Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM LABTEK 2

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017

MODUL : Fluidisasi

PEMBIMBING : Ir.Retno Indarto., M.T

Praktikum : 22 Maret 2017


Penyerahan : 29 Maret 2017 (Laporan)

Oleh :

Kelompok : 3 (tiga)
Nama : 1. Aulya Apta N NIM 1514110
2. Ilham Januari NIM 151411045
3. Muhammad Ikhsan NIM 151411052
4. Siti Nazmiati NIM 151411059
Kelas : 2B- D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa jurusan teknik kimia melakukan praktikum fluidisasi ini adalah untuk
mengetahui prinsip kerja dan mekanisme dari alat fluidisasi di Labaratorium Teknik Kimia
bawah. Fluidisasi adalah peristiwa dimana terjadinya kontak antara padatan dengan gas,
sehingga sifat unggun menjadi seperti fluida sehingga padatan dapat dialirkan. Sifat padatan
yang terfluidisasi ini memberikan manfaat dalam operasi yang menggunakan padatan bersifat
kontinyu. Keuntungan lain adalah dengan butiran yang terangkat hingga mengapung ini
membuat luas permukaan kontak sangat besar sehingga operasi menjadi sangat efektif.
Peristiwa fluidisasi banyak digunakan dalam industry petrokimia dalam reactor cracking
dan beberapa incenerator. Contoh pemakaian dari reactor cracking adalah pembuatan alkil
klorida dari gas klorin dengan olefin dan pembuatan phthalic-anhidride dari oksida naphtalena
oleh udara. Sedangkan pada incenerator digunakan untuk pembakaran lumpur dari proses
mikrobiologi dan juga penyeleseian akhir untuk perlakuan limbah B3.

1.2 Tujuan

1. Membuat kurva karakterisitik fluidisasi.


2. Menentukan rapat massa butiran padat.
3. Menentukan harga kecepatan alir minimum Umf dari kurva karakteristik dan dari
perhitungan.
4. Mengetahui pengaruh ukuran partikel dan tinggi unggun terhadap Umf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padatan dengan fluida baik cair
maupun gas. Metoda ini diharapkan butiran padatan memiliki sifat seperti fluida dengan
viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk
bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang
cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas.
Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan
yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed.

Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana unggun
padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing
butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada
kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik
dan sebagainya.

Fluidisasi adalah pengontakan antara padatan dengan gas, sehingga sifat unggun
menjadi seperti sifat-sifat fluida, seperti :

- Mengapungkan benda
- Permukaannya horizontal
- Dapat mengalir seperti fluida
- Mempunyai beda tekanan hidrostatis maupun hidrodinamis

Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair ke
dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran hanya
menerobos unggun melalui celah-celah/ ruang kosong antar partikel, sedangkan partikel-partikel
padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam. Saat
kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu kecepatan saat
gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama dengan gaya berat partikel-
partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut
incipient fluidization atau fluidisasi minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa
fenomena yang dapat diamati secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat
memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Karena sifat-sifat partikel padat yang
menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.

Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:

a) Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan,
b) Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi
isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya,
c) Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan pemindahan
jumlah panas yang besar dalam reaktor,
d) Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi,
perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik
memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.

Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:

a. selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik


fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu,
b. butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah tertentu
padatan,
c. adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin,
d. terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat dihindari
sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi pada reaktor,
konversi reaksi akan kecil.
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-
partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi
aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen
sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung – gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi
ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertical.
7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a) laju alir fluida dan jenis fluida


b) ukuran partikel dan bentuk partikel
c) jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d) porositas unggun
e) distribusi aliran,
f) distribusi bentuk ukuran fluida
g) diameter kolom
h) tinggi unggun.
Syarat fluidisasi homogen :
1. Butiran partikel terdistribusi secara merata dalam unggun sehingga porositas unggun
merata disetiap tempat.
2. Kerapatan partikel dan kerapatan fluida hampir sama.
3. Bentuk partikel berupa bola.
4. Bentuk dan ukuran partikel sama dan kecil.

Pada kondisi yang sebenarnya, kondisi fluidisasi homogen sukar diperoleh, khususnya
bila fluida yang digunakan adalah gas, sehingga terjadi fluidisasi heterogen. Tiga jenis fluidisasi
heterogen dapat terjadi yaitu :
- Penggelembungan (bubbling)
- Kanal-kanal (channelling)
- Penorakan (slugging)
Evaluasi Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi
 Densitas partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air atau
zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel berpori,
cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan
memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel
(berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi densitas
bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk partikel-artikel yang
demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode yang diturunkan
Ergun.
 Bentuk partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai
butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain,
harus ada koreksi yang menyatakan bentuk partikel sebenarnya. Faktor koreksi
tersebut dinyatakan dengan : volume sama, luas permukaan partikel. luas permukaan
bola
 Diameter partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
 Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong didalam unggun.
Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu cara
mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair). Sebagai ilustrasi dengan apa
yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam air di dalam mana ditempatkan
sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas
dengan arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah partikel padat akan
diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam atau”fixedbed”. Kalau laju alir gas
dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi tersuspensi di
dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang mobil ini, sifat unggun akan
menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut “fluidized bed”.
Fluidisasi padat oleh gas
Suatu kolom diisi oleh butiran padat yang mempunyai ukuran tertentu, mula-mula
mempunyai tinggi L1. Dari bawah dialirkan fluida (gas) keatas yang penyebaran gasnya dibantu
oleh distributor. Pada laju alir rendah unggun akan tetap diam, karena gas akan mengalir melalui
celah-celah padatan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan butiran. Keadaan itu yang
kita sebut unggun diam (fixed bad). Kalau laju alir (fluida gas) dinaikan sedikit demi sedikit,
maka pada laju alir tertentu unggun akan terangkat dan butiran akan tersuspensi dalam aliran gas
yang melaluinya. Pada keadaan ini butiran terpisah antara satu dengan lainnya sehingga mudah
bergerak.
Pada operasi fluidisasi :

D pUm f  f  D p  f  p   f 
3

 33,7   0,0408   33,7 ……………(1)


2

  2 
Untuk keadaan khusus :

ρDv
 Nre < 20 ; Nre =
μ

D p  p   f 
2

Umf = ……………..………..….(2)
1650 
ρDv
 Nre > 1000 ; Nre =
μ
D p .g . p   f  1/2
Umf =( ) ……………..………..(3)
24,5  f

Dimana :
Dp = Diameter padatan (mm)
ρp = Rapat massa padatan (kg/m3)
ρf = Rapat massa gas (kg/m3)
Umf = Kecepatan gas minimum (m/dt)
G = grafitasi (m/dt2)
μ = Viskositas gas (Ndt/m2)

Unggun Terfluidakan (Fluidized Bed)


Untuk unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan pressure drop adalah
persamaan Ergun yaitu:

Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini
dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung
Atau
[kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas zat padat-
densitas fluida].

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan
fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas
Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
213-fluidisasi.pdf.

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:

Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat


Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
213-fluidisasi.pdf.
Karakteristik Unggun terfluidakan

Gambar 3. Kurva laju alir gas terhadap pressure drop


Sumber : Jobsheet Praktikum Satuan Operasi “Fluidisasi Padat Gas”. Politeknik Negeri
Bandung.

Log P A

D B

log Umf log U0


Gambar 4. Grafik antara log (P) terhadap log (U0) pada peristiwa fluidisasi.
Sumber :
https://www.academia.edu/13163477/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Pengertian_Fluidis
asi.
Dimana :
U0 = Kecepatan superfisial rata-rata fluida
P = kehilangan tekanan pada unggun
Umf = perbedaan antara tekanan fluida yang akan masuk unggun dan tekanan fluida
yang akan keluar unggun.
Fluida dialirkan kedalam kolom dengan kecepatan atas dasar kolom kosong, U0. Yang
berarti kecepatan rata-rata fluida dalam kolom kosong dengan luas penampang sama dengan
penampang unggun pada laju alir volume yang sama dengan laju alir fluida dalam unggun.
Sehingga U0 = Q/A
Dimana, Q = Laju alir volume (m3/s)
A = Luas penampang kolom kosong (m2)
Dengan peningkatan kecepatan fluida, tinggi unggun juga meningkat, tetapi
kehilangan tekanan (P) akan konstan. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa geometri intern
unggun berubah terutama mengenai porositas unggun (), yaitu fraksi ruang kosong dalam
unggun.
Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui
besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting karena selain erat
sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi
tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang
menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu
sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh “viscous
loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :

dP/L : kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran


gc : faktor konversi
µ : viskositas fluida
ε : porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di
dalam unggun dengan volume unggunnya
V : kecepatan alir superficial fluida
S : luas permukaan spesifik partikel

Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun)
dihitung berdasarkan korelasi berikut:
Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh kozeny dengan mengasumsikan
bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan satu kumpulan saluransaluran lurus
yang partikelnya mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama
dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‘k’ yang
diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:
Kozeny (1927) k’= 150
Carman ( 1937) k’= 180
US Bureau of Munes (1951) k’= 200
Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun
(1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai
hubungan dari : “viscous losses” dan “kinetic energy losses”.

Dimana :
k1 =150 ;
k2 = 1,75
Pada tekanan ekstrim, yaitu:
1. Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan
2. Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan
Kecepatan Minimum Fluidisasi
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial
fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh denganmengkombinasikan
persamaan (6) dengan persamaan (8)
Karakteristik Unggun Tidak Terfluidakan
Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara
penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superficial fluida (U). Untuk keadaan yang ideal, kurva
hubungan ini berbentuk seperi terlihat dalam gambar 4:

Gambar 5. Kurva Karakteristik Fluidisasi Ideal


Sumber:https://www.academia.edu/13163477/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Pengertian_Fluidisasi.
Keterangan:
Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam
Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE: menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada waktu kita
menurunkan kecepatan air fluida.
Harga penurunan tekananuntuk kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah
daripada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Peralatan peralatan utama dan pendukung yang terdiri dari :

a. Kolom fluidisasi
b. Pompa udara
c. Rotameter udara
d. Kerangan pengatur laju alir
e. Kerangkan tempat padatan
f. Piknometer
g. Janka sorong
h. Neraca timbang.

3.1.2 Bahan

Partikel Bata Merah dan Pasir Abu


3.2 Langkah Percobaan

3.2.1 Penentuan Massa Jenis Partikel

Menyiapkan piknometer

Menimbang piknometer kosong

Mengisi piknometer dengan air kemudian timbang

Mengosongkan dan mengeringkan


piknometer

Mengisi piknometer dengan partikel padat yang akan digunakan setengah Vol. Piknometer
kemudian ditimbang

Memasukan air hingga piknometer penuh, kemudian


timbang

Ulangi prosedur diatas dengan menggunakan ukuran partikel yang berbeda


3.2.2 Percobaan Fluidisasi

Mengatur kecepatan udara yang kecil pada


pompa udara

Mengisi tabung dengan partikel padatan yang akan digunakan setinggi ±


3cm

Menyalakan pompa dan catat ΔP unggun dan laju alir udara


Q

Memperbesar laju alir udara dengan membukan keran secara bertahap dan ukur ΔP tiap
kenaikan laju alir

Ulangi prosedur diatas untuk ketinggian yang


berbeda

Lakukan pecobaan fluidisasi seperti diatas untuk diameter yang


bebeda
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Hasil Percobaan
4.1.1. Pengukuran rapat massa partikel

Berat Partikel (kg)


Isi Piknometer
0-125 𝜇𝑚 125-250 𝜇𝑚 250-500 𝜇𝑚 500-1000 𝜇𝑚 1-1, 5 mm
Kosong, Wa 0,03323 0,03323 0,03323 0,03323 0,03323
Air Penuh,Wb 0,0583 0,0583 0,0583 0,0583 0,0583
Padatan Setengah, 0,04508 0,04786 0,0499 0,04979 0,04718
Wc
Padatan+Air, Wd 0,06489 0,06609 0,06707 0,06744 0,06116

4.1.2. Fluidisasi partikel


1. Diameter 0-125 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
3
(m /s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-4
1,33x10 0,2 0,1 19,6 9,8
1,67x10-4 0,4 0,2 39,2 19,6
-4
2x10 0,5 0,4 49,0 39,2
2,33x10-4 0,6 0,6 58,8 58,8
-4
2,67x10 0,6 0,8 58,8 78,4
3x10-4 0,6 1,1 58,8 107,8
-4
3,33x10 - 1,1 107,8
-4
3,67x10 - 1,1 107,8

2. Diameter 125-250 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
3
(m /s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
2x10-4 0,1 0,1 9,8 9,8
-4
2,33x10 0,2 0,2 19,6 19,6
-4
2,67x10 0,3 0,4 29,4 39,2
3x10-4 0,4 0,4 39,2 39,2
-4
3,33x10 0,4 0,4 39,2 39,2
3,67x10-4 0,4 - 39,2
3. Diameter 250-500 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
3
(m /s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-5
6,67x10 0,6 0,7 58,8 68,6
1x10-4 0,9 1,2 88,2 117,6
-4
1,33x10 1,2 1,9 117,6 186,3
1,67x10-4 1,3 2 127,4 196,1
-4
2x10 1,3 2 127,4 196,1
2,33x10-4 1,3 2 127,4 196,1

4. Diameter 500-1000 𝜇𝑚
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
(m3/s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-5
6,67x10 0,2 0,4 19,61 39,2
-4
1x10 0,4 0,6 39,2 58,8
1,33x10-4 0,6 0,9 58,8 88,2
-4
1,67x10 0,8 1,3 78,4 127,4
2x10-4 0,9 1,6 88,2 156,9
-4
2,33x10 2,1 1,8 205,9 176,5
2,67x10-4 2,1 1,8 205,9 176,5
-4
3x10 2,1 1,8 205,9 176,5

5. Diameter 1-1, 5 mm
Laju Alir Udara ∆𝑃 cmH20 ∆𝑃 Pa
(m3/s) Unggun 3 cm Unggun 4 cm Unggun 3 cm Unggun 4 cm
-4
1x10 0 0,2 0 19,6
1,33x10-4 0,2 0,3 19,6 29,4
-4
1,67x10 0,2 0,3 19,6 29,4
-4
2x10 0,2 0,4 19,6 39,2
2,33x10-4 0,5 49,0
-4
2,67x10 0,5 49,0
3x10-4 0,6 58,8
-4
3,33x10 0,7 68,6
3,67x10-4 0,8 78,4
-4
4x10 0,8 78,4
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Menghitung rapat massa partikel
a. Menghitung volume piknometer
Volume piknometer=Volume air penuh
Massa air = Wb-Wa
= 0,0583 kg − 0,03323 kg
= 0,02507 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
Volume air = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
0,02507 𝑘𝑔
= 997,1 𝑘𝑔/𝑚3
= 2,5x10-5 m3
b. Menghitung volume air pada piknometer berisi padatan dan air sampai
penuh
Massa air dalam piknometer = Wd – Wc
1) Massa air dalam piknometer = 0,06489 kg – 0,04508 kg = 0,01981 kg
2) Massa air dalam piknometer = 0,06609 kg – 0,04786 kg = 0,01823 kg
3) Massa air dalam piknometer = 0,06707 kg – 0,0499 kg = 0,01717 kg
4) Massa air dalam piknometer = 0,06744 kg – 0,04979 kg = 0,01765 kg
5) Massa air dalam piknometer = 0,06116 kg – 0,04718 kg = 0,01398 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Volume air penuh = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
0,01981𝑘𝑔
1) Volume air penuh = = 1,99x10-5 m3
997,1 𝑘𝑔/𝑚3
0,01823 𝑘𝑔
2) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,83x10 m3 -5

0,01717 𝑘𝑔
3) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,72x10-5 m3
0,01765 𝑘𝑔
4) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,77x10-5 m3
0,01398 𝑘𝑔
5) Volume air penuh = 997,1 𝑘𝑔/𝑚3 = 1,4x10-5 m3
c. Menghitung rapat massa butiran
 Massa butiran = Wc – Wa
1) Massa butiran = 0,04508 kg – 0,03323 kg = 0,01185 kg
2) Massa butiran = 0,04786 kg – 0,03323 kg = 0,01463 kg
3) Massa butiran = 0,0499 kg – 0,03323 kg = 0,01667 kg
4) Massa butiran = 0,04979 kg – 0,03323 kg = 0,01656 kg
5) Massa butiran = 0,04718 kg – 0,03323 kg = 0,01395 kg
 Volume butiran = Volume piknometer – Volume air
1) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,99x10-5 kg = 5,1x10-6 kg
2) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,83x10-5 kg = 6,7x10-6 kg
3) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,72x10-5 kg = 7,8x10-6 kg
4) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,77x10-5 kg = 7,3x10-6 kg
5) Volume butiran = 2,5x10-5 kg – 1,4x10-5 kg = 1,1x10-6 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛
 Rapat massa butiran = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛
0,01185 𝑘𝑔
1) Rapat massa butiran = 5,1𝑥10−6 𝑚3 = 2323,53 kg/m3
0,01463𝑘𝑔
2) Rapat massa butiran = 6,7𝑥10−6 𝑚3 = 2183,58 kg/m3
0,01667 𝑘𝑔
3) Rapat massa butiran = 7,8𝑥10−6 𝑚3 = 2137,18 kg/m3
0,01656 𝑘𝑔
4) Rapat massa butiran = 7,3𝑥10−6 𝑚3 = 2268,49 kg/m3
0,01395 𝑘𝑔
5) Rapat massa butiran = 1,1𝑥10−5 𝑚3 = 1268,18 kg/m3
4.2.2. Menghitung Umf
a. Menghitung rapat massa udara
28,97 1 273,2 28,97 1 273,2
𝜌𝑓 = = = 1,185 𝑘𝑔/𝑚3
22,414 𝑇𝑓 22,414 298

b. Menghitung laju linier udara


𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
V = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛
6,67𝑥10−5 𝑚3 /𝑠 2,67𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
1) V = = 0,042 m/s 7) V = = 0,1679 m/s
1,59𝑥10−3 𝑚2 1,59𝑥10−3 𝑚2
1𝑥10−4 𝑚3 /𝑠 3𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
2) V = 1,59𝑥10−3 𝑚2 = 0,0623 m/s 8) V = 1,59𝑥10−3 𝑚2 = 0,1887 m/s
1,33𝑥10−4 𝑚3 /𝑠 3,33𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
3) V = = 0,0836 m/s 9) V = = 0,2094 m/s
1,59𝑥10−3 𝑚2 1,59𝑥10−3 𝑚2
1,67𝑥10−4 𝑚3 /𝑠 3,67𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
4) V = = 0,105 m/s 10) V = = 0,2308 m/s
1,59𝑥10−3 𝑚2 1,59𝑥10−3 𝑚2
2𝑥10−4 𝑚3 /𝑠 4𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
5) V = 1,59𝑥10−3 𝑚2 = 0,1258 m/s 11) V = 1,59𝑥10−3 𝑚2 = 0,2516 m/s
2,33𝑥10−4 𝑚3 /𝑠
6) V = = 0,1465 m/s
1,59𝑥10−3 𝑚2
c. Menghitung harga bilangan Reynold
𝜌𝑝 𝑉 𝐷𝑝
NRe = 𝜇
Partikel dengan diameter 0-125 𝝁𝒎 (Dp=1,25x10-4 m, rho=2323,53)
2323,53 0,0836 1,25𝑥10−4 2323,53 0,1679 1,25𝑥10−4
1) NRe = = 26,95 5) NRe = = 54,12
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2323,53 0,105 1,25𝑥10−4 2323,53 0,1887 1,25𝑥10−4
2) NRe = = 33,85 6) NRe = = 60,83
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2323,53 0,1258 1,25𝑥10−4 2323,53 0,2904 1,25𝑥10−4
3) NRe = = 40,55 7) NRe = = 67,5
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2323,53 0,1465 1,25𝑥10−4 2323,53 0,2308 1,25𝑥10−4
4) NRe = = 47,22 8) NRe = = 74,4
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
Partikel dengan diameter 125-250 𝝁𝒎 (Dp=2,5x10-4 m,rho=2183,58
2183,58 0,1258 2,5𝑥10−4 2183,58 0,1887 2,5𝑥10−4
1) NRe = = 76,22 4) NRe = = 114,33
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2183,58 0,1465 2,5𝑥10−4 2183,58 0,2094 2,5𝑥10−4
2) NRe = = 88,76 5) NRe = = 175,95
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2183,58 0,1679 2,5𝑥10−4 2183,58 0,2308 2,5𝑥10−4
3) NRe = = 101,73 6) NRe = = 139,84
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
Partikel dengan diameter 250-500 𝝁𝒎 (Dp=5x10-4 m,rho=2137,18)
2137,18 0,042 5𝑥10−4 2137,18 0,105 5𝑥10−4
1) NRe = = 49,81 4) NRe = = 124,53
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2137,18 0,0623 5𝑥10−4 2137,18 0,1258 5𝑥10−4
2) NRe = = 73,89 5) NRe = = 149,2
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2137,18 0,0836 5𝑥10−4 2137,18 0,1465 5𝑥10−4
3) NRe = = 99,15 6) NRe = = 173,75
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
Partikel dengan diameter 5000-1000 𝝁𝒎 (Dp=1x10-3 m,rho==2268,49)
2268,49 0,042 1𝑥10−3 2268,49 0,1258 1𝑥10−3
1) NRe = = 105,75 5) NRe = = 316,73
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2268,49 0,0623 1𝑥10−3 2268,49 0,1465 1𝑥10−3
2) NRe = = 156,86 6) NRe = =368,85
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2268,49 0,0836 1𝑥10−3 2268,49 0,1679 1𝑥10−3
3) NRe = = 210,48 7) NRe = = 422,73
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
2268,49 0,105 1𝑥10−3 2268,49 0,1887 1𝑥10−3
4) NRe = = 264,36 8) NRe = = 475,1
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3

Partikel dengan diameter 1-1,5 mm (Dp=1, 5x10-3 m,rho=1268,18)


1268,18 0,0623 1,5𝑥10−3 1268,18 0,1679 1,5𝑥10−3
1) NRe = = 131,53 6) NRe = = 354,9
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
1268,18 0,0836 1,5𝑥10−3 1268,18 0,1887 1,5𝑥10−3
2) NRe = = 176,5 7) NRe = = 398,4
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
1268,18 0,105 1,5𝑥10−3 1268,18 0,2094 1,5𝑥10−3
3) NRe = = 221,69 8) NRe = = 442,1
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
1268,18 0,1258 1,5𝑥10−3 1268,18 0,2308 1,5𝑥10−3
4) NRe = 0,901𝑥10−3
= 265,6 9) NRe = 0,901𝑥10−3
= 487,29
1268,18 0,1465 1,5𝑥10−3 1268,18 0,2516 1,5𝑥10−3
5) NRe = = 309,3 10) NRe = = 531,2
0,901𝑥10−3 0,901𝑥10−3
d. Menghitung Umf partikel
Karena secara keseluruhan 20<Nre<1000, maka
𝜇 𝐷𝑝 3 𝜌𝑓 (𝜌𝑝 −𝜌𝑓 ) 1⁄
Umf=𝐷 ([(33,7)2 + 0,0408 ] 2 − 33,7)
𝑝 𝜌𝑝 𝜇2
Partikel dengan diameter 0-125 𝝁𝒎 (Dp=1,25x10-4 m, rho=2323,53)
3
0,901𝑥10−3 (1,25𝑥10−4 ) 1,185(2323,53−1,185) 1⁄
Umf = 1,25𝑥10−4 2323,53 ([(33,7)2 + 0,0408 ] 2 − 33,7)
(0,901𝑥10−3 )2
= 1,86x10-8 m/s
Partikel dengan diameter 125-250 𝝁𝒎 (Dp=2,5x10-4 m,rho=2183,58
3
0,901𝑥10−3 2 (2,5𝑥10−4 ) 1,185(2183,58−1,185) 1⁄
Umf = 2,5𝑥10−4 2183,58 ([(33,7) + 0,0408 ] 2 − 33,7)
(0,901𝑥10−3 )2
= 4,95x10-8 m/s

Partikel dengan diameter 250-500 𝝁𝒎 (Dp=5x10-4 m,rho=2137,18)


3
0,901𝑥10−3 (5𝑥10−4 ) 1,185(2137,18−1,185) 1⁄
Umf = 5𝑥10−4 2137,18 ([(33,7)2 + 0,0408 ] 2 − 33,7)
(0,901𝑥10−3 )2
= 2,0232x10-7 m/s
Partikel dengan diameter 5000-1000 𝝁𝒎 (Dp=1x10-3 m,rho==2268,49)
3
0,901𝑥10−3 (1𝑥10−3 ) 1,185(2268,49−1,185) 1⁄
Umf = 1𝑥10−3 2268,49 ([(33,7)2 + 0,0408 ] 2 − 33,7)
(0,901𝑥10−3 )2
= 7,94x10-7 m/s
Partikel dengan diameter 1-1,5 mm (Dp=1, 5x10-3 m,rho=1268,18)
3
0,901𝑥10−3 (1,5𝑥10−3 ) 1,185(1268,18−1,185) 1⁄
Umf = 1,5𝑥10−3 1268,18 ([(33,7)2 + 0,0408 ] 2 − 33,7)
(0,901𝑥10−3 )2
= 1,8012x10-6 m/s
e. Kurva Karakteristik Fluidisasi

Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel


(0-125µm)
4
3.5
3
2.5
log∆P

2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3cm
0.5
0
0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27 1.32

log U Umf
Umf

Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel


(125-250µm)
3.5
3
2.5
log∆P

2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3 cm
0.5
0
1.02 1.09 1.16 1.22
Umf
log U
Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel
(250-500µm)
5
4.5
4
3.5
log∆P

3
2.5
2 Unggun 4 cm
1.5
Ungggun 3 cm
1
0.5
0
0.79 0.92 1.02 1.09 1.16
Umf
log U

Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel


(500-1000µm)
5
4.5
4
3.5
log∆P

3
2.5
2 Unggun 4 cm
1.5
Unggun 3 cm
1
0.5
0
0.62 0.79 0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27

log U umf
Grafik log∆P (Pa) terhadap log U (cm/s) partikel (1
- 1,5mm)
3.5
3
2.5
log∆P

2
1.5 Unggun 4 cm
1 Unggun 3 cm
0.5
0
0.79 0.92 1.02 1.09 1.16 1.22 1.27 1.32 1.36 1.4
Umf log U Umf
BAB V

PEMBAHASAN

 Pembahasan oleh Aulya Apta nida


Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan fluidisasi. Fluidisasi adalah peristiwa
dimana unggun berisi butiran padat berkelakuan seperti fluida karena dialiri fluida.
Sehingga, padatan yang terfluidisasi sifatnya dapat dialirkan. Percobaan kali ini
terfokus pada Umf, yaitu kecepatan minimum terjadi fluida. Untuk mencari Umf bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara grafis dan perhitungan. Secara grafis
dilakukan dengan kurva karakteristik fluidisasi, sedangkan secara perhitungan
digunakan rumus tertentu. Perbedaan Umf yang didapat secara grafis dan perhitungan
mungkin berbeda, karena secara perhitungan nilainya bisa lebih mendetil, sedangkan
secara grafis kurang mendetil.
Kurva karakteristik fluidisasi dibuat dengan log U sebagai sumbu x dan log ∆P
sebagai sumbu y. U merupakan laju alir linier fluida sedangkan ∆P merupakan
perbedaan tekanan yang terjadi ketika fluidisasi dilakukan. Kedua variabel ini
didapatkan melalui praktikum. Gas dialirkan dengan laju alir volumetrik tertentu
kedalam kolom fluidisasi, kemudian diukur perbedaan tekanan yang terjadi. Laju alir
linier fluida didapat dengan membagi laju alir volumetric dengan luas kolom
fluidisasi. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali dengan tinggi unggun yang
berbeda. Hasil yang diperoleh kemudian dibuat grafik dan didapatkan Umf dari
perbedaan antara tinggi unggun.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tinggi unggun mempengaruhi nilai
Umf. Karena, semakin tinggi unggun, maka semakin banyak pula partikel yang akan
difluidisasi. Hal ini menyebabkan kebutuhan fluida untuk memfluidisasi partikel
semakin besar, sehingga dengan luas kolom fluida yang sama, laju alir
volumetriknya lebih besar, dan Umf semakin besar pula.
Selain itu, ukuran diameter partikel juga memengaruhi nilai Umf. Semakin kecil
ukuran diameter partikelnya, semakin rendah pula massa partikelnya. Hal ini
menyebabkan fluida lebih mudah memfluidisasi partikel dengan diameter yang lebih
kecil, sehingga kebutuhan fluida untuk memfluidisasi partikel semakin kecil. Dengan
luas kolom fluida yang sama, laju alir volumetrik fluida yang dibutuhkan lebih kecil,
dan Umf semakin kecil .
 Pembahasan oleh Ilham Januari
Pada praktikum fluidisasi bertujuan untuk mengetahui prinsip suatu butiran padat
terfluidisasi oleh udara , menentukan rapat massa dan ,menentukan kecepatan alir
minimum (Umf) dari kurva karakteristik dan dari perhitungan serta mengetahui
pengaruh ukuran partikel dan tinggi unggun terhadap umf
Pertama mengisi kolom dengan pasir halus bervariasi dari dan mengatur udara
dengan cara menutup kran dan pompa udara dinyalakan serta memeriksa pembacaan
manometer dan apabila tidak di posisi nol , maka atur pada posisi nol dan juga atur
laju alir udara maka butiran-butiran padatan akan mulai bergerak karena dialirkan
fluida (udara).
Ketika aliran fluida melalui unggun padatan meningkat, terjadi kondisi dimana
partikel-partikel terangkat, berkontak satu sama lain. Kondisi ini disebut fluidisasi
minimum. Ketika laju alir gas meningkat atau pada fluidisasi minimum, unggun tetap
homogen. Pada kecepatan tertentu buble terbentuk. Besarnya kecepatan minimum
yang diperlukan untuk membuat padatan unggun diam tersebut terfluidisasi
tergantung beberapa faktor seperti besarnya diameter padatan, massa/berat padatan,
dan laju alir udara yang diberikan.
Dengan adanya perbedaan diameter dan berat dari butiran padatan, akan
mempengaruhi terfluidisasinya padatan tersebut, meskipun laju udara yang diberikan
sama. Semakin besar diameter suatu padatan, maka padatan tersebut yang
terfluidisasi hanya sedikit bahkan ada juga padatan yang tidak terfluidisasi dan
begitupun sebaliknya. Karena semakin besar diameter maka semakin besar
massa/berat padatan tersebut sehingga semakin sulit untuk terfluidisasi.
Apabila semakin kecil volume dari padatan tersebut, maka padatan yang
terfluidisasi pun akan semakin banyak begitupun sebaliknya. Jika volume padatan
pada kolom besar maka aliran gas yang melalui celah-celah partikel semakin sulit
untuk menyebabkan pergerakan pada partikel (merubah susunan butiran). Jika
volume kecil maka semakin banyak pdatan yang tersuspensi dalam alairan gas yang
melaluinya, sehingga butiran satu dengan yang lainnya terpisah dan menyebabkannya
mudah bergerak.
Selain itu, tinggi dari unggun pun berpengaruh terhadap proses fluidisasi dan
perolehan nilai Umf. Semakin tinggi unggun menyebabkan semakin banyaknya
volume dari butiran padatan yang mengisi kolom tersebut, segungga akan
mempengaruhi terfluidisasinya butiran padatan tang terfluidisasi. Sebaliknya jika
semakin rendah tinggi unggun, menyebabkan semakin sedikitnya volume dari butiran
padatan itu, makan padatan yang terfluidisasi akan semakin banyak. Untuk
menentukan harga kecepatan alir minimum (Umf) dapat dilihat dari kurva
karakteristik fluidiasi atau melalui perhitungan rumus.
Umf yang didapatkan secara grafis adalah dengan cara menarik garis ke sumbu X
dari hasil kurva yang terbentuk di nilai konstan. Umf yang didapat secara grafis
menghasilkan hasil yang berbeda pada tiap tinggi unggunnya, karena perbedaan
tinggi butiran padatan menyebabkan tekanan yang besar. Dimana semakin tinggi
butiran padatan makan akan semakin besar tekana yang diperlukan untuk
memfluidisasi padatan. Sedangkan Umf yang didapatkan dari perhitungan rumus
yang terlebih dahulu diketahui Nre nya.
Dari hasil percobaan, diperoleh bahwa hasil Umf yang paling konstan adalah pada
padatan yang memiliki ukuran 0-125 karena dapat dilihat pada padatan 125-250
terjadi anjlokan di 2 laju alir terakhir dan pada padatan 250-500 hasil Umf nya lebih
kecil dibandingkan kedua padatan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran
partikel, semakin efektif pula proses fluidisasi yang terjadi (Umf menunjukan hasil
dari proses fluidisasi). Pengaruh tinggi unggun terhadap perolehan nilai Umf pun
sama halnya sepertiti pengaruh tinggu unggun pada hasil fluidisasi dimana semakin
rendah tinggi unggun, semakin tinggi Umf yang didapatkan.
Kurva karakteristik fluidisasi dibuat dengan log U sebagai sumbu x dan log ∆P
sebagai sumbu y. U merupakan laju alir linier fluida sedangkan ∆P merupakan
perbedaan tekanan yang terjadi ketika fluidisasi dilakukan.. Plot kurva karakteristik
data nya didapatkan dari data hasil percobaan sesuai tinggi ungunnya.
Dapat dilihat juga besar atau kecilnya Nre diperoleh dari diameter partikel,
semakin besar ukuran butiran apdatan maka semakin besar pula nilai Nre yang
didapatkan dan semakin kecil diameter butiran padatan yang didapatkan semakin
kecil nilai Nre nya. Nre berpengaruh pada besar kecilnya kecepatan aliran fluida
untuk fluidisasi. Namun, Nre untuk tinggi unggun yang berbeda apabila dihitung
secara teoritis nilainya akan sama karena jumlah padatan tidak berpengaruh. Dimana
pada perhitungan Nre secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah
diameter padatan, massa jenis padatan dan laju alir fluida.
Dari hasil perhitungan terlampir, didapatkan data bahwa besar nilai Nre sangat
tergantung dari diameter suatu padatan yang digunakan. Semakin besar diameter
padatan, maka semakin besar pula nilai Nre yang didapatkan dan semakin kecil
diameter padatan yang digunakan maka semakin kecil nilai Nre nya.
Beberapa hal yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah semakin besar laju
alir yg di set, semakin tinggi pula perolehan U nya kecuali pada laju alir terbesar yaitu
di 25 karena terjadi penurunan kembali pd nilai U; semakin besar ukuran padatan,
rapat massa nya semakin kecil.

 Pembahasan oleh Muhammad Ikhsan (151411052)

Proses fluidisasi dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair ke
dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran
hanya menerobos unggun melalui celah-celah antar partikel, sedangkan partikel-partikel
padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam.
Saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu
kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama
dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan
mulai terekspansi. Keadaan ini disebut fluidisasi minimum. Pada laju alir yang cukup
tinggi butiran padat akan bergerak karena gas mengalir melalui ruang antar partikel dan
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Kondisi ini dikenal sebagai
fenomena terfluidisasi. Unggun terfluidisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
laju alir fluida dan jenis fluida, ukuran partikel, jenis dan densitas partikel, porositas
unggun, distribusi aliran, , diameter kolom dan tinggi kolom.
Pada percobaan fluidisasi padat gas menggunakan partikel padatan yaitu pasir
karena sifat dari partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas
tinggi. Tujuan praktikum kali ini adalah membuat kurva karakteristik fluidisasi,
menentukan rapat massa butiran padat, menentukan harga kecepatan alir minimum Umf
dari kurva karakteristik dan dari perhitungan serta mengetahui pengaruh ukuran partikel
dan tinggi unggun terhadap Umf.

Pertama kami mengisi kolom dengan pasir, dimana butiran padatannya


mempunyai diameter yang bermacam-macam, yaitu: 0-125 µm, 125-250 µm, 250-500
µm, 500-1000 µm,1 – 1,5 mm pada ketinggian yang bermacam-macam pula (3 cm, 4
cm). Kemudian alirkan laju alir udara (gas) yang bervariasi. Butiran padatan tersebut
akan tersuspensi dalam gas sehingga sifat dari butiran padatannya itu berubah seperti
fluida. Semakin tinggi laju aliran udara yang diberikan terhadap butiran-butiran padatan
di dalam bed, maka pergerakan butiran-butiran padatan tersebut semakin cepat. Kita
dapat melihat kenaikan tinggi butiran padatan yang terangkat keatas akibat laju aliran
udara yang diberikan terhadap butiran-butiran padat semakin meningkat, sehingga
penurunan tekanan menjadi lebih besar, walaupun perubahan kenaikan tinggi butiran
yang terangkat tidak terlalu tampak serta penurunan tekanan yang tidak terlalu jauh
karena kerja kompressor yang tidak maksimal. Pada saat tertentu penurunan tekanan
akan sama dengan gaya berat yang bekerja terhadap butiran-butiran padatan sehingga
unggun mulai bergerak. Padatan bergerak seperti fluida dengan ketinggian yang
berbeda.

Pada percobaan fluidisasi ini didapatkan data besarnya nilai penurunan tekanan
(ΔP) pada laju tertentu (Q). Sehingga dapat dibuat kurva karakteristik fluidisasinya.
Dari hasil percobaan, kurva karakteristik fluidisasi tiap butiran padatan dengan berbagai
ketinggian berbeda meskipun laju alir udara tekan yang diberiksan sama. Hal ini
disebabkan karena pengaruh perbedaan diameter dan massa jenis dari setiap partikel
padatan yang digunakan. Semakin besar diameter suatu butiran padatan, maka butiran
padatan tersebut yang terfluidisasi hanya sedikit bahkan ada juga yang tidak
terfluidisasi. Sebaliknya semakin kecil diameter suatu padatan, maka butiran padatan
yang terfluidisasi akan semakin banyak. Tinggi dari unggun pun berpengaruh pada
percobaan ini. Semakin tinggi unggun menyebabkan semakin banyaknya volume dari
butiran padatan yang mengisi kolom tersebut. Sehingga akan mempengaruhi
terfluidisasinya butiran padatan yang menyebabkan sedikitnya butiran padatan yang
terfluidisasi. Sebaliknya jika semakin rendah tinggi unggun, menyebabkan semakin
sedikitnya volume dari butiran padatan itu, maka butiran padatan yang terfluidisasi pun
akan semakin banyak.

Kecepatan minimum fluidisasi dapat ditentukan secara grafis dan teoritis.


Teknik grafis dapat dilakukan apabila tersedia kurva karakteristik fluidisasi. (antara log
U terhadap log ΔP). Dengan menarik garis vertikal pada titik mulai konstannya log ΔP
atau titik yang menunjukkan adanya fenomena interlock dapat diperkirakan Umf. Umf
yang didapat secara grafis menghasilkan nilai yang berbeda-beda tiap tinggi unggunnya,
karena perbedaan tinggi butiran padatan menyebabkan perbedaan tekanan yang besar.
Semakin tinggi butiran padatan maka akan semakin besar tekanan yang diperlukan
supaya butiran padatan tersebut dapat terfluidisasi. Sedangkan Umf yang didapatkan
dari perhitungan rumus harus ditentukan terlebih dahulu bilangan reynoldnya. Semakin
besar diameter butiran padatan, maka semakin besar pula nilai Nre yang didapatkan.
Nre berpengaruh pada besar kecilnya kecepatan aliran fluida untuk fluidisasi. Pada
perhitungan Nre secara teoritis dipengaruhi oleh diameter padatan, masa jenis padatan
dan laju alir fluida.
 Pembahasan oleh Siti Nazmiati
BAB VI
SIMPULAN
 Aulya Apta Nida (1514110)
1. Kurva karakteristik fluidisasi dibuat dengan log U sebagai sumbu x dan log ∆P
sebagai sumbu y.
2. Rapat massa butiran padat
Untuk diameter partikel 0-125 𝜇𝑚 rapat massanya sebesar 2323,53 kg/m3.
Untuk diameter partikel 125-250 𝜇𝑚 rapat massanya sebesar 2183,58 kg/m3.
Untuk diameter partikel 250-500 𝜇𝑚 rapat massanya sebesar 2137,18 kg/m3.
Untuk diameter partikel 500-1000 𝜇𝑚 rapat massanya sebesar 2268,49 kg/m3.
Untuk diameter partikel 1-1, 5 mm rapat massanya sebesar 1268,18 kg/m3.
3. Umf
Untuk diameter partikel 0-125 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,036 m/s dan secara
perhitungannya sebesar 1,86x10-8 m/s.
Untuk diameter partikel 125-250 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,033 m/s dan secara
perhitungan sebesar 4,95x10-8 m/s.
Untuk diameter partikel 250-500 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,027 m/s dan secara
perhitungan sebesar 2,0232x10-7 m/s.
Untuk diameter partikel 500-1000 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,031 m/s dan secara
perhitungan sebesar 7,94x10-7 m/s.
Untuk diameter partikel 1-1, 5 mm Umf secara grafis sebesar 0,025 m/s dan secara
perhitungan sebesar 1,8012x10-6 m/s.
4. Semakin kecil diameter partikelnya, maka semakin kecil pula Umf. Sedangkan
semakin tinggi unggun, semakin besar pula Umf.

 Ilham Januari (151411045)

1. Faktor yang mempengaruhi peristiwa fluidisasi; besarnya diameter


padatan, massa/berat padatan, dan laju alir udara yang diberikan.
2. Kurva karakteristik fluidisasi dibuat dengan log U sebagai sumbu x dan
log ∆P sebagai sumbu y.
3. Rapat massa butiran padat
Untuk diameter partikel 0-125 𝜇𝑚 : 2323,53 kg/m3.
Untuk diameter partikel 125-250 𝜇𝑚 : 2183,58 kg/m3.
Untuk diameter partikel 250-500 𝜇𝑚 : 2137,18 kg/m3.
Untuk diameter partikel 500-1000 𝜇𝑚 : 2268,49 kg/m3.
Untuk diameter partikel 1-1, 5 mm : 1268,18 kg/m3.
4. Umf
Untuk diameter partikel 0-125 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,036 m/s dan secara
perhitungannya sebesar 1,86x10-8 m/s.
Untuk diameter partikel 125-250 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,033 m/s dan secara
perhitungan sebesar 4,95x10-8 m/s.
Untuk diameter partikel 250-500 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,027 m/s dan secara
perhitungan sebesar 2,0232x10-7 m/s.
Untuk diameter partikel 500-1000 𝜇𝑚 Umf secara grafis sebesar 0,031 m/s dan secara
perhitungan sebesar 7,94x10-7 m/s.
Untuk diameter partikel 1-1, 5 mm Umf secara grafis sebesar 0,025 m/s dan secara
perhitungan sebesar 1,8012x10-6 m/s.

5. Semakin besar laju alir yg di set, semakin tinggi pula perolehan U nya kecuali pada laju
alir terbesar yaitu di 25 karena terjadi penurunan kembali pd nilai U
Semakin rendah tinggi unggun, semakin tinggi Umf yang didapatkan.

6. Muhammad Ikhsan (151411052)

Berdasarkan data hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Rapat massa butiran padatan :


 Diameter partikel 0-125 µm = 2323,53 kg/m3
 Diameter partikel 125-250 µm = 2183,58 kg/m3
 Diameter partikel 250-500 µm = 2137,18 kg/m3
 Diameter partikel 500-1000 µm = 2268,49 kg/m3
 Diameter partikel 1 – 1,5 mm = 1268,18 kg/m3
2. Harga kecepatan alir minimum Umf berdasarkan kurva karakteristik:
 Diameter partikel 0-125 µm = 0,036 m/s
 Diameter partikel 125-250 µm = 0,033 m/s
 Diameter partikel 250-500 µm = 0,027 m/s
 Diameter partikel 500-1000 µm = 0,031 m/s
 Diameter partikel 1 – 1,5 mm = 0,025 m/s

3. Harga kecepatan alir minimum Umf berdasarkan perhitungan :


 Diameter partikel 0-125 µm = 1,86x10-8 m/s
 Diameter partikel 125-250 µm = 4,95x10-8 m/s
 Diameter partikel 250-500 µm = 2,0232x10-7 m/s
 Diameter partikel 500-1000 µm = 7,94x10-7 m/s
 Diameter partikel 1 – 1,5 mm = 1,8012x10-6 m/s

4. Semakin besar ukuran diameter partikel padatannya maka semakin besar pula harga
kecepatan laju alir minimum (Umf) yang dibutuhkannya. Semakin tinggi unggun semakin
tinggi harga umf.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, Agus. 2011. Jobsheet Praktikum Satuan Operasi “Fluidisasi Padat Gas”. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Geankoplis, C.L. 1993, “Transport Processes and Unit operations” 3rd, pp 127-132,Prentice-
Hall, Inc., Eanglewood Cliffs, new jersey USA.
Wiranata, A. 2013. Fluidisasi.
https://www.academia.edu/13163477/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Pengertian_Fl
uidisasi.[7 Mei 2016].
2009. Modul Fluidisasi. http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
213-fluidisasi.pdf.[7 Mei 2016].

Anda mungkin juga menyukai