Anda di halaman 1dari 3

Hari Jumat, tanggal 22 Desember 2017 saya melakukan perjalanan pulang menuju

kerumah kedua orangtua saya di kota Pematangsiantar. Saya pulang menggunakan


kendaraan umum yaitu kereta api. Jadwal kereta api dari kota Medan menuju
Pematangsiantar hanya satu kali dalam satu hari yaitu pukul 14:00 . Pada hari itu
saya pergi ke stasiun menggunakan angkutan kota (angkot) pukul 12:00 karna saya
menuju ke mesjid terdekat distasiun tersebut untuk melaksanakan solat jumat.
Pada perjalanan kali itu cukup berbeda dengan perjalanan pulang saya sebelum-
sebelumnya dikarenakan jadwal nya bertepatan dengan libur natal dan tahun baru.
Pada saat ini, fasilitas kereta api saya rasa cukup baik untuk digunakan. Hal itu
ditandai dengan semakin teratur nya jadwal keberangkatan kereta dan semakin
mudahnya dalam mengakses dalam pemesanan tiket, keadaan didalam kereta juga
cukup nyaman ditandai dengan ada nya fasilitas ac dan toilet yang cukup baik, dan
juga saat ini kereta api merupakan kendaraan umum yang paling murah untuk
digunakan dalam perjalan menuju Pematangsiantar dengan harga tiket yang hanya
Rp 22.000,00 Per orangnya, cukup murah dibandingkan kendaraan lain seperti bus
dan taksi lainnya.

Saat itu, saya melakukan perjalanan sendirian teman-teman saya tidak


kebagian tiket saat akan menaiki kereta api, jadi mereka menggunakan fasilitas
bus. Saya bisa mendapatkan tiket karena sudah dipesan satu minggu sebelum
keberangkatan.

Kereta api berangkat tepat pukul 14:00, didalam perjalanan terdapat


pemberhentian dibeberapa stasiun salah satunya stasiun Lubukpakam, Stasiun
Tebing tinggi, dan Stasiun Dolok Merangir. Saat itu juga ada pemberhentian yang
cukup lama sekitar 20 menit, hal itu dikarenakan menunggu kereta api lain untuk
melintas di rel yang akan dilewati. Sampai di Pematangsiantar pada pukul 17:50
saat saya langsung turun dan menuju kedekat ayah saya yang sudah menunggu
saya.

Fasilitas kereta api memang demikian, kekurangan lintasan rel merupakan


faktor kelemahan utama saat ini, ditandai dengan jumlah rel yang hanya ada single
rel baik dari dan menuju medan. Namun saat ini sedang dibangun lintasan baru
oleh pemerintah. Ditambah dengan adanya kereta bandara, hal ini menjadi angin
cerah bagi pengguna fasilitas kereta api.

Kemudian di tanggal 24 Desember 2017, saya dan ayah saya berangkat


menuju daerah Pekanbaru, tempat abang saya tinggal saat ini dan daerah nya
bernama Buana. Kami melakukan perjalanan dari Siantar menuju kota Tebing
tinggi dahulu, dikarenakan bus yang menuju kedaerah Buana tersebut tidak
melintasi kota Siantar. Menuju kota Tebing kami menaiki bus Intra dengan
kategori bus ekonomi, dengan hanya membayar Rp 12.000 perorang nya fasilitas
bus ini cukup murah. Sesampai di loket atau stasiun bus Medan jaya (bus menuju
Buana) kami menunggu cukup lama sekitar 3 jam-an. Hal itu karena didalam tiket
ditulis bahwa bus akan sampai tebing lebih kurang pukul 4 sore namun kenyataan
dilapangan bus sampai di Tebing pada pukul 18.05 . Ternyata bus tersebut terjebak
macet Di daerah Sei Bamban yaitu daerah keluar tol Medan-Tebing tinggi. Padahal
jarak dari Sei Bamban menuju Tebing tinggi tidak begitu jauh. Kemacetan itu
diperkirakan karena intensitas jumlah kendaraan yang cukup tinggi. Kendaraan-
kendaraan pribadi mulai bergerak dikarenakan faktor libur natal dan bertepatan
dengan weekend. Jadwal keberangkatan bus pun menjadi molor. Akhirnya kami
pun berangkat dan duduk dikursi nomor 3-4, tepat dibelakang supir.

Keadaan didalam bus cukup padat, awak bus menempatkan penumpang


ditempat yang tidak semestinya. Ada penumpang bayangan atau penumpang
tambahan yang duduk ditengah diantara bangku kanan dan kiri bus. Atau
dikalangan umum sering disebut sebagai “bangku tempel”. Saat itu kami menaiki
bus kategori AC Toilet, AC nya cukup dingin dan baik untuk fasilitas bus yang
demikian.
Ada beberapa pemberhentian yang dilakukan bus tersebut, yaitu didaerah
Kota Lima puluh, bus berhenti disalah satu rumah makan, untuk melakukan
istirahat awak bus dan para penumpang . Setelah itu perjalanan dilanjutkan,
didalam perjalanan ada beberapa orang yang memberi tanda stop untuk bus, ada
orang yang ingin menaiki bus dan ada yang memberhentikan untuk menaikkan
barang untuk pengiriman.
Bus juga melakukan pemberhentian untuk mengisi bahan bakar dan
pergantian supir, ya pergantian supir dilakukan dikarenakan jarak dalam perjalanan
yang cukup jauh, maka dariitu diperlukan dua supir dalam satu perjalanan.
Perjalanan bus cukup cepat karena merupakan jam malam dimana jalan cukup
lengang. Dalam perjalanan menuju Buana, bus melewati beberapa kota dan daerah
seperti Kisaran, Rantau prapat, Aek Nabara, Duri, Kandis dan ada beberapa
kecamatan lain yang terbentang di Jalan Lintas Timur Sumatera.
Kami sampai di Daerah Kandis Sekitar pukul 08:00 disana berhenti sebentar
untuk makan pagi dan menurunkan beberapa penumpang di loket atau stasiun. Dari
Kandis kami mundur kembali menuju persimpangan Buana yang dinamakan
persimpangan jalur pipa, ya jalur pipa karena di bagian kiri jalan terbentang pipa-
pipa panjang milik perusahaan gas dan minyak PT Chevron dan STT Migas .
Kondisi jalan saat memasuki daerah persawitan cukup parah, karena hanya
berbentuk jalan tanah dan batuan, hal yang wajar karena jalan tersebut merupakan
tipikal jalan yang biasa dilewati truk-truk pengangkut sawit dan mobil-mobil
double cabin. Kendaraan bus kurang cocok dalam memasuki jalan tersebut. Kami
tiba di Komplek perumahan staff Pabrik Sinar Mas pada pukul 10:30, Perjalanan
yang cukup panjang kurang lebih 20 jam kami diperjalanan, hal ini karena ada
kendala satu dua hal.

PO Medan jaya, merupakan bus dari kota Medan yang menuju daerah
Buana, daerah tersebut merupakan daerah yang banyak pohon sawitnya
didalamnya ada kecamatan-kecamatan yang mayoritas terdapat daerah
perkampungan warga. Jadi PO Medan jaya membuka trip perjalanan kesana. Harga
tiket dari kota Tebing tinggi menuju kedaerah Buana adalah Rp 150.000 per
orangnya.

Anda mungkin juga menyukai