Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta
perubahan dalam posisi keuangan yang memberikan kesimpulan dari
pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas tertentu sekaligus
media yang paling penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi
manajemen.
Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam
rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu
bagaimana memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-
angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan
dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan metode dan teknik
analisis yang tepat. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan
bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan, ketidakpastian,
pertimbangan pribadi dan lain sebagainya.
Menurut PSAK No.1, laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun
buku yang bersangkutan yang ditujukan kepada pihak pembuat keputusan.
Laporan keuangan dibuat dengan maksud sebagai alat komunikasi dan
memberi gambaran mengenai posisi dan kondisi keuangan serta kinerja
perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan mereka masing-masing. maka peneliti sangat tertarik untuk
mendalami dan membahas topik tentang “ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY Tbk” sebagai judul
makalah.
PT. Ultrajaya Milk Industry merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang industri makanan dan minuman di Indonesia, khususnya industri
minuman UHT yang dikemas dalam kemasan karton aseptik. Kegiatan
usaha utama Perseroan, berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan yang
terakhir, adalah bidang industri makanan dan minuman, dan bidang
perdagangan. Di kelompok minuman, Perseroan memproduksi ruparupa
jenis minuman seperti minuman susu cair, minuman teh, minuman untuk
kesehatan dan minuman tradisional. Perseroan memiliki mesin-mesin
pengolahan untuk masingmasing jenis produk minuman
tersebut.Pengolahan dilakukan dengan menggunakan teknologi UHT (Ultra
High Temperature), yaitu proses pemanasan dengan suhu 140o C dalam
waktu 3-4 detik. Dengan teknologi pengolahan UHT ini maka produk-
produk minuman itu menjadi steril karena seluruh bakteri-bakteri yang ada,
baik bakteri yang menimbulkan penyakit maupun bakteri yang merusak
minuman, menjadi terbunuh. Di sisi lain, proses UHT ini tidak akan
merusak atau mengurangi secara berlebihan nutrisi dan vitamin yang
terkandung didalam minuman. Selanjutnya produk minuman yang sudah
steril ini dikemas dalam kemasan karton aseptik yang steril (Aseptic
Packaging Material), sehingga produk minuman tersebut bisa tahan lama
tanpa harus menambahkan bahan pengawet. Perseroan memiliki mesin
kemasan dengan volume 125 ml, 200 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000
ml.
Di bidang makanan Perseroan memproduksi susu bubuk (powder
milk), dan susu kental manis (sweetened condensed milk).
Visi:
Menjadi perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan
terbesar di Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan kepuasan
konsumen, serta menjunjung tinggi kepercayaan para pemegang saham dan
mitra kerja perusahaan.
Misi:
Menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk
senantiasa berorientasi kepada pasar/konsumen, dan kepekaan serta
kepedulian untuk senantiasa memperhatikan lingkungan, yang dilakukan
secara optimal agar dapat memberikan nilai tambah sebagai wujud
pertanggung-jawaban kepada para pemegang saham.
Kantor pusat dan pabrik Perseroan berdiri di atas tanah milik
Perseroan seluas lebih dari 20 ha yang terletak di jalan Raya Cimareme no.
131, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini sangat strategis
karena terletak di daerah lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga
memudahkan Perseroan untuk memperoleh pasokan bahan baku dan
memudahkan pendistribusian hasil produksinya.

1.2 Tujuan
1. Menganalisis profitabilitas pada laporan keuangan PT. Ultrajaya Milk
Industry Tbk.
2. Mengetahui perbandingan ROA, Net Profit Margin dan Gross Profit
Margin pada PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.
3. Memenuhi tugas kelompok semester 4 atas Analisis Laporan
Keuangan

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan di bahas
antara lain :
1. Bagaimana analisis profitabilitas pada PT. Ultrajaya Milk Industry
Tbk.?
2. Bagaimana perbandingan ROA, Net Profit Margin dan Gross Profit
Margin pada PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk terhadap PT Indofood
Tbk?
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perhitungan ROA


Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.
Variasi dalam perhitungan ROA di samping perhitungan seperti dibicarakan
pada bab sebelumnya, adalah dengan memasukan biaya pendanaan biaya-
biaya penandaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya
penandaan dengan hutang deviden yang merupakan biaya penandaan
dengan saham analisis ROA tidak diperhitungkan biaya bunga ditambahkan
ke laba yang diperoleh perusahaan ROA bisa diinterprestasikan sebagai
hasil dari serangkain kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari
faktor-faktor lingkungan (environmental factors) analisis difokuskan pada
profotabilitas asset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan cara-cara
untuk menandai asset tersebut.
Formula ROA bisa dihitung sebagai berikut:

Laba Bersih + Bunga


ROA =
Total Asset Rata − Rata

Karena bunga tidak masuk dalam analisis ROA maka bunga


ditambahkan kembali ke laba bersih. Apabila ingin lebih tepat lagi, maka
sebenarnya ada penghematan pajak yang muncul dari penggunaan bunga,
karena bunga bisa dipakai pengurang pajak dengan demikian setelah
penyesuaian pajak, formula ROA dihitung sebagai berikut:

Laba Bersih + Bunga (1 − Tingkat Pajak)


ROA =
Total Asset Rata − Rata

Dalam formula di atas, bunga ditambahkan kembali ke laba bersih,


sedangkan penghematan pajak karena bunga dikurangkan dari laba bersih.
Dalam hal ini digunakan total asset rata-rata digunakan dalam hal ini,
bukannya total aset pada akhir periode ini lebih konstinten dengan
penggunaan ROA sebagai pengukur prestasi pada satu periode tertentu,
biasanya aset rata-rata dihitung dengan menjumlahkan aset pada awal
periode dengan aset pada akhir periode dan dibagi dua untuk bisnis yang
tidak bersifat musiman, penggunaan semacam itu sudah memadai tetapi
untuk bisnios yang musiman rata-rata aset pada akhir setiap triwulan lebih
baik digunakan.
Laba bersih suatu perusahaan kadang-kadang dipengaruhi oleh dua
faktor luar biasa yang tidak selalu muncul dalam kegiatan bisnis yang
normal:
1. Laba karena perubahan prinsip akuntansi
2. Biaya restrukturasi
Dalam kaitannya dengan perubahan prinsip akuntansi, ada
argumentasi yang ditemukakan yaitu laba karena perubahan akuntansi tidak
sering muncul (nonrecurring) dan relative bukan bagian dari kegiatan bisnis
yang normal. Karena itu laba karena perubahan akuntansi seharusnya tidak
diperhitungkan karena tidak mencermirkan kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam menghasilkan laba.
Dalam kaitannya dengan biaya restrukturasi perusahaan ada beberapa
argumentasi yang bisa dikemukakan:
1. Faktor tersebut muncul relatife tidak sering, dan bisa dikatakan
sebagai non-recurring
2. Item tersebut bisa dikatakan merupakan bagian normal dari
kegiatan bisnis
3. Jumlah tersebut cukup material

2.2 Komponen – Komponen ROA


ROA bisa dipecah lagi kedalam dua komponen yaitu: profit margin
dan perputaran total aktiva (aset) pemecahan (disagregasi) ini bisa
menghasilkan analisis yang lebih tajam lagi.

Laba Bersih + Bunga (1 − Tingkat Pajak)


ROA =
Total Asset Rata − Rata

ROA = Profit Margin X Perputaran Total Asset


Laba Bersih + Bunga (1 − Tingkat Pajak) X Penjualan
Penjualan =
Penjualan Total Asset Rata − Rata

Profit margarin melaporkan kemampuan perusahaan menghasilkan


laba dari tingkat penjualan tertentu. Profit margarin bisa diinterprestasikan
sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan perputaran total
aset mencermirkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjumlahan dari
total investasi tertentu rasio ini juga diartikan sebagai kemampuan
perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan yang tertenu
rasio ini mengukur aktifitas penggunaan aktiva (aset) perusahaan.
Berikut ini table ROA, profit margarin, dan perputaran aktiva
untuk dua perusahaan hipotesis abc dan xyz untuk tiga tahun berturut-turut:
Tabel 8.1 ROA, Profit margin, dan perputaran aktiva perusahaan abc
dan xyz.
Perusahaan ABC
Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1
ROA 12,16 % 11,9 % 12,5%
Profit margin 7,6 % 7,9 % 8,3 %
PerputaranAktiva 1,6 1,5 1,5
Perusahaan XYZ
ROA 10 % 9,3 % 8,7 %
Profit margin 5,9 % 6,2 % 5,8 %
PerputaranAktiva 1,7 1,5 1,5

Dari data – data di atas Nampak bahwa abc mempunyai tingkat ROA
yang lebih tinggi dibandingkan dengan xyz selama tiga tahun terakhir ini
dengan pemecahan ROA ke dalam profit margarin dan perputaran aktiva
tampak bahwa profit margarine abc lebih tinggi dibandingkan dengan profit
margarine xyz keduanya mempunyai tingkat perputaran aktiva yang sama.
2.3 Interprestasi ROA
A. Operating Leverage
Operating laverage menunjukan sejauh mana pemakaian beban tetap
dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang
tinggi berarti mempunyai operating laverge yang tinggi. Beban tetap
operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan /bangunan (aktiva
tetap) perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar (yang
berarti melakukan investasi besar pada aktiva tetap) akan mempunyai beban
depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban operasional yang
tinggi dan berarti mempunyai operating leverage yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan atau industri-industri mempunyai struktur
biaya variable dan biaya tetap yang berbeda-beda perusahaan eksplorasi dan
pengolahan minyak, perusahaan baja mempunyai proporsi aktiva yang tetap
besar perusahaan-perusahaan semacam itu merupakan perusahaan yang
padat modal (capital intensive) sebaliknya industry supermarket, grosir,
rumah makan merupakan industry atau perusahaan yang mempunyai
proporsi aktiva tetap relative lebih kecil dibandingkan industry/perusahaan
minyak. Komponen biaya variable untuk industry ini relative besar.
Perusahaan atau industry dengan operating leverage yang tinggi akan
mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula itu berarti risiko
perusahaan tersebut tinggi apabila kondisi perekonomian membaik,
penjualan meningkat, perusahaan dengan operating leverage yang tinggi
akan mengalami kenaikan keuntungan (pendapatan) yang tinggi, sebaiknya
apabila kondisi perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan
tersebut akan mengalami penurunana keuntungan yang tajam pula
perusahaan dengan operating leverage yang rendah tidak akan mengalami
fluktuasi setajam perusahaan dengan operating leverage yang tinggi.
Industri Aset pabrik / Total aset Standar Devisi ROA

Eksplorasi Minyak 0,700 0,104

Gelas 0,550 0,063


Baja 0,460 0,066

Toko Grosir 0,443 0,047

Penerbitan 0,354 0,039

Departement Stores 0,352 0,033

Rasio Aset pabrik / total aset digunakan sebagai pengukur


operating laverage standard deviasi dipakai sebagai pengukur fluktuasi
(variabilitas) ROA dari data diatas tampak bahwa semakin tinggi operating
laverage, semakin tinggi variabilitas ROA industry eksplorasi minyak
mempunyai operating leverage yang paling tinggi dan dengan demikian
mempunyai fluktuasi ROA yang semakin tinggi pula industry ini sensitive
terhadap siklus bisnis musiman, perubahan-perubahan dalam perekonomian
pada umumnya (seperti pengeluaran konsumen dan pendapatan perkapita)
faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi industry lainnya seperti
departemen stores, toko grosir, tapi karena operating leverage industry –
industry ini kecil, maka pengaruhnya tidak begitu terasa bagi industry –
industry ini.

B. Biaya Tetap Dan Biaya Variable

Biaya Tetap
Titik Inpas =
Harga Unit − Biaya Variabel Unit

Dengan semakin tingginya biaya tetap, maka titik impas akan lebih
tinggi karena yang dibagi (numerator) akan semakin tinggi pula.
Konsep lain yang berkaitan dengan operating laverage adalah marjin
konstribusi (contribution margin) marjin kostribusi adalah harga/unit biaya
variable/unit karena biaya tetap tidak akan berubah dengan kenaikan
penjualan, laba operasional akan naik dengan naiknya marjin konstribusi
kenaikan total laba operasional adalah marjin konstribusi/unit dikalikan
dengan kenaikan penjualan dalam unit. Marjin konstribusi juga bisa diukur
melalui prosentase (presentase marjin konstribusi) yaitu marjin konstribusi
dibagi dengan penjualan dikalikan 100%untuk setiap kenaikan penjualan
sebesar satu rupiah (atau satu unit moneter lainnya) marjin konstribusi akan
naikn sebesar presentase marjin konstribusi.
Fungsi laba operasional bisa dilihat pada persamaan berikut ini:

Laba Operasional =
Kuantitas x (Harga/Unit − B. Variabel/Unit) − B. Tetap

Margin konstribusi merupakan slope dari persamaan diatas


semakin besar marjin konstribusi semakin besar slope fungsi laba
operasional. Ini berarti laba operasional semakin sensitive terhadap
perubahan penjualan (ekuintitas) dengan semakin tingginya operating
laverage dengan demikian operating laverage akan mempunyai pengaruh
terhadap perubahan-perubahan ROA.

C. Siklus Kehidupan Produk


Siklus kehidupan produk akan mempunyai pengaruh terhadap ROA
atau perbedaan-perbedaan ROA produk mulai muncul sampai menghilang
bergerak melalui beberapa tahap:
1. Tahap perkenalan (introduction)
2. Tahap pertumbuhan (growth)
3. Tahap kedewasaan (maturity)
4. Tahap penurunan (decline)
Pada tahap perkenalan perusahaan memfokuskan pada pengembangan
produk (melalui riset dan pengembangan), pengembangan pasar (melalui
iklan dan promosi lainnya) pengembangan kapasitas (melalui pengeluaran
investasi pada pengembangan pabrik baru atau perluasan pabrik) tujuannya
adalah untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh market share.
Sebaliknya pada tahap kedewasaan produk relative sudah mapan dan tidak
memerlukan upaya pengembangan atau penyiapan infrastruktur pengeluaran
investasi pada tahap ini relative tidak signiftikan kompetesi semakin keras
pengelohan biaya (agar diperoleh biaya yang efisien) menjadi penting
apabila pafa tahap ini pada tahap ini perusahaan bisa memperoleh laba ROA
yang cukup tinggi dibandingkan pada tahap-tahap lainnya.
D. Penjualan, Laba, Investasi, Dan Roa
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan
Laba Positive /
Negative Positif Positif
Operasional Negatif
Investasi Negative Negative Positif Positif
Besar /
(Aliran Kas) Besar Kecil / Positif Kecil
Kecil

Pada tahap perkenalan perusahaan sibuk menyiapkan infrastruktur


produk baru dengan melakukan investasi pada pabrik dan peralatan. Ini
semua membutuhkan biaya dan mengakibatkan aliran kas keluar besar.
Sementara itu penjualan masih sedikit karena produk tersebut belum dikenal
luas. Akibatnya aliran kas bersih adalah negative (kas keluar lebih besar
dibandingkan dengan aliran kas masuk pada tahap pertumbuhan penjualan
mulai meningkat tajam pengeluaran mulai berkurang pengeluaran pada saat
ini ditujukan untuk mengakomodasi permintaan yang semakin meningkat
aliran kas masuk bisa negative (tetapi tidak terlalu besar) bisa juga positive
(tetapi belum terlalu besar).

2.4 Perbedaan Dalam Komposisi Profit Margin Dan Perputaran Aktiva


Roa adalah propersi profit margin dan perputaran aktiva dan
mempunyai beberapa industry komposisi profit margin dan putaran aktiva
yang berbeda-beda industry toko grosir dan market mempunyai
kecenderungan memiliki putaran aktiva yang tinggi dan profit margarine
yang tinggi dan profit margarine yang rendah, industry ekspolarasi minyak
mempunyai profit margarine yang tinggi dengan perputaran aktiva yang
rendah. Sedangkan sebaliknya industry ekspolarasi minyak mempunyai
profik yang tinggi dengan perputaran aktiva yang rendah.
A. Pembatasan Kapasitas Dan Pembatasan Kompetesi
Perusahaan atau industry yang ditandai dengan biaya tetap yang besar
dan membutuhkan periode yang lama untuknmembangun atau menambah
kapasitas produksi akan mempunyai pembatasan kapasitas ada batasan atas
yang membatasi jumlah atau besarnya perputaran aset perusahaan bagi
industry atau perusahaan semacam ini diperlukan cara lain agar diperoleh
ROA yang mampu menarik modal ke usaha tersebut cara tersebut adalah
dengan menaikan profit marginnya dengan demikian meskipun perputaran
aktiva perusahaan/industry tersebut terbatas perusahaan bisa memperoleh
ROA yang tinggi dengan menaikan profit margarinnya.
B. Strategi bisnis
Menurut strategi generic yang dirumuskan oleh Michael portervada
tiga jenis yaitu:
1. Diferensi
2. Biaya rendah (low cost strategy)
3. Focus
Strategi diferensi dilakukan dengan jalan mendiferensiasikan produk
(membedakan produk) relative terhadap pesaing-pesaing lainnya dengan
dife-rensiasi persaingan harga bisa dihindari dan perusahaan bisa
mengenakan harga yang lebih tinggi (premium price) dibandingkan kalau
perusahaan menggunakan strategi persaingan harga diferensiasi bisa dicapai
melalui penekaan pada kualitas yang lebih baik, pelayanan yang lebih baik,
atau faktor-faktor lainnya.
Strategi biaya rendah (low cost) dilakukan dengan jalan menekan
biaya-biaya perusahaan agar perusahaan bisa memperoleh daya saing harga
pada bebe-rapa industry dengan produk (seperti baja, minyak tanah) usaha
diferensi biasanya sulit dilakukan persaingan industry atau perusahaan
semacam ini lebih ditandai dengan persaingan harga supaya bisa
memperoleh daya saing perusahaan harus menekankan biaya-biaya
perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Rasio Profitabilitas


Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
PT.Ultrajaya Milk Industry Tbk untuk mendapatkan laba (keuntungan)
dalam suatu periode kinerja tertentu. Berikut rasio-rasio yang bisa
mengukur profitabilitas UTJM:
1. Gross Profit Margin (GPM)
2. Net Profit Margin (NPM)
3. Return On Asset (ROA)
4. Return On Equity (ROE)
5. Perputaran Aktiva

Analisis dan Pembahasan


Perhitungan Rasio Profitabilitas dalam angka dan presentase selama
tiga tahun terakhir (periode 2013-2015) pada PT.Ultrajaya Milk Industry
Tbk. adalah sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin
a. Gross Profit Margin Tahun 2013
Laba kotor tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.013.783.000.000
dan penjualan pada tahun 2013 sebesar Rp 3.460.231.000.000
Laba Kotor
Gross Profit Margin = 100%
Pejualan

Rp 1.013.783.000.000
= 100%
Rp 3.460.231.000.000

= 29,30 %

b. Gross Profit Margin Tahun 2014


Laba kotor tahun 2014 adalah sebesar Rp 936.989.906.765 dan
penjualan pada tahun 2014 sebesar Rp3.916.789.366.423
Laba Kotor
Gross Profit Margin = 100%
Pejualan
Rp 936.989.906.765
= 100%
Rp 3.916.789.366.423

= 23,9 %

c. Gross Profit Margin Tahun 2015


Laba kotor pada tahun 2015 adalah sebesar Rp
1.382.489.122.282 dan penjualan pada tahun 2015 sebesar Rp
4.393.932.684.171.
Laba Kotor
Gross Profit Margin = 100%
Pejualan

Rp 1.382.489.122.282
= 100%
Rp 4.393.932.684.171

= 31,46 %

2. Net Profit Margin


a. Net Profit Margin tahun 2013
Laba bersih pajak yang diperoleh pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 325.127.000.000, sedangkan penjualan pada tahun 2013
adalah sebesar Rp 3.460.231.000.000.
EAT
Net Profit Margin = 100%
Penjualan

Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 3.460.231.000.000

= 9,39 %

b. Net Profit Margin tahun 2014


Laba bersih pajak yang diperoleh pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp 2.830.061.430.451, sedangkan penjualan pada tahun 2014
adalah sebesar Rp 3.916.789.366.423
EAT
Net Profit Margin = 100%
Penjualan

Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 3.916.789.366.423
= 7,22 %

c. Net Profit Margin tahun 2015


Laba bersih pajak yang diperoleh pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 523.100.215.029, sedangkan penjualan pada tahun 2015
adalah sebesar Rp 4.393.932.684.171
EAT
Net Profit Margin = 100%
Penjualan

Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 3.916.789.366.423

= 11,90 %

3. Return On Asset
a. Return On Asset tahun 2013
Laba setelah pajak pada tahun 2013 sebesar Rp
325.127.000.000, sedangkan jumlah aktiva pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 2.812.056.096.621.
EAT
Return On Asset = 100%
Total Aktiva

Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 2.812.056.096.621

= 11,56 %

b. Return On Asset tahun 2014


Laba setelah pajak pada tahun 2014 sebesar Rp
2.830.061.430.451 sedangkan jumlah aktiva pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp 2.918.133.278.435
EAT
Return On Asset = 100%
Total Aktiva

Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 2.918.133.278.435

= 9,70 %
c. Return On Asset tahun 2015
Laba setelah pajak pada tahun 2015 sebesar Rp
523.100.215.029, sedangkan jumlah aktiva pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 3.539.995.910.248
EAT
Return On Asset = 100%
Total Aktiva

Rp 523.100.215.029
= 100%
Rp 3.539.995.910.248

= 14,77 %

4. Return On Equity
a. Return On Equity tahun 2013
Laba setelah pajak pada tahun 2013 adalah sebesar Rp
325.127.000.000, sedangkan modal sendiri pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 2.022.189.689.748
EAT
Return On Equity = 100%
Total Ekuitas

Rp 325.127.000.000
= 100%
Rp 2.022.189.689.748

= 16,07 %

b. Return On Equity tahun 2014


Laba setelah pajak pada tahun 2014 adalah sebesar Rp
2.830.061.430.451 , sedangkan modal sendiri pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp 2.273.306.156.418
EAT
Return On Equity = 100%
Total Ekuitas

Rp 2.830.061.430.451
= 100%
Rp 2.273.306.156.418

= 12,45 %
c. Return On Equity tahun 2015
Laba setelah pajak pada tahun 2015 adalah sebesar Rp
523.100.215.029, sedangkan modal sendiri pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 2.797.505.693.922.
EAT
Return On Equity = 100%
Total Ekuitas

Rp 523.100.215.029
= 100%
Rp 2.797.505.693.922

= 18,96 %

5. Perputaran Aktiva
a. Perputaran Aktiva tahun 2013
Penjualan yang diperoleh tahun 2013 adalah sebesar Rp
3.460.231.000.000, sedangkan total aktiva pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp2.812.056.096.621.
Penjualan
Perputaran Aktiva = 100%
Total Aktiva

Rp 3.460.231.000.000
= 100%
Rp 2.812.056.096.621

= 123,04 %

b. Perputaran Aktiva tahun 2014


Penjualan yang diperoleh tahun 2014 adalah sebesar Rp
3.916.789.366.423, sedangkan total aktiva pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp 2.918.133.278.435
Penjualan
Perputaran Aktiva = 100%
Total Aktiva

Rp 3.916.789.366.423
= 100%
Rp 2.918.133.278.435

= 134,22 %
c. Perputaran Aktiva tahun 2015
Penjualan tahun 2015 adalah sebesar Rp 4.393.932.684.171,
sedangkan total aktiva pada tahun 2015 adalah sebesar Rp
3.539.995.910.248
Penjualan
Perputaran Aktiva = 100%
Total Aktiva

Rp 4.393.932.684.171
= 100%
Rp 3.539.995.910.248

= 124,12 %

Adapun hasil perhitungan Rasio Profitabilitas atas laporan keuangan


PT Ultrajaya Milk Tbk. tahun 2013-2015 akan terlihat lebih jelas pada table
berikut :

Profitabilitas 2013 2014 2015

Gross Profit Margin / GPM(%) 29,30 % 23,9 % 31,46 %

Net Profit Margin / NPM (%) 9,39 % 7,22 % 11,90 %

Return On Asset / ROA (%) 11,56 % 9,70 % 14,77 %

Return ON Equity / ROE (%) 16,07 % 12,45 % 18,69 %

Perputaran Aktiva (%) 123,04 % 134,22 % 124,12 %

Pembahasan
Berdasarkan analisis profitabilitas terhadap Laporan Keuangan PT.
Ultrajaya Milk Industry, Tbk tahun 2013-2015 yang dicapai dengan
menggunakan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Return On
Equity dan Perputaran Aktiva dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan presentase laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin
semakin baik keadaan perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dilihat bahwa Gross Profit
Margin tahun 2013 – 2015 sebesar 29,30%, 23,90%, dan 31,49%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa Gross Profit Margin yang dicapai
perusahaan selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.Peningkatan
ini dikarenakan adanya Kenaikan Laba Kotor ini disebabkan oleh
menurunnya Beban Pokok Penjualan

2. Net Profit Margin


Net Profit Margin atau margin laba bersih merupakan keuntungan
penjualan setelah menghitung biaya dan pajak penghasilan. Net Profit
Margin, menunjukkan perbandingan laba bersih dengan penjualan. Semakin
besar net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa Net Profit
Margin tahun 2013-2015 sebesar 9,39%, 7,22%, dan 11,90%.
Menunjukkan bahwa Net Profit Margin mengalami peningkatan pada
tahun 2014 ke 2015. peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan usaha
dan peningkatan kapasitas produksi perusahaan yang diiringi dengan
peningkatkan permintaan, sehingga penjualan perusahaan juga meningkat

3. Return On Asset
Return on asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin besar rasio semakin baik
keadaan perusahaan.
Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat bahwa Return On Asset
tahun 2013-2015 adalah sebesar 11,56%, 9,70%, dan 14,77%.
Ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dibandingkan total aktiva mengalami penurunan untuk tahun 2014, dan
mengalami kenaikan di tahun 2015.
4. Return On Equity (ROE)
Return on equity merupakan suatu pengukuran dan penghasilan
yang tersedia bagi para pemihak maupun perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan. Semakin besar return atau penghasilan
yang diperoleh maka semakin baik keadaan perusahaan.
Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat Return On Equity pada
tahun 2013-2015 sebesar 16,07%, 12,45%, dan 18,69%.
Dari hasil tersebut dapat ditunjukkan pada bahwa perusahaan
dalam mengelola modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan neto
mengalami penurunan lalu peningkatan yang cukup drastis di tahun 2015.

5. Perputaran Aktiva
Perputaran aktiva merupakan perbandingan antara penjuala dengan
total aktiva perusahaan. Rasio perputaran aktiva menggambarkan kecepatan
perputaran total aktiva dalam periode tertentu. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Dari hasil perhitungan maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran
aktiva tahun 2013-2015 sebesar 123,04%, 134,22%, dan 124,12%.
Dari hasil tersebut, dapat diketahui jika perputaran aktiva
perusahaan mengalami peningkatan di tahun 2014 yaitu pada saat
perhitungan dengan rasio profit margin, ROA dan ROE mengalami
penurunan.

3.2 Perbandingan ROA, ROE, Net Profit Margin dan Gross Profit Margin
pada PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk terhadap PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk

PT Ultrajaya Milk 2013 2014 2015

ROA 11,56 % 9,70 % 14,77 %

ROE 16,07 % 12,45 % 18,69 %


Net Profit Margin 9,39 % 7,22 % 11,90 %

Gross Profit Margin 29,30 % 23,9 % 31,46 %

PT Indofood 2013 2014 2015

ROA 5,0% 6,4% 4,2%

ROE 9,6% 13,6% 8,9%

Net Profit Margin 11,0% 11,5% 11,5%

Gross Profit Margin 24,5% 26,9 % 26,9 %

Dari data diatas nampak bahwa PT. ULTRAJAYA MILK


INDUSTRY TBK mempunyai tingkat ROA, ROE , Gross Profit Margin
yang cenderung lebih tinggi dari PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR
TBK selama tiga tahun terakhir. Sedangkan, Net Profit Margin cenderung
lebih tinggi PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan
rasio profitabilitas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja keuangan PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk berdasarkan
analisis profitabilitasnya dilihat dari Gross profit margin, Net Profit
Margin, Return On Asset dan Return On Equitas selama tiga tahun
terakhir , yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2015 cenderung
mengalami fluktuasi kadang naik kadang turun dan sebaliknnya.
2. Dilihat perbandingan data PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk dengan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk rasio profitabilitas PT. Ultrajaya
Milk Industry Tbk lebih baik atau lebih efisien dari pada PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk
3. Secara umum kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
berdasarkan analisis rasio profitabilitasnya selama tiga tahun ( tahun
2013 – tahun 2015 ) belum sepenuhnya efisien. Ini disebabkan karena
tingkat profitabilitasnya fluktuatif.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan beberapa kesimpulan yang telah
diuraikan diatas, maka penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai
bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat bagi pihak manajemen
dalam pengembangan kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk:
1. Pihak manajemen diharapkan dapat membuat laporan keuangan
berdasarkan rasio keuangannya terutama rasio profitabilitas disamping
laporan keuangan lainnya, sebagai bahan informasi bukan hanya bagi
pihak intern perusahaan tetapi juga berguna bagi pihak yang
berkepentingan lainnya guna menilai kebijaksanaan manajemen.
2. Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, perusahaan
diharapkan mampu meningkatkan tingkat profitabilitasnya terutama
pada Net Profit Margin.
3. Perusahaan sebaiknya mempertahankan pengelolaan biaya-biaya agar
tetap cermat dan efisien, dengan demikian kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan profitabilitasnya pada masa yang akan datang
akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://vienovidelusion.blogspot.co.id/2014/06/makalah-analisis-laporan-
keuangan.htm
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4936/Bab%
202.pdf?sequence=9

Anda mungkin juga menyukai