Labtek-Fluidisasi
Labtek-Fluidisasi
MODUL : Fluidisasi
Oleh :
Kelompok : 3 (tiga)
Nama : 1. Aulya Apta N NIM 1514110
2. Ilham Januari NIM 151411045
3. Muhammad Ikhsan NIM 151411052
4. Siti Nazmiati NIM 151411059
Kelas : 2B- D3 Teknik Kimia
PENDAHULUAN
Mahasiswa jurusan teknik kimia melakukan praktikum fluidisasi ini adalah untuk
mengetahui prinsip kerja dan mekanisme dari alat fluidisasi di Labaratorium Teknik Kimia
bawah. Fluidisasi adalah peristiwa dimana terjadinya kontak antara padatan dengan gas,
sehingga sifat unggun menjadi seperti fluida sehingga padatan dapat dialirkan. Sifat padatan
yang terfluidisasi ini memberikan manfaat dalam operasi yang menggunakan padatan bersifat
kontinyu. Keuntungan lain adalah dengan butiran yang terangkat hingga mengapung ini
membuat luas permukaan kontak sangat besar sehingga operasi menjadi sangat efektif.
Peristiwa fluidisasi banyak digunakan dalam industry petrokimia dalam reactor cracking
dan beberapa incenerator. Contoh pemakaian dari reactor cracking adalah pembuatan alkil
klorida dari gas klorin dengan olefin dan pembuatan phthalic-anhidride dari oksida naphtalena
oleh udara. Sedangkan pada incenerator digunakan untuk pembakaran lumpur dari proses
mikrobiologi dan juga penyeleseian akhir untuk perlakuan limbah B3.
1.2 Tujuan
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padatan dengan fluida baik cair
maupun gas. Metoda ini diharapkan butiran padatan memiliki sifat seperti fluida dengan
viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk
bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang
cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas.
Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan
yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed.
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana unggun
padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing
butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada
kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik
dan sebagainya.
Fluidisasi adalah pengontakan antara padatan dengan gas, sehingga sifat unggun
menjadi seperti sifat-sifat fluida, seperti :
- Mengapungkan benda
- Permukaannya horizontal
- Dapat mengalir seperti fluida
- Mempunyai beda tekanan hidrostatis maupun hidrodinamis
Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair ke
dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran hanya
menerobos unggun melalui celah-celah/ ruang kosong antar partikel, sedangkan partikel-partikel
padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam. Saat
kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu kecepatan saat
gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama dengan gaya berat partikel-
partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut
incipient fluidization atau fluidisasi minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa
fenomena yang dapat diamati secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat
memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Karena sifat-sifat partikel padat yang
menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.
a) Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan,
b) Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi
isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya,
c) Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan pemindahan
jumlah panas yang besar dalam reaktor,
d) Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi,
perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik
memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-
partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi
aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen
sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung – gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi
ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertical.
7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.
Pada kondisi yang sebenarnya, kondisi fluidisasi homogen sukar diperoleh, khususnya
bila fluida yang digunakan adalah gas, sehingga terjadi fluidisasi heterogen. Tiga jenis fluidisasi
heterogen dapat terjadi yaitu :
- Penggelembungan (bubbling)
- Kanal-kanal (channelling)
- Penorakan (slugging)
Evaluasi Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi
Densitas partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air atau
zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel berpori,
cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan
memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel
(berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi densitas
bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk partikel-artikel yang
demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode yang diturunkan
Ergun.
Bentuk partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai
butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain,
harus ada koreksi yang menyatakan bentuk partikel sebenarnya. Faktor koreksi
tersebut dinyatakan dengan : volume sama, luas permukaan partikel. luas permukaan
bola
Diameter partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong didalam unggun.
Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu cara
mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair). Sebagai ilustrasi dengan apa
yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam air di dalam mana ditempatkan
sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas
dengan arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah partikel padat akan
diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam atau”fixedbed”. Kalau laju alir gas
dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi tersuspensi di
dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang mobil ini, sifat unggun akan
menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut “fluidized bed”.
Fluidisasi padat oleh gas
Suatu kolom diisi oleh butiran padat yang mempunyai ukuran tertentu, mula-mula
mempunyai tinggi L1. Dari bawah dialirkan fluida (gas) keatas yang penyebaran gasnya dibantu
oleh distributor. Pada laju alir rendah unggun akan tetap diam, karena gas akan mengalir melalui
celah-celah padatan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan butiran. Keadaan itu yang
kita sebut unggun diam (fixed bad). Kalau laju alir (fluida gas) dinaikan sedikit demi sedikit,
maka pada laju alir tertentu unggun akan terangkat dan butiran akan tersuspensi dalam aliran gas
yang melaluinya. Pada keadaan ini butiran terpisah antara satu dengan lainnya sehingga mudah
bergerak.
Pada operasi fluidisasi :
D pUm f f D p f p f
3
2
Untuk keadaan khusus :
ρDv
Nre < 20 ; Nre =
μ
D p p f
2
Umf = ……………..………..….(2)
1650
ρDv
Nre > 1000 ; Nre =
μ
D p .g . p f 1/2
Umf =( ) ……………..………..(3)
24,5 f
Dimana :
Dp = Diameter padatan (mm)
ρp = Rapat massa padatan (kg/m3)
ρf = Rapat massa gas (kg/m3)
Umf = Kecepatan gas minimum (m/dt)
G = grafitasi (m/dt2)
μ = Viskositas gas (Ndt/m2)
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini
dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung
Atau
[kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas zat padat-
densitas fluida].
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan
fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas
Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
213-fluidisasi.pdf.
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:
Log P A
D B
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun)
dihitung berdasarkan korelasi berikut:
Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh kozeny dengan mengasumsikan
bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan satu kumpulan saluransaluran lurus
yang partikelnya mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama
dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‘k’ yang
diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:
Kozeny (1927) k’= 150
Carman ( 1937) k’= 180
US Bureau of Munes (1951) k’= 200
Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun
(1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai
hubungan dari : “viscous losses” dan “kinetic energy losses”.
Dimana :
k1 =150 ;
k2 = 1,75
Pada tekanan ekstrim, yaitu:
1. Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan
2. Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan
Kecepatan Minimum Fluidisasi
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial
fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh denganmengkombinasikan
persamaan (6) dengan persamaan (8)
Karakteristik Unggun Tidak Terfluidakan
Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara
penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superficial fluida (U). Untuk keadaan yang ideal, kurva
hubungan ini berbentuk seperi terlihat dalam gambar 4:
METODOLOGI
a. Kolom fluidisasi
b. Pompa udara
c. Rotameter udara
d. Kerangan pengatur laju alir
e. Kerangkan tempat padatan
f. Piknometer
g. Janka sorong
h. Neraca timbang.
3.1.2 Bahan
Menyiapkan piknometer
Mengisi piknometer dengan partikel padat yang akan digunakan setengah Vol. Piknometer
kemudian ditimbang
Memperbesar laju alir udara dengan membukan keran secara bertahap dan ukur ΔP tiap
kenaikan laju alir
2. Diameter 125-250 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
3
(m /s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
2x10-4 0,1 0,1 9,8 9,8
-4
2,33x10 0,2 0,2 19,6 19,6
-4
2,67x10 0,3 0,4 29,4 39,2
3x10-4 0,4 0,4 39,2 39,2
-4
3,33x10 0,4 0,4 39,2 39,2
3,67x10-4 0,4 - 39,2
3. Diameter 250-500 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
3
(m /s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-5
6,67x10 0,6 0,7 58,8 68,6
1x10-4 0,9 1,2 88,2 117,6
-4
1,33x10 1,2 1,9 117,6 186,3
1,67x10-4 1,3 2 127,4 196,1
-4
2x10 1,3 2 127,4 196,1
2,33x10-4 1,3 2 127,4 196,1
4. Diameter 500-1000 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
(m3/s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-5
6,67x10 0,2 0,4 19,61 39,2
-4
1x10 0,4 0,6 39,2 58,8
1,33x10-4 0,6 0,9 58,8 88,2
-4
1,67x10 0,8 1,3 78,4 127,4
2x10-4 0,9 1,6 88,2 156,9
-4
2,33x10 2,1 1,8 205,9 176,5
2,67x10-4 2,1 1,8 205,9 176,5
-4
3x10 2,1 1,8 205,9 176,5
5. Diameter 1-1, 5 mm
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
(m3/s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-4
1x10 0 0,2 0 19,6
1,33x10-4 0,2 0,3 19,6 29,4
-4
1,67x10 0,2 0,3 19,6 29,4
-4
2x10 0,2 0,4 19,6 39,2
2,33x10-4 0,5 49,0
-4
2,67x10 0,5 49,0
3x10-4 0,6 58,8
-4
3,33x10 0,7 68,6
3,67x10-4 0,8 78,4
-4
4x10 0,8 78,4
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Menghitung rapat massa partikel
a. Menghitung volume piknometer
Volume piknometer=Volume air penuh
Massa air = Wb-Wa
= 0,0583 kg − 0,03323 kg
= 0,02507 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
Volume air = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
0,02507 𝑘𝑔
= 997,1 𝑘𝑔/𝑚3
= 2,5x10-5 m3
b. Menghitung volume air pada piknometer berisi padatan dan air sampai
penuh
Massa air dalam piknometer = Wd – Wc
1) Massa air dalam piknometer = 0,06489 kg – 0,04508 kg = 0,01981 kg
2) Massa air dalam piknometer = 0,06609 kg – 0,04786 kg = 0,01823 kg
3) Massa air dalam piknometer = 0,06707 kg – 0,0499 kg = 0,01717 kg
4) Massa air dalam piknometer = 0,06744 kg – 0,04979 kg = 0,01765 kg
5) Massa air dalam piknometer = 0,06116 kg – 0,04718 kg = 0,01398 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Volume air penuh = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
0,01981𝑘𝑔
1) Volume air penuh = = 1,99x10-5 m3
997,1 𝑘𝑔/𝑚3
0,01823 𝑘𝑔
2) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,83x10 m3 -5
0,01717 𝑘𝑔
3) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,72x10-5 m3
0,01765 𝑘𝑔
4) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,77x10-5 m3
0,01398 𝑘𝑔
5) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,4x10-5 m3
c. Menghitung rapat massa butiran
Massa butiran = Wc – Wa
1) Massa butiran = 0,04508 kg – 0,03323 kg = 0,01185 kg
2) Massa butiran = 0,04786 kg – 0,03323 kg = 0,01463 kg
3) Massa butiran = 0,0499 kg – 0,03323 kg = 0,01667 kg
4) Massa butiran = 0,04979 kg – 0,03323 kg = 0,01656 kg
5) Massa butiran = 0,04718 kg – 0,03323 kg = 0,01395 kg
Volume butiran = Volume piknometer – Volume air
1) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,99x10-5 kg = 5,1x10-6 kg
2) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,83x10-5 kg = 6,7x10-6 kg
3) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,72x10-5 kg = 7,8x10-6 kg
4) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,77x10-5 kg = 7,3x10-6 kg
5) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,4x10-5 kg = 1,1x10-6 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛
Rapat massa butiran = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛
0,01185 𝑘𝑔
1) Rapat massa butiran = 5,1𝑥10−6 𝑚3 = 2323,53 kg/m3
0,01463𝑘𝑔
2) Rapat massa butiran = 6,7𝑥10−6 𝑚3 = 2183,58 kg/m3
0,01667 𝑘𝑔
3) Rapat massa butiran = 7,8𝑥10−6 𝑚3 = 2137,18 kg/m3
0,01656 𝑘𝑔
4) Rapat massa butiran = 7,3𝑥10−6 𝑚3 = 2268,49 kg/m3
0,01395 𝑘𝑔
5) Rapat massa butiran = 1,1𝑥10−5 𝑚3 = 1268,18 kg/m3
4.2.2. Menghitung Umf
a. Menghitung rapat massa udara
28,97 1 273,2 28,97 1 273,2
𝜌𝑓 = = = 1,185 𝑘𝑔/𝑚3
22,414 𝑇𝑓 22,414 298
2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3cm
0.5
0
0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27 1.32
log U Umf
Umf
2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3 cm
0.5
0
1.02 1.09 1.16 1.22
Umf
log U
Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel
(250-500µm)
5
4.5
4
3.5
log∆P
3
2.5
2 Unggun 4 cm
1.5
Ungggun 3 cm
1
0.5
0
0.79 0.92 1.02 1.09 1.16
Umf
log U
3
2.5
2 Unggun 4 cm
1.5
Unggun 3 cm
1
0.5
0
0.62 0.79 0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27
log U umf
Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel (1
- 1,5mm)
3.5
3
2.5
log∆P
2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3 cm
0.5
0
0.79 0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27 1.32 1.36 1.4
Umf log U Umf
BAB V
PEMBAHASAN
Proses fluidisasi dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair ke
dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran
hanya menerobos unggun melalui celah-celah antar partikel, sedangkan partikel-partikel
padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam.
Saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu
kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama
dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan
mulai terekspansi. Keadaan ini disebut fluidisasi minimum. Pada laju alir yang cukup
tinggi butiran padat akan bergerak karena gas mengalir melalui ruang antar partikel dan
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Kondisi ini dikenal sebagai
fenomena terfluidisasi. Unggun terfluidisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
laju alir fluida dan jenis fluida, ukuran partikel, jenis dan densitas partikel, porositas
unggun, distribusi aliran, , diameter kolom dan tinggi kolom.
Pada percobaan fluidisasi padat gas menggunakan partikel padatan yaitu pasir
karena sifat dari partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas
tinggi. Tujuan praktikum kali ini adalah membuat kurva karakteristik fluidisasi,
menentukan rapat massa butiran padat, menentukan harga kecepatan alir minimum Umf
dari kurva karakteristik dan dari perhitungan serta mengetahui pengaruh ukuran partikel
dan tinggi unggun terhadap Umf.
Pada percobaan fluidisasi ini didapatkan data besarnya nilai penurunan tekanan
(ΔP) pada laju tertentu (Q). Sehingga dapat dibuat kurva karakteristik fluidisasinya.
Dari hasil percobaan, kurva karakteristik fluidisasi tiap butiran padatan dengan berbagai
ketinggian berbeda meskipun laju alir udara tekan yang diberiksan sama. Hal ini
disebabkan karena pengaruh perbedaan diameter dan massa jenis dari setiap partikel
padatan yang digunakan. Semakin besar diameter suatu butiran padatan, maka butiran
padatan tersebut yang terfluidisasi hanya sedikit bahkan ada juga yang tidak
terfluidisasi. Sebaliknya semakin kecil diameter suatu padatan, maka butiran padatan
yang terfluidisasi akan semakin banyak. Tinggi dari unggun pun berpengaruh pada
percobaan ini. Semakin tinggi unggun menyebabkan semakin banyaknya volume dari
butiran padatan yang mengisi kolom tersebut. Sehingga akan mempengaruhi
terfluidisasinya butiran padatan yang menyebabkan sedikitnya butiran padatan yang
terfluidisasi. Sebaliknya jika semakin rendah tinggi unggun, menyebabkan semakin
sedikitnya volume dari butiran padatan itu, maka butiran padatan yang terfluidisasi pun
akan semakin banyak.
5. Semakin besar laju alir yg di set, semakin tinggi pula perolehan U nya kecuali pada laju
alir terbesar yaitu di 25 karena terjadi penurunan kembali pd nilai U
Semakin rendah tinggi unggun, semakin tinggi Umf yang didapatkan.
4. Semakin besar ukuran diameter partikel padatannya maka semakin besar pula harga
kecepatan laju alir minimum (Umf) yang dibutuhkannya. Semakin tinggi unggun semakin
tinggi harga umf.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, Agus. 2011. Jobsheet Praktikum Satuan Operasi “Fluidisasi Padat Gas”. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Geankoplis, C.L. 1993, “Transport Processes and Unit operations” 3rd, pp 127-132,Prentice-
Hall, Inc., Eanglewood Cliffs, new jersey USA.
Wiranata, A. 2013. Fluidisasi.
https://www.academia.edu/13163477/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Pengertian_Fl
uidisasi.[7 Mei 2016].
2009. Modul Fluidisasi. http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
213-fluidisasi.pdf.[7 Mei 2016].