Anda di halaman 1dari 60

Penyesuaian Jadwal Proyek Pembangunan

Gardu Induk 150 kV Masohi Menggunakan CPM

Proposal Penelitian untuk Skripsi

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik

Diajukan
Oleh

Gusti Raiyan Suseno

NIM. 2018-72-077

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON, 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Pembatasan Masalah............................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.1 Manfaat Penelitian...............................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4


2.1 Pengertian Proyek................................................................................4
2.2 Ciri-ciri Proyek....................................................................................4
2.3 Siklus Hidup Proyek............................................................................5
2.3.1 Pengertian Siklus Hidup Proyek.............................................5
2.3.1 Tahapan-tahapan Siklus Hidup Proyek..................................5
2.4 Manajemen Proyek..............................................................................7
2.4.1 Pengertian Siklus Manajemen Proyek....................................7
2.4.2 Tujuan Manajemen Proyek.....................................................8
2.5 Penjadwalan Proyek.............................................................................8
2.6 Metode Penjadwalan Proyek...............................................................8
2.7 Critical Path Method (CPM)...............................................................9
2.7.1 Pengertian Critical Path Method (CPM)................................9
2.7.2 Jaringan Kerja (Network planning).........................................9
2.8 Proyek Gardu Induk..........................................................................11
2.9 Penelitian-penelitian Terdahulu.........................................................11
2.10 Kerangka Pikir Penelitian..................................................................11
2.11 Alur/ Langkah-langkah Penelitian.....................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................13


2.1 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................13
3.2 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel.....................................13
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian............................................13
3.2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...................13
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................14
3.4 Metode Analisa Data.........................................................................15
3.4.1 Analisi Deskriptif ................................................................15

JADWAL PENELITIAN......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penambahan Gardu Induk Tahun 2017-2026....................................2


Gambar 2.1 Siklus Hidup Proyek..........................................................................5
Gambar 2.2 Jaringan Kerja dengan Waktu Kegiatan............................................5
Gambar 2.3 Gardu Induk Berisolasi Gas SF6.....................................................11
Gambar 2.4 Gardu Induk Berisolasi Udara.........................................................12
Gambar 2.5 Flowchart Kerangka Pikir Penelitian..............................................16
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Workflow Manajemen Proyek.............................................................7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT PLN (Persero) merupakan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dibidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum
dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan
melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam
rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip
Perseroan Terbatas.
Sebagai salah satu unit bisnis PT PLN (Persero), PT PLN (Persero) Unit
Induk Pembangunan Maluku sesuai Keputusan Direksi PT. PLN (Persero)
No. 0020.P/DIR/2016 memiliki misi untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan kegiatan Pembangunan
Pembangkit dan Jaringan serta melaksanakan administrasi konstruksi
dengan bertindak sebagai wakil pemilik (owner) untuk menghasilkan
pembangkit dan jaringan yang berkualitas dan siap dioperasikan melalui
proses pelaksanaan pembangunan yang efektif, efisien, tepat waktu dan
mutu, untuk mencapai sasaran kinerja sesuai Ketetapan Direksi.
Berdasarkan hal tersebut, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
Maluku mendapat penugasan langsung dari pemerintah yaitu program
Maluku dan Papua Terang, diantaranya yaitu Proyek Pembangunan Gardu
Induk 150 kV Masohi. Berkaitan dengan pembangunan pembangkit
PLTMG Seram berkapasitas 20 MW, maka direncanakan Pembangunan
Gardu Induk 150 kV Masohi yang dimaksudkan untuk mendistribusikan
listrik ke pelanggan, menambah jumlah pelanggan, meningkatkan jam nyala
pelanggan, termasuk untuk melayani listrik pedesaan.
Proyek Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi dikerjakan oleh PT.
CG Power Systems Indonesia, proyek tersebut direncanakan mulai pada
bulan Maret 2019, namun dalam pelaksanaannya proyek tersebut baru mulai
aktivitas pada bulan Juli 2019, dikarenakan kontraktor mengalami masalah
internal dengan sub kontraktor. Hal ini akan berdampak buruk pada
keterlambatan waktu penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah disepakati dalam kontrak, dan menimbulkan klaim extention of
time (EOT) sehingga rencana pengoperasian Gardu Induk akan terlambat
dan sasaran kinerja PT PLN (Persero), PT PLN (Persero) Unit Induk
Pembangunan Maluku tidak tercapai .
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menganggap perlu
mengangkat hal tersebut ke dalam penelitian dengan judul "Penyesuaian
Jadwal Proyek Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi Menggunakan
CPM."
Perencanaan penjadwalan terdiri dari penjadwalan tenaga kerja, material
dan peralatan yang dilakukan terhadap semua pekerjaan konstruksi sipil, dan
sisa waktu pelaksanaan dengan menggunakan Critical Path Method (CPM).
Analisa awal bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan adalah untuk
mempercepat waktu pekerjaan sehingga dapat mengejar schedule yang
mengalami keterlambatan dan tujuan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan tercapai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam proposal


penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk jaringan kerja (network) pada Proyek Pembangunan
Gardu Induk 150 kV Masohi.
b. Berapa durasi optimal penyelesaian Proyek Pembangunan Gardu Induk
150 kV Masohi..............................................................................................
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan Masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Objek dalam penelitian ini adalah pekerjaan sipil pada Proyek
Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi dan pekerjaan elektrikal
mekanikal tetap menggunakan schedule sesuai kontrak, sehingga
pengoperasian Gardu Induk dapat dilaksanakan sesuai target..
b. Subjek penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu PT PLN (Persero) Unit
Induk Pembangunan Maluku sebagai wakil pemilik (owner) dan PT. CG
Power Systems Indonesia sebagai kontraktor.
c. Volume pekerjaan sipil berdasarkan drawing approval dan Bill of
Qunatity (BoQ). Penggunaan peralatan kerja dan tenaga kerja perlu
dianalisis agar penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
d. Permasalahan yang dinalisis relevan menggunakan Critical Path Method
(CPM) karena durasi setiap aktivitas proyek dapat diketahui dari Kurva S
yang telah disetujui bersama antara owner dan kontraktor.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Merancang alternatif bentuk jaringan kerja (network) pada Proyek
Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi.
b. Menganalisis penggunaan sumber daya yaitu tenaga kerja, material dan
peralatan yang optimal untuk menyelesaian Proyek Pembangunan Gardu
Induk 150 kV Masohi.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan evaluasi terhadap penyelesaian Proyek Pembangunan
Gardu Induk 150 kV Masohi sehingga sesuai dengan waktu yang
disetujui dalam kontrak dan tujuan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan dapat tercapai.
Mengetahui proses pengendalian proyek yaitu waktu penyelesaian
aktivitas proyek, kebutuhan sumber daya, dan hubungan antar aktivitas
proyek sehingga pembangunan proyek menjadi efisien sesuai
perencanaan.

b. Bagi Perguruan Tinggi


Dapat menjadi literatur acuan yang berguna bagi pendidikan
penulisan, lebih lanjut bagi mahasiswa yang berminat dengan
permasalahan penjadwalan proyek.
Sebagai masukan atau bahan untuk pendidikan dan materi kuliah
yang akan dijalankan sesuai dengan kondisi dan lingkungan proyek.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian proyek


Berikut beberapa pengertian proyek menurut para ahli :
a. Heizer dan Render (2006:81)
Pengertian proyek adalah sejumlah tugas atau pekerjaan yang di
arahkan untuk sebuah hasil.
b. Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyanti & Nurjaman (2014:2)
Pengertian proyek adalah usaha yang memiliki sifat sementara dalam
rangka menghasilkan produk atau jasa layanan yang unik.
c. Nurhayati (2010:4)
Pengertian proyek adalah sebuah upaya atau kegiatan yang di
organisasikan dalam rangka untuk mencapai tujuan, sasaran serta
harapan dengan memanfaatkan anggaran dan sumber daya yang ada
yang harus dicapai dalam periode tertentu.
d. Dipohusodo (1995)
Pengertian proyek adalah upaya yang mengerahkan sumber daya yang
ada yang diorganisasikan dalam rangka untuk mencapai tujuan, sasaran
dan harapan penting dalam jangka waktu yang terbatas dengan adanya
kesepakatan.

2.2 Ciri-ciri proyek


Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain
(Dannyanti, 2010):
a. Memiliki tujuan tertentu berupa basil kerja akhir.
b. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
c. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran
biaya, dan mutu hasil akhir.
d. Merupakan kegiatan non rutin, tidak berulang-ulang.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
2.3 Siklus Hidup Proyek
2.3.1 Pengertian Siklus Hidup Proyek
Siklus hidup proyek adalah perkembangan proyek dari awal ide atau
gagasan sampai proyek dinyatakan selesai dimana tiap tahapan memiliki
pola tertentu. Secara garis besar tahapan siklus hidup proyek dibagi menjadi
4 tahapan, diantaranya (Soeharto, 1999):
a. Tahapan Konsepsi
b. Tahapan Perencanaan
c. Tahapan Eksekusi
d. Tahapan Operasi

·
Sumber Daya Siklus Proyek

Waktu

Konsepsi Perencanaan Eksekusi Operasi


Sasaran Rencana Mobilisasi Start up
Lingkup Kerja Anggaran Engineering Demobilisasi
Kelayakan Jadwal Pengadaan Penutupan
Perangkat Konstruksi
Peserta Pengendalian

Gambar 2.1 Siklus Hidup Proyek

2.3.2 Tahapan-Tahapan Siklus Hidup Proyek


Tahapan siklus hidup proyek terdiri dari:
a. Tahap Konsepsi
Merupakan tahapan munculnnya ide atau gagasan tentang proyek
yang dimulai dari penemuan masalah. Selanjutnya masalah yang
ditemukan perlu dirumuskan dengan jelas serta tujuan pemecahan
masalah tersebut.
b. Tahap Perencanaan
Tahapan perencanaan meliputi:
i. Studi Kelayakan
Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa
proyek konstruksi yang diusulkan layak. untuk dilaksanakan, baik
dari aspek perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya
dan sumber pendanaan) maupun aspek lingkungan.
ii. Tahap Penjelasan
Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan
pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang
diijinkan, sehingga konsultan perencana dapat secara tepat
menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya
yang diperlukan.
iii. Tahap Desain/ Perancangan
Tahap perancangan meliputi dua tahap, yaitu:
 Tahap Pra-Desain (Premiminary Design)
Yang mencakup tahap ini yaitu kriteria desain, skematik
desain, proses diagram blok plan, rencana tapak, potongan,
denah, gambar situasi/ site plan, tata ruang, estimasi biaya.
 Tahap pengembangan Desain (Development Design)
Merupakan tahap pengembangan dari Pra-Desain yang sudag
dibuat dan perhitungan-perhitungan yang lebih detail.
iv. Desain Akhir dan Penyiapan Dokumen Pelaksanaan (Final Design
and Conctruction Document)
Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk
tahap pelelangan, mencakup gambar-gambar detail, untuk seluruh
bagian pekerjaan, spesifikasi, Bill of Quantity (daftar volume),
estimasi biaya konstruksi.
v. Tahap Pengadaan/ Lelang
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai
pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang
melaksanakan konstruksi dilapangan.
c. Tahap Eksekusi/ Pelaksanaan
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan
yang dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh
Konsultan Perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan semua operasional dilapangan.
d. Tahap Operasi
Tahap ini merupakan proses serah terima proyek dari kontraktor
kepada pemilik proyek, dan ini menjadi akhir dari dari proses
pelaksanaan. Pemilik proyek bisa mengoperasikan sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat.

2.4 Manajemen Proyek


2.4.1 Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan
memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan
material dengan menggunakan tehnik pengelolaan modern untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta
memenuhi keinginan para stakeholder.
PT PLN Persero UIP Konsultan Supervisi
Kontraktor
Maluku Konstruksi

Effective date pembangunan proyek

Menerima drawing approval drawing yang diajukan kontraktor

Membuat metode
pekerjaan dan analisis
Menyutujui
safety pekerjaan

Memulai pekerjaan
konstruksi

Koordinasi dan Mengawasi pekerjaan Koordinasi dan membuat


menyetujui konstruksi dan administrasi proyek
administrasi proyek mereview administrasi
proyek
Rapat progres pekerjaan di lapangan

Pembanguna proyek selesai

Tabel 2.1 Workflow Manajemen Proyek

2.4.2 Tujuan Manajemen Proyek


Handoko (1999:98) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah
sebagai berikut:
a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah
satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan
kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk
memasuki pasar.
b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan.
c. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek hams sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan
proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan ini
sering disebut sebagai tiga kendala (triple constraint) (Iman Soeharto,
1999).
Biaya

Waktu Mutu

Gambar 2.2 Tiga kendala (triple constraint)

2.4.3 Komponen Proyek


Ada empat komponen penting dari sebuah proyek, yaitu ruang lingkup
(scope), waktu, biaya dan kualitas. Keempat komponen tersebut menjadi
batasan dalam pelaksanaan proyek.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kriteria yang harus dipenuhi
dari produk yang dihasilkan dari proyek meliputi kriteria atau batasan
waktu, batasan ruang lingkup, batasan biaya, dan Batasan kualitas. Jadi
empat keharusan dalam sebuah proyek adalah (Dimyati & Nurjaman,
2014:41-42):
a. Diselesaikan dan diserahkan dengan tepat waktu
b. Cukup dibiayai dengan dana yang telah ditentukan
c. Sesuai dengan ruang lingkup yang disepakati
d. Memiliki kualitas hasil sesuai dengan kriteria yang disepakati antara
pelaksana dan pemberi proyek
Keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Schwalbe
K dalam buku Hamdan Dimyati & Kadar Nurjaman, 2014:41):

a. Batasan waktu
Proyek dilaksanakan dengan memperhatikan waktu penyerahan
produk atau hasil akhir sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang
berkepentingan. Keberhasilan dari sebuah proyek dapat diukur dari
ketepatan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan. Keterlambatan
penyelesaian proyek akan berdampak buruk pada kredibilitas pelaksana
proyek.

b. Batasan ruang lingkup


Ruang lingkup menyatakan batasan pekerjaan yang harus
diselesaikan dalam sebuah proyek. Ruang lingkup memberikan
gambaran sejauh mana tanggung jawab pelaksana proyek dan hasil-hasil
yang harus dilaporkan atau diserahkan kepada pemberi proyek.
c. Batasan biaya
Biaya menjadi salah satu faktor yang memiliki potensi risiko tinggi.
Proyek dilaksanakan dengan biaya yang telah disepakati oleh
penyandang dana yang harus digunakan untuk menutupi seluruh
pembiayan proyek. Manajer proyek harus memperkirakan dan
mendistribusikan ke setiap aktivitas proyek yang membutuhkan dana
dan mengendalikan agar realisasi biaya yang digunakan tidak melebihi
dari jumlah biaya yang telah direncanakan.
d. Batasan kualitas
Kualitas menjadi kriteria yang ditetapkan bersama antara pemberi
dan penerima proyek untuk dicapai sebagai standar kualitas dari produk
yang dihasilkan. Dengan standar kualitas, pelaksana proyek berusaha
menetapkan target-target yang harus dipenuhi dari setiap tahap
pelaksanaan proyek.
Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi. Hubungan ini
bersifat tarik menarik. Untuk menghasilkan kualitas yang lebih tinggi
diperlukan biaya yang tinggi atau ruang lingkup yang lebih kecil. Jika
menginginkan waktu penyelesaian proyek dipercepat, perlu biaya yang lebih
besar. Jika ruang lingkup proyek bertambah setelah penetapan estimasi
waktu dan biaya, maka harus diikuti dengan meningkatkan waktu dan atau
biaya.

2.5 Perencanaan Proyek


Perencanaan suatu proyek mensyaratkan bahwa tujuan proyek harus
dinyatakan dengan jelas sehingga manajer dan timnya mengetahui apa yang
diinginkannya. Pada fase ini didefinisikan tujuan dan sasaran proyek,
diidentifikasikan aktivitas, ditetapkan hubungan mendahului, dibuat estimasi
waktu, ditentukan waktu penyelesaian proyek, dan ditentukan kebutuhan
sumber daya (Taylor, 2012). Perencanaan proyek dimaksudkan untuk
menjembatani antara sasaran yang akan diraih dengan keadaan pada saat
awal (Herjanto, 2007).

2.5.1 Struktur Pemecahan Kerja/ Work Breakdown Structure (WBS)


Gray dan Larson (2008) berpendapat pekerjaan proyek dapat dibagi
menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Hasil dari proses hierarki ini
disebut Work Breakdown Structure (WBS). Dengan penggunaan WBS ini
maka semua produk dari elemen pekerjaan telah diidentifikasi, untuk
mengintegrasikan proyek dengan organisasi saat ini dan untuk membangun
basis pengendalian.
Santosa (2008) juga memaparkan bahwa pemecahan ini memudahkan
pembuatan penjadwalan proyek dan estimasi biaya serta menentukan siapa
yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana pedoman harus dipecah
tidak ada pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu sudah cukup mudah
dilaksanakan, dapat ditentukan waktu penyelesaiannya, sumber daya apa
yang diperlukan dan biaya yang diperlukan dapat dihitung, itu berarti sudah
cukup memadai. Struktur pemecahan kerja memiliki tingkatan sebagai
berikut (Santosa, 2008):

Tingkat Deskripsi
1 Proyek
2 Tugas
3 Subtugas
4 Paket Pekerjaan

Tabel 2.2 Tingkat Pemecahan Proyek

Terdapat 3 manfaat utama kegunaan WBS dalam perencanaan dan


pengendalian proyek menurut Santosa (2008) :
a. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel akan terlibat
dalam pengerjaan WBS. Persetujuan mereka membantu memastikan
tingkat akurasi dan kelengkapan pendefinisian pekerjaan dan
mendapatkan komitmennya terhadap proyek.
b. WBS menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan.
c. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek

2.5.2 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang
dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Penjadwalan proyek memberikan
informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja
sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta
rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek.
Penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci
dan sangat detail, untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek.
Manfaat penjadwalan proyek antara lain:
a. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek.
b. Mengidentifikasikan hubungan yang hams didahulukan di antara
kegiatan.
c. Memberikan pedoman terhadap penggunaan biaya, waktu, tenaga kerja
dan sumber daya lainnya untuk tiap kegiatan.

2.6 Metode Penjadwalan Proyek


Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen
penjadwalan yang biasa digunakan baik untuk proyek yang berfungsi
memproyeksikan kemajuan progres bobot pekerjaan dan waktu
pelaksanaan. Model penjadwalan proyek memiliki beberapa jenis dan
fungsi yang dapat digunakan dalam proses perencanaan maupun selama
proses konstruksi berlangsung, antara lain yaitu Critical Path Method
(CPM), Program Evaluation and Review Technique (PERT), dan
Microsoft Project.

2.6.1 Metode Jalur Kritis/ Critical Path Method (CPM)


Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), Metode Jalur Kritis (Critical
Path Method) yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek.
Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula
hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang
mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM
merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total
proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total
proyek yang bersangkutan.
Jaringan Kerja (network planning) adalah hubungan ketergantungan
antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan
dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-
bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar
untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu
pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai
dikerjakan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network
adalah sebagai berikut (Hayun, 2005):
a. (anak panah/ busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas
yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan
sebagai hal yang memerlukan durasi jangka waktu tertentu) dalam
pemakaian sejumlah sumber daya (sumber tenaga, peralatan, material,
biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang
menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan
berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan.
b. (lingkaran kecil/ simpul/ node), mewakili sebuah kejadian atau
peristiwa atau event. Kejadian didefinisikan sebagai ujung atau
pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili
satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa
kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari
sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang
biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan
yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai
kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan.
Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/
node tersebut.

c. (anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau


dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam
mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama
antara berbagai kegiatan. Dummy berguna untuk membatasi mulainya
kegiatan. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy
tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya
sama dengan nol.

d. (anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis


yaitu jalur kegiatan yang memiliki kepekaan atas keterlambatan
penyelesaian pekerjaan. Apabila kegiatan dalam jalur ini mengalami
keterlambatan, maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara
keseluruhan.

Berikut ini beberapa istilah yang digunakan untuk membangun jaringan


proyek (Gray dan Larson, 2008):

a. Aktivitas (activity), merupakan sebuah elemen proyek yang


memerlukan waktu.

b. Aktivitas Gabungan, merupakan sebuah aktivitas yang memiliki lebih


dari satu aktivitas yang mendahuluinya (lebih dari satu anak panah
ketergantungan).

c. Aktivitas paralel, merupakan aktivitas yang terjadi pada saat yang sama
atau aktivitas yang dapat terjadi selagi aktivitas ini terjadi.

d. Jalur, merupakan sebuah urutan dari berbagai aktivitas yang


berhubungan dan tergantung.

e. Predecessor, merupakan aktivitas pendahulu.

f. Successor, merupakan aktivitas pengganti atau aktivitas yang mengikuti


aktivitas ini.

g. Jalur kritis merupakan jalur terpanjang pada jaringan. Jika sebuah


aktivitas pada jalur ditunda, proyek juga tertunda untuk waktu yang
bersamaan.

h. Aktivitas Menggelembung, merupakan aktivitas ini mempunyai lebih


dari satu aktivitas yang mengikuti (lebih dari satu anak panah
ketergantungan yang mengalir dari aktivitas tersebut).

i. Event merupakan istilah untuk menunjukkan satu titik waktu di mana


sebuah aktivitas dimulai atau diselesaikan.

j. E (Earliest event occurence time) merupakan saat tercepat terjadinya


suatu peristiwa.

k. L (Latest event occurence time) merupakan saat paling lambat yang


masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.

l. ES (Earliest Start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat


dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai.

m. LS (Latest Start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai


sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

n. EF (Earliest Finish) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat


selesai.

o. LF (Latest Finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai


sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

p. T (activity duration time) adalah kurun waktu yang diperlukan untuk


suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).

q. S (activity slack) Adalah waktu tenggang untuk memulai suatu


pekerjaan atau waktu tenggang untuk menyelesaikan pekerjaan.
Kegiatan yang memiliki slack bernilai nol (0), maka kegiatan tersebut
dikategorkan sebagai kegiatan yang memiliki lintasan kritis (berada
dalam jalur kritis).

Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti


aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005):
a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan
satu anak panah.
b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor
kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian
bernomor tinggi.
d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian
(initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian
(terminal event).

Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dinyatakan


sebagai berikut :
a. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat
dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka
hubungan antara kegiatan tersebut dapat di lihat pada gambar berikut:

A B C
Gambar 2.3 Kegiatan A pendahulu kegiatan B &
kegiatan B pendahulu kegiatan C

b. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai,


maka dapat di lihat pada gambar berikut:

C
B

Gambar 2.4 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C

c. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat
dilihat pada gambar berikut:

A
C

B D
Gambar 2.5 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D

d. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetap D
sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada
gambar berikut:

A C

Dummy

B D

Gambar 2.6 Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D


Fungsi dummy ( ) di atas adalah memindahkan seketika itu juga
(sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B.
e. Jika kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian
yang sama, maka tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar
berikut: A

1 2
B

Gambar 2.7 Gambar yang salah jika kegiatan A, B dan C mulai dan
selesai pada kejadian yang sama
Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus
digambarkan dummy seperti pada gambar berikut:

A 2

B
1 4

C 3
atau

A 2

B
1 4

C 3

Gambar 2.8 Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama

Nama Kegiatan

Mulai Terdahulu Selesai Terdahulu


A

ES EF

LS LF
Selesai Terakhir
Mulai Terakhir 2

Lama Kegiatan

Gambar 2.9 Notasi yang Digunakan pada Node Kegiatan

Adapun teknik menghitung Critical Path Method adalah sebagai berikut


Heizer dan Render (2005):
a. Hitungan Maju (Forward Pass)
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk
menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu
tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu
peristiwa (E).
Aturan hitungan maju (Forward Pass) adalah sebagai berikut:
i. Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai jika
kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
E(1) = 0
ii. Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai
paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang
mendahuluinya.
EF (i-j) = ES (i-j) + t (i-j)
iii. Apabila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES)
kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal
(EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
Jika: EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c)

b. Hitungan Mundur (Backward Pass)


Dimulai dari finish menuju start untuk mengidentifikasi saat paling
lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya
suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
Aturan hitungan mundur (backward pass) adalah sebagai berikut :
i. Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu
selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya
kegiatan yang bersangkutan.
LS(i-j) = LF(i-j) - t
ii. Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih,
maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan
waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
Jika: LS(b) < LS(c) < LS(d), maka LF(a) = LS(b)

Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,
kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack adalah
waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer dan Render,
2005).
Slack Time (TS) = LS – ES, atau
Slack Time (TS) = LF – EF

Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan


perhitungan mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai
berikut.

B 3 D
A 2 (5) (6) F
1 5 6
(2) C E (3)
(3) 4 (4)

Gambar 2.10 Ilustrasi Perhitungan Waktu Jaringan Kerja

a. Hitungan Maju (Forward Pass)


i. Aturan hitungan pertama
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila
kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
E(1) = 0

ii. Aturan hitungan kedua


Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai
paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang
mendahuluinya.
EF (i-j) = ES (i-j) + t (i-j)
EF (1-2) = ES (1-2) + D = 0 + 2 = 2
EF (2-3) = ES (2-3) + D = 2 + 5 = 7
EF (2-4) = ES (2-4) + D = 2 + 3 = 5
EF (3-5) = ES (3-5) + D = 7 + 6 = 13
EF (4-5) = ES (4-5) + D = 5 + 4 = 9

iii. Aturan hitungan ketiga


Apabila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES)
kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF)
yang terbesar dari kegiatan terdahulu.

B D

Gambar 2.11 Suatu Kegiatan dengan Dua atau Lebih Kegiatan yang
Menggabung.

Jika: EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c)


Maka: EF (5-6) = EF (4-5) + D = 13 + 3 = 16

Kegiatan Paling Awal


Kurun Waktu (Hari)
Mulai Selesai
(i) (j) (t)
(ES) (EF)
1 2 2 0 2
2 3 5 2 7
2 4 3 2 5
3 5 6 7 13
4 5 4 5 9
5 6 3 13 16

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF


Dari perhitungan pada tabel di atas diperoleh waktu penyelesaian
proyek adalah selama 16 minggu.

b. Hitungan Mundur (Backward Pass)


i. Aturan hitungan pertama
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai
paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang
bersangkutan.
LS (i-j) = LF (i-j) - t
LS (5-6) = EF (5-6) – D = 16 – 3 = 13
LS (4-5) = EF (4-5) – D = 13 – 4 = 9
LS (3-5) = EF (3-5) – D = 13 – 6 = 7
LS (2-4) = EF (2-4) – D = 9 – 3 = 6
LS (2-3) = EF (2-3) – D = 7 – 5 = 2
ii. Aturan hitungan kedua
Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka
waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai
paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.

C
A

Gambar 2.12 Suatu Kegiatan dengan Dua atau Lebih Kegiatan yang
Memecah

Jika: LS (b) < LS (c) < LS (d), maka LF (a) = LS (b)


Maka: LF (1-2) = LS (2-3) = 2, dan
LS (1-2) = EF (1-2) – D = 2 – 2= 0

Kegiatan Paling Awal Paling Akhir


Kurun Waktu
Mulai Selesai Mulai Selesai
(i) (j) (t)
(ES) (EF) (LS) (LF)
1 2 2 0 2 0 2
2 3 5 2 7 2 7
2 4 3 2 5 6 9
3 5 6 7 13 7 13
4 5 4 5 9 9 13
5 6 3 13 16 13 16

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Mundur untuk Mendapatkan LF


c. Hitungan Slack Time
Slack Time atau atau Total Slack (TS) = LS –ES atau LF –EF
Kegiatan Paling Awal Paling Akhir
Kurun Waktu Mulai Selesa Mulai Selesai Total Slack
(i) (j) (t) (ES) i (LS) (LF) (TS)
(EF)
1 2 2 0 2 0 2 0
2 3 5 2 7 2 7 0
2 4 3 2 5 6 9 4
3 5 6 7 13 7 13 0
4 5 4 5 9 9 13 4
5 6 3 13 16 13 16 0

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Slack Time

Dalam metode CPM (Critical Path Method) dikenal dengan adanya jalur
kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan
dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian
kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir
proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-
aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan
kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek
secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan


kritis adalah sebagai berikut:
a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan
proyek tertunda penyelesaiannya.
b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang
ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.
c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis
yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off
(pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program
(diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang
bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya
lembur.
d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak
melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/ pimpro untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan
dilintasan kritis agar efektif dan efisien.

2.6.2 Metode Program Evaluation and Review Technique (PERT)


Metode Program Evaluation and Review Technique (PERT) merupakan
metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan
pengendalian proyek (Soeharto Iman, 1995:227).
Metode Progam Evaluation Review Technique (PERT) digunakan untuk
situasi dengan kadar ketidakpastian yang tinggi pada aspek kurun waktu
kegiatan pada suatu proyek sehingga kualitas perencanaan dan pengendalian
proyek tidak maksimal (Soeharto Iman, 1995:227).
Untuk kegiatan metode Progam Evaluation Review Technique (PERT)
Network Analysis menggunakan tiga estimasi waktu penyelesaian suatu
kegiatan. Estimasi ini diperoleh dari orang-orang yang mempunyai
kemampuan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan dan beberapa lama
waktu pekerjaannya. Ketiga waktu estimasi tersebut sebagai berikut
(Soeharto Iman, 1995:228):

a = Waktu Optimistik (optimistic duration time),


yaitu waktu tersingkat untuk menyelesaikan bila semuanya berjalan
baik tanpa hambatan-hambatan atau penundaan-penundaan.
m = Waktu paling mungkin (most likely time),
yaitu waktu paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila
kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
b = Waktu Pesimistik (pessimistic duration time),
yaitu waktu paling lama untuk menyelesaikan kegiatan,yaitu bila
terjadi hambatan atau lebih dari semestinya.

Density Probabilitas

a Waktu (Jam)
m b

Waktu Waktu Waktu


Optimistik Paling mungkin Pesimistik

Gambar 2.13 Kurva Distribusi Asimetris (beta) dengan a, m dan b

Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti a,b dan m. Kurun waktu yang
menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu yang paling
banyak terjadi atau juga disebut the most likely time (Soeharto Iman,
1995:228-229). Adapun angka a, b terletak hampir pada ujung kiri dan
kanan dari kurva distribusi, yang menandai batas lebar rentang waktu
kegiatan. Kurva distribusi kegiatan pada umumnya berbentuk asimetris dan
kurva beta
Setelah tiga angka estimasi tersebut diketahui maka langkah selanjutnya
adalah merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu angka
yang disebut dengan waktu yang diharapkan atau expected return (te)
dengan rumus sebagai berikut (Soeharto Iman, 1995:229):
a+ 4 m+b
te=
6
te = expected return
a = waktu optimis
m = waktu realistis
b = waktu pesimis

Density Probabilitas

a Waktu (Jam)
m te b

Waktu Waktu Waktu Waktu


Optimistik Paling Rata-rata Pesimistik
mungkin
Gambar 2.14 Kurva Distribusi dengan letak a, m, te dan b

Angka-angka a,b dan m berpengaruh besar dalam dalam metode PERT,


maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam estimasi besarnya angka-angka
tersebut diantaranya:
a. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a,b dan m dalam hubugannya
dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode
PERT secara keseluruhan. Bila tidak, dikhawatirkan akan mengambil
angka estimasi kurun waktu yang tidak sesuai atau tidak membawakan
pengertian yang dimaksud.
b. Di dalam proses estimasi angka-angka a,b dan m bagi masing-masing
kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target
kurun waktu penyelesaian proyek.
c. Jika tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka
data demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak
membantu mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan. Dengan syarat
data-data tersebut cukup banyak secara kuantitatif dan kondisi kedua
peristiwa yang bersangkutan tidak banyak berbeda.
Jadi yang perlu digaris bawahi disini adalah estimasi angka a,b dan m
hendaknya bersifat berdiri sendiri, artinya bebas dari pertimbangan
pengaruhnya terhadap komponen kegiatan yang lain, ataupun terhadap
jadwal proyek secara keseluruhan. Karena jika terjadi akan banyak
mengurangi faedah metode PERT yang menggunakan unsur probability
dalam merencanakan kurun waktu kegiatan (Soeharto Iman, 1995:230).

Rentang waktu pada tiga angka estimasi PERT menandai derajat


ketidakpastian dalam estimasi kurun waktu. Besarnya ketidakpastian
tergantung pada besarnya angka a dan b, dirumuskan sebagai berikut :
Deviasi standar kegiatan (Soeharto Iman, 1995:232) dengan rumus:
1
S= (b−a)
6
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
Varians kegiatan :

( )
2
2 b−a
V ( te )=S =
6
V(te) = varian kegiatan
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
Untuk mengetahui kemungkinan mencapai target jadwal dapat dilakukan
dengan menghubungkan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target
T(d) yang dinyatakan dengan rumus (Soeharto Iman,1995:235-237):
T ( d )−TE
z=
S
z = angka kemungkinan mencapai target
T(d) = target jadwal
TE = jumlah waktu kegiatan kritis
S = deviasi standar kegiatan

Sebagai ilustrasi, andaikan manajemen telah memberikan:


T(d) = target waktu penyelesaian proyek selama 20 hari,
S = deviasi standar = 0,88 hari
TE = Jumlah (te) kegiatan-kegiatan kritis = 17 hari
(Z) = Hubungan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target
T(d)
Percepatan waktu proyek selama 18 hari.
Pada metode Progam Evaluation Review Technique (PERT) dinyatakan
dengan z dan rumus sebagai berikut :
T ( d )−TE
z=
S
20−17
z= =3,41hari
0,88
Jadi hubungan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d)
adalah 3,41 hari. Walaupun variabilitas waktu aktifitas dapat menyebabkan
waktu penyelesaian melebihi 17 hari, terdapat peluang besar bahwa
pekerjaan tersebut akan terselesaikan sebelum batas waktu 20 hari.

2.6.3 Microsoft Project


Microsoft Project adalah sebuah aplikasi untuk mengelola suatu
proyek. Microsoft project merupakan sistem perencanaaan yang dapat
membantu dalam menyusun penjadwalan (scheduling) suatu proyek
atau rangkaian pekerjaan. Microsoft project juga mampu membantu
melakukan pencatatan dan pemantauan terhadap penggunaan sumber daya
(resource), baik yang berupa sumber daya manusia maupun yang berupa
peralatan. Yang dikerjakan oleh Microsoft Project antara lain mencatat
kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor, mencatat jam kerja para pegawai,
jam lembur dan menghitung pengeluaran sehubungan dengan ongkos tenaga
kerja, memasukkan biaya tetap, menghitung total biaya proyek, serta
membantu mengontrol penggunaan tenaga kerja pada beberapa pekerjaan
untuk menghindari overallocation (kelebihan beban pada penggunaan tanga
kerja).
Tabel Gantt Chart tmerupakan lembar kerja utama saat anda bekerja
dalam Microsoft project. Sedangkan Gantt Bar atau diagram balok berada
dalam tampilan lembar kerja Gantt Chart sebelah kanan. Diagram balok ini
menggambarkan unsur waktu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang ada
dalam bagian Gantt Table pada sebuah proyek.

Gambar 2.15 Diagram Gantt Chart

Input untuk memasukkan data awal yaitu dengan menggunakan fasilitas


dialog Summary Info atau Project Information seperti gambar berikut :

Gambar 2.16 Kotak Dialog Project Information

Secara default kalender kerja dalam Microsoft Project adalah Senin


sampai Jum’at dengan jam kerja pukul 08:00 – 12:00 dan 13:00 – 17:00,
sehingga beban kerja selama seminggu adalah 40 jam. Akan tetapi teteap
dapat memasukkan hari dan jam kerja khusus bagi sumber daya yang
dimiliki. Untuk mengubah waktu kerja baik untuk standar Microsoft Project
ataupun untuk sumber daya tertentu,Anda dapat menggunakan dialog
Change Working Time.

Gambar 2.17 Kotak Dialog Change Working Time

Dalam sebuah tugas yang saling berhubungan belum tentu merupakan


tugas yang saling berurutan, ada yang sama mulainya ada pula yang sama
berakhirnya. Dengan menampilkan dialog Task Information Prodecessors
atau double klick pada item kegiatan yang ditentukan tipe hubungan, dapat
terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2.18 Kotak Dialog Task Information Prodecessors

Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu aktivitas


dengan aktivitas lain. Dalam Microsoft Project mengenal 4 macam
hubungan antar aktivitas sebagai berikut (Napsiyana, 2007):
a. FS (Finish to Start) yaitu suatu aktivitas baru dapat dimulai jika
aktivitas yang lain selesai.

Gambar 2.19 Gambar logis FS (Finish to Start)


b. FF (Finish to Start) yaitu suatu aktivitas harus selesai bersamaan
dengan selesainya aktivitas lain.

Gambar 2.20 Gambar logis FF (Finish to Start)


c. SS (Start to Start) yaitu suatu aktivitas harus simulai bersamaan dengan
aktivitas lain.
Gambar 2.21 Gambar logis SS (Start to Start)
d. SF (Start to Finish) yaitu suatu aktivitas baru boleh diakhiri jika
aktivitas lain dimulai.

Gambar 2.21 Gambar logis SF (Start to Finish)

Setelah pengimputan data perencanaan telah selesai di input ke dalam


Microsoft Project, pastikan data sudah benar kemudian dapat dilakukan
baseline yaitu proses perekaman suatu perencanaan ke dalam memory
komputer yang tujuannya adalah membandingkan antara perencanaan dan
realisasi lapangan seperti gambar berikut:

Gambar 2.19 Kotak Dialog Set Baseline

Resource shett adalah lembar kerja yang digunakan untuk keperluan


yang digunakan untuk keperluan pendataan atau pembuatan daftar resource
atau sumber daya. Rasource name digunakan sebagai sumber daya, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya material. Type digunakan untuk
memasukkan type resource dengan 2 nilai pilihan, yaitu work dan material.
Material tabel diisikan dengan satuan resource yang bertipe material Initial
adalah singkatan untuk nama-nama resource yang ada. Group digunakan
untuk mengisikan nama kelompok dari resource pada sebuah proyek. Max
unit digunakan untuk menentukan jumlah resource yang digunakan selama
proyek berlangsung. Std rate digunakan untuk mengisi harga satuan masing-
masing resource. Ovt rate digunakan untuk mengisi harga lembur bagi
resource bertipe work. Cost/ use bagian ini dikhususkan untuk resource
dengan pekerjaan borongan. Accure at menunjukkan pilihan cara
pembayaran terdiri dari 3 jenis cara pembayaran yaitu start end dan prorate.
Base calender yaitu tentang kalender yang digunakan di dalam proyek yang
akan dijalankan, dan code digunakan untuk memberikan code pada masing-
masing resource seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.20 Resource Sheet

Pengolahan sumber daya yaitu dengan memilih resource name yang


nantinya akan digunakan sebagai sumber daya, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya material. Klik tombol ok secara otomatis akan
menghitung cost dan unit yang ada. Jumlah unit diubah, maka dengan
sendirinya nilai cost akan berubah sesuai jumlah unit seperti gambar berikut:
Gambar 2.21 Kotak Dialog Resource Information

2.7 Proyek Gardu lnduk


Gardu Induk adalah suatu instalasi yang merupakan bagian dari sistem
tenaga listrik, terdiri dari susunan peralatan yang berfungsi menerima dan
menyalurkan daya listrik serta menjamin keandalan sistem penyaluran
tenaga listrik. Gardu Induk berfungsi sebagai tempat untuk merubah
tegangan transmisi dari tegangan ekstra tinggi menjadi tegangan tinggi, dari
tegangan menjadi tegangan menengah.
Berdasarkan isolasi yang digunakan, Gardu Induk dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Gardu Induk menggunakan isolasi Gas SF6
Gardu Induk berisolasi SF6 adalah gardu induk yang menggunakan
isolasi gas SF6 sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan
kompartemen. Gardu Induk ini juga disebut Gas Insulated Substation
atau Gas Insulated Switchgear (GIS).
Keuntungan Gardu Induk berisolasi SF6 antara lain:
 Membutuhkan lokasi lahan yang lebih kecil.
 Waktu pembangunan yang lebih cepat.
Kekurangan Gardu Induk berisolasi SF6 antara lain:
 Harganya pembangunan yang mahal.
 Gas SF6 berbahaya apabila terjadi kebocoran ketika gangguan.

Gambar 2.22 Gardu lnduk Berisolasi Gas SF6

b. Gardu Induk menggunakan isolasi udara


Gardu Induk berisolasi udara adalah gardu induk yang menggunakan
isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian
yang bertegangan lainnya.
Keuntungan Gardu Induk berisolasi udara antara lain:
 Harga peralatan yang lebih murah .
 Teknologi pemasangan tidak rumit
Kekurangan dari Gardu Induk berisolasi udara antara lain:
 Memerlukan lahan yang luas.
 Terbuka sehingga rawan terhadap gangguan cuaca.
Gambar 2.23 Gardu Induk Berisolasi Udara

2.8 Penelitian-penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Eka Dannyanti (2010) dalam “Optimalisasi
Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT dan CPM : Studi Kasus Twin
Tower Building Pasca Sarjana Undip”, menemukan durasi optimal proyek
adalah 150 hari dengan biaya total proyek sebesar Rp 21.086.217.636,83,-
setelah dilakukan percepatan waktu dengan menggunakan CPM dan PERT
dengan 3 alternatif pengendalian yaitu penampahan tenaga kerja, kerja
lembur, dan sub kontrak untuk mengatur waktu penyelesaian proyek agar
lebih efisien dan efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Alan Duta Prayogi (2015) dalam


“Percepatan Penjadwalan dan Waktu pada Bangunan Gedung dengan
Meggunakan CPM dan PERT : Studi Kasus Proyek Bangunan Gedung Mall
Dinoyo City Malang”, menemukan percepatan waktu 38 hari dan efisiensi
biaya sebesar Rp 19.557.333,46,- dengan menetapkan jangka waktu
kegiatan proyek, bahan baku, tenaga kerja, waktu setiap aktivitas, urutan
kegiatan dan hubungan ketergantungan antar kegiatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Toyibun Suryanto (2018) dalam


“Evaluasi Penyelesaian Proyek dengan Metode CPM : Studi Kasus
Pembangunan Inslatasi Pengolahan Air Kabupaten Sukoharjo”, menemukan
tiga alternatif yang dibuat berdasarkan waktu percepatan mulai percepatan
satu sampai tiga minggu, dimana setiap waktu yang dibutuhkan untuk
mempercepat penyelesaian proyek maka biaya yang dibutuhkan semakin
meningkat, dan keterlambatan proyek akan dikenakan denda. Diperoleh
percepatan pertama dengan penambahan biaya sebesar Rp 31.888.000,00,-
yang lebih sedikit dibandingkan dengan total biaya denda akibat
keterlambatan penyelesaian proyek.

Peneliti Tahun Judul Masalah Metode Hasil

Eka 2010 Optimalisasi Pelaksaan PERT Menemukan


Dannyanti Pelaksanaan proyek dan percepatan
Proyek Dengan mengalami CPM waktu 38 hari
Metode PERT dan keterlambatan dan efisiensi
CPM (Studi Kasus , dan progres biaya sebesar
Twin Tower pekerjaan Rp
Building Pasca kecil. 19.557.333,46,-
Sarjana Undip). .
Alan Duta 2015 Percepatan Penjadwal an PERT Menemukan
Penjadwalan dan dan percepatan
Prayogi dan
Waktu pada perencanaan waktu 38 hari
Bangunan Gedung proyek agar CPM dan efisiensi
dengan terhindar dari biaya Rp
Meggunakan CPM kerugian 19.557.333,46,-
dan PERT (Studi yaitu dengan
Kasus Proyek keterlambatan menetapkan
Bangunan Gedung , perselisihan bahan baku,
Mall Dinoyo City atau klaim. tenaga kerja,
Malang). waktu, urutan
dan hubungan
ketergantungan
antar kegiatan.
Toyibun 2018 Evaluasi Kinerja CPM Diperoleh
Penyelesaian proyek alternatif
Suryanto
Proyek dengan menurun dan dengan
Metode CPM progres penambahan
(Studi Kasus pekerjaan biaya Rp
Pembangunan mengalami 31.888.000,00,-
Inslatasi keterlambatan yang lebih
Pengolahan Air . sedikit
Kabupaten dibandingkan
Sukoharjo). total biaya
denda akibat
keterlambatan
penyelesaian
proyek.
Tabel 2.6 Rangkuman penelitian terdahulu

2.9 Kerangka Pemikiran Penelitian


Manajemen proyek merupakan perencanaan dan pengendalian aktivitas-
aktivitas melalui koordinasi waktu dalam menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan dan pengalokasian sumber daya pada masing-masing aktivitas,
agar keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
disepakati dan mencapai efisiensi pelaksanaan proyek.

Mulai

Menentukan Objek Penelitian

Pengumpulan Data Proyek


Menyusun Alternatif
Penjadwalan Proyek

Pemilihan Alternatif yang Efisien


Setelah Menggunakan CPM

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2.24 Kerangka Pemikiran Penelitian


2.10 Alur/ Langkah-langkah Penelitian
Alur/ Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Perumusan masalah
Perumusan masalah dilakukan untuk memperjelas ruang lingkup pokok
permasalahan yang dihadapi dan memunculkan adanya usulan
perbaikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Tujuan penelitian
Untuk menganalisa penyelesaian proyek dan mementukan jalur kritis
agar waktu penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang telah
disepakati.
c. Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
i. Data pengamatan pada Proyek Pembangunan Gardu Induk 150 kV
Masohi.
ii. Penelitian yang dilakukan hanya pada pekerjaan sipil.
iii. Pekerjaan Elektrikal Mekanikal dikerjakan setelah pekerjaan sipil
selesai dikerjakan.
d. Studi Literatur
Suatu permasalahan yang diteliti telah ditentukan, dilakukan studi
literatur yang bertujuan agar dapat diperoleh gambaran yang jelas pada
masalah yang akan dibahas. Infomasi informasi berupa buku-buku
literatur, internet, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.
e. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
i. Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek
ii. Penyusunan Work Breakdown Stucture (WBS)
iii. Penentuan durasi waktu penyelesaian proyek
iv. Ketergantungan antar aktivitas proyek
f. Pengolahan data
i. Menyusun network diagram
ii. Menghitung perkiraan waktu setiap aktivitas
iii. Menghitung standart deviasi proyek
iv. Menentukan lintasan kritis
g. Interpretasi dan hasil
Interpretasi dan hasil dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana
output, yaitu waktu penyelesaian proyek, kebutuhan sumber daya
sebagai dasar proses pengendalian proyek.
h. Kesimpulan dan saran

Tahap terakhir penelitian yaitu membuat kesimpulan yang menjawab


tujuan akhir dari penelitian bedasarkan hasil pengolahan dan analisis
data yang dilakukan, serta saran berdasarkan kelemahan dalam
penelitian.
Flowchart alur/ langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar
berikut:
Perumusan Masalah

Tujuan dan Batasan Penelitian

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data
Penjadwalan menggunakan CPM

Interpretasi Dan Hasil


Jadwal penyelesaian proyek sesudah menggunakan CPM

Kesimpulan dan saran

Gambar 2.25 Alur/ langkah-langkah penelitian


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian berlangsung kurang lebih 6 bulan, yaitu pada bulan
Maret 2020 sampai dengan Agustus 2020.
Lokasi penelitian yaitu pekerjaan konstruksi sipil pada Proyek
Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi yang terletak di Desa Haruru,
Kecamatan Amahai, Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku.

3.2 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

3.2.1 Identitikasi Variabel Penelitian


Variabel secara umum dibagi menjadi dua, yaitu variable independen
dan variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang
menjelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan
variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variable lain.
Berdasarkan hipotesis yang sudah ditentukan dan perumusan masalah
yang telah diuraikan, maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
a. Variabel dependen
Variabel yang digunakan adalah variabel waktu penyelesaian proyek.
b. Variabel independen
Variabel yang digunakan adalah durasi setiap aktivitas proyek, dan
hubungan ketergantungan antar aktivitas proyek.

3.2.2 Detinisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional dan pengukuran variable penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Waktu penyelesaian proyek
Waktu dalam hal ini adalah durasi yang dibutuhkan dari pekerjaan
sipil pada Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi dan
merencanakan sumber daya yang dibutuhkan sampai pekerjaan sipil
berakhir.
Waktu optimal penyelesaian proyek adalah proyek dapat diselesaikan
sesuai schedule yang direncanakan sehingga Gardu Induk 150 kV
Masohi dapat segera dioperasikan.
b. Durasi setiap aktivitas proyek
Menyusun urutan kegiatan pekerjaan sipil pada Gardu Induk 150 kV
Masohi, kemudian membuat perkiraan durasi setiap aktivitasnya dan
merencanakan sumber daya yang dibutuhkan.
Dengan memecahkan pekerjaan menjadi lebih detail dan merinci
durasi waktunya, maka dapat diketahui hubungan ketergantungan
antar aktivitas proyek, sehingga tujuan proyek dapat dicapai.
c. Hubungan ketergantungan antar aktivitas proyek
Hubungan ketergantungan antar aktivitas dalam proyek Gardu Induk
150 kV Masohi terkait dengan aktivitas mana yang harus didahulukan
dikerjakan dan suatu aktivitas belum dapat dimulai sebelum aktivitas
sebelumnya belum selesai dikerjakan.
Untuk mempermudah dalam mengetahui dampak akibat
keterlambatan satu aktivitas terhadap seluruh aktivitas proyek, maka
dalam menyusun network dapat dihindari dalam menunjuk secara
spesifik hubungan ketergantungan antar aktivitas proyek.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang
valid dan akurat. Teknik Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian, sehingga diketahui
penjadwalan proyek yang optimal dengan Critical Path Method (CPM).
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini teknik pengumpulan data yang diterapkan oleh
penulis yaitu:
a. Dokumentasi untuk mengumpulkan data/ infomasi seperti gambar-
gambar detail pekerjaan sipil, spesifikasi teknis, bill of quantity (daftar
volume), dan estimasi biaya konstruksi.
b. Studi Pustaka dengan membaca buku-buku literatur, internet, dan
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
c. Wawancara dengan pihak terkait antara lain kontraktor, konsultan
supervisi konstruksi untuk mengetahui histori proyek yang sedang
diteliti.
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, diharapkan diperoleh
data-data sebagai berikut:
a. Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan (kontrak)
b. Bill of quantity (daftar volume)
c. Work Breakdown Stucture (WBS)
d. Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP)
e. Metode pekerjaan.
f. Jadwal pelaksanaan pekerjaan (Kurva S)
g. Laporan Kemajuan Pekerjaan Bulanan.

3.3.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri dari
bahan dan juga peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun
perangkat lunak(software). Instrumen yang digunakan anatara lain sebagai
berikut:
a. Perangkat keras (Hardware)
i. Laptop
ii. Telepon genggam
iii. Buku, pensil dan ballpoint

b. Perangkat Lunak (Software)


i. Web Browser
ii. Microsoft Office Word
iii. Microsoft Office Excel
iv. Microsoft Office Project

3.4 Metode Analisis Data


3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan menjabarkan
suatu data dari hasil penelitian. Keadaan yang dihadapi dalam penelitian ini
adalah pelaksanaan proyek yang megalami keterlambatan, tidak sesuai
dengan rencana waktu pelaksaan proyek yang telah ditetapkan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jalur
kritis/ Critical Path Method (CPM) dengan memperhitungkan kebutuhan
sumber daya seperti tenaga kerja, material dan peralatan. Analisis deskriptif
dapat digunakan untuk membandingkan solusi yang lebih optimal dari
beberapa alternatif rancangan jaringan kerja atau network proyek yang
dibuatkan.
JADWAL PENELITIAN

Waktu penelitian akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, terhitung sejak


bulan Maret 2020 sampai dengan Agustus 2020. Jadwal penelitian meliputi
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart
seperti tabel berikut:
Maret April Mei
No Uraian Minggu Ke -
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menentukan Objek
1.
Penelitian
Pengumpulan Data
2.
Proyek
3. Evaluasi Proyek

Juni Juli Agustus


No Uraian Minggu Ke -
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menyusun Alternatif
4.
Penjadwalan Proyek
Pemilihan Alternatif
5. Penjadwalan yang
Efisien
6. Kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


4.4.1 Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek
Aktivitas-aktivitas pekerjaan kostruksi sipil dalam Proyek Pembangunan
Gardu Induk 150 kV Masohi berdasarkan pada Kurva S yang telah disetujui
oleh owner dan kontraktor adalah sebagai berikut:

No Aktivitas Konstruksi Sipil


1. Pekerjaan Sipil 150 kV Control Building, 20 kV Cell Building
2. Pekerjaan Sipil Switchyard
3. Miscellaneous Work

Tabel 4.1 Aktivitas Konstruksi Sipil

4.4.2 Penyusunan Work Breakdown Stucture (WBS)


Dari aktivitas yang dihasilkan, selanjutnya dapat diketahui uraian aktivitas
sebagai dasar dalam menyusun WBS dari masing-masing aktivitas. Uraian
aktivitas WBS disusun berdasarkan Bill of Quantity (BoQ) dan drawing
approval dari pembangunan proyek sebagai berikut:

Pekerjaan Sipil 150 kV Control Building, 20 kV Cell Building


1. Foundation Work
a. Common Excavation
b. Backfill with selected material
c. Compacted sand layer
d. Lean Concrete
e. Stone Masonry
f. Concrete Reinforcement K-225
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
2. Structure and wall work
a. Concrete Reinforcement K-225
i. Coloumn
- Reinforcement
- Formwork
- Concrete
ii. Beam
- Reinforcement
- Formwork
- Concrete
b. A half brick Wall
3. Roof Work
a. Steel trusses complete with connection
b. Purlin
c. Wind Bracing and tie rod
d. Corrugated metal sheet complete with accessories
e. Acrylie Roof complete with accessories
4. Floor Work
a. Plain Concrete
b. Ceramic Tile
5. Plastering & Grouting
a. Plastering wall work
b. Grouting cement work
6. Doors and windows complete with frame and accessories
7. Ceiling work
8. Pipe works
9. Sanitary work
10 Septic tank works
.
11 Cable Duct Include Metal Works
.
a. Reinforcement
b. Formwork
c. Concrete
12 Painting works
.
13 Water tank stainless steel
.
14 Installation lighting
.
15 Air Conditioner and Exhaust fan
.
16 Lighting Protection
.
17 Fire Alarm
.
18 Fire Fighting Equipment
.
Pekerjaan Sipil Switchyard
1. Preparatory work for Control Building , MV Cell and Switchyard
a. Site Clearing
b. Setting Survey
c. Soil Investigation
2. Site Works
a. Common Excavation
b. Backfill with selected material
c. Fence Gate BRC
d. Gravel
e. Drainage and Kerbs
f. Road
i. Course Stone
ii. Base Course Compacting
iii
Course Aggregate With Asphalt Prime Coat
.
iv. Asphalt Hotmix
3. Cable Duct Include Metal Works
a. Reinforcement
b. Formwork
c. Concrete
4. Foundation
a. Power Transformer
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
b. Gantries
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
c. Disconnecting & Earthing Switches (DSE)
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
d. Disconnecting Switches (DS)
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
e. Circuit Breakers
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
f. Current Transformer
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii Concrete
.
g. Capacitor Voltage Transformer
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
h. Surge Arrester
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
i. Marshalling Kiosks
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
j. Post Insulator
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii Concrete
.
k. Netral Ground Resistance
i. Reinforcement
ii. Formwork
iii
Concrete
.
5. Site and Road Lighting
Miscellaneous Work
1. Bore Pile Diameter 40 cm

Tabel 4.2 WBS Konstruksi Sipil

4.4.3 Penentuan durasi waktu penyelesaian proyek


Proyek Pembangunan Gardu Induk 150 kV Masohi dikerjakan dalam
jangka waktu 540 hari kalender, direncanakan mulai dari tanggal 27 Maret
2019 sampai dengan 14 September 2020. Berikut ini perencanaan yang
dijadwalkan oleh kontraktor dalam bentuk Kurva S.

PEKERJAAN PEMBANGUNAN GI 150/20 KV - 30 MVA MASOHI (NEW)


PLANNED S-CURVE

Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19 Sep-19 Oct-19 Nov-19 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 May-20 Jun-20 Jul-20 Aug-20 Sep-20
Apr-19
NO. DESCRIPTION Bobot (%) M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18

a Jasa instalasi dan pemasangan untuk pekerjaan sipil


1 Pekerjaan sipil 150 kV Control Building, 20 kV MV cell building 29,045 0,290 0,290 0,581 0,871 1,452 1,743 2,324 2,904 3,485 4,066 4,938 6,099
2 Pekerjaan sipil Switchyard 57,524 2,313 3,470 4,048 5,783 7,518 8,675 11,567 14,149
3 Miscellaneous work 0,656 0,328 0,328

b Jasa instalasi dan pemasangan untuk pekerjaan elektrikal


1 Steel Structures, Busbar, Earthing 4,453 2,227 2,227
2 150 kV Line Bay : 2 Bays 1,262 0,421 0,421 0,421
3 150 kV Bus Coupler Bay : 1 Bay 0,334 0,167 0,167
4 150 kV Transformer Bay : 1 Bay 0,298 0,149 0,149
5 150/20 kV Power Transformer and Aux 0,061 0,030 0,030
6 20 kV Switchgears and Power Cables 0,565 0,188 0,188 0,188
7 Substation Automation Hardware 0,607 0,303 0,303
8 Substation Automation Software 0,043 0,022 0,022
9 Inverter for Substation Automation 0,020 0,010 0,010
10 150 kV Substation Aux Equipment 0,269 0,134 0,134
11 Miscellaneous 0,184 0,184
12 Test And Commissioning 4,449 2,224 2,224
13 Training 0,231 0,231

S UB TO T AL 100,00 0,328 0,618 2,604 4,051 4,920 7,236 9,261 10,999 14,471 17,634 6,293 7,585 6,550 0,767 0,829 0,658 0,517 2,224 2,456
0,328 0,946 3,550 7,601 12,520 19,756 29,017 40,016 54,487 72,121 78,414 85,999 92,549 93,316 94,145 94,803 95,320 97,544 100,00

Tabel 4.3 Kurva S Pembangunan Konstruksi

Pada Kurva S menunjukkan pekerjaan sipil direncanakan mulai pada


bulan Maret 2019, tetapi aktual pekerjaan tersebut dimulai pada bulan Juli
2019, oleh karena itu penulis merencanakan pekerjaan sipil dapat dimulai
pada bulan Juli 2019 sampai dengan Desember 2019, sehingga pekerjaan
elektrikal mekanikal dapat dimulai sesuai dengan schedule awal yaitu pada
bulan Januari 2020 dan proyek pembangunan dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana.
4.4.4 Ketergantungan antar aktivitas proyek
DAFTAR PUSTAKA

lgnasius Jonan. (2017). Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 1415K/20/MEM/2017 Tentang
Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN
(Persero) Tahun 2017 s.d 2026. Jakarta.

Dannyanti, Eka. (2010). Optimalisasi Pelaksanaan Proyek Dengan Metode


Metode Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation Review
Technique (PERT). Semarang.

Sumaryani. (2010). Analisis Konsep Nilai Hasil Pada Proyek Pembangunan


Gedung Parkir Roda Dua Bertingkat 4 Lantai UMS dengan Program
Microsoft Project 2007. Surakarta.

Duta Prayogi, Alan. (2015). Percepatan Penjadwalan dan Waktu Pada Bangunan
Gedung Menggunakan Metode Metode Critical Path Method (CPM)
dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Malang.

Suryanto, Toyibun. (2018). Evaluasi Penyelesaian Proyek Dengan Metode CPM


(Critical Path Method). Surakarta.

Pujiyono, Bambang. (2014). Konsep Manajemen Proyek, diakses dari https://


repository.ut.ac.id/3983/I/ADPU4338-M, diakses pada 20 Februari
2020.

Baba, Sai. Metode Jalur Kritis (CPM), diakses dari https://dinus.ac.id/ repository/
docs/ajar/materi cpm_dan_contoh_soal.pdf, diakses pada 5 Agustus
2020.
Purba, Christian. (2020). Wawancara "Bisnis Proses Model” di Kantor PLN UPP
Kitring Maluku, Ambon.

Arifien, Noor. (2020). Wawancara "Kronologi Proyek Gardu Induk” di Kantor


PLN Pusmanpro Jaringan Maluku, Ambon.

Mochamad, Triyoso. Supervisi Pekerjaan Gardu Induk. Makalah dipersentasikan


pada PT PLN Persero Corporate University Project Academy,
November 8, Bogor.

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwinrta3zo
XrAhVymeYKHfGNDb84ChAWMAF6BAgBEAE&url=http%3A
%2F%2Feprints.itn.ac.id%2F2223%2F1%2Fskripsi
%2520alan.pdf&usg=AOvVaw2eWHHXnht5aLbdi0eQLiiU

Anda mungkin juga menyukai