Anda di halaman 1dari 53

MATERI KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan

Kelompok 1

Agisti Rosdiyanti

Anisa Kusuma Dewi Firdaus

Dikdik Aji Swargani

Indah Permatasari

Lutfhy Muharam

Nabila Wildasari

Ratu Sholiha

Ropa Robiatul Adawiah

Triyanuari Puspa Dewi

Windi

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
CIMAHI
2015
MATERI KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Penggganggu - B

Kelompok 1

Agisti Rosdiyanti

Anisa Kusuma Dewi Firdaus

Dikdik Aji Swargani

Indah Permatasari

Lutfhy Muharam

Nabila Wildasari

Ratu Sholiha

Ropa Robiatul Adawiah

Triyanuari Puspa Dewi

Windi

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
CIMAHI
2015
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

A. Disipin Ilmu Kewirausahaan


Pada dasarnya kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluan dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Dalam konteks bisnis seperti yang telah dikemukaan oleh Thomas W. Zimmerer
(1996) bahwa: “Enterpreneurship is the result of diciplined, systematic processof applying
creativity and innovation to needs and opportunities in the market place”
Dahulu orang berpendapat bahwa kewirausahaan dianggap sebagai bakat yang
dibawa sejak lahir, namun belakangan anggpan tersebut sudah berubah ke anggapan bahwa
kewirausahaan dapat dipelajari dan atau diajarkan melalui pendidikan. Oleh karena itu
untuk menjadi wirausahawan yang sukses harus memiliki pengetahuan mengenai segala
aspek usaha yang akan dimasukinya.
Ilmu kewirausahaan ini mulai berkembang pesat sejak awal abad ke 20, di USA ada
lebih dari 500 perguruan tinggi mengajarkan/memberikan pendidikan mengenai
kewirausahaan. Ilmu kewirausahaan ini diajarkan sebagai ilmu tersendiri dengan
argumentasi sebagai berikut:
1. Kewirausahaan berisi body of knowladge yang utuh dan nyata, yaitu dengan adanya
teori, konsep dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start uo” dan “venture
growth”, dengan demikian jelas tidak masuk kedalam kerangka pendidikan manajemen
umum yang memisahkan manajemen dari kepemilikan usaha.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan
pemerataan pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Perkembangan ilmu kewirausahaan sangat pesat, identik dengan perkebangan ilmu
bisnis. Pada awalnya ilmu kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun
dengan pesat mengalami revolusi ke berbagai bidang lain seperti industri, pendidikan,
kesehatan serta berbagi institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
swadaya, dalam menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak saja digunakan sebagai kiatkiat bisnis jangka pendek, tetapi
juga digunakan sebagai ala kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk
menciptakan peluang.
Berbagai perusahaan seperti microsoft, Sony, Toyota merupakan contoh-contoh
perusahaan yang sukses dalam prosuknya. Demikian pula halnya dalam bidan lain seperti
pemerintahan. Dewasa ini pemerintahan dituntut untuk memiliki jiwa kewirausahaan yang
memunculkan kreatifitas dan inivasi sehingga dapat memiliki motivasi, optimisme, dan
berlomba untuk menciptakan cara-cara maupun output baru yang lebih efisien, efektif,
inovatif, fleksibel dan adaptif. Hal ini sesuai dengan pendapat David Osborne (1992) dalam
bukunya yang menyatakan bahwa sejalan dengan perkembangan dunia dewasa ini,
pemerintahan ditutut untuk berjiwa kewirausahaan.
B. Objek Studi Kewirausahaan
Objek studi kewirausahaan mencakup nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dalam hal ini meliputi:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/berusaha. Dalam konteks ini perlu perenungan,
koreksi yang kemudian secara berulang dibaca dan diamati sampai dapat memahami apa
yang menjadi keiinginannya.
2. Kemampuan memotivasi diri, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melahirkan suatu
tekad kemauan yanng menyala-nyala.
3. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu kemampuan mengerjakan sesuatu yang baik tanpa
menunggu perintah pihak lainm yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan berinisiatif.
4. Kemampuan untuk berinovasi, yaitu kemampuan untuk melahrkan kreatifitas yang
setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motovasi. Kemampuan inovasi ini
merupakan desakan dalam diri seseorang untuk selalu mencari berbagai kemungkinan
baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang
dan/atau jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5. Kemampuan untuk membentuk modal (barang dan uang)
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam
segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang berlandaskan agama.
8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik
maupun yang menyakitkan.
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek studi
kewirausahaan adalah kemampuan merumuskan tujuan hidup, memotivasi diri, berinisiatif,
membentuk modal, mengatur waktu dan membiasakan diri untuk mau belajar dari pengalaman.

C. Hakikat Kewirausahaan
Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang
melekat pada seseorang yang mempuyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovasi
kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Jadi inti
kewirausahaan adalah kemauan untuk menciptakan sesuatu ynag baru dan berbeda. Dlaam
konteks manajemen wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan sumberdaya (man, Material, money, methode, mechine) untuk menghasilkan
suatu bisnis baru, poduk baru, prses produksi ataupun pengembangan organisasi usaha.
Sekaligus mempunyai kombinasi elemen –elemen internal yang mencakup kombinasi visi,
motivasi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan
peluang usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan aspek bisnis, wirausaha adalah
pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Menurut Schumpeterwirausaha
merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan
komersial ke dalam bentuk praktek. Jadi inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan
pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam perekomnomian. Kemungkinan-
kemungkinan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh
konsumen.
2. Melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara
baru untuk menangani suatu produk baru agar lebih mendatangkan keuntungan.
3. Membuka pasar baru, yaitu membuka pasar yang belum pernah ada atau belum pernah
dimasuki caban industri yang bersangkutan.
4. Pembukaan suatu sumber dasar baru atau setengah jadi ataupun sumber-sumber yang masih
harus dikembangkan.
5. Pelaksaan organisasi baru.
Jadi esensi kewirausahaan adalah menciptakan added value di pasar melalui proses
kombinasi antara sumberdaya dengan cara-cara baru yang berbeda agar dapat memperoleh
competitive advantage. Adapun cara-cara tersebut meliputi:
1. Developing new technology
2. Developing new knoeledge
3. Improving existing goos or service
4. Finding different ways of providing more goods and service with fewer resources.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 6 hakikat
penting dalam kewirausahaan, diantaranya sebagai berkut:
1. Kewirausahaan merupakan suatu niali yang diwijudkan dalam perilaku yang
didasarkan pada sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil
bisnis.
2. Kewirausahaan merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan
berbeda.
3. Merupakan suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalan memecahkan masalah
dan menemukan peuang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
4. Merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan pengembangan
usaha.
5. Merupakan proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda
yang bermanfaat memberi niali lebih.
6. Merupakan usaha menciptakan added value dengan jalanmengkombinasikan
sumberdaya melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

D. Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan


Menurut M Scarborough dan Thomas W Zimmerer (1993) terdapat 8 karakeristik dalam
kewirausahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Desire or responsibility, yaitu memiliki tanggung jawab terhadap usaha-usaha yang
dilakukannya.
2. Preference for moderate risk, yaitu lebi memilih risiko yang moderat.
3. Confidence in their ability to success, yaitu kepercayaan terhadap diri sendiri dalam
mencapai kesuksesan.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki keuntungan sesegara
mungkin.’high level of energy, yaitu memiliki semangat yang besar demi mencapai
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
5. Future orientation, yaitu memiliki orientasi, perspektif dan berwawasan jauh kedepan.
6. Skill at organizing, yaitu kemampuan dalam mengorganisasikan sumberdaya untuk
menciptakan nilai tambah.
7. Value of achievement over money, yaitu perasaan sikap dan pemikiran yang lebih
mengutamakan prestasi daripada uang.
Nilai-nilai hakiki kewirausahaan menurut Milton Rockeach dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai sesuatu yang dimilki seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan objek.
Terdapat empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing (Model sistem nilai wirausaha):

1. Wirausaha yang berorientasu kemajuan untuk memoeroleh materi, ciri-cirinya


pengambil risiko, terbuka terhadap teknoogi, dan mengutamakan materi.
2. Wirausahawan yang berorientasi kemajuan tapi bukan materi. Wirausaha yang
demikian ini hanya ingin mewujudkan ras atanggungjawab, pelayanan, skap psitif
dankreatifitas.
3. Wirausahawan yang berorientasi pada mater, dengan berpatokan pada kebiasaan yang
sudah ada.
4. Wirausaha yang berorientasu bukan pasda mater (non material), bekerja bedasarkan
kebiasaan. Wirausaha model demikian ini biasanya tergantung pada pengalaman.
Maka dari itu berlulah bagi wirausahawan untuk berpikir secara kreatif, dibawah ini terdapat
tujuh langkah dalam berpikir kreatif:

1. Hindari sikap untuk tidak belajar


2. Belajar banyak hak
3. Diskusikan ide kita dengan pihak lalin
4. Himpun artikel-artikel yang penting
5. Temi profesional dan atau asosiasi dagang dan pelajari cara mereka menyelasaikan masalah
6. Luangkan waktu untuk belajar dari pengalaman wirausaha orang lain
7. Kembangan keterampilan menyimak gagasan orang lain.
Cara meningkatka kemampuan untuk mentransformasi informasi kedalam ide-ide:

1. Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, coba ambil gambaran luasnya


2. Susun kembali unsur-unsur situasi tersebut
3. Sebelum melihat pendekatan khusus terhadap situasi tertentu, perlu diingat bahwa
denganbeberapa pendekatan keberhasilan sangaat mungkin untuk tercapai.
4. Lawan gdaan yang menyebabkan penilaian yang tergesa-gesa dalam menyelesaikan
persoalan atau mecari peluang.

E. Sikap dan Kepribadian Wirausaha


Di dalam perusahaan, wirausaha merupakan seorang inisiator sekaligus organisator
yang penting. Seseorang yang memilii jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola perilaku
sebagai berikut:
1. Inovatif, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.
2. Keberanian untuk menghadapi risiko
3. Kemampuan manajerial (POAC)
4. Kepemimpinan, dalam hal ini mampu memotivasi, melaksanakan dan mengarahkan
tujuan usaha.
Sedangkan menurut Kathleen Hawkins dan Peter A Turtula, perilaku kewirausahaan
tersebut mencakup:

1. Kepribadian yang berupa kreatifitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian


menghadapi risiko, memunyai dorongan dan kemauan yang kuat.
2. Hubungan, yang tercermin dari hubungan antar personal, komunikasi, kepemimpinan,
dan manajemen
3. Pemasaran yang mencakup keterampilan.
4. Keahlian dalam mengatur penentuan tujuan, perencanaan, penjadwalan dan pengaturan
pribadi serta pengaturan keuangan.
F. Motif Berprestasi Kewirausahaan
Seseorang memiliki minat berwirausaha karena ada motif tertentu, yaitu otif
berprestasi (Achievement Motive). Motivasi berprestasi merupakan suatu nilai sosial ynag
menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara
pribadi. Kebutuhan berprestasi terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu
lebih baik dan lebih efisien dari sebelumnya. wirausaha yang memiliki motiv berprestas
tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan masalah yang ada pada dirinya
2. Selalu perlu umpan balik yang untuk evaluasi sukses/gagal
3. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan
4. Mempunyai tanggungjawab yang tinggi
5. Menyukai tantangan
Victor Vroom dalam teori “Expectacy Theory” menyatakan bahwa kecenderungan yang
kuat untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung kepada kekuatan harapan yang akan
dihasilka dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Dalam hal ini
terdapat tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu:

1. Attractiveness, yaitu imbalan yang diperoleh dari pekerjaan


2. Performance-reward linkage, yaitu hubungan imbalan yang diperoleh dengan kinerja
3. Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan.
Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha diantaranya karena alasan
keuangan, status sosial di masyarakat, rasa ingin memberikan pelayanan kepada masyarakat, setra
kebutuhan pemenuhan keinginan diri.
Ringkasan Pembahasan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan
Menengah

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia.

Izin Usaha adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai bukti legalitas yang menyatakan sah bahwa
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah telah memenuhi persyaratan dan diperbolehkan
untuk menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu.

Pengembangan usaha dilakukan terhadap Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
meliputi:

1. Fasilitas pengembangan usaha


Fasilitas pengembangan usaha dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah,
dilaksanakan berdasarkan intensitas dan jangka waktu berdasarkan klasifikasi dan tingkat
pengembangan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah Pedoman klasifikasi dan tingkat
perkembangan UMKM paling sedikit meliputi:

a. kriteria klasifikasi berdasarkan masalah dan/atau potensi;


b. penentuan klasifikasi;
c. pendekatan pengembangan;
d. bentuk fasilitasi; dan
e. Jangka Waktu fasilitasi.
2. Pelaksanaan pengembangan usaha
Pelaksanaan pengembangan usaha dilakukan dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, serta desain dan teknologi, dilakukan oleh Dunia Usaha dan
masyarakat, diantaranya:

a. Usaha Besar melakukan pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
dengan prioritas:
1) keterkaitan usaha;
2) potensi produksi barang dan jasa pada pasar
3) domestik;
4) produksi dan penyediaan kebutuhan pokok;
5) produk yang memiliki potensi ekspor;
6) produk dengan nilai tambah dan berdaya saing;
7) potensi mendayagunakan pengembangan teknologi; dan/atau
8) potensi dalam penumbuhan wirausaha baru.
b. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang bersangkutan melakukan
pengembangan usaha dengan:
1) mengembangkan jaringan usaha dan Kemitraan;
2) melakukan usaha secara efisien;
3) mengembangkan inovasi dan peluang pasar;
4) memperluas akses pemasaran;
5) memanfaatkan teknologi;
6) meningkatkan kualitas produk; dan
7) mencari sumber pendanaan usaha yang lebih luas.
Pengembangan usaha oleh masyarakat paling sedikit dilakukan dengan:

a. memprioritaskan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
Usaha Menengah;
b. menciptakan wirausaha baru;
c. bimbingan teknis dan manajerial; dan/atau
d. melakukan konsultasi dan pendampingan.
Pelaksanaan pengembangan usaha oleh Dunia Usaha dan masyarakat dapat dilakukan dengan
memperhatikan intensitas dan Jangka Waktu yang ditetapkan oleh Menteri, Menteri Teknis/Kepala
Lembaga Pemerintah Nonkementerian, atau Pemerintah Daerah.

Kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan
yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.

Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dengan Usaha Besar
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip Kemitraan dan menjunjung etika bisnis yang sehat.

Prinsip Kemitraan meliputi prinsip:

a. saling membutuhkan;

b. saling mempercayai;

c. saling memperkuat; dan

d. saling menguntungkan.

Dalam melaksanakan Kemitraan, para pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara dan
terhadap mereka berlaku hukum Indonesia.

Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dengan Usaha Besar
dilaksanakan dengan disertai bantuan dan perkuatan oleh Usaha Besar. Kemitraan mencakup proses
alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia,
dan teknologi sesuai dengan pola

Kemitraan. Pola Kemitraan meliputi:

a. Inti-Plasma

Dalam pola Kemitraan inti-plasma:

1. Usaha Besar berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
berkedudukan sebagai plasma; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan
sebagai plasma.
b. Subkontrak

Dalam pola Kemitraan subkontrak:

1. Usaha Besar berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah berkedudukan sebagai subkontraktor; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai subkontraktor.
c. Waralaba

Dalam pola Kemitraan waralaba:

1. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima waralaba; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai penerima waralaba.
d. Perdagangan Umum

Dalam pola Kemitraan perdagangan umum:

1. Usaha Besar berkedudukan sebagai penerima barang, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah berkedudukan sebagai pemasok barang; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima barang, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai pemasok barang.
Kemitraan usaha dengan pola perdagangan umum, dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama
pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau menerima pasokan dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara terbuka.

Pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk kerja sama Kemitraan perdagangan umum dilakukan
dengan tidak merugikan salah satu pihak.

e. Distribusi dan Keagenan;

Dalam pola Kemitraan distribusi dan keagenan:

1. Usaha Besar memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah; atau
2. Usaha Menengah memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha
Mikro dan Usaha Kecil.
f. Bagi Hasil;

Dalam pola Kemitraan bagi hasil:

1. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai pelaksana yang
menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau
2. Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan usaha
yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Menengah.
Masing-masing pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta disepakati kedua belah pihak yang bermitra.

Besarnya pembagian keuntungan yang diterima atau kerugian yang ditanggung masing-masing
pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil berdasarkan pada perjanjian yang disepakati.

g. Kerja Sama Operasional;

Dalam pola Kemitraan kerja sama operasional:


1. antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dengan Usaha Besar menjalankan
usaha yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai; atau
2. antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan Usaha Menengah menjalankan usaha yang
sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai.
h. Usaha Patungan (joint venture)

Usaha Mikro dan Usaha Kecil lokal dalam melaksanakan kegiatan usahanya dapat melakukan
Kemitraan usahadengan Usaha Menengah asing melalui pola usaha

patungan (joint venture) dengan cara menjalankan aktifitas ekonomi bersama dengan mendirikan
perusahaan baru. Dalam menjalankan aktifitas ekonomi bersama para pihak berbagi secara
proporsional dalam pemilikan saham, keuntungan, risiko, dan manajemen perusahaan.

i. Penyumberluaran (outsourcing)

Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dapat bermitra dengan Usaha Besar dengan
Kemitraan pola penyumberluaran, untuk mengerjakan pekerjaan atau

bagian pekerjaan di luar pekerjaan utama Usaha Besar, dengan Kemitraan pola penyumberluaran,
untuk mengerjakan pekerjaan atau bagian pekerjaan di luar pekerjaan utama Usaha Menengah.
Kemitraan pola penyumberluaran dijalankan pada bidang dan jenis usaha yang bukan merupakan
pekerjaan pokok dan/atau bukan komponen pokok.

Dalam pola Kemitraan penyumberluaran:

1. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemilik pekerjaan, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah berkedudukan sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan; atau
2. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemilik pekerjaan, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.
j. bentuk kemitraan lainnya.

Koordinasi Dan Pengendalian Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

A. Lingkup Koordinasi
Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
dilaksanakan secara sistematis, sinkron, terpadu, berkelanjutan, dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk mewujudkan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
yang tangguh dan mandiri.

Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
meliputi penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap:

a. peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan


Pemerintah Daerah dalam rangka menumbuhkan Iklim Usaha yang dapat memberikan
kepastian dan keadilan berusaha dalamaspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi
usaha, Kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan
kelembagaan;
b. program pengembangan usaha yang diselenggarakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber
daya manusia, desain dan teknologi;
c. program pengembangan di bidang Pembiayaan dan penjaminan; dan
d. penyelenggaraan Kemitraan usaha.

Dengan kondisi ekonomi indonesia sekarang ini dimana harga bahan-bahan pokok
meningkat akibat melonjaknya nilai dollar, prospek UKM di masa mendatang tidak dapat
diketahui kejelasannya. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan menimbulkan rasa percaya
diri pada masyarakat yang bersifat sebagai konsumen maupun pemilik usaha. Sifat masyarakat
indonesia yang bersifat konsumtif dapat mejadi peluang untuk para pemilik UKM
meningkatkan pendapatannya. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah pemikiran
masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam negeri. Selain itu, para pemilik usaha juga
tidak perlu merasa risau akan mengalami kabangkrutan aibat berkurangnya pendapatan yang
terjadi seiring dengan meningkatnya harga dollar. Pemilik UKM dapat menggunakan fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah berupa peminjaman dana yang dialirkan melalui koperasi.
Dengan adanya kepercayaan diri dari setiap masyarakat dapat membuat kenaikan harga dollar
tidak akan mempengaruhi harga bahan pangan di indonesia.
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN

Menurut Zimmerer , ide-ide yang berasal dari wirausahawan dapat menciptakan peluang
untuk memenuhi kebutuhan riil dipasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial dipasar
sekaligus menjadi peluang usaha.
Peluang Usaha/Bisnis dapat dijelaskan sebagai ide investasi atau usulan usaha yang menarik
yang memberi kemungkinan untuk memberikan hasil atau keuntungan bagi seseorang yang
memiliki resiko. Peluang seperti itu digambarkan oleh persyaratan dan mengarah ke penyedian
suatu usaha produk atau usaha jasa yang dibuat atau ditambahkan nilainya untuk keperluan
pembeli atau pengguna akhir.

A. Sumber-Sumber Ide Bisnis


Terdapat jutaan pengusaha di dunia dan mereka membuktikan bahwa terdapat banyak
sumber ide bisnis yang berpotensi. Beberapa sumber yang berguna diantaranya:
1. Hobi/Minat
Hobi adalah aktivitas favorit di waktu luang atau pekejaan. Banyak orang, dalam
melakukan hobi atau minat, berhasil mendirikan bisnis.
2. Keterampilan dan Pengalaman Pribadi
Lebih dari separuh ide bisnis yang sukses berasal dari pengalaman bekerja di kantor/
tempat kerja.
3. Waralaba
Waralaba adalah pengaturan dimana produsen atau distributor tunggal dari suatu
merk dagang, produk atau jasa memberi hak eksklusif untuk distribusi lokal kepada
pengencer mandiri/bebas sebagai ganti dari pamembayaran royalty dan pemenuhan
prosedur operasi standar.
4. Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi, ide bahkan peluang yang besar.
5. Pameran
Jalan lain untuk menemukan ide dari suatu bisnis adalah dengan menghadiri
pameran dan pameran perdagangan. Pameran ini biasanya diiklankan di radio atau
disurat kabar. Dengan menghadiri pameran secara teratur, Anda tidak hanya
menemukan produk dan jasa baru, tetapi Anda juga bisa bertemu dengan para penjual,
pabrik, pedagang grosir, distributor, dan pelaku bisnis waralaba.
6. Survei
Inti dari suatu ide bisnis baru seharusnya adalah pelanggan. Kebutuhan dan
keinginan dari pelanggan, alasan pemilihan produk atau jasa oleh pelanggan, dapat
kita pastikan melalui suatu survey. Survei dapat kita lakukan secara formal atau tidak
formal melalui percakapan dengan orang-orang dengan menggunakan kuisioner,
wawancara atau melalui observasi.
7. Keluhan
Keluhan dan kekecewaan dari pelanggan telah banyak menghasilkan produk dan
jasa baru. Bilamana pemakai atau pelanggan mengeluh tentang produk atau jasa, Anda
mempunyai potensi untuk menghasilkan ide bisnis. Ide bisa berupa mendirikan
perusahaan tandingan yang menghasilkan produk atau jasa yang lebih baik, atau
membuat produk atau jasa yang bisa dijual ke perusahaan tersebut atau perusahaan
lain.
8. Brainstorming
Brainstorming adalah suatu teknik pemecahan masalah yang kreatif selain untuk
menghasilkan ide. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide. Hal
ini biasanya mulai dengan suatu pertanyaan atau pernyataan masalah. Ketika anda
mengunakan metode ini, harus mengikuti empat aturan berikut :
a. Jangan mengkritik atau menghakimi ide orang lain
b. Berikan ide dilontarkan secara bebas dan ide yang tampaknya liar dan tidak
masuk akal agar diterima baik.
c. Kuantitas diharapkan semakin banyak ide, semakin baik
d. Gabungkan dan kembangkan ide-ide dari oprang lain.
Selanjutnya semua ide walaupun tidak logis atau tidak masuk akal harus dicatat.
Sumber gagasan bisa didapat pula dari:
a. Kebutuhan akan sumber penemuan
b. Membuat inovasi baru
c. Sesuai keahlian
d. Hobi atau kesenangan pribadi
e. Menyesuaikan dengan kebutuhan sekitar
f. Memanfaatkan koneksi dan relasi
g. Mengamati kekurangan-kekurangan produk dan jasa yang ada
h. Kegunaan lain dari barang-barang biasa
i. Pemanfaat produk dari perusahaan lain
j. Usaha Warisan
k. Ikut-ikutan
l. Coba-coba
B. Timbulnya Ide & Peluang, karena:
1. Nilai suatu barang dapat diciptakan melalui inovasi
2. Nilai dapat diciptakan dengan cara merubah tantangan menjadi peluang
3. Peluang dapat diciptakan melalui ide-ide kreatif dan inovatif.
C. Ide dapat dikembangkan, antara lain:
1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan sistemik bagi kepuasan
pelanggan
2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru
3. Ide diperoleh dari memodifikasi
4. Adapun langkah dalam penjaringan ide dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menciptakan produk baru dan berbeda.
Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang
dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa
yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi
pembeli atau penggunannya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai, baik
pelanggan atau konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus
mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling
sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan:
• Permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan .
• Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang dan jasa.
b. Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki oleh pesaing-
pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru,
pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru, dukungan keungan,
dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing
untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati
kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.
Menurut Zimmerer, ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan sebagai
peluang, diantaranya:
• Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu penggunaan teknik harus
diperhitungkan sebelumnya.
• Saat dimana pesaing tidak begitu agresif untuk pengambangkan strategi
produknya.
• Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
• Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi
pasarnya.
• Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk
menghasilkan produk barunya.
c. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam.
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas
produk yang dihasilkan memadahi atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
membuat produk tersebut? Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisien dari pada
biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
d. Menaksir biaya awal
Yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya
dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, perluasan, dan
biaya lainnya?
e. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
Misalnya risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko pesaing adalah
kemampuan dan kesedian pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar.
Risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan produk yang cocok
dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara
aktual dapat ditrasformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas
dan karakteristiknya. Sedangkan risiko finansial adalah risiko yang timbul sebagai
akibat ketidakcukupan finansial, baik dalam tahap pengembangan produk baru
maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan untuk mendukung
biaya produk baru.
D. Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunity,
and threat=SWOT) sangat penting dalam menciptakan keberhasilan-perusahaan baru serta
mendukung pengambilan keputusan tertentu dalam suatu usaha bisnis.
1. Kekuatan (strengths)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap
pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan (Amin W.T, 1994:75).
2. Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan
dankemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan (Amin
W.T, 1994:75).
3. Peluang (opportunities)
Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan (Amin W.T, 1994:74)
4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan (Amin W.T, 1994:74).
TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN

Transformasi kewirausahaan adalah suatu sistem perubahan pola dan cara menjalankan suatu usaha
dari sistem sebelumnya yang pernah ada, yang bertujuan memudahkan untuk menjalankan suatu
wirausaha.

A. Jenis tahapan transformasi


Untuk menjadi wirausaha yang sukses di perlukan langkah-langkah transformasi pola pikir dan
paradigma. Ada 4 (empat) langkah atau tahapan dalam proses transformasi dalam
enterpreneurship, yaitu:
1. Transformasi pola pikir (mindset) dan paradigma, yaitu sebuah transformasi pemikiran,
sikap, motif, semangat dan karakter untuk menjadi enterpreneurship yang cerdas.
2. Transformasi cara pikir, adalah transformasi pola pikir dari yang biasa menggunakan logika
ke pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide dan peluang bisnis.
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap enterpreneur (owner0 menjadi pengelola bisnis
(intrapreneur atau enterpreneurial organization) yang profesional.
4. Transformasi internasional, yaitu transformasi enterpreneurial dari pola pikir owner
menjadi pola pikir investor.
B. Cara membentuk mindset pebisnis
1. Sadar hidup, melalui usaha dan berdoa.
2. Sadar diri, rendah hati dan memiliki keyakinan yang tekun
3. Bungkam mitos, hilangkan semua keraguan tentang sisi negatif dari memulai suatu usaha.
4. Raih pandangan baru, membuat inovasi dan kreasi yang belum ada.
C. Faktor yang mendukung seseorang menjadi wirausaha
1. Individual
2. Suasana kerja
3. Tingkat pendidikan
4. Kepribadian
5. Prestasi pendidikan
6. Dorongan internal seperti dorongan dari keluarga
7. Dorongan eksternal, seperti dorongan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulan.
D. Hal yang menjadi modal dalam wirausaha
1. Pengalaman
2. Pengetahuan
3. Keahlian
4. Keberanian
5. Aset
6. Jaringan antar orang
Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang wirausahawan jadilah seorang smart and goog
enterpreneur, yaitu bukan hanya bermodalkan keberanian saja. Pengusaha yang handal itu
merupakan strategicthinker, motivator ulung, ambisius, risk manager dan totalitas dalam bekerja.

Enterpreneur (wirausaha) memiliki beberapa level, yaitu:

 Level zero (unemployee), pada level ini enterpreneur memiliki resiko dan manfaat yang paling
minimal.
 Level 1 (employee), pada level ini enterpreneur memiliki visi jauh kedepan.
 Level 2 (self employee), pada level ini cirir-ciri enterpreneur sejati sudah mulai muncul, yaitu
mempunyai visi yang tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri dan juga high arciever.
 Level 3- businessman (business owner), pada level ini ia mempunyai jiwa challenging yang
tinggi, sehingga ia benar-benar ingin jadi bos dari sebuah tim atau sistem.
 Level 4 (investor) pada level ini enterpreneur bekerja sebagai investor atau membisniskan
sebuah bisnis.
Untuk menjadi seorang enterpreneur yang cerdas kita bisa melakukan beberapa tahapan berikut,
yaitu:

 Proses mengenal, memahami dan mengerti kewirausahaan.


 Setelah mengenal apa itu wirausaha akan muncul rasa ketertarikan seorang akan wirausaha
bahkan akan muncul juga rasa ketakutan seseorang dalam menghadapi resiko sebagai
wirausahawan.
 Jika ia mampu mengatasi resiko yang akan terjadi serta merasa mampu, maka seseorang
tersebut akan termotivasi menjadi seorang wirausahawan.
 Mempersiapkan diri dan merencanakan bisnis.cara mempersiapkan diri bisa kita lakukan
dengan mengenali kita terlebih dahulu, cara ini akan mempermudah dalam merencanakan bisnis
yang akan kita jalankan sesuai dengan kemampuan serta peluang bisnis tersebut.
 Memulai, menjalankan, mengelola dan mengembangkan bisnis.
ETIKA BISNIS
Pengertian Etika Bisnis

Menurut Dr. H. Budi Untung etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secara ekonomi atau sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud
dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti
mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Di samping itu
etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki relevansi
yang kuat dengan profesionalisme bisnis.

1. Prinsip Prinsip Etika Bisnis

Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika bisnis memiliki prinsip-prinsip
umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yang
dimaksud. Adapun prinsip prinsip etika bisnis tersebut sebagai berikut :

1. Prinsip Otonomi dalam Etika Bisnis

Prinsip otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa perusahaan secara bebas memiliki kewenangan
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misi yang
dipunyainya. Contoh prinsip otonomi dalam etika binis : perusahaan tidak tergantung pada pihak
lain untuk mengambil keputusan tetapi perusahaan memiliki kekuasaan tertentu sesuai dengan misi
dan visi yang diambilnya dan tidak bertentangan dengan pihak lain.

Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan rekayasa bertindak secara
penuh berdasar pengetahuan dan keahlian perusahaan dalam usaha untuk mencapai prestasi-
prestasi terbaik sesuai dengan misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan.
Disamping itu, maksud dan tujuan kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak
eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan eksekutif perusahaan
dalam mengemban misi, visi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran , kesejahteraan para
pekerjanya ataupun komunitas yang dihadapinya. Otonomi disini harus mampu mengacu pada
nilai-nilai profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan sumber daya ekonomi.
Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan wawasan yang baik sesuai dengan nilai universal
maka perusahaan harus secara bebas dalam arti keleluasaan dan keluwesan yang melekat pada
komitmen tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan etika bisnis.

Dua perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis, namun
masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda dalam
menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan
berbeda-beda dalam menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi karakter
internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan, misi dan strategi meskipun
dihadapkan pada kondisi dan karakter eksternal yang sama. Namun masing-masing perusahaan
memiliki otoritas dan otonomi penuh untuk menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu konklusinya
dapat diringkaskan bahwa otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan etika bisnis
ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam pengambilan keputusan bisnis, (2)
dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak yang terkait dan pihak-pihak masyarakat
dalam arti luas.

2. Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis

Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika dikelola dengan prinsip
kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran
ini terutama dalam pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap
diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan maka pasti akan
terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran terhadap semua pihak terkait.
3. Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis

Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika bisnis adalah
keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung
terhadap keberhasilan bisnis. Para pihak ini terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh karena itu,
semua pihak ini harus mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan oleh masing-
masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak dari bisnis. Tolak ukur yang
dipakai menentukan atau memberikan kelayakan ini sesuai dengan ukuran-ukuran umum yang telah
diterima oleh masyarakat bisnis dan umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam
alokasi sumber daya ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen, menyepakati harga yang pantas
bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan keuntungan yang wajar bagi pemilik
perusahaan dan lain-lain.

4. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri dalam Etika Bisnis

Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang dampaknya
berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke masyarakat
merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis memberikan kontribusi yang
menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama. Sebaliknya jika bisnis
memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu tidak menyenangi terhadap
bisnis yang bersangkutan. Namun jika para pengelola perusahaan ingin memberikan respek
kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut para pihak yang berkepentingan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di dalam perusahaan,
senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada semua pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti para pihak ini akan memberikan respek yang sama
terhadap perusahaan. Sebagai contoh prinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis :
manajemen perusahaan dengan team wornya memiliki falsafah kerja dan berorientasikan para
pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga, jika para manajemennya
berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada karyawan yang berprestasi karena sepadan
dengan prestasinya maka dapat dipastikan karyawan akan makin loya terhadap perusahaan.

Sekian pembahasan mengenai pengertian etika bisnis dan prinsip prinsip etika bisnis, semoga
tulisan saya mengenai pengertian etika bisnis dan prinsip prinsip etika bisnis dapat bermanfaat.

Sumber :

Untung, Budi. 2012. Hukum dan Etika Bisnis. CV Andi Offset : Yogyakarta. Tersedia:
http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-dan-prinsip-etika-bisnis.html oleh Ali [ 21
Oktober 2015 ]
MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

Menurut Brown dan Protello, bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga
bisnis inipun akan meningkat pula perkembangannya dalam melayani masyarakat.
Sedangkan tujuan dari bisnis itu sendiri adalah
Untuk memasuki dunia usaha, seseorang harus memiliki jiwa sebagai seorang wirausaha.
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi
resiko. Sebagai pengelola sekaligus pemilik usaha, kita harus memiliki kecakapan untuk bekerja,
mengorgansir, kreatif dan lebih menyukai tantangan.

A. Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha


Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha:
 Merintis usaha baru (starting)
1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan
dikelola sendiri oleh seseorang.
2. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
3. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal saham-saham.
 Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)
 Kerjasama manajemen (franchising)

1. Merintis Usaha Baru


Pengertian lain dari bisnis menurut Hugnes dan Kapoor, adalah suatu
kegiatan usaha individu yang diorganisasi untuk menghasilkan atau menjual barang
dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
sedangkan wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan
memiliki keberanian menghadapi resiko.
Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau
pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
 Kecakapan untuk bekerja
 Kemampuan mengorganisir
 Kreatif
 Lebih menyukai tantangan
Menurut hasil survei Peggy Lambing:
 Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman
yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat
profesional lainnya.
 Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu
mengerjakannya dengan lebih baik.
 Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk
memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk
mencari peluang dengan mendirikan usaha baru:
 Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan
berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
 Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu
pendekatan yang menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar
sebagai kunci keberhasilan.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon
wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough,
kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
 Kemampuan teknik
 Kemampuan pemasaran
 Kemampuan finansial
 Kemampuan hubungan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, adalah;
a. Bidang dan Jenis Usaha Yang Akan Dimasuki,
Dengan adanya pengenalan jenis usaha, diharapkan dapat memperoleh
gambaran secra sederhana sehingga menjamin proses pencapaian tuuan dan sasaran
usaha yang telah direncanakan. Secara umum, bidang dan jenis usahanya yaitu:
 Bidang agraris, yaitu kegiatan usaha yang meliputi: pertanian, perikanan,
perkebunan.
 Bidang ekstraktif, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang
pengumpulan hasil alam, seperti pertambangan, penggalian bahan baku
dalam bumi dan pengambilan hasil alam.
 Bidang industri, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang
pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi, seperti
industri makanan, industri kayu dan industri tekstil.
 Bidang perdagangan, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam jual beli
barang, seperti grosir pedagang eceran, makelar dan komisioner.
 Bidang jasa, yaitu kegiatan yang bergerak dalam bidang penawaran jasa,
seperti biro perjalanan, konsultan, perhotelan, dan akuntan publik.
b. Bentuk Usaha dan Kepemilikan yang Akan Dipilih
1) Perusahaan Perseorangan (PO)
Bentuk usaha ini paling sederhana dan mudah
mengorganisasikannya karena pemiliknya hanya satu orang dan langsung
dikelola sendiri. Jadi segala resiko, tanggungjawab dan keuntungan ada pada
pundak pemilik usaha.
2) Persekutuan Komanditer (CV)
Usaha persekutuan didirikan minimal dua orang secara bersama
membangun sebuah usaha dengan menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan, dengan mengumpulkan sejumlah kekayaan. Kekayaan yang
dikumpulkan itu dapt berupa dana, tenaga, keahlian dan sarana lain yang
dapat menunjang jalannya usaha. Keangotaan persekutuan terdiri dari dua
kelompok, yaitu anggota pasif persekutuan dan anggota aktif persekutuan.
Anggota pasif persekutuan, kedudukannya dalam usaha ini adalah sebagai
peserta yang hanya menyetorkan modal saja. Sedangkan anggota aktif
persekutuan adalah sebagai peserta dan sekaligus ikut mengelola usaha.
Jadi, tanggungjawab anggota pasif persekutuan hanya sebatas modal yang
disetor dan tanggungjawab anggota aktif persekutuan adalah penuh terhadap
jalannya usaha.
3) Perseroan
Perseroan yaitu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para
pemegang saham, yang mempunyai tanggungjawab terbatas terhadap
hutang-hutang perusahaan sebesar modal disetor. Saham yang dikeluarkan
oleh suatu perseroan terbatas pada pokoknya dapat digolongkan ke dalam
dua jenis saham, yaitu:
a) Saham biasa (common stock), merupakan bentuk pemilihan tanpa hak
istimewa. Artinya para pemilik akan memperoleh pembagian keuntungan
(dalam bentuk dividen) hanya apabila perusahaan memperoleh laba.
b) Saham istimewa (preferred stock), merupakan bentuk pemilikan dan hak
istimewa. Hak istimewa yang ada pada pemegang saham istimewa adalah
pembagian dividen yang didahulukan, pembagian dividen kumulatif,
pembagian kekayaan yang didahulukan.
4) Firma, yaitu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah
nama bersama yang didirikan dengan sebuah akta pendirian usaha yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang yaitu notaries. Tanggungjawab pemilik
terhadap perusahaan ini adalah sama, yaitu apabila memperoleh laba, maka
keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung pula secara
bersama-sama.
c. Tempat Usaha yang Akan Dipilih
Para pengelola usaha sangat berkepentingan dalam mencari tempat usaha
yang strategis. Perusahaan yang akan didirikan sudah barang tentu di tempat yang
sangat potensial (strategis). Tempat usaha harus berdekatan dengan tempat
konsumen, agar dapat menjamin penyerahan barang yang mudah dan cepat.
Tempat usaha yang strategis adalah tempat atau letak perusahaan melakukan
aktivitas berikut pemasarannya, serta penjualan barang dagangan yang dapat
memberikan keuntungan besar. Selain itu, tempat usaha yang strategis juga memiliki
berbagai fasilitas, seperti; tempat parkir yang luas, transportasi yang mudah
dijangkau dan lancar.
d. Organisasi Usaha yang Akan Dipilih
Menurut George R. Terry, organisasi adalah mengalokasikan seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan
wewenang serta tanggungjawab masing-masing individu yang bertanggungjawab
untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang tepat dan
sesuai.
Struktur organisasi usaha bergantung pada lingkup, cakupan, dan skala
usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks pula
organisasinya. Bentuk usaha kecil, umumnya dikelola langsung oleh pemilik dan
bahkan angota keluarga atau kerabat langsung sebagai tenaga pembantu dalam
mengelola usaha. Pada usaha seperti ini, terdapat ketidakjelasan status pembagian
tugas, wewenagn dan tanggungjawab. Mereka mengerjakan segalanya sampai
dalam urusan rumah tangga, sehinga batasan kekayaan usaha dengan kekayaan
pribadi tidak jelas sama sekali.
Gambaran seperti ini, jelas menunjukkan kesemrautan dalam mengelola
usaha dan inilah terkadang yang menjadi titik persoalan sehingga usaha kecil dan
menengah selalu mengalami kegagalan. Apabila keadaan ini dibiarkan, maka akan
berakibat fatal, yaitu hancurnya usaha yang sudah dibangun dengan susah payah.
Dalam perusahaan yang lebih besar, seperti Perseroan Terbatas (PT),
Komanditer (CV) dan Firma (Fa), organisasi perusahaan ini lebih kompleks.
Organisasi perusahaan ini memiliki tingkatan, yaitu rapat umum, pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer.
Pemegang saham adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat
dewan komisaris dan dewan. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi kegiatan
direksi dalam menjalankan perusahaan. Untuk menjamin kelancaran perusahaan
dalam melaksanakan tugasnya, direksi mengangkat beberapa orang manajer.
e. Jaminan Usaha yang Mungkin Diperoleh
Dalam hal ini, yang harus memperoleh jaminan adalah; penemuan-
penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta keorisinilan produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, seperti:
1) Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas penemuan
produk yang diberi kewenangan untuk membuat, meggunakan, dan menjual
penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul baru (bukan
produk perbaikan). Suatu alat tidak dapt diberikan hak paten apabila alat tersebut
telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten.
Langkah-langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:
1. tetapkan bahwa yang ditemukan betul-betul baru,
2. dokumentasikan produk yang ditemukan tersebut,
3. telusuri paten-paten yang telah ada,
4. pelajari hasil telusuran, dan
5. mengajukan lamaran paten.
2) Merek Dagang,
Merek dagang (trade merk), merupakan istilah khusus dalam perdaangan
atau perusahaan. Merek daang pada umumnya berbentuk symbol, nama, logo,
slogan atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan
keorisinilan prosuk atau membedakannya dengan produk lain di pasar.
Merek dagang pada umumnya, dijadikan symbol perusahan di pasaran. Untuk
menetapkan merek, harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal dan diingat, seta
unik bagi pelanggan sehingga menjadi merek terkenal.
3) Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa guna melindungi pencipta dari
keorisinilan ciptaannya, misal karangan, musik lagu dan hak untuk memproduksi,
memperbaiki, mendistribusikan, atau menjual.

f. Lingkungan Usaha yang Akan Terpengaruh


Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha dapat
menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Mengapa demikian?
Karena lingkungan usaha yang akan terpengaruh terhadap perusahaan haruslah
memperoleh atau perusahaan harus memiliki dan memberikan berbagai fasilitas
yang memadai untuk kelancaran usahanya.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah
lingkungan mikro dan makro.
a) Lingkungan Mikro,
Lingkungan mikro, adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaa, seperti;
1. Pemasok
Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku kepada
perusahaan. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermutu
tinggi, maka diperlukan bahan baku dengan kualitas yang baik dari
pemasok.
2. Pembeli atau pelanggan,
Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan.
Apabila konsumen tidak puas atas barang/jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan, maka konsumen akan berpaling ke perusahaan lain yang
dapat memenuhi keinginnannya terhadap barang/jasa yang akan
dikonsumsinya.
3. Karyawan
Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan.
Dengan adanya berbagai fasilitas yang ditawarkan perusahaan
kepada karyawan, maka akan meningkatkan semangat bekerja
mereka untuk lebih termotivasi, produktif, kreatif dan
menguntungkan perusahaan.
4. Distributor,
Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam
perusahaan karena dapat memperlancar penjualan.
b) Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan. Lingkungan
makro meliputi:
1. Lingkungan ekonomi,
Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh
lingkungan ekonomi. Sebagai contoh adalah inflasi, tingkat bunga,
dan fluktuasi mata uang asing, baik langsung maupun tidak akan
berpengaruh terhadap perusahaan
2. Lingkungan teknologi
Perubahan teknologi yang secara drastis dalam abad terakhir ini telah
memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi baru telah
mencitakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya.
Kemajuan teknologi dalam menciptakan baran dan jasa telah mampu
memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat.
3. Lingkungan sosiopolitik
perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan
pemerintahan, dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan
ekonomi
4. Lingkungan demografi dan gaya hidup
produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh
perubahan demografi dan gaya hidup. Misalnya saja saat sekarang
ini sedang trend celana panjang jeans dengan model ujung kaki yang
mengecil. Maka, produk celana jeans yang seperti itulah yang
diprosuksi oleh perusahaan. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya
hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi
peluang.

2. MEMBELI PERUSAHAAN ORANG LAIN (BUYING)


Membeli perusahaan orang lain berarti membeli usaha yang sudah ada. Bagi
pemula dalam memasuki dunia bisnis dengan cara membeli sebuah usaha yang
sudah ada, amat sulit untuk memutuskan dibeli atau tidak membeli usaha tersebut.
bagi wirausaha yang telah berpengalaman, membeli sebuah usaha, dirinya telah
memiliki beberapa pengetahuan dalam menetapkan sebuah keputusan untuk
membeli usaha atau tidak.
Justin G. Longenecker, menuliskan ada beberapa alasan membeli sebuah usaha yang
sudah ada, yaitu:
1. untuk mengurangi beberapa ketidaktentuan dan ketidaktahuan yang dihadapi
dalam memulai sebuah bisnis baru,
2. untuk mendapatkan sebuah usaha yang sedang beroperasi dan mengembangkan
hubungan dengan pelanggan dan pemasok,
3. untuk mendapatkan bisnis dibawah biaya dalam memulai sebuah bisnis baru.

B. Masalah yang akan dihadapi


Beberapa pengusaha memilih untuk membeli bisnis yang sudah berdiri daripada
mengambil resiko memulai bisnis baru. Membeli bisnis yang sudah ada memiliki banyak
keungtungan; adanya karyawan untuk melayani pelanggan yang juga sudah ada dan
berurusan dengan pemasok yang menjadi langganan perusahaan, barang atau jasa tersebut
sudah dikenal di pasar, dan izin serta lisensi yang dibutuhkan telah diperoleh. Memperoleh
pendanaan untuk bisnis yang sudah ada juga lebih mudah dibandingkan dengan bisnis baru.
Beberapa penjual bahkan membantu pembeli dengan menyediakan pendanaan dan
menawarkan jasa sebagai konsultan.Namun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada
juga mengandung kerugian dan permasalahan, baik eksternal maupun internal.
1. Masalah eksternal, yaitu lingkungan; seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang
pasar.
2. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan; misalnya masalah
citra atau reputasi perusahaan seperti masalah karyawan, konflik antara manajemen dan
karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik yang baru, masalah lokasi, dan masalah
masa depan perusahaan.
C. Menganalisis perusahaan yang akan dibeli
Di Amerika Serikat, ada beberapa pialang (perantara) yang secara khusus menangani
masalah dalam menilai sebuah usaha dan langsung menangani semua persetujuan untuk
menutup pembelian usaha yang dimintakan oleh calon pembeli usaha. Nama kelompok
pialang tersebut disebut Matchmaker, seperti Certified Business Broker yang berkedudukan
di Houston Texas. Lembaga ini menangani dan menilai kelayakan usaha untuk dibeli atau
tidak yang ditugaskan oleh calon pembeli usaha.
Untuk menemukan bisnis yang dijual, hubngi Kamar Dagang (Chamber of Commerce)
local Anda serta para professional seperti pengacara, akuntan, dan agen asuransi. Adalah
penting untuk menganalisis kinerja dari bisnis yang sedang dipertimbangkan. Kebanyakan
orang ingin membeli bisnis yang sehat sehingga mereka tinggal melanjutkan
keberhasilannya.
Untuk memasuki dunia bisnis dengan cara membeli usaha orang lain, maka hal yang harus
diperhatikan adalah;
a. Perhatikan lokasi usaha, harus strategis
b. Apakah usaha tersebut berkembang,
c. Teliti hubungan manajemen perusahaan dengan karyawan, hubungan manajemen
dengan para pemasok, relasi perusahaan, dan orang-orang atau instansi yang ada
hubungannya terhadap perkembangan usaha tersebut,
d. Organisasi perusahaan,
e. Bentuk perusahaan,
f. Bidang dan jenis perusahaan,
g. Jaminan usaha, dan
h. Yang paling penting kesesuaian harga perusahaan
KERJASAMA MANAJEMEN (WARALABA)

A. Pengertian
Seperti membeli bisnis yang sudah mapan, waralaba menawarkan cara yang tidak begitu
resiko untuk memulai suatu bisnis dibandingkan dengan memulai perusahaan yang sepenuhnya
baru. Kerjasama manajemen (waralaba/franchising), merupakan kerja sama manajemen yang
biasanya berkembang dalam perusahaan ritel. Waralaba dilaksanakan atas persetujuan lisensi
menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau
perusahaan lain untuk menjalankan usaha.
Perusahaan yang memberikan lisensi disebut franchisor atau prinsipal waralaba dan
penyalur disebut franchisee atau agen waralaba.franchisor memberikan izin kepada franchisee
untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan
perbekalan material yang berlanjut.

Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)


Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur.
Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari
perusahaan induk. Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi,
sedangkan franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
Seperti membeli bisnis yang sudah mapan, waralaba menawarkan cara yang tidak begitu resiko
untuk memulai suatu bisnis dibandingkan dengan memulai perusahaan yang sepenuhnya baru.
Kerjasama manajemen (waralaba/franchising), merupakan kerja sama manajemen yang biasanya
berkembang dalam perusahaan ritel. Waralaba dilaksanakan atas persetujuan lisensi menurut
hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk
menjalankan usaha.
Perusahaan yang memberikan lisensi disebut franchisor atau prinsipal waralaba dan penyalur
disebut franchisee atau agen waralaba.franchisor memberikan izin kepada franchisee untuk
menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan perbekalan
material yang berlanjut.

Bentuk Kelebihan Kekurangan

 Pengakuan nama
 Gagasan Murni barang
 Bebas beroperasi  Fasilitas inefisien
Merintis  Fleksibel dan mudah  Persaingan kurang
usaha penggunaan diketahui
 Kemungkinan sukses  Perusahaan yang
 Lokasi sudah cocok dijual biasanya lemah
 Karyawan dan pemasok  Peralatan tak efisien
Membeli biasanya sudah mantap  Mahal
perusahaan  Sudah siap operasi  Sulit inovasi

 Tidak mandiri
 Mendapat pengalaman  Kreativitas tidak
dalam logo, nama, metoda berkembang
teknik produksi, pelatihan dan  Menjadi
bantuan modal independen, terdominasi,
Kerjasama  Penggunaan nama, rentan terhadap
manajemen Merek yang sudah dikenal perubahanfranchisor
PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI MANAGEMENTNYA

Pengelolaan manajemen usaha dibutuhkan dalam konteks internal perusahaan, agar


perusahaan benar-benar memiliki arah dalam menjalankan usaha, terukur, dan terencana dengan
baik. Perencanaan usaha juga akan menjadi “controlling tools”, apakah dalam perjalanannya nanti,
bisnis yang dijalankan berada dalam line yang benar atau tidak. Terutama dalam bisnis yang relatif
baru, penuh dengan kreatifitas, perencanaan usaha juga semakin dibutuhkan.

Beberapa manfaat yang diperoleh dari pengelolaan usaha adalah:

1. Memilih bisnis yang feasible untuk dijalankan berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan

2. Memiliki usaha yang berbadan hukum jelas

3. Memiliki laporan keuangan (bermanfaat untuk kelangsungan usaha, keuntungan optimal,


pengajuan kredit)

4. Memiliki perencanaan pengembangan dan operasional usaha yang jelas

Untuk menjalankan manajemen usaha diperlukan beberapa tahapan, yaitu:

1. Identifikasi Peluang Bisnis

Identifikasi peluang bisnis dimulai dari mencari gagasan produk atau jasa usaha baru.
Gagasan tersebut bisa berasal dari kebutuhan, hobi/ kesenangan, mengamati kecenderungan
atau trend, mengamati kekurangan produk atau jasa yang telah ada, serta mengamati lingkungan
sekitar: mengapa tidak terdapat ( ……..?). Dengan mengidentifikasi peluang yang ada
memungkinkan kita untuk mendapatkan ide/gagasan bisnis yang mungkin selama ini belum
terpikirkan oleh orang lain.

Setelah mengidentifikasi peluang bisnis dan mendapatkan ide/gagasan produk/jasa


baru yang akan dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan usaha
(business plan). Dinyatakan oleh David H. Bangs Jr bahwa seorang pengusaha yang tidak bisa
membuat perencanaan sebenarnya merencanakan kegagalan. Suatu rencana kerja yang dibuat
tertulis dan resmi guna menjalankan perusahaan (business plan) merupakan perangkat tepat
untuk memegang kendali perusahaan dan menjaga agar fokus usaha perusahaan tidak
menyimpang.

Memulai usaha baru tidak tepat kiranya jika langsung dalam bentuk usaha besar.
Memang ada pengusaha yang langsung membuka usaha besar tanpa mempunyai pengalaman
lebih dahulu. Akibatnya jika usaha besar ini mengalami benturan-benturan bisnis maka akan
timbul kepanikan bagi pemiliknya sendiri dan perusahaan semacam ini gampang
jatuh/mengalami kegagalan. Memulai wirausaha dalam bentuk usaha kecil akan memberikan
pengalaman demi pengalaman dalam mengelola usahanya. Berdasarkan
pengalaman setiap tahun dan data yang terkumpul dianalisa maka dengan mudah perusahaan
berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar.

Berikut ini merupakan bentuk formal dari business plan:

1) Halaman Depan

Dalam halaman depan perlu dicantumkan nama dan alamat perusahaan, nama orang yang
bertanggung jawab serta alamat yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Hal ini sangat penting
karena menunjukkan bahwa bisnis atau perusahaan yang dijalankan tidak fiktif dan dapat
ditunjukkan pertanggungjawabannya.

2) Daftar Isi

Membuat daftar isi business plan secara rinci dengan disertai nomor halaman.

3) Rangkuman eksekutif

Rangkuman eksekutif ini sangat penting karena pembaca ingin melihat secara cepat
mengenai isi keseluruhan dari business plan yang telah dibuat. Rangkuman ini merupakan
inti dari semua perencanaan.

4) Penjelasan tentang Perusahaan

Penjelasan ini berisi strategi perusahaan serta tim manajemen yang mengelola perusahaan.

5) Pemasaran

Dalam rencana pemasaran dijelaskan pasar mana yang dituju, seberapa besar potensi pasar
dan berbagai strategi serta ramalan tentang target konsumen dimasa yang akan datang
6) Barang dan jasa yang dihasilkan

Dijelaskan mengenai kualitas, kuantitas dan kegunaan dan keistimewaan barang dan jasa
yang ditawarkan

7) Usaha meningkatkan penjualan

Berisi penjelasan tentang berbagai teknik promosi yang akan digunakan, tenaga penjualan,
perwakilan-perwakilan penjualan, dsb

8) Permodalan

Dalam rencana permodalan akan dijelaskan gambaran menegenai proyek permodalan


neraca, aliran kas, dan proyeksi pendapatan

9) Appendix

Dilampirkan berbagai keterangan yang diperlukan untuk melengkapi business plan.


Misalnya akte pendirian perusahaan, SIUPP, sertifikat, dsb
Setelah perencanaan usaha selesai dibuat, calon pengusaha harus melakukan studi
kelayakan bisnis untuk menilai apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan dilihat dari beberapa
perspektif. Studi kelayakan usaha terdiri dari:

• Studi Teknis

Studi teknis meliputi persoalan tempat usaha (apakah sewa, atau milik sendiri), peralatan
yang digunakan (apakah leasing, atau beli, atau sewa)

• Studi Manajemen

Studi manajemen menyangkut sumberdaya manusia yang terlibat dalam bisnis/usaha yang
dijalankan. Bagaimana dengan karyawan, siapa yang mengelola usaha tersebut, serta
bagaimana kemampuan masing-masing SDM dalam mengelola unit usaha yang dijalankan.
Dalam pemeilihan SDM juga perlu pertimbangan, apakah masing-masing jenis pekerjaan
disesuaikan dengan kompetensi ilmu setiap karyawan atau semua bidang ilmu dapat
melaksanakan jenis pekerjaan yang dibebankan. Tentu saja semakin tinggi tingkat
pendidikan karyawan juga mensyaratkan gaji/upah yang tinggi pula.

• Studi Pasar

Studi pasar meliputi studi mengenai konsumen. Apakah konsumen yang menjadi pasar
sasaran produk/jasa yang akan dijalankan masih terbuka luas dan cukup banyak, apakah
pasar sasaran produk/jasa yang akan dijalankan hanya melayani segmen tertentu saja, atau
bahkan melayani semua segmen.

• Studi Modal

Studi mengenai modal meliputi dari mana sumberdana usaha berasal. Apakah 100% modal
pemilik, apakah hutang (bank, pihak lain), ataukah kerjasama dengan pihak lain. Demikian
pula dengan besarnya modal yang digunakan untuk membuka usaha, apakah diperlukan
modal yang sangat besar, sedang, ataukah cukup dengan modal kecil. Setelah mengatahui
seberapa besar modal yang diperlukan, baru ditentukan apakah modal tersebut cukup
didanai dari modal pemilik saja ataukah perlu meminjam dari pihak lain.

• Studi Persaingan

Studi mengenai persaingan meliputi analisis competitor yang juga bermain di lahan yang
sama. Apabila diibaratkan dalam sebuah kue (pasar dan konsumen/pembeli) banyak orang
(penjual) yang menginginkan kue tersebut (bermain dipasar tersebut) maka, setiap orang
(penjual) hanya akan mendapatkan potongan kue (pasar dan

konsumen/pembeli) yang kecil. Namun jika hanya sedikit orang (penjual) yang
menginginkan kue (pasar dan konsumen/pembeli) tersebut, maka masing-masing orang
(penjual) akan mendapatkan potongan kue (pasar dan konsumen/pembeli) yang cukup
besar.
2. Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis yang baik, merupakan perencanaan secara komprehensif. Baik perencanaan
yang bersifat non-keuangan, maupun perencanaan keuangan. Rencana non-keuangan meliputi:
akta pendirian, bentuk bahan usaha, ijin usaha, SDM, supplier, strategi pasar, maupun rencana
pengembangan produk/jasa. Sedangkan rencana keuangan meliputi penyusunan neraca, dan
laporan rugi/laba dan laporan arus kas.

Dalam menyusun rencana keuangan diperlukan pengetahuan mengenai pencatatan


beberapa bentuk pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses
akuntansi. Kinerja sebuah badan usaha dapat dinilai berdasarkan laporan yang dibuat secara
periodik. Laporan keuangan tersebut meliputi laporan rugi-laba, laporan ekuitas pemilik, neraca
dan laporan arus kas. Pengertian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) adalah sebagai berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 1992 : 12).

Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan


informasi keuangan dari suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
eksistensi suatu perusahaan (pihak intern dan pihak ekstern). Tujuan laporan keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1999 :
3). Beberapa jenis laporan keuangan yang sering digunakan:

1) Neraca.

Neraca merupakan laporan yang menyajikan gambaran sumber-sumber perusahaan


(aktiva) dan kewajiban-kewajiban serta modal perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Bagian aktiva dalam neraca melaporkan pengaruh keputusan investasi di masa yang akan
datang. Kewajiban dan modal pemilik pada neraca melaporkan pengaruh keputusan
pendanaan di masa yang akan datang. Lapora neraca ini sering disebut sebagai Balance
Sheet.

2) Laporan rugi laba.

Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya dari
suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan
laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan rugi laba meringkas
hasil kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang
sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Dan diharapkan
laporan rugi laba ini memberikan informasi yang berkaitan
dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan dan kemampuan organisasi
operasional perusahaan.

3) Laporan arus kas.

Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu
perusahaan selama satu periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna
mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan operasi, mempertahankan
dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi kewajiban keuangannya, dan membayar
dividen

3. Perencanaan Pemasaran

Perencanaan pemasaran merupakan proses untuk memilih dan menganalisis target pasar,
mengembangkan dan memelihara bauran pemasaran untuk dapat memuaskan kebutuhan
konsumen. Menurut Kotler (2004), proses pemasaran terdiri dari empat langkah, yaitu:

a) Menganalisis peluang yang ada di pasar

b) Mengembangkan strategi pemasaran berorientasi pasar

c) Merencanakan program pemasaran terpadu menggunakan bauran pemasaran

d) Mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengawasi proses pemasaran


Proses pemasaran yang sukses tidak terlepas dari adanya tahap-tahap sebagai berikut:

a) Segmentasi pasar, yaitu proses memilah pasar yang heterogen menjadi kelompok/ segmen
yang homogen yaitu memiliki karakteristik dan kebutuhan produk yang sama. Sebuah
segmen pasar terdiri dari konsumen yang memberikan reaksi sama terhadap seperangkat
usaha pemasaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh pemasar, maka segmentasi dapat dilakukan atas

dasar variabel berikut:


 Variabel geografis, membagi pasar atas dasar tempat atau wilayah tertentu
 Variabel demografis, membagi pasar ke dalam beberapa kelompok berdasarkan
karakteristik seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, penghasilan.
 Variabel psikografis, membagi pasar ke dalam beberapa kelompok berdasarkan
gaya hidup dan kepribadian konsumen.

b) Targeting, yaitu memilih satu/ lebih kelompok/ segmen pasar yang ada. Penetapan pasar
sasaran yang dipilih dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap daya tarik masing-masing
segmen.

c) Pemosisian: menempatkan/ memposisikan citra produk dalam benak konsumen


dibandingkan dengan produk pesaing. Tujuannya agar suatu produk memiliki tempat yang
jelas, terbedakan dan didambakan dalam benak konsumen sasaran.

Guna mendukung proses pengambilan keputusan pemasaran yang tepat maka pada
umumnya pemasar akan menggunakan riset pemasaran, yang didefinisikan sebagai
studi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen dan cara terbaik untuk dapat
memenuhinya. Proses riset pasar meliputi tahap berikut:

1. Mempelajari situasi pasar

2. Memilih metode riset (observasi, survei, focus group, eksperimen)

3. Mengumpulkan data (primer/ sekunder)

4. Menganalisis data

5. Menyusun laporan

Perencanaan pemasaran memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Analisa situasi (S.W.O.T)

S : Strengh/ Kekuatan

W : Weakness/ Kelemahan O :
Opportunity/ Peluang T : Threat/
Ancaman

Pebisnis harus menganalisa keadaan intern dan ekstern perusahaannya. Keadaan intern
meliputi gambaran terakhir serta analisis jumlah yang diperoleh. Melakukan analisa sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.

Keadaan ekstern yang perlu diperhatikan adalah keadaan makro yang berhubungan dengan
kepentingan perusahaan. Analisis makro ini meliputi keadaan politik, ekonomi,sosial,
budaya. Analisis intern dan ekstern tersebut dilengkapi lagi dengan analisis S.W.O.T
2. Tujuan Pemasaran (Marketing Objectives)

Tujuan pemasaran perusahaan beraneka ragam sesuai dengan kepentingan perusahaan


masing–masing. Sebagai contoh dapat dikemukakan tujuan pemasaran, mempertahankan
posisi perusahaan sebagai market leader, atau memperluas penguasaan market.

3. Strategi Inti (Core Strategy)

Merupakan alternatif strategi yang terpilih dalam decision making. Untuk menghasilkan
strategi inti ini dibutuhkan pemikiran mendalam didukung oleh data dan fakta sehingga
dapat dirumuskan secara tajam

4. Jadwal Pelaksanaan (Action Plan)

Action plan lebih banyak, sebab disini dielaborasi lebih rinci. Jika

strategi inti yang ingin dilaksanakan berupa pengembangan produk, maka harus

dijabarkan model, bahan, mutu,kemasan, dsb

Action plan harus dapat menjawab beberapa pertanyaan :

- What, apa tugas yang harus dilakukan?

- Who, siapa orang yang harus bertugas dan bertanggung jawab?

- When, kapan pekerjaan harus dilaksanakan dan harus selesai?

- Where, jika diperlukan dimana percobaan pasar akan dilakukan?


- How, bagaimana cara melaksanakan tugas tersebut?

5. Anggaran Pemasaran (Marketing Budget)

Didalam marketing budget dengan jelas harus dinyatakan besar biaya yang diperlukan, jenis
kegiatan pemasaran untuk berbagai teknikpromosi, melakukan riset pemasaran, dsb
6. Pengawasan (Control)

Untuk semua implementasi marketing plan harus dilakukan pengawasan. Pengawasan


dilakukan dengan membaca dan mempelajari laporan tertulis dari pelaksana ataupun hasil
observasi. Jika terjadi penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaan, maka harus segera
diambil tindakan perbaikan

Anda mungkin juga menyukai