Anda di halaman 1dari 20

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Proses Overhaul

Proses overhaul dilakukan dengan membongkar seluruh mekanisme komponen mesin, hal tersebut
dilakukan guna mengetahui kondisi komponen- komponen didalamnya, serta untuk menganalisa
kerusakan yang terjadi didalam mekanisme tersebut. Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1.Membongkar sistem komponen utama

Pembongkaran ini meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder.

a.Membongkar kepala silinder dan mekanisme katup.

1)Air pendingin mesin dikuras.

2)Kabel tegangan tinggi dari busi dilepas.

3)Busi dilepas.

4)Tabung busi dan ring –O dilepas.

5)Selang bahan bakar dan selang vakum dilepas.

6)Selang PVC dari tutup kepala silinder dilepas, 6 baut pengikat manifold dengan kepala silinder dilepas,
kemudian rakitan manifold dan karburator serta gasketnya dilepas.

7)Selang bypass air dilepas.

8)Kemudian 2 mur pengikat seal washer pada tutup kepala silinder dilepas, setelah itu tutup kepala
silinder dan gasketnya dilepas.

9)Secara merata baut-baut pengikat kepala silinder dikendorkan dan dilepas dalam beberapa tahap,
untuk mencegah kebengkokan atau keretakan pada kepala silinder. Kemudian kepala silinder dengan
hati-hati diturunkan dari trainer.
Gambar 17. Melepas Kepala Silinder .

10)Secara merata dan berurutan mengendorkan dan melepas 6 baut dan 2 mur bertahap, kemudian
rakitan rocker arm dan shaft dilepas.

11)Secara berurutan 8 push rod dilepas dari push rod No.1 dan untuk mencegah push rod tertukar maka
push rod disimpan dengan urutan yang benar.

12)Rumah saluran air dan plat belakang dilepas.

13)Untuk melepas katup-katup digunakan valve spring compressor kemudian menyusun pegas katup,
dudukan katup, penahan katup dan katup secara berurutan untuk mencegah tertukarnya komponen.

Gambar 18.Melepas Katup-Katup

14)Setelah puli pompa air, tali kipas, kepala silinder, distributor, pompa bahan bakar, dan oil pan
dilepas. Kemudian puli crankshaft dilepas.

15)8 buah baut dan mur pada tutup rantai timing dikendorkan dan dilepas, kemudian menggunakan
palu plastik tutup rantai timing dan gasketnya dilepas.

16)Penegang rantai dan peredam getaran dilepas.

17)Secara bersama-sama rantai timing dan roda gigi camshaft

dilepas.

Gambar 19. Rantai Timing dan Roda Gigi Camshaft

18)Roda gigi crankshaft dilepas.

19)valve lifter dilepas dan disimpan secara berurutan agar tidak tertukar.
20)Thrust plate dilepas kemudian baut kepala silinder pada camshaft dipasang. Sambil memutar-mutar
baut tersebut, camshaft ditarik perlahan keluar agar bearing tidak rusak.

b.Membongkar blok silinder dan mekanisme engkol.

1)Membongkar blok silinder dilakukan setelah hampir keseluruhan sistem dibongkar, pertama
flywheel dilepas.

2)Baut penahan oil seal belakang dan gasketnya dilepas

3)Connecting rod cap dan bantalannya dilepas.

4)Piston ditekan dan connecting rod keluar dari silinder, kemudian piston, connecting rod, connecting
rod cap dan bantalannya disusun secara berurutan.

Gambar 20. Menyusun Piston Secara Berurutan

5)Piston ring dilepas menggunakan piston ring expander.

6)Snapring pada piston pin dilepas, kemudian piston pin, torak dan connecting rod dilepas.

7)10 baut main bearing cap dikendorkan dan dilepas secara merata dan bertahap, kemudian main
bearing cap dan bantalan crankshaft bagian bawah dilepas. Khusus bantalan crankshaft no.3 ada thrust
washernya. Kemudian disusun dengan urutan yang benar untuk menghindari komponen yang tertukar.

8)Crankshaft dikeluarkan dari blok silinder dan bantalan crankshaft bagian atas bersama thrust washer
atas dilepas, kemudian disusun dengan urutan yang benar.

2.Membersihkan komponen-komponen yang telah dibongkar

Proses ini meliputi seluruh komponen yang telah dibongkar, menggunakan campuran dari solar dan
detergent sebagai pelarut kotoran, disikat menggunakan sikat yang lembut. Untuk membersihkan
material gasket menggunakan gasket scraper dan untuk material karbon yang terdapat pada ruang
bakar, piston dan katup-katup dapat dikikis menggunakan sikat kawat.

Melakukan pemeriksaan dan pengukuran komponen-komponen

Proses ini meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder. Pemeriksaan
dan pengukuran menggunakan panduan dari buku manual mesin Toyota Kijang 5K.

a.Pemeriksaan dan pengukuran mekanisme katup.


1)Tonjolan nok diukur menggunakan mikrometer (STD in : 36,588 - 36,688 mm dan ex : 36,403 - 36,503
mm)

Gambar 21. Mengukur tonjolan nok Tabel 1. Hasil pengukuran tonjolan nok

Kesimpulan : Tonjolan nok masih baik.

2)mengukur diameter jurnal camshaft.

Gambar 22. Mengukur diameter jurnal camshaft.

Hasil ukur :

Jurnal camshaft no.1 (STD : 43,209 – 43,225 mm) : 43,21 mm Jurnal camshaft no.2 (STD : 42,954 –
42,970 mm) : 42,96 mm Jurnal camshaft no.3 (STD : 42,704 – 42,720 mm) : 42,71 mm Jurnal camshaft
no.4 (STD : 42,459 – 42,475 mm) : 42,47 mm

Kesimpulan : Diameter jurnal masih sesuai spesifikasi (baik)

3)Memeriksa celah oli bantalan camshaft, dengan mengukur diameter bantalan camshaft dikurangi
diameter jurnal camshaft (STD : 0,070– 0,3 mm).

Hasil ukur :
Celah oli no.1 : 43,25 mm – 43,21 mm = 0,04 mm Celah oli no.2 : 43,01 mm – 42,96 mm = 0,05 mm
Celah oli no.3 : 42,78 mm – 42,71 mm = 0,06 mm Celah oli no.4 : 42,49 mm – 42,45 mm = 0,04 mm

Kesimpulan : Celah oli belum masuk standar harus diperbaiki

4)Memeriksa diameter valve lifter (STD : 21,387 - 21,404 mm). Hasil ukur :

in : No.1 : 21,42 mm No.2 : 21,41 mm No.3 : 21,41 mm No.4 : 21,41 mm

ex : No.1 : 21,42 mm No.2 : 21,41 mm No.3 : 21,41 mm No.4 : 21,42 mm

Kesimpulan : Diameter valve lifter masih masuk (STD).

5)Mengukur celah oli antara rocker arm dan shaft (STD :0,02 mm - 0,04 mm). Celah oli maksimum : 0,06
mm.

Gambar 23. Mengukur Celah Oli Rocker Arm dan Shaft

Hasil ukur : in : No.1 : 16,00 mm – 15,98 mm = 0,02 mm No.2 : 16,01 mm – 15,97 mm = 0,04 mm No.3 :
16,00 mm – 15,98 mm = 0,02 mm No.4 : 16,02 mm – 15,99 mm = 0,03 mm

ex : No.1 : 16,02 mm – 15,97 mm = 0,05 mm No.2 : 16,02 mm – 15,97 mm = 0,05 mm No.3 : 16,01 mm –
15,99 mm = 0,02 mm No.4 : 16,00 mm – 15,99 mm = 0,01mm

Kesimpulan : Celah oli antara rocker arm dan shaft masih di bawah ukuran maksimum (baik).

6)Sebelum katup-katup dibongkar, dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan cara ruang bakar diisi
bensin. Kemudian ditunggu beberapa menit.

Hasil pemeriksaan : Tidak terjadi kebocoran pada katup in dan ex Kesimpulan : Tidak dibutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut pada katup- katup .

7)Memeriksa ketebalan margin kepala katup (STD in : 1,0 – 1,6 mm dan ex : 1,2 – 1,8 mm).
Gambar24.

Mengukur Tebal Margin Kepala Katup

Hasil ukur : in : No.1 : 0,85 mm ex : No.1 : 0,95 mm

No.2 : 0,90 mm No.2 : 1,00 mm

No.3 : 0,80 mm No.3 : 1,00 mm

No.4 : 0,90 mm No.4 : 0,90 mm

Kesimpulan : Ketebalan pinggir kepala katup sudah di bawah standar (perlu diganti yang baru).

8)Mengukur panjang bebas pegas katup (STD : 48,0 mm)

Gambar 25. Mengukur Panjang Bebas Pegas Katup Hasil ukur : in : No.1 : 48,0 mm ex : No.1 : 48,0
mm

No.2 : 48,0 mm No.2 : 48,0 mm

No.3 : 48,0 mm No.3 : 48,0 mm

No.4 : 48,0 mm No.4 : 48,0 mm


Kesimpulan : Panjang bebas pegas katup sesuai dengan standar (baik).

9)Memeriksa secara visual roda gigi (sprocket) kemungkinan aus, atau giginya gompal.

Hasil pemeriksaan : Roda gigi tidak ada yang aus atau gompal giginya.

Kesimpulan : Roda gigi dalam keadaan baik.

b.Pemeriksaan kepala silinder.

1)Memeriksa secara visual kepala silinder dari kemungkinan tergores atau retak.

Hasil pemeriksaan : Tidak terdapat goresan pada permukaan kepala silinder.

Kesimpulan : kepala silinder masih baik.

c.Pemeriksaan dan pengukuran mekanisme engkol.

1)Mengukur diameter torak untuk menentukan apakah torak masih standar atau sudah oversize (STD
80,450 – 80,980 mm)

Gambar26.

Mengukur diameter piston.

Hasil ukur : Torak no.1 : 80,430 mm

Torak no.2 : 80,440 mm Torak no.3 : 80,430 mm Torak no.4 : 80,430 mm


Kesimpulan : Ukuran torak dibawah standar dan tidak ada tanda di permukaan torak jika sudah di
oversize. Maka perlu diganti dan di oversize.

2)Mengukur diameter main journal poros engkol, STD diameter main journal (49,976 mm – 49,984 mm).

Gambar 27.Mengukur diameter main journal poros engkol

Hasil ukur :

Tabel 2. hasil pengukuran main journal

Main Jurnal

No Hasil Pengukuran

(mm)

1 49,720

2 49,640

3 49,600

4 49,700

5 49,540

Kesimpulan : Ukuran main journal dibawah standar, sehingga perlu diperbaiki dan di undersize.

3)Mengukur diameter crank pin poros engkol. STD diameter crank pin (41,976 mm - 41,984 mm).

Gambar 28. Mengukur diameter crank pin poros engkol

Hasil ukur :

Tabel 3. hasil pengukuran crank pin poros engkol


Crank pin

No Hasil Pengukuran (mm)

1 41,740

2 41,720

3 41,750

4 41,740

Kesimpulan : Ukuran crank pin poros engkol dibawah standar, sehingga perlu diperbaiki dan di
undersize.

4)Memeriksa bantalan main journal poros engkol kemungkinan melengkung atau tergores.

Hasil pemeriksaan : Terdapat goresan yang cukup dalam pada bantalan main journal.

Kesimpulan : Perlu dilakukan penggantian bantalan main jurnal.

5)Memeriksa bantalan crank pin poros engkol, kemungkinan melengkung atau tergores.

Gambar 29. Bantalan crank pin poros engkol.

Hasil pemeriksaan : Terdapat goresan yang cukup dalam Kesimpulan : Perlu dilakukan penggantian
bantalan crank pin.

d.Pemeriksaan dan pengukuran blok silinder.

1)Mengukur keovalan dan ketirusan lubang silinder menurut arah aksial dan arah dorong di bagian atas,
tengah dan bawah menggunakan cylinder bore gauge (ukuran lubang standar 80,500 - 80,530 mm).

Gambar 30. Mengukur lubang silinder


Gambar35. Mengukur bagian atas,tengah,bawah lubang silinder

a Pbosisi

Hasil pengukuran (mm)

Ukuran Standar (mm)

Silinder 1

Silinder 2 Silinder 3 silinder 4

lA

(atas) 80,540 80,540 80,540 80,540 80,500 - 80,530

4B
(tengah) 80,550 80,540 80,560 80,550 80,500 - 80,530

(bawah) 80,550 80,550 80,540 80,550 80,500 - 80,530

. Hasil pengukuran lubang silinder

Kesimpulan : hasil pengukuran menunjukkan bahwa pengukuran diameter lubang silinder telah di atas
ukuran standarnya, sehingga lubang silinder perlu pembubutan atau oversize.

Melakukan perbaikan atau penggantian komponen yang mengalami kerusakan. Berdasarkan


data pemeriksaan dan pengukuran maka dapat disimpulkan komponen mana yang dapat diperbaiki dan
yang harus diganti. Komponen yang harus diganti adalah gasket full set karena tidak bisa dipergunakan
lagi. Dan komponen yang harus diganti lainya yaitu bantalan main journal, bantalancrank pin, piston.
Sedangkan komponen yang harus diperbaiki adalah lubang silinder, main journal poros engkol, crank pin
poros engkol. Proses perbaikannya adalah sebagai berikut

a.Penggantian gasket full set.

Gambar Gsket kepalasilinder

Proses ini dilakukan bersamaan saat perakitan. Semua gasket dan seal yang tidak bisa dipakai lagi
diganti. Dalam pemasangannya gasket harus sesuai posisinya, tidak boleh terbalik atau sampai menutupi
saluran-saluran tertentu.

b.Perbaikan pada main journal dan crank pin poros engkol.


Berdasarkan data pengukuran diameter main journal dan crank pin poros engkol sudah melebihi limit,
maka perlu dilakukan pembubutan atau undersize dikarenakan keterbatasan alat dan kemampuan
dalam pembubutan, maka proses pengerjaannya dilakukan di bengkel bubut luar konsentrasi otomotif.

Gambar 32.Poros engkol

c.Perbaikan pada lubang silinder.

Berdasarkan data pengukuran pada lubang silinder sudah melebihi ukuran standarnya, maka perlu
dilakukan pembubutan atau oversize dikarenakan keterbatasan alat dan kemampuan dalam
pembubutan, maka proses pengerjaannya dilakukan di bengkel bubut luar konsentrasi otomotif.

d.Penggantian pada piston.

Karena diameter piston dibawah ukuran standar maka piston perlu dilakukan penggantian. Ukuran
piston di oversize sebesar 0.50

Gambar 33. Piston yang telah di oversize

e.Penggantian pada bantalan main journal pada poros engkol.

Gambar 34. Bantalan main journal poros engkol

3.Merakit kembali semua komponen utama

a.Merakit blok silinder dan mekanisme engkol.

1)Thrustwasher dipasang dengan permukaan alur olinya menghadap keluar dan bantalan crankshaft
atas.

2)Crankshaft dipasang pada blok silinder.


3)Thrust washer bawah dan bantalan crankshaft bawah dipasang kemudian main bearing cap dipasang
pada lokasi yang benar.

` Gambar 35. main bearing cap

4)Baut main bearing cap diolesi oli, kemudian dipasang dan dikencangkan secara bertahap sambil
memutar-mutarkan crankshaft, sampai momen spesifikasi (5,4 kg/m – 6,6 kg/m).

Gambar 36. Mengencangkan main bearing cap

5)Piston pin dan lubang piston diolesi oli, kemudian diluruskan tanda depan pada piston dan connecting
rod kemudian menekan piston pin masuk lubang piston.

6)Snapring pada piston pin dipasang.

7)Ring oli dan 2 rel sisi dipasang menggunakan dengan tangan.

8)2 ring kompresi dipasang dengan tanda menghadap ke atas menggunakan piston ring expander,
ujung-ujung piston ring diposisikan agar tak segaris (bila segaris bisa menyebabkan kebocoran
kompresi).

9)Bantalan crank pin poros engkol dipasang.

Gambar 37. Memasang bantalan crank pin poros engkol.

10)Rakitan piston di pasang ke dalam silinder sesuai dengan nomornya dan tanda pemasangannya
menghadap ke depan menggunakan piston ring compressor

Gambar 38. Memasang piston ke dalam silinder.

10)Connecting rod cap dipasang sesuai dengan nomor dan tanda pemasangannya menghadap ke depan.

11)Baut connecting rod cap dipasang sesuai momen spesifikasinya (4,0 kg/m – 5,2 kg/cm).
12)Putaran mekanisme engkol diperiksa sampai putarannya lembut.

13)Penahan oil seal belakang dan gasketnya dipasang.

b.Merakit rantai timing dan camshaft.

1)Camshaft diolesi oli kemudian camshaft dipasang pada dudukannya dengan hat-hati agar tidak
merusak bantalan camshaft.

2)Thrustplate dipasang.

3)Piston No.1 diposisikan pada titik mati atas(TMA).

4)Pindwel camshaft diluruskan dengan tanda yang ada pada thrust plate.

Gambar 39. Meluruskan Pin dengan Tanda

5)Tanda-tanda timing diluruskan pada rantai timing dan roda gigi.

Gambar 40. Meluruskan Tanda pada Roda Gigi dan Rantai

6)Rantai timing dan roda gigi dipasang bersamaan, ujung baut diolesi oli kemudian dikencangkan
bautnya sesuai spesifikasi (5,4 kg/m – 6,6 kg/m)

7)Penegang rantai diolesi oli, penegang rantai dan peredam getaran dipasang kemudian dikencangkan
baut-bautnya.

8)Tutup rantai dipasang, mengoleskan oli pada ujung-ujung bautnya kemudian dikencangkan.

9)Valve lifter diolesi oli kemudian dipasang sesuai dengan urutannya.

10)Puli crankshaft di pasang, pada ujung bautnya diolesi oli kemudian dikencangkan sesuai dengan
spesifikasi (7,5 kg/m – 10,5 kg/m).

c.Merakit kepala silinder dan mekanisme katup.

1)Oil seal katup dipasang.


2)Dudukan pegas, katup dan pegas dipasang kemudian pegas ditekan menggunakan valve spring
compressor dan penahan pegas dipasang.

3)Setelah pegas-pegas terpasang, kemudian ujung-ujung batang katup dipukul-pukul perlahan agar
pegas berada pada tempatnya dengan sempurna.

4)Rumah saluran keluar air dan plat belakang mesin beserta

gasketnya dipasang.

5)Permukaan blok silinder dibersihkan dan gasket kepala silinder pada blok silinder dipasang,
meluruskan pada lubang-lubang baut, air dan oli.

6)Permukaan silnder dibersihkan kemudian diletakkan pada posisinya di atas gasket.

7)Ujung-ujung baut kepala silnder diolesi oli dan dipasang pada kepala silinder. Baut-baut dikencangkan
secara berurutan seperti gambar dibawah sesuai dengan momen spesifikasi (5,4 kg/cm – 6,6 kg/cm).

Gambar 41. Urutan Pengencangan Baut Kepala Silinder

8) 8 push rod dipasang.

9) Rakitan valve rocker shaft dipasang pada kepala silinder, 6 baut dan 2 mur pengikat dipasang
kemudian dikencangkan secara bertahap, dengan urutan seperti gambar dibawah dan sesuai momen
spesifikasi (1,8 kg/m – 2,4 kg/m).

Gambar 42. Urutan Pengencangan Baut Rakitan Rocker Shaft

4.Memeriksa dan menyetel kembali sistem komponen utama motor setelah dilakukan perakitan

Setelah dilakukan perakitan sistem komponen utama motor beserta sistem kelistrikan, sistem bahan
bakar, sistem pelumasan dan sistem pendinginan yang dikerjakan oleh teman-teman sekelompok
proyek akhir ini. Kemudian dilakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan semua komponen dipasang
sesuai dengan standar, dan dilakukan penyetelan. Untuk sistem komponen utama yang perlu distel
ulang adalah celah katup, berikut ini proses pengerjaannya :

a.Silinder No.1 diposisikan pada TMA (Titik Mati Atas).

b.Katup disetel dengan urutan seperti pada gambar dibawah.


Gambar 43. Urutan Penyetelan Katup pada TMA Silinder No.1

Cara penyetelannya adalah menggunakan feeler gauge untuk mengukur celah antara batang katup dan
rocker arm sesuai dengan spesifikasi (in : 0,13 dan ex : 0,23 mm). Mur pengunci dikendorkan dan sekrup
penyetel diputar untuk mendapatkan celah yang tepat. Kemudian setelah mendapatkan celah yang
tepat, menahan sekrup penyetel dan mur pengunci dikencangkan.

c.Poros engkol diputar satu kali searah jarum jam lalu memposisikan silinder No.4 pada TMA (kompresi).

d.Katup disetel dengan urutan seperti pada gambar dibawah.

Gambar 44. Urutan Penyetelan Katup pada TMA Silinder No.4

Cara penyetelannya adalah menggunakan feeler gauge:

untuk mengukur celah antara batang katup dan rocker arm sesuai dengan spesifikasi (in : 0,13 dan ex :
0,23 mm). Mur pengunci dikendorkan dan sekrup penyetel diputar untuk mendapatkan celah

yang tepat. Kemudian setelah mendapatkan celah yang tepat, sekrup penyetel ditahan dan mur
pengunci dikencangkan

Setelah selesai penyetelan pada semua sistem, kemudian tutup kepala silinder dengan 2 seal washer
dan murnya dipasang. Mengisi oli SAE 20 sebanyak 4 liter, dan air pendingin kemudian mesin dicoba
dihidupkan

3.2 Proses Pengujian


Setelah proses overhaul engine trainer telah dilakukan dan diselesaikan untuk selanjutnya dilakukan
proses pengujian kinerja engine yang meliputi pengukuran tekanan kompresi.

1.Tujuan pengujian

Pengujian kinerja motor dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah engine trainer dapat bekerja
dengan normal sesuai dengan standar atau ketentuan yang berlaku pada mesin tersebut, jika belum
sesuai maka perlu dilakukan rekondisi kembali.

2.Prosedur pengujian

Prosedur pengujian dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing pengujian.
Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.Pengukuran kompresi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Gambar 45. Pengukuran Kompresi

1)Mesin dipanaskan sampai suhu kerja.

2)Semua busi dibuka.

3)Kabel tegangan tinggi dari koil dilepas agar aliran sekunder terputus.

4)Compression tester dimasukkan ke dalam lubang busi.

5)Katup dibuka sepenuhnya, kemudian membaca tekanan kompresi sementara mesin


diputar dengan motor stater.

6)Melakukan pengujian kembali seperti diatas pada silinder yang lain.

3.Hasil pengujian

a.Hasil pengukuran kompresi :

1)Silinder 1 : 10,25 kg/cm²


2)Silinder 2 : 11,25 kg/cm²

3)Silinder 3 : 11,25 kg/cm²

4)Silinder 4 : 11,5 kg/cm²

Standar untuk Toyota Kijang 5K (12,6 kg/cm²) limit (9,5 kg/cm²) sedang perbedaan tekanan masing-
masing silindernya harus kurang dari 10 kg/cm²

4.Spesifikasi mobil kijang 5K

a.Toyota Kijang 5K 1500 cc.

b.Diameter x langkah 72,0 mm x 79,7 mm.

c.Daya maksimum 92 Ps/6000 rpm.

d.Pengisian alternator.

e.8 katup OHC.

f.Susunan silinder 4 silinder.

g.Torsi maksimum 12,2Kgm/4.400Rpm.

3.3 Pembahasaan Proses Rekondisi

Dalam rekondisi engine stand Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama motor yang meliputi
mekanisme katup, mekanisme engkol, dan blok silinder ada beberapa hal yang perlu dibahas,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Mekanisme katup

Hasil pemeriksaan pada mekanisme katup untuk komponen camshaft, valve lifter, push rod, rocker arm,
rocker arm shaft, pegas katup, rantai timing dan roda gigi timing masih sesuai dengan standar dan
ketentuan yang ada. Sehingga masih baik untuk dipergunakan.

2.Mekanisme Engkol

Hasil dari pemeriksaan pada komponen-komponen mekanisme engkol yang meliputi torak, diameter
main journal, diameter crank pin, bantalan main journal, bantalan crank pin. Telah diketahui bahwa
diameter torak sudah tidak standar, sehingga perlu di lakukan penggantian torak dan di oversize sebesar
0.50 mm, diameter main journal dan crank pin ukuranya juga sudah tidak standar sehingga dilakukan
perbaikan. Proses pengerjaannya dilakukan diluar bengkel konsentrasi otomotif. Pada bantalan crank
pin terdapat goresan yang cukup dalam sehingga bantalan diganti dengan yang baru.
3.Blok silinder

Hasil dari pemeriksaan dan pengukuran lubang silinder bahwa ukuran sudah tidak lagi standar dan
ketentuan yang ada. Jadi lubang silinder perlu pembubutan atau oversize.

3.4 Pembahasan Proses Pengujian

Pengujian kinerja motor pada engine trainer Toyota Kijang 5K ini pengukuran kompresi. Hasil dari
pengujian ini menunjukkan hasil dari rekondisi yang telah dilakukan, berikut ini pembahasannya.

1.Pengukuran kompresi

Dari hasil pengukuran kompresi, sudah sesuai dengan standar untuk Toyota Kijang 5K (12,6 kg/cm²) limit
(9,5 kg/cm²) sedang perbedaan tekanan

masing-masing silindernya harus kurang dari 10 kg/cm². Dengan data pengukuran tekanan kompresi
sebagai berikut:

a.Silinder 1 : 10,25 kg/cm²

b.Silinder 2 : 11,25 kg/cm²

c.Silinder 3 : 11,25 kg/cm²

d.Silinder 4 : 11,5 kg/cm².

Dapat disimpulkan sudah tidak terjadi kebocoran pada ruang bakar. Jadi proses perbaikan kebocoran
kompresi pada engine stand ini telah sesuai dengan yang diinginkan.

2.Kerja Mesin

Perbaikan atau rekondisi mesin telah sesuai dengan yang diinginkan dan menjadi lebih baik, selain data
dari pengukuran kompresi suara mesin juga sudah lebih halus setelah mesin dihidupkan dan asap yang
keluar dari knalpot bersih tidak berwarna putih keabuan-abuan.

3.5 Evaluasi kendala dan hambatan

1.Harga komponen yang rata-rata mengalami kenaikan.

Sebelum memulai mengerjakan tugas akhir ini dilakukan pengamatan dan konsultasi tentang harga
komponen-komponen yang akan digunakan dalam rekondisi engine trainer Toyota Kijang 5K. Akan
tetapi pada saat dilakukan pembelian, banyak dari harga komponen-komponen tersebut yang
mengalami kenaikan.

2.Proses pembelian komponen engine yang membutuhkan waktu cukup lama. Kelengkapan komponen
pada sebagian besar toko kurang lengkap,

sehingga tidak semua komponen dapat dibeli di satu toko saja. Untuk membeli dari berbagai toko, yang
letaknya terpencar antara toko satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai