di titik (ℎ, 𝑘) dengan titik fokus pada
sumbu mayor yang sejajar dengan sumbu Y, 𝐹1 (ℎ, 𝑘 + 𝑐) dan 𝐹2 (ℎ, 𝑘 −
𝑐) adalah:

(𝒙 − 𝒉)𝟐 (𝒚 − 𝒌)𝟐
+ =𝟏
𝒃𝟐 𝒂𝟐

E. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG ELIPS


1. PSG Elips dengan Gradien m

𝑥2 𝑦2
Perhatikan gambar di atas. Elips + 𝑦 2 = 1 atau 𝑏 2 𝑥 2 + 𝑎2 𝑦 2 =
𝑎2

𝑎2 𝑏 2 dan sebuah garis 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 yang menyinggung elips tersebut. Jika


𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 disubtitusikan pada persamaan elips maka diperoleh:
𝑏 2 𝑥 2 + 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 𝑏 2
𝑏 2 𝑥 2 + 𝑎2 (𝑚𝑥 + 𝑐)2 = 𝑎2 𝑏 2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 40


𝑏 2 𝑥 2 + 𝑎2 𝑚2 + 2𝑎2 𝑚𝑐𝑥 + 𝑎2 𝑐 2 = 𝑎2 𝑏 2
(𝑏 2 + 𝑎2 𝑚2 )𝑥 2 + 2𝑎2 𝑚𝑐𝑥 + 𝑎2 𝑐 2 − 𝑎2 𝑏 2 = 0
Jika garis yang menyinggung elips, maka garis yang memotong elips
di suatu titik atau diskriminan dari persamaan = 0, sehingga diperoleh:
𝐷 = 4𝑎4 𝑚2 𝑐 2 − 4(𝑏 2 + 𝑎2 𝑚2 )(𝑎2 𝑐 2 − 𝑎2 𝑏 2 )
0 = 4𝑎4 𝑚2 𝑐 2 − 4𝑏 2 𝑎2 𝑐 2 + 4𝑎2 𝑏 4 − 4𝑎4 𝑚2 𝑐 2 + 4𝑎4 𝑏 2 𝑚2
𝑐 2 = 𝑏 2 + 𝑎2 𝑚2
𝑐 = ± √𝑏 2 + 𝑎2 𝑚2
Jadi, PGS elips dengan gradient m adalah:

𝒚 = 𝒎𝒙 ± √𝒂𝟐 𝒎𝟐 + 𝒃𝟐

Demikian juga dengan cara yang sama:


Persamaan garis singgung elips dengan gradien m pada elips yang
berpusat di titik (0,0) dengan titik fokus pada sumbu Y, 𝐹1 (0, 𝑐) dan
𝐹1 (0, −𝑐) adalah:

𝑦 = 𝑚𝑥 ± √𝑎2 +𝑏 2 𝑚2
Persamaan garis singgung elips dengan gradien m pada elips yang
berpusat di titik (ℎ, 𝑘) dengan titik fokus pada sumbu mayor yang sejajar
dengan sumbu X, , 𝐹1 (ℎ + 𝑐, 𝑘) dan 𝐹2 (ℎ − 𝑐, 𝑘) adalah:

(𝑦– 𝑘) = 𝑚(𝑥– ℎ) ± √𝑎2 𝑚2 + 𝑏 2


Persamaan garis singgung elips dengan gradien m elips yang berpusat
di titik (ℎ, 𝑘) dengan titik fokus pada sumbu mayor yang sejajar dengan
sumbu Y, 𝐹1 (ℎ, 𝑘 + 𝑐) dan 𝐹2 (ℎ, 𝑘 − 𝑐) adalah:

(𝑦– 𝑘) = 𝑚(𝑥– ℎ) ± √𝑎2 + 𝑏 2 𝑚2

2. PGS melalui Titik 𝑷(𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 )

Dosen Rani Refianti, M.Pd 41


Gambar di atas menunjukkan sebuah elips yang berpusat di titik (0,0).
Dengan titik focus𝐹1 (𝑐, 0) dan 𝐹1 (−𝑐, 0).
AP dan BP adalah garis singgung yang ditarik melalui titik P yang
berada di luar elips. Karena tidak ada rumus khusus dalam masalah ini,
langkah-langkah menentukan persamaan garis singgung dapat dilakukan
dengan:
1) Menentukan persamaan garis kutub AB dalam 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐.
2) Mensubtitusikan persamaan garis kutub ke persamaan elips. Diperoleh
persamaan kuadrat dalam variabel x.
3) Menentukan syarat garis menyinggung elips, yaitu diskriminan 𝐷 = 0.
Akan diperoleh 2 nilai x yang merupakan absis dari titik singgung.
4) Subtitusi nilai x ke persamaan garis kutub AB (bukan ke persamaan
elips). Diperoleh 2 nilai y yang merupakan ordinat dari titik singgung.
5) Selanjutnya, menentukan persamaan garis singgung dengan
menggunakan persamaan garis singgung melalui titik pada elips.

Mencari persamaan garis kutub:


Garis singgung AP (sebut GSA)
𝑥𝐴 𝑥 𝑦𝐴 𝑦
GSA melalui titik A pada elips, maka + =1
𝑎2 𝑏2
𝑥𝐴 𝑥 1 𝑦𝐴 𝑦1
GSA melalui titik P, sehingga + = 1  𝑏 2 𝑥𝐴 𝑥1 + 𝑎2 𝑦𝐴 𝑦1 =
𝑎2 𝑏2

𝑎2 𝑏 2 . . . (1)
Garis singgung BP (sebut GSB)

Dosen Rani Refianti, M.Pd 42


𝑥𝐵 𝑥 𝑦𝐵 𝑦
GSB melalui titik B pada elips, maka + =1
𝑎2 𝑏2
𝑥𝐵 𝑥 1 𝑦𝐵 𝑦1
GSB melalui titik P, sehingga + = 1  𝑏 2 𝑥𝐵 𝑥1 + 𝑎2 𝑦𝐵 𝑦1 =
𝑎2 𝑏2

𝑎2 𝑏 2 . . . (2)
Kurangkan (1) dan (2), diperoleh:
𝑏 2 𝑥1 (𝑥𝐴 − 𝑥𝐵 ) + 𝑎2 𝑦1 (𝑦𝐴 − 𝑦𝐵 ) = 0
( 𝑦𝐴 − 𝑦𝐵 ) 𝑏2 𝑥
= − 𝑎2 𝑦1, adalah gradient AB
(𝑥𝐴 −𝑥𝐵 ) 1

Persamaan garis AB adalah:


𝑦 − 𝑦𝐴 = 𝑚(𝑥 − 𝑥𝐴 )
𝑏2𝑥
𝑦 − 𝑦𝐴 = − 𝑎2 𝑦1 (𝑥 − 𝑥𝐴 )
1

𝑎2 𝑦1 𝑦 − 𝑎2 𝑦1 𝑦𝐴 = −𝑏 2 𝑥1 𝑥 + 𝑏 2 𝑥1 𝑥𝐴
𝑎2 𝑦1 𝑦 + 𝑏 2 𝑥1 𝑥 = 𝑏 2 𝑥1 𝑥𝐴 + 𝑎2 𝑦1 𝑦𝐴
𝑥1 𝑥 𝑦1 𝑦 𝑥1 𝑥𝐴 𝑦1 𝑦𝐴
+ = +
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑏2
𝑥1 𝑥 𝑦1 𝑦
+ =1
𝑎2 𝑏2

Jadi, persamaan garis kutub AB adalah


𝒙 𝟏 𝒙 𝒚𝟏 𝒚
+ 𝟐 =𝟏
𝒂𝟐 𝒃

Demikian juga:
Persamaan garis kutub dari titik P pada elips yang berpusat di titik
(0,0) dengan titik focus pada sumbu Y, 𝐹1 (0, 𝑐) dan 𝐹1 (0, −𝑐) adalah:
𝑥1 𝑥 𝑦1 𝑦
+ 2 =1
𝑏2 𝑎
Persamaan garis kutub dari titik P pada elips yang berpusat di titik
(ℎ, 𝑘) dengan titik fokus pada sumbu mayor yang sejajar dengan sumbu
X, Y, 𝐹1 (ℎ + 𝑐, 𝑘) dan 𝐹2 (ℎ − 𝑐, 𝑘)F1 adalah:
( 𝒙𝟏 − 𝒉)(𝒙 − 𝒉) ( 𝒚𝟏 − 𝒌)(𝒚 − 𝒌)
+ =𝟏
𝒂𝟐 𝒃𝟐
Persamaan garis kutub dari titik P pada elips yang berpusat di titik
(ℎ, 𝑘) dengan titik fokus pada sumbu mayor yang sejajar dengan sumbu
Y, 𝐹1 (ℎ, 𝑘 + 𝑐) dan 𝐹2 (ℎ, 𝑘 − 𝑐) adalah:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 43


( 𝒙𝟏 − 𝒉)(𝒙 − 𝒉) ( 𝒚𝟏 − 𝒌)(𝒚 − 𝒌)
+ =𝟏
𝒃𝟐 𝒂𝟐

Dosen Rani Refianti, M.Pd 44


BAB IV
HIPERBOLA

A. PENGERTIAN HIPERBOLA
Hiperbola adalah himpunan titik-titik pada bidang datar yang selisih jarak
terhadap dua titik tertentu selalu sama.
Catatan: dua titik tertentu itu disebut fokus hiperbola

Misalkan: F dan G adalah titik fokus hiperbolah yang jaraknya 2c sedangkan


selisih jaraknya terhadap fokus adalah 2a dimana
2c > 2a > 0

- Titik 0, yaitu titik tengah FG, disebut pusat hiperbola


- Titik F(-c, 0) dan G(c,0) disebut titik fokus hiperbola
- Titik A(-a, 0) dan B(a,0) disebut titik puncak hiperbola

Dosen Rani Refianti, M.Pd 45


= ̅̅̅̅
𝐺𝐴 − ̅̅̅̅ 𝐹𝐵 − ̅̅̅̅
𝐹𝐴 = ̅̅̅̅ 𝐺𝐵
̅̅̅̅ − 𝐺𝐵
= 𝐴𝐺 𝐹𝑃 − ̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 𝐺𝑃 = 2𝑎
} ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
= 𝐴𝐺 − 𝐺𝐵 𝐺𝑄 − 𝐹𝐺 = 2𝑎
̅̅̅̅ = 2𝑎
= 𝐴𝐵
- Garis ̅̅̅̅̅
𝐴𝐵 (sumbu x) dan sumbu y adalah sumbu simetri.
Sumbu x, disebut sumbu nyata
Sumbu y, di sebut sumbu imajiner
𝑐
- Harga 𝑎 disebut eksentrisitet hiperbola

Beberapa sifat hiperbola yaitu:


1) Sumbu simetri
Dari gambar tampak bahwa hiperbola juga memiliki dua buah sumbu
simetri, yaitu garis yang melalui titik-titik fokus F1 dan F2, serta garis
yang melalui titik tengah F1 dan F2 yang tegak lurus F1 dan F2.
(i) Sumbu simetri yang melalui titik-titik fokus F1 dan F2disebut
sumbu utama atau sumbu tansversal. Sumbu utama memotong
hiperbola di titik A1 dan titik A2, masing-masing disebut puncak
hiperbola. Jadi, kedua fokus (F1 dan F2) dan kedua titik puncak
(A1 dan A2) dari sebuah hiperbola teletak pada sumbu utama. Ruas
garis A1A2 disebut sumbu mayor hiperbola.
(ii) Sumbu simetri yang
melalui titik tengah F1
dan F2 serta tegak
lurus F1F2 disebut
sumbu sekawan atau
sumbu konjugasi.
Perhatikan bahwa
suatu hiperbola tidak memotong sumbu sumbu sekawan. Oleh
karena itu, sumbu sekawan juga disebut sebagai sumbu imajiner
sedangkan sumbu utama disebut sumbu nyata.
2) Titik pusat hiperbola
Sumbu utama dan sumbu sekawan berpotongan di titik O, disebut titik
pusat hiperbola.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 46


3) Latus rectum
Garis yang melalui titik fokus F1 dan tegak lurus sumbu utama
memotong hiperbola di L1 dan L1‘. Begitu pula, garis yang melalui titik
fokus F2 dan tegak lurus sumbu utama memotong hiperbola di L1 dan L2‘.
Ruas garis L1L1‘ masing-masing disebut latus rectrum hipebola.

B. PERSAMAAN-PERSAMAAN HIPERBOLA
a. Persamaan Hiperbola yang Berpusat di (0,0)
Untuk menentukan persamaan hiperbola yang berpusat di O(0,0), kita
pilih sebuah hiperbola dengan sumbu utama berimpit dengan sumbu X,
fokus di titik-titik F1 (-c,0) dan F2 (-c,0), serta puncak di titik-titik A1 (-a, 0)
dan A2 (a, 0) (dengan c > a > 0).
Misalkan titik P(x,y) adalah sembarang titik pada hiperbola.
Berdasarkan definisi hiperbola, haruslah berlaku berlaku:
PF1 - PF2 = 2a (nilai 2a tetap)
Jarak PF1 = √(𝑥 + 𝑐)2 + (𝑦 − 0)2

= √(𝑥 + 𝑐)2 + 𝑦 2

Jarak PF2 = √(𝑥 − 𝑐)2 + (𝑦 − 0)2

= √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2

Sehingga di peroleh hubungan:


√(𝑥 + 𝑐)2 + 𝑦 2 − √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2
= 2a

√(𝑥 + 𝑐)2 + 𝑦 2 − √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 = 2𝑎

⇔ √(𝑥 + 𝑐)2 + 𝑦 2 = 2𝑎 + √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 47


⇔ (𝑥 + 𝑐 )2 + 𝑦 2 = 4𝑎2 + 4𝑎√(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 + (𝑥 + 𝑐 )2 + 𝑦 2
, (dengan mengkuadratkan kedua ruas persamaan)
⇔ 𝑥 2 + 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 + 𝑦 2 = 4𝑎2 + 4𝑎 √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 + 𝑥 2 − 2cx +
c2 + 𝑦2
⇔ 4𝑎 √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 = −4𝑎2 + 𝑐𝑥

⇔ 𝑎 √(𝑥 − 𝑐)2 + 𝑦 2 = −𝑎2 + 𝑐𝑥


⇔ 𝑎2 (𝑥 2 − 2𝑐𝑥 + 𝑐 2 ) + 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎4 − 2𝑎2 𝑐𝑥 + 𝑐 2 𝑥 2
(dengan mengkuadratkan kedua ruas persamaan)
⇔ 𝑎2 𝑥 2 − 2𝑎2 𝑐𝑥 + 𝑎2 𝑐 2 + 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎4 − 2𝑎2 𝑐𝑥 + 𝑐 2 𝑥 2
⇔ (𝑐 2 − 𝑎2 )𝑥 2 − 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 (𝑐 2 − 𝑎2 )
𝑥2 𝑦2
⇔ − = 1, kedua ruas persamaan dibagi dengan 𝑎2 (𝑐 2 − 𝑎2 )
𝑎2 𝑐 2 − 𝑎2

Oleh karena c > a, maka c2 > a2 atau c2 – a2 > 0. Kita tetapkan nilai c2 –
𝑥2 𝑦2
a2 = b2, sehingga persamaan yang terakhir itu menjadi − = 1 atau
𝑎2 𝑏2

𝑏 2 𝑥 2 − 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 𝑏 2 .
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan sebagai berikut.
Persamaan hiperbola berpusat di O(0,0), fokus di F1 (c,0) dan F2 (-c,0),
dan selisih jaraknya terhadap kedua fokus sama dengan 2a adalah
𝒙𝟐 𝒚𝟐
− = 𝟏 atau 𝒃𝟐 𝒙𝟐 − 𝒂𝟐 𝒚𝟐 = 𝒂𝟐 𝒃𝟐 .
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Di mana hubungan antara a, b, dan c di tentukan oleh:


𝒃𝟐 = 𝒄𝟐 − 𝒂𝟐 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝒃 = √𝒄𝟐 − 𝒂𝟐
Titik potong hiperbola dengan sumbu koordinat
𝑥2 𝑦2
Titik-titik potong hiperbola − = 1 dengan sumbu-sumbu koordinat
𝑎2 𝑏2

dapat ditentukan sebagai berikut.


a) Titik potong dengan sumbu X, diperoleh jika y = 0.
𝑏 2 𝑥 2 = 𝑎2 𝑏 2 .
⇔ 𝑥 2 = 𝑎2
⇔ 𝑥 = ±𝑎

Dosen Rani Refianti, M.Pd 48


𝑥2 𝑦2
Jadi, titik potong hiperbola − = 1 adalah A1(-a, 0) dan A2(a, 0).
𝑎2 𝑏2

Dalam hal ini, titik-titik A1(-a, 0) dan A2(a, 0) bertindak sebagai titik
puncak hiperbola.
Ruas garis 𝐴1 𝐴2 = 2a merupakan panjang sumbu mayor.
b) Titik potong dengan sumbu Y, diperoleh jika x = 0.
−𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 𝑏 2 .
⇔ 𝑦 2 = −𝑏 2
Oleh karena itu b2 > 0 (berarti –b2 < 0), maka persamaan 𝑦 2 = −𝑏 2
𝑥2 𝑦2
tidak mempunyai penyelesaian. Jadi, hiperbola − = 1 tidak
𝑎2 𝑏2

berpotongan dengan sumbu Y.


Oleh hiperbola ini tidak meotong sumbu Y, maka sketsa grafiknya
terdiri atas dua bagian (disebut cabang), yaitu cabang sebelah kiri sumbu
Y dan cabang sebelah kanan sumbu Y.
Titik B1(0,-b) dan B2(0,b) dengan 𝑏 = √𝑐 2 − 𝑎2 menyatakan titik-titik
ujung sumbu minior.
Ruas garis B1B2 = 2b merupakan panjang sumbu minior.

1. Eksentrisitas dan Persamaan Direktris


Hiperbola dpat didefinisikan dengan memakai sifat fokus dan
direktriks sebagai berikut.

Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbandingan jaraknya


ke titik tertentu dengan jaraknya ke garis tertentu mempunyai nilai yang
tetap.
Titik tertentu dan garis tertentu disebut fokus dan direktriks hiperbola,
nilai perbandingan tetap disebut eksentrisitas hiperbola yang nilainya e >
1.
𝑥2 𝑦2
Nilai eksentrisitas dan persamaan direktriks hiperbola − = 1
𝑎2 𝑏2

dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan nilai eksentrisitas dan
𝑥2 𝑦2
persamaan direktriks pada elips 𝑎2 − = 1 yaitu:
𝑏2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 49


𝒄
(1) Nilai eksentrisitas 𝒆 = 𝒂
𝒂 𝒂
(2) Persamaan direktriks 𝒈𝟏 ≡ 𝒙 − 𝒆 dan 𝒈𝟐 ≡ 𝒙 = 𝒆

2. Panjang Latus Rectum


Ruas garis potong yang melalui fokus dan tegak lurus sumbu utama
disebut latus rectum. Pada gambar, latus rectumnya adalah ruas-ruas garis
𝐿1 𝐿′1 dan 𝐿2 𝐿′2 .
𝑥2 𝑦2
Panjang latus rectum hiperbola − = 1 dapat ditentukan sebagai
𝑎2 𝑏2

berikut.
Untuk x = c, didapat:
𝑐2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑦 𝑐2 𝑐 2 − 𝑎2 𝑏2
⇔ = – 1= = , sebab 𝑐 2 − 𝑎2 = 𝑏 2
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑎2
𝑏4 𝑏2
⇔ 𝑦2 = ⇒𝑦 =±
𝑎2 𝑎
𝑏2 𝑏2
Titik-titik ujung luas rectumnya adalah (𝑐, − ) 𝑑𝑎𝑛 (𝑐, ).
𝑎 𝑎
𝑏2 2𝑏 2
Panjang latus rectum = jarak titik-titik luas rectum = 2 ( 𝑎 ) = 𝑎
𝑥2 𝑦2
Jasi, panjang latus rectum hiperbola 𝑎2 − = 1 adalah:
𝑏2

𝟐𝒃𝟐
𝑳𝟏 𝑳′𝟏 = 𝑳𝟐 𝑳′𝟐 = 𝒂

3. Asimtot Hiperbola
Untuk memahami pengertian asimtot hiperbola, persamaan hiperbola
𝑥2 𝑦2
− = 1 kita ubah sebagai berikut.
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2

𝑦2 𝑥2 𝑥2 𝑎2
⇔ = 2 − 1 = 2 (1 − 2 )
𝑏 𝑎 𝑎 𝑥
𝑦2 𝑏2 𝑎2
⇔ 2 = 2 (1 − 2 )
𝑥 𝑎 𝑥

Dosen Rani Refianti, M.Pd 50


𝑦 𝑏 𝑎2
⇔ =± √(1 − )
𝑥 𝑎 𝑥2

𝑎2
Kalau nilai x mendekati tak berhingga, maka nilai mendekati nol atau
𝑥2
𝑎2 𝑏
(1 − ) mendekati 1. Dengan demikian, y mendekati ± 𝑥. garis-garis
𝑥2 𝑎
𝑏 𝑥2
dengan persamaan y = ± 𝑥 merupakan asimtot bagi grafik hiperbola −
𝑎 𝑎2
𝑦2
=1
𝑏2
𝑥2 𝑦2
Jadi, hiperbola − = 1 memiliki dua buah asimtot, masing-masing
𝑎2 𝑏2

dengan persamaan.
𝒃 𝒃
y=− 𝒙 atau y = 𝒙
𝒂 𝒂

Perlu diingat bahwa asimtot hiperbola bukan bagian dari grafik hiperbola,
tetapi merupakan garis-garis pertolongan yang dapat dipakai untuk
menggambar sketsa grafik dari suatu hiperbola. Asimtot-asimtot ini bertindak
sebagai permbatas dari cabang-cabang grafik hiperbola
Kalau kedua garis asimtot daari suatu hiperbola saling tegak lurus, maka
hiperbola demikian disebut hiperbola ortogonal.
𝑏 𝑏
𝑙1 = 𝑦 = − 𝑎 𝑥 , gradiennya 𝑚1 = − 𝑎
𝑏 𝑏
𝑙2 = 𝑦 = 𝑥 , gradiennya 𝑚2 =
𝑎 𝑎

Dosen Rani Refianti, M.Pd 51


Jika 𝑙1 tegak lurus 𝑙2 , maka 𝑚1 × 𝑚2 = −1 (syarat bagi dua garis saling
tegak lurus).
𝑏 𝑏
(− 𝑎) × (𝑎) = -1

𝑏2
⇔ − 2 = −1 ⇒ 𝑎2 = 𝑏 2
𝑎
Jadi, persamaan hiperbola ortogonal dengan sumbu utama berimpit
dengan sumbu X adalah
𝒙𝟐 𝒚𝟐
− = 1 atau 𝒙𝟐 − 𝒚𝟐 = 𝒂𝟐
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Sekarang perhatikan hiperbola pada gambar berikut. Hiperbola ini brpusat


di O(0,0), sumbu utama berimpit dengan sumbu Y, fokus di titik titik F1(0,-c)
dan F2(0,c), serta puncak di titik titik A1(0,-a) dan A2(0,a). Dengan mudah
dapat ditunjukkan bahwa persamaan hiperbola ini adalah
𝒚𝟐 𝒙𝟐
− = 𝟏 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝒙𝟐 𝒚𝟐 − 𝒂𝟐 𝒙𝟐 = 𝒂𝟐 𝒃𝟐
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Dan hubungan 𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 tetap berlaku.


𝑦2 𝑥2
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada hiperbola 𝑎2 − = 1 adalah
𝑏2

a. Hiperbola ini tidak memotong sumbu X,

Dosen Rani Refianti, M.Pd 52


𝑐
b. Nilai eksentrisitas 𝑒 = 𝑎,

c. Persamaan direktriksnya:
𝑎 𝑎
𝑔1 ≡ 𝑦 = − 𝑑𝑎𝑛 𝑔2 ≡ 𝑦 = , 𝑑𝑎𝑛
𝑒 𝑒

d. Persamaan asimtotnya:
𝑏 𝑏
𝑙1 = 𝑦 = − 𝑎 𝑥 dan 𝑙2 = 𝑦 = 𝑥.
𝑎

Berdasarkan uraian di atas, kita memperoleh dua macam bentuk baku


persamaan hoperbola yang berpusat di O(0,0), yaitu:
𝑥2 𝑦2
(1) − = 1 merupakan persamaan hiperbola horizontal, dan
𝑎2 𝑏2
𝑦2 𝑥2
(2) − = 1 merupakan persamaan hiperbola vertikal.
𝑎2 𝑏2

Contoh 3.1:
𝑥2 𝑦2
Diketahui hiperbola dengan persamaan 16 − = 1.
9

Tentukan:
a. Koordinat titik puncak, koordinat titik ujung sumbu minor, dan
koordinat fokus.
b. Nilai eksentrisitas, persamaan direktriks, dan persamaan asimtot.
c. Panjang latus rectum.
Kemudian gambarlah sketsa hiperbola tersebut.
Jawab:
𝑥2 𝑦2
− = 1 merupakan hiperbola horizontal dengan 𝑎2 = 16 ⇔ 𝑎 =
16 9

4 𝑑𝑎𝑛 𝑏 2 = 9 ⟹ 𝑏 = 3.
Dari hubungan 𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 , di dapat 𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 .
𝑐 2 = 16 + 9 = 25 ⟹ 𝑐 = 5
a. Koordinat titik puncaknya adalah 𝐴1 (−4, 0)dan 𝐴2 (4,0).
Koordinat titik ujung sumbu minornya adalah 𝐵1 (0, −3)dan 𝐵2 (0,3).
Koordinat fokusnya adalah 𝐹1 (−5,0 )dan 𝐹2 (5,0).
𝑐 5 1
b. Nilai eksentrisitas 𝑒 = = = 14
𝑎 4

Persamaan direktrisnya:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 53


4 16 𝑎 4 16
𝑔1 ≡ 𝑥 = − =− dan 𝑔2 ≡ 𝑦 ≡ = =
5 5 𝑒 5 5
4 4
Persamaan asimtotnya:
𝑏 3 𝑏 3
𝑙1 = 𝑦 = − 𝑎 𝑥 = − 4 𝑥 dan 𝑙2 = 𝑦 = 𝑥=4 𝑥
𝑎
2𝑏 2 2(9) 9
c. Panjang latus rectum = = =
𝑎 4 2
𝑥2 𝑦2
Dengan menggunakan hasil-hasil di atas, sketsa hiperbola − =1
16 9

diperhatikan pada gambar berikut

Contoh 3.2:
Ulangi pertanyaan-pertanyaan pada gambar contoh 1 untuk hiperbola
𝑦2 𝑥2
dengan persamaan − =1
9 16

Jawab:
𝑦2 𝑥2
− = 1 merupakan parabola vertikal dengan 𝑎2 = 𝑔 ⇔ 𝑎 =
9 16

3 dan 𝑏 2 = 16 ⟹ 𝑏 = 4.
Dari hubungan 𝑐 2 = 𝑎2 − 𝑏 2 = 9 + 16 = 25 ⟹ 𝑐 = 5
a) Koordinat titik puncaknya adalah 𝐴1 (0, −3) dan 𝐴2 (0, 3).
Koordinat titik ujung sumbu minornya adalah 𝐵1 (−4 ,0) dan 𝐵2 (4,0).
Koordinat fokusnya adalah 𝐹1 (−5,0 ) dan 𝐹2 (5,0).
𝑐 5 2
b) Nilai eksentrisitas 𝑒 = = = 13
𝑎 3

Dosen Rani Refianti, M.Pd 54


Persamaan direktrisnya:
3 9 𝑎 3 9
𝑔1 ≡ 𝑥 = − 5 =− dan 𝑔2 ≡ 𝑦 = = 5 =
5 𝑒 5
3 3

Persamaan asimtotnya:
𝑏 3 𝑏 3
𝑙1 = 𝑦 = − 𝑎 𝑥 = − 4 𝑥 dan 𝑙2 = 𝑦 = 𝑥=4 𝑥
𝑎
2𝑏 2 2(16) 32
c) Panjang latus rectum = = =
𝑎 3 3
𝑦2 𝑥2
Dengan menggunakan hasil-hasil di atas, sketsa hiperbola − =
9 16

1 diperhatikan pada gambar berikut.

Catatan:
𝑥2 𝑦2 𝑦2 𝑥2
Perhatikan bahwa − = 1 dan − = 1, mempunyai asimtot-
16 9 9 16

asimtot yang sama. Dalam hal demikian, kedua hiperbola itu dinamakan
sepasang hiperbola sekawan. Secara umum , bentuk persamaan sepasang
hiperbola sekawan dapat dinyatakan oleh
𝑥2 𝑦2 𝑦2 𝑥2
− = 1 dan − = 1 atau
𝑎2 𝑏2 𝑏2 𝑎2
𝑥2 𝑦2 𝑥2 𝑦2
− = 1 dan − =1
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑏2

Contoh 3.3:
Tentukan persamaan-persamaan hiperbola yang beerpusat O(0,0)
dengan keterangan tambahan sebagai berikut:

Dosen Rani Refianti, M.Pd 55


a) Focus di 𝑓1 (-8,0) dan 𝑓2 (8,0), titik puncak di (-7,0) dan (7,0)
b) Focus di 𝑓1 (0,-3) dan 𝑓2 (0,3), titik puncak di (0,-2) dan (0,2)
c) Focus di 𝑓1 (-5,0) dan 𝑓2 (5,0), panjang sumbu mayor 6 satuan
d) Focus di 𝑓1 (0,-5) dan 𝑓2 (0,5), panjang sumbu mayor 8 satuan
e) Sumbu utama berimpit dengan sumbu X, melalui titik (3,1) dan titik
(9,5)
4
f) Titik puncak di (-6,0) dan (6,0), persamaan asimtot 𝑦 = − 3 𝑥 dan
4
𝑦 3𝑥

Jawab:
a) Focus di 𝑓1 (-8,0) dan 𝑓2 (8,0), titik puncak di (-7,0) dan (7,0)
merupakan hiperbola horizontal dengan c = 8 dan a = 7.
Dari hubungan 𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 , di dapat 𝑏 2 = (8)2 − (7)2 = 15.
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah:
𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
⟺ − = 1 atau 15𝑥 2 − 49𝑦 2 = 735.
49 15

b) Focus di 𝑓1 (0,-3) dan 𝑓2 (0,3), titik puncak di (0,-2) dan (0,2)


merupakan hiperbola vertikal dengan c = 3 dan a = 2.
Nilai𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 = (3)2 − (2)2 = 5.
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah:
𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑦2 𝑥2
⟺ − = 1 atau 5𝑦 2 − 4𝑥 2 = 20.
4 5

c) Focus di 𝑓1 (-5,0) dan 𝑓2 (5,0) merupakan hiperbola horizontal dengan


c = 5.
Panjangsumbu mayor 6 satuan⟹ 2a = 6 ⟹ a = 3.
Nilai𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 = 25 − 9 = 16.
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah:
𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
⟺ − = 1 atau 16𝑥 2 − 9𝑦 2 = 144.
9 16

Dosen Rani Refianti, M.Pd 56


d) Focus di 𝑓1 (0,-5) dan 𝑓2 (0,5) merupakan hiperbola vertikel dengan c =
5.
Panjang sumbu mayor 8 satuan⟹ 2𝑎 = 8 ⟹ 𝑎 = 4.
Nilai𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 = 25 − 16 = 9.
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah:
𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
⟺ − = 1 atau 9𝑦 2 − 16𝑥 2 = 144.
16 9

e) Hiperbola yang berpusat di O(0,0) dan sumbu utama berimpit dengan


sumbu X merupakan hiperbola horisontal. Persamaannya dapat di
misalkan berbentuk
𝑥2 𝑦2
− = 1.
𝑎2 𝑏2

Melalui titik (3,1), diperoleh hubungan:


9 1
− =1 ……………………… (1)
𝑎2 𝑏2

Melalui titik (9,5), diperoleh hubungan:


81 25
− =1 ……………………… (2)
𝑎2 𝑏2

Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh nilai𝑎2 = 6 dan 𝑏 2 = 2.


Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah:
𝑥2 𝑦2
− = 1 atau 𝑥 2 − 3𝑦 2 = 6.
6 2

f) Titik puncak di (-6,0) dan (6,0) merupakan hiperbola horizontal


dengan a = 6.
Untuk hiperbola horisontal,
𝑎 𝑏
Persamaan asimtotnya adalah 𝑦 = − 𝑥 dan 𝑦 = 𝑥.
𝑏 𝑎
4
Oleh karena persamaan asimtotnya diketahui 𝑦 = − 3 𝑥, maka dapat:
𝑏 4 4
= (𝑎) = (6) = 8.
𝑎 3 3

Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksud kan adalah:


𝑥2 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
⟺ − = 1 atau 64𝑥 2 − 36𝑦 2 = 576.
36 64

Dosen Rani Refianti, M.Pd 57


b. Persamaan Hiperbola yang berpusat di M(h,k)
Pada gambar diperlihat kan hiperbola yang berpusat di M(h,k), sumbu
utama sejajar dengan sumbu X, panjang sumbu mayor 2a, dan panjang
sumbu minor 2b. dengan menggunakan definisi hiperbola, dapat
ditunjukkan bahwa persamaan hiperbola itu adalah:
(𝒙 − 𝒉)𝟐 (𝒚 − 𝒌)𝟐
− = 𝟏
𝒂𝟐 𝒃𝟐
Dengan hubungan 𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 tetap berlaku.

Pada hiperbola di atas, dapat ditentukan beberapa hal berikut,


Persamaan sumbu utama atau sumbu nyata adalah y = k dan persamaan
sumbu sekawan atau sumbu imajiner adalah x = h.
Koordinat puncak adalah A1(h – a, k) dan A2(h + a, k), koordinat titik
ujung sumbu minor adalah B2(h, k – b) dan B2(h, k + b).
Koordinat fokus di F1(h – c, k) dan F2(h + c, k).
𝑐
Nilai eksentrisitas 𝑒 = 𝑎.
𝑎 𝑎
Persamaan direktriks adalah g1 ≡ 𝑥 = ℎ − dan g2≡ 𝑥 = ℎ + 𝑒 .
𝑒
𝑏
Persamaan asimtot adalah I1 ≡ (𝑦 − 𝑘) = − 𝑎 (𝑥 − ℎ) dan 𝐼2 ≡
𝑏
(𝑦 − 𝑘) = (𝑥 − ℎ).
𝑎
2𝑏 2
Panjang lotus rectum 𝑎
.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 58


Sekarang perhatikan hiperbola pada gambar. Hiperbola ini berpusat di
M(h,k), sumbu utama sejajar dengan sumbu Y, panjang sumbu mayor =
2a, dan panjang minor = 2b. dengan menggunakan definisi hiperbola,
dapat ditunjukkan bahwa persamaan hiperbola itu adalah:
(𝒚 − 𝒌)𝟐 (𝒙 − 𝒉)𝟐
− = 𝟏
𝒂𝟐 𝒃𝟐
Dengan hubungan 𝑏 2 = 𝑐 2 − 𝑎2 tetap berlaku.

Pada hiperbola di atas, dapat ditentukan beberapa hal berikut,


a. Persamaan sumbu utama atau sumbu nyata adalah x = h, sedangkan
persamaan sumbu sekawan atau sumbu imajiner adalah y = k.
b. Koordinat puncak adalah A1(h – k, a) dan A2(h + k, a), koordinat titik
ujung sumbu minor adalah B2(h, b – k) dan B2(h + b, k).
c. Koordinat fokus di F1(h, k - c) dan F2(h, k + c).
𝑐
d. Nilai eksentrisitas 𝑒 = .
𝑎
𝑎 𝑎
e. Persamaan direktriks adalah g1 ≡ 𝑦 = 𝑘 − dan g2 ≡ 𝑦 = 𝑘 + 𝑒 .
𝑒
𝑎
f. Persamaan asimtot adalah I1 ≡ (𝑦 − 𝑘) = − 𝑏 (𝑥 − ℎ) dan 𝐼2 ≡
𝑎
(𝑦 − 𝑘) = (𝑥 − ℎ).
𝑏
2𝑏 2
g. Panjang lotus rectum .
𝑎

Dosen Rani Refianti, M.Pd 59


Bentuk Umum Persamaan Hiperbola
Kalau bentuk baku dari suatu persamaan hiperbola dijabarkan, maka kita
akan memperoleh bentuk umum persamaan hiperbola. Sebagai contoh:
(𝑥− ℎ)2 (𝑦−𝑘)2
− = 1
𝑎2 𝑏2

⟺ 𝑏 2 (𝑥 − ℎ)2 − 𝑎2 (𝑦 − 𝑘)2 = 𝑎2 𝑏 2
⟺ 𝑏 2 (𝑥 2 − 2ℎ𝑥 + ℎ2 ) − 𝑎2 (𝑦 2 − 2𝑘𝑦 + 𝑘 2 ) = 𝑎2 𝑏 2
⟺ 𝑏 2 𝑥 2 − 2𝑏 2 ℎ𝑥 + 𝑏 2 ℎ2 − 𝑎2 𝑦 2 + 2𝑎2 𝑘𝑦 − 𝑎2 𝑘 2 − 𝑎2 𝑏 2 = 0
⟺ 𝑏 2 𝑥 2 − 𝑎2 𝑦 2 − 2𝑏 2 ℎ𝑥 + 2𝑎2 𝑘𝑦 + (𝑏 2 ℎ2 − 𝑎2 𝑘 2 − 𝑎2 𝑏 2 = 0
Dengan menetapkan 𝑏 2 = 𝐴, 𝑎2 = 𝐵, −2𝑏 2 ℎ = 𝑐, 2𝑎2 𝑘 =
𝐷, dan (𝑏 2 ℎ2 − 𝑎2 𝑘 2 − 𝑎2 𝑏 2 ) = 𝐸, maka bentuk persamaan yang
terakhir itu dapat dituliskan menjadi.
𝑨𝒙𝟐 − 𝑩𝒚𝟐 + 𝑪𝒙 + 𝑫𝒚 + 𝑬 = 𝟎
Dengan A, B, C, D, dan E merupakan bilangan-bilangan real (A ≠
0, 𝐵 ≠ 0, 𝐴 ≠ 𝐵).Persamaan ini bentuk umum persamaan hiperbola.

Contoh 3.4:
(𝑥−2)2 (𝑦+1)2
Diketahui hiperbola dengan persamaan − = 1.
16 9

Tentukanlah:
a) Koordinat titik pusat, koordinat titik puncak, koordinat titik ujung
sumbu minor, dan koordinat focus
b) Persamaan sumbu utama, persamaan sumbu sekawan, panjang sumbu
mayor, dan panjang sumbu minor
c) Persamaan asimtot, nilai eksentrisitas, dan persamaan direktriks
d) Panjang lotus rectum.
e) Kemudian gambarlah sketsa hiperbola tersebut.
Jawab:
(𝑥−2)2 (𝑦+1)2
− = 1. Merupakan hiperbola horisontal dengan 𝑎2 =
16 9

16 ⟹ 𝑎 = 4 dan 𝑏 2 = 9 ⟹ 𝑏 = 3. dari hubungan 𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 , di


dapat 𝑐 2 = 16 + 9 = 25 ⟹ 𝑐 = 5.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 60


a) Koordinat titik pusatnya di M(2,-1).
Koordinat titik pucak di (2± 4, −1) ⟹ 𝐴1 (−2, −1) dan 𝐴2 (6, −1).
Koordinat titik ujung sumbu minor (2, ± 3) ⟹
𝐵1 (2, −4) dan 𝑏2 (2, 2).
Koordinat fokus (2 ± 5, −1) ⟹ 𝑓1 (−3, −1) 𝑑𝑎𝑛 𝑓2 (7, −1).
b) Persamaan sumbu utama atau sumbu nyata adalah y = -1 dan
persamaan sumbu sekawan atau sumbu imajiner adalah x = 2.
Panjang sumbu mayor = 2a = 2(4) = 8 dan panjang sumbu minor = 2b
= 2(3) = 6.
𝑏 3
c) Persamaan asimtotnya y – k = ± 𝑎 (𝑥 − ℎ) ⟹ (𝑦 + 1) = ± 4 (𝑥 − 2)
3 3
I1 ≡ 𝑦 + 1 = − 4 (𝑥 − 2) dan 𝐼2 ≡ 𝑦 + 1 = (𝑥 − 2)
4

⟺ 𝐼1 ≡ 4𝑦 + 4 = −3𝑥 + 6 dan 𝐼2 ≡ 4𝑦 + 4 = 3𝑥 − 6
⟺ 𝐼1 ≡ 3𝑥 + 4𝑦 − 2 = 0 dan 𝐼2 ≡ 3𝑥 − 4𝑦 − 10 = 0.
𝑐 5 1
Nilai eksentrisitas e = 𝑎 = = 1 4.
4
𝑎
Persamaan direktriksnya x = h ±
𝑒
4 4
𝑔1 ≡ 𝑥 = 2 − 5 dan 𝑔2 ≡ 𝑥 = 2 + 5
16 4
↔ 𝑔1 ≡ 𝑥 = 2 − dan 𝑔2 ≡ 𝑥 = 2 + 5
5
1 1
↔ 𝑔1 ≡ 𝑥 = −1 5 dan 𝑔2 ≡ 𝑥 = 5 5
2𝑏 2 2(9) 9
d) Panjang latus rectum = = =2
𝑎 4
(𝑥−2)2
Dengan menggunakan hasil-hasil di atas, sketsa hiperbola −
16
(𝑦+1)2
=1 diperlihatkan pada gambar berikut.
9

Dosen Rani Refianti, M.Pd 61


e)

Contoh 3.5:
Tentukan persamaan hiperbola yang berpusat di (3,2), salah satu titik
puncaknya di (7,2), dan panjang sumbu imajinernya 6 satuan.
Jawab:
Hiperbola yang berpusat di (3,2), dan titik puncaknya di (7,2), merupakan
hiperbola horizontal dengan 𝑎 = jarak pusat ke puncak = 4
Panjang sumbu imajiner 2𝑏 = 6 ↔ 𝑏 = 3
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksudkan adalah :
(𝑥−ℎ)2 (𝑦−𝑘)2
− =1
𝑎2 𝑏2
(𝑥−3)2 (𝑦−2)2
↔ − =1
16 9

Jika persamaan ini dijabarkan, kemudian disusun mengikuti aturan abjad


dan pangkat turun, maka diperoleh bentuk umum persamaan hiperbola
9𝑥 2 −16𝑦 2 − 54𝑥 + 64𝑦 − 127 = 0.

C. KEDUDUKAN GARIS TERHADAP HIPERBOLA


Kedudukan sebuah garis lurus 𝑔 terhadap hiperbola, secara geometris
dapat di tunjukan pada gambar

Dosen Rani Refianti, M.Pd 62


(a) garis 𝑔 memotong hiperbola di dua titik yang berlainan, yaitu di titik
A(𝑥1 , 𝑦1 ) dan di titik B(𝑥2 , 𝑦2 )
(b) garis 𝑔 memotong hiperbola di satu titik (dikatakan garis 𝑔 menyinggung
hiperbola),yaitu di titik S(𝑥𝑠 , 𝑦𝑠 )
(c) garis 𝑔 tidak memotong maupun menyinggung hiperbola.
Kedudukan garis 𝑔 terhadap hiperbola dapat dianalisis secara Aljabar
dengan menggunakan konsep diskriminan sebagai berikut :
Misalkan persamaan garis 𝑔 adalah 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑛 dan persamaan
𝑥2 𝑦2
hiperbolanya adalah − 𝑏2 = 1 substitusikan 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑛 ke persamaan
𝑎2

hiperbola, didapat:
𝑥2 (𝑚𝑥+𝑛)2
− =1
𝑎2 𝑏2

↔ 𝑏 2 𝑥 2 − 𝑎2 (𝑚𝑥 + 𝑛)2 = 𝑎2 𝑏 2
↔ 𝑏 2 𝑥 2 − 𝑎2 (𝑚2 𝑥 2 + 2𝑚𝑛𝑥 + 𝑛2 ) = 𝑎2 𝑏 2
↔ (𝑏 2 − 𝑎2 𝑚2 ) 𝑥 2 −2𝑎2 𝑚𝑛𝑥 − 𝑎2 (𝑛2 + 𝑏 2 ) = 0,
Merupakan persamaan kuadrat gabungan antar garis dan hiperbola. Nilai
diskriminan dari persamaan kuadrat gabungan itu adalah:
𝐷 = (−2𝑎2 𝑚𝑛)2 − 4(𝑏 2 − 𝑎2 𝑚2 ){−𝑎2 (𝑛2 𝑏 2 )}
↔ 𝐷 = 4𝑎2 𝑚2 𝑛 + 4𝑎2 (𝑏 2 𝑛2 + 𝑏 4 − 𝑎2 𝑚2 𝑛2 − 𝑎2 𝑏 2 𝑚2
↔ 𝐷 = 4𝑎2 𝑚2 𝑛 + 4𝑎2 𝑏 2 𝑛2 + 4𝑎2 𝑏 2 − 4𝑎2 𝑚2 𝑛2 − 4𝑎2 𝑏 2 𝑚2
↔ 𝐷 = 4𝑎2 𝑏 2 (𝑛2 −𝑎2 4𝑎2 𝑚2 + 𝑏 2 )
Kedudukan garis lurus g terhadap hiperbola ditentukan oleh nilai diskriminan
D sebagai berikut:
1. 𝐷 > 0 ↔ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑔 memotong hiperbola di dua titik yang berlainan.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 63


2. 𝐷 = 0 ↔ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑔 meninggung hiperbola.
3. 𝐷 < 0 ↔ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑔 tidak memotong dan tidak menyinggung hiperbola.

Contoh 3.6:
𝑥2 𝑦2
a. Tunjukan bahwa garis 𝑥 − 𝑦 + 2 = 0 memotong hiperbola − = 1 di
4 8

dua titik yang berlainan.


b. Tentukan koordinat titik-titik potong itu.
c. Hitunglah panjang ruas garis yang dihubungkan oleh kedua titik potong
pada soal b.
Jawab:
𝑥2 𝑦2
a. 𝑥 − 𝑦 + 2 = 0 → 𝑦 = 𝑥 + 2. substitusikan 𝑦 = 𝑥 + 2 ke − = 1,
4 8
𝑥2 (𝑥+2)2
didapat: − = 1,
4 8

↔ 2𝑥 2 − (𝑥 2 + 4𝑥 + 4) = 8
↔ 𝑥 2 − 4𝑥 − 4 − 8 = 0
↔ 𝑥 2 − 4𝑥 − 12 = 0, persamaan kuadrat gabungan garis dan hiperbola.
Nilai diskriminan D:
D = (−4)2 − 4(1) − 12 = 64
Oleh karena D = 16 > 0, maka garis 𝑥 − 𝑦 + 2 = 0 memotong hiperbola
𝑥2 𝑦2
− = 1, di dua titik yang berlainan.
4 8

b. Dari persamaan 𝑥 2 − 4𝑥 − 12 = 0, didapat:


𝑥 2 − 4𝑥 − 12 = 0
↔ (𝑥 + 2) (𝑥 − 6) = 0
↔ 𝑥 = −1 atau 𝑥 = 6
untuk 𝑥 = −2, di dapat 𝑦 = −2 + 2 = 0 (2,0)
untuk 𝑥 = 6, di dapat 𝑦 = 6 + 2 = 8 (6,8)
𝑥2
Jadi koordinat titik potong garis 𝑥 − 𝑦 + 2 = 0 dengan hiperbola −
4
𝑦2
= 1 adalah A(2,0) dan B(6,8)
8

c. A(2,0) dan B(6,8), maka

Dosen Rani Refianti, M.Pd 64


Panjang AB= √(−2 − 6)2 + (0 − 8)2 = √64 + 64 = 8√2
Jadi panjang ruas garis AB = 8√2 satuan panjang.

Contoh 3.7:
a. Tentukan nilai 𝑎 supaya garis 4𝑥 + 𝑦 + 𝑎 = 0 menyinggung hiperbola
𝑥2 𝑦2
− 48 = 1.
12

b. Tentukan pula koordinat titik singgungnya.


Jawab:
a. 4𝑥 + 𝑦 + 𝑎 = 0 ↔ 𝑦 = −4𝑥 − 𝑎. substitusikan 𝑦 = −4𝑥 − 𝑎 ke
persamaan hiperbola, di dapat:
𝑥2 (−4𝑥−𝑎)2
− = 1.
12 48

↔ 4𝑥 2 − (16𝑥 2 + 8𝑎𝑥 + 𝑎)2 = 48


↔ 12𝑥 2 + 8𝑎𝑥 + (𝑎2 + 48) = 0
Nilai diskriminan D:
𝐷 = (8𝑎)2 − 4(12)(𝑎2 + 48)
𝐷 = 64𝑎2 − 48𝑎2 − 2304
𝐷 = 16𝑎2 − 2304
Supaya garis menyinggung hiperbola, maka nilai diskriminan D = 0.
16𝑎2 − 2304
↔ 𝑎2 − 144 = 0
↔ (𝑎 + 12)(𝑎 − 12) = 0
↔ 𝑎 = −12 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 12
𝑥2 𝑦2
Jadi supaya garis 4𝑥 + 𝑦 + 𝑎 = 0 menyinggung hiperbola − 48 = 1
12

untuk nilai 𝑎 = −12 atau 𝑎 = 12


b. Untuk 𝑎 = −12 substitusi ke 12𝑥 2 + 8𝑎𝑥 + (𝑎2 + 48) = 0, didapat
↔ 12𝑥 2 − 96𝑥 + (144 + 48) = 0
↔ 𝑥 2 − 8𝑥 + 16 = 0
↔ (𝑥 − 4)2 = 0
↔𝑥=4

Dosen Rani Refianti, M.Pd 65


Substitusi 𝑎 = −12 dan 𝑥 = 4 ke garis 𝑦 = −4𝑥 − 𝑎, di dapat
𝑦 = −4(4) − (−12) = −4 ↔ titik singgung (4,-4).

D. GARIS-GARIS SINGGUNG PADA HIPERBOLA


1. Garis singgung melalui suatu titik pada hiperbola
a. Untuk hiperbola-hiperbola yang berpusat di O(0,0)
𝑥2 𝑦2
Misalkan titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) terletak pada hiperbola - = 1. Melalui
𝑎2 𝑏2

titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) dapat dibuat sebuah garis yang menyinggung hiperbola,


disebut garis singgung hiperbola

Perhatikan garis singgung yang melalui titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) pada hiperbola


𝑥2 𝑦2
- = 1 dapat ditentukan dengan menggunakan tafsiran geometri
𝑎2 𝑏2

turunan sebagai berikut.


Garis singgung melalui P(𝑥1 , 𝑦1 ), persamaannya adalah 𝑦 − 𝑦1 =
𝑚(𝑥 − 𝑥1 ) karena titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) terletak pada hiperbola, maka nilai
gradien m dapat ditentukan dengan tafsiran geometri turunan m =
𝑑𝑦
(𝑑𝑥 ) (𝑥1 , 𝑦1 )

Dosen Rani Refianti, M.Pd 66


𝑥2 𝑦2
Dengan mengambil diferensial pada persamaan hiperbola - = 1,
𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
didapat d(𝑎2 − = 1)
𝑏2
𝑥2 𝑦2
⟺ d(𝑎2 ) - d(𝑏2 ) = d(1)
2𝑥 2𝑦
⟺ 𝑎2 𝑑𝑥 - 𝑏2 𝑑𝑦 = 0
2𝑦 2𝑥
⟺ 𝑏2 𝑑𝑦 = 𝑎2 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑏2 𝑥
⟺ 𝑑𝑥 = 𝑎2 𝑦
𝑑𝑦
Jadi, m = (𝑑𝑥 ) (𝑥1 , 𝑦1 )
𝑏2 𝑥
Substitusi nilai m = 𝑎2 𝑦1 ke persamaan 𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1 ), didapat
1

𝑏 2 𝑥1
𝑦 − 𝑦1 = 𝑎2 ((𝑥 − 𝑥1 )
𝑦1

⟺ 𝑎2 𝑦𝑦1 - 𝑎2 𝑦1 2 = 𝑏 2 𝑥𝑥1 - 𝑏 2 𝑥1 2
⟺ 𝑏 2 𝑥𝑥1 - 𝑎2 𝑦𝑦1 = 𝑏 2 𝑥1 2 - 𝑎2 𝑦1 2
𝑥𝑥1 𝑦𝑦1 𝑥1 2 𝑦1 2
⟺ - = - , masing-masing ruas persamaan dibagi dengan
𝑎2 𝑏2 𝑎2 𝑏2
𝑥2 𝑦2
𝑎2 𝑏 2 . Karena titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) terletak pada hiperbola - = 1, maka
𝑎2 𝑏2
𝑥1 2 𝑦1 2
berlaku - = 1. Substitusi nilai ini ke persamaan yang terakhir,
𝑎2 𝑏2

diperoleh
𝑥𝑥1 𝑦𝑦1
- =1
𝑎2 𝑏2

Jadi, persamaan garis singgung yang melalui titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) pada


𝑥2 𝑦2
hiperbola 𝑎2 - 𝑏2 = 1 dapat ditentukan dengan rumus

𝒙𝒙𝟏 𝒚𝒚𝟏
- =1
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Dengan menggunakan analisis yang sama, persamaan garis singgung


𝑥2 𝑦2
yang melalui titik P(𝑥1 , 𝑦1 ) pada hiperbola vertikal - = 1 dapat
𝑎2 𝑏2

ditentukan dengan rumus

Dosen Rani Refianti, M.Pd 67


𝒚𝒚𝟏 𝒙𝒙𝟏
- =1
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Contoh 3.8:
Tentukan persamaan-persamaan garis singgung pada hiperbola
𝑥2 𝑦2 1
a) - = 1 di titik (3, 2)
8 2
𝑦2 𝑥2
b) - = 1 di titik (4,-4)
12 48

c) 𝑥 2 − 𝑦 2 = 16 di titik (5,-3)
d) 𝑦 2 − 𝑥 2 = 9 di titik (-4,5)
Jawab:
𝑥2 𝑦2 1
a) Persamaan garis singgung hiperbola - = 1 di titik (3, 2) adalah
8 2
𝑥𝑥1 𝑦𝑦1
- =1
8 2
1
3𝑥 (𝑦)
⟺ - 22 = 1
8

⟺ 3x – 2y = 8
⟺ 3x – 2y – 8 = 0
𝑦2 𝑥2
b) Persamaan garis singgung hiperbola - = 1 di titik (4,-4)
12 48

adalah
𝑦𝑦1 𝑥𝑥1
- =1
12 48
−4𝑦 4𝑦
⟺ - 48 = 1
12

⟺ -4y – x = 12
⟺ x + 4y + 12 = 0
c) Persamaan garis singgung hiperbola 𝑥 2 - 𝑦 2 = 16 di titik (5,-3)
adalah
𝑥𝑥1 - 𝑦𝑦1 = 16
⟺ 5x- (-3)y = 16
⟺ 5x + 3y =16
d) Persamaan garis singgung hiperbola 𝑦 2 − 𝑥 2 = 9 di titik (-4,5)
adalah

Dosen Rani Refianti, M.Pd 68


𝑦𝑦1 - 𝑥𝑥1 = 9
⟺ y(5) – x(-4) = 9
⟺ 4x + 5y = 0

b. Untuk hiperbola yang berpusat di M(h,k)


Persamaan garis singgung yang melalui titik P(𝑥1, 𝑦1 ) pada hiperbola
(𝑥−ℎ)2 (𝑦−𝑘)2
- =1
𝑎2 𝑏2

Dapat di tentukan dengan rumus:

(𝒙−𝒉) (𝒙𝟏 − 𝒉) (𝒚−𝒌) (𝒚𝟏 − 𝒌)


- =1
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Persamaan garis singgung yang melalui titik P(𝑥1, 𝑦1 ) pada hiperbola


(𝑦−𝑘)2 (𝑥−ℎ)2
- =1
𝑎2 𝑏2

Dapat di tentukan dengan rumus:

(𝒚−𝒌) (𝒚𝟏 − 𝒌) (𝒙−𝒉) (𝒙𝟏 − 𝒉)


- =1
𝒂𝟐 𝒃𝟐

Contoh 3.9:
Tentukan persamaan-persamaan garis singgung pada hiperbola
(𝑦−1)2
(𝑥 + 1)2 – = 1 di titik (1,-2).
3

Jawab:
(𝑦−1)2
Persamaan garis singgug hiperbola (𝑥 + 1)2 - = 1 di titik (1,-2)
3
(𝑦−1)(𝑦1 − 1)
adalah (x + 1) (𝑥1 + 1) – =1
3
(𝑦−1)(−2− 1)
⇔ (x + 1) (1 + 1) - = 1, substitusi 𝑥1 = 1 dan 𝑦1 = 2
3

⇔ 2x + 2 + y – 1 = 0
⇔ 2x + y + 1= 0
(𝑦−13)(−2−13) (𝑥−2)(5−2)
⇔ – = 1, subtitusi 𝑥1 = 5 dan 𝑦1 = -2
144 16

⇔ -15(y – 13) – 9(3)(x – 2) = 144

Dosen Rani Refianti, M.Pd 69


⇔ -15y + 195 - 27x + 54 -144 = 0
⇔ -15y – 27x + 105 = 0
⇔ 27x +15y – 105
⇔9x +5y -35 = 0

E. GARIS SINGGUNG MELALUI TITIK DILUAR HIPERBOLA


Persamaan garis singgung yang ditarik melalui titik P(x1,y1) diluar
hiperbola, dapat ditentukan dengan menggunakan langkah-langkah yang sama
seperti persamaan garis singgung yang ditarik melalui titik P(x1,y1) diluar
lingkaran, diluar parabola, dan diluar elips. Untuk lebih jelasnya simaklah
contoh berikut.
Contoh 3.10:
𝑥2 𝑦2
a) Titik P(1,4) terletak diluar parabola - = 1. Tentukan persamaan-
12 3

persamaan garis singgung yang dapat ditarik melalui titik P(1,4) ke


𝑥2 𝑦2
hiperbola - = 1.
12 3

b) Sebutlah titik-titik singgungnya itu adalah A dan B. Tentukanlah koordinat


titik A dan titik B.
c) Tentukan persamaan garis AB.
Jawab:
a) Misalkan garis yang melalui titik P(1,4) mempunyai gradien m,
persamaannya adalah
y – 4 = m(x – 1) ⇒ y = mx – m + 4
Subtitusi y = mx – m + 4 ke persamaan hiperbola rumus, didapat
𝑥2 (𝑚𝑥 − 𝑚 + 4)2
- =1
12 3

⇔ x2 – 4(m2x2 + m2 + 16 -2m2x +8mx – 8m) – 12 = 0


⇔(1 – 4m2)x2 – 4(-2m2 + 8m)x – 4(m2 – 8m +19) = 0
Nilai diskriminan D:
D = {-4 (-2m2 + 8m)}2 +16(1 – 4m2)(m2 – 8m + 19)
⇔ D = -176m2 – 128m + 304
Karena garis menyinggung hiperbola haruslah D = 0, didapat

Dosen Rani Refianti, M.Pd 70


-176m2 – 128m + 304 = 0
⇔ (11m + 19)(m – 1) = 0
19
⇔ m = - 11 atau m = 1

Subtitusikan nilai nilai m kepersamaan y= mx – m + 4


19
Untuk m = - 11, didapat
19 19
y = - 11x + 11 + 4

⇔ 11y = -19 + 63
⇔ 19x + 11y – 63 = 0
Untuk m = 1, didapat
y=x–1+4
⇔y=x+3
⇔x–y+3=0
Jadi, persamaan-persamaan garis singgung yang ditarik melalui titik P(1,
4) ke hiperbola
𝑥2 𝑦2
- = 1 adalah 19x +11y – 63 = 0 dan x – y + 3 = 0. Kedua garis
12 3

singgung tersebut diperlihatkan pada gambar 2-70


19
b) Subtitusi m = - 11 ke persamaan (1 – 4m2)x2 – 4(-2m2 + 8m)x – 4(m2 – 8m

+ 19) = 0. Didapat
19 19 19 19 19
{1 – 4(- 11)2}x2 - 4{-2(− 11)2 +8(- 11)}x - 4{(-11)2 -8 (- 11) + 19}= 0
1444 722 152 361 152
⇔(1 - )x2 – 4(- 121 − )x – 4(- 121 + + 19 = 0
121 121 11
1323 9576 17328
⇔− x2+ 121 𝑥 - =0
121 121

⇔ 1323x2 – 9576x + 17328 = 0, kedua ruas dikalikan dengan - 121


⇔ 441x2 – 3192x + 5776 = 0, kedua ruas dibagi dengan 3
⇔ (21x - 76)2 = 0
76
⇔ x = 21
76
Untuk x = 21 didapat
1 76 1 1444 3323 1 121 1
y= 11
{−19 ( 21) + 63} = 11
(− 21
+ 21
)= 11
(− 21
) = - 21

Dosen Rani Refianti, M.Pd 71


7 −11
koordinat titik A(21 , )
21

Subtitusi m = 1 kepersamaan (1 – 4m2)x2 – 4(-2m2 + 8m)x – 4(m2 –


8m+19) = 0 didapat :
{1 – 4(1)2)x2 – 4(-2(1)2 + 8(1))x – 4((1)2 – 8(1) +19} = 0
⇔ -3x2 – 24x – 48 = 0
⇔ x2+8x+16 = 0
⇔ (x+4)2 = 0
⇔ x = -4
Untuk x = -4, didapat:
y = x + 3 = (-4) + 3 = -1
Koordinat titik B(-4, -1).
7 −11
Jadi, koordinat titik singgungnya adalah A(21 , ), B(-4, -1).
21

c) Dengan menggunakan rumus persamaan garis yang melalui dua titik A


7 −11
(21 , ) dan B (-4, -1), persamaan garis AB adalah:
21
𝑦+1 𝑥+1
11 = 76
−1+ −1−
21 21

𝑦+1 𝑥+1
⇔ 10 = 160
− −
21 21

𝑦+1 𝑥+1
⇔ =
1 16

⇔16y + 16 = x + 1
⇔ x – 16y – 12 =0
Jadi, persamaan garis AB adalah x – 16y – 12 = 0
Catatan
(1) Garis AB menghubungkan titik singgung A dan titik singgung B,
𝑥2 𝑦2
disebut garis polar titik P(1, 4) terhadap hiperbola 12 − =1
3
𝑥2 𝑦2
(2) Untuk titik P(x1, y1) yang terletak diluar hiperbola − 𝑏2 = 1,
𝑎2

persamaan garis polar titik P terhadap hiperbola dapat ditentukan


𝑥𝑥1 𝑦𝑦1
dengan rumus − =1
𝑎2 𝑏2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 72


Sebagai contoh, persamaan garis polar titik P(1, 4) terhadap hiperbola
𝑥2 𝑦2
− = 1 adalah:
12 3
𝑥𝑥1 𝑦𝑦1
− =1
12 3
𝑥(1) 𝑦(4)
⇔ − =1
12 3

⇔ x – 16y = 12
⇔ x – 16y – 12 = 0
Bandingkan persamaan garis polar ini dengan hasil perhitungan pada.
(3) Persamaan garis singgung yang melalui titik P(x1, y1) diluar hiperbola
𝑥2 𝑦2
− 𝑏2 = 1 dapat pula ditentukan dengan menggunakan pertolongan
𝑎2

rumus garis polar.

F. GARIS SINGGUNG HIPERBOLA DENGAN GRADIEN TERTENTU


1. Untuk hiperbola-hiperbola yang berpusat di O(0, 0)
𝑥2 𝑦2
Misalkan gradien garis singgung pada hiperbola − 𝑏2 = 1 adalah m(m
𝑎2

tertentu atau diketahui). Persamaan garis dengan gradien m adalah y = mx


+n. Nilai diskriminan dari persamaan kuadrad gabungan antara garis y =
mx +n dengan hiperbola itu adalah D = 4a2b2(n2 –a2m2 + b2) syarat bagi
garis singgung adalah diskriminan D = 0, didapat:
4a2b2(n2 –a2m2 + b2) = 0
⇔ (n2 – a2m2 + b2 ) = 0
⇔ n2 = a2m2 – b2
⇔ n = ± √𝑎2 𝑚2 − 𝑏 2
Subtitusikan nilai n ke persamaan garis y = mx + n, didapat y =mx ±
√𝑎2 𝑚2 −𝑏 2 .
𝑥2 𝑦2
Jadi, persamaan garis singgung pada hiperbola − 𝑏2 = 1, dengan
𝑎2

gradien m dapat ditentukan dengan rumus

y =mx ± √𝑎2 𝑚2 −𝑏 2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 73


Dengan menggunakan analisis yang sama, persamaan garis singgung pada
𝑥2 𝑦2
hiperbola 𝑎2 − 𝑏2 = 1, dengan gradien m dapat ditentukan dengan rumus

y = mx ± √−𝑏 2 𝑚2 + 𝑎2

Contoh 3.11:
Tentukan persamaan-pesamaan garis singgung pada hiperbola
𝑥2 𝑦2
a) − 16 = 1 yang mempunyai gradien 1
25
𝑦2 𝑥2
b) − 16 = 1 yang sejajar dengan garis 3x + y + 10 = 0
169

Jawab:
𝑥2 𝑦2
a) Persamaan hiperbola − 16 = 1, merupakan hiperbola horisontal
25

dengan a2 = 25 dan b2 = 16.


Persamaan garis singgungnya adalah
y =mx ± √𝑎2 𝑚2 −𝑏 2
⇔ y = 1x ±√25(1)2 − 16
⇔ y = 1x ± 3
⇔y=x±3
⇔ x – y – 3 = 0 atau x – y + 3 = 0
𝑦2 𝑥2
b) Persamaan hiperbola 169 − 16 = 1, merupakan hiperbola vertikal

dengan a2 = 169 dan b2 = 16. Garis singgung yang sejajar dengan garis
3x + y +10 = 0 atau y = -3x -10, berarti gradien m = -3. Persamaan
garis singgungnya adalah :
y = mx ± √−𝑏 2 𝑚2 + 𝑎2

⇔ y = -3x ±√−(16)(−3)2 + 169


⇔ y = -3x ± √25
⇔ y = -3x ± 5
⇔ 3x + y – 5 = 0 atau 3x + y + 5 = 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 74


2. Untuk hiperbola-hiperbola yang berpusat di M(h, k)
Rumus persamaan garis singgung hiperbola yang berpusat di M(h, k)
dengan gradien m dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti rumus
persamaan garis singgung hiperbola yang berpusat di (0, 0) dengan
gradien m. Rumus- rumus yang dimaksud itu dapat dirangkum sebagai
berikut.
(𝑥−ℎ)2 (𝑦−𝑘)2
a. Persamaan garis singgung hiperbola − = 1 dengan
𝑎2 𝑏2

gradien m adalah

(y – k) = m(x – h) ± √𝑎2 𝑚2 −𝑏 2
(𝑦−𝑘)2 (𝑥−ℎ)2
b. Persamaan garis singgung hiperbola − = 1 dengan
𝑎2 𝑏2

gradien m adalah

(y – k) = m(x - h) ± √−𝑏 2 𝑚2 +𝑎2

Contoh:
Tentukan persamaan-persamaan garis singgung pada hiperbola
(𝑥 − 1)2 (𝑦 + 2)2
a) − = 1 yang sejajar dengan garis x -2y + 8 = 0
100 9
(𝑦 − 3)2 (𝑥 + 1)2
b) − = 1 yang tegak lurus garis x + 2y – 14 = 0
49 6

Jawab:
(𝑥 − 1)2 (𝑦 + 2)2
a) − = 1 merupakan hiperbola horisontal dengan a2 = 100
100 9

dan b2 = 9, garis singgung sejajar dengan garis x – 2y + 8 = 0 atau y =


1 1
𝑥 + 4, berarti gradien m = 2. Persamaan garis singgungnya adalah:
2

(y – 2) = m(x – 1) ± √𝑎2 𝑚2 −𝑏 2
1 1
⇔(y – 2) = (x – 1) ± √100(2)2 − 9
2

1
⇔(y – 2) = (x – 1) ± 4
2

⇔ 2y + 4 = x – 1 ± 8
⇔ x - 2y – 5 ± 8 = 0
⇔ x – 2y + 3 =0 atau x – 2y – 13 = 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 75


(𝑦 − 3)2 (𝑥 + 1)2
b) − = 1 merupakan hiperbola vertikal dengan a2 = 49 dan
49 6
1
b2 = 6 garis singgung tegak lurus garis x – 2y – 14 = 0 atau y =− 2 𝑥
14
+ , berarti gradien garis singgung m = 2.
2

Persamaan garis singgungnya adalah:


(y – 3) = m(x + 1) ± √−𝑏 2 𝑚2 +𝑎2
⇔(y – 3) = 2(x + 1) ± √−(6)(2)2 − 49
⇔(y – 3) = 2(x + 1) ± 5
⇔ y - 3 = 2x + 2 ±5
⇔2 x - y + 5 ± 5 = 0
⇔2 x – y + 10 =0 atau 2x – y = 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 76


BAB V
STEREOMETRI

A. SUDUT ANTARA GARIS DENGAN GARIS


Sifat dua buah sudut yang sama besar dalam geometri bidang dapat
digunakan untuk menentukan besar sudut antara dua garis berpotongan
maupun bersilangan pada sebidang ruang.
1. Sudut antara dua garis berpotongan
jika garis g dan garis h berpotongan, maka sudut antara garis g dan h
adalah sudut lancipnya, 𝛼.
Notasi: <(g,h) = 𝛼

2. Sudut antara dua garis yang bersilangan


jika g dan h bersilangan, maka sudut antara keduanya dapat ditentukan
sebagai berikut:
a) tetapkan sembarang titik A pada garis g.
b) buat garis h’ yang melalui A dan sejajar garis h.
c) besar sudut yang dibentuk oleh garis g dan h’ adalah besar sudut
antara garis g dan h yang diminta dan dinotasikan <(g,h) ≡<(g,h) =
𝛼
atau
(1) buat garis g’ yang sejajar g.
(2) buat garis h’ yang berpotongan dengan g’ dan sejajar h.
(3) Besar sudut yang dibentuk oleh garis g’ dan garis h’ adalah besar
sudut antara garis g dan h yang bersilangan dan dinotasikan
<(g,h) ≡<(g’,h’ ) = 𝛼

Dosen Rani Refianti, M.Pd 77


Contoh 4.1:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 𝛼 cm. Tentukan besar
sudut antara:
a. garis AH dan garis BF
b. garis DE dan garis BG
c. garis DE dan garis HF

Jawab:
a. sudut antara garis AH dan garis BF adalah < (𝐴𝐻, 𝐴𝐸) = 𝛼1 = 45°,
karena BF sejajar AE.
b. sudut antara garis DE dan garis BG adalah < (𝐶𝐹, 𝐵𝐺) = 𝛼2 = 90°,
karena CF sejajar DE dan CF berpotongan tegak lurus BG.
c. sudut antara garis DE dan garis HF adalah < (𝐷𝐸, 𝐷𝐵) = 𝛼3 = 60°,
karena ∆𝐵𝐸𝐷 sama sisi dan HF sejajar DB.

B. SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG


Misalnya diberikan garis l dan bidang V. Untuk mencari besar sudut antara
garis l dan bidan V tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut. Garis l

Dosen Rani Refianti, M.Pd 78


diperpanjang sedemikian hingga memotong (menembus) bidang V di titik P.
Kemudian proyeksikan garis l pada bidang V sedemikian sehingga diperoleh
garis l’. sudut antara garis l dengan bidang V adalah sudut yang terbentuk
antara (perpanjangan) garis l dengan garis l’ , yaitu 𝛼.

Contoh 4.2:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 10 cm.
a. lukis sudut antara garis AG dan bidang ABCD.
b. hitung besar sudutnya.

Jawab:
a. proyeksi garis AG pada bidang ABCD adalah garis AC. Jadi, sudut antara
garis AG dan bidang ABCD adalah < 𝐺𝐴𝐶 = 𝛼.
b. perhatikan bahwa CG = 10 cm dan AC = 10√2 cm karena AC merupakan
diagonal sisi kubus. Perhatikan bahwa ∆𝐺𝐴𝐶 adalah siku-siku di C, maka :

Dosen Rani Refianti, M.Pd 79


𝐶𝐺 10 1
tan 𝛼 = = = 2 √2 dan 𝛼 = 35,3°
𝐴𝐶 10√2

Jadi, besar sudut antara garis AG dan bidang ABCD adalah 𝛼 = 35,3°.

C. SUDUT ANTARA BIDANG DAN BIDANG


1. Sudut antara Dua Bidang yang Berimpit atau Sejajar
Jika dua buah bidang V dan W berimpit atau sejajar, maka sudut antara
kedua bidang tersebut adalah < (𝑉, 𝑊) = 0°
2. Sudut antara Dua Bidang yang Berpotongan atau Bersilangan
Jika dua buah bidang V dan W berpotongan di garis (V, W), maka
sudut antara bidang V dan W dapat ditemntukan sebagai berikut:
a) tentukan titik P pada garis (V, W).
b) buat garis g pada bidang V melalui P dan tegak lurus garis (V, W).
c) buat garis g pada bidang W melalui P dan tegak lurus garis (V, W).
d) terbentuk sudut antara bidang V dan W yaitu 𝛼.

Perhatikan bahwa sudut yang terbentuk merupakan sudut antara garis


g dan garis h yaitu 𝛼. Dengan demikian, sudut antara dua bidang dapat
ditentukan oleh dua garis pada bidang tersebut yang saling tegaklurus
pada garis potong dua bidang tersebut.

Contoh 4.3:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 𝛼 satuan. Lukis dan
hitunglah besar sudut antara bidang BDE dengan bidang BDG.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 80


Jawab:
Perhatikan gambar berikut. Sudut antara bidang BDE dan bidang BDG
adalah 𝛼. Perhatikan ∆EPA siku-siku di A sehingga:
PE = √𝐴𝑃2 + 𝐴𝐸 2
1
= √(2 𝛼 √2) + 𝛼 2

3
= √2 𝛼 2
1
= 𝛼√6
2
1
Karena ∆ 𝐺𝐶𝑃 ≅ ∆𝐸𝑃𝐴, maka PG = PE = 2 𝛼√6

Perhatikan ∆ 𝐸𝐺𝑃.
Dari aturan kosinus diperoleh:
𝑃𝐸 2 + 𝑃𝐺 2 − 𝐸𝐺 2
Cos 𝛼 =
2.𝑃𝐸.𝑃𝐺
1 2 1 2
( 𝛼 √6) + ( 𝛼 √6) − (𝛼 √2)2
2 2
= 1 1
2. 𝛼 √6 . 𝛼 √6
2 2

𝛼2
=
3𝛼 2
1
=
3
𝛼 = 70,53°
Jadi, sudut antara bidang BE dengan bidang BG adalah 𝛼 = 70,53°

Dosen Rani Refianti, M.Pd 81


D. JARAK PADA BANGUN RUANG
Jarak antara dua buah bangun adalah panjang ruas garis penghubung
kedua bangun itu yang terpendek dan bernilai positif serta tegak lurus di
kedua bangun tersebut.
a. Jarak antara Titik dengan Titik
Jarak antara dua titik adalah panjang ruas garis yang menghubungkan
kedua titik tersebut. Pada gambar di bawah, jarak antara titik P dan Q
adalah panjang ruas garis PQ, yaitu d.

b. Jarak antara titik dengan garis


Jarak antara titik dengan garis adalah panjang ruas garis yang ditarik
dari titik tersebut yang tegak lurus terhadap garis itu. Pada gambar di
bawah, jarak antara titik P dengan garis g adalah panjang ruas garis PQ
yang tegak lurus terhadap garis g, yaitu d.

c. Jarak antara titik dengan bidang


Jarak antara titik dengan bidang adalah panjang ruas garis yang tegak
lurus dan menghubungkan titik tersebut dengan bidang. Pada gambar di
bawah, jarak antara P dan bidang V dalah panjang ruas garis PQ yang
tegak lurus bidang V, yaitu d.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 82


d. Jarak antara garis dengan garis
jarak antara dua garis sejajar atau bersilangan adalah panjang ruas
garis yang tegak lurus terhadap kedua garis tersebut. Pada gambar di
bawah, jarak antara garis g dan garis h adalah panjang ruas garis PQ yang
tegak lurus dengan garis g maupun garis h, yaitu d.

e. Jarak antara garis dengan bidang


jarak antara garis dengan bidang yang saling sejajar adalah panjang
ruas garis yang saling tegak lurus dengan garis dan bidang tersebut. Pada
gambar dibawah, jarak antara garis g dengan bidang V adalah panjang ruas
garis PQ yang tegak lurus garis g dan bidang V, yaitu d.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 83


f. Jarak antara bidang dengan bidang
Jarak antara dua bidang adalah panjang ruas garis yang tegak lurus
terhadap dua bidang tersebut. Pada gambar di bawah, jarak antara bidang
V dengan bidang W adalah panjang ruas garis PQ yang tegak lurus pada
bidang V dan bidang W, yaitu d.

Contoh 4.4:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Titik P, Q, dan R
berturut-berturut terletak pada pertengahan garis AB, BC, dan bidang ADHE.
Hitunglah jarak antara:
a. titik P ke titik R
b. titik Q ke titik R
c. titik H ke garis AC

Jawab:
a. perhatikan bahwa ∆𝑃𝐴𝑅 siku-siku di A
1
AP = 2 AB = 4 cm
1 1 1
AR = 2 AH = 2 √𝐴𝐷2 + 𝐷𝐻 2 = √82 + 82 = 4√2
2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 84


PR = √𝐴𝑃2 + 𝐴𝑅 2 = √42 + (4√2 )2 = √48 = 4√3

Jadi, jarak titik P ke titik R adalah 4√3 cm.


b. perhatikan bahwa ∆𝑄𝑅𝑆 siku-siku di S.
1
QS = 8 cm dan RS = 2 𝐴𝐸 = 4 𝑐𝑚

QR = √𝑄𝑆 2 + 𝑅𝑆 2 = √82 + 42 = √80 = 4√5


Jadi, jarak titik Q ke titik R adalah 4√5 cm.

Contoh 4.5:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Titik P dan Q
berturut-turut merupakan pusat bidang EFGH dan ABCD. Hitunglah jarak
antara garis QF dengan DP.

Jawab:
Perhatikan gambar di smping
BD = 6√2 cm
1
DQ = 2 BD = 3√2 cm

Karena ∆DPQ siku-siku di Q, maka

DP = √𝐷𝑄 2 + 𝑄𝑃2 = √(3√2) 2 + 62 = √54 = 3√6

1 1
Luas ∆DPQ = . DQ . PQ = . DP. QR
2 2
1 1
Sehingga . DQ . PQ = . DQ . PQ
2 2

Dosen Rani Refianti, M.Pd 85


𝐷𝑄.𝑃𝑄 3√2 . 6
QR = = = 2 √3
𝐷𝑃 3√6

Jadi, jarak antara garis QF dengan garis DP adalah garis QR = 2√3 𝑐𝑚.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 86


BAB VI
GEOMETRI VEKTOR

1. Pengertian Vektor
Perpindahan dari titik A ke titik B tersebut dapat digambarkan dengan
suatu anak panah yang berpangkal di A dan berujung di B. Panjang ruas
garis ⃗⃗⃗⃗⃗
AB menyatakan jauh perpindahannya, sedangkan mata panah
menyatakan arah perpindahan.
Anak panah yang menyatakan perpindahan itu disebut vektor. Jadi,
vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran seperti ini
misalnya kecepatan, gaya, momen dan sebagainya.

Gambar 5.1 perpindahan dari titik A ke titik B


Suatu vektor secara geometri disajikan dengan ruas garis berarah.
Panjang ruas garis berarah menyatakan panjang (besar vektor), sedangkan
arah panah menunjukkan arah vektor. Vektor diberi nama menurut
pangkal dan ujungnya, misalnya ⃗⃗⃗⃗⃗
PQ.
⃗⃗⃗⃗⃗
PQ dapat dituliskan dengan menggunakan lambang huruf kecil yang
dicetak tebal atau dengan huruf kecil yang dibubuhi tanda panah di atas
huruf itu, misalnya a atau a⃗ atau diberi topi, misalnya :

Gambar 5.2 Notasi Vektor

Dosen Rani Refianti, M.Pd 87


⃗⃗⃗⃗⃗ dari gambar 5.2, titik P disebut titik pangkal (titik
Untuk vektor PQ
asal), sedangkan titik Q disebut titik ujung (titik terminal).

2. Kesamaan Dua Vektor


a. Dua buah vektor dikatakan sama apabila panjang dan arahnya sama.
Jika ⃗⃗⃗⃗⃗
AB # ⃗⃗⃗⃗⃗
CD dibaca : ruas garis AB sama (panjang) dan sejajar ruas
garis CD maka ⃗⃗⃗⃗⃗
AB = ⃗⃗⃗⃗⃗
CD. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa
sebuah vektor dapat digeser ke tempat lain dan tidak berubah asalkan
panjang dan arahnya sama dengan besar dan kedudukan vektor
semula.

Gambar 5.3 Kesamaan dua vektor


b. Pandang dua buah vektor yang arahnya sama, tetapi panjangnya
berlainan. Dalam hal ini, salah satu vektor dapat dinyatakan dengan
1
vektor yang lain. Perhatikan Gambar 5.4 ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ . atau ⃗⃗⃗⃗⃗
AB = 2CD CD = 2 ⃗⃗⃗⃗⃗
AB

Gambar 5.4 vektor dengan arah yang sama tapi besarnya beda.
c. Pada Gambar 5.5, tampak ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗ , tapi arahnya
AB sama panjang dengan EF
berlawanan. Dua buah vektor disebut berlawanan apabila panjangnya
sama, tetapi arahnya berlawanan. ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗ atau EF
AB = - EF ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ = - AB.

Gambar 5.5 Dua buah vektor yang berlawanan

Dosen Rani Refianti, M.Pd 88


d. Jika dua buah vektor yang arahnya berlawanan dan panjangnya tidak
sama maka vektor yang satu dapat dinyatakan dengan yang lain. Pada
Gambar 5.6 tampak ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗ = 1 ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ atau EF
AB = - 3 EF AB.
3

Gambar 5.6 Dua vektor yang berlawanan dengan panjang yang berbeda.

3. Macam-macam vektor
a. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya satu satuan. Vektor
satuan dari suatu vektor a⃗ adalah vektor yang arahnya sama dengan
1
arah vektor a⃗ dan panjangnya |a⃗| .

Vektor satuan dengan arah sumbu X, dinotasikan dengan i


Vektor satuan dengan arah sumbu Y, dinotasikan dengan j
Vektor satuan dengan arah sumbu Z, dinotasikan dengan⃗⃗k
Sehingga untuk vektor di R2 adalah
1 0
i=( ) j=( )
0 1

Gambar 5.9 Vektor satuan pada R2


Sedangkan untuk di R3 adalah
1 0 0
i = (0) j = (1) ⃗⃗k = (0)
0 0 1

Dosen Rani Refianti, M.Pd 89


Gambar 5.10 Vektor satuan pada R3
b. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang memiliki panjang nol satuan dan
tidak mempunyai arah sehingga gambarnya berupa sebuah titik. 𝑂
⃗.
Vektor not dilambangkan dengan O

c. Vektor Posisi
Jika titik P adalah sebuah titik pada bidang datar, vektor ⃗⃗⃗⃗⃗
OP = p⃗
disebut vektor posisi dari titik P. Jika koordinat titik P adalah (x1, y1)
x1
maka vektor posisi dari titik P adalah p⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
OP = [y ]
1

Gambar 5.7 Vektor posisi titik P


Hal ini berarti vektor p mempunyai komponen arah mendatar x1
dan komponen arah vertikalnya adalah y1. Jika titik A di R3 dengan
koordinat A adalah (x1, y1, z1) maka vektor posisi titik A adalah

Dosen Rani Refianti, M.Pd 90


Gambar 5.8 Vektor posisi titik A
x1 x1
⃗⃗⃗⃗⃗
⃗a = OA = [ 1 ] sebaliknya, jika a⃗ =[y1 ] merupakan vektor posisi
y
z1 z1
dari titik A, maka titik A berkoordinat (x1, y1, z1).
d. Vektor basis
Vektor basis adalah vektor satuan yang arahnya searah dengan
sumbu-sumbu koordinat. Terdapat tiga macam vektor basis, yaitu:
i yaitu vektor basis yang searah dengan arah sumbu X positif
j⃗ yaitu vektor basis yang searah dengan arah sumbu Y positif
⃗k yaitu vetor basis yang searah dengan arah sumbu Z positif

Menyatakan vektor a secara analitis yaitu menyatakannya dalam


bentuk persamaan dengan komponen i , j dan⃗⃗k dan dinyatakan sebagai
a1
⃗ atau [a2 ]
a⃗ = a1 i + a2 j + a3 k
a3

Dosen Rani Refianti, M.Pd 91


Contoh 5.1:

Gambarlah vaktor a⃗= 3i + 5j + 4k
Jawab:

Contoh 5.2:
Pada gambar balok dibawah, nyatakanlah vektor-vektor berikut ini
dalam bentuk persamaan vektor
⃗⃗⃗⃗⃗
(a) EG
⃗⃗⃗⃗⃗
(b) DC

Jawab:
(a) ⃗⃗⃗⃗⃗ ED + ⃗⃗⃗⃗⃗
EG = ⃗⃗⃗⃗⃗ DG

= -3i + 4j + 0k
= -3i + 4j
−3
=[ 4 ]
0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 92


⃗⃗⃗⃗⃗ = DG
(b) DC ⃗⃗⃗⃗⃗ + GC
⃗⃗⃗⃗⃗

= 0i + 4j - 2k

= 4j - 2k
0
=[ 4 ]
−2

4. Sifat-Sifat Penjumlahan dan Pengurangan pada Vektor


a) Penjumlahan Vektor
Diberikan dua vektor a dan vektor b . Vektor ketiga yaitu vektor c
diperoleh dengan menjumlahkan vektor a dan vektor b . Jadi, c = a +
b. Vektor c dapat ditentukan dengan cara segitiga dan cara jajar
genjang.
1) Cara Segitiga
Perhatikan gambar 5.18

Dosen Rani Refianti, M.Pd 93


Jumlah vektor 𝑎 dan vektor 𝑏⃗ yang merupakan vektor 𝑐 dapat
ditentukan dengan memindahkan vektor 𝑏⃗ (tanpa mengubah panjang
dan arahnya) sehingga titik pangkal vektor 𝑏⃗ berimpit dengan titik
ujung vektor a.
Vektor 𝑐 diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor
𝑎 dengan titik ujung vektor 𝑏⃗ yang telah dipindahkan. Penjumlahan
vektor ini dikenal dengan cara segitiga gambar 5.18(i).
2) Cara Jajar Genjang
Jumlah dari vektor a dan vektor b adalah vektor c yang dapat
ditentukan dengan memindahkan vektor b (tanpa mengubah
panjang dan arahnya) sehingga titik pangkal vektor b berimpit
dengan titik pangkal vektor a. Vektor c yang dimaksud adalah
vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor a
dan vektor b, serta titik ujungnya adalah titik sudut keempat dari
jajar genjang yang dibentuk oleh a dan b. Cara menjumlahkan
vektor seperti ini dikenal dengan cara jajar genjang gambar
5.18(ii). Perhatikan Gambar 5.19 dari cara segitiga terlihat bahwa:

c = a⃗ + b
PR ⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ = PQ QR

Dosen Rani Refianti, M.Pd 94


Gambar 5.19 Penjumlahan vektor dengan cara segitiga
Dengan memperhatikan pola penjumlahan itu maka:
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐴𝐶
𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝐶𝐵
⃗⃗⃗⃗⃗ (untuk titik-titik, A, C, dan B)
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐴𝑃
𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝑃𝐵
⃗⃗⃗⃗⃗ (untuk titik-titik A, P, dan B)
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐷𝐿 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐿𝐵 (untuk titik-titik A, D, L, dan B) dan
seterusnya.
b) Sifat - Sifat Penjumlahan pada Vektor
1) Komutatif
Perhatikan Gambar 5.20 (PQRS adalah jajar genjang)!
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑎 , → SR = a
Misalkan 𝑃𝑄
⃗⃗⃗⃗ = 𝑏⃗ , 𝑄𝑅
Misalkan 𝑃𝑆 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑏⃗ .
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑃𝑄
𝑃𝑅 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑎 + 𝑏⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝑄𝑅
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑃𝑆
𝑃𝑅 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑏⃗ + 𝑎
⃗⃗⃗⃗ + 𝑆𝑅 ⃗⃗⃗
Jadi, 𝑎 + 𝑏⃗ = 𝑏⃗ + 𝑎
Berarti penjumlahan pada vektor bersifat komutatif.

Gambar 5.20 penjumlahan vektor secara komulatif


2) Asosiatif
Perhatikanlah Gambar 5.21!
SPQR adalah suatu limas segitiga
𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑏⃗ , 𝑅𝑆
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑎 , 𝑄𝑅 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑐
Maka:
(𝑎 + 𝑏⃗) + 𝑐 = (𝑃𝑄
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝑄𝑅
⃗⃗⃗⃗⃗ ) + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑅𝑆

Dosen Rani Refianti, M.Pd 95


⃗⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝑆𝑅
= 𝑃𝑅
= ⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑆
𝑎 + (𝑏⃗ + 𝑐) = ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄 + (𝑄𝑅 𝑅𝑆)
= ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑆
⃗⃗⃗⃗
= 𝑃𝑆
⃗⃗⃗ + 𝑏⃗ ) + 𝑐 = 𝑎 + ( 𝑏⃗ + 𝑐 )
Jadi, ( 𝑎
Berarti penjumlahan pada vektor bersifat asosiatif.

Gambar 5.21 Penjumlahan vektor secara asosiatif


3) Mempunyai elemen identitas,
⃗ (vektor nol) Sebab
Mempunyai elemen identitas yaitu vektor 𝑂
untuk semua vektor 𝑎 berlaku:
𝑎 + 𝑜 = 𝑜 +⃗⃗⃗𝑎 = ⃗⃗⃗𝑎
4) Lawan suatu vektor
Lawan atau invers jumlah atau negatif dari suatu vektor 𝑎 adalah
suatu vektor yang apabila dijumlahkan dengan vektor ⃗⃗⃗
𝑎
menghasilkan vektor nol. Lawan dari vektor 𝑎 ditulis - 𝑎. Apabila
digambarkan dengan ruas garis berarah, lawan dari vektor 𝑎 adalah
vektor yang panjangnya sama dengan vektor 𝑎 , tetapi arahnya
berlawanan dengan vektor 𝑎 .
Jadi, setiap vektor a mempunyai invers jumlah (lawan).
Sebab: 𝑎 + (-𝑎 ) = (-𝑎 ) + 𝑎 = o

Dosen Rani Refianti, M.Pd 96


Gambar 5. 22 Lawan dari sebuah vektor
c) Pengurangan Vektor
Diberikan 2 buah vektor, yaitu vektor 𝑎 dan vektor 𝑏⃗ . Misalkan
selisih vektor 𝑎 dengan vektor 𝑏⃗ adalah vektor 𝑐⃗⃗ yang diperoleh dengan
cara menjumlahkan vektor 𝑎 dengan lawan vektor 𝑏⃗ .
Jadi, 𝑐 = 𝑎 - 𝑏⃗ = 𝑎 + (-𝑏⃗ )
Secara geometris selisih (pengurangan) vektor 𝑎 dengan vektor 𝑏⃗
dapat diperlihatkan pada Gambar 5.23.

Gambar 5.23 Pengurangan vektor


𝑎 - 𝑏⃗ = 𝑎 + (-𝑏⃗ )
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝑃𝑆
= 𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑅𝑄
= 𝑃𝑇
Dari Δ PQR terlihat bahwa :
⃗⃗⃗⃗⃗ - 𝑃𝑅
𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑅𝑄

5. Geometris Perbandingan vektor


Dalam operasi aljabar vektor tidak mengenal pembagian dua vektor.
Dalam hal ini kita hanya menentukan perbandingan panjang dua vektor
atau perbandingan ruas garis.
Misalkan suatu titik P membagi ruas garis AB dalam perbandingan m:
n sedemikian rupa sehingga AP : PB = m : n.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 97


a. Jika P membagi di dalam, AP dan PB mempunyai arah yang sama
sehingga m dan n mempunyai tanda yang sama.
b. Jika P membagi di luar, AP dan PB mempunyai arah yang berlawanan
sehingga m dan n berlawanan tanda.

Gambar 5.28 :
(a) Titik P membagi garis AB di dalam garis
(b) Titik P membagi garis AB di luar garis
Secara geometris terdapat tiga aturan perbandingan ruas garis, yaitu
:

Catatan :
Bentuk (a) dapat dinyatakan dalam kalimat : “P membagi AB di dalam
dengan perbandingan m : n.
Bentuk (b) dan (c) dapat dinyatakan dalam kalimat : “P membagi AB di
luar dengan perbandingan m : n.
Untuk lebih jelasnya ikutilah contoh soal berikut ini :
1. Diketahui sebuah ruas garis AB dengan panjang 9 cm. Jika AP : PB =
2 : 1, gambarlah letak titik P !

Dosen Rani Refianti, M.Pd 98


Jawab:

AP : PB = 2 : 1
AP = 6 cm
PB = 3 cm
2. Diketahui sebuah ruas garis AB dengan panjang 4 cm. Jika AP : PB =
–2 : 1, gambarlah letak titik P !
Jawab:

AP : PB = –2 : 1
AB = 4 cm
BP = 4 cm
3. Diketahui sebuah ruas garis AB dengan panjang 4 cm. Jika P
membagi AB di luar dengan perbandingan panjang 2 : 3, maka
gambarkanlah letak titik P !
Jawab:

AP : PB = –2 : 3
AB = 4 cm
AP = 8 cm

6. Hasil Kali Bilangan dengan Vektor


Hasil kali bilangan real k dengan vektor 𝑎
⃗⃗⃗ adalah suatu vektor yang
panjangnya │k│ kali panjang vektor 𝑎 dan arahnya adalah
a. sama dengan arah vektor 𝑎 jika k> 0

Dosen Rani Refianti, M.Pd 99


b. berlawanan dengan arah vektor 𝑎
⃗⃗⃗ jika k < 0
c. sama dengan nol jika k = 0

Gambar 5.24 Hasil kali bilangan dengan vektor


1 1 2
Jika 𝑎 = [ ], maka 2𝑎 = [ ] = [ ]
−2 −2 −4
2 2 6
Jika 𝑏⃗ = [ 3 ], maka 3𝑏⃗ = [ 3 ] = [ 9 ]
−4 −4 −12
𝑝 𝑝 𝑘𝑝
𝑞 𝑞
Secara umum, bila 𝑎 = [ ] maka k 𝑎 = [ ] = [𝑘𝑞 ]
𝑟 𝑟 𝑘𝑟
Sifat - sifat hasil kali bilangan dengan vektor
Bila k dan l bilangan real, a dan b suatu vektor maka:
1) k (-𝑎) = - (k𝑎 )= - k⃗⃗⃗𝑎
2) k (l 𝑎) = (kl) 𝑎
3) (k + l)⃗⃗⃗𝑎 = k 𝑎 + l 𝑎
4) k(𝑎 + 𝑏⃗) = k𝑎 + k𝑏⃗

Dosen Rani Refianti, M.Pd 100


DAFTAR PUSTAKA

Karso, dkk. 2010. Pendidikan Matematika. Jakarta: Universitas terbuka.

Marwanta, dkk. 2009. Matematika. Jakarta: Yudhistira.

Schmidt, Philip A. 2009. Geometri. Jakarta: Erlangga.

Simangunsong, Wilson. 2005. Matematika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Soedyarto, Nugroho, dkk. 2003. Matematika untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Subagyo. 1988. Irisan Kerucut. Bandung: PT Intan-Pariwara.

Suprijanto, Sigit, dkk. 2009. Matematika 2. Jakarta: Yudhistira.

Suryati, E., & Widodo, U. 2009. Mandiri Matematika SMA. Jakarta: Erlangga.

Wirodikromo, Sartono. 1994. Matematika Jilid 7. Jakarta: Erlangga.

Dosen Rani Refianti, M.Pd 101

Anda mungkin juga menyukai