Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS SEMIOTIK

NOVEL “TARIAN JIWA ”


( Muhammad Muhyidin )
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampu : Drs. Danang Susena , M.Hum

Oleh

Meisy Afiani Candra 1511109446

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA

2016 / 2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan cermin masyarakat. Disebut demikian karena melalui karya
sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang dirinya sendiri ikut
berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus
mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat
menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri
adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak
dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus
membentuknya. Misalnya hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-
seorang, antarmanusia, danantarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.
Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering
menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk
mencetuskan peristiwa sosial tertentu.
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita
fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.
Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Pada kesempatan kali ini
, penulis menganalisis novel “ Tarian Jiwa” karya Muhammad Muhyidin. Novel ini
menceritakan perjuangan cinta seorang pemuda yang bernama Kholid. Gadis pujaannya,
Fatimah yang dia puja-puja laksana Dewi Srikandi, ternyata telah dijodohkan dengan
seorang tentara oleh ayahnya yang kejam. Disisi lain, kehadiran sosok Dian dalam hidup
Fatimah juga berpengaruh besar dalam perjalanan kisah cinta mereka.
Junus (dalam Pradopo 1995 : 118) mengemukakan bahwa semiotik itu merupakan
lanjutan atau perkembangan strukturalisme. Alasannya adalah karya sastra merupakan
struktur tanda – tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda , tanda dan
maknanya, struktur karya sastra tidak akan bisa dipahami secara optimal. Semiotik
(semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Preminger (dalam
Pradopo 1995:119) berpendapat bahwa penelitian semiotik meliputi analisis satra sebagai
sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan
meneliti ciri-ciri yang menyebabkan berbagai macam cara wacana mempunyai makna.
Pada kesempatan ini penulis menganalisis novel “ Tarian Jiwa” karya Muhammad
Muhyidin dengan kajian semiotik karena dalam novel ini penulis menemukan banyak
pemakaian bahasa secara semiotik, yang berupa kata,kalimat maupun kode budaya. Sang
tokoh utama, Kholid diceritakan tinggal di Alas Roban, Batang. Lalu mengenyam
pendidikan di sebuah sekolah yang kental dengan agama Islam di Wonosobo, dan tinggal
di sebuah rumah kost. Hal inilah yang menyebabkan banyak ditemukan kode-kode
budaya dalam novel ini.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dalam subbab latar belakang, maka penelitian ini
memunculkan kesan dan asumsi bahwa dalam mencintai seseorang kita harus sabar dan
rela berkorban. Karena hidup akan lebih bahagia jika kita mengetahui bahwa kita dicintai
daripada mencintai. Lebih baik jika kita memastikan bahwa kita tidak akan tersakiti dan
akan hidup bahagia bersama orang yang mencintai kita. Dan dalam hidup, pekerjaan yang
dilakukan dengan sungguh – sungguh, tekun dan tidak mudah menyerah akan berbuah
manis pada akhirnya. Tidak ada pencapaian yang bisa miliki secara instant. Semua butuh
proses yang memerlukan perjuangan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa unsur intrinsik dari novel “ Tarian Jiwa “ karya Muhammad Muhyidin?
2. Bagaimana analisis dengan pendekatan semiotik novel “ Tarian Jiwa “ karya
Muhammad Muhyidin ?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui unsur intrinsik novel “ Tarian Jiwa” karya Muhammad Muhyidin.
2. Mengetahui analisis semiotik novel “ Tarian Jiwa” karya Muhammad Muhyidin.

E. Metode dan Teknik Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian adalah suatu cara yang
digunakan dalam memperoleh dan mengumpulkan data dari beberapa informan.
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan metode deskriptif analitik.
Deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian
disusul dengan menguraikan sampai pada tahap membrikan pemahaman dan
penjelasan. Dalam hal ini penulis terlebih dahulu mendeskripsikan konteks sosial
novel “Tarian Jiwa ”, lalu dianalisis secara semiotik yang disesuaikan dengan
keadaan tanda sosial budaya, berdasarkan kata, frasa,klausa, dan kalimat.

2. Teknik Penelitian
a. Pengumpulan Data
Data adalah sebuah instrumen penelitian yang berasal dari obyek, data penelitian
ini berupa kata, frasa, kalimat dan konteks. Sumber data yang digunakan adalah
dari novel “Tarian Jiwa” .

b. Pengambilan Sample ( diambil secara acak )


1. Kholid, Fatimah ( nama dalam agama Islam),
2. Dewi, Srikandi (nama tokoh dalam pewayangan),
3. bajingan, kampret, sinting, asu, lonte ( umpatan )
4. duit, minggat (bahasa Jawa)
5. manol (kernet dalam bahasa Purbalingga)
6. my baby (bahasa Inggris)
7. gali ( preman dalam bahasa Jawa)
8. abang (kakak/ orang yang dianggap lebih tua).

c. Klasifikasi Data
 Nama Tokoh :
1. Kholid
2. Fatimah
3. Wilda
4. Dian
5. Rita
6. Pak polisi
7. Bapak Kholid
8. Kakak Kholid
9. Ayah Fatimah
10. Ibu Fatimah
11. Perempuan penumpang becak
 Nama Tempat
1. Wonosobo
2. Kantor polisi
3. SMA Takhassus
4. Dieng teatre
5. Pabrik di Gresik
6. Kos Pak Slamet
7. Purbalingga
8. Alas Roban
9. Pringsurat
10. Batang
11. Surodadi
12. Desa Tangkisan
13. SMA Diponegoro
14. Wonosono
15. Bobotsari
16. Goa Lawa

d. Analisis Data
Analisis data didasarkan pada tokoh dan setting serta penokohan pada cerita
melalui sample dan klasifikasi data.

e. Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini.
BAB II
ANALISIS DATA

A. Unsur Intrinsik Novel “ Tarian Jiwa “

1. Tema

Tema adalah sebuah gagasan atau ide pokok yang terkandung dalam sebuah cerita
yang dapat mewakili isi sebuah cerita. Novel “ Tarian Jiwa “ bertemakan perjuangan
cinta seorang pria yang harus melalui banyak cobaan dan pergumulan hidup. Tekad yang
kuat dan usaha yang tak pernah berhenti, juga doa yang selalu terpanjat membuat hal
yang mustahil menjadi nyata. Cinta yang tulus dari Kholid terhadap Fatimah
membuktikan bahwa kekuatan cinta dan doa, juga usaha akan selalu membawa
kebahagiaan pada akhirnya.

2. Setting/Latar
Setting/latar adalah keterangan mengenai waktu tempat dan suasana yang terjadi
didalam sebuah cerita.
 Setting tempat:
1. Wonosobo , terdapat dalam kalimat
“Sore di Wonosobo. Wonosobo menjadi kusam sebab wajahnya tidak dihiasi wajah
Fatimah”. (hlm. 91)
2. Kantor Polisi , terdapat dalam kalimat
“ di depan kantor, banyak berlalu – lalang para mahasiswa pergi dan dari kampus,
para pelajar yang sedang istirahat, ..... “ (hlm. 9 )
3. Kalibeber, terdapat dalam kalimat
“sudah tidak ada lagi angkota yang menarik penumpang ke Kalibeber”. ( hlm. 41)
4. Bobotsari, terdapat dalam kalimat
“jam sembilan, ia sampai di pasar Bobotsari”.(hlm. 97)
5. Pabrik di Gresik, terdapat dalam kalimat
“Luasnya pabrik, banyaknya karyawan, dan ributnya deru mesin-mesin pabrik,
baginya lebih dari kuburan”. (hlm. 35)
6. Kos Pak Slamet, terdapat dalam kalimat
“Tempat kos Pak Slamet yang memang sepi itu kini bertambah senyap, seolah
penghuninya hanya berkata-kata dalam kebisuan”. (hlm.34)
7. Desa Tangkisan, terdapat dalam kalimat
“Tibalah ia di Tangkisan. Bertanya-tanya dimanakah rumah Fatimah. Lalu,
ditunjukkannya rumah besar bercat biru muda, pagar besi, di depannya ada pohon
nangka. Rimbun”. (hlm. 97)
8. Masjid Agung Purbalingga, terdapat dalam kalimat
“Siang harinya. Di masjid agung Purbalingga”. (hlm. 105)
9. Gua Lawa, terdapat dalam kalimat
“setelah sampai di Gua Lawa, disuuatu tempat yang cukup jauh dari para
wisatawan, mereka duduk. Mulailah Kholid berkata lagi, ceritakan padaku, apa yang
terjadi denganmu, Dewi.” (hlm. 124)
10. Terminal pulogadung, terdapat dalam kalimat
“Bus sampai di terminal Pulo Gadung. Pertama menginjakkan kaki di terminal Pulo
Gadung, aku merasa bahwa nerakan telah pindah ke sini.” (hlm. 158)
11.PT Golden Beer, Citeureup, terdapat dalam kalimat
“ Aku pun tidur di depan PT Golden Beer“ (hlm. 181)

 Setting Waktu
1. Pagi hari.
- Pukul 09.15 (hlm.9)
- Udara pagi nan sejuk mengalir. (hlm.21)
- Jam tujuh pagi ia berangkat meninggalkan Gresik (hlm. 39)
- Kholid berangkat dari Gresik pukul 05.00 (hlm. 59)

2. Siang hari.
- Siang itu, ketika ia telah selesai mengerjakan pekerjaannya (hlm. 36)
- Jam 13.30 WIB (hlm. 39)
- Hari Senin siang . (hlm.52)
- Siang harinya . (hlm. 103)

3. Sore hari.
- Jam tiga sore ia sampai di Batang. (hlm.39)
- Hari telah menjelang senja (hlm. 74)

4. Malam hari.
- Pukul setengah tujuh malam. (hlm.64)
- Tengah malam. (hlm. 109)
5. Tahun.
- 1993 ( hlm. 9)
- 1994 ( hlm. 25 )
- 1996 ( hlm. 129 )
- 1999 ( hlm. 157 )
- 2000 ( hlm. 193 )

 Setting Suasana
- Ramadhan ( hlm. 87 )
- ketika burung – burung berkicau riang. (hlm. 52)
- tiba – tiba ia merasa bosan bekerja di pabrik ini. ( hlm. 53 )
- Ia ingin seperti burung – burung itu. Yang bebas. ( hlm. 53 )

3. Tokoh/Penokohan
Tokoh adalah pemeran yang dimainkan dalam cerita, sedangkan penokohan
adalah cara pengarang memperlihatkan karakter tokoh dalam cerita. Tokoh dalam novel
ini , antara lain.
1. Kholid
Dalam novel ini diceritakan tokoh Kholid adalah seorang yang sabar,
tangguh dan hebat, mudah bergaul dan pekerja keras. Dalam kutipan “jangan
berkata begitu, Dewi. Dia tangguh. Dia hebat. Belum pernah aku menemukan
seorang pemuda yang mempunyai komitmen sepertinya”.(hlm.31)
“ia tidak peduli terhadap rasa sakit tangan kanannya, rasa sakit itu tidak
dirasakannya, karena telah kalah dengan perasaan rindu dengan Fatimah”.
(hlm.40)

2. Fatimah
Fatimah, dalam novel ini adalah seorang perempuan yang baik, polos,
sabar, mempunyai perasaan iba dan juga dilematis. Hal ini terbukti dalam
kalimat “ dan teman-temanku menganggap dia adalah pacarku. Aku tidak
mencintainya, tetapi aku merasa kasihan dengannya. Aku suka ajakannya
makan dan nonton”(hlm.27)
“jujur aku katakan bahwa sebenarnya aku merasa suka dengannya. Suka …
tetapi aku sangat kasihan dengan Dian. Sangat. Sikap apa yang perlu aku
ambil, Rita?”. (hlm.32)
Namun dalam novel ini, Fatimah juga diceritakan memiliki sifat pemberani
dan juga tidak kenal menyerah. Hal ini terbukti ketika dia menolak dijodohkan
dengan tentara dan dia nekat pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib dan
bertahan disana selama lebih dari 6 tahun.

3. Dian
Dian,dalam novel ini adalah seorang pria yang mencintai Fatimah. Dia
bisa memenuhi segala kebutuhan Fatimah, juga seorang yang sangat baik
hati,namun ketika mengetahui bahwa Fatimah mencintai pria lain, sifat
pendendam mulai muncul dalam diri tokoh Dian.

4. Bapak Kholid
Dalam novel ini diceritakan bapak Kholid memiliki sifat yang bijaksana
dan perhatian terhadap anaknya. Terbukti ketika Kholid mendapat surat dari
fatimah, bapak Kholid mendukung keberangkatan Kholid ke Jakarta untuk
mencari Fatimah.

5. Bapak Fatimah
Bapak Fatimah adalah figur seorang ayah yang penuh amarah, tergambar
jelas bagaimana beliau memukuli Fatimah bertubi – tubi sampai Fatimah babak
belur. Namun disisi lain, perbuatan Ayah Fatimah tersebut dikarenakan kisah
masa lalu yang membuat keadaan ekonomi keluarga terguncang.

6. Ibu Fatimah
Ibu Fatimah diceritakan adalah seorang ibu yang sangat menyayangi
anaknya . Beliau tetap mendukung Fatimah untuk mencintai Kholid.

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Dalam novel “
Tarian Jiwa “ kita dapat belajar bahwa dalam mencintai seseorang, haruslah mau
berjuang untuk mendapatkan cinta itu. Mencintai bukanlah sesuatu yang selalu
menyenangkan. Tetapi butuh perjuangan yang keras. Dan mencintai tidaklah selalu
mudah, namun dibutuhkan hati yang tulus dan ikhlas.
B. Analisis Secara Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Menurut Pradopo (2005: 121), semiotik merupakan sistem ketandaan yang
berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian masyarakat). Lambang-lambang
atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti
konvensional masyarakat. Teori semiotik tidak terlepas dari kode-kode untuk member
makna terhadap tanda yang ada dalam karya sastra. Kode-kode merupakan objek
semiotik sebab kode-kode itu merupakan sistem-sistem yang mengatasi dan menguasai
pengirim dan penerima tanda atau manusia pada umumnya (Pradopo, 1995: 26). Teori
semiotik memperhatikan segala faktor yang ikut memainkan peranan dalam komunikasi,
seperti faktor pengirim tanda, penerimaan tanda, dan struktur tanda itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui karya sastra itu merupakan struktur bermakna.
Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna
yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Dalam usaha
menangkap, memberi, dan memahami makna yang terkandung didalam karya sastra,
pembacalah yang sangat berperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa ada
pembaca yang memberikan makna kepadanya.

2. Ikon , Indeks dan Simbol


Pradopo (dalam MPI IKIP Muhammadiyah Yogyakarta : 92 ) menjelaskan bahwa
semiotik adalah ilmu tanda – tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda dan
petanda. Tanda iru tidak hanya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan
hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis – jenis tanda yang utama adalah ikon,
indeks dan simbol.
Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah
antara penanda dan petandanya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan sebab – akibat antara penanda dan petandanya. Sedangkan simbol adalah tanda
yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan alamiah antara penanda dan petanda.
 Ikon yang tersurat dalam novel ini , adalah sebagai berikut.
1. Sekolah sebagai penanda sosial.
Menurut KBBI kata “sekolah” berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar, serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran. Sebagai tempat untuk
menuntut ilmu, seharusnya sekolah terdiri dari bangunan fisik misalnya gedung, kelas,
dan lain – lain. Namun dalam novel ini kata “sekolah” dipakai untuk menunjukkan
lingkup sosial. Terdapat pada kalimat “ Atasnama sekolah, saya meminta bantuan “ Hal
itu menunjukkan bahwa kata “sekolah” dipakai seorang guru untuk meminta bantuan.
2. Jurusan sebagai penanda bidang ilmu
Menurut KBBI (2002:483) Jurusan mengacu pada arah;tujuan;bagian(pengkajian
ilmu);bagian dari suatu fakultas atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi. Kata “jurusan” dalam novel ini juga
digunakan untuk mewakili suatu bidang studi. Dalam kalimat “ Pada kenaikan kelas dulu
,ia mengambil jurusan A3” (hlm.19) . Kata “jurusan” mengarah pada konsentrasi ilmu
IPS.
3. Setan sebagai penanda sosial
Setan mengacu pada roh jahat (yang selalu menggoda manusia supaya berlaku
jahat ) (KBBI, 2002:1055). Pada novel ini , Kholid mendapat julukan “Setan Sekolahan”
padahal dalam kehidupan nyata tidak ada hubungannya antara setan dan sekolahan.
4. Ibadah sebagai penanda agama / kepercayaan
Pada novel ini ada banyak kata-kata Islami, misalnya : Allah, Muhammad,
Fatimah, Rabbi, Abal Hasan, dll. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam novel
ini memeluk agama Islam.

 Indeks yang terdapat pada novel ini, antara lain sebagai berikut.
1. Indeks Perilaku
Perilaku pada novel ini meliputi : penuh kekhawatiran ( yang dialami oleh
Bapak Fatimah) , penuh semangat ( tergambar dalam tokoh Kholid dan
Fatimah yang semangat dan tak pernah menyerah dalam memperjuangkan
cinta mereka),
2. Indeks Penampilan
Dalam novel ini, indeks penampilannya adalah sebagai berikut.
a) Kholid : tampan,kulit putih.
b) Fatimah : cantik,lembut.
c) Dian : baik hati,suka mentraktir.
d) Bapak Fatimah : suka memukul,menampar.
3. Indeks Pekerjaan Tokoh
a) Kholid : pelajar, office boy, tukang manol, pengamen, tukang becak
b) Dian : mahasiswa
c) Fatimah : penjahit
d) Bapak Fatimah : pembuat gula jawa.
 Simbol yang terdapat pada novel ini, antara lain sebagai berikut.
1. Simbol Pendidikan
 Phytagoras
 OSIS
 IPS
 Ebta – Ebtanas
2. Simbol Kecantikan
 Dewi
 Srikandi

3. Simbol kekayaan
 Kaya
 Salary meluap
 Gaji
 Makmur
 Si Kaya

4. Simbol Kemiskinan
 Leher tercekik
 Bangkrut
 Si Miskin
Novel “ Tarian Jiwa” yang ditulis olehe Muhammad Muhyidin menceritakan
perjalanan dan perjuangan cinta seorang Kholid pada Fatimah. Penggambaran tokoh
Fatimah yang disebut Dewi ( Srikandi) membuktikan besarnya cinta Kholid pada Fatimah.
Srikandi dalam tokoh pewayangan Jawa adalah seorang putri raja yang diajari memanah
oleh Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam lakon Jawa, Srikandi dikenal
sebagai istri Arjuna yang gagah berani dan tak kenal menyerah. Kholid memuja Fatimah
seperti memuja seorang dewi. Sosok yang anggun dan mempesona tergambar jelas dalam
diri Fatimah, sehingga Kholid memanggilnya Srikandi. Pertemuan tak disengaja
mereka,mengantarkan mereka pada perjalanan cinta yang penuh dengan aral dan
perjuangan. Budaya Jawa terasa sekali dalam novel ini, dari segi penggunaan bahasa,
terutama untuk umpatan – umpatan yang kerap muncul dalam setiap babak dalam novel
ini. Emosi – emosi khas Alas Roban , dan betapa ditakutinya penduduk asal Alas Roban
juga menjadi tanda-tanda budaya dalam novel ini.
Banyak ditemukan kata-kata dalam bahasa Jawa yang membuat novel ini semakin
menarik dan semakin dapat dipahami maknanya. Penggambaran suasana juga terlihat
sangat natural terbukti dalam alur ceritanya yang dramatis dan penuh makna tentang
bagaimana seorang pria yang memperjuangkan cintanya kepada wanita yang dicintainya.
Budaya Jawa juga terlihat sangat kental ketika mereka akan melangsungkan pernikahan,
mereka tidak akan menikah jika tanpa restu orang tua kedua belah pihak. Dan juga nuansa
Islami tergambar pada saat Kholid harus memberi mahar berupa uang jika ingin menikahi
Fatimah.
BAB III
KESIMPULAN

Dari analisis semiotik diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik yang
membangun novel “Tarian Jiwa” karya Muhammad Muhyidin mencakup tema, setting / latar dan
penokohan sudah tergambar jelas pada setiap bagian ceritanya. Kehidupan yang menggambarkan
budaya Jawa juga menambah esensi novel ini. Kisah perjuangan cinta yang dramatis dan berurai
air mata dan tenaga membuat para pembaca larut dalam alur cerita novel ini. Dari novel ini
penulis berasumsi bahwa dalam mendapatkan cinta sejati, haruslah melalui sebuah perjuangan
yang tidak mudah . Doa – doa yang tulus, usaha dan hati yang ikhlas menjadi kunci utama
perjuangan Kholid dan Fatimah.
DAFTAR PUSTAKA

Pradopo, Rachmad Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta:Penerbit Pustaka Belajar.

IKIP Muhammadiyah. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: MPI IKIP Muhammadiyah
Yogyakarta

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002

Anda mungkin juga menyukai