Anda di halaman 1dari 47

OPTIMALISASI MONITORING PENGADAAN MTU

(MATERIAL TRANSMISI UTAMA) TOWER TRANSMISI


500KV PROYEK TANJUNG JATI – TX, TX – BATANG,
BATANG – MANDIRANCAN SEKSI I DAN II
MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN

JAWA BAGIAN TENGAH II

LAPORAN PELAKSANAAN

ON THE JOB TRAINING BERBASIS PENEMPATAN

DISUSUN OLEH

NAMA : I MADE DEDEN WIDHIYANA

NO TEST…. : 1610/SBY/UM/S1-ELE/67374

PROGRAM PRAJABATAN S1/D3 ANGKATAN 57

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

TAHUN 2017
Yogyakarta, 18 Juli 2017
Siswa OJT

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan berkah rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Telahaan Staf dengan judul “Optimalisasi Monitoring
Pengadaan MTU (Material Transmisi Utama) Tower Transmisi 500 kV Proyek
Tanjung Jati – TX, TX – Batang, Batang – Mandirancan Seksi I dan II
Menggunakan Visual Basic” sebagai evaluasi akhir dalam Program On the Job
Training (OJT) berbasis penempatan Diklat Prajabatan Angkatan 57 PT. PLN
(Persero).

Tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak tidak


mudah bagi penulis untuk menyelesaikan laporan Telahaan Staf ini. Oleh karena
itu, penulis ingin memberikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan YME, atas semua limpahan rahmat-Nya serta kehendak-Nya yang
telah dilimpahkan sehingga penulis dapat melakukan On the Job Training ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan doa dan moral sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan OJT ini.
3. Bapak Amihwanuddin selaku General Manager PT. PLN (Persero) UIP JBT II.
4. Bapak Sumardjiyono sebagai Mentor I dan Manager Bidang Operasi
Konstruksi Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II yang telah
memberikan bimbingan dalam mengerjakan Telahaan Staf.
5. Bapak Joko Sungkono sebagai Mentor II dan Deputi Manajer Logistik dan
Kepabeanan Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II yang selalu
membimbing, membantu, serta mengarahkan saya dalam mengerjakan
Telahaan Staf sehinga saya dapat menyelesaikannya tepat waktu.
6. Seluruh staf yang berada Bidang Operasi Konstruksi Unit Induk
Pembangunan Jawa Bagian Tengah II yang telah banyak memberikan ilmu
dan pengalaman yang sangat berguna dalam menunjang pengerjaan
Telahaan Staf.
7. Seluruh staf Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II.
8. Teman-teman Prajabatan angkatan 57.
9. Semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu.

iii
Penulis menyadari bahwa Laporan Telahaan Staf ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran dari
para pembaca. Semoga Laporan Telahaan Staf ini dapat bermanfaat dalam
proses pembelajaran bagi kita semua.

Yogyakarta, 18 Juli 2017

I Made Deden Widhiyana

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
ABSTRAK........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………. ................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2 PERMASALAHAN .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................................ 4
2.2 TOOLS ANALYSIS .................................................................................. 6
2.3 PRA-ANGGAPAN .................................................................................... 7
2.4 SKALA PRIORITAS ................................................................................. 8
2.5 FAKTA YANG MEMPENGARUHI ............................................................ 9
2.6 PEMBAHASAN ...................................................................................... 10
2.6.1 ALUR PESANAN BARANG DAN PENGENDALIAN TOWER.......... 10
2.6.2 PEMBUATAN APLIKASI VISUAL BASIC ........................................ 12
2.6.3 MONITORING PENILAIAN PERFORMA PABRIKAN ...................... 15
2.6.4 MONITORING PENGADAAN MTU TOWER TRANSMISI ............... 18
2.6.5 SAVING, GAIN, AND BENEFIT ....................................................... 20
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 21
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 21
3.2 SARAN TINDAK LANJUT ...................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 23
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .Root Cause Problem Solving (RCPS) ......................................... 6


Gambar 2.2 .Skala Prioritas ............................................................................. 8
Gambar 2.3 .Alur Proses Pesanan Barang .................................................... 10
Gambar 2.4 .Mekanisme Pengendalian MTU Tower Transmisi ..................... 11
Gambar 2.5 .Tampilan Awal .......................................................................... 12
Gambar 2.6 .Daftar Proyek SUTET Jalur Utara Jawa .................................... 13
Gambar 2.7 .Tampilan Pilihan Monitoring ...................................................... 13
Gambar 2.8 Tampilan Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi ........... 14
Gambar 2.9 Tampilan Monitoring.................................................................. 14
Gambar 2.10 Penilaian Performa Pabrikan..................................................... 15
Gambar 2.11 Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi .......................... 19

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Pabrikan Pada Proyek PT. PLN UIP JBT II................................ 5
Tabel 2.2 Alokasi Tower Transmisi Bulan Mei 2017 .......................................... 9

vii
ABSTRAK

PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II (UIP
JBT II), merupakan salah satu unit bisnis PT. PLN (Persero) yang bergerak
dibidang penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan khususnya dalam
pembangunan transmisi dan gardu induk 150 kV dan 500 kV diregional Jawa
Bagian Tengah yang berkualitas tinggi dan siap dioperasikan melalui proses
pelaksanaan pembangunan yang tepat biaya, mutu dan waktu. PT. PLN
(Persero) UIP JBT II memiliki target pekerjaan yang sangat besar pada tahun
2017 yakni penyelesaian proyek gardu induk 4280 MVA dan transmisi sepanjang
677.28 KMS.
Pada saat pelaksanaan proses pelaksanaan proyek dapat memungkinkan
terjadinya keterlambatan kedatangan material tower transmisi. Keterlambatan
kedatangan material tower transmisi dapat disebabkan oleh keterlambatan Surat
Pesanan Barang (SPB) maupun keterlambatan proses pabrikasi. Pengadaan
MTU tower transmisi pada PT. PLN (Persero) dilakukan secara terpusat, dalam
satu proyek yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) UIP JBT II melibatkan
beberapa pabrikan dalam proses pengadaan tower transmisi 500 kV. Dengan
banyaknya pabrikasi maka pengawasanpun menjadi tersebar.
Untuk itu perlu adanya monitoring pengadaan Material Transmisi Utama
(MTU) tower transmisi yang digunakan untuk memantau kedatangan tower
transmisi dan mengestimasi tanggal SPB dan estimasi barang on site. Dengan
adanya monitoring pengadaan MTU tower transmisi diharapkan dapat
mengurangi resiko keterlambatan kedatangan material pada suatu proyek.
Monitoring penilaian performa pabrikan juga perlu dibuat agar dapat menilai dan
mencatat kinerja pabrikan, sehingga pabrikan yang dirasa kurang baik dapat
tidak digunakan dalam proses pabrikasi yang akan datang di PT. PLN (Persero)
Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II. Alur pengadaan MTU tower
transmisi juga harus dipahami agar dalam proses pengadaan hingga material
sampai di lapangan diharapkan tidak ada kendala.

Kata Kunci : Monitoring Pengadaan, Penilaian Pabrikan, Tower Transmisi.

viii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang pengambilan judul


telaah staf “Optimalisasi Monitoring Pengadaan MTU (Material Transmisi Utama)
Tower Transmisi 500 kV Proyek Tanjung Jati – TX, TX – Batang, Batang –
Mandirancan Seksi I dan II Menggunakan Visual Basic” dan permasalahan-
permasalahan yang terjadi.

1.1 LATAR BELAKANG

PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II (UIP
JBT II), merupakan salah satu unit bisnis PT. PLN (Persero) yang bergerak
dibidang penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan khususnya dalam
pembangunan transmisi dan gardu induk 150 kV dan 500 kV diregional Jawa
Bagian Tengah yang berkualitas tinggi dan siap dioperasikan melalui proses
pelaksanaan pembangunan yang tepat biaya, mutu dan waktu.
PT. PLN (Persero) UIP JBT II memiliki target pekerjaan yang sangat
besar pada tahun 2017 yakni penyelesaian proyek gardu induk 4280 MVA dan
transmisi sepanjang 677.28 KMS. Sedangkan untuk sasaran strategis PT. PLN
(Persero) UIP JBT II yaitu Pembangunan sistem jaringan 500 kV (jalur utara),
penyelesaian proyek yang masih berjalan khususnya Konsumen Tegangan
Tinggi (KTT), dan pembangunan jaringan Transmisi dan Gardu Induk sesuai
RUPTL 2016-2025.
Dalam pelaksanaanya PT. PLN (Persero) UIP JBT II memiliki 4 Unit
Pelaksana Proyek (UPP) yang bertanggungjawab menangani pekerjaan baik
gardu induk maupun transmisi sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.
Sehingga dalam pekerjaan target tersebut mudah untuk dikoordinir. Semua
pekerjaan akan dikontrol secara terpusat oleh PT. PLN (Persero) UIP JBT II
sebagai penanggung jawab utama.
Untuk mencapai target diatas tidak selalu berjalan dengan mulus. Banyak
kendala-kendala yang dihadapi dilapangan. Salah satunya yaitu resiko tidak
terkendalinya pemesanan material transmisi utama tower 500 kV untuk proyek
SUTET 500 kV Tanjung Jati – TX (Ungaran–Pedan) dengan banyak tower 342
tower dan panjang kurang lebih 145 KM, SUTET 500 kV TX (Ungaran–Pedan) –

1
Batang dengan banyak tower 209 tower dan panjang kurang lebih 87 KM serta
SUTET 500 kV Batang – Mandirancan seksi I dan seksi II dengan tower total
sebanyak 396 tower dan panjang total kurang lebih 167,5 KM.
Dengan menerapkan skema kontrak pengadaan tower terpusat yang baru
maka akan melibatkan beberapa vendor atau pabrikan pembuat tower dalam
satu proyek, hal ini dapat memungkinkan kesalahan koordinasi dan
keterlambatan kedatangan material tower apabila tidak dilakukan monitoring
secara ketat dan terjadwal. Keterlambatan material tower sampai di lapangan
tentunya dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Keterlambatan Surat Pesanan Barang (SPB) / Purchase Order (PO)
yang mendeskripsikan tipe, jenis, spesifikasi, jumlah barang, jaminan
pelaksanaan SPB oleh PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
Jawa Bagian Tengah II.
2. Performa pabrikan pembuat tower yang kurang baik. Penilaian
performa pabrikan dinilai dari beberapa kriteria yaitu ketepatan waktu
produksi, kemampuan koordinasi / komunikasi, kesesuaian jadwal
penagihan biaya, kualitas material.
Dengan melihat faktor-faktor penyebab keterlambatan material tower sampai
dilapangan maka perlu adanya monitoring yang ketat sehingga PT. PLN
(Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II tidak terlambat
dalam memesan tower dan mengeluarkan dokumen SPB serta dapat melihat
kinerja dan performa pabrikan yang telah ditentukan oleh pusat agar surat
pesanan barang dapat direalisasikan dengan kualitas yang baik.

1.2 PERMASALAHAN

Melihat dari latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan


yang ada di PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II
ini adalah sebagai berikut :
1. Kontrak dengan skema yang baru, pengadaan material transmisi
utama tower terpusat.
2. Dalam satu proyek melibatkan beberapa pabrikan tower yang telah
ditentukan PLN Kantor Pusat saat penerbitan alokasi oleh Divisi
Supply Chain Management (SCM) sehingga pengawasan akan

2
menjadi tersebar dan memungkinkan adanya resiko kinerja pabrikan
yang kurang baik dalam menyediakan tower transmisi 500 kV.
3. Adanya resiko kemungkinan keterlambatan penyediaan material
transmisi utama tower 500 kV sampai ke lapangan dengan beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi.
Terdapat beberapa permasalahan yang harus segera diselesaikan demi
kelancaran proyek pembangunan di PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
Jawa Bagian Tengah II.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab 2 akan dijelaskan mengenai identifikasi masalah yang sedang


terjadi, tools analysis menggunakan metode Root Cause Problem Solving
(RCPS), pra-anggapan atau jawaban sementara yang dianggap kebenarannya,
skala prioritas berdasarkan tingkat kesulitan implementasi dan tingkat impact-
nya, fakta yang mempengaruhi, dan pembahasan yang juga akan menjelaskan
tentang saving, gain, and benefit yang didapat.

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam rangka pembangunan proyek kelistrikan 35.000 MW,


pembangunan backbone SUTET 500 kV jalur utara sangat diperlukan untuk
mentransmisikan daya. Dalam penyediaan material tower, PT. PLN (Persero)
melaksanakan proses pengadaan Material Transmisi Utama (MTU) tower
transmisi listrik 150 kV, 275 kV & 500 kV secara terpusat. Pabrikan yang
terseleksi kemudian masuk dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) tower
transmisi listrik PT. PLN (Persero) yang kemudian akan berurusan dengan PT.
PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II dalam
pengadaan material tower transmisi pada proyek sebagai berikut :
1. SUTET 500 kV Tanjung Jati – TX (Ungaran–Pedan)
2. SUTET 500 kV TX (Ungaran–Pedan) – Batang
3. SUTET 500 kV Batang – Mandirancan seksi I
4. SUTET 500 kV Batang – Mandirancan seksi II
Demi kelancaran pengadaan tower transmisi secara terpusat maka skema /
prosedurnya pun harus dipahami. Mulai dari pengajuan surat alokasi ke Divisi
Supply Chain Management (SCM), pembuatan dokumen Surat Pesanan Barang
(SPB) / Purchase order (PO) ke pabrikan, pemeriksaan material yang telah
diproduksi, penyerahan material hingga pembayaran material. Dalam proyek
tersebut, melibatkan beberapa pabrikan tower yang telah masuk dalam Daftar
Penyedia Terseleksi (DPT) Tower Transmisi Listrik PT. PLN (Persero). Pada
satu proyek dapat melibatkan beberapa pabrikan untuk menyediakan material
tower transmisi guna memperlancar pembangunan SUTET 500 kV jalur utara.
Data pabrikan dapat dilihat pada tabel 2.1.

4
Tabel 2.1 Data Pabrikan Pada Proyek PT. PLN UIP JBT II

PROYEK PABRIKAN
PT. DUTA CIPTA PAKAR PERKASA
SUTET 500 kV
PT. TWINK INDONESIA
Tanjung Jati – TX (Ungaran–Pedan)
PT. KARUNIA BERCA INDONESIA
PT. BANGUN SARANA BAJA
SUTET 500 kV
PT. KURNIA ADIJAYA MANDIRI
TX (Ungaran–Pedan) – Batang
PT. DUTA HITA JAYA
PT. BUKAKA TEKNIK UTAMA
SUTET 500 kV PT. ARMINDO CATUR PRATAMA
Batang – Mandirancan seksi I PT. KOKOH SEMESTA
PT. KARYA LOGAM AGUNG
PT. WIKA INDUSTRI & KONSTRUKSI
SUTET 500 kV PT. DANUSARI MITRA SEJAHTERA
Batang – Mandirancan seksi II PT. GUNUNG STEEL
CONSTRUCTION

Tabel 2.1 menunjukkan data pabrikan yang digunakan untuk pengadaan tower
500 kV pada proyek yang telah ditentukan. Dengan adanya beberapa pabrikan
dalam satu proyek maka pengawasan akan menjadi tersebar. Komunikasi dan
koordinasi juga akan menjadi lebih sulit. Selain itu kinerja dan kualitas material
antar pabrikan juga berbeda hal tersebut dapat mempengaruhi kelancaran dan
mutu suatu proyek.
Keterlambatan kedatangan material tower dalam suatu proyek dapat
membuat kemunduran jadwal proyek secara keseluruhan hal ini dapat
dipengaruhi dari beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Dari segi faktor internal dapat meliputi keterlambatan PT. PLN (Persero) Unit
Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II dalam mengajukan dokumen Surat
Pesanan Barang (SPB) / Purchase Order (PO) kepada pabrikan, hal ini dapat
dimungkinkan terjadi karena kurangnya koordinasi dengan UPP ataupun
kelalaian manusia yang biasa disebut dengan human error. Dari segi faktor
eksternal dapat dimungkinkan karena kinerja pabrikan yang terlambat dalam
pembuatan tower 500 kV, kualitas tower yang tidak sesuai dengan kontrak saat
dilakukan inspeksi, dan kurangnya komunikasi dengan PT. PLN (Persero) Unit
Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II.

5
2.2 TOOLS ANALYSIS (RCPS)

Dari identifikasi permasalahan yang dilakukan, maka ditemukan beberapa


permasalahan yang menjadi akar penyebab resiko kemungkinan keterlambatan
pengadaan tower transmisi 500 kV. Proses identifikasi masalah tersebut
dipetakan dengan menggunakan metode Root Cause Problem Solving (RCPS).
RCPS yaitu suatu cara atau metode untuk memecahkan masalah sampai ke
akar permasalahan dan menemukan solusinya. Sehingga RCPS ini digunakan
sebagai acuan dalam mengevaluasi satu persatu penyebab resiko kemungkinan
keterlambatan pengadaan tower transmisi 500 kV yang akan mengarahkan ke
jenis pekerjaan yang dapat ditindak lanjuti.

PROBLEM ROOT CAUSE SOLVING

Skema baru Pengadaan MTU Menerapkan


kontrak tower transmisi skema prosedur
pengadaan dilakukan secara pengadaan MTU
MTU tower terpusat dan tower transmisi
transmisi yang melibatkan terpusat
kompleks beberapa divisi
yang membuat
jalur komunikasi
lebih banyak

Adanya resiko Belum adanya Membuat


Resiko Keterlambatan optimalisasi
kemungkinan monitoring
Pengadaan tower transmisi monitoring
keterlambatan pengadaan MTU
SUTET 500 kV pengadaan MTU
penyediaan tower transmisi
MTU tower yang terukur dan tower transmisi
500 kV dapat digunakan
sebagai acuan
mengajukan
SPB

Keterangan :
Pengawasan Adanya kinerja Membuat
= Permasalahan menjadi pabrikan yang penilaian terhadap
tersebar kurang baik kinerja pabrikan
yang dapat karena
melibatkan
diselesaikan banyak
pabrikan tower
= Solusi
permasalahan

Gambar 2.1 Root Cause Problem Solving (RCPS)

6
Hasil identifikasi RCPS dapat dilihat pada Gambar 2.1 dengan
keterangan balok berwarna kuning merupakan permasalahan yang dapat
diselesaikan dan balok berwarna hijau merupakan solusi dari permasalahan
tersebut. Terlihat dengan membuat optimalisasi monitoring pengadaan MTU
tower transmisi 500 kV dan penilaian terhadap kinerja pabrikan yang dilihat dari
beberapa kriteria dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam proses pengadaan tower transmisi SUTET 500 kV jalur Tanjung Jati – TX,
TX – Batang, Batang – Mandirancan seksi I dan Batang – Mandirancan seksi II.

2.3 PRA-ANGGAPAN

Dilihat dari akar permasalahan melalui diagram RCPS pada gambar 2.1
dapat diolah di dalam pra-anggapan. Pra-anggapan merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan terkait
masalah-masalah yang timbul. Berikut merupakan ide perbaikan atau jawaban
sementara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko keterlambatan
material tower transmisi.
Mempelajari alur mekanisme pengendalian Material Transmisi Utama
(MTU) tower transmisi dan alur proses pesanan barang / Purchase Order (PO)
dapat membuat pegawai memahami prosedur yang berlaku sehingga
memperlancar komunikasi dan diharapkan tidak ada kesalahan dalam
komunikasi akibat ketidaktahuan prosedur yang berlaku.
Dalam satu proyek melibatkan beberapa pabrikan dalam pembuatan
tower transmisi 500 kV yang dapat membuat pengawasan menjadi tersebar, jika
hal ini terjadi maka kinerja pabrikan tidak bisa dipantau secara optimal dan
memungkinkan kinerja pabrikan yang dirasa buruk. Membuat penilaian terhadap
kinerja pabrikan dapat meningkatkan pengawasan dan dapat menjadi catatan
jika kinerja pabrikan kurang baik.
Membuat monitoring pengadaan MTU tower transmisi dapat
memudahkan dalam pengajuan Surat Pesanan Barang (SPB) / Purchase Order
(PO). Saat ini masih belum adanya monitoring pengadaan MTU tower transmisi
yang dapat mengestimasi tanggal pengajuan SPB sehingga akan dibuatkan
pengambangan monitoring yang dapat memantau jadwal SPB dan estimasi serta
realisasi jadwal kedatangan tower transmisi 500 kV demi kelancaran suatu
proyek.

7
2.4 SKALA PRIORITAS

Setelah melakukan pemetaan permasalahan dengan diagram RCPS dan


adanya pra-anggapan atas masalah yang terjadi, selanjutnya akan dipetakan
berdasarkan tingkat kesulitan implementasi dan tingkat impact-nya.

Ide perbaikan :
High

1 1. Membuat monitoring
pengadaan MTU tower
transmisi.
2
Medium
IMPACT

2. Membuat monitoring
3 kinerja pabrikan tower
transmisi.
3. Menerapkan alur
Low

mekanisme
pengendalian MTU
Difficult Medium Easy tower transmisi dan alur
IMPLEMENTATION proses pesanan barang.

Gambar 2.2 Skala Proiritas

Terlihat pada gambar 2.2 bahwa kegiatan membuat monitoring pengadaan MTU
tower transmisi mempunyai impact yang tinggi dan mudah diimplementasikan,
sedangkan kegiatan membuat monitoring kinerja pabrikan tower transmisi dan
menerapkan alur mekanisme pengendalian Material Transmisi Utama (MTU)
tower transmisi serta alur proses pesanan barang mempunyai impact yang
medium dan mudah diimplementasikan. Sehingga berdasarkan kemudahan
implementasi maka dalam hal ini penulis memilih ketiga ide perbaikan tersebut
untuk diimplementasikan, dengan ide perbaikan nomor 1 sebagai judul dari
telahaan staf ini karena mempunyai impact yang sangat tinggi serta ide
perbaikan nomor 2 dan 3 sebagai pendukung penyelesaian masalah yang
terjadi.

8
2.5 FAKTA YANG MEMPENGARUHI

Dalam menyelesaikan persoalan dalam telaah staf ini terdapat beberapa


faktor-faktor yang menjadi landasan, faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Surat nomor 0956/DAN.02.03/DIVSCM/2017 tanggal 22 mei 2017
perihal “Alokasi MTU Tower Transmisi 500 kV untuk section Tanjung
Jati – Tx (T.12 Ungaran – Pedan). Surat tersebut merupakan balasan
surat dari Divisi SCM kepada PLN UIP JBT II yang kemudian akan
digunakan oleh PT. PLN (Persero) UIP JBT II untuk mengajukan SPB
ke pabrikan. Dalam surat tersebut alokasi digunakan untuk proyek
pembangunan transmisi 500 kV untuk section Tanjung Jati – TX.
2. Alokasi kebutuhan MTU tower transmisi bulan mei tahun 2017, yang
menjadi lampiran dalam surat nomor 0956/DAN.02.03/DIVSCM/2017
tanggal 22 mei 2017 perihal “Alokasi MTU Tower Transmisi 500 kV
untuk section Tanjung Jati – Tx (T.12 Ungaran – Pedan).

Tabel 2.2 Alokasi Tower Transmisi Bulan Mei 2017


TIPE KEBUTUHAN
PROYEK PABRIKAN
TOWER TOWER

PT. DUTA CIPTA PAKAR PERKASA 500 kV 20 SET


TANJUNG
JATI - TX
PT. TWINK INDONESIA 500 kV 17 SET
SECTION
1;2;3;4
PT. KARUNIA BERCA INDONESIA 500 kV 08 SET

Tabel 2.2 menunjukkan rincian alokasi kebutuhan MTU tower


transmisi untuk section Tanjung jati – TX. Terdapat tiga pabrikan
dalam satu proyek yaitu PT. DUTA CIPTA PAKAR PERKASA yang
membuat 20 set tower, PT. TWINK INDONESIA yang membuat 17
set tower, dan PT. KARUNIA BERCA INDONESIA yang membuat 8
set tower.
3. Belum optimalnya sistem monitoring pengadaan tower transmisi yang
ada saat ini.

9
2.6 PEMBAHASAN

Pada subbab ini dibahas mengenai penyelesaian masalah serta


dampaknya atas saving, gain, dan benefit yang dapat diperoleh. Adapun
penyelesaian masalah dilakukan dengan memahami alur mekanisme
pengendalian MTU tower transmisi dan alur proses pesanan barang, membuat
monitoring penilaian performa pabrikan serta monitoring pengadaan Material
Transmisi Utama (MTU) tower transmisi.

2.6.1 ALUR PROSES PESANAN BARANG DAN MEKANISME


PENGENDALIAN MTU TOWER TRANSMISI

Alur proses pesanan barang merupakan sesuatu hal yang harus


dipahami dikarenakan untuk menghindari pembelian tower transmisi yang belum
disetujui, jika tower belum disetujui dan telah dilakukan pemesanan maka tower
tersebut akan menjadi barang yang sia-sia.

Start

Recheck Survey

Design for Approval


Tower Schedule

Approval

Order Tower

Tahap Pondasi
Referensi Appoved
Drawing

Gambar 2.3 Alur Proses Pesanan Barang

Gambar 2.3 merupakan flowchart alur proses pesanan barang, dimana


diawali dengan kegiatan Recheck Survey kemudian Design for Approval Tower

10
Schedule dan dilanjutkan dengan kegiatan Approval, jika disetujui / Approved
maka dilanjutkan dengan Order Tower namun jika masih belum disetujui maka
kembali lagi ke tahap Design for Approval Tower Schedule untuk dilakukan
perbaikan.
DIVISI KONSTRUKSI KONTRAKTOR
PLN UIP PLN PUSMANKON DIVISI SCM PABRIKAN TOWER
REGIONAL LOKAL

Start

Evaluasi
Buat dan rekap Permintaan
permintaan data PLN UIP
untuk ditembuskan
diterbitkan ke DIV SCM
alokasi
N Y Tembusan
Setuju
Penerbitan
alokasi alokasi
pabrikan

Menerima
alokasi

Membuat Produksi
SPB ke pabrikan &
pabrikan mengajukan
Pemeriksaan kesiapan
tower
& membuat BAP
BAP
bersama
PLN UIP dan
pabrikan
tower

Membuat
TUG 3 & Y N
Setuju
TUG 4

Membuat
BAST
bersama
pabrikan Menyiapkan Pengambilan
invoice 95% dari gudang
(BAP), 5% pabrikan,
(BAST) pengiriman
dan
pemasangan
Pembayaran tower
tagihan

Selesai

Gambar 2.4 Mekanisme Pengendalian MTU Tower Transmisi

11
Gambar 2.4 merupakan flowchart mekanisme pengendalian MTU tower
transmisi yang mana pengadaan material tower transmisi dilakukan secara
terpusat dengan PLN UIP membuat material permintaan untuk diterbitkan alokasi
kepada Divisi Konstruksi Regional dan diteruskan ke Divisi Supply Chain
Management (SCM), jika Divisi Konstruksi Regional menyetujui permintaan surat
alokasi maka Divisi SCM akan membuatkan alokasi dan dikirimkan ke PLN UIP
serta pabrikan tower, kemudian PLN UIP membuat dapat mengajukan SPB / PO
kepada pabrikan tower yang selanjutnya pabrikan akan membuat tower sesuai
pesanan dan mengajukan kesiapan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
PLN PUSMANKON setelah selesainya pabrikasi. PLN PUSMANKON memeriksa
material dengan standart yang telah ditentukan dan membuat BAP bersama PLN
UIP serta pabrikan tower, jika standart kualitas material saat pemeriksaan dinilai
kurang maka akan dikembalikan kepada pabrikan dan pabrikan akan
menyiapkan BAP kembali, namun jika standart kualitas material saat
pemeriksaan dinilai baik maka PLN UIP akan membuat bon penerimaan barang
(TUG-03) dan formulir berita acara pemeriksaan (TUG-04) yang dilanjutkan
dengan membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) bersama dengan pabrikan
tower, setelah itu pabrikan tower dapat melakukan penagihan pembayaran
kepada PLN UIP dengan catatan 95% pembayaran dibayarkan saat BAP telah
dilakukan dan 5% pembayaran dibayarkan saat BAST telah dilakukan.

2.6.2 PEMBUATAN APLIKASI VISUAL BASIC

Aplikasi pembuatan visual basic digunakan untuk menyatukan monitoring


penilaian performa pabrikan dan monitoring pengadaan MTU tower transmisi.
Visual basic yang digunakan menggunakan visual basic 6.0.

Gambar 2.5 Tampilan Awal

12
Tampilan awal merupakan tampilan program visual basic pertama kali
saat dijalankan, terdapat dua tombol yaitu tombol mulai dan tombol keluar.
Tombol mulai adalah tombol yang akan menampilkan tampilan selanjutnya.

Gambar 2.6 Daftar Proyek SUTET Jalur Utara Jawa

Gambar 2.6 adalah daftar-daftar proyek SUTET Jalur Utara Jawa yang
merupakan tampilan setelah tombol mulai pada gambar 2.5 ditekan. Daftar-daftar
tersebut adalah Tanjung Jati – TX, TX – Batang, Batang – Mandirancan seksi I
dan II.

Gambar 2.7 Tampilan Pilihan Monitoring

13
Setelah memilih proyek pada tampilan daftar proyek yang ditunjukkan
pada gambar 2.6 maka akan muncul tampilan pilihan monitoring. Terdapat dua
monitoring pada tampilan monitoring yaitu monitoring pengadaan MTU tower
transmisi dan monitoring penilaian performa pabrikan.

Gambar 2.8 Tampilan Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi

Gambar 2.8 adalah tampilan setelah memilih monitoring pengadaan MTU


tower transmisi pada pilihan monitoring yang ditunjukkan pada gambar 2.7.
dalam tampilan monitoring pengadaan MTU tower transmisi terdapat tombol
monitoring dan detail tower.

Gambar 2.9 Tampilan Monitoring

14
Gambar 2.9 adalah tampilan monitoring setelah tombol monitor ditekan.
Tampilan monitoring menampilkan data unit yang mempunyai proyek, lokasi
proyek, tipe tower transmisi yang digunakan, jumlah tower dalam proyek
tersebut, jumlah vendor pembuat tower transmisi dalam proyek tersebut dan
nama-nama list vendor seperti yang ditampilkan pada gambar 2.9.

2.6.3 MONITORING PENILAIAN PERFORMA PABRIKAN

Membuat monitoring penilaian performa pabrikan digunakan untuk


memantau kerja pabrikan dan memberi nilai pada pabrikan guna sebagai
referensi kedepannya, jika dirasa kurang baik maka pabrikan tersebut dapat
digantikan dengan pabrikan lain yang lebih berkompeten. Monitoring ini
terhubung dengan program aplikasi visual basic yang telah dibuat jika menekan
tombol monitoring penilaian performa pabrikan yang ditunjukkan pada gambar
2.7.

Gambar 2.10 Penilaian Performa Pabrikan

Gambar 2.10 merupakan contoh penilaian performa pabrikan, terdapat lima


kriteria yang dinilai dengan nilai terkecil 1 dan yang terbesar 5. Semua nilai-nilai
dalam kriteria tersebut akan diakumulasikan menjadi nilai total, dengan ini
pabrikan kinerja dapat dilihat dan akan menjadi catatan jika nilai yang didapat
pabrikan tersebut bernilai tinggi atau tidak. Dalam penilaian harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada maka dibuatkan penjelasan penilaian sebagai berikut.

Kriteria komunikasi dan koorinasi :


 Nilai 1 pada kriteria komunikasi dan koordinasi mengartikan bahwa
kemampuan pabrikan dalam berkomunikasi dirasa tidak pro aktif &
lambat dalam merespon koordinasi.

15
 Nilai 2 pada kriteria komunikasi dan koordinasi mengartikan bahwa
kemampuan pabrikan dalam berkomunikasi dirasa tidak pro aktif / lambat
dalam merespon koordinasi.
 Nilai 3 pada kriteria komunikasi dan koordinasi mengartikan bahwa
kemampuan pabrikan dalam berkomunikasi dan koordinasi dirasa normal.
 Nilai 4 pada kriteria komunikasi dan koordinasi mengartikan bahwa
kemampuan pabrikan dalam berkomunikasi dirasa pro aktif / cepat dalam
merespon koordinasi.
 Nilai 5 pada kriteria komunikasi dan koordinasi mengartikan bahwa
kemampuan pabrikan dalam berkomunikasi dirasa pro aktif & cepat
dalam merespon koordinasi.

Kriteria ketepatan jadwal produksi :


 Nilai 1 pada kriteria ketepatan jadwal produksi mengartikan bahwa
material datang terlambat lebih dari 7 hari dari estimasi on site (H+7 < On
Site).
 Nilai 2 pada kriteria ketepatan jadwal produksi mengartikan bahwa
material datang terlambat lebih dari 1 hari sampai 7 hari dari estimasi on
site (H+1 < On Site ≤ H+7).
 Nilai 3 pada kriteria ketepatan jadwal produksi mengartikan bahwa
material datang lebih cepat 1 hari sampai dengan datang terlambat 1 hari
dari estimasi on site (H-1 ≤ On Site ≤ H+1).
 Nilai 4 pada kriteria ketepatan jadwal produksi mengartikan bahwa
material datang lebih cepat lebih dari 1 hari sampai 3 hari dari estimasi on
site (H-3 ≤ On Site < H-1).
 Nilai 5 pada kriteria ketepatan jadwal produksi mengartikan bahwa
material datang lebih cepat lebih dari 3 hari dari estimasi on site ( On Site
< H-3).

Kriteria kualitas material :


 Nilai 1 pada kriteria kualitas material mengartikan bahwa kualitas material
tidak layak pakai atau cacat produksi.
 Nilai 2 pada kriteria kualitas material mengartikan bahwa pengulangan
inspeksi material lebih dari 1 kali.

16
 Nilai 3 pada kriteria kualitas material mengartikan bahwa kualitas material
kurang sesuai standart sehingga dilakukan inspeksi ulang sebanyak 1
kali.
 Nilai 4 pada kriteria kualitas material mengartikan bahwa kualitas material
sudah sesuai standart inspeksi.
 Nilai 5 pada kriteria kualitas material mengartikan bahwa kualitas material
melebihi standart inspeksi yang telah ditentukan.

Kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan :


 Nilai 1 pada kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan
mengartikan bahwa kualitas packing material dan tempat penyimpanan
tidak rapi, tidak bersih, dan tidak aman.
 Nilai 2 pada kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan
mengartikan bahwa kualitas packing material dan tempat penyimpanan
kurang rapi, kurang bersih, dan kurang aman.
 Nilai 3 pada kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan
mengartikan bahwa kualitas packing material dan tempat penyimpanan
cukup rapi, cukup bersih, dan cukup aman.
 Nilai 4 pada kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan
mengartikan bahwa kualitas packing material dan tempat penyimpanan
rapi, bersih, dan aman.
 Nilai 5 pada kriteria kualitas packing dan tempat penyimpanan
mengartikan bahwa kualitas packing material dan tempat penyimpanan
sangat rapi, sangat bersih, dan sangat aman.

Kriteria kesesuaian jadwal penagihan :


 Nilai 1 pada kriteria kesesuaian jadwal penagihan mengartikan bahwa
penagihan pembayaran terlambat lebih dari 7 hari dari jadwal yang telah
ditentukan (H+7 < Penagihan).
 Nilai 2 pada kriteria kesesuaian jadwal penagihan mengartikan bahwa
penagihan pembayaran terlambat lebih dari 1 hari sampai 7 hari dari
jadwal yang telah ditentukan (H+1 < Penagihan ≤ H+7).
 Nilai 3 pada kriteria kesesuaian jadwal penagihan mengartikan bahwa
penagihan pembayaran lebih cepat 1 hari sampai dengan terlambat 1 hari
dari jadwal yang telah ditentukan (H-1 ≤ Penagihan ≤ H+1).

17
 Nilai 4 pada kriteria kesesuaian jadwal penagihan mengartikan bahwa
penagihan pembayaran lebih cepat lebih dari 1 hari sampai 3 hari dari
jadwal yang telah ditentukan (H-3 ≤ Penagihan < H-1).
 Nilai 5 pada kriteria kesesuaian jadwal penagihan mengartikan bahwa
penagihan pembayaran lebih cepat lebih dari 3 hari dari jadwal yang telah
ditentukan ( Penagihan < H-3).

Setiap penilaian mempunyai arti dan definisi yang jelas sehingga diharapkan
tidak adanya perbedaan presepsi dan penilaian dapat dilakukan secara jujur apa
adanya. Penilaian ini dapat menjadi referensi untuk PT. PLN (Persero) UIP JBT II
dalam mendapatkan pabrikan tower.

2.6.4 MONITORING PENGADAAN MTU TOWER TRANSMISI

Monitoring pengadaan MTU tower transmisi digunakan untuk memantau


kegiatan pengadaan tower agar tower tidak terlambat on site. Kelancaran
pengadaan tower transmisi adalah sesuatu yang diharapkan dalam penyelesaian
suatu proyek.
Di dalam monitoring yang akan dibuat terdapat data-data seperti jumlah
tower, jumlah vendor, rincian vendor, jumlah tower yang telah disetujui
(approved), jumlah tower belum disetujui, jumlah SPB telah dilakukan, jumlah
SPB belum dilaksanakan, selain data data tersebut monitoring juga merincikan
detail setiap tower dengan mencantumkan nomer TIP tower, tipe tower, tanggal
kebutuhan tower, estimasi tanggal pengajuan SPB, estimasi material On Site,
dan tanggal kedatangan material tower transmisi.

(a)

18
(b)

Gambar 2.11 Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi

Gambar 2.11 merupakan monitoring pengadaan MTU tower transmisi, dalam


kolom tanggal SPB terdapat 3 warna dalam cell yang mengartikan bahwa :
: Tanggal sudah terlewati
: Tanggal belum terlewati
: Menunjukkan tanggal hari ini

Dalam kolom realisasi on site terdapat 2 jenis warna pada font, warna – warna
tersebut mempunyai keterangan sebagai berikut :
Font Merah : Tanggal realisasi on site terlambat dari jadwal estimasi on site.
Font Hitam :.Tanggal realisasi on site sesuai dengan jadwal estimasi on site
..atau lebih cepat dari jadwal realisasi on site.

Sedangakan dalam kolom keterangan terdapat 4 warna berbeda pada tiap cell.
Warna-warna tersebut adalah hijau, kuning, merah, dan orange, dengan
keterangan sebagai berikut :
: Tower telah di APPROVED dan telah dilakukan SPB.
: Tower telah di APPROVED namun SPB belum dilakukan.
:.Tower belum di APPROVED dengan konsisi tanggal estimasi
………………….SPB adalah hari ini atau telah lewat.
:.Tower belum di APPROVED dengan konsisi tanggal estimasi
………………….SPB belum terlewati

19
Terdapat beberapa fitur dalam monitoring pengadaan MTU tower
transmisi yang sangat berguna untuk memonitoring material tower sehingga
diharapkan tidak adanya kemungkinan keterlambatan barang sampai ke
lapangan agar proyek berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Monitoring ini
terhubung dengan program aplikasi visual basic yang telah dibuat jika menekan
tombol detail tower yang ditunjukkan pada gambar 2.8.

2.6.5 SAVING, GAIN, AND BENEFIT

Benefit merupakan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan


oleh siswa OJT selama menyelesaikan Telaah Staf “Optimalisasi Monitoring
Pengadaan MTU (Material Transmisi Utama) Tower Transmisi 500 kV Proyek
Tanjung Jati – TX, TX – Batang, Batang – Mandirancan Seksi I dan II
Menggunakan Visual Basic”. Berikut ini merupakan benefit yang diperoleh dan
yang dapat diberikan kepada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa
Bagian Tengah II :

1. Untuk mendukung penyelesaian pekerjaan sesuai dengan schedule


yang telah ditetapkan dengan mencegah keterlambatan kedatangan
material melalui sistem monitoring.
2. Meningkatkan fokus pengawasan kepada pabrikan pabrikan.
3. Dapat mengetahui performa kinerja pabrikan.
4. Bila terdapat keterlambatan material on site, monitoring pengadaan
MTU tower transmisi dapat menjadi bahan untuk analisa penyebab
keterlambatan.

20
BAB III
PENUTUP

Pada bab 3 akan dibahas mengenai kesimpulan atas telaah staf dengan
judul “Optimalisasi Monitoring Pengadaan MTU (Material Transmisi Utama)
Tower Transmisi 500 kV Proyek Tanjung Jati – TX, TX – Batang, Batang –
Mandirancan Seksi I dan II Menggunakan Visual Basic” dan saran tindak lanjut
untuk kedepannya.

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan dengan memperhatikan fakta


yang mempengaruhi dan pra-anggapan sebagai jawaban dari permasalahan
yang terjadi maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan adanya penilaian performa pabrikan maka PT. PLN (Persero)
UIP JBT II dapat menilai kinerja pabrikan agar mengetahui kinerja
pabrikan yang baik dan kurang baik.
2. Dengan adanya monitoring pengadaan MTU tower transmisi maka
PT. PLN (Persero) UIP JBT II dapat memantau realisasi progress
pengadaan.
3. Monitoring pengadaan MTU tower transmisi merupakan upaya dalam
pengendalian resiko keterlambatan kedatangan material.
4. Apabila terjadi keterlambatan kedatangan material, dapat dilakukan
evaluasi penyebab keterlambatan dengan monitoring sebagai bukti
atau data.

3.2 SARAN TINDAK LANJUT

Berikut ini adalah saran tindak lanjut terkait monitoring yang telah dibuat
dan pengurangan resiko keterlambatan kedatangan material :
1. Sistim monitoring pengadaan MTU tower transmisi perlu
dikembangkan lagi untuk tujuan kemudahan penggunaan oleh user.
2. Perlu dilakukan komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait
agar tidak terjadi keterlambatan kedatangan material.

21
3. Penilaian performa pabrikan perlu dikembangkan lagi agar semua
pabrikan yang perna bekerja sama dengan PT. PLN (Persero) UIP
JBT II dalam hal pabrikasi tower transmisi 500 kV dapat dengan
mudah terpantau.
4. Perlu pengembangan program visual basic yang telah dibuat agar
memperbagus tampilan, mempermudah penggunaan, dan
menambahkan fungsi-fungsi yang lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Alur proses pesanan barang / Purchase Order (PO) PT. PLN (Persero)
 Surat Alokasi MTU Tower 500 kV Nomor 0338/DAN.02.03/DIVSCM/2017
 Mekanisme pengendalian MTU tower transmisi PT. PLN (Persero)
 Perjanjian kesepakatan harga satuan (KHS) pengadaan tower transmisi
tahun 2016 tanggal 17 oktober 2016
 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
15/M.IND/PER/3/2016 tentang standar spesifikasi dan standar harga
tower transmisi dan konduktor produk dalam negeri

23
LAMPIRAN

Workplan Kompetensi Inti dan Kompetensi Peran


Workplan Kompetensi Bidang
Surat Alokasi Proyek Tanjung Jati – TX
Alokasi Proyek Tanjung Jati – TX
Simulasi Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi
Proyek Tanjung Jati – TX 500 kV

Simulasi Penilaian Performa Pabrikan


Proyek Tanjung Jati – TX 500 kV
Keterangan Monitoring Pengadaan MTU Tower Transmisi

Keterangan Penilaian Performa Pabrikan


Foto kegiatan mempelajari metode pengelolaan logistik.

Foto kegiatan melakukan dokumentasi transaksi material yang dilakukan di SAP.


Materi presentasi
Program Visual Basic

Form 1 : Private Sub Command6_Click()

Private Sub Command1_Click() End

Form1.Hide End Sub

Form2.Show

End Sub Form 3, 4,5, dan 6 :


Private Sub Command2_Click() Option Explicit

End Private Declare Function ShellExecute Lib


"shell32.dll" Alias "ShellExecuteA" (ByVal hWnd As
End Sub
Long, ByVal lpOperation As String, ByVal lpFile As
String, ByVal lpParameters As String, ByVal
lpDirectory As String, ByVal nShowCmd As Long)
As Long
Form 2 :
Private Const SW_HIDE = 0
Private Sub Command1_Click()
Private Const SW_MAXIMIZE = 3
Form2.Hide
Private Const SW_MINIMIZE = 6
Form3.Show
Private Const SW_RESTORE = 9
End Sub
Private Const SW_SHOW = 5
Private Sub Command2_Click()
Private Const SW_SHOWDEFAULT = 10
Form2.Hide
Private Const SW_SHOWMAXIMIZED = 3
Form4.Show
Private Const SW_SHOWMINIMIZED = 2
End Sub
Private Const SW_SHOWMINNOACTIVE = 7
Private Sub Command3_Click()
Private Const SW_SHOWNA = 8
Form2.Hide
Private Const SW_SHOWNOACTIVATE = 4
Form5.Show
Private Const SW_SHOWNORMAL = 1
End Sub
Private Const ERROR_FILE_NOT_FOUND = 2&
Private Sub Command4_Click()
Private Const ERROR_PATH_NOT_FOUND = 3&
Form2.Hide
Private Const ERROR_BAD_FORMAT = 11&
Form6.Show
Private Const SE_ERR_ACCESSDENIED = 5
End Sub ' access denied

Private Sub Command5_Click() Private Const SE_ERR_ASSOCINCOMPLETE = 27

Form2.Hide Private Const SE_ERR_DDEBUSY = 30

Form1.Show Private Const SE_ERR_DDEFAIL = 29

End Sub Private Const SE_ERR_DDETIMEOUT = 28


Private Const SE_ERR_DLLNOTFOUND = 32 Dim intNull As Integer

Private Const SE_ERR_NOASSOC = 31 Dim lngIDList As Long, lngResult As Long

Private Const SE_ERR_OOM = 8 ' Dim strPath As String


out of memory
Dim udtBI As BrowseInfo
Private Const SE_ERR_SHARE = 26
With udtBI
Private Const STYLE_NORMAL = 11
.lngHwnd = 0
Private Type BrowseInfo
.lpszTitle = lstrcat(strPrompt, "")
lngHwnd As Long
.ulFlags = BIF_RETURNONLYFSDIRS
pIDLRoot As Long
End With
pszDisplayName As Long
lngIDList = SHBrowseForFolder(udtBI)
lpszTitle As Long
If lngIDList <> 0 Then
ulFlags As Long
strPath = String(MAX_PATH, 0)
lpfnCallback As Long
lngResult = SHGetPathFromIDList(lngIDList,
lParam As Long strPath)

iImage As Long Call CoTaskMemFree(lngIDList)

End Type intNull = InStr(strPath, vbNullChar)

Private Const BIF_RETURNONLYFSDIRS = 1 If intNull > 0 Then

Private Const MAX_PATH = 260 strPath = Left(strPath, intNull - 1)

Private Declare Sub CoTaskMemFree Lib End If


"ole32.dll" (ByVal hMem _
End If
As Long)
BrowseForFolder = strPath
Private Declare Function lstrcat Lib "Kernel32"
Alias "lstrcatA" _ Exit Function

(ByVal lpString1 As String, ByVal lpString2 As ehBrowseForFolder:


String) As Long
BrowseForFolder = Empty
Private Declare Function SHBrowseForFolder Lib
"Shell32" (lpbi _ End Function

As BrowseInfo) As Long ' Set appropriate options for this operation.

Private Declare Function SHGetPathFromIDList Lib Private Sub cboOperation_Click()


"Shell32" _
Dim app_path As String
(ByVal pidList As Long, ByVal lpBuffer As String)
As Long app_path = App.Path

Public Function BrowseForFolder(ByVal strPrompt If Right$(app_path, 1) <> "\" Then app_path =


As String) As _ app_path & "\"

String Select Case cboOperation.Text

On Error GoTo ehBrowseForFolder Case "open"


txtFile.Text = app_path & "test.html" CommonDialog1.Filter = "Semua File|*.*" 'kamu
bisa merubah kode ini sesuai dengan kebutuhan
txtParameters.Text = "" misal Image|*.jpg

txtDirectory.Text = "" CommonDialog1.ShowOpen

cboShowStyle.ListIndex = Filename = CommonDialog1.Filename


STYLE_NORMAL
akhir:
Case "edit"
If Len(Filename) > 0 Then
txtFile.Text = app_path & "test.html"
txtFile.Text = Filename
txtParameters.Text = ""
End If
txtDirectory.Text = ""
End Sub
cboShowStyle.ListIndex =
STYLE_NORMAL Private Sub Form_Load()

Case "explore" cboOperation.ListIndex = 0

txtFile.Text = app_path cboShowStyle.ListIndex = STYLE_NORMAL

txtParameters.Text = "" End Sub

txtDirectory.Text = "" Private Sub Command1_Click()

cboShowStyle.ListIndex = Form3.Hide
STYLE_NORMAL
Form7.Show
Case "find"
End Sub
txtFile.Text = app_path
Private Sub Command2_Click()
txtParameters.Text = ""
Dim show_style As Long
txtDirectory.Text = ""
Dim result As Long
cboShowStyle.ListIndex =
STYLE_NORMAL txtFile.Text = "E:\Excel\Pabrikan\1. TANJUNG
JATI-TX(UNGARAN-PEDAN).xlsx"
Case "print"
' Get the display style.
txtFile.Text = app_path & "test.html"
Select Case cboShowStyle.Text
txtParameters.Text = ""
Case "SW_HIDE"
txtDirectory.Text = ""
show_style = SW_HIDE
cboShowStyle.ListIndex =
STYLE_NORMAL Case "SW_MAXIMIZE"

End Select show_style = SW_MAXIMIZE

End Sub Case "SW_MINIMIZE"

Private Sub Command3_Click() show_style = SW_MINIMIZE

On Error GoTo akhir Case "SW_RESTORE"

Dim Filename As String show_style = SW_RESTORE

Anda mungkin juga menyukai