Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK VIII

ANDI NITA AYUNINGSIH


DIAN DARLINA SARI
JUMRIFA
NINING MULIANA

PENDIDIKAN EKONOMI

SISTEM INFORMASI
MANUFKTUR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MUHAMMADIYAH BONE

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga proses penulisan tugas Sistem Informasi Manajemen ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis peroleh tidak semata-mata hasil
dari jerih payah penulis sendiri tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh
sebab itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. A. M. Irfan Taufan Asfar, MT.,M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis; dan
2. Orang tua penulis, Andi Mappasissing dan Mahfia yang senantiasa
mendukung, mendoakan dan telah membiayai penulis dalam
perkuliahan.
Tidak lupa penulis juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada teman-teman serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan
namanya satu persatu. Semoga bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Kahu, 17 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Sistem Informasi ................................................................................... 3
B. Komputer dalam Sistem Informasi Manufaktur .................................. 10
C. Model Sistem Informasi Manufaktur ................................................... 14
D. Contoh Kasus........................................................................................ 19
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 20
A. Simpulan ............................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


1 Alur Sistem Informasi Manufaktur .............................................. 5
2 Bagan Sistem Informasi Manufaktur (biaya) ............................... ]9

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia Industri selalu menghubungkan pemikiran seseorang kepada sebuah


prosedur input, proses, dan output. Ketiga hal ini menjadi bagian penting dalam
suatu perusahaan untuk mengolah data mentah menjadi suatu keluaran. Perusahaan
manufaktur memerlukan informasi untuk melangsungkan roda industrinya. Tanpa
informasi yang akurat, perusahaan tidak dapat menentukan kebijakan, keputusan,
bahkan peraturan yang dapat menunjang perbaikan maupun perkembangan
perusahaan. Manajemen manufaktur menggunakan komputer baik sebagai sistem
konseptual maupun sebagai suatu elemen dalam sistem produksi fisik. Computer-
aided design (CAD), computer-aided manufacturing (CAM), dan robotik
merupakan gambaran dalam penggunaan komputer dalam sistem produksi fisik.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menjadi perangkat utama pencetak
informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan perusahan.
Perusahaan manufaktur memerlukan informasi untuk melangsungkan roda
industrinya. Tanpa informasi yang akurat, perusahaan tidak dapat menentukan
kebijakan, keputusan, bahkan peraturan yang dapat menunjang per- baikan maupun
perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan manufaktur perlu memiliki
sebuah sistem informasi yang dikhususkan pada departemen atau bagian
manufaktur. Hal ini diperlukan untuk membentuk proses bisnis yang lebih
menguntungkan bagi perusahaan (Prasetya, 2015)
Semakin berkembangnya suatu zaman, perubahan pula terjadi pada sistem
manufaktur suatu pabrik. Komputer juga dijadikan sebagai suatu sistem informasi
untuk mengendalikan persediaan pada suatu pabrik. Awalnya muncul sistem titik
pemesanan kembali, kemudian berkembang menjadi MRP (material requirements
planning), lalu MRP II (manufacturing resource planning) dan terakhir menjadi
JIT. Sistem informasi manufaktur terdiri dari 3 sub sistem input dan 4 sub sistem
output. Kegiatan dari subsistem input yang kemudian mengarah pada subsiem
output yang nantinya akan menghasilkan produk untuk pemakai atau konsumen.
2

Dengan demikian, perusahaan manufaktur perlu memiliki sebuah sistem informasi


yang dikhususkan pada departemen atau bagian manufaktur. Hal ini diperlukan
untuk membentuk proses bisnis yang lebih menguntungkan bagi perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komputer berperan dalam sistem informasi manufaktur?
2. Bagaimana model sistem informasi manufaktur?
3. Bagaimana manajer menggunakan sistem informasi manufaktur?
C. Tujuan
1. Mengetahui komputer berperan dalam sistem informasi manufaktur
2. Mengetahui model sistem informasi manufaktur
3. Mengetahui Bagaimana manajer menggunakan sistem informasi
manufaktur
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi

1. Pengertian Sistem Informasi


Pengertian Sistem Informasi secara umum Sistem informasi dapat
didefinisikansebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan
kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media prosedur-prosedur dan
pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasipenting,
memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan
yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan
menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.
Pengertian Sistem Informasi Menurut Para Ahli:
1. Menurut Tata Sutabri, S.Kom., MM, 2005:36.
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi
organisasi yang bersifat manajerial dalam kegiatan strategi dari suatu organisasi
untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan–laporan yang
diperlukan.
2. Menurut Leitch Rosses (dalam Jugiyanto, 2005: 11).
Sistem informasi adalah suatu sistem didalam organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengelolah transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
3. Menurut O’Brien (2005, p5).
Sistem informasi adalah suatu kombinasi terartur apapun dari people
(orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks
and data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data) yang
mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk
organisasi.
4

2. Sistem Informasi Manufaktur


Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku
menjadi produk. Proses ini meliputi perancangan produk, pemilihan material dan
tahap‐tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pengertian manufaktur secara
umum adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi
sumberdaya dan aktifitas perancangan produk, pembelian, pemasaran, mesin dan
perkakas, manufacturing, penjualan, perancangan proses, production control,
pengiriman material, support service, dan customer service.
Sistem Informasi Manufaktur adalah suatu sistem berbasis komputer yang
bekerja dalam hubungannya dengan sistem informasi fungsional lainnya untuk
mendukung manajemen perusahaan dalam pemecahan masalah yang berhubungan
dengan manufaktur produk perusahaan yang pada dasarnya tetap bertumpu pada
input, proses dan output. Sistem ini digunakan untuk mendukung fungsi produksi
yang meliputi seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian
proses untuk memproduksi barang atau jasa.
Sistem informasi pada kegiatan manufaktur merupakan sebuah sistem
pendukung untuk meningkatkan produktivitas kerja. Informasi yang diolah melalui
sistem ini dapat membantu dalam menganalisis persoalan yang sedang terjadi pada
kegiatan manufaktur. Tingkat penggunaan material dan sumber daya lain dapat
diketahui secara transparan sehingga memudahkan pengawas produksi dalam
menekan biaya yang tidak perlu. Selain itu, sistem informasi manufaktur dapat
memadukan keseluruhan proses produksi mulai dari pemesanan barang,
pengendalian persediaan, pemakaian material, laporan produksi, sampai pada
pengiriman material ke pelanggan (Jimmy, Arifianto, & Santoso, 2015:89).
Manfaat digunakannya sistem informasi manufaktur di dalam perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Hasil produksi perusahaan lebih cepat dan tepat waktu karena sistem
informasi manufaktur menggunakan komputer sebagai alat prosesnya.
b. Perusahaan lebih cepat memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya.
c. Arsip lebih terstruktur karena menggunakan sistem database.
5

d. Sistem informasi manufaktur yang berupa fisik robotik, hasil produksi


semakin cepat, tepat dan berkurangnya jumlah sisa bahan yang tidak
terpakai (Nona, Santoso, & Lailatussaddiyah, 2014).
Sistem Informasi Manufaktur (SIMa) termasuk dalam kerangka kerja Sistem
Informasi Manajemen (SIM) secara keseluruhan. SIMa lebih menekankan kepada
proses produksi yang terjadi dalam sebuah lantai produksi, mulai dari input bahan
mentah hingga output barang jadi, dengan mempertimbangkan semua proses yang
terjadi.

Gambar 1. Alur Sistem Informasi Manufaktur


1. Input
Data Internal perusahaan merupakan data intern sistem keseluruhan yang
mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini
meliputi sumber daya manusia (SDM), material, mesin, dan hal lainnya yang
mendukung proses secara keseluruhan seperti transportasi, spesifikasi kualitas
material, frekuensi perawatan, dan lain-lain.
Data Eksternal perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan
(environment) yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang
berguna. Contoh data eksternal adalah data pemasok (supplier), kebijakan
pemerintah tentang UMR, listrik, dll. Data-data ini biasanya berguna untuk
perhitungan cost dalam manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses.
Data awal ini dapat diperoleh sejak awal perusahaan berdiri maupun pada saat
proses produksi berlangsung, kemudian data-data yang diperlukan
didokumentasikan ke dalam sebuah database. Namun, apakah kita bisa
6

mendefinisikan data apa saja yang perlu kita catat ke dalam sebuah database? Oleh
karena abstrak dan banyaknya data yang harus didokumentasi, maka kita harus bisa
mendefinisikan tujuan akhir dari informasi yang hendak kita buat. Pihak mana-
jemen puncak (eksekutif) harus memberikan pedoman kepada pihak manajemen
informasi untuk membuat sebuah sistem informasi yang dikehendaki. Setelah itu,
pihak manajemen in- formasi dapat memutuskan untuk mengumpulkan data yang
seperti apa untuk dapat mengha- silkan informasi seperti yang diharapkan oleh
pihak eksekutif.
2. Proses
Proses pengolahan data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan
Database Management System (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen
data, dimana data yang ada harus dijamin akurasi, kemutakhiran, keamanan, dan
ketersediaannya bagi pemakai. Kegiatan yang terjadi di dalam manajemen data
adalah:
1) Pengumpulan (pendokumentasian) data
2) Pengujian data, agar tidak terjadi inkonsistensi data
3) Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data.
4) Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan
data.
5) Pengambilan data, bisa dalam bentuk laporan, untuk memudahkan
pengolahan data yang lain.
Seperti halnya data input, pengolahan data menjadi informasi memerlukan
proses khusus dengan menggunakan metode perhitungan yang sesuai dengan
kebutuhan industri yang bersangkutan. Apabila kita belum mengetahui keinginan
informasi dari pihak eksekutif, peng- olahan data yang ada dapat menimbulkan cost
yang inefektif dan inefisiensi
3. Output
Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan
berdasarkan bebera- pa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output
data menjadi tiga bagian yaitu persediaan, produksi dan kualitas, dimana ketiganya
ini tidak meninggalkan unsur biaya yang terjadi di dalamnya.
a. Persediaan
7

Subsistem persediaan memiliki definisi setiap produk yang ada dalam


perusahaan baik yang disimpan ataupun akan dibutuhkan. Subsistem persediaan
memberikan jumlah stok, biaya holding, safety stock, dan lain-lain berdasarkan
hasil pengolahan data dari input. Subsistem persediaan biasanya memiliki proses
pembelian (purchasing) dan penyimpanan (inventory). Proses yang lain dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan, namun kedua proses ini sudah cukup
mewakili keseluruhan proses dalam subsistem persediaan. Dalam proses pembe-
lian, pihak manajemen informasi perlu mendokumentasi proses pemilihan pemasok
hingga kedatangan material dari pemasok untuk kemudian diproses di dalam bagian
produksi.
Proses pembelian perlu diperhitungkan dengan mempertimbangkan korelasi
antara pembelian dan penyimpanan. Apabila jumlah penyimpanan kecil, maka
frekuensi pembelian diperkirakan semakin banyak (dengan kuantitas produk yang
sedikit) dan biaya semakin besar, namun apabila jumlah penyimpanan besar, maka
frekuensi pembelian sedikit (dengan kuantitas produk yang banyak) dan biaya dapat
ditekan, tapi biaya penyimpanan juga bertambah. Perbandingan terbalik antara
penyimpanan dan pembelian ini perlu dihitung untuk mencari titik optimal untuk
pembelian dan titik optimal untuk penyimpanan agar tidak terjadi pembengkakan
cost. Proses penyimpanan juga memiliki peran dalam subsistem persediaan.
Penyimpanan yang terlalu banyak (berlebihan) dapat mengakibatkan biaya
(perawatan, keru- sakan, dll), sehingga kuantitas penyimpanan perlu diperkirakan
sesuai dengan kapasitas gudang.
b. Produksi
Subsistem produksi perlu didokumentasikan dan perlu dijadikan sebuah
informasi untuk mendukung para eksekutif dalam menentukan keputusannya.
Definisi dari subsistem produksi adalah segala hal yang bersangkut paut dengan
proses yang terjadi di setiap stasiun kerja atau- pun departemen. Informasi yang
perlu untuk user adalah penjadualan produksi (scheduling) dan transaksi
(transaction) antar stasiun kerja. Penjadualan produksi perlu memperhitungkan data
demand dan kapasitas produksi. Data ini biasanya diambil dari pihak marketing
yang mengetahui peramalan pasar mendatang, sehingga produk tidak terlalu banyak
ataupun terlalu disedikit diproduksi. Selain berhubungan dengan pihak marketing,
8

penjadualan produksi berhubungan dengan pihak Human Resource dalam hal


jumlah karyawan yang bekerja, kualifikasi karyawan, shift kerja ,dll. Meski jumlah
karyawan sedikit, apabila kualifikasi baik, maka hasil produksi pun berkualitas.
Oleh karena itu, performance pekerja menentukan penjadualan produksi. Bill
of Material (BOM) berhubungan sekali dengan penjadualan produksi. Hubungan
erat antara penjadualan dan persediaan dapat direlasikan melalui BOM. Tingkat
persediaan akan mempengaruhi jadual produksi, sehingga BOM setiap produk
perlu dirinci agar tidak terjadi keterlambatan produksi. Keterlambatan komponen
setiap produk dapat dilihat dari hasil pengolahan data, sehingga setiap kesalahan
dapat diperbaiki untuk periode penjadualan berikutnya. Keterkaitan antar stasiun
kerja perlu didukung oleh sistem yang baik. Just In Time (JIT) yang dipublikasikan
oleh Jepang, menjadi sistem yang cukup terkenal di perusahaan besar karena
adanya proses informasi yang akan mengurangi keterlambatan pengiriman produk
ke stasiun kerja berikutnya (sistem kanban). Dalam SIMa pun perlu
didokumentasikan setiap proses transaksi (arus ambil, terima, retur antar stasiun
kerja) yang terjadi untuk menjaga kemungkinan terjadi kesalahan pengiriman,
kerusakan pada waktu pengiriman, dll. Proses transaksi pun perlu mengatur sistem
dokumentasi penyimpanan WIP dan barang jadi yang akan diproses lebih lanjut
agar produk tersebut terhindar dari kerusakan maupun hal- hal yang tidak
diinginkan.
c. Kualitas
Subsistem kualitas memiliki definisi yang sangat kompleks. Semua hal
berhubungan dengan kualitas, baik waktu, biaya, performa kerja, maupun
pemilihan supplier. Banyak hal lain yang bukan definisi mutlak kualitas namun
perlu masuk dalam unsur kualitas seperti proses perawatan. Proses yang perlu
didokumentasi dalam subsistem ini adalah kontrol proses (Process Control),
Perawatan (Maintenance), dan Spesifikasi (Specification) baik produk jadi maupun
material. Masih banyak hal lain yang perlu didokumentasi, namun secara
keseluruhan, tiga proses ini dapat mencerminkan kualitas produk yang dihasilkan.
Proses perawatan termasuk dalam bagian kualitas karena gangguan proses yang
terbesar di lantai produksi adalah karena masalah perawatan mesin. Proses
perawatan ini berhubungan dengan umur ekonomis mesin, sekaligus berhubungan
9

dengan lamanya perawatan yang dilakukan. Informasi mengenai proses perawatan


akan sangat mendukung penjadualan produksi, sehingga tidak terlalu banyak
preemption (penghentian proses) dalam setiap stasiun kerja.
Proses produksi yang terjadi di setiap stasiun kerja perlu didokumentasi agar
nantinya dapat menjadi informasi, stasiun kerja mana yang paling berpengaruh
terhadap kualitas produk saat ini. Penentuan ini dapat dilakukan dengan pencatatan
produk cacat yang terjadi di setiap stasiun kerja. Kualitas sebuah produk sangat
ditentukan oleh keinginan konsumen. Konsumen memiliki standar kepuasan yang
diterjemahkan ke dalam spesifikasi, dan spesifikasi tersebut menjadi tolok ukur
kualitas sebuah produk. Dokumentasi spesifikasi produk yang dihasilkan dapat
menjadi tolok ukur kualitas proses produksi yang sedang berjalan saat ini. Informasi
me- ngenai spesifikasi produk yang ada saat ini pun dapat menjadi pemikiran
strategis untuk kebijakan perusahaan di masa mendatang.
4. Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada. Tujuan
perusahaan manufaktur secara umum adalah mencapai keuntungan dari hasil
penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah sistem informasi tidak akan pernah
terlepas unsur biaya yang terjadi di dalamnya.

Gambar 2. Bagan Sistem Informasi Manufaktur (biaya)


Bagan sistem informasi manufaktur di atas menggambarkan bahwa biaya
merupakan komponen yang melingkupi keseluruhan output informasi tersebut, dan
biaya juga termasuk dalam setiap komponen subsistem tersebut. Maksudnya, dalam
menghasilkan informasi untuk setiap subsistem memerlukan biaya yang besar dan
sekaligus ada biaya yang dapat direduksi dari hasil informasi yang didapatkan dari
sistem yang ada (Prasetya, 2015:4-5).
10

B. Komputer dalam Sistem Informasi Manufaktur


Perkembangan zaman yang semakin canggih mulai mendarat pada produksi
suatu produk dalam pabrik. Manajemen manufaktur mencoba melibatkan komputer
dalam pelaksanaan produksi untuk produknya, yaitu sebagai bagian dari sistem fisik
dan sebagai sistem informasi.
1. Komputer sebagai Bagian dari Sistem Fisik
Telah banyak yang dicapai dalam penggunaan mesin yang dikendalikan
komputer di area produksi. Mesin-mesin tersebut menggantikan kerja para pekerja.
Mesin-mesin berbiaya lebih murah daripada pekerja.
Usaha untuk menggunakan mesin awalnya terdapat penolakan dari para
pekerja, karena mereka menganggap akan ada pengurangan karyawan. Namun
semakin berkembangnya zaman tadi, pekerja mulai dapat menerima karena akan
mempermudah pekerjaan mereka juga. Elemen yang menjadikan komputer sebagai
bagian dari sistem fisik, antara lain:
a. Computer-Aided Design (CAD)
Computer-Aided Design (CAD) semakin sering disebut computer-aided
engineering (CAE), melibatkan penggunaan komputer untuk membantu rancangan
produk yang akan dimanufaktur. CAD awal munculnya sekitar tahun 1960-an dan
kemudian diadopsi oleh pembuat mobil. CAD merupakan program komputer untuk
menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk yang ingin digambarkan
yang dapat diwakili oleh garis-garis maupun simbol-simbol tertentu. CAD dapat
berupa gambar 2 dimensi dan gambar 3 dimensi. CAD digunakan untuk merancang
segala sesuatu dari struktur rumit seperti bangunan dan jembatan hingga bagian-
bagian kecil, memperbaiki gambar dengan menghaluskan garis.
Setelah rancangan tersebut dimasukkan ke dalam komputer, engineer dapat
menempatkan rancangan pada berbagai pengujian untuk mendeteksi titik-titik
lemah. CAD bahkan dapat membuat bagian-bagian tersebut bergerak seperti yang
sedang digunakan. Ketika rancangan itu selesai, perangkat lunak CAD dapat
mempersiapkan spesifikasi rinci yang diperlukan untuk memproduksi produk itu
yang disimpan dalam database rancangan. CAD telah berevolusi dan terintegrasi
dengan perangkat lunak CAE dan integrasi itu dimungkinkan karena perangkat
lunak CAD kebanyakan merupakan aplikasi 3 dimensi atau biasa disebut solid
11

modelling yang memungkinkan memvisualisasikan komponen dan rakitan yang


kita buat secara realistik dan mempunyai properti seperti massa, volume, pusat
gravitasi, luas permukaan, dan lain-lain.
b. Computer-Aided Manufacturing (CAM) adalah penerapan komputer dalam
proses produksi. Penerapan ini seperti bor dan mesin bubut yang menghasilkan
produk sesuai dengan spesifikasi yang diperoleh dari database rancangan.
Sebagian Computer-Aided Manufacturing (CAM)
c. mesin produksi memiliki mikropesesor yang telah terpasang dan sebagian
dikendalikan oleh komputer mini. Sebagian besar otomatisasi pabrik saat ini
terdiri dari teknologi CAM. Produksi dapat berjalan lebih cepat dari presisi
yang lebih tinggi daripada jika pekerja manusia yang mengendalikan. Presisi
yang lebih tinggi memungkinkan lebih sedikit bagian yang cacat dan terbuang.
Robotik

Penerapan komputer yang lain dalam pabrik adalah robotik yang melibatkan
penggunaan robot industrial. Robotik merupakan alat yang secara otomatis
menjalankan tugas-tugas tertentu dalam proses manufaktur yang memungkinkan
perusahaan untuk memotong biaya dan mencapai tingkat kualitas yang tinggi, juga
digunakan untuk melakukan pekerjaan yang mengandung resiko seperti melakukan
pekerjaan di tempat yang bertemperatur tinggi sehingga mengakibatkan kinerja dan
keefektifan robot kurang maksimal.
2. Komputer sebagai Sistem Informasi
Komputer merupakan suatu sistem informasi dalam kegiatan manufaktur.
Output dari sistem informasi menufaktur digunakan untuk menciptakan dan
mengoperasikan sistem produk fisik. Adapun komputer sebagai sistem informasi
berkaitan dengan:
a. Sistem Titik Pemesanan Kembali (Re-order Point/ROP)
Setelah komputer pertama diterapkan dan berhasil dalam area akuntansi,
komputer diberikan tugas mengendalikan persediaan. Pendekatan reaktif yg
sederhana yaitu menunggu hingga saldo suatu jenis barang mencapai tingkat
tertentu dan kemudian memicu pesanan pembelian atau suatu proses produksi.
Tingkat barang yang berfungsi sebagai pemicu disebut titikpemesanan barang dan
12

sistem yang mendasarkan keputusan pembelian pada titik pemesanan kembali


disebut sistem titik pemesanan kembali (re‐order point/ROP). Beberapa istilah
dalam ROP antara lain:
1) Stock‐out: kehabisan persediaan
2) Lead time: waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengisi pesanan
3) Safety stock: persediaan aman
Untuk mengantisipasi terjadinya kehabisan persediaan, perusahaan akan
melakukan pesanan pada pemasok ketika saldo mencapai titik pemesanan kembali.
Jumlah waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengisi pesanan disebut juga
dengan lead time.
Perusahaan biasanya melakukan pemesanan sebelum stok habis sama sekali,
dengan demikian selalu ada kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan
kegiatannya sambil menunggu pengiriman dari pemasok yang belum datang, atau
penggunaan stok akan dikurangi selama jangka lead time. Jika kekosongan stok
terjadi, perusahaan tidak dapat menjalankan proses produksinya yang
mengakibatkan perusahaan rugi.
Dengan pengukuran yang teliti, maka bisa dilakukan pencadangan jumlah
inventarisasi ekstra atau sering disebut safety stock.
b. Material Requirement Planning (MRP)
MRP dikembangkan pada tahun 1960‐an oleh Joseph Orlicky dari J.I case
company. MRP adalah suatu strategi material proaktif yaitu mengidentifikasikan
material, jumlah dan tanggal yang dibutuhkan. MRP mempunyai 4 komponen
meliputi:
1) Sistem penjadwalan produksi menggunakan 4 file data dalam
menyiapkan jadwal produksi induk. Data input mencakup file pesanan
pelanggan, file ramalan penjualan, file persediaan barang jadi, dan file
kapasitas produksi. Sistem ini menghasilkan master jadwal produksi
yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi
terpanjang. Master production schedule memperoyeksikan produksi
cukup jauh ke depan untuk mengakomodasi proses produksi yang
merupakan lead ime pemasok dan waktu produksi terlama.
13

2) Sistem MRP menguraikan tagihan material. Sistem ini mengubah


kebutuhan bruto menjadi kebutuhan netto.
3) Sistem perencanaan kebutuhan kapasitas bekerja dengan sistem MRP utk
menjaga produksi dalam kapasitas pabrik. Setelah ada penentuan, sistem
ini menghasilkan output utama yaitu jadwal pesanann terencana, dan
output lain seperti perubahan pesanan terencana, laporan pengecualian,
laporan kinerja, dan laporan perencanaan.
4) Sistem pelepasan pesanan menggunakan jadwal pesanan terencana untuk
input dan mencetak suatu laporan pelepasan pesanan.
MRP memungkinkan perusahaan untuk dapat mengelola materialnya secara
lebih baik. Perusahaan dapat menghindari kehabisan persediaan yang disebabkan
oleh penantian persediaan yang telah dipesan namun tidak tersedia. Juga dapat
mengetahui kebutuhan material masa depan, pembeli dapat merundingkan
perjanjian pembelian dengan pemasok dan mendapatkan rabat.
c. Manufacturing Resource Planning (MRP II)
MRP II mengintegrasikan semua proses di dalam manufaktur yang
berhubungan dengan manajemen material. MRP II dikembangkan oleh Oliver
Wight dan George Plossy. MRP II dapat menyediakan informasi bagi sistem
informasi eksekutif dan bagi sistem informasi fungsional lainnya. MRP II juga
bertukar informasi dengan subsitem informasi akuntansi yang terlibat dalam arus
material. Manfaat MRP II, yaitu
1) Penggunaan sumber daya yang lebih efisien yaitu dengan mengurangi
inventori, lebih sedikit waktu lebih sedikit kemacetan.
2) Perencanaan prioritas lebih baik. Hal ini dengan memulai produksi lebih
cepat dan jadwal lebih fleksibel.
3) Meningkatkan pelayanan pelanggan. Hal ini berkaitan dengan
kesesuaian tanggal pengiriman, meningkatkan kualitas, kemungkinan
harga lebih rendah/murah.
4) Meningkatkan moral dan semangat pekerja. Dengan hal ini pegawai
dapat memperoleh keyakinan dalam sistem yang menghasilkan
koordinasi antardepartemen lebih baik.
14

5) Informasi manajemen yang lebih baik. Manajemen dapat menggunakan


output sistem untuk memperoleh pandangan yang lebih baik mengenai
sistem produksi fisik dan untuk mengukut kinerja sistem tersebut.
d. Pendekatan Just In Time (JIT)
Pendekatan JIT merupakan pendekatan yang berhubungan dengan
penjadwalan material sebagai bahan baku agar tiba tepat waktu. Hal ini
menjelaskan bahwa JIT menekankan waktu dan penggunaan sinyal nonkomputer,
berbeda dengan MRP. MRP menekankan pada perencanaan jangka panjang dan
memerlukan komputer. JIT didasarkan pada ukuran lot yang kecil. JIT berusaha
untuk meminimalkan biaya inventarisasi dengan cara memproduksi dalam jumlah
yang lebih kecil. Lot size (ukuran tumpukan) yang ideal akan menjadi satu dalam
sistem JIT. Satu unit akan bergerak dari workstation ke workstation berikutnya
sampai produksinya selesai.
Pengaturan waktu menjadi kunci Penting saat Pasokan bahan mentah datang
dari pemasok sebelum penjadwalan produksi mulai, tidak ada inventarisasi bahan
mentah yang perlu dibicarakan. Jumlah bahan mentah yang sedikit diterima
sekaligus, karena mungkin pemasokmelakukan beberapa kali pengiriman selama
satu hari. Kebalikannya dengan MRP yang menekankan perencanaan jangka
panjang dan membutuhkan penggunaan komputer, maka JIT menekankan
pengaturan waktu dan penggunaan tanda non komputer karena cukup menggunakan
”kanban” yang berarti kartu. Tujuan JIT adalah meminimalkan biaya persediaan
dan penanganan (keamanan dan asuransi).
C. Model Sistem Informasi Manufaktur
Sistem informasi manufaktur mencakup semua aplikasi komputer dalam area
manufaktur sebagai sistem konseptual.
1. Sub Sistem Input
Input data berupa data internal dan data eksternal, data internal merupakan
data intern sistem keseluruhan yang mendukung proses pengolahan data menjadi
informasi yang berguna. Data ini meliputi sumber daya manusia (SDM), material,
mesin, dan hal lainnya yang mendukung proses secara keseluruhan seperti
transportasi, spesifikasi kualitas material, frekuensi perawatan, dan lain‐lain.
15

Data Eksternal perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan
(environment) yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang
berguna untuk perhitungan cost dalam manufaktur mulai dari awal hingga akhir
proses. Contoh data eksternal adalah data pemasok (supplier), kebijakan pemerintah
tentang UMR, listrik, dll. Sub sitem input terdiri dari sistem informasi akuntansi,
sub sistem industrial engineering, dan subsitem intelejen manufaktur.
a. Sistem Informasi Akuntansi
Mengumpulkan data intern yang menjelaskan operasi manufaktur dan data
lingkungan yang menjelaskan transaksi perusahaan dengan pemasok. Sebagai
contoh, pegawaiproduksi memasukan data ke dalam terminal dengan menggunakan
kombinasi media yang dapat dibaca mesin dan keyboard. Media berbentuk
dokumen dengan bar code yang dapat dibaca secara optik atau dengan tanda pensil
yang dapat dibaca secara optik, dan kartu plastik dengan garis‐garis catatan yang
dapat dibaca secara magnetis. Setelah dibaca data tersebut ditransmisikan
kekomputer pusat untuk memperbarui database.
b. Sistem Industrial Engineering
Industrial Engineering merupakan analisis sistem yang terlatih khusus yang
mempelajari operasi manufaktur dan membuat saran‐saran perbaikan. Industrial
engineering terdiri dari proyek‐proyek pengumpulan data khusus dari dalam
perusahaan yang menetapkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk suatu
produksi.
c. Subsistem Intelejen Manufaktur
Sub sistem intelijen manufaktur berfungsi agar manajemen manufaktur tetap
mengetahui perkembangan terakhir mengenai sumber‐sumber pekerja, material dan
mesin. Adapun yang termasuk dalam sub sistem intelijen manufaktur adalah:
1) Informasi pekerja, manajemen manufaktur harus memperhatikan serikat
pekerja yang mengorganisasikan para pekerja perusahaan. Baik dalam
sistem kontrak, tak berjangka maupun borongan.
2) Sistem formal, manajemen manufaktur memulai arus informasi pekerja
dengan menyiapkan permintaan pekerja yang dikirimkan ke departemen
sumber daya manusia dan data dari berbagai elemen lingkungan yang
menghubungkan kepada pihak pelamar.
16

3) Sistem informal, arus informasi antar pekerja dan manajemen


manufaktur sebagaian besar bersifat informal arus itu berupa kontak
harian antara pekerja dan manajer mereka.
Kegiatan‐kegiatan yang terjadi di dalam intelijen manufaktur:
1) Pengumpulan (pendokumentasian) data dari lingkungan
2) Pengujian data,
3) Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data.
4) Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan
data.
5) Pengambilan data dalam bentuk laporan, untuk memudahkan pengolahan
data yang lain.
2. Sub Sistem Output
Subsistem Output adalah segala hal yang bersangkutan dengan proses yang
terjadi disetiap divisi kerja ataupun departemen yang mengukur produksi dalam hal
waktu, menelusuri arus kerja dari satu langkah ke langkah berikutnya.
a. Subsistem Produksi
Jadwal produksi menentukan kapan tahap-tahap proses produksi akan
dilakukan. Saat pekerjaan dilakukan, pekerja menggunakan terminal pengumpulan
data untuk mencatat waktu mulai dan selesai tiap tahap. Data terminal
mencerminkan tanggal dan waktu penyelesaian aktual, yang dapat dibandingkan
dengan angka-angka yang direncenakan.
b. Subsistem Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu
proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah
berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem
distribusi ataupun kegiatan konsumsi pansgan pada sistem rumah tangga (Hadi,
2011:21).
Tingkat persediaan perusahaan sangat penting karena menggambarkan
investasi yang besar dimana suatu barang dipengaruhi oleh jumlah unit yang
dipesan dari pemasok setiap kalinya, dan tingkat persediaan rata‐rata dapat
diperkirakan dari separuh kuantitas pesanan ditambah safety stock. Subsistem
persediaan memberikan jumlah stok, biaya holding, safety stock, dan lain‐lain
17

berdasarkan hasil pengolahan data dari input, biasanya memiliki proses pembelian
(purchasing) dan penyimpanan (inventory). Dan fungsi dari sub sistem persediaan
adalah mengukur volume aktifitas produksi saat persediaan diubah dari bahan
mentah menjadi bahan jadi.
1) Pentingnya Tingkat Persediaan
Tingkat persediaan perusahaan sangat penting karena menggambarkan
investasi yang besar. Uang yang tertanam dalam persediaan tidak dapat digunakan
untuk hal-hal yang lain. Tingkat persediaan suatu barang tertentu terutama
dipengaruhi oleh jumlah unit yang dipesan dari pemasok setiap kalinya. Tingkat
persediaan rata-rata dapat diperkirakan separuh kuantitas pesanan ditambah safety
stock. Penentuan kuantitas pemesanan terbaik dipengaruhi oleh dua biaya-biaya
pemeliharaan dan biaya pembelian.
2) Kuantitas Pesanan Ekonomis
Kuantitas pemesanan ekonomis menyeimbangkan biaya pemeliharaan dan
pembelian serta mengidentifikasikanbiaya kombinasi rendah.
3) Kuantitas Manufaktur Ekonomi
Kuantitas manufaktur ekonomis juga disebut ukuran lot ekonomis.
Kuantitas ini menyeimbangkan biaya menyimpan persediaan biaya
ketidakefisienan produksi. Kuantitas ini juga digunakan untuk memesan pengisian
kembali persediaan dari fungsi manufaktur perusahaan sendiri.
c. Subsistem Kualitas
Subsistem kualitas adalah semua hal yang berhubungan dengan kualitas, baik
waktu, biaya, performa kerja, maupun pemilihan supplier. Fungsi dari sub sistem
kualitas adalah mengukur kualitas material saat material diubah. Banyak hal lain
yang bukan unsur mutlak kualitas namun perlu masuk dalam unsur kualitas seperti
proses (Process Control), Perawatan (Maintenance), dan Spesifikasi
(Specification) baik produk jadi maupun material. Sub sistem kualitas mempunyai
pendekatan khusus untuk meningkatkan kualitas produksinya dengan
menggunakan total quality management (TQM) yaitu manajemen keseluruhan
perusahaan sehingga perusahaan unggul dalam semua dimensi produk dan jasa
yang penting bagi semua pelanggan. Keyakinan dasar yang melandasi TQM adalah:
1) Kualitas ditentukan oleh pelanggan dan manajemen yang digunakan
18

2) Kualitas dicapai oleh manajemen


3) Kualitas adalah seluruh tanggung jawab seluruh penghuni perusahaan.
3. Sub sistem Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada. Tujuan
perusahaan manufaktur secara umum adalah mencapai keuntungan dari hasil
penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah sistem informasi tidak akan pernah
terlepas unsur biaya yang terjadi di dalamnya. Sub sistem biaya berfungsi untuk
mengukur biaya yang terjadi selama proses produksi terjadi. Unsur‐unsur
pengendalian biaya ada dua yaitu standar kerja yang baik dan sistem untuk
melaporkan rincian kegiatan saat terjadinya proses produksi yang akurat.
a. Biaya Pemeliharaan
Biaya tahunan menyimpan suatu persediaan tergantung pada jenis material
yang disimpan. Misalnya, perusahaan farmasi yang menyimpan produk obat dalam
ruang yang lingkungannya terkendali terkendali (suhu, kelembaban, dsb) serta
dengan keamanan ketat akan menanggung biaya yang sangat tinggi. Biaya
pemeliharaan, atau biaya penyimpanan (carrying cost), biasanya dinyatakan
sebagai persentase biaya tahunan dari barang, dan biaya tersebut mencakup faktor-
faktor seperti kerusakan,pencurian, keusangan, pajak dan asuransi. Suatu
karakteristik pentik dri biaya pemeliharaan adalah kenyataan bahwa biaya itu
berbanding lurus dengan tingkat persediaan-semakin tinggi persediaan, semakin
tinggi biayanya.
b. Biaya Pembelian
Perusahaan berusaha meminimumkan biaya pemeliharaan dengan menjaga
agar tingkat persediaannya rendah. Salah satu cara untuk hal tersebut adaah
mengecilkan pemesanan bahan baku. Hal ini akan menjadi tujuan yang baik jika
biaya yang lain tidak meningkat seiring dengan penurunan kuantitas pesanan.
Biaya yang meningkat adalah biaya pembelian, yang mencakup biaya yang
terjadi saat material dipesan, waktu pembelian, biaya telepon, biaya sekretaris,
biaya formulir pesanan, dan lain sebagainya.
3. Penggunaan Sistem Informasi Manufaktur oleh Manajer
Sistem Informasi manufaktur mulai digunakan dalm penciptaan maupun
dalam operasi sistem produksi fisik. Informasi manufaktur ini digunakan oleh
19

eksekutif perusahaan, manajer bagian manufaktur, maupun manajer lainnya.


Penggunaan sistem informasi manufaktur pada perusahaan, antara lain:
1. Eksekutif perusahaan
Eksekutif perusahaan menerima informasi dari subsistem output yang
menjelaskan seluruh operasi perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kinerja pekerja dalam proses produksi dan hasil produksinya.
2. Manajer bagian manufaktur
Manajer bagian manufaktur menggunakan sistem informasi ini untuk
keberlangsungan proses produksi.
3. Manajer bagian lain
Manajer bagian lain seperti manajer pemasaran dan keuangan juga
menggunakan output dari sistem informasi mannufaktur ini. Pemasar merasa
tertarik dengan aspek produksi seperti biaya, kualitas, dan penyediaan karena
faktor-faktor tersebut mempengaruhi penjualan produk. Manajer keuangan
memiliki perhatian khusus pada subsistem persediaan karena digunakan dalam
menentukan investasi persediaan, dan subsistem produksi, karena digunakan untuk
membuat keputusan penting mengenai konstruksi atau perluasan pabrik.
Suatu hal penting yang harus diingat adalah sistem informasi manufaktur
menyediakan informasi bagi para manajer di seluruh perusahaan.
D. Contoh Kasus (PT Wiraswasta Gemilang Indonesia)
Kemajuan teknologi informasi memaksa perusahaan untuk menerapkan
system Informasi yang baik agar dapat tetap bertahan di lingkungan bisnisnya.
Demikian juga halnya dengan PT. WGI sebagai perusahaan manufaktur. Dengan
semakin meningkatnya volume transaksi dan jumlah konsumen, juga peningkatan
persaingan dengan kompetitor, maka sistem manual menjadi penghambat kegiatan
bisnis. Sebagai perusahaan manufaktur, inventori sering menjadi masalah karena
kekurangan bahan baku menghambat proses produksi. Demikian juga bila
informasi stok inventori dari produk tidak diketahui secara akurat, mengakibatkan
proses pengolahan order pesanan dari konsumen menjadi lambat yang dapat
menyebabkan ketidakpusasan konsumen. Untuk mempercepat proses administrasi
dan meningkatkan kepuasan konsumen, maka PT. WGI perlu menerapkan sistem
informasi yang tepat.
20

BAB IV
PENUTUP

Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Sistem informasi
manufaktur merupakan suatu penerapan teknologi informasi dalam produksi yang
mantap, tetapi hanya satu dimensi dari penggunaan computer. Manajer manufaktur
menggunakan komputer sebagai penunjang dalam kegiatannya yaitu komputer
sebagai sistem fisik dan komputer sebagai informasi. Material Requirements
Planning (MRP) merupakan metode penjadualan agar tidak ada penungguan bahan
baku, Oliver Wight dan George Plossl mengembangkan konsep MRP di luar area
manufaktur sehingga meliputi seluruh perusahaan yang hasilnya di sebut
Manufacturing Resource Planning (MRP II). JIT memiliki perbedaan dengan MRP.
JIT menggunakan pendekatan nonkomputer, sedangkan MRP berdasarkan
komputer. JIT juga memiliki ukuran lot yang kecil. Model sistem informasi
manufaktur terdiri dari 3 subsistem input dan 4 subsistem output. Subsistem input
terdiri dari sistem informasi akuntansi, sistem industrial engineering, dan subsistem
intelejen manufaktur. Subsistem output yaitu subsistem produksi, subsistem
persediaan, subsistem kualitas, dan subsistem biaya. Output dari sistem informasi
manufaktur ini digunakan oleh eksekutif perusahaan, manajer manufaktur, dan
manajer pada bagian lainnya. Manajemen menggunakan subsistem produksi untuk
membangun fasilitas produksi baru dan mengoperasikan fasilitas yang ada.
21

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, M. I. (2011). Pengembangan Sistem Informasi Manufaktur


Celana Jeans Pengembangan Sistem Informasi Manufaktur
Celana Jeans Pada CV . Anugrah. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jimmy, M., Arifianto, F., & Santoso, E. (2015). Politeknik Manufaktur
Astra. INASEA, 5(1), 84–90.
Nona, F., Santoso, U., & Lailatussaddiyah, B. A. T. (2014). Sistem
Informasi Manufaktur.
Prasetya, R. D. (2015). Sistem Informasi Manufaktur. Artikel. Prodi
Teknik Informatika Fakultas Teknik Informatika. Fakultas
Teknologi Informasi. Universitas Mercubuana Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai