PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menganalisis profitabilitas pada laporan keuangan PT. Ultrajaya Milk
Industry Tbk.
2. Mengetahui perbandingan ROA, Net Profit Margin dan Gross Profit
Margin pada PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.
3. Memenuhi tugas kelompok semester 4 atas Analisis Laporan
Keuangan
LANDASAN TEORI
Dari data – data di atas Nampak bahwa abc mempunyai tingkat ROA
yang lebih tinggi dibandingkan dengan xyz selama tiga tahun terakhir ini
dengan pemecahan ROA ke dalam profit margarin dan perputaran aktiva
tampak bahwa profit margarine abc lebih tinggi dibandingkan dengan profit
margarine xyz keduanya mempunyai tingkat perputaran aktiva yang sama.
2.3 Interprestasi ROA
A. Operating Leverage
Operating laverage menunjukan sejauh mana pemakaian beban tetap
dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang
tinggi berarti mempunyai operating laverge yang tinggi. Beban tetap
operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan /bangunan (aktiva
tetap) perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar (yang
berarti melakukan investasi besar pada aktiva tetap) akan mempunyai beban
depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban operasional yang
tinggi dan berarti mempunyai operating leverage yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan atau industri-industri mempunyai struktur
biaya variable dan biaya tetap yang berbeda-beda perusahaan eksplorasi dan
pengolahan minyak, perusahaan baja mempunyai proporsi aktiva yang tetap
besar perusahaan-perusahaan semacam itu merupakan perusahaan yang
padat modal (capital intensive) sebaliknya industry supermarket, grosir,
rumah makan merupakan industry atau perusahaan yang mempunyai
proporsi aktiva tetap relative lebih kecil dibandingkan industry/perusahaan
minyak. Komponen biaya variable untuk industry ini relative besar.
Perusahaan atau industry dengan operating leverage yang tinggi akan
mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula itu berarti risiko
perusahaan tersebut tinggi apabila kondisi perekonomian membaik,
penjualan meningkat, perusahaan dengan operating leverage yang tinggi
akan mengalami kenaikan keuntungan (pendapatan) yang tinggi, sebaiknya
apabila kondisi perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan
tersebut akan mengalami penurunana keuntungan yang tajam pula
perusahaan dengan operating leverage yang rendah tidak akan mengalami
fluktuasi setajam perusahaan dengan operating leverage yang tinggi.
Industri Aset pabrik / Total aset Standar Devisi ROA
Biaya Tetap
Titik Inpas =
Harga Unit − Biaya Variabel Unit
Dengan semakin tingginya biaya tetap, maka titik impas akan lebih
tinggi karena yang dibagi (numerator) akan semakin tinggi pula.
Konsep lain yang berkaitan dengan operating laverage adalah marjin
konstribusi (contribution margin) marjin kostribusi adalah harga/unit biaya
variable/unit karena biaya tetap tidak akan berubah dengan kenaikan
penjualan, laba operasional akan naik dengan naiknya marjin konstribusi
kenaikan total laba operasional adalah marjin konstribusi/unit dikalikan
dengan kenaikan penjualan dalam unit. Marjin konstribusi juga bisa diukur
melalui prosentase (presentase marjin konstribusi) yaitu marjin konstribusi
dibagi dengan penjualan dikalikan 100%untuk setiap kenaikan penjualan
sebesar satu rupiah (atau satu unit moneter lainnya) marjin konstribusi akan
naikn sebesar presentase marjin konstribusi.
Fungsi laba operasional bisa dilihat pada persamaan berikut ini:
Laba Operasional =
Kuantitas x (Harga/Unit − B. Variabel/Unit) − B. Tetap
Rp 1.013.783.000.000
= 100%
Rp 3.460.231.000.000
= 29,30 %
= 23,9 %
Rp 1.382.489.122.282
= 100%
Rp 4.393.932.684.171
= 31,46 %
Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 3.460.231.000.000
= 9,39 %
Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 3.916.789.366.423
= 7,22 %
Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 3.916.789.366.423
= 11,90 %
3. Return On Asset
a. Return On Asset tahun 2013
Laba setelah pajak pada tahun 2013 sebesar Rp
325.127.000.000, sedangkan jumlah aktiva pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 2.812.056.096.621.
EAT
Return On Asset = 100%
Total Aktiva
Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 2.812.056.096.621
= 11,56 %
Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 2.918.133.278.435
= 9,70 %
c. Return On Asset tahun 2015
Laba setelah pajak pada tahun 2015 sebesar Rp
523.100.215.029, sedangkan jumlah aktiva pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 3.539.995.910.248
EAT
Return On Asset = 100%
Total Aktiva
Rp 523.100.215.029
= 100%
Rp 3.539.995.910.248
= 14,77 %
4. Return On Equity
a. Return On Equity tahun 2013
Laba setelah pajak pada tahun 2013 adalah sebesar Rp
325.127.000.000, sedangkan modal sendiri pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 2.022.189.689.748
EAT
Return On Equity = 100%
Total Ekuitas
Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 2.022.189.689.748
= 16,07 %
Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 2.273.306.156.418
= 12,45 %
c. Return On Equity tahun 2015
Laba setelah pajak pada tahun 2015 adalah sebesar Rp
523.100.215.029, sedangkan modal sendiri pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 2.797.505.693.922.
EAT
Return On Equity = 100%
Total Ekuitas
Rp 523.100.215.029
= 100%
Rp 2.797.505.693.922
= 18,96 %
5. Perputaran Aktiva
a. Perputaran Aktiva tahun 2013
Penjualan yang diperoleh tahun 2013 adalah sebesar Rp
3.460.231.000.000, sedangkan total aktiva pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp2.812.056.096.621.
Penjualan
Perputaran Aktiva = 100%
Total Aktiva
Rp 3.460.231.000.000
= 100%
Rp 2.812.056.096.621
= 123,04 %
Rp 3.916.789.366.423
= 100%
Rp 2.918.133.278.435
= 134,22 %
c. Perputaran Aktiva tahun 2015
Penjualan tahun 2015 adalah sebesar Rp 4.393.932.684.171,
sedangkan total aktiva pada tahun 2015 adalah sebesar Rp
3.539.995.910.248
Penjualan
Perputaran Aktiva = 100%
Total Aktiva
Rp 4.393.932.684.171
= 100%
Rp 3.539.995.910.248
= 124,12 %
Pembahasan
Berdasarkan analisis profitabilitas terhadap Laporan Keuangan PT.
Ultrajaya Milk Industry, Tbk tahun 2013-2015 yang dicapai dengan
menggunakan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Return On
Equity dan Perputaran Aktiva dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan presentase laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin
semakin baik keadaan perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dilihat bahwa Gross Profit
Margin tahun 2013 – 2015 sebesar 29,30%, 23,90%, dan 31,49%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa Gross Profit Margin yang dicapai
perusahaan selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.Peningkatan
ini dikarenakan adanya Kenaikan Laba Kotor ini disebabkan oleh
menurunnya Beban Pokok Penjualan
3. Return On Asset
Return on asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin besar rasio semakin baik
keadaan perusahaan.
Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat bahwa Return On Asset
tahun 2013-2015 adalah sebesar 11,56%, 9,70%, dan 14,77%.
Ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dibandingkan total aktiva mengalami penurunan untuk tahun 2014, dan
mengalami kenaikan di tahun 2015.
4. Return On Equity (ROE)
Return on equity merupakan suatu pengukuran dan penghasilan
yang tersedia bagi para pemihak maupun perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan. Semakin besar return atau penghasilan
yang diperoleh maka semakin baik keadaan perusahaan.
Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat Return On Equity pada
tahun 2013-2015 sebesar 16,07%, 12,45%, dan 18,69%.
Dari hasil tersebut dapat ditunjukkan pada bahwa perusahaan
dalam mengelola modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan neto
mengalami penurunan lalu peningkatan yang cukup drastis di tahun 2015.
5. Perputaran Aktiva
Perputaran aktiva merupakan perbandingan antara penjuala dengan
total aktiva perusahaan. Rasio perputaran aktiva menggambarkan kecepatan
perputaran total aktiva dalam periode tertentu. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Dari hasil perhitungan maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran
aktiva tahun 2013-2015 sebesar 123,04%, 134,22%, dan 124,12%.
Dari hasil tersebut, dapat diketahui jika perputaran aktiva
perusahaan mengalami peningkatan di tahun 2014 yaitu pada saat
perhitungan dengan rasio profit margin, ROA dan ROE mengalami
penurunan.
3.2 Perbandingan ROA, ROE, Net Profit Margin dan Gross Profit Margin
pada PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk terhadap PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan
rasio profitabilitas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja keuangan PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk berdasarkan
analisis profitabilitasnya dilihat dari Gross profit margin, Net Profit
Margin, Return On Asset dan Return On Equitas selama tiga tahun
terakhir , yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2015 cenderung
mengalami fluktuasi kadang naik kadang turun dan sebaliknnya.
2. Dilihat perbandingan data PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk dengan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk rasio profitabilitas PT. Ultrajaya
Milk Industry Tbk lebih baik atau lebih efisien dari pada PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk
3. Secara umum kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
berdasarkan analisis rasio profitabilitasnya selama tiga tahun ( tahun
2013 – tahun 2015 ) belum sepenuhnya efisien. Ini disebabkan karena
tingkat profitabilitasnya fluktuatif.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan beberapa kesimpulan yang telah
diuraikan diatas, maka penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai
bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat bagi pihak manajemen
dalam pengembangan kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk:
1. Pihak manajemen diharapkan dapat membuat laporan keuangan
berdasarkan rasio keuangannya terutama rasio profitabilitas disamping
laporan keuangan lainnya, sebagai bahan informasi bukan hanya bagi
pihak intern perusahaan tetapi juga berguna bagi pihak yang
berkepentingan lainnya guna menilai kebijaksanaan manajemen.
2. Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, perusahaan
diharapkan mampu meningkatkan tingkat profitabilitasnya terutama
pada Net Profit Margin.
3. Perusahaan sebaiknya mempertahankan pengelolaan biaya-biaya agar
tetap cermat dan efisien, dengan demikian kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan profitabilitasnya pada masa yang akan datang
akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://vienovidelusion.blogspot.co.id/2014/06/makalah-analisis-laporan-
keuangan.htm
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4936/Bab%
202.pdf?sequence=9