Contoh Laporan PKN
Contoh Laporan PKN
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Kerja Praktek (KP) adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk
memenuhi persyaratan perkuliahan di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala guna mencapai
gelar sarjana (S1). Kerja praktek ini merupakan tugas lapangan selama dua bulan dengan cara
mengamati dan mengikuti proses atau kegiatan pekerjaan konstruksi secara langsung pada
proyek tertentu. Hasil pengamatan ditulis dalam suatu Laporan Kerja Praktek di bawah arahan
dosen pembimbing, diperiksa dan dibahas oleh dosen pembahas, serta disahkan oleh bidang dan
jurusan. Jenis proyek yang dipilih diutamakan sesuai dengan bidang studi.
Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan pekerjaan
konstruksi di lapangan agar mahasiswa dapat membandingkan secara langsung antara pekerjaan
di lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan untuk menambah wawasan dan
pengalaman bagi mahasiswa.
Klasifikasi pemilihan proyek yang disyaratkan untuk Kerja Praktek yaitu dengan biaya
lebih besar dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Untuk Jurusan Sipil, proyek yang
dapat dipilih adalah :
- Gedung : minimal dua lantai dengan luas lantai lebih besar dari 500 m2;
- Irigasi : bendungan dan bangunan;
- Jalan raya : lapisan perkerasan aspal beton mulai dari subgrade, kelas jalan minimal kelas II; dan
- Jembatan permanen dengan bentang lebih besar dari 30 m.
BAB II
ORGANISASI PELAKSANA PROYEK
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penyelesaian suatu proyek sangat tergantung
pada sistem perencanaan sampai pelaksanaannya. Kelancaran suatu pekerjaan didukung oleh
adanya unsur-unsur organisasi proyek, di mana masing-masing unsur yang terlibat di dalamnya
bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga selesainya proyek. Hubungan antara
satu unsur dengan unsur lainnya adalah saling berkaitan, sehingga diharapkan dapat saling
berinteraksi dan saling menunjang sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-masing agar
pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan perlu dibentuk untuk
menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan selesai pada waktunya (Soeharto, 2001 : 57). Masing-masing unsur organisasi tersebut
memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.
Unsur-unsur organisasi yang terlibat langsung dalam Proyek Pembangunan Gedung
adalah :
1. pemilik proyek (bouwheer/owner);
2. konsultan perencana (consultant/designer);
3. konsultan pengawas (direksi/supervisor); dan
4. pelaksana proyek (contractor).
Setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling menunjang
antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing agar
sasaran pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana diharapkan.
2.1.1 Pemilik proyek
Pelaksana (contractor) adalah perorangan atau badan hukum yang dipercaya untuk
melaksanakan pembangunan dan memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa kontruksi
sesuai dengan keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana
peralatan yang cukup. Pelaksana disebut juga sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan sesuai surat petunjuk dan surat perintah kerja dari pemimpin proyek setelah
dinyatakan sebagai pemenang tender.
Penunjukan pelaksana proyek dilaksanakan melalui proses pelelangan, yang
selanjutnya melaksanakan pembangunan proyek tersebut sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati. Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana (Ervianto, 2002 : 41) adalah sebagai
berikut :
a. mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
b. menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan bahan yang akan digunakan pada proyek
sesuai dengan persyaratan bestek;
c. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada saat
pelaksanaan pekerjaan;
d. melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan
yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
e. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah
ditetapkan dalam kontrak;
f. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab pelaksana;
dan
g. bertanggungjawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.
Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek
kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka seluruh
teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika terdapat suatu masalah teknis yang
perlu dibicarakan, pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung kepada pelaksana
melainkan harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan di lapangan pengawas memiliki
kuasa penuh untuk menegur pelaksana apabila pekerjaan yang dilaksanakannya menyimpang
dari bestek. Apabila teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas dapat
menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk sementara maupun
seterusnya.
Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat
dengan kontrak, sehingga masing-masing pihak menjalankan tugasnya sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati bersama. Pelaksana dan pengawas proyek bertanggungjawab
terhadap pemilik proyek. Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga didapat hasil
proyek sesuai dengan yang direncanakan. Sama halnya dengan pelaksana dan pengawas
proyek, perencana juga bertanggungjawab terhadap pemilik proyek. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.2
Pelelangan menurut Ervianto (2002 : 43) adalah suatu sistem penawaran di mana
setiap rekanan yang diundang diberi kesempatan untuk mengajukan besarnya anggaran biaya
pelaksanaan untuk proyek yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat di antara para
kontraktor yang benar-benar mampu dan memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan
(financial) untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek.
Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan konstuksi, Penentuan
pelaksanaan proyek dapat dilakukan dengan cara penyediaan jasa dan swakelola. Penyediaan
jasa dapat dilakukan dengan cara:
a. pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya;
b. dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu
untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan
dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan
papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini
mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi
kualifikasi;
c. pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran
dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, serta dilakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya, serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet; dan
d. dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan
dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara
melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Karena proyek pembagunan gedung merupakan milik pemerintah, maka untuk
menetapkan pelaksana proyek diadakan pelelangan. Sistem pelelangan yang dilakukan adalah
sistem pelelangan umum.
Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja lokal yang
berasal dari daerah Aceh dan tenaga kerja yang didatangkan dari Medan dan Jawa yang
disediakan oleh kontraktor sejumlah 135 orang. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka
diklasifikasikan menurut bidang keahlian masing-masing dan dikepalai oleh seorang kepala
tukang. Untuk menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga
menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek. Waktu
kerja ditentukan, yaitu :
a. Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB; dan
b. Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah berdasarkan prestasi
kerja, sedangkan kepala tukang membayar upah harian kepada pekerja yang masing-masing
berbeda menurut keahlian, kemampuan dan kerja per harinya.
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja setiap
pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk menentukan rencana
kerja, tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan, sehingga menghasilkan mutu pekerjaan dan
waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan. Pelaksana perlu mengatur
volume pekerjaan untuk mengarahkan tenaga kerja dalam menggunakan peralatan yang
diperlukan sehingga pemakaian waktu, bahan dan mutu sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), ruang lingkup pekerjaan pada
Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda
Aceh ini adalah :
1. pekerjaan persiapan;
2. pekerjaan pemancangan;
3. pekerjaan beton;
4. pekerjaan dinding;
5. pekerjaan plesteran;
6. pekerjaan atap;
7. pekerjaan plafond;
8. pekerjaan lantai;
9. pekerjaan kusen, pintu, jendela dan ventilasi;
10. pekerjaan kunci dan pengantung;
11. pekerjaan elektrikal;
12. pekerjaan pemadam kebakaran;
13. pekerjaan tata udara;
14. pekerjaan sanitasi;
15. pekerjaan pengecatan;
16. pekerjaan lain-lain; dan
17. pekerjaan pagar.
Pekerjaan ini dilakukan pada areal pekerjaan untuk mengukur luasan tanah tempat
areal pekerjaan akan dilakukan. Koordinasi lapangan dilakukan dengan cara mengukur
koordinat-koordinat batas tanah dari areal pekerjaan agar tidak terjadi sengketa pada waktu
yang akan datang. Koordinasi lapangan ini dilaksanakan dengan menggunakan theodolite.
Papan Nama Proyek diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dibaca dari
jalan umum. Papan nama dibuat sedemikian rupa dengan ketinggian 2 m dari permukaan
tanah. Kaki tiang penyangga di cor dengan kedalaman 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di
atas permukaan tanah.
Bangunan lama yang terdapat di lokasi pekerjaan harus dibongkar terlebih dahulu
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan agar tidak mengurangi mutu bangunan yang
akan dibangun. Semua hasil dari pembongkaran bangunan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
agar tidak mengganggu pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pembersihan lahan dilakukan
pada areal pekerjaan dari segala kotoran/sampah dan akar-akar kayu serta sisa bangunan
lama agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mendapat gangguan yang dapat menyebabkan
terjadinya keterlambatan pekerjaan.
3.1.5 Pembuatan barak pekerja, gudang, direksi keet dan fasilitas lainnya
Pekerjaan ini dibuat di sekitar bangunan yang akan dikerjakan, lengkap dengan
peralatannya, letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan-bahan yang memerlukan
perlindungan disimpan di dalam gudang demi menjaga mutu bahan yang telah/sudah dibawa
ke lokasi pekerjaan. Barak kerja dibuat untuk tempat tidur pekerja agar terlindungi dari hujan
dan sinar matahari.
Pekerjaan pemancangan ini secara garis besar terdiri dari pengadaan tiang
pancang, penumpukan sementara tiang pancang, melaksanakan setting out (penentuan
titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan gambar rencana dengan menggunakan
theodolite), pelaksanaan pemancangan tiang pancang (dengan menggunakan Pile
Hammer), melaksanakan kalendering pada akhir pemancangan, dan pemotongan tiang
pancang. Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang mini jenis persegi 20 x 20
cm dengan mutu beton K500 dengan kedalaman tiap titiknya direncanakan 30 m per titik
pemancangan.
Pekerjaan ini meliputi kegiatan yaitu pile cap, tie beam/sloof, kolom, plat lantai, ring
balok, plat tangga, dan plat bordes. Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan adukan 1 : 3 :
5. Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pemasangan papan mal untuk tempat
pengecoran sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar. Pengecoran
menggunakan mutu beton K300. Setelah pengecoran dilakukan, pada saat pembongkaran
papan mal dilakukan penyiraman air agar kualitas beton yang dihasilkan baik dan tahan.
Pekerjaan ini dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan mendapat persetujuan direksi.
Pemasangan dinding Bata merah setebal 1/2 bata dan sekat dinding (partisi) dilakukan
untuk seluruh pembatas ruangan, dan dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan, seperti
tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail. Adukan pasangan dibuat secara hati-
hati, diaduk di dalam bak kayu yang memenuhi syarat, mencampur semen dengan pasir harus
dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis. Adukan
yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan
adukan yang baru. Pasangan kedap air (1 Pc : 2 Ps), semua pasangan bata dimulai diatas sloof
antara 35 cm sampai setinggi 65 cm (sesuai gambar), diatas lantai dan sampai setinggi 150 cm
dari permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah (toilet, kamar mandi
dan WC), dan pasangan dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan. Pasangan adukan 1
Pc : 4 Ps berada di atas pasangan kedap air tersebut. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan
secara teliti dan sesuai gambar. Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan
pengukuran harus dilakukan dengan benang. Pengukuran pasangan benang antara satu kali
menaikkan benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang dan
dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan. Sebelum plesteran dilakukan dinding
dibersihkan dari semua kotoran, dinding dibasahi dengan air, semua siar permukaan dinding
batu bata dikorek sedalam 0,5 cm. Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar
bahan plesteran dapat merekat dengan baik.
Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps , sedangan
plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps. Ketebalan plesteran pada semua
bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis
dan terlalu tebal. Ketebalan yang, diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm.
Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
3.6 Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap baja ringan untuk semua rangka atap dan
penutup atap genteng metal untuk semua penutup atap. Pelaksanaan rangka atap baja ringan
dilakukan oleh tenaga ahli atau disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Untuk atap
digunakan Atap Genteng Metal dan bubungan memakai jenis yang sama dengan atap yang
digunakan. Pemasangan atap dipakukan langsung pada gording dengan menggunakan paku
ulir (paku khusus untuk atap). Tiap sambungan diberi overlapping sesuai dengan spesifikasi
pabrik. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan
akan rapi. Bubungan ditutup dengan seng bubungan. Tindisan antara satu lembaran bubungan
dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan persyaratan pabrik minimal
10 cm. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan
kebocoran.
Bagian ini mencangkup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-
teras termasuk tangga, seperti yang tercantum dalam gambar. Keramik yang dipakai ukuran
40 x 40 cm untuk lantai, 20 x 20 cm untuk lantai kamar mandi, untuk anak tangga ukuran 10
x 40.
Dasar lantai dilapis pasir pasangan setebal 5cm, dengan adukan untuk lantai beton
tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr.
Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata air.
Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan/tangga/lantai yang ada.
Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik lantai agar
direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang rata
air. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus putih, baik permukaan dasar maupun di
badan belakang keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata
yang dianjurkan adalah semen : pasir = 1 : 6, dengan ketebalan rata-rata 2-4 cm. Bersihkan
segera bekas adukan dari permukaan dengan air bersih. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
serapi-rapinya oleh tukang yang benar- benar ahli dan berpengalaman.
Pemasangan pelapis dinding keramik dilakukan pada semua dinding kamar mandi.
Bahan yang digunakan yaitu keramik ukuran 20 x 25cm dan sebagai pengikat spesi dengan
campuran 1 Pc : 3 Ps. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih
(tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh. Keramik yang akan dipasang harus dalam
keadaan baik, tidak retak, cacat ataupun bernoda. Pemotongan unit-unit keramik harus
menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai persyaratan pabrik. Keramik yang sudah
terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik hingga
betul-betul bersih. Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6
mm.
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin. Bila tidak disebutkan dalam gambar,
engsel-engsel dari Stainless Ukuran 4" dan 3" kualitas baik. Kunci pintu dipasang 2 (dua)
slaag (dua kali putar) yang berkualitas baik. Grendel dan hak angin berkualitas baik.
Engsel pintu dipasang 2 (dua) buah dibagian atas dan bawah setiap lembaran daun
pintu. Engsel jendela dipasang 2 (dua) buah pada setiap daun jendela. Pemasangan
dilakukan dengan mur khusus untuk alumunium dan dilakukan dengan alat khusus untuk
kusen alumunium. Grendel 1 buah dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun
jendela. Pasangan harus rapi dan dapat hekerja dengan baik. Untuk melengketkan alat
tersebut ke daun jendela harus menggunakan mur (atau sejenis) seperti tersebut pada ayat
pasal ini.
Pekerjaan tata udara dimulai dengan membuat saluran ducting dengan memotong
seng BJLS sesuai ukuran gambar. Seng diroll untuk membuat tulangan. Seng dilipat dan
slip untuk sambungan dengan mesin lock former. Membuat kep dan flens untuk
sambungan saluran. Saluran yang sudah dirakit setiap sambungannya diberi plinkote. Lalu
saluran dibalut dengan glass wool & aluminium foil. Saluran digantung/dipasang sesuai
dengan gambar di lapangan. Setelah instalasi saluran selesai lalu dites kebocoran dengan
pencahayaan atau pengasapan. Setelah pekerjaan ducting selesai dilanjutkan dengan
pekerjaan pipa refrigerant. Ukur jarak indoor ke outdoor unit termasuk jarak untuk elbow.
Potong pipa tembaga sesuai pengukuran di lapangan. Bersihkan dalam pipa dengan
menggunakan kain. Pasang armaflex pada pipa. Las fitting pada pipa dengan
menggunakan LPG dan Oxigen (dilas panjang pipa untuk daerah yang aman di lapangan).
Pasang asessories pipa seperti sight glass dan filter dryer. Sambung instalasi tersebut ke
indoor dan outdoor. Vacum instalasi melalui outdoor unit. Setelah instalasi vacum isi
dengan freon baca melalui analyzer. AC siap untuk dites (pada waktu pengetesan baca
ampere melalui tang ampere).
Pekerjaan instalasi air bersih dan air kotor meliputi pemasangan seluruh jaringan
instalasi didalam bangunan, penyambungan yang bersumber dari bangunan yang telah
ada, penyediaan bahan-bahan kelengkapan, pipa-pipa PVC dan sebagainya sehingga
instalasi berfungsi dengan baik. Pipa-pipa PVC yang digunakan Type AW dari
beberapa ukuran, antara lain diameter, 1/2", 3/4", 3" dan 4". Pipa diameter 1/2" dan
3/4" digunakan untuk instalasi air bersih serta ukuran 3" lan 4" untuk instalasi air kotor
(Buangan KM/WC). Sebagai alat sambung digunakan sock drat, elbow dan T yang sesuai
dengan spesifikasi dan ukuran bahan yang direkatkan dengan mengunakan lem PVC. Kran
air yang digunakan harus poliakitact atau yang setara dari steinlessteel. Kloset jongkok dan
kloset duduk menggunakan bahan keramik dengan merek KIA atau yang setara. Pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan gambar bestek dengan persetujuan direksi.
Pekerjaan septictank dan resapan dilakukan sesuai dengan spesifikasi gambar dan tata
letakmya sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.
Cat kayu untuk bidang-bidang kayu listplank yang nampak. Cat tembok untuk dinding
yang diplester, bidang-bidang beton dan plafond. Pekerjaan meni, berwarna sama, pengecatan
minimal 2 (dua) kali. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan. Urutan pekerjaan sebagai
berikut : 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu, 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu,
penghalusan dengan amplas, dan finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
Pengecatan dilakukan serapi mungkin.
Pekerjaan lain-lain yaitu pembuatan skycross yang dibuat sesuai dengan spesifikasi
gambar dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Pekerjaan realing tangga, relief
dinding dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dalam bidang tersebut dan dibuat serapi
mungkin dan sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Tower
air dibuat dengan rangka baja dengan ukuran sesuai dengan spesifikasi gambar dan
dikerjakan oleh tenaga kerja yang ahli dibidang tersebut. Tower air dibuat sekokoh mungkin
agar tidak mudah rusak. Di dalam pekerjaan ini juga dilakukan pembuatan sumur bor dangkal
dan instalasi air dari sumur ke dalam bangunan. Pekerjaan finishing dilakukan pada bagian-
bagian yang perlu dirapikan atau mendapat perintah untuk dirapikan dari Pengawas
Lapangan. Semua sisa bekas pekerjaan yang tidak diperlukan dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan. Pemasukan air PDAM dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pekerjaan pagar bangunan dilakukan sesuai dengan gambar bestek dan persetujuan
direksi. Bahan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi bahan dan pekerjaan sesuai
dengan rencana anggaran biaya.
BAB IV
KEGIATAN PROYEK YANG DIIKUTI
Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 2 (dua) bulan melaksanakan Kerja Praktek
pada Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di
Banda Aceh ini adalah pekerjaan yang meliputi :
1. pekerjaan pondasi tiang pancang;
2. pekerjaan pile cap;
3. pekerjaan sloof; dan
4. pekerjaan kolom lantai I.
Tiang pancang (Precast Concrete Pile) ini dipesan dan didatangkan langsung dari PT.
Adhimix Precast Indonesia. Pada proyek gedung ini tiang pancang yang direncanakan
berjumlah 960 (sembilan ratus enam puluh) buah tiang pancang. Pemancangan ini
menggunakan tiang pancang beton pratekan berbentuk persegi yang berukuran 20 x 20 cm.
Pemancangan ini dilakukan sebanyak 192 (seratus sembilan puluh dua) titik pemancangan.
Setting out atau penentuan titik posisi tiang pancang di lapangan sesuai dengan
gambar rencana dilaksanakan oleh 2 (dua) orang Surveyor dengan menggunakan alat ukur
theodolite dan bak ukur. Posisi pemancangan yang telah diukur ditandai dengan
menggunakan tali raffia sepanjang 1,2 m yang pada bagian tengahnya ditancapkan ke
dalam tanah dengan menggunakan paku 5 inci.
Pemancangan ini menggunakan tiang pancang beton pratekan dengan mutu beton K-
500. Tiang pancang berbentuk persegi dan berukuran 20 x 20 cm dengan panjang tiang 6
(enam) meter. Tiang pancang diangkat dengan crane sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari benturan-benturan yang berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan pada
tiang pancang.
Perletakan titik tiang pancang dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolite
dan waterpass, agar pemancangan tiang betul-betul vertikal tegak lurus seperti yang
diinginkan. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan mesin pancang jenis Diesel Pile
Hammer dengan tipe hammer K-13. Pada waktu pemancangan, kepala tiang pancang harus
dilindungi dengan bantalan (driving tap).
Untuk mencapai kedalaman 30 (tiga puluh) meter, di setiap titik tiang pancang harus
dilakukan 4 (empat) kali joint atau penyambungan tiang pancang. Tiang pancang disambung
dengan cara pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua plat ujung tiang pancang. Besi
las yang digunakan adalah type LB-52 Ø 40 mm.
Tiang pancang dipancang sampai kedalaman 30 (tiga puluh) meter atau bila sudah
mencapai tanah keras, yang ditandai dengan patahnya tiang saat dipancang atau secara
teoritis pemancangan dapat dihentikan apabila pada 10 (sepuluh) kali pukulan terakhir
didapat penetrasi 2,0 cm. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A
Gambar A.4.2 halaman 68 dan Lampiran A Gambar A.4.3 halaman 69.
PDA (Pile Driving Analyzer) dilaksanakan pada tanggal 03 November 2008 atas
kesepakatan semua pihak yang terlibat dalam proyek ini. Uji disaksikan perwakilan dari
masing-masing pihak. Tim penguji didatangkan dari Jakarta beserta dengan alat ujinya. Tim
ini mandiri bersifat lepas dari ketiga pihak yang terlibat langsung.
Alat PDA (Pile Driving Analyzer) test terdiri dari 2 (dua) buah sensor yang
dipasang pada badan tiang yang akan diuji. Sensor ini dihubungkan dengan alat pembaca
tekanan yang disebut Pile Driving Analyzer. Pembacaannya berupa grafik yang akan
terbentuk ketika tiang ditumbuk oleh hammer (hammer yang sama untuk pemancangan).
Kertas grafik dilekatkan di badan tiang pancang yang gampang terjangkau oleh pekerja.
Kalendering ini dilakukan langsung dengan bantuan pekerja untuk mengetahui penurunan
seketika setalah 10 (sepuluh) pukulan hammer. Hasil dari kalendering menunjukkan tiang
yang diuji sudah memenuhi syarat 2,5 cm untuk 10 pukulan.
Tang-tiang yang diuji dipilih random oleh penguji. PDA (Pile Driving Analyzer) test pada
tiang-tiang yang nantinya akan terpakai pada konstruksi gedung. Jumlah titik uji PDA (Pile
Driving Analyzer) adalah 2 (dua) titik tiang pancang sesuai dengan kesepakatan. Hasil dari
PDA (Pile Driving Analyzer) test adalah daya dukung aksial, efisiensi dari hammer, panjang
tiang efektif terpancang dan kerusakan tiang di dalam tanah. Gambar dokumentasi lapangan
dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.4 halaman 69 dan Lampiran A Gambar A.4.5
halaman 70.
Pekerjaan pemotongan ujung atas tiang pancang diawali dengan pembukaan tutup atas
tiang pancang kemudian beton pada ujung tiang pancang yang berada di atas tanah
dihancurkan sehingga sisa tulangan dalam tiang pancang tersebut menjadi angker pada saat
pembesian tulangan pile cap. Pemotongan ujung atas tiang pancang dilakukan dengan
menggunakan alat pemotong besi. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.4.6 halaman 70 dan Lampiran A Gambar A.4.7 halaman 71.
Pada bagian atas pondasi tiang pancang dibuat pile cap (pondasi tapak) dari beton
bertulang. Pile cap ini berfungsi sebagai penyatu antar tiang pancang pada masing – masing
titik. Pekerjaan pile cap pada proyek ini terdiri dari 4 (empat) tipe, yaitu:
1. tipe 1 (PC2)
Pile cap PC2 yang terdiri dari 2 (dua) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk persegi panjang;
2. tipe 2 (PC3)
Pile cap PC3 yang terdiri dari 3 (tiga) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk trapesium;
3. tipe 3 (PC4)
Pile cap PC4 yang terdiri dari 4 (empat) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap
ini berbentuk persegi;
4. tipe 4 (PC5)
Pile cap PC5 yang terdiri dari 5 (lima) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap
ini berbentuk persegi.
Tahap-tahap pengerjaan pile cap meliputi:
1. pekerjaan pembesian pile cap;
2. pemasangan bekisting pile cap;
3. pengecoran pile cap;
4. perawatan beton pile cap; dan
5. pembukaan bekisting pile cap.
Pekerjaan pembesian pile cap diawali dengan pemotongan dengan menggunakan alat
pemotong besi (Bar Cutter) dan pembengkokan besi dengan menggunakan alat pembengkok
besi (Bar Bender) yang dilakukan di lokasi proyek pada tempat yang telah dibuat secara
khusus. Tulangan yang dipakai terlebih dahulu diukur lalu dipotong dengan alat pemotong
besi. Besi-besi tulangan yang akan dipotong sesuai dengan ukurannya, lalu dibengkokkan
kemudian dirangkai berbentuk sangkar yang disesuaikan dengan gambar rencana. Tulangan
yang digunakan adalah besi ulir D13 untuk tulangan atas dan D16 untuk tulangan bawah.
Tulangan ini diikat dengan menggunakan kawat beton Ø1 mm.
Setelah pekerjaan perangkaian selesai kemudian rangkaian tulangan besi ini dibawa
ketempat pemasangan. Sangkar besi ini diletakkan di atas pondasi tiang pancang kemudian
dikait pada besi angker yang merupakan besi ujung atas tiang pancang yang telah
dibengkokkan, kemudian diikat dengan kawat. Besi angker ini berfungsi sebagai pengaku
pile cap dengan tiang pancang agar rangkaian tulangan tidak terjadi pergeseran pada saat
pengecoran. Sangkar berbentuk persegi diletakkan pada 4 (empat) buah tiang pancang yang
terletak di satu titik, sangkar berbentuk trapesium diletakkan pada 3 buah tiang pancang yang
diletakkan pada satu titik, dan sangkar berbentuk persegi panjang diletakkan pada 2 (dua)
buah tiang pancang yang terletak pada 1 (satu) titik. Gambar dokumentasi lapangan dapat
dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.8 halaman 71.
Perawatan beton pile cap dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan
kantong semen bekas yang dibasahi selama 1 (satu) hari. Perawatan ini dilakukan jika cuaca
panas dan setelah beton mengeras, yaitu berkisar 6 (enam) jam sampai 8 (delapan) jam
setelah pengecoran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sloof.
Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang tenaga kerja.
Agar seluruh konstruksi pondasi dan kolom-kolom dari bangunan tersebut menjadi
satu kesatuan yang kokoh dalam memikul seluruh muatan bangunan, maka diantara pondasi
dan kolom-kolom bangunan tersebut dipasang sloof. Pekerjaan sloof dilakukan setelah
pekerjaan pile cap selesai.
Tahapan-tahapan dari pekerjaan sloof adalah:
1. pekerjaan pembesian sloof;
2. pemasangan bekisting sloof;
3. pengecoran sloof;
4. perawatan beton sloof; dan
5. pembukaan bekisting sloof.
Pekerjaan pembesian sloof pada proyek ini terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitu:
1. tipe S1
dengan ukuran 30/50
a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
2. tipe S2
dengan ukuran 30/60
a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
Pekerjaan pembesian dilakukan langsung di atas papan mal dan dirangkai sesuai
gambar rencana. Semua besi yang dipakai untuk tulangan terlebih dahulu dibentuk dan
dipotong di lokasi kerja. Sebelum diadakan pemotongan, besi terlebih dahulu diluruskan oleh
2 (dua) orang yang berdiri di atas tanah. Besi yang diluruskan diletakkan diantara potongan
besi dan diluruskan dengan menggunakan kunci khusus.
Semua besi tulangan yang dipakai harus ditekuk dan dibentuk sesuai dengan yang
tertera pada gambar. SK SNI – T – 15 -1991 – 03 menyebutkan pada saat beton dicor, besi
harus bebas dari kotoran, karat serta bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan kurangnya
daya ikat besi tulangan terhadap beton. Tulangan-tulangan yang telah dibentuk diangkat ke
atas papan mal untuk dirangkai. Untuk pengikat digunakan kawat beton Ø 1 mm. Gambar
dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.11 halaman 73.
Bekisting atau cetakan berfungsi sebagai tempat mencetak sloof yang akan dicor dan
tempat dipasangnya pembesian. Bekisting untuk sloof terbuat dari papan. Pemasangan harus
benar-benar kuat dan kokoh agar setelah dibongkar akan memberikan bidang yang rata. Pada
permukaan cetakan diberi minyak untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pekerjaan
pemasangan bekisting di kerjakan oleh 7 (tujuh) orang tenaga kerja. Gambar dokumentasi
lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.12 halaman 73.
Pengecoran sloof ini juga menggunakan ready mix concrete yang berasal dari
batching plan PT. KM Beton Concrete mix design, dengan mutu beton K-300, dan setelah itu
mortar dibawa ke lokasi proyek dengan menggunakan mobil TM (truck mixer). Pelaksanaan
pengecoran ini dilakukan secara manual. Pengadukan campuran dilakukan dengan
menggunakan truck mixer, kemudian dituang ke dalam kereta sorong, kemudian diangkut
dengan timba dan dituang ke dalam cetakan bekisting. Penuangan mortar dilakukan terus
menerus di mana tiap lapisan diratakan dengan sendok perata kemudian dipadatkan secara
merata ke dalam tempat-tempat di sekitar tulangan dan kesudut-sudut acuan dengan
menggunakan concrete vibrator. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rongga-rongga
udara yang tersekap dalam campuran mortar guna untuk mencapai kepadatan yang
maksimum. Pemadatan juga bertujuan untuk menjamin perlekatan yang baik antara beton
dengan baja tulangan serta sarana lain yang ikut dicor. Pada saat beton dipadatkan, perlu agar
tulangan jangan diganggu dan acuan jangan sampai rusak atau berpindah tempat. Gambar
dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.13 halaman 74.
Perawatan beton sloof dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan kantong
semen bekas yang dibasahi selama 1 (satu) hari. Perawatan ini dilakukan jika cuaca panas
dan setelah beton mengeras, yaitu berkisar 6 (enam) sampai 8 (delapan) jam setelah
pengecoran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sloof. Pekerjaan ini
dilakukan oleh 3 (tiga) orang tenaga kerja.
Pekerjaan kolom lantai 1 pada proyek ini dilaksanakan setelah pekerjaan balok sloof
selesai. Tahap-tahap untuk pekerjaan kolom lantai 1 adalah sebagai berikut :
1. pembesian kolom lantai 1;
2. pemasangan bekisting kolom lantai 1; dan
3. pengecoran kolom lantai 1.
Tulangan untuk stik kolom adalah besi ulir diameter 19 mm dan ukuran sengkang
Ø10-140 untuk tumpuan dan Ø10-180 untuk lapangan dan untuk pengikatnya digunakan
kawat Ø1 mm. Pekerjaan pembengkokan dan penyetelan tulangan kolom dilakukan di lokasi
proyek. Tulangan dan begel yang akan dipakai terlebih dahulu dipotong dan dibentuk sesuai
dengan bentuk dan panjang yang diinginkan.
Tulangan dan begel yang telah dibentuk ini dibawa ke lokasi pekerjaan untuk
dipasang atau dirangkaikan. Pekerjaan pembesian dan pemasangan tulangan dikerjakan oleh
2 (dua) sampai 3 (tiga) orang pekerja. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.4.14 halaman 74.
Bekisting untuk kolom dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang
direncanakan. Adapun multipleks yang digunakan untuk bekisting berukuran tebal 15 mm,
dan kayu pemaku 5/7 cm dengan jarak 60 cm.
Pembuatan papan bekisting ini dibuat di pondok kerja dengan menggunakan peralatan
tukang. Cetakan yang telah selesai dibawa ke lokasi pekerjaan dan dipasang sesuai dengan
posisi tulangan yang telah terpasang sebelumnya. Untuk memeriksa tegak lurusnya acuan
digunakan unting-unting yang diikatkan pada papan bekisting dengan benang. Selanjutnya
papan bekisting disejajarkan dengan benang tersebut. Pada bagian dalam tripleks bekisting
diolesi oli agar ketika pembukaan mal menjadi lebih mudah. Setiap pekerjaan pemasangan
bekisting yang telah selesai diperiksa dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Dalam pekerjaan pemasangan bekisting diperlukan 16 (enam belas) orang pekerja,
untuk satu hari dapat diselesaikan 8 (delapan) buah bekisting, alat yang digunakan untuk
membuat bekisting adalah linggis, palu dan gergaji untuk memotong papan dan alat bantu
tukang lainnya. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar
A.4.15 halaman 75.
4.5 Tinjauan Khusus Tenaga Kerja dan Waktu Pelaksanaan Pile Cap
Tinjauan khusus yang penulis pilih pada Proyek Pembagunan Gedung Kantor
Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh ini adalah:
1. bahan/material pile cap; dan
2. jumlah tenaga kerja.
Untuk perhitungan bahan/material yang dibutuhkan lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran C Perhitungan C.4.1 halaman 76.
Perhitungan jumlah tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan pile cap dapat
dihitung dengan menggunakan analisa SNI tahun 2001 sebagai berikut:
Jumlah pile cap yang ditinjau : 4 buah
Volume 4 (empat) buah pile cap : 3,4560 m3
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan:
a. Untuk Pekerjaan Beton Cor :
5,702 pekerja
0,276 mandor
b. Untuk Pekerjaan Pembesian :
2,544 pekerja
0,109 mandor
c. Untuk Pekerjaan Bekisting :
1,106 pekerja
0,021 mandor
1,140 tukang
0,114 kepala tukang
Untuk perhitungan jumlah tenaga kerja lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C
Perhitungan C.4.2 halaman 77.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti Kerja Praktek selama lebih kurang 2 (dua) bulan pada Proyek
Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh,
penulis banyak memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman di lapangan secara
langsung. Hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis, antara pengetahuan yang
didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari bahan kuliah maupun dari literatur-
literatur.
Berdasarkan analisis serta hasil pengamatan di lapangan selama mengikuti Kerja
Praktek, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang menyebabkan
kerugian finansial/material pada pihak pelaksana karena harus menambah jumlah pemesanan
tiang pancang agar memenuhi kebutuhan material tiang pancang di lapangan dan juga harus
menambah biaya operasional alat berat yang digunakan dalam pekerjaan pemancangan tiang
pancang;
2. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang juga mengakibatkan
kerugian waktu pada pihak pelaksana dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan pemancangan
tiang pancang agar mencapai daya dukung tanah yang diinginkan;
3. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal rencana
berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena kesalahan perencanaan
kedalaman tiang pancang yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
4. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal rencana
berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena mengalami gangguan cuaca
(hujan) yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
5. pelaksanaan pekerjaan di lapangan juga tidak sesuai dengan time schedule/jadwal rencana
berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena keterlambatan pengadaan
material yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
6. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan tersedianya
bahan/material yang akan digunakan;
7. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat mengutamakan mutu/kualitas dari bahan/material
yang akan digunakan; dan
8. metode pelaksanaan pekerjaan yang dipakai di lapangan sudah sangat baik dikarenakan
banyaknya pengalaman kerja dari pihak pelaksana dalam melaksanakan pembangunan
gedung.
5.2 Saran-saran
Setelah diamati secara keseluruhan dari pekerjaan yang diikuti di lapangan, beberapa
saran yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
1. pihak perencana diharapkan agar lebih teliti dalam merencanakan tiap-tiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan agar mencegah kerugian pada semua pihak, baik kerugian
finansial/material maupun kerugian waktu;
2. pihak pelaksana diharapkan agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time
schedule/jadwal rencana berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan; dan
3. pengadaan material diharapkan agar tepat pada waktu agar tidak menyebabkan keterlambatan
pekerjaan di lapangan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2006, Buku Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Anonim, 2003, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, http://www.geogle.co.id/
Anonim, 2008, Pre Construction Meeting Proyek Gedung Perwakilan BPK RI Aceh, PT.
Nindya Karya (Persero), Banda Aceh.
Kusuma, G., 1993, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SK. SNI T-15-1991-03 Seri Beton
2, Erlangga, Jakarta.