Tata Cara Pernikahan Adat Melayu Riau

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

URAIAN SINGKAT SERTA MAKNA DARI MASING –MASING

KEGIATAN ADAT PERNIKAHAN MELAYU RIAU

Upacara pernikahan masyarakat Melayu Riau sangat menitik beratkan soal Agama Islam dan
adat atau susur galur peraturan dalam pelaksanaannya. Susur galur peraturan tersebut
melibatkan tata cara komunikasi yang digunakan ketika proses – proses pernikahan
berlangsung. Hal ini bersesuaian dengan pepatah adat yang mengatakan :
Kerja baik berhimbau
Kerja buruk jauh sekali
Pernikahan yang dilaksankan oleh Masyarakat Melayu Riau merupakan gabungan dua aspek
yang saling melengkapi, yakni aspek syari’at sebagaimana pedoman Agama Islam sebagai
realisasi dari Hablum minallah dan aspek adat sebagai realisasi dari Hamblum minannas.

Setiap upacara helat pernikahan yang melibatkan adat istiadat akan dilakukan secara tertib dan
berurutan, yang dalam pepatah adat disebutkan :
Berbilang dari esa,
Mengaji dari alif

Yang bermakna bahwa pelaksanaan adat pernikahan hendaklah dibuat dengan betul yakni
berurutan dari awal hingga akhir.

Adapun urutan acara pernikahan itu adalah sebagai berikut :

1. MERISIK

Merisik berasal dari kata bisik atau berbisik yang berarti melakukan sesuatu atau berbuat
sesuatu secara diam – diam sehingga tidak terdengar atau diketahui orang lain. Merisik
merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses pernikahan yang bertujuan
untuk menyelidiki secara diam-diam tentang seorang calon pasangan hidup, mengenai
tingkah laku, sopan santun, pendidikan, keterampilan dan bagaimana pergaulan dengan
keluarga maupun sahabat handai dan lain sebagainya, kepribadiannya, dsb. Dan yang
paling penting bahwa yang dirisik itu belum berpunya atau belum ada ikatan dengan
orang lain.

Merisik dilakukan oleh seorang yang bijak, yang disebut “ Mak Telangkai” atau “ Sulut
Peraih “, yang pandai mengunakan bahasa kias dan sindir ataupun pantun.

Jika hasil dari merisik ini menunjukan hasil yang positif (baik), maka dilanjutkan dengan
kegiatan berikutnya yaitu meminang dan antar tanda. Merisik dilakukan jauh-jauh hari
sebelum perhelatan.

2. MEMINANG DAN ANTAR TANDA

Dalam adat istiadat orang Melayu Riau, seorang anak dara yang akan berumah tangga,
menunggu pinangan dari seorang perjaka. Maknanya yang melakukan meminang adalah
pihak lelaki.

Meminang berarti meminta seseorang perempuan untuk dijadikan istri. Meminang


dilakukan setelah diketahui sigadis yang dihajatkan belum ada ikatan dengan laki-laki
lain. Dan dari hasil merisik menyatakan bahwa ianya cocok untuk dijadikan istri.

1
Dalam acara meminang ini keluarga pihak lelaki mengadakan mufakat dengan sanak
saudara, bahwa pada hari baik bulan baik yang ditentukan untuk melakukan peminangan
ke rumah pihak gadis yang menjadi idaman anak lelakinya.

Pada hari yang ditetapkan, dikirim perutusan kerumah keluarga sigadis bahwa akan
datang perutusan berkunjung kerumahnya akan melakukan peminangan. Maka pada hari
yang ditentukan berangkatlah perutusan dari pihak lelaki kerumah keluarga sang gadis
idaman, dengan membawa tepak sirih serta barang kelengkapan sebagai syarat
meminang seperti cincin dsb.

Pihak keluarga wanita mempersiapkan tempat dengan membentangkan permadani di


tengah ruang rumah dan mempersiapkan sebuah tepak sirih berisi lengkap dengan daun
sirih, pinang, kapur, gambir, tembakau, dan sebilah kacip.

Letak daun sirih didalam tepak adalah pada posisi telungkup sebagai pertanda bahwa
sigadis adalah seorang gadis perawan. Kedatangan rombongan pihak lelaki ditunggu dan
disambut oleh keluarga pihak wanita yaitu para Paman, saudara mara yang dituakan dan
sahabat kanti dari keluarga.

Pembicaraan kedua belah pihak dilakukan oleh seorang perwakilan yang bijak, yang
paham diombak yang akan menerpa dan paham akan bayang kata sampai. Setelah saling
duduk berhadapan maka dimulailah percakapan yang diawali oleh pihak tuan rumah.
Adapun bentuk percakapan tersebut ( sebagai contoh ) adalah sebagai berikut :

Pihak Wanita
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil alamin, wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya i wal mursalin
wa’ala alihi wa asyhabibi ajma’in. Encik-encik, Tuan-tuan dan Puan-puan, para tetamu
yang kami muliakan :
Yang besar tak kami sebutkan gelar,
Yang kecil tak kami panggilkan nama,
Yang Raja dengan daulatnya,
Yang datuk dengan kuasanya,
Yang alim ulama berkitabullah,
Yang tua dengan tuahnya,
Yang muda dengan takahnya,
Yang telah hadir berhimpun pepat dirumah ini.

Kedatangan encik, tuan dan puan, kami tunggu dengan dada yang lapang, kami sambut
dengan muka yang jernih, kami terima dengan hati yang suci.
Namun izinkan lah kami bertanya agak sedikit, untuk menghilangkan keraguan dihati;
Encik salmah bertudung sunti
Jalan melenggang berkain pelekat
Sudah lama kami menanti
Mengapa Tuan datang terlambat?
Terimakasih,

Pihak Lelaki
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil alamin, wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya i wal mursalin
wa’ala alihi wa asyhabibi ajma’in. Encik-encik, Tuan-tuan dan Puan-puan, para tetamu
yang kami muliakan :
2
Yang besar tak kami sebutkan gelar,
Yang kecil tak kami panggilkan nama,
Yang Raja dengan daulatnya,
Yang datuk dengan kuasanya,
Yang alim ulama berkitabullah,
Yang tua dengan tuahnya,
Yang muda dengan takahnya,
Yang telah hadir berhimpun pepat dirumah ini.

Terimakasih kami ucapkan atas kesedian tuan rumah menerima kedatangan kami
dirumah ini. Dan tak lupa kami memohon maaf manakala kedatangan kami ini mungkin
kurang pada tempatnya, atau mungkin menyusahkan Tuan sekalian, atau mungkin kurang
tepat pada adatnya, sekali lagi kami mohon dimaafkan.
Seterusnya kami jawab pertanyaan Tuan :
Tanam keladi si ubi rambat
Dimakan puyuh, batangpun patah
Memang kami datang terlambat
Jaraknya jauh, lagi banyak lampu merah.

Itulah sebabnya kami terlambat sampai kesini.

Baiklah izinkanlah kami meneruskan cakap, sebelumhajat datang kami sampaikan.


Sebelum tepak sirih kami suguhkan, izinkan kami bertanya agak sedikit.

Sebagaimana orang tua-tua mengatakan;


Kalau kampung ada penghulunya,
Kalau pelabuhan ada syahbandarnya,
Kalau rumah tentu ada tuan nya,
Supaya senang kami menyampaikan hajat;
Pokok pinang boleh dipanjat
Pokok kelapa dipanjat kerakap
Kami datang membawa hajat
Kepada siapa meneruskan cakap

Itulah Tuan yang ingin kami tanyakan, bagaimana pendapat tuan

Pihak Wanita
Terimakasih, kami jawab pertanyaan tuan.
Kelapa pun hendak dipanjat
Pokonya tinggi pakailah galah
Jika tuan hendak menyampaikan hajat
Kepada kamilah ini dipercaya
Silahkan tuan menyampaikan hajat

Pihak laki-laki
Tuan yang kami hormati
Sebagai tanda kesucian hati kami datang kemari. Kami datang membawa tepak, cukup
lengkap dengan isinya :
Kain lakan corak berangin,
Ambilkan sehelai buatkan kebaya,
Kami sorongkan tepak kami,
Silahkan tuan menginyam isinya.
3
Silahkan ...! ( sambil menyorongkan tepak kehadapan lawan bicara )

Pihak wanita
Terimakasih kami terima tepak tuan
(menerima dan memakan sirih)
(kemudian meneruskan cakap)
Alhamdullilah, tepak Tuan sudah kami, sudah pula dimakan akan isinya serba lemak
belaka, sirihnya lemak manis, kelatpun ada.

Sebaliknya pula ada tepak datang tentu ada tepak menanti.

Tuan datang membawa tepak, kami menanti juga dengan tepak.


Cicip pula sirih kami.
Pergi berkayuh mencari cumi,
Yang didapat ikan raya,
Kami suguhkan tepak kami,
Silahkan pula cicip akan isinya.
( sambil menyorongkan tepak kehadapan lawan bicara )

Pihak laki-laki
Iyalah, kami terima tepak Tuan dan tentu dimakan isinya
(menerima dan memakan sirih)
(kemudian meneruskan cakap)
Tuan yang kami hormati, sirih tuan sudah kami kiyam, lemak belaka rasanya, terimakasih
atas sambutan tuan. Selanjutnya izinkan kami meneruskan cakap dengan meminjam
petuah orang tua-tua yang mengatakan;
Tak tahu maka tak kenal,
Tak kenal maka tak sayang,
Maka untuk memperlancar perundingan, akan diperkenalkan kami yang datang ini secukup
waktu.
Saya bernama ......................................... mewakili keluarga besar tuan ........................., dikiri saya
adalah ..................................dan dikanan saya adalah ..................................., dan banyak lagi .........
karena keterbatasan waktu, tak mungkin kami sebutka satu persatu. Saya mewakili tuan
... untuk menyampaikan hajat yang terkandung dihatinya.

Pihak Wanita
Terimakasih, tuan telah memperkenalkan diri, maka tentulah kami akan perkenalkan diri
pula. Saya bernama ............ mewakili tuan rumah menerima kedatangan Tuan beserta
rombongan dan didampingi di kiri saya oleh ............. dan dikanan saya oleh .... beserta
keluarga yang lainya yang hadir disini yang juga tak dapat kami sebutkan satu persatu.
Baiklah berbalik kita kepangkal kaji, karena kita sudah saling kenal mengenal kini izinkan
saya meneruskan cakap, hendak bertanya agak sedikit, bertanya untuk menyedapkan hati
kami dan mengilangkan ragu dihati.

Sirih berbuah ditepi tingkat,


Panjat rotan buangkan sembilu,
Sirih sudah lama kita santap,
Hajat Tuan kami belum tahu,

Tak pernah rotan merentang,


Kayu cendana di jilat api,
Tak pernah tuan bertandang dating,
Apa gerangan maksud dihati,
4
Pihak laki-laki
Talam berindih dalam badik,
Talam bertulang bertali rami,
Buah saga disentak mati,

Dalam sirih kami nan secarik,


Dalam pinang nan setomi,
Ada pula kehendak hati.
Sudah lama kami ketasik,
Naik perhu berdayung dua,
Sudah lama kami merisik,
Barulah kini bertemu muka.

Petang jum’at kami mengaji,


Bulan syafar ada mandinya,
Besar hajat kami kemari,
Intan terkabar indah beritanya.

Kalau tak ada batang memalang,


Kalau tak ada janji nan mengikat,
Kalau tak ada tanda yang diterima,
Kalau rantaunya masih luas,
Kalau perahunya masih laju,
Ada hajat hendak kami sampaikan,
Ada niat yang hendak kami ujudkan,
Bagaimana pendapat tuan ?

Pihak wanita
Kalau begitu kata tuan, patutlah kami sambut dengan gembira.
Untuk Tuan ketahui :
Tak ada onak nan menjemba,
Tak ada batang nan memalang,
Belum ada janji yang di ikat,
Tak ada tanda yang diterima,
Rantaunya masih luas,
Perahunya masih laju,
Silahkan Tuan teruskan cakap.

Pihak laki-laki

Sungguh bijak tuan bercakap.


Senanglah hati kami,
Sebagaimana kami sampaikan.
Kami menyimpan kumbang seekor,
Tuan menaruh bunga sekuntum.
Bunga tuan bunga simpanan,
Tumbuhnya terjaga rapi,
Bersungkup dengan syarak,
Berpagar dengan adat lembaga,
Serta disirami dengan do’a,
Bak intan didalam peti,cahayanya melambung kelangit tinggi,
5
Adapun kumbang kami pula,
Kumbang dewasa dalam asuhan ayah bunda,
Yang terbang jauh sampai keseberang,
Terbang meninggi-ninggi hari,
Hunga di ujung dahan-dahan,
Nampaknya …. Sudah terkait dibunga tuan,
Suddah terpikat ke intan tuan,
Sudah bulat tekad niat nya,
Hendak hinggap dibunga tuan,
Hendak menyunting intan tuan,
Hendak bernaung dirumah ini,
Hendak menyambung tali darah,
Hendak mengikat tali keluarga.

Sudah lama pukat ditanjung,


Buat menjaring menangkap ikan,
Sudah lama niat dikandung,
Hendak menyunting bunga pingitan.

Sudah lama tikar dibentang,


Supaya senang duduk mengaji,
Kalau tak ada aral melintang,
Minta dikabulkan hajat kami,

Itulah tuan maksud kedatangan kami.

Pihak wanita
Sungguh bijak tuan bercakap.
Memang kami punya bunga berbilang kuntum,
Kalau kumbang hendak hinggap,
Supaya jangan salah dahan yang dituju,
Supaya kami tidak salah dalam menjawab:
Bunga cempaka kuning warnanya,
Itulah dia bunga tempatan,
Ditanam orang penghias taman,
Bunga mana kumbang yang mana,
Yang mana satu tuan maksudkan,
Kepada kami tolong jelaska.
Pihak laki-laki
Memang betul kata tuan itu.
Supaya kumbang tidak salah hinggap,
Supaya tuan senang dihati,
Baik kami jawab pertanyyan tuan.
Batang kenanga, diberi bertanda,
Jangan ditebang, petang dan pagi,
Kumbang bernama ……………………,
Bunga nya bernama …………. Binti ……….

Itulah dia orang yang kami maksudkan.


Bagaimana pendapat tuan?

Pihak wanita
6
Sungguh bijak tuan mencari.
Kalau itu yang tuan maksudkan,
Izinkan kami berunding dulu,
Supaya jawaban tidak membuat ragu. (saat berunding)

Tuan yang kami hormati,


Runding sudah mufakatpun sudah.
Sudah ditimang di gamang-gamang,
Sudah pula disukat di ukur habis.

Dari pihak kami,


Tidak ada sangkak dengan halangan,
Tidak ada aral nan memalang,
Kecil tapak tanggan niru kami tadahkan;
Kayu sampan ke pujud sakti,
Sungguh berehat semalam dua,
Kalau demikian maksud dihati,
Kami tak mungkin menolaknya,
Namun dibalik itu semua,
Kalau menjaring menjala ikan
Tentulah tahu lubuk ikannya
Kalau menyunting bunga pinggitan,
Tentulah tahu adat resamnya.

Pihak laki-laki
Kalau begitu kata tuan,
Amatlah senang dihati kami,
Sesuai adat resam melayu,
Kalau janji ada adatnya,
Ikatan janji ada syaratnya,
Janji di ikat dengan tanda,
Tanda kecil atau tanda besar.
Kami membawa tanda kecil,
Walaupun kecil mengikat juga,
Tanda berupa sebentuk cincin emas,
Lengkap dengan pengiringnya

Bagaimana pendapat tuan.

Pihak wanita
Kalau begitu kata tuan,
Cukuplah sudah bagi kami,
Walaupun kecil mengikat juga,
Tanda pengikat kumbang dan bunga,
Seia sekata kami semua,
Tanda dari tuan dapat kami terima.

Pihak laki-laki
Tanda ikatan telah sama kita sepakati,
Sudah didengar orang banyak,
Terang bersuluh mata hari.
7
Terimalah ini tanda dari kami beserta barang pengiring nya sekali.
(sambil menyerahkan cincin dan sebagainya).
Tuan yang kami horamati,
Tanda ikatan sudah diberi,
Kini tinggal menentukan masa dan ketika.
Kalau boleh kami bertanya,
Bila bulan kita bilang,
Bila hari kita hitung,
Bila kerja baik ini kita langsungkan,
Kiranya kami mendapat jawabanya!

Pihak wanita
Rundingan sudah kami lakukan,
Mufakat sudah kami simpulkjan,
Kalau setuju dipihak tuan,
Insya allah bulan maret 2010,
Kerja baik ini kita wujudkan,
Mengenai cadangan harinya kita bicarakan sambil jalan nantinya.
Bagaiman pendapat tuan.

Pihak laki-laki
Amatlah senang dihati kami bila mendengar jawaban tuan,
Tentang waktu dn ketika dan begitu pula dengan cadangan harinya kami setuju dan
dibicarakan nanti sambil jalan.
Baiklah nampaknya rundingan kita sudah sepakat.
Tak ad kata nan bersilang,
Tak ada pula runding nan bercanggah,
Mufakat belaka kita semua,
Senanglah rasanya dihati kami.
Kita berdo’a kehadirat Allah SWT agar semua yang kita harapkan mendapat ridho dan
lindungan Nya.
Amin ya rabbal alamin.

Seterusnya, umpama berjalan sudah sampai kebatas,


Umpama berlayar sudah sampai kepulanu,
Cakap bercakap sudah berjawab,
Samapi disini dulu perundingan kita.
Namun sebelum cakap kita tutup,
Izinkanlah terlebih dahulu kami memohon maaf beserta ampun, jika didalam
perundingan tadi terdapat salah dan khilaf dari kami. Mungkin kami tersalah cakap, atau
kami tersalah pandang, atau mungkin kami tersalah letak ataupun tegak, sekali lagi kami
mohon dimaafkan, karena itu semua bukanlah kami sengaja adanya.
Seterusnya izinkanlah kami untuk bergerak selo mengayunkan langkah untuk
meninggalkan rumah ini dan kembali ke tempat kami semula.
Itulah ucapan hati kami dan kami akhiri dengan ucapan Billahi Taufiq wal hidayah
wassalamu alaikum wr. Wb.

Pihak wanita
Sekali lagi terimakasih kami ucapkan, dan maafkanlah pula salah dan khilaf kami selama
melayani tuan beserta rombongan dirumah in. mungkin kami tersalah letak, yang
seharusnya didepan terbelakangkan, yang seharusnya di tengah diterketepikan. Sekali
lagi, kami mohon dimaafkan. Seterusnya atas permintan tuan dapat kami kabulkan, dan
8
untuk itu kami lepas dengan ihklas, dengan muka yang jernih, dengan hati yang suci dan
diiringi dengan do’a semoga tuan beserta rombongan dapat selamat sampai ke tujuan.
Kita akhiri pertemuan ini sampai disini.

Kalau ada jarum yang patah,


Jangan disimpan didalam peti,
Kalau ada kata kami yang salah,
Jangan disimpan didalam hati.

Billahi Taufiq wal hidayah, wassalamu alaikum wr.wb.

Dipenghujung acara ini ditutup dengan do’a bersama dan di akhiri dengan
menghidangkan jamuan selera.

3. ANTAR BELANJA

Antar belanja adalah suatu kegiatan menyerahkan sejumlah uang belanja dari pihak lelaki
keppada pihak wanita sebagai tanda kebersamaan menghadapi hari pernikahan.
Bersamaan dengan menyerahkan sejumlah uang ini juga disertakan beberapa barang-
barang keperluan wanita sebagai pengiring seperti : bahan baju kebaya, kain tenun
songket, tas, sepatu, dsb serta dilengkapi dengan penganan dan buah – buahan tempatan.
Barang antaran ini termasuk uang biasanya di hias dalam berbagai bentuk seperti; bunga,
perahu layar, rumah-rumahan, bentuk hewan dsb.

Adapun jumlah uang yang diserahkan beserta jumlah barang pengiring ini adalah
berdasarkan kesepakatan bersama atau seberapa kesanggupan pihak lelaki.

Pada pelaksanaan antar belanja/mengantar belanja tidaklah jauh berbeda dengan tata
upacara antar tanda. Masing-masing pihak akan mengirim dan menunjuk orang yang
dipercayai dan percakapan dalam bentuk pantun.

Kedatangan rombongan pihak lelaki terdiri keluarga atau kerabat dekat serta seorang
juru bicara datang kerumah pihak wanita dengan membawa uang dan barang yang
didahului oleh pembawa tepak sirih berisi lengkap, sirih pinag, gambir, kapur sirih,
tembakau didalam cembul, dan sebilah kacip.

Kedatangan rombongan ini diterima oleh tuan rumah beserta keluarga dan kaum kerbat
dekat. Juga disambut denga tepak sirih yang sudah terhidang ditengah ruang acara.
Setelah yang datang maupun yang menanti duduk dengan rapi, maka dimulailah
percakapan. Percakapan diawali oleh tuan rumah sebagai ucapan pembuka yaitu
mengucapkan selamat datang dst. Adapun bentuk – bentuk percakapan tersebut antara
lain sbb :

Pihak wanita
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil alamin, wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya i wal mursalin
wa’ala alihi wa asyhabibi ajma’in. Encik-encik, Tuan-tuan dan Puan-puan, para tetamu
yang kami muliakan :
Yang besar tak kami sebutkan gelar,
Yang kecil tak kami panggilkan nama,
Yang Raja dengan daulatnya,
Yang datuk dengan kuasanya,
9
Yang alim ulama berkitabullah,
Yang tua dengan tuahnya,
Yang muda dengan takahnya,
Yang telah hadir berhimpun pepat dirumah ini.

Kedatangan encik, Tuan dan puan, kami tunggu dengan dada yang lapang, kami sambut
dengan muka yang jernih, kami terima dengan hati yang suci.
Tatang puan tatang cerana,
Tatang biduk sirama-rama,
Datang tuan datanglah semua,
Marilah duduk bersama-sama.

Pihak laki-laki
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil alamin, wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya i wal mursalin
wa’ala alihi wa asyhabibi ajma’in. Encik-encik, Tuan-tuan dan Puan-puan, para tetamu
yang kami muliakan :
Yang besar tak kami sebutkan gelar,
Yang kecil tak kami panggilkan nama,
Yang Raja dengan daulatnya,
Yang datuk dengan kuasanya,
Yang alim ulama berkitabullah,
Yang tua dengan tuahnya,
Yang muda dengan takahnya,
Yang hadir di majelis ini.

Khusunya ahlil bait yang kami hormati.


Terimakasih kami ucapkan atas ketersedian tuan rumah menerima kedatangan kami
dirumah ini. Dan tak lupa kami maohon maaf manakala kedatangan kami ini mungkin
kurang pada tempatnya, atau mungkin menyusahkan tuan sekalian, atau mungkin kurang
tepat pada adatnya, sekali lagi kami mohon dimaafkan.
Kembang sekuntum bunga ditaman,
Baunya wangi menyegar diri,
Assalamu alaikum Tuan dan Puan,
Kami datang memenuhi janji.

Kami datang bersama rombongan mewakili keluarga besar tuan …………………… saya
bernama ………………….. didampingi oleh diri saya bernama …………………………… dan
dikanan saya encik/tuan/puan ……………….... datang menemui tuan disini.
Bukan petang sembarang petang,
Petang jum’at yang penuh rahmtat,
Bukan datang sembarang datang,
Datang untuk menyampaikan hajat.

Untuk menunjukan keikhlasan kedatangan kami,


sebagai tanda suci,
kami datang membawa tepak,
lengkap dengan kapur gambirnya,
kami sorongkan tepakkami,
kiranya tuan sudi menerima serta mencicipi akan isinya.
Dipersilahkan ….. (sambil menyerahkan tepak kepada lawan bicara)

10
Pihak wanita
Terima kasih kami ucapkan.
Kalau tadi tuan mengenalkan diri, kini kami perkenalkan saya bernama
………………………….. mewakili keluarga besar ………………………….. dan dikri saya ……………….,
serta dikanan saya adalah tuan/puan ……………………………….
Kelapa puan hendak dipanjat,
Pokoknya tinggi pakailah galah,
Jika tuan hendak menyampaikan hajat,
Kepada kami inilah dipercaya.

Selanjutnya, sebelum cakap diurai panjang, sebelum hajat datang kami tanyakan, maka
sebagaimana lazimnya adat kita orang melayu, sebagi tanda sucinya hati kami menerima
kedatangan tuan dan puan, kalau tadi ada tepak datang, tentu ada tepak menanti.
Kami suguhkan tepak kami menyambut kedatangan tuan dan puan sekalian
Silahkan cicipi pula seri pinang kami …..
Bukan kapak sembarang kapak,
Kapak penebang sikayu jati,
Bukan tepak sembarang tepak,
Tepak ini tepak menanti.
(sambil menyorongkan tepak)

Pihak laki-laki
(menerima tepak dan memakan akan isinya, lalau meneruskan cakap)
Alhamdulillah.
Sirih tuan sudah kami makan, sudah terasa lemak manisnya. Kami ucapkan tahniah dan
terimakasih atas kesediaannya menerima kedatangan kami dapat duduk bersama-sama
dirumah sejuk dan indah ini. Kemudian sebagaimana kami sebutkan diawal tadi, kami
datang membawa hajat.
Pucuk membang dimakan kumbang,
Dimakan kumbang dipagi hari,
Rombongan kami ini sengaja datang,
Datang hendak memenuhi janji,
Kerbau mandi diteluk rokan,
Riaknya sampai keseberang,
Adapun janji yang telah diucapkan,
Hendka menyampaikan antaran belanja.

Pihak wanita
Terimakasih, hajat tuan sudah disampaikan, sudah didengar orang banyak namun masuh
gamang didalam hati ini. Izinkanlah kami bertanya agak sedikti, tanya untuk
menghilangkan ragu dihati.
Tuan datang bersam rombongan,
Hendak menyerahkan antaran belanja,
Kepada kami tolong sebutkan,
Antaran ini dari siapa utnuk siapa ?

Pihak laki-laki
Kura kura dalam perahu,
Dalam perahu banyak airnya,
Pura-pura tidak tahu,
Sudah tahu bertanya pula.
Kota intan di kota lama
11
Tempat bermain putra mahkota negeri,
Antaran ini dari …….
Untuk ……

Pihak wanita
Jauh berjalan keujung baru,
Singgah berehat sehari dua,
Kalau demikian orang yang dituju,
Kamipun dapat menerimanya,

Pihak laki-laki
Taji kerami taji yang sakti,
Tiga dengan tuah orang berbudi,
Bawaan kami perlambang sejati,
Perlambang kasih nan abadi.

Namun antaran yang kami bawa, bagaikan salah ukur.


Keatas tak sampai, kebawah tak jejak.
Hanya sebagai penganti rokok yang sebatang.
Ganti belanja sirih sekapur, pinang sekacip.
Tanda ihklas dan suci hati kami.
Tanda berat sama dipikul, ringansama dijinjing.
Tanda hidup menjunjung adat, tanda sekawan menjunjung tuah.
Belanja tidakkan melepas sesak, air tidak melepas dahaga.

Pihak wanita
Kalau begitu kata tuan, senaglah hati sejuklah dada.
Kecil tapak tangan nyiru kami tadahkan.
Setitik akan kami lautkan.
Sekepal akan kami gunungkan.
Kami terima dengan ikhlas.
Kami sambut dengan gembira.
Bagai orang sedang berjalan jauh.
Air seteguk lepaskan dahaga.
Nasi sesuap kenyanglah perut.
Kain sehelai lepaslah malu.
Sesuia adat dengan lembaga.
Tanda kita sama mengikat saudara.
Antaran tentulah kami terima.

Pihak laki-laki
Amatlah senang dihati kami.
Antaran kami walau sedikti lengkap juga ragamnya.
Supaya kami puas dan tuanpun senang dihati.
Baik ditengok diperiksa, biar ditengok orang banyak.
Bak kata orang bijak, kalau rupa boleh ditengok,
Kalau perisa boleh dirasa,
Kalau tampuk boleh dijinjing,
Kalau tali boleh dirajut,
Mana tau dalam perjalanan tadi ada yang tercicir atau terjatuh,
Maklumlah kami datang dari jauh.
Untuk itu akan kami serahkan satu persatu.
12
(sambil menyerahkan satu persatu dan pihak wanita menerimanya)
Penyerahan dilakukan dengan berpantun :
Contoh. Pihak laki-laki : Bukan parit sembarang parit,
(menyerahkan) Parit ini ada penjaganya,
Bukan duit sembarang duit,
Duit ini untuk antaran belanja.

Pihak wanita : Kenapa parit pakai penjaga,


(menerima) Supaya senang berternak keli,
Diterima duit antaran belanja,
Berapa jumlah nya sesuai janji.
Demikianlah seterusnya sampai semuanya diserahkan.

Pihak wanita
Terimakasih kami ucapkan. Kami yakin sepenuh hati, karena
kita sama bersaudara, sakit sama dirasa senang sama merasa.
Sama menghapus arang dikening
Sama membuang daki dibadan
Pantang menyingkap kain dipingang
Antaran tuan tidak akan disukat ditimbang lagi
Diterima bukan tanda kurang, bukan pula berjual beli.
Tanda sebagai pengisi adat, sebagai penyambung tali darah
Selanjutnya diserahkan kepada yang punya
Sekali lagi terima kasih kami ucapkan.

Pihak laki-laki
Alhamdulillah
Antaran kami sudah diterima. Tanda ikatan sudah terpateri
Terpenuhi sudah janji, sampai disinilah hajat kami.
Selanjutnya umpama berjalan dah sampai ke batas, umpama berkayuh sudah samapi
kepulau, cakap bercakap sudahpun berjawab, semua hajat sudah semufakat, maka kami
akhiri percakapan ini dengan sekali lagi mohon maaf beserta ampun atas segala kesalahan
dan khilaf selama kita berbincang tadi.

Mungkin kami terdorong kata, atau kami tersalah cakap harap kiranya diberi maaf, itu
semua bukanlah kami sebgaja.
Bak kata orang tua-tua :
Tak ada kayu yang tak berbongkol,
Tak ada tebu tak beruas,
Tak ada laut yang tak berombak,
Tak ada sungai yang tak beriak,
Tak ada gading yang tak retak.

Demikianlah pula tak ada manusia yang berbuat khilaf.


Seterusnya kami nohn diri untuk dapat meninggalkan rumah ini dan kembali ketemapt
kami semula. Atas perkenanya diucapkan terimakasih.
Akhirnya terimalah salam kami,
Billahi Taufiq wal hidayah.
Wassalamu alaikum wr.wb.

13
Pihak wanita
Terimakasih kami ucapkan.
Maafkanlah salah dan khilaf kami.
Seterusnya atas permintaan tuan untuk kembali kerumah semula dapat kami kabulkan,
namun kami tak dapat mengantar sampai kerumah.
Tuan beserta rombongan akan kami antar dengan do’a
Dengan salam dan salawat semoga dalam perjalanan pulang tidak ada aral melintang,
selamat badan samapai ketujuan. Sepakat kita mengakhiri percakapan ini, kami sambut
salam tuan.
Wassalamu alaikum wr.wb
(sambil bersalaman berjabat tanggan).

Selesai percakapan ini dilanjutkan dengan berdo’a bersama yang dipimpin oleh seorang
lebai, dan kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan bersama.

4. MENGANTUNG

Mengantung adalah suatu pekerjan awal dari persiapan pesta pernikahan. Pekerjaan awal
tersebut adalah menbuat tingkat pelaminan, memasang tabir dn menghias ruangan serta
kamar pengantin dan memasang bangsal atau tenda di perkarangan rumah.

Sebelum memasang pelaminan terlebih dahulu dilakukan tepuk tepung tawar pada lokasi
dimana pelaminan akan diletakan didalam rumah

Tepung tawar dilakukan oleh pemilik rumah yang punya hajatan dengan maksud
mengambil berkah dan ditutup dengan do’a untuk keselamatan dan kelancaran acara
yang akan dilaksanakan.

Alat tepung tawar terdiri dari :

a. Daun setawar sebagai penawar bias, baikbisa laut ataupun bias bumi serta
bisa racun dan santau;

b. Daun sedingin sebagai penyejuk hati dikala marah, penyabar-nyabar hati,


menghilangkan rasa dengki dan membuang umpatpuji;

c. Daun ati-ati sebagai tanda bijak. Bijak bercakap dan berunding. Bijak duduk
diorang ramai
d. Daun gandarusa sebagai penagkal musuh dari luar maupun dari dalam, penangkal
sihir dan serapan;
e. Air bedak limau sebagi pencuci hati, pencuci dengki dan iri, pencuci slah denga silih.
Pencuci penyakit nan menahun.
f. (beras kunyit, beras basuh) sebagi tanda rezeki datang, yang tiba dari langit, yang
tumbuh dibumi
g. Bunga rampai sebagai keharmonisan dan saling tolong menolong

Setelah ditepung tawari, maka dilakukan pemasangan tabir yang beragama. Ada yang
bernama tabir labuh, karena digantung labuh berjela mencecah lantai. Ada tabir gantung
atau tabir gulung, yang digantung di awing-awang. Ada tabir hias atau tabir perias, yaitu

14
tabir bertabur berbunga-bunga, berterawang dan bertekad bermanik-manik, tergantung
manis diatas ujung tabir labuh dan tabir gantung.

5. MALAM BERINAI

Berinai adalah kegiatan memasangkan daun inai yang sudah digiling halus kepada setiap
jari tangan dan kaki serta telapak tanggan dan telapak kaki calon pengantin wanita dan
calon pengantin lelaki.

Sebelum inai dipasangkan pada jari jemari calon pengantin, terlebih dahulu kepada calon
pengantin dilakukan tepuk tepung tawar.

Seterusnya inaipun dipasangkan orang. Untuk pengantin lelaki, inai didatangkan dari
rumah calon pengantin wanita, dibawa oleh beberapa orang wanita berserta barang
kelengkapan nya yaitu :

a. Tepak sirih;
b. Daun inai yang sudah digiling halus;
c. Lilinlebah secukupnya;
d. Air untuk cuci tanggan lengkap dengan lap tangan beserta sabun pencuci
tanggan

Adapun maksud yang terkandung dalam pelaksanaan berinai ini adalah sebagai
memberikan kekuatan dalam melayari bahtera kehidupan berumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warohmah yang terceus dalam inai yang memerah.

Merahnya merah pemanis,


Nerah penolak bala, pendinding dir,
Merah tanda diri badan dalam anyir,
Tanda diri dalam ikatan,
Tanda kasih henak ditanam,
Tnda penaik seri kemuka,
Tanda bunga belum layu,
Tanda tak boleh berjalan jauh,
Jauhnya masih dapat dipanggil-panggil,
Jauh sejangkau tingkat pelaminan.

6. BERANDAM

Berandam dilakukan pada calon pengantin wanita, namun tak jarang pula dilakukan pada
calon pengantin lelaki.

Sebelum calon pengantin diandam, terlebih dahulu kepadanya dilakukan tepuk tepung
tawar oleh orang tua kandung serta ibu-ibu yang dituakan dalam majelis.

Acara berandam dilakukan pada waktu pagi hari sekira matahari naik sepengalan dengan
harapan dapat menyerak cerahnya waktu dhuha secerah matahari pagi yang menyerakan
seri sampai kemuka serta sucinya sampai kehati calon pengantin.

15
Berandam adalah kegiatan membersihkan wajah calon pengantin dengan mencukur bulu
roma yang terdapat di wajah, baik di dahi dan dibagian tengkuk, merapikan ujung rambut
serta membentuk alis.

Berandam juga dapat di artikan sebagai pendinding diri dari segala bentuk penyakit atau
kejahatan baik yang datang dari diri maupun yang datangnya dari luar.

Makna yang terkandung dalam upacara berandam ini tiada lain adalah untuk
pembentukan ke indahan lahiriah guna perwujudan kecantikan batiniah.

Setelah calon pengantin ini diandam, maka dilakukan mandi dengan air wewangian dan
air tolak bala. Saat mandi ini dibimbing oleh mak andam dengan mempersilahkan orang
tua kandngnya menyirami terlebih dahulu. Kemudian baru diikuti oleh ibu-ibu dari
keluarga dekat ataupun dari ibu-ibu yang dituakan dalam majelis tersebut. Mandi ini
dilakukan didalam kamar mandi atau boleh juga ditempat khusus yang disediakan untuk
itu.

7. KHATAM AL QUR’AN

Sebagai umat islam, merupakan suatu kewajiban untuk menguasai bacaan Al Qur’an dan
bahkan memahami akan makna dari kandungan Al Qur’an itu sendiri.

Bagi anak wanita menjelang pelaksanaan hari peresmian pernikahan dilakukan acara
berkhatam Al Qur’an atau berkhatam kaji.

Berkhatam Al Qur’an dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an pada Jua amma
secara bergantian satu persatu dimulai dari surat Adhuha sehinggalah surat An – Naas
yang dipimpin oleh guru mengaji serta beberapa orang pengiring untuk menyambut
bacaan pada akhir setiap surat yang dibacakan.

Berkhatam Al Qur’an menunjukan betapa keimanan seseorang dalam mengasuh anak-


anaknya sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Dalam ungkapan adat dajarkan :
Dari kecil Nak, cincilak padi,
Sudah besar nak, cincilak padang,
Sedari kecil nak, duduklah mengaji,
Sudah besar nak, tegak sembahyang.

Setelah selesai membaca Al qur’an, dilanjutkan dengan do’a khatam oleh guru mengaji ;
dan kemudain calon pengantin ini akan sujud sembah di haribaan ayah ibu nya
menyampaikan ucapan syukur dan mohon ampun atas semua kesalahan selama ini, dan
mohon do’a untuk keselamatanya.

Selanjutnya calon pengantin bersama ayah ibu-nya mengucapkan terimakasih kepada


guru mengaji dengan menyerahkan seperangkat balai/tabak telur merah, sekaligus
bingkisan lainnya. Sang guru mengaji menerima bingkisan tersebut sambil memberikan
nasehat kepada calon pengantin agar selalu mempelajari dan membaca Al Qur’an.

Dengan demikian selesailah acara berkhatam Al Qur’an.

16
8. AKAD NIKAH

Akad nikah adalah suatu acara sakral, dimana orang tua calon pengantin wanita
mengucapkan Ijab sedangkan calon pengantin lelaki mengucapkan Kabul (ijab Kabul) atas
pernikahan yang sah.

Pada saat akad nikah, calon pengantin lelaki bersama rombongan datang kerumah calon
pengantin wanita untuk melakukan ijab Kabul.

Sebelum ijab Kabul dilakukan terlebih dahulu dihadirkan wali nikah, 2 orang saksi, calon
pengantin lelaki dan pencatat akta nikah ( KUA ).

Selanjutnya wali nikah, yaitu ayah calon pengantin wanita terlebih dahulu menanyakan
kesediaan anak nya untuk di nikahkan dengan seorang lelaki yang sudah ditentukan. Ayah
calon pengantin wanita didampingi 2 orang saksi mendatangi anaknya yang masih
didalam bilik untuk menanyakan hal tersebut.

Si anak akan menjawab memberikan persetujuannya hanya dengan menganggukan


kepala. Karena sangat tabu bagi anak gadis untuk menjawab dengan perkataan lisan,
karena menurut adat hal yang demikian itu kurang beradat.

Setelah mendapat persetujuan dari si anak, maka sang ayah melanjutkan dengan
memberikan sedikti petuah kepada anak nya yaitu sebagai berikut :

Wahai anakku, belahan jiwaku,


Hutang padmu telah kami bayar,
Yaitu hutang bela dan pelihara,
Hutang tunduk dan ajar,
Hutang petuah dan amanah,
Hutang contoh dan teladan,

Telah kami penuhi bekal lahir dan batin,


Telah kami isikan akan dan budi,
Telah kami betulkan tingkah dan laku,
Hatimu telah dipasangi dengan iman,
Kepalamu telah diisi dengan ilmu pengetahuan,
Telah tersedialah bekal dunia dan akhirat,
Bekal hidup dan bekal mati,

Kini engkau ayah antarkan hidup berumah tangga,


Binalah rumah tanggamu bersamamu kelak,
Binalah dengan penuh iman dan taqwa,
Jadilah rumah tanggamu, rumah tangga sakinah,
Mawaddah, warahmah, yang selalu dalam lindungan allah.

Kemudain dilakukan akad nikah dimana Ijab akan berjawab dengan Qabul.

Setelah Ijab Qabul atau akad nikah selesai, maka kedua calon pengantin yang sudha syah
menjadi pengantin/suami istri ini mendatangi kedua Orang Tua nya untuk sujud sembah
ke haribaannya memohon do’a dan ampun atas kesalahan yang telah dibuat, baik
disengaja ataupun tidak sengaja selama ini.

17
Selesai sujud sembah keharibaan kedua orang tua, maka kedua pengantin ini didudukkan
di atas pelaminan untuk ditepuk tepung tawar.

Tepung tawar ini hanya dilakukan oleh kaum bapak-bapak saja dari kalangan keluarga
dekat yang dituakan serta dari hadirin yang dituakan dalam masyarakat.

Sebagi penepuk terakhir dari tepung tawar ini dimintakan untuk memimpin pembacaan
do’a untuk keselamatan pengantin dan semua yang hadir.

Pada saat ini kedua ayah pengantin tidak ikut memberikan tepuk tepung tawar,
karena kedua orang tua telah didatangi oleh anak –anaknya.

Selesai tepuk tepung, maka selesailah acara akad nikah dan kepada tetamu dihidangkan
makan bersama.
Selesai makan bersama, maka pengantin lelaki beserta rombongan kembali kerumahnya
dan bersiap-siap untuk acara hari langsung atau hari bersanding pada keesokan harinya.

Catatan :
Pada masa lalu menurut adatnya, disaat akad nikah ini kedua pengantin tidak
atau belum boleh dipertemukan, sehingga tepuk tepung tawar dilakukan secara
bergantian. Dan kedua orang tua pengantn lelaki tidak hadir dirumah pengantin
wanita.

9. HARI LANGSUNG / RESEPSI PERNIKAHAN

Hari langsung adalah hari dimana pengantin lelaki datang ke rumah pengantin wanita
untuk disandingkan duduk di atas pelaminan disaksikan oleah orang ramai sekalian
tetamu jemputan majelis.

Sebelum kedatangan pengantin lelaki terlebih dahulu ianya dijemput oleh perutusan dari
pihak pengantin wanita sambil membawakan makanan berupa nasi dan lauk pauk agak
sedulang. Membawa nasi dan lauk pauk ini bermakna si istri telah menyiapkan makan
untuk suaminya sebelum datang ke rumahnya untuk bersanding

Tak lama kemudian pengantin lelaki bersiap-siap untuk berangkat dan sebelum
berangkat terlebih dahulu dilakukan pembacaan do’a dan kemudian pengantin lelaki ini
mendatangi ayah ibu nya untuk sujud sembah memohon izin berangkat ke rumah
istrinya. Kemudian pengantin lelaki ini diarak kerumah pengantin wanita yang dilengkapi
dengan :
a. Pembawaan tepak bededai ( 5 orang wanita );
b. Gading-gading 2 orang perjaka;
c. Pembawa paying;
d. Pembawa bunga manggar;
e. Pembawa koper pakaian pindah rumah;
f. Rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak keluarga pengantin laki-laki;
g. Di belakang diiringi music kompang.

Sering pula pengantin lelaki ini dijulang dipundak seseorang sebagai perlambang
kebesaran pengantin sang raja sehari.

Sesampainya di halaman rumah pengantin perempuan, rombongan ini dihadang oleh


pesilat, sehingga terjadi perlawanan silat antara pihak lelaki dengan pihak wanita.
18
Setelah pesilat pihak pengantin lelaki berhasil mengalahkan pesilat pihak pengantin
wanita maka pengantin lelaki boleh memasuki halaman rumah dan terus menuju pintu
rumah. Pada saat ini pengantin wanita sudah duduk dipelaminan menuggu kedatangan
suami atau pengantin lelaki. Namun sesampai nya di depan pintu rumah ternyata pintu
masuk kerumah dihadang dengan bertutup kain.

Mak andam pengantin lelaki menanyakan mengapa pintu ditutup, dan dijawab oleh mak
andam pengantin wanita, tanya jawab ini disampaikan dalam bentuk pantun, jika pihak
pengantin lelaki bias memenuhi kehendak mak andam pihak pengantin wanita, barulah
pengantin lelaki diperbolehkan memasuki rumah.

Contoh pantun :

Pihak Laki-laki :
Batang jerami batang berlari,
Mengapa tebu berbatang seletup,
Datang kami membawa raja sehari,
Mengapa pintu mak andam tutup,

Pihak Wanita :
Batang lakum kami cacakn,
Mengapa cendawan batang berduri,
Bertanya kami kepada tuan,
Mengapa tuan datang kemari,

Pihak Laki-laki :
Dah gaharu cendana pula,
Kura-kura dalam perahu,
Dah tahbertanya pula
pura-pura tidak tahu,

Pihak Wanita :
Tak pernah rotan direntang,
Kayu gahru dipalang tiga,
Tidak pernah tuan datang bertandang,
Baru sekarang nampakan muka,

Pihak Laki-laki :
Kalau tidak ada berada,
Tak kan tempua bersarang rendah,
Kalau tak ada yang mengoda,
Takkan datang melangkah

Pihak Wanita :
Batang jemari bercabang satu,
Pokok kenari bercabang tiga,
Sekarang kami ingin tahu,
Tuan kemari nak cari siapa,

Pihak Laki-laki :
Batang jerami bawa berlari,
Mengapa tebu berbatang seletup,
19
Datang kami membawa raja sehari ,
Mengapa pintu mak andam tutup,

Pihak Wanita :
Lapun melapun ke rokan hilir,
Kapal berlayar samapi ke pagi,
Kalau tuan membawa raja sehari,
Pintu dibuka … bayar dulu cukai negeri,

Pihak Laki-laki :
Biarkanlah petai dibawa berlayar ,
Asalkan tebu menjadi gula,
Biarlah cukai kami bayar,

Kemudian pengantin lelaki memasuki rumah dan duduk bersanding disamping istri,
sebagi penyambutan kedatangan pengantin ini disajikan tepak sirih dalm bentuk tari
persembahan di depan pelaminan.

Dengan demikian selesailah acara ini dan kepada tetamu dipersilahkan makan bersama
dan bagi yang sudah makan dapat memberikan ucapan selamat kepada kedua pengantin.

10. MANDI TAMAN / MANDI DAMAI

Mandi taman/mandi damai ini dilakukan di halam rumah dengan membuat balai yang
dihias dengan aneka daun kelapa muda/janur kuning.

Mandi taman diawali dengan membawa kedua pengatin duduk dibalai pemandian dan
dilakukan tepuk tepung tawar kepada kedua pengantin oleh orang tua – tua dan yng
dituakan dalam majelis tersebut. Dan ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh sipenepuk
tepung tawar terakhir.

Kedua pengantin memakai pakaian melayu berbaju kurung yang siap untuk dibasahkan.

Setelah tepuk tepung tawar kedua pengantin dibawa berjalan atau ber arak berkeliling
balai pemandian sebanyak 7 ( tujuh ) kali putaran searah jarum jam.

Barisan berarak ini diawali oleh pembawa tepak, kemudian pembawa cermin muka.

Pada setiap satu kali putaran, maka sipembawa cermin akan menghadapkan cermin
kemuka kedua pengantin sambil berseru, “apakah cantik pengantin ini …?;”. mak dijawab
oleh sekalian yang hadir dengan kata,”cantik …!”, demikian seterusnya sampai keputaran
yang ketujuh.

Seterusnya kedua pengantin yang duduk diatas bangku taman tersebut, diatas kepala
mereka direntangkan selembar kain polos yang dipegang oleh 4 orang lelaki pada masing-
masing sudutnya.

Kemudian mak andam menyiram keduanya dengan air wewangian dari berbagai bunga
melalui kain putih dikepala sehingga airnya melalui kainputih sebagai menepis terus
membasahi kedua pengantin.

20
Seterusnya secara berturut turut dilakukan berlaga kelapa muda yang sudah ditipiskan
bagian tampaknya oleh dua orang lelaki melalui bagian atas kain putih sehingga salah
satu atau kedua kelapa muda tersebut pecah dan airnya mengalir kebadan pengantin
melalui saringan kain putih tadi.

Setelah kelapa dilakukan pula berlaga mayang pinang dan diteruskan dengan berlaga
mayang kelapa.
Setelah semua kelapa muda dan mayang pinang serta mayang kelapa habis terpakai maka
dilakukan penyiraman kembali dengan air berbagai bunga leh mak andam.

Kemudian kepada kedua pengantin dibawa masuk kerumah dengan meniti talam berisi
padi sambil melangkahkan kaki melangkahi gelang-gelang benang tujuh warna yang
ditaburi cincin belah rotan.

Pada saat kedua pengantin ini melangkahi talam berisi padi tersebut disirami pula dengan
taburan bunga rampai berisi uang seling/logam dan berbagai gula-gula manisan.

Bersamaan dengan itu juga dilakukan perang-perangan air oleh semua yang hadir.

Sambil berbasah-basah tersebut mereka berebut pula mengambil uang seling/logam yang
ditaburkan tadi untuk dikoleksi.

Konon kata orang tua-tua uang tersebut baik disimpan untuk penarik rezeki atau untuk
menjemput jodoh bagi yang belum ada jodoh yang disebut juga sebagai pelaris.

Siapa saja yang berada pada saat mandi taman tersebut haruslah basah dan bagi yang
kena tersiram air tentulah tidak boleh narah. Kalau marah, menurut orang tua-tua dahulu,
maka yang marah tersebut kelak rezekinya akan sulit (mahal rezekinya).

Kedua pengantin memasuki rumah lalu berganti pakaian. Terakhir dilakukan makan
bersama antara keluarga pengantin perempuan dengan keluarga pengantin lelaki.
Mandi taman/damai ini bermakna bahwa kedua pengantin sudah bersatu secara lahir
batin yang tidak ada sanggahan lagi bagi keduanya.

Beberapa perpaduan kegiatan

Dalam pelaksanaan hari ini dilakukan beberapa kegiatan yang dipadukan. Hal ini
mengingat waktu dan kesibukan dari orang ramai yang tak mungkin dapat berlama-lama
dengan prosesi yang memakan waktu berhari-hari.
Namun, perpaduan beberapa kegiatan acara tersebut tidaklah merobah atau
mempengaruhi makna dari prosesi pernikahan tersebut.

Perpaduan itu adalah :


1. Acara antar belanja dipadukan bersamaan dengan acara akad nikah. ( pada hari yang
sama).
2. Acara khatam Al Qur’an, biasanya dilakukan sesudah akad nikah namun pada hari ini
dilakukan sebelum akad nikah yaitu dipadukan bersamaan dengan sesudah
berandam (pada hari yang sama)

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku senari pesta pernikahan


www.google.com

22

Anda mungkin juga menyukai