Retikulum Endoplasma Oleh : Marselinus Laga Nur & Nurul Komariah Retikulum
Endoplasma (RE, atau endoplasmic reticula) adalah organel yang dapat ditemukan pada
semua sel eukariotik. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang
demikian banyak sehingga retikulum endoplasma meliputi separuh lebih dari total membran
dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum
diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”). Pengertian lain menyebutkan bahwa RE
sebagai perluasan membran yang saling berhubungan yang membentuk saluran pipih atau
lubang seperti tabung di dalam sitoplasma. Lubang/saluran tersebut berfungsi membantu
gerakan substansi-substansi dari satu bagian sel ke bagian sel lainnya Pada preparat sel irisan
dengan mikroskop elektron membran pada RE terlihat berpasang-pasangan, meliputi rongga-
rongga dan tabung pipih. Ruang yang terkurung ini mungkin saling berhubungan. Membran-
membran tersebut mempunyai struktur lipid yang sama pada membran lain. Gambar sel
hewan secara umum memperlihatkan letak RE dalam sel, dimana RE berhubungan dengan
membrane inti (nucleus).
Di sekitar Retikulum Endoplasma adalah bagian sitoplasma yang disebut sitosol atau cairan
sel. Retikulum Endoplasma sendiri terdiri atas ruangan-ruangan kosong yang ditutupi dengan
membran dengan ketebalan 4 nm (nanometer, 10-9 meter).
Proses penambahan asam amino akan membentuk rantai asam amino, dan akan berakhir pada
kode tertentu dlm mRNA. Rantai asam amino, yang juga disebut polipeptida, selanjutnya
akan dilepaskan dari ribosom dan masuk ke RE kasar untuk disalurkan ke organel lain,
misalnya kompleks Golgi. Sedangkan bagian-bagian Retikulum Endoplasma yang tidak
diselimuti oleh ribosom disebut Retikulum Endoplasma Halus atau Smooth Endoplasmic
Reticulum (SER). Kegunaannya adalah untuk membentuk lemak, fosfolipid dan steroid. Sel-
sel yang sebagian besar terdiri dari Retikulum Endoplasma Halus terdapat di beberapa organ
seperti hati.
Daftar Pustaka :
Kimball, John. 1983. Biology. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta Gartner, Leslie P. 2001. Color
Text of Histology. 2nd edition. Saunders Company. Fawcett, Don Wayne & Bloom, William.
1994. A Textbook of Histology. 12th edition. Chapman & Hall. New York.
https://nurdhienln.files.wordpress.com/2012/06/r-e-edited.pdf
https://asniraulsiah.wordpress.com/2013/03/09/retikulum-endoplasma/
Retikulum Endoplasma (RE, atau endoplasmic reticula) adalah organel yang dapat ditemukan
pada semua sel eukariotik. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada
jenisnya. Pada bagian-bagian Retikulum Endoplasma tertentu, terdapat ribuan ribosom.
Ribosom merupakan tempat dimana proses pembentukan protein terjadi di dalam sel. Bagian
ini disebut dengan Retikulum Endoplasma Kasar atau Rough Endoplasmic Reticulum.
Kegunaan daripada Retikulum Endoplasma Kasar adalah untuk mengisolir dan membawa
protein tersebut ke bagian-bagian sel lainnya. Kebanyakan protein tersebut tidak diperlukan
sel dalam jumlah banyak dan biasanya akan dikeluarkan dari sel. Contoh protein tersebut
adalah enzim dan hormon.Sedangkan bagian-bagian Retikulum Endoplasma yang tidak
diselimuti oleh ribosom disebut Retikulum Endoplasma Halus atau Smooth
EndoplasmicReticulum. Kegunaannya adalah untuk membentuk lemak dan steroid. Sel-
selyang sebagian besar terdiri dari Retikulum Endoplasma Halus terdapat di beberapa organ
seperti hati. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis tentang
“Retikulum Endoplasma Sebagai Pusat Biosintesis Sel”.
BAB II PEMBAHASAN
Ruang yang terdapat di dalam retikulum endoplasma (RE) disebut lumen atau ruang sisternal
RE. Lumen RE terpisah dari sitosol oleh suatu membran tunggal (membran RE)
yang memudahkan komunikasi diantara kedua kompartemen ini. Membran RE
berkesinambungan dengan membran luar inti.
Berdasarkan topografi membrannya, retikulum endoplasma dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Retikulum endoplasma kasar
Retikulum endoplasma kasar terdapat dalam bentuk lamella berupa kantung-kantung yang
pipih, sedangkan retikulum endoplasma halus atau licin biasanya dalam bentukvesikula atau
tubulus. Retikulum endoplasma kasar umumnya dijumpai pada sel-sel yang dikhususkan
untuk mengsekresi protein seperti sel-sel asinar pankreas, sel-sel plasma
yang mengekskresikan antibodi atau pada sel-sel yang aktif mengsintesis membran misalnya
sel telur muda atau sel-sel batang pada retina. Retikulum endoplasma kasar
merupakan tempat berlangsungnya sintesis protein yang ditunjukkan untuk (i) digetahkan
atau disekresikan, (ii) sintesis untuk membran, dan (iii) organel-organel intra membran
lainnya.
Riboforin merupakan protein integral membran yang terdapat pada retikulum endoplasma
kasar. Bagian ribosom yang berasosiasi dengan kompleks ribosom adalah ribosom sub unit
besra. Dari gambaran di atas, menunjukkan bahwa membran retikulum endoplasma dan
membran sel pada umumnya bukan hanya asimetris dari aspek strukturalnya, tetapi juga
simetris dari aspek fungsionalnya. Berdasarkanbentuknya, RE dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu : RE berbentuk lamella, RE berbentuk versikula, dan RE berbentuk tubulus.
Retikulum endoplasma halus permukaan hyaloplas- miknya tidak mengandung ribosom. Oleh
sebab itu, sering dinamakan retikulum endoplasma agranuler. Retikulum endoplasma halus
terutama terdapat di dalam sel yang memegang peranan penting dalam metabolisme lipida,
dan mempunyai peranan dalam sintesis kolesterol dan metabolisme hormon-hormon steroid.
Retikulum endoplasma halus mengandung enzim-enzim yang dibutuhkan untuk
sintesis lipoprotein, misalnya sel-sel hepatosit. Selain itu, juga mengandung enzim-enzim
yang berperan dalam detoksifikasi,misalnya enzim sitokrom p450.
Retikulum endoplasma kasar memiliki daerah yang sebahagian besar tidak mengandung
ribosom. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah peralihan, karena dari situlah dibentuk
vesikula-vesikula transpor atau vesikula transisi atau retikulum endoplasma transisi.
Vesikula-vesikula tersebut megandung protein atau lipida yang diangkut
secara intraseluler. Vesikula-vesikula transisi atau vesikula transpor berperan mengangkut
makromolekul (protein) dari retikulum endoplasma. Di dalam vesikula transport terdapat
protein yang larut yang berasal dari lumen retikulum endoplasma (protein sekretori) atau
protein yang terikat pada membran vesikula (protein membran). Vesikula-vesikula dapat
bergabung dengan membran sasaran dan melepaskan isinya. Membran vesikula merupakan
bagian dari membran sasaran. Pada sel-sel yang aktif mensintesis hormon steroid, retikulum
endoplasma licin atau halus memiliki enzim-enzim untuk sintesis kolesterol, yang merupakan
prazat untuk sintesis hormon steroid. Sintesis lipida berlangsung di dalam
retikulum endoplasma licin. Semua lipida yang dibuat di dalam sel disintesis pada membran
retikulum endoplasma kecualifosfatildilgliserat dan kardiolipin.
2.2. Biosintesis dan Segala aktivitas R.E
A. Biosintesis Protein RE
Sintesis protein pada retikulum endoplasma melibatkan dua reseptor, yaitu (i) reseptor yang
mengenali ribosom sub unit besar dengan rantai polipeptidanya yang baru terbentuk dan
(ii) reseptor yang mengikat ujung 3’mRNA yang pada eukariota ditandai dengan poli
A. Sintesis protein dilakukan oleh polisom atau ribosom pada membran retikulum
endoplasma. Pada mRNA terdapat kodon untuk protein isyarat (signal peptida). Tahap-
tahap berlangsungnya sintesis protein membran retikulum endoplasma adalah (Partin, 2007)
sebagai berikut :
1. mRNA keluar dari inti dan berlekatan dengan ribosom untuk memulai sintesis
protein. Ribosom pada mRNA bergerak menuju kodon star, dan selanjutnya mentranslasi
kodon untuk protein isyarat menghasilkan protein isyarat atau signal peptida. Translasi
berlangsung di dalam sitosol, dan di dalam sitosol terdapat partikel pengenal isyarat
(signal recognition particel = SRP).
2. Protein isyarat (signal peptide ) berikatan partikel pengenal isyarat. Protein pengenal
isyarat selanjutnya terikat pada reseptor yang terdapat pada permukaan membran
retikulum endoplasma
3. Ikatan antara protein pegenal isyarat dengan reseptornya menyebabkan saluran translokasi
protein pada membrane RE terbuka dan memungkinkan polipeptida (protein isyarat) masuk
ke dalam lumen retikulum endoplasma. Untuk sementara sintesis protein terhenti hingga
protein isyarat menembus celah yang terdapat pada membran retikulum endoplasma.
4. Setelah protein isyarat menembus membran retikulum endoplasma, sintesis polipeptida
baru dimulai. Protein isyarat yang terdapat di dalam lumen retikulum endoplasma selanjutnya
dilepaskan oleh signal peptidase.
Selain itu sintesis protein pada membrane retikulum endoplasma,, sintesis protein juga dapat
berlangsung di dalam sitoplasma yang dilakukan oleh ribosom atau polisom. (Albert et.
al 1983).
Terdapat perbedaan target antara protein yang disintesis di dalam sitoplasma oleh ribosom
bebas dengan protein yang disintesis oleh ribosom yang terikat padapermukaan membrane
retikulum endoplasma kasar. Sintesis protein yang disintesis oleh ribosom bebas di dalam
sitoplasma ditujukan untuk antara lain protein inti, protein mitokondria, protein kloroplas dan
protein peroksisom. Sintesis protein yangberlangsung pada ribosom yang terikat membran
retikulum endoplasma kasar ditujukan untuk antara lain protein membran plasma, protein
vesikula sekresi dan protein lisosom. (Allar, 2005a).
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa sitosol mengandung dua populasi ribosom, yaitu
ribosom bebas dan ribosom yang menempel pada retikulum endoplsma kasar.
Kedua set ribosom tersebut secara struktural identik (Allar, 2005b). Ribosom yang
mentranslasi protein yang diperuntukkan untuk RE melekat pada permukaan hialoplasmik
membran retikulum endoplasma. Ribosom yang mensintesis protein sitoplasma tetap dalam
keadaan bebas di dalam sitoplasma. Protein yang disintesis pada ribosom yang menempel
pada RE ditranslokasi ke dalam lumen melalui saluran aqueous yang ada pada membran
RE. Shennan (2005) mengemukakan adanya perbedaan antara translokasi protein terlarut dan
yang diperuntukkan untuk membran. Untuk protein yang diperuntukkan pada membran RE,
protein pengenal isyarat atau signal recognition particel (SRP) lebih dahulu dilepaskan pada
saat translokasi berlangsung. Selanjutnya ribosom subunit besar menempel pada saluran
translokasi dan sintesis protein dilanjutkan.
Untuk protein terlarut, mekanismenya sama dengan translokasi yang berlangsung pada
protein transmembran, hanya protein ini tidak memiliki urutan asam amino hidrofobik yang
aktif sebagai stop transfer sequence, sehingga translokasi berlangsung sempurna (Shennan,
2005).
BIOSINTESIS PROTEIN
1. mRNA keluar dari inti dan berlekatan dengan ribosom untuk memulai sintesis protein.
Ribosom pada mRNA bergerak menuju kodon star, dan selanjutnya mentranslasi
kodon untuk protein isyarat menghasilkan protein isyarat atau signal peptida.
Translasi berlangsung di dalam sitosol, dan di dalam sitosol terdapat partikel pengenal
isyarat ( signal recognition particel = SRP )
2. Protein isyarat ( signal peptide ) berikatan partikel pengenali syarat. Protein pengenal
isyarat selanjutnya terikat pada reseptor yang terdapat pada permukaan membran
retikulum endoplasma
3. Ikatan antara protein pegenal isyarat dengan reseptornya menyebabkan saluran
translokasi protein pada membrane RE terbuka dan memungkinkan polipeptida
(protein isyarat) masuk ke dalam lumen retikulum endoplasma. Untuksementara
sintesis protein terhenti hingga protein isyarat menembus celah yang terdapat pada
membran retikulum endoplasma.
4. Setelah protein isyarat menembus membran retikulum endoplasma, sintesis
polipeptida baru dimulai. Protein isyarat yang terdapat di dalam lumen retikulum
endoplasma selanjutnya dilepaskan oleh signal peptidase.
5. Seiring dengan terlepasnya protein isyarat, perpanjangan polipeptida berlangsung di
dalam lumen hingga ribosom mencapai kodon stop. Selanjutnya polipeptida baru
dilepaskan kedalam lumen. Ribosom yang telah selesai melaksanakan translasi
mengalami disosiasi dan terlepas didalam sitoplasma.
Selain itu sintesis protein pada membrane retikulum endoplasma,, sintesis protein juga dapat
berlangsung di dalam sitoplasma yang dilakukan oleh ribosom atau polisom. Terdapat
perbedaan target antara protein yang disintesis di dalam sitoplasma oleh ribosom bebas
dengan protein yang disintesis oleh ribosom yang terikat pada permukaan membrane
retikulum endoplasma kasar. Sintesis protein yang disintesis oleh ribosom bebas di dalam
sitoplasma ditujukan untuk antara lain protein inti, protein mitokondria, protein kloroplas dan
protein peroksisom. Sintesis protein yang berlangsung pada ribosom yang terikat membran
retikulum endoplasma kasar ditujukan untuk antara lain protein membranplasma, protein
vesikula sekresi dan protein lisosom.
B. GLIKOSILASI
Sebagian besar protein yang masuk ke dalam sisterna atau lumen retikulum endoplasma
mengalami glikosilasi sebelum diangkut ke bagian lain dari sel. Glikosilasi pendahuluan
berlangsung di dalam retikulum endoplasma dimana karbohidrat dipindahkan ke protein dan
menghasilkan glikoprotein, yaitu suatu molekul yang memiliki rantai oligosakarida.
Oligosakarida terikat secara kovalen pada gugus NH2 residu asparagin (Oligosakarida
berikatan N), kadang-kadang terikat pada gugus OH, suatu residu serin, treonin
atauhidroksilisin. Pemindahan oligosakarida ke molekul protein dibantu oleh enzim
transmembran, yaitu glukosil transferase. Pada waktu oligosakarida masih berada di dalam
lumen retikulum endoplasma, satu mannosa dan tiga unit glukosa dihilangkan, dan
selanjutnya glikoprotein dipindahkan ke permukaan kompleks golgi.
2. PPi + H20à 2 Pi
D. SINTESIS LESITIN
Lesitin atau fosfatidilkolin disintesis dari asam lemak, gliserolfosfat dan kolin. Sintesis lesitin
terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap I, II, dan III. Setiap tahap dikatalisis oleh enzim terlarut
dalam bilayer lipida retikulum endoplasma. Tempat aktivitas enzim mengarah ke sitosol
(Gambar 6.13). Tahap- tahap sintesis lesitin adalah sebagai berikut :
Tahap I
Tahap II
Asam fosfatidat membebaskan gugus fosfat oleh enzim fosfatalase, berbentuk digliserida
Tahap III
E. SINTESIS KOLESTEROL
Semua enzim yang berperan dalam perubahan mevalonat menjadi Fernesyl pirofosfat. Semua
enzim yang berperan dalam perubahan mevalonat menjadi Farnesyl pirofosfat merupakan
enzim-enzim terlarut. Farnesyl pirofosfat selanjutnya diubah menjadi squalen dengan bantuan
squalen sintetase. Enzim squalen sintetase merupakan enzim yang terikat membran. Squalen
sintetase selanjutnya diubah secara bertahap menjadi kolesterol. Semua enzim yang
membantu dalam proses perubahan squalen menjadi kolesterol merupakan enzim-enzim yang
terikat membran.
Prekursor untuk biosintesis hormon steroid adalah kolesterol yang disintesis dari asetat.
Untuk berlangsungnya proses tersebut, diperlukan kerja sama dengan mitokondria. Kolesterol
sendiri disintesis di retikulum endoplasma halus. Kolesterol yang dihasilkan dibawa ke
mitokondria dan diproses lebih lanjut hingga menghasilkan pregnenolon. Kemudian
pregnenolon diubah secara bertahap melalui serangkaian reaksi enzimatis menjadi hormon
steroid seks, misalnya testosteron. Selain itu kolesterol juga dapat dijadikan prekuersor untuk
pembentukan hormon-hormon aldosteron seperti mineralokortikoid dan hormon kortisol.
G. SINTESIS GLIKOPROTEIN
Berbagai jenis protein yang akan ditranspor ke bagian luar sel biasanya dalam bentuk
glikoprotein. Proses awal dari pembentukan glikoprotein berlangsung didalam lumen
retikulum endoplasma melalui proses glikosilasi seperti yang telah dibahas pada bagian
terdahulu. Retikulum endoplasma dengan sendirinya terlibat di dalam modifikasi berbagai
jenis protein sekretori melalui penambahan residu karbohidrat pada ujung proksimal dari
polipeptida dan proses selanjutnya berlangsung di dalam badan golgi.
H. SISTIM HIDROKSILASI
Bila sistim membran tidak dinamis, maka substrat tidak mampu berdifusi ke enzim-enzimnya
secepat yang diinginkan. Demikian pula bahan-bahan sisa dan bahan pembangun
yang penting tertimbun sehingga mencapai konsentrasi yang tidakberguna.
3.1 Kesimpulan
Retikulum endoplasma adalah suatu kumpulan kantung seperti membran berbentuk pipa,
gelembung dan kantung piph yang meluas dalam sitoplasma sel eukariot. Retikulum
endoplasma dibagi dua kategori yaitu retikul endoplasma kasar dan retikulum endoplasma
halus. Kedua macam retikulum endoplasma ini menyusun suatu sistem membran yang
melingkupi suatu ruang. Retikum endoplasma berperan dalam berberapa hal seperti sintessa,
penyimpanan lemak, detoksifikasi dan transport.
Sintesis polipeptida dimulai dengan tahap inisiasi di dalam sitoplasma yaitu setelah mRNA
mengikat ribosom bebas, ribosom yang tidak berada pada membran sitoplasma. Kemudian
diikuti tahap pemanjangan translasi di sitoplasma sampai polipeptida menghasilkan sekuen
sinyal yang disebut sinyal peptide (N-terminal)yang terdiri dari 6-15 asam amino non polar.
Tahap berikutnya sekuen sinyal yaitu sinyal peptide memberi tahu ribosom yang
mencetaknya agar menempel pada membran Retikulum Endoplasma. Caranya yaitu sekuen
sinyal dikenali oleh Signal Recognition Particle(SRP). SRP kemudian menempel pada signal
sekuen pada polipeptida dan Ribosom serta membawa sinyal sekuen bersama ribosom
pencetaknya menuju membran RE. selama proses ini proses elongasi tidak akan terjadi
dikarenakan dibagian SRP terdapat bagian yang digunakan untuk menghentikan sementara
proses elongasi yang dinamakan dengan translation pause domain.
SRP yang sudah mengikat sinyal peptide dan ribosom kemudian dikenali oleh protein
reseptor SRP pada membran RE yang kemudian berikatan antara SRP dengan reseptor
SRP.ikatan yang terjadi antara SRP dengan reseptor SRP dikuatkan dengan adanya ikatan
yang terjadi antara GTP(Guanosine-5'-triphosphate) pada SRP dan reseptor SRP. Ribosom
juga akan menempel pada retikulum endoplasma pada bagian yang dinamakan dengan
translokon.
Gambar 7: Sintesis protein yang terjadi di Retikulum Endoplasma kasar
Tahap selanjutnya adalah pelepasan SRP dengan reseptor SRP-nya. Lepasnya SRP dengan
reseptornya dipengaruhi oleh perubahan GTP menjadi GDP dengan melepas satu phospat
pada keduanya baik SRP maupun resepor SRP sehingga ikatan keduanya terlepas. Kejadian
ini diikuti dengan sekuen sinyal peptide yang masuk ke lumen RE dan terikat pada bagian
translokon.
Di dalam lumen RE, sekuen tersebut dipotong oleh suatu enzim pemotongnya yang
dinamakan dengan signal peptidase. Setelah terjadi pemotonga signal peptide dilanjutkan
dengan proses elongasi oleh ribosom untuk mensintesis protein, protein yang terbentuk
masuk ke dalam retikulum endoplasma.
Sebagian besar protein yang berada di sisterna RE sebelum di bawa ke golgi, lisosom, selaput
sel, atau ke ruang antar sel merupakan glikoprotein, yaitu suatu molekul yang memiliki rantai
sakarida. Rantai Oligosakarida terdiri dari 14 buah monosakarida yang masing-masing
berupa Na-asetilglukosamine, manose, dan glukosa.
Protein yang disintesis di RE kasar dapat semuanya masuk ke dalam lumen RE kasar, namun
ada beberapa jenis protein yang tidak semuanya masuk ke RE kasar melainkan ada bagian
yang masuk ke dalam RE kasar dan bagian yang berada di sitosol, protein yang demikian
dinamakan dengan protein integral membran.
Glikosilasi merupakan modifikasi pasca translasi yang terjadi di dalam sistem ekspresi sel
eukariotik dengan penambahan gugus gula (glikosil) pada untaian polipeptida. Modifikasi ini
memiliki peran penting karena sebagian besar protein pada organisme eukariotik mengalami
glikosilasi. Di antaranya, glikosilasi berperan dalam mempengaruhi konformasi protein
(protein folding), meningkatkan stabilitas protein, mempengaruhi interaksi dengan reseptor,
serta menentukan tingkat immunogenesitas dari protein tersebut.Pada sel mamalia, ada dua
macam glikosilasi penting yang terjadi pasca translasi, glikosilasi pada atom nitrogen (N
glikosilasi) terjadi pada residu asam amino asparagin, sedangkan glikosilasi pada atom
oksigen (O glikosilasi), terjadi pada residu asam amino serin atau threonin. Pada N dan O
glikosilasi, jenis gugusan gula yang ditambahkan pada polipeptida berbeda jenisnya. Gugusan
gula pada N glikosilasi lebih kompleks karena proses pembentukannya meliputi beberapa
tahapan dan melibatkan beberapa jenis enzim yang berbeda. Selain itu, setiap tahapannya
tidak 100 persen efisien sehingga akan memberikan kontribusi yang tinggi pada keberagaman
produk akhir protein yang terbentuk (terbentuknya isoform).
Tanpa adanya glikosilasi, protein yang terbentuk boleh jadi memiliki aktivitas biologis yang
lebih tinggi secara in vitro. Karena gugus poliketida ini pada umumnya adalah gugus yang
meruah (bulky), sehingga dapat menghalangi gugus polipeptida dalam berinteraksi dengan
reseptornya. Meskipun demikian, secara in vivo, glikosilasi sangat diperlukan untuk
meningkatkan stabilitas protein pada sistem sirkulasi sehingga dapat meningkatkan
bioavailabilitasnya. Gugusan gula yang meruah ini akan menghambat metabolisme protein
yang terjadi di hati sehingga memperlama klirens dari protein tersebut. Modifikasi asam
amino untuk meningkatkan kebolehjadian N-glikosilasi menunjukkan peningkatan waktu
paruh protein di dalam darah. Terkait dengan sistem ekspresi, maka untuk produksi protein
terglikosilasi perlu dipertimbangkan penggunaan sistem sel prokariot atau eukariot, kemudian
modifikasi apa yang perlu dilakukan setelahnya.
Meskipun pada aras molekuler afinitas protein dengan reseptornya lebih rendah, tetapi
dengan peningkatan waktu paruh dalam sistem sirkulasi dapat meningkatkan aktivitas
biologis secara in vivo. Afinitas yang lebih rendah juga membuat protein tersebut lebih lama
dalam berinteraksi dengan reseptornya.
Glikosilasi yang sempurna sebagaimana protein alamiah yang diproduksi oleh tubuh memang
akan memberikan hasil yang terbaik. Meskipun demikian, ketika protein rekombinan
diproduksi pada industri biofarmasi, keberagaman protein yang dihasilkan akan menyulitkan
proses produksi dan purifikasi protein tersebut. Proses produksi menjadi lebih sulit, karena
selain memikirkan sistem ekspresi sel mamalia yang lebih mahal dari segi operasionalnya,
efikasi produk yang dihasilkan dari bacth ke batch juga tidak konsisten. Sehingga biasanya
ada suatu kisaran nilai efikasi yang bisa diterima. Selain itu, isoform yang terjadi juga akan
mempersulit purifikasi protein untuk dapat memaksimalkan perolehan kembali (recovery)
protein tersebut.
Pada umumnya, protein farmasetik yang terglikosilasi diproduksi dengan menggunakan sel
mamalia, terutama sel telur hamster cina (Chinese hamster ovary, CHO). Sel CHO lebih
dipilih daripada sel manusia sendiri karena pertimbangan kemanan ketika terjadi kontaminasi
virus. Virus yang menyerang manusia tidak akan berkembang di sel CHO, dan begitu juga
sebaliknya. Meskipun demikian, belakangan sel 293 (human embryonic kidney, HEK) telah
disetujui oleh FDA untuk digunakan dalam produksi protein farmasetik.
Beberapa strategi telah dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan produksi
protein farmasetik terglikosilasi. Di antaranya meliputi perkembangan sistem ekspresi protein
sebagai berikut
1.Glycoengineered/humanized yeast
Seperti yang telah diketahui bahwa sel ragi memiliki sistem enzim yang berbeda yang
berperan dalam glikosilasi, pada humanized yeast, sel ragi di modifikasi sehingga dapat
menghasilkan pola glikosilasi yang identik dengan pola glikosilasi yang terjadi pada sel
mamalia. Meskipun demikian, aplikasi humanized yeast ini masih terbatas pada taraf
penelitian dan biaya lisensi yang sangat mahal membuat penelitian ini terbatas pada kalangan
tertentu.
Sel 293 pada umumnya akan dapat memproduksi protein dengan pola glikosilasi yang sama
dengan protein alamiahnya karena memang sel 293 adalah sel manusia. Rekayasa genetik
yang dilakukan dengan menghilangkan (knock out) gen MGAT1 yang mengkode enzim
GnTI akan menghasilkan produk glikosilasi yang homogen. Glikosilasi akan berhenti pada
tahapan enzim Mannosidase I tanpa modifikasi lebih lanjut. Sistem ekspresi ini memang
memudahkan dalam mendapatkan produk protein yang homogen, tetapi sebagaimana pola
glikosilasi dengan kandungan manosa tinggi pada sistem ekspresi sel ragi, protein yang
dihasilkan mungkin akan menimbulkan reaksi imunogenik. Meskipun demikian sistem ini
sangat membantu dalam mempelajari struktur protein, sebagai contoh untuk memproduksi
kristal protein yang
diperlukan untuk mempelajari
interaksi protein.
Dengan glyco delete system dapat ditunjukkan bahwa modifikasi yang terjadi pada pola
glikosilasi protein rekombinan yang dihasilkan tidak mempengaruhi aktivitas protein
rekombinan, dalam hal ini GM-CSF, baik in vitro maupun in vivo. GM-CSF memiliki situs
untuk 1 O-glikosilasi dan 2 N-glikosilasi. Namun, untuk ekspresi suatu antibodi, pola
glikosilasi yang berbeda ini ternyata menurunkan interaksi antibodi dengan reseptornya serta
menurunkan respon antibody dependent celular cytotoxicity (ADCC) dan complement
dependent cytotoxcity (CDC). Meskipun glikosilasi hanya terjadi pada residu asparagin-297
pada fragmen Fc, tetapi gugus glikosil ini sangat menentukan aktivitas dan stabilitas dari
antibodi, dalam hal ini antibodi anti-CD20 (Meuris et al., 2014).
Glyco delete system baru dikembangkan beberapa waktu ini dan mungkin di masa yang akan
datang akan menjadi salah satu pilihan dalam produksi protein farmasetik (selain antibodi)
pada skala industri karena menawarkan konsistensi produk yang dihasilkan serta kemudahan
dalam proses purifikasinya