HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Bulan November 2017
2. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
Pendidikan Frekuensi %
SD 5 25
SMP 8 40
SMA 3 15
PT 4 20
Total 20 100,0
B. Analisa Univariat
1. Lokasi Pemasangan Intravena
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Lokasi Pemasangan Intravena Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
Lokasi Frekuensi %
Pemasangan
BASILIKA 6 30,0
SEFALIKA 7 35,0
METACARPAL 7 35,0
Total 20 100,0
2. Kejadian Phlebitis
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
Lokasi Frekuensi %
Pemasangan
TIDAK PHLEBITIS 2 10,0
RINGAN 10 50,0
SEDANG 7 35,0
BERAT 1 5,0
Total 20 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang tidak
phlebitis sebanyak 2 orang (10%). Responden yang phlebitis ringan
sebanyak 10 orang (50%). Responden yang phlebitis sedang
sebanyak 7 orang (35%). Sedangkan responden yang phlebitis
berat sebanyak 1 orang (5%).
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R.
Soetrasno Rembang
:
Tabel 4.5
Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian
Dengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang Bulan November 2017
Kejadian Phlebitis
Lokasi Tidak Ringan Sedang Berat Total
Pemasangan Phlebitis
f % f % f % f % f %
Basilika 2 10% 4 20% 0 0% 0 0% 6 30%
Sefalika 0 0% 4 20% 3 15% 0 0% 7 35%
Metacarpal 0 0% 2 10% 4 20% 1 5% 7 35%
Total 2 10% 10 50% 7 35% 1 5% 20 100%
Variabel r P N
value
Lokasi Pemasangan 0,602 0,003 20
Dengan Kejadian
Phlebitis
A. Analisa Univariat
2. Kejadian Phlebitis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang tidak
phlebitis sebanyak 2 orang (10%). Responden yang phlebitis ringan
sebanyak 10 orang (50%). Responden yang phlebitis sedang
sebanyak 7 orang (35%). Sedangkan responden yang phlebitis
berat sebanyak 1 orang (5%).
Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai
kondisi penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit
dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien
yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi
karena terapi ini diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka
waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah
infeksi (Hinlay, 2006).
Salah satu infeksi yang sering ditemukan dirumah sakit
adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tersebut diakibatkan
oleh prosedur diagnosis yang sering timbul diantaranya phlebitis.
Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial pada tindakan
pemasangan infus bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan
yang ada, tetapi ditentukan oleh perilaku petugas dalam
melaksanakan perawatan klien secara benar (Andares, 2009).
Phlebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih
tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan teraba mengeras di
bagian vena yang terpasang kateter intravena (La Rocca, 1998).
Hal ini menjadiakan phlebitis sebagai salah satu pemasalahan yang
penting untuk dibahas di samping phlebitis juga sering ditemukan
dalam proses keperawatan (Jarumi Yati, 2009).
Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak mengalami
phlebitis setelah pada hari ke 3 dipasang infus tidak terdapat tanda-
tanda kemerahan ditempat penyuntikan, responden tidak
merasakan nyeri, dan tidak adanya tanda bengkak disekitar tempat
pemasangan infus. Sedangkan hasil penelitian ada responden
yang mengalami phlebitis dengan tanda-tanda bengkak pada
tempat pemasangan infus dan responden merasakan nyeri
ditempat pemasangan infus. Banyak hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya phlebitis diantaranya mencegah
phlebitis bakteri dengan cara perawat melakukan cuci tangan
sebelum memasang infus, selalu waspada dan melakukan
pemasangan infus dengan tindakan aseptik, rotasi kateter yaitu
melakukan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi
potensi infeksi, melakukan aseptic dressing dan melakukan
kecepatan pemberian infus (Darmawan, 2008).
Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Mulyani (2010), yang
menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu ≥ 24 jam dan ≤ 72
jam setelah 49 pemasangan terapi intravena.
Gayatri dan Handayani (2013) menyatakan bahwa 35% dan
60 responden mengalami phlebitis dengan jenis kelamin rata-rata
laki-laki. Semakin jauh jarak pemasangan terapi intravena dan
sendi maka resiko terjadinya phlebitis akan semakin meningkat. Hal
ini dapat disebabkan karena kurangnya fiksasi dan dekatnya
persambungan selang kanul dengan persendian lainnya. Hal utama
yang perlu diperhatikan sebaiknya jarak pemasangar infus minimal
3-7 cm dan persendian. flehitis yang terjadi dalarn penelitian
termasuk phlebitis mekanik.
Angeles dalam Gayatri & Handayani (2013) menyatakan
hahwa phlebitis mekanik atau fisik dapat terjadi karena kanul yang
terlalu besar untuk vena, iritasi vena selama pemasangan, atau
adanya pergerakan kanul di dalam vena.
B. Analisa Bivariat
A. Simpulan
1. Responden yang lokasi pemasangan intravena di vena basilika
sebanyak 6 orang (30%). responden yang lokasi pemasangan
intravena di vena sefalika sebanyak 7 orang (35%). Sedangkan
responden yang lokasi pemasangan intravena di vena metacarpal
sebanyak 7 orang (35%).
2. Responden yang tidak phlebitis sebanyak 2 orang (10%).
Responden yang phlebitis ringan sebanyak 10 orang (50%).
Responden yang phlebitis sedang sebanyak 7 orang (35%).
Sedangkan responden yang phlebitis berat sebanyak 1 orang (5%).
3. Uji Kendall Tau didapatkan nilai ρ value adalah 0,003 ( ≤ 0,005)
yang artinya signifikan ada hubungan. Dalam penelitian ini ada
hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang.
4. Pada perhitungan korelasi juga didapatkan nilai r sebesar 0,602
(0,500-0,750) yang bermakna mempunyai korelasi yang cukup kuat
antara variabel lokasi pemasangan intravena dengan kejadian
phlebitis. Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan yang kuat lokasi pemasangan terapi
intravena dari persendian dengan kejadian phlebitis di Ruang
Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
B. Saran