LAPORAN
Kelompok 1
Agisti Rosdiyanti
Indah Permatasari
Lutfhy Muharam
Nabila Wildasari
Ratu Sholiha
Windi
LAPORAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Penggganggu - B
Kelompok 1
Agisti Rosdiyanti
Indah Permatasari
Lutfhy Muharam
Nabila Wildasari
Ratu Sholiha
Windi
C. Hakikat Kewirausahaan
Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang
melekat pada seseorang yang mempuyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovasi
kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Jadi inti
kewirausahaan adalah kemauan untuk menciptakan sesuatu ynag baru dan berbeda. Dlaam
konteks manajemen wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan sumberdaya (man, Material, money, methode, mechine) untuk menghasilkan
suatu bisnis baru, poduk baru, prses produksi ataupun pengembangan organisasi usaha.
Sekaligus mempunyai kombinasi elemen –elemen internal yang mencakup kombinasi visi,
motivasi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan
peluang usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan aspek bisnis, wirausaha adalah
pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Menurut Schumpeterwirausaha
merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan
komersial ke dalam bentuk praktek. Jadi inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan
pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam perekomnomian. Kemungkinan-
kemungkinan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh
konsumen.
2. Melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara
baru untuk menangani suatu produk baru agar lebih mendatangkan keuntungan.
3. Membuka pasar baru, yaitu membuka pasar yang belum pernah ada atau belum pernah
dimasuki caban industri yang bersangkutan.
4. Pembukaan suatu sumber dasar baru atau setengah jadi ataupun sumber-sumber yang masih
harus dikembangkan.
5. Pelaksaan organisasi baru.
Jadi esensi kewirausahaan adalah menciptakan added value di pasar melalui proses
kombinasi antara sumberdaya dengan cara-cara baru yang berbeda agar dapat memperoleh
competitive advantage. Adapun cara-cara tersebut meliputi:
1. Developing new technology
2. Developing new knoeledge
3. Improving existing goos or service
4. Finding different ways of providing more goods and service with fewer resources.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 6 hakikat
penting dalam kewirausahaan, diantaranya sebagai berkut:
1. Kewirausahaan merupakan suatu niali yang diwijudkan dalam perilaku yang
didasarkan pada sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil
bisnis.
2. Kewirausahaan merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan
berbeda.
3. Merupakan suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalan memecahkan masalah
dan menemukan peuang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
4. Merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan pengembangan
usaha.
5. Merupakan proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda
yang bermanfaat memberi niali lebih.
6. Merupakan usaha menciptakan added value dengan jalanmengkombinasikan
sumberdaya melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia.
Izin Usaha adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai bukti legalitas yang menyatakan sah bahwa
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah telah memenuhi persyaratan dan diperbolehkan
untuk menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu.
Pengembangan usaha dilakukan terhadap Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
meliputi:
a. Usaha Besar melakukan pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
dengan prioritas:
1) keterkaitan usaha;
2) potensi produksi barang dan jasa pada pasar
3) domestik;
4) produksi dan penyediaan kebutuhan pokok;
5) produk yang memiliki potensi ekspor;
6) produk dengan nilai tambah dan berdaya saing;
7) potensi mendayagunakan pengembangan teknologi; dan/atau
8) potensi dalam penumbuhan wirausaha baru.
b. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang bersangkutan melakukan
pengembangan usaha dengan:
1) mengembangkan jaringan usaha dan Kemitraan;
2) melakukan usaha secara efisien;
3) mengembangkan inovasi dan peluang pasar;
4) memperluas akses pemasaran;
5) memanfaatkan teknologi;
6) meningkatkan kualitas produk; dan
7) mencari sumber pendanaan usaha yang lebih luas.
Pengembangan usaha oleh masyarakat paling sedikit dilakukan dengan:
a. memprioritaskan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
Usaha Menengah;
b. menciptakan wirausaha baru;
c. bimbingan teknis dan manajerial; dan/atau
d. melakukan konsultasi dan pendampingan.
Pelaksanaan pengembangan usaha oleh Dunia Usaha dan masyarakat dapat dilakukan dengan
memperhatikan intensitas dan Jangka Waktu yang ditetapkan oleh Menteri, Menteri Teknis/Kepala
Lembaga Pemerintah Nonkementerian, atau Pemerintah Daerah.
Kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan
yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.
Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dengan Usaha Besar
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip Kemitraan dan menjunjung etika bisnis yang sehat.
a. saling membutuhkan;
b. saling mempercayai;
d. saling menguntungkan.
Dalam melaksanakan Kemitraan, para pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara dan
terhadap mereka berlaku hukum Indonesia.
Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dengan Usaha Besar
dilaksanakan dengan disertai bantuan dan perkuatan oleh Usaha Besar. Kemitraan mencakup proses
alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia,
dan teknologi sesuai dengan pola
a. Inti-Plasma
1. Usaha Besar berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
berkedudukan sebagai plasma; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan
sebagai plasma.
b. Subkontrak
1. Usaha Besar berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah berkedudukan sebagai subkontraktor; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai subkontraktor.
c. Waralaba
1. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima waralaba; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai penerima waralaba.
d. Perdagangan Umum
1. Usaha Besar berkedudukan sebagai penerima barang, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah berkedudukan sebagai pemasok barang; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima barang, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai pemasok barang.
Kemitraan usaha dengan pola perdagangan umum, dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama
pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau menerima pasokan dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara terbuka.
Pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk kerja sama Kemitraan perdagangan umum dilakukan
dengan tidak merugikan salah satu pihak.
1. Usaha Besar memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah; atau
2. Usaha Menengah memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha
Mikro dan Usaha Kecil.
f. Bagi Hasil;
1. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai pelaksana yang
menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau
2. Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan usaha
yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Menengah.
Masing-masing pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta disepakati kedua belah pihak yang bermitra.
Besarnya pembagian keuntungan yang diterima atau kerugian yang ditanggung masing-masing
pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil berdasarkan pada perjanjian yang disepakati.
Usaha Mikro dan Usaha Kecil lokal dalam melaksanakan kegiatan usahanya dapat melakukan
Kemitraan usahadengan Usaha Menengah asing melalui pola usaha
patungan (joint venture) dengan cara menjalankan aktifitas ekonomi bersama dengan mendirikan
perusahaan baru. Dalam menjalankan aktifitas ekonomi bersama para pihak berbagi secara
proporsional dalam pemilikan saham, keuntungan, risiko, dan manajemen perusahaan.
i. Penyumberluaran (outsourcing)
Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dapat bermitra dengan Usaha Besar dengan
Kemitraan pola penyumberluaran, untuk mengerjakan pekerjaan atau
bagian pekerjaan di luar pekerjaan utama Usaha Besar, dengan Kemitraan pola penyumberluaran,
untuk mengerjakan pekerjaan atau bagian pekerjaan di luar pekerjaan utama Usaha Menengah.
Kemitraan pola penyumberluaran dijalankan pada bidang dan jenis usaha yang bukan merupakan
pekerjaan pokok dan/atau bukan komponen pokok.
1. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemilik pekerjaan, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah berkedudukan sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemilik pekerjaan, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.
j. bentuk kemitraan lainnya.
A. Lingkup Koordinasi
Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
dilaksanakan secara sistematis, sinkron, terpadu, berkelanjutan, dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk mewujudkan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
yang tangguh dan mandiri.
Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
meliputi penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap:
Dengan kondisi ekonomi indonesia sekarang ini dimana harga bahan-bahan pokok
meningkat akibat melonjaknya nilai dollar, prospek UKM di masa mendatang tidak dapat
diketahui kejelasannya. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan menimbulkan rasa percaya
diri pada masyarakat yang bersifat sebagai konsumen maupun pemilik usaha. Sifat masyarakat
indonesia yang bersifat konsumtif dapat mejadi peluang untuk para pemilik UKM
meningkatkan pendapatannya. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah pemikiran
masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam negeri. Selain itu, para pemilik usaha juga
tidak perlu merasa risau akan mengalami kabangkrutan aibat berkurangnya pendapatan yang
terjadi seiring dengan meningkatnya harga dollar. Pemilik UKM dapat menggunakan fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah berupa peminjaman dana yang dialirkan melalui koperasi.
Dengan adanya kepercayaan diri dari setiap masyarakat dapat membuat kenaikan harga dollar
tidak akan mempengaruhi harga bahan pangan di indonesia.
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN
Menurut Zimmerer , ide-ide yang berasal dari wirausahawan dapat menciptakan peluang
untuk memenuhi kebutuhan riil dipasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial dipasar
sekaligus menjadi peluang usaha.
Peluang Usaha/Bisnis dapat dijelaskan sebagai ide investasi atau usulan usaha yang menarik
yang memberi kemungkinan untuk memberikan hasil atau keuntungan bagi seseorang yang
memiliki resiko. Peluang seperti itu digambarkan oleh persyaratan dan mengarah ke penyedian
suatu usaha produk atau usaha jasa yang dibuat atau ditambahkan nilainya untuk keperluan
pembeli atau pengguna akhir.
Transformasi kewirausahaan adalah suatu sistem perubahan pola dan cara menjalankan suatu usaha
dari sistem sebelumnya yang pernah ada, yang bertujuan memudahkan untuk menjalankan suatu
wirausaha.
Level zero (unemployee), pada level ini enterpreneur memiliki resiko dan manfaat yang paling
minimal.
Level 1 (employee), pada level ini enterpreneur memiliki visi jauh kedepan.
Level 2 (self employee), pada level ini cirir-ciri enterpreneur sejati sudah mulai muncul, yaitu
mempunyai visi yang tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri dan juga high arciever.
Level 3- businessman (business owner), pada level ini ia mempunyai jiwa challenging yang
tinggi, sehingga ia benar-benar ingin jadi bos dari sebuah tim atau sistem.
Level 4 (investor) pada level ini enterpreneur bekerja sebagai investor atau membisniskan
sebuah bisnis.
Untuk menjadi seorang enterpreneur yang cerdas kita bisa melakukan beberapa tahapan berikut,
yaitu:
Menurut Dr. H. Budi Untung etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secara ekonomi atau sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud
dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti
mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Di samping itu
etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki relevansi
yang kuat dengan profesionalisme bisnis.
Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika bisnis memiliki prinsip-prinsip
umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yang
dimaksud. Adapun prinsip prinsip etika bisnis tersebut sebagai berikut :
Prinsip otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa perusahaan secara bebas memiliki kewenangan
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misi yang
dipunyainya. Contoh prinsip otonomi dalam etika binis : perusahaan tidak tergantung pada pihak
lain untuk mengambil keputusan tetapi perusahaan memiliki kekuasaan tertentu sesuai dengan misi
dan visi yang diambilnya dan tidak bertentangan dengan pihak lain.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan rekayasa bertindak secara
penuh berdasar pengetahuan dan keahlian perusahaan dalam usaha untuk mencapai prestasi-
prestasi terbaik sesuai dengan misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan.
Disamping itu, maksud dan tujuan kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak
eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan eksekutif perusahaan
dalam mengemban misi, visi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran , kesejahteraan para
pekerjanya ataupun komunitas yang dihadapinya. Otonomi disini harus mampu mengacu pada
nilai-nilai profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan sumber daya ekonomi.
Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan wawasan yang baik sesuai dengan nilai universal
maka perusahaan harus secara bebas dalam arti keleluasaan dan keluwesan yang melekat pada
komitmen tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan etika bisnis.
Dua perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis, namun
masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda dalam
menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan
berbeda-beda dalam menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi karakter
internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan, misi dan strategi meskipun
dihadapkan pada kondisi dan karakter eksternal yang sama. Namun masing-masing perusahaan
memiliki otoritas dan otonomi penuh untuk menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu konklusinya
dapat diringkaskan bahwa otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan etika bisnis
ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam pengambilan keputusan bisnis, (2)
dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak yang terkait dan pihak-pihak masyarakat
dalam arti luas.
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika dikelola dengan prinsip
kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran
ini terutama dalam pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap
diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan maka pasti akan
terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran terhadap semua pihak terkait.
3. Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis
Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika bisnis adalah
keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung
terhadap keberhasilan bisnis. Para pihak ini terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh karena itu,
semua pihak ini harus mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan oleh masing-
masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak dari bisnis. Tolak ukur yang
dipakai menentukan atau memberikan kelayakan ini sesuai dengan ukuran-ukuran umum yang telah
diterima oleh masyarakat bisnis dan umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam
alokasi sumber daya ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen, menyepakati harga yang pantas
bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan keuntungan yang wajar bagi pemilik
perusahaan dan lain-lain.
Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang dampaknya
berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke masyarakat
merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis memberikan kontribusi yang
menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama. Sebaliknya jika bisnis
memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu tidak menyenangi terhadap
bisnis yang bersangkutan. Namun jika para pengelola perusahaan ingin memberikan respek
kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut para pihak yang berkepentingan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di dalam perusahaan,
senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada semua pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti para pihak ini akan memberikan respek yang sama
terhadap perusahaan. Sebagai contoh prinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis :
manajemen perusahaan dengan team wornya memiliki falsafah kerja dan berorientasikan para
pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga, jika para manajemennya
berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada karyawan yang berprestasi karena sepadan
dengan prestasinya maka dapat dipastikan karyawan akan makin loya terhadap perusahaan.
Sekian pembahasan mengenai pengertian etika bisnis dan prinsip prinsip etika bisnis, semoga
tulisan saya mengenai pengertian etika bisnis dan prinsip prinsip etika bisnis dapat bermanfaat.
Sumber :
Untung, Budi. 2012. Hukum dan Etika Bisnis. CV Andi Offset : Yogyakarta. Tersedia:
http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-dan-prinsip-etika-bisnis.html oleh Ali [ 21
Oktober 2015 ]
MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA
Menurut Brown dan Protello, bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga
bisnis inipun akan meningkat pula perkembangannya dalam melayani masyarakat.
Sedangkan tujuan dari bisnis itu sendiri adalah
Untuk memasuki dunia usaha, seseorang harus memiliki jiwa sebagai seorang wirausaha.
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi
resiko. Sebagai pengelola sekaligus pemilik usaha, kita harus memiliki kecakapan untuk bekerja,
mengorgansir, kreatif dan lebih menyukai tantangan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, adalah;
a. Bidang dan Jenis Usaha Yang Akan Dimasuki,
Dengan adanya pengenalan jenis usaha, diharapkan dapat memperoleh
gambaran secra sederhana sehingga menjamin proses pencapaian tuuan dan sasaran
usaha yang telah direncanakan. Secara umum, bidang dan jenis usahanya yaitu:
Bidang agraris, yaitu kegiatan usaha yang meliputi: pertanian, perikanan,
perkebunan.
Bidang ekstraktif, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang
pengumpulan hasil alam, seperti pertambangan, penggalian bahan baku
dalam bumi dan pengambilan hasil alam.
Bidang industri, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang
pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi, seperti
industri makanan, industri kayu dan industri tekstil.
Bidang perdagangan, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam jual beli
barang, seperti grosir pedagang eceran, makelar dan komisioner.
Bidang jasa, yaitu kegiatan yang bergerak dalam bidang penawaran jasa,
seperti biro perjalanan, konsultan, perhotelan, dan akuntan publik.
b. Bentuk Usaha dan Kepemilikan yang Akan Dipilih
1) Perusahaan Perseorangan (PO)
Bentuk usaha ini paling sederhana dan mudah
mengorganisasikannya karena pemiliknya hanya satu orang dan langsung
dikelola sendiri. Jadi segala resiko, tanggungjawab dan keuntungan ada pada
pundak pemilik usaha.
2) Persekutuan Komanditer (CV)
Usaha persekutuan didirikan minimal dua orang secara bersama
membangun sebuah usaha dengan menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan, dengan mengumpulkan sejumlah kekayaan. Kekayaan yang
dikumpulkan itu dapt berupa dana, tenaga, keahlian dan sarana lain yang
dapat menunjang jalannya usaha. Keangotaan persekutuan terdiri dari dua
kelompok, yaitu anggota pasif persekutuan dan anggota aktif persekutuan.
Anggota pasif persekutuan, kedudukannya dalam usaha ini adalah sebagai
peserta yang hanya menyetorkan modal saja. Sedangkan anggota aktif
persekutuan adalah sebagai peserta dan sekaligus ikut mengelola usaha.
Jadi, tanggungjawab anggota pasif persekutuan hanya sebatas modal yang
disetor dan tanggungjawab anggota aktif persekutuan adalah penuh terhadap
jalannya usaha.
3) Perseroan
Perseroan yaitu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para
pemegang saham, yang mempunyai tanggungjawab terbatas terhadap
hutang-hutang perusahaan sebesar modal disetor. Saham yang dikeluarkan
oleh suatu perseroan terbatas pada pokoknya dapat digolongkan ke dalam
dua jenis saham, yaitu:
a) Saham biasa (common stock), merupakan bentuk pemilihan tanpa hak
istimewa. Artinya para pemilik akan memperoleh pembagian keuntungan
(dalam bentuk dividen) hanya apabila perusahaan memperoleh laba.
b) Saham istimewa (preferred stock), merupakan bentuk pemilikan dan hak
istimewa. Hak istimewa yang ada pada pemegang saham istimewa adalah
pembagian dividen yang didahulukan, pembagian dividen kumulatif,
pembagian kekayaan yang didahulukan.
4) Firma, yaitu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah
nama bersama yang didirikan dengan sebuah akta pendirian usaha yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang yaitu notaries. Tanggungjawab pemilik
terhadap perusahaan ini adalah sama, yaitu apabila memperoleh laba, maka
keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung pula secara
bersama-sama.
c. Tempat Usaha yang Akan Dipilih
Para pengelola usaha sangat berkepentingan dalam mencari tempat usaha
yang strategis. Perusahaan yang akan didirikan sudah barang tentu di tempat yang
sangat potensial (strategis). Tempat usaha harus berdekatan dengan tempat
konsumen, agar dapat menjamin penyerahan barang yang mudah dan cepat.
Tempat usaha yang strategis adalah tempat atau letak perusahaan melakukan
aktivitas berikut pemasarannya, serta penjualan barang dagangan yang dapat
memberikan keuntungan besar. Selain itu, tempat usaha yang strategis juga memiliki
berbagai fasilitas, seperti; tempat parkir yang luas, transportasi yang mudah
dijangkau dan lancar.
d. Organisasi Usaha yang Akan Dipilih
Menurut George R. Terry, organisasi adalah mengalokasikan seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan
wewenang serta tanggungjawab masing-masing individu yang bertanggungjawab
untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang tepat dan
sesuai.
Struktur organisasi usaha bergantung pada lingkup, cakupan, dan skala
usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks pula
organisasinya. Bentuk usaha kecil, umumnya dikelola langsung oleh pemilik dan
bahkan angota keluarga atau kerabat langsung sebagai tenaga pembantu dalam
mengelola usaha. Pada usaha seperti ini, terdapat ketidakjelasan status pembagian
tugas, wewenagn dan tanggungjawab. Mereka mengerjakan segalanya sampai
dalam urusan rumah tangga, sehinga batasan kekayaan usaha dengan kekayaan
pribadi tidak jelas sama sekali.
Gambaran seperti ini, jelas menunjukkan kesemrautan dalam mengelola
usaha dan inilah terkadang yang menjadi titik persoalan sehingga usaha kecil dan
menengah selalu mengalami kegagalan. Apabila keadaan ini dibiarkan, maka akan
berakibat fatal, yaitu hancurnya usaha yang sudah dibangun dengan susah payah.
Dalam perusahaan yang lebih besar, seperti Perseroan Terbatas (PT),
Komanditer (CV) dan Firma (Fa), organisasi perusahaan ini lebih kompleks.
Organisasi perusahaan ini memiliki tingkatan, yaitu rapat umum, pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer.
Pemegang saham adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat
dewan komisaris dan dewan. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi kegiatan
direksi dalam menjalankan perusahaan. Untuk menjamin kelancaran perusahaan
dalam melaksanakan tugasnya, direksi mengangkat beberapa orang manajer.
e. Jaminan Usaha yang Mungkin Diperoleh
Dalam hal ini, yang harus memperoleh jaminan adalah; penemuan-
penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta keorisinilan produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, seperti:
1) Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas penemuan
produk yang diberi kewenangan untuk membuat, meggunakan, dan menjual
penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul baru (bukan
produk perbaikan). Suatu alat tidak dapt diberikan hak paten apabila alat tersebut
telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten.
Langkah-langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:
1. tetapkan bahwa yang ditemukan betul-betul baru,
2. dokumentasikan produk yang ditemukan tersebut,
3. telusuri paten-paten yang telah ada,
4. pelajari hasil telusuran, dan
5. mengajukan lamaran paten.
2) Merek Dagang,
Merek dagang (trade merk), merupakan istilah khusus dalam perdaangan
atau perusahaan. Merek daang pada umumnya berbentuk symbol, nama, logo,
slogan atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan
keorisinilan prosuk atau membedakannya dengan produk lain di pasar.
Merek dagang pada umumnya, dijadikan symbol perusahan di pasaran. Untuk
menetapkan merek, harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal dan diingat, seta
unik bagi pelanggan sehingga menjadi merek terkenal.
3) Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa guna melindungi pencipta dari
keorisinilan ciptaannya, misal karangan, musik lagu dan hak untuk memproduksi,
memperbaiki, mendistribusikan, atau menjual.
A. Pengertian
Seperti membeli bisnis yang sudah mapan, waralaba menawarkan cara yang tidak begitu
resiko untuk memulai suatu bisnis dibandingkan dengan memulai perusahaan yang sepenuhnya
baru. Kerjasama manajemen (waralaba/franchising), merupakan kerja sama manajemen yang
biasanya berkembang dalam perusahaan ritel. Waralaba dilaksanakan atas persetujuan lisensi
menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau
perusahaan lain untuk menjalankan usaha.
Perusahaan yang memberikan lisensi disebut franchisor atau prinsipal waralaba dan
penyalur disebut franchisee atau agen waralaba.franchisor memberikan izin kepada franchisee
untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan
perbekalan material yang berlanjut.
Pengakuan nama
Gagasan Murni barang
Bebas beroperasi Fasilitas inefisien
Merintis Fleksibel dan mudah Persaingan kurang
usaha penggunaan diketahui
Kemungkinan sukses Perusahaan yang
Lokasi sudah cocok dijual biasanya lemah
Karyawan dan pemasok Peralatan tak efisien
Membeli biasanya sudah mantap Mahal
perusahaan Sudah siap operasi Sulit inovasi
Tidak mandiri
Mendapat pengalaman Kreativitas tidak
dalam logo, nama, metoda berkembang
teknik produksi, pelatihan dan Menjadi
bantuan modal independen, terdominasi,
Kerjasama Penggunaan nama, rentan terhadap
manajemen Merek yang sudah dikenal perubahanfranchisor
PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI MANAGEMENTNYA
1. Memilih bisnis yang feasible untuk dijalankan berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan
Identifikasi peluang bisnis dimulai dari mencari gagasan produk atau jasa usaha baru.
Gagasan tersebut bisa berasal dari kebutuhan, hobi/ kesenangan, mengamati kecenderungan
atau trend, mengamati kekurangan produk atau jasa yang telah ada, serta mengamati lingkungan
sekitar: mengapa tidak terdapat ( ……..?). Dengan mengidentifikasi peluang yang ada
memungkinkan kita untuk mendapatkan ide/gagasan bisnis yang mungkin selama ini belum
terpikirkan oleh orang lain.
Memulai usaha baru tidak tepat kiranya jika langsung dalam bentuk usaha besar.
Memang ada pengusaha yang langsung membuka usaha besar tanpa mempunyai pengalaman
lebih dahulu. Akibatnya jika usaha besar ini mengalami benturan-benturan bisnis maka akan
timbul kepanikan bagi pemiliknya sendiri dan perusahaan semacam ini gampang
jatuh/mengalami kegagalan. Memulai wirausaha dalam bentuk usaha kecil akan memberikan
pengalaman demi pengalaman dalam mengelola usahanya. Berdasarkan
pengalaman setiap tahun dan data yang terkumpul dianalisa maka dengan mudah perusahaan
berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar.
1) Halaman Depan
Dalam halaman depan perlu dicantumkan nama dan alamat perusahaan, nama orang yang
bertanggung jawab serta alamat yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Hal ini sangat penting
karena menunjukkan bahwa bisnis atau perusahaan yang dijalankan tidak fiktif dan dapat
ditunjukkan pertanggungjawabannya.
2) Daftar Isi
Membuat daftar isi business plan secara rinci dengan disertai nomor halaman.
3) Rangkuman eksekutif
Rangkuman eksekutif ini sangat penting karena pembaca ingin melihat secara cepat
mengenai isi keseluruhan dari business plan yang telah dibuat. Rangkuman ini merupakan
inti dari semua perencanaan.
Penjelasan ini berisi strategi perusahaan serta tim manajemen yang mengelola perusahaan.
5) Pemasaran
Dalam rencana pemasaran dijelaskan pasar mana yang dituju, seberapa besar potensi pasar
dan berbagai strategi serta ramalan tentang target konsumen dimasa yang akan datang
6) Barang dan jasa yang dihasilkan
Dijelaskan mengenai kualitas, kuantitas dan kegunaan dan keistimewaan barang dan jasa
yang ditawarkan
Berisi penjelasan tentang berbagai teknik promosi yang akan digunakan, tenaga penjualan,
perwakilan-perwakilan penjualan, dsb
8) Permodalan
9) Appendix
• Studi Teknis
Studi teknis meliputi persoalan tempat usaha (apakah sewa, atau milik sendiri), peralatan
yang digunakan (apakah leasing, atau beli, atau sewa)
• Studi Manajemen
Studi manajemen menyangkut sumberdaya manusia yang terlibat dalam bisnis/usaha yang
dijalankan. Bagaimana dengan karyawan, siapa yang mengelola usaha tersebut, serta
bagaimana kemampuan masing-masing SDM dalam mengelola unit usaha yang dijalankan.
Dalam pemeilihan SDM juga perlu pertimbangan, apakah masing-masing jenis pekerjaan
disesuaikan dengan kompetensi ilmu setiap karyawan atau semua bidang ilmu dapat
melaksanakan jenis pekerjaan yang dibebankan. Tentu saja semakin tinggi tingkat
pendidikan karyawan juga mensyaratkan gaji/upah yang tinggi pula.
• Studi Pasar
Studi pasar meliputi studi mengenai konsumen. Apakah konsumen yang menjadi pasar
sasaran produk/jasa yang akan dijalankan masih terbuka luas dan cukup banyak, apakah
pasar sasaran produk/jasa yang akan dijalankan hanya melayani segmen tertentu saja, atau
bahkan melayani semua segmen.
• Studi Modal
Studi mengenai modal meliputi dari mana sumberdana usaha berasal. Apakah 100% modal
pemilik, apakah hutang (bank, pihak lain), ataukah kerjasama dengan pihak lain. Demikian
pula dengan besarnya modal yang digunakan untuk membuka usaha, apakah diperlukan
modal yang sangat besar, sedang, ataukah cukup dengan modal kecil. Setelah mengatahui
seberapa besar modal yang diperlukan, baru ditentukan apakah modal tersebut cukup
didanai dari modal pemilik saja ataukah perlu meminjam dari pihak lain.
• Studi Persaingan
Studi mengenai persaingan meliputi analisis competitor yang juga bermain di lahan yang
sama. Apabila diibaratkan dalam sebuah kue (pasar dan konsumen/pembeli) banyak orang
(penjual) yang menginginkan kue tersebut (bermain dipasar tersebut) maka, setiap orang
(penjual) hanya akan mendapatkan potongan kue (pasar dan
konsumen/pembeli) yang kecil. Namun jika hanya sedikit orang (penjual) yang
menginginkan kue (pasar dan konsumen/pembeli) tersebut, maka masing-masing orang
(penjual) akan mendapatkan potongan kue (pasar dan konsumen/pembeli) yang cukup
besar.
2. Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis yang baik, merupakan perencanaan secara komprehensif. Baik perencanaan
yang bersifat non-keuangan, maupun perencanaan keuangan. Rencana non-keuangan meliputi:
akta pendirian, bentuk bahan usaha, ijin usaha, SDM, supplier, strategi pasar, maupun rencana
pengembangan produk/jasa. Sedangkan rencana keuangan meliputi penyusunan neraca, dan
laporan rugi/laba dan laporan arus kas.
1) Neraca.
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya dari
suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan
laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan rugi laba meringkas
hasil kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang
sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Dan diharapkan
laporan rugi laba ini memberikan informasi yang berkaitan
dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan dan kemampuan organisasi
operasional perusahaan.
Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu
perusahaan selama satu periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna
mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan operasi, mempertahankan
dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi kewajiban keuangannya, dan membayar
dividen
3. Perencanaan Pemasaran
Perencanaan pemasaran merupakan proses untuk memilih dan menganalisis target pasar,
mengembangkan dan memelihara bauran pemasaran untuk dapat memuaskan kebutuhan
konsumen. Menurut Kotler (2004), proses pemasaran terdiri dari empat langkah, yaitu:
a) Segmentasi pasar, yaitu proses memilah pasar yang heterogen menjadi kelompok/ segmen
yang homogen yaitu memiliki karakteristik dan kebutuhan produk yang sama. Sebuah
segmen pasar terdiri dari konsumen yang memberikan reaksi sama terhadap seperangkat
usaha pemasaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh pemasar, maka segmentasi dapat dilakukan atas
b) Targeting, yaitu memilih satu/ lebih kelompok/ segmen pasar yang ada. Penetapan pasar
sasaran yang dipilih dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap daya tarik masing-masing
segmen.
Guna mendukung proses pengambilan keputusan pemasaran yang tepat maka pada
umumnya pemasar akan menggunakan riset pemasaran, yang didefinisikan sebagai
studi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen dan cara terbaik untuk dapat
memenuhinya. Proses riset pasar meliputi tahap berikut:
4. Menganalisis data
5. Menyusun laporan
S : Strengh/ Kekuatan
W : Weakness/ Kelemahan O :
Opportunity/ Peluang T : Threat/
Ancaman
Pebisnis harus menganalisa keadaan intern dan ekstern perusahaannya. Keadaan intern
meliputi gambaran terakhir serta analisis jumlah yang diperoleh. Melakukan analisa sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.
Keadaan ekstern yang perlu diperhatikan adalah keadaan makro yang berhubungan dengan
kepentingan perusahaan. Analisis makro ini meliputi keadaan politik, ekonomi,sosial,
budaya. Analisis intern dan ekstern tersebut dilengkapi lagi dengan analisis S.W.O.T
2. Tujuan Pemasaran (Marketing Objectives)
Merupakan alternatif strategi yang terpilih dalam decision making. Untuk menghasilkan
strategi inti ini dibutuhkan pemikiran mendalam didukung oleh data dan fakta sehingga
dapat dirumuskan secara tajam
Action plan lebih banyak, sebab disini dielaborasi lebih rinci. Jika
strategi inti yang ingin dilaksanakan berupa pengembangan produk, maka harus
Didalam marketing budget dengan jelas harus dinyatakan besar biaya yang diperlukan, jenis
kegiatan pemasaran untuk berbagai teknikpromosi, melakukan riset pemasaran, dsb
6. Pengawasan (Control)