Anda di halaman 1dari 41

Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
1
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
2
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
3
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
4
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
5
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
6
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
7
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
8
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
9
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
10
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
11
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
12
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
13
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
14
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
15
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
16
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

BAB II
PENGUKURAN LINIER
2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum dengan vernier caliper adalah sebagai berikut:
1. Agar praktikan mampu menggunakan vernier caliper dengan baik dan benar.
2. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan vernier
caliper.
3. Agar praktikan mampu menggunakan inside micrometer dengan baik dan benar.
4. Agar praktikan dapat memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan inside
micrometer.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pengukuran Linier Langsung
2.2.1.1 Vernier Caliper
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel – bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-
hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser, atau vernier. Pada
batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama seperti pada mistar
ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap
dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka
mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala
tambahan yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan
skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar
ingsut (Munadi, 1980, p.90).
A. Mengetahui Ketelitian Vernier Caliper

Gambar 2.1 Vernier Caliper


Sumber: Mitutoyo (1996, p.C-6)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
17
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Pada gambar diatas terbaca 39 skala utama = 20 skala nonius.


Besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 skala utama = 1,95 skala utama.
Maka : ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah =2 – 1,95 = 0,05 mm. Atau :
ketelitian jangka sorong itu adalah : 1 bagian Skala utama itu, dibagi sebanyak
jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm.

B. Macam – Macam Vernier Caliper


a. Mistar Ingsut Kedalaman

Gambar 2.2 Mistar Ingsut Kedalaman


Sumber: Rochim (2006, p.277)

Berfungsi untuk mengukur kedalaman, pengukur lebar, dan posisi alur


terhadap tepi atau alur lainnya (dengan ujung berkait). (Rochim, 2006, p.277).
b. Mistar Ingsut Pipa

Gambar 2.3 Mistar Ingsut Pipa


Sumber : Rochim (2006, p.275)

Berfungsi untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal pelat yang
melengkung. (Rochim, 2006, p.275).

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
18
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

c. Mistar Ingsut Diameter Alur Dalam

Gambar 2.4 Mistar Ingsut Diameter Alur Dalam


Sumber : Rochim (2006, p.274)

Berfungsi untuk mengukur alur di dalam silinder, diameter silinder minimum


30 mm. (Rochim, 2006, p.274).
d. Mistar Ingsut Posisi dan Lebar Alur

Gambar 2.5 Mistar Ingsut Prosisi dan Lebar Alur


Sumber : Rochim (2006, p.275)

Berfungsi untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau alur
lain. (Rochim, 2006, p.275).

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
19
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

e. Mistar Ingsut Jarak Center

Gambar 2.6 Mistar Ingsut Kedalaman


Sumber : Rochim (2006, p.274)

Berfungsi untuk mengukur jarak antara center lubang dan mengukur jarak
dari center ke tepi. (Rochim, 2006, p.274).
C. Bagian-Bagian Vernier Caliper dan Fungsi

Gambar 2.7 Bagian – Bagian Vernier Caliper


Sumber : Rochim (2006, p.267)

1. Rahang Sorong
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Rahang caliper ditempelkan
terlebih dahulu pada benda kerja yang akan diukur sebelum rahang geser
ditempelkan kemudian.
2. Permukaan untuk Mengukur Bagian Dalam (Internal Jaws)
Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser atas. Bagian ini digunakan untuk
mengukur bagian dalam suatu benda kerja seperti celah pada benda atau diameter
dalam silinder.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
20
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

3. Permukaan untuk Mengukur Bagian Luar (External Jaws)


Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser bawah. Bagian ini digunakan
untuk mengukur bagian luar suatu benda kerja seperti tebal benda atau diameter
luar poros.
4. Pengukur Kedalaman (Depth Measuring Blade)
Digunakan untuk mengukur kedalaman suatu lubang atau celah
5. Tuas Geser
Digunakan untuk menggeser rahang geser dan skala geser sehingga
menempel pada benda kerja yang diukur
6. Baut Pengunci
Digunakan untuk mengunci rahang geser untuk dilakukan pembacaan hasil
pengukuran
D. Skala Pengukuran

Gambar 2.8 Bagian Skala Pengukuran


Sumber : Mitutoyo (1996, p.F-28)

a. Skala pengukuran jangka sorong terdiri dari:


1. Skala Utama
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka di depan koma.
2. Skala Geser
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka belakang koma.
Pada bagian atas terdapat skala satuan inchi, sedangkan bagian bawah
skala ukur dengan satuan mm.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
21
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

b. Cara Pembacaan

Gambar 2.9 Cara Pembacaan Vernier Caliper


Sumber : Rochim (2001, p.139)

Pada hasil pengukuran diatas :


1. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis pada skala utama
sebelah kiri terdekat dengan garis indeks (pada skala nonius)
2. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis angaka skala nonius
yang paling dekat jaraknya dengan garis indeks (pada skala utama)
3. Lihat garis skala nonius dan skala utama yang sejajar kemudian kalikan
garis skala nonius yang sejajar tadi dengan ketelitian alat.
E. Kalibrasi Vernier Caliper
Kalibrasi vernier caliper bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam
pengukuran. Sebelum digunakan alat ukur vernier caliper tersebut, pastikan vernier
caliper sudah terkalibrasi. Jika belum, maka langkah-langkah mengkalibrasi vernier
caliper adalah :
a. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur
b. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka sorong
c. Lalu lihatlah celah antara rahang ukur, pastikan kedua rahang ukur rapat.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
22
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

2.2.1.2 Inside Micrometer


Inside Micrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan lebih
tinggi dari pada mistar ingsut (Rochim, 2001, p.278). Alat ini dapat digunakan untuk
mengukur diameter dalam suatu benda. Inside micrometer adalah alat ukur yang sangat
teliti umumnya walaupun secara khusus mikrometer dapat didesain dengan ketelitian
sebagai berikut
- Mikrometer dengan ketelitian 0,01 mm
- Mikrometer dengan ketelitian 0,002 mm
- Mikrometer dengan ketelitian 0,001 mm
A. Mengetahui Ketelitian Inside Micrometer

Gambar 2.10 Inside Micrometer


Sumber : Rochim (2006, p.287)

 Tabung Micrometer terbagi dalam 50 bagian Skala nonius.


 1 Putaran Tabung= 0,5 mm Skala Utama.
 1 Bagian Skala Tabung = 1/50 x 0,5 mm = 1/100 mm.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
23
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

B. Macam-Macam Micrometer
a. Mikrometer Ulir (Thread Micrometer)

Gambar 2.11 Mikrometer Ulir


Sumber : Rochim (2006, p.291)

Fungsi dari mikrometer ulir adalah untuk mengukur diameter kisar ulir, tebal
diding pipa, diameter alur luar, tebal inti pahat gurdi, diameter kaki dan poros
bintang. (Rochim, 2006, p.291)
b. Mikrometer Kedalaman (Depth Micrometer)

Gambar 2.12 Mikrometer Kedalaman


Sumber : Rochim (2006, p.289)

Berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu lubang atau permukaan


bertingkat. Batang ukur dapat diganti untuk mengubah kapasitas ukur. (Rochim,
2006, p.289)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
24
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

c. Mikrometer Piringan (Disk Micrometer)

Gambar 2.13 Mikrometer Piringan


Sumber : Rochim (2006, p.291)

Dengan muka ukur yang lebar memungkinkan pengukuran jarak antara


beberapa gigi, bagian bersayap, dan sebagainnya. (Rochim, 2006, p.291)

d. Mikrometer Rahang

Gambar 2.14 Mikrometer Rahang


Sumber : Rochim (2006, p.289)

Mikrometer rahang dibagi menjadi 2 yaitu, Mikrometer dalam jenis rahang dan
mikrometer luar jenis rahang. Mikrometer dalam jenis rahang berfungsi untuk
mengukur diameter/ukuran dalam posisi yang sulit dimana mikrometer biasa tak
bisa dipakai. Mikrometer luar jenis rahang berfungsi untuk mengukur
ukuran/dimensi luar, pada posisi yang sulit. (Rochim, 2006, p.289)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
25
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

C. Bagian – Bagian Micrometer dan Fungsi

Gambar 2.15 Bagian – Bagian Mikrometer


Sumber : Rochim (2006, p.278)

a. Bagian dan fungsi pada alat :


1. Carbide Jaws
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Carbide Jaws ditempelkan
terlebih dahulu pada benda kerja yang akan diukur sebelum spindle ditempelkan
kemudian dengan memutar thimble.
2. Spindle
Adalah sebuah poros yang diputar melalui thimble sehingga dapat bergerak
maju mundur untuk menyesuaikan ukuran benda yang diuji.
3. Sleeve
Adalah poros berlubang yang berulir tempat spindle dan thimble bergerak
maju mundur
4. Thimble
Digunakan untuk menggerakkan spindle.
5. Ratchet Stop
Digunakan untuk memutar spindle ketika ujungnya sudah mendekati benda
kerja yang akan diukur dan kemudian untuk memastikan spindle telah menempel
rapat pada benda kerja yang diukur.
6. Lock Lever
Untuk mengunci spindle agar tidak bergeser saat dilepaskan dari benda kerja
yang diukur.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
26
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

b. Cara Pembacaan

Gambar 2.16 Cara Pembacaan Inside Micrometer


Sumber: Modul Praktikum Metrologi Industri (2017)

Pada hasil pengukuran diatas :


Nilai ukur pada skala tetap dinyatakan dengan garis pada skala utama.pada skala
utam terbaca 7 mm Nilai ukur pada skala nonius terlihat dai gambar adalah 0,37
mm. Jadi cara pembacaanya dengan menjumlahkan skala utama dan nonious. Jadi
nilai besaran pada suatu benda tersebut adalah 7,37mm.
D. Kalibrasi Inside Micrometer
Kalibrasi alat-alat ukur dalam jangka waktu tertentu setelah digunakan perlu
digunakan untuk mengkalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut :
1. Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-betul stabil dalam
arti tidak ada goyangan.
2. Mengecek apakah kedudukan posisi nol dari skala sudah tepat.
3. Mengecek apakah kedua muka ukur (sensor) mempunyai kerataan dan kesejajaran
bila dirapatkan.
4. Mengecek apakah harga-harga yang ditunjukkan oleh skala ukurnya betul-betul
menunjukkan harga yang benar menurut standar yang berlaku.
5. Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros ukur dapat berfungsi
dengan baik. (Munadi, 1980, p.99)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
27
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

2.2.2 Pengukuran Linier Tak Langsung


Dengan memakai vernier caliper dan mikrometer, pengukuran linier dapat
dilaksanakan secara langsung, sebab hasil penukuran dapat langsung dibaca pada
skalanya. Namun tidak semua masalah linier dapat diatasi dengan menggunakan alat ukur
langsung, karena diperlukan kecermatan yang lebih tinggi atau karena kondisi obyek ukur
tidak memungkinkan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara pengukuran tak
langsung yang dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur, yaitu alat ukur standar
dan alat ukur pembanding. (Rochim, 2001, p.293)

2.2.2.1 Blok Ukur


Blok ukur adalah alat ukur standart mempunyai dua permukaan yang sangat halus
rata dan sejajar dan dua muka ini dibuat denga jarak nominal tertentu. (Rochim, 2006,
p.293)
a. Sifat – sifat blok ukur :
1. Tahan aus karena kekerasan tinggi
2. Tahan korosi serupa dengan stainless steel
3. Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12x10-6 oC-1)
4. Kestabilan dimensi yang baik
Blok ukur ini tersedia dalam suatu set yang terdiri dari bermacam macam ukuran
nominal jumlah blok dalam blok ukur bermacam macam dan menurut standart metrik
jumlah tersebut adalah 20,33,50,87,105,112.

Tabel 2.1
Set Blok Ukur 112 Buah dengan Tebal 1 mm

Sumber: Rochim (2006, p.294)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
28
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Tabel 2.2
Set Blok Ukur 112 Buah dengan Tebal 2 mm

Sumber: Rochim (2006, p.294)

b. Pemakaian Blok Ukur


1. Pemakaian
a. Ambil beberapa blok ukur dengan ukuran yang dikehendaki letakkan diatas lap
yang bersih.
b. Bersihkan vaselin yang menutipinya dengan bensin yang bersih kemudian lap
dengan lap yang halus kemudian letakkan blok ukur diatas lap yang bersih
dengan muka lap yang di samping.
c. Cara menyatukan blok ukur adalah dengan meletakan salah satu blok ukur
menyilang (90°) terhadap blok ukur dengan ukuran yanglain dan ditekan yang
cukup salah satu diputar sehingga sejajar.
d. Blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur yang tipis karena dapat
menebabkan deformasi.
e. Susun blok ukur secara berurutan sehingga dicapai ukuran yang di kehendaki.
f. Setelah digunakan pisahkan susunan tersebut dengan car menggeser satu persatu
jangan dipidsahkan secara kasar.
g. Bersihkan blok ukur dengan lap yang halus kemudian kembalikan pada
tempatnya.
2. Cara Ukur
a. Contoh ukuran yang diukur 58,975
b. Mulailah angka desimal tebelakang dalam hal ini adalah 0,005 ambil blok ukur
dengan ukuran 1,005
c. Sisa ukuran 58,975-1,005=57,970
d. Perhatikan dua desimal terakhir ambil ukuran 1,47 karena ukuran 1,97 tidak
tersedia
e. Sisa ukuran adalah 56,5
f. Untuk itu dapat dipilih blok ukur ukuran 0,5 dan 50mm
Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI
Semester GANJIL 2017/ 2018
29
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

g. Dengan demikian diperoleh susunan sebagai berikut


1,005+1,47+9,5+50=58,975

Gambar 2.17 Blok Ukur


Sumber : Rochim (2006, p.295)

2.2.3 Metrologi Lubang dan Poros


Metrologi lubang dan poros adalah ilmu yang memepelajari tentang toleransi dan
kualitas lubang dan poros. karena adanya ketidak telitian saat pembuatan maka suatu alat
tidak dapat dibuat seperti persis yang diminta agar persyaratan dapat dipenuhi maka
ukuran sebenarnya harus ada pada batas ukuran yang diizinkan.

2.2.3.1 Toleransi Lubang dan Poros


1. Penulisan Toleransi Lubang dan Poros
Toleransi adalah suatu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan.
Kadang-kadang seorang pekerja hanya mengerjakan bagian mesin yang tertentu saja,
sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian lainnya. Tetapi antara satu bagian
dengan bagian lain dari bagian yang dikerjakan itu harus bisa dipasang dengan mudah.
Oleh karena itu, harus ada standar ketepatan ukuran yang harus dipatuhi dan dipakai
sebagai pedoman dalam mengerjakan sesuatu benda agar bagian-bagian mesin itu
dapat dipasang, bahkan ditukar dengan bagian lain yang sejenis.
Toleransi dituliskan di gambar kerja dengan cara tertentu sesuai dengan standar
yang diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa dituliskan dengan beberapa cara:
 Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang diizinkan.
 Menggunakan ukuran dasar dan simbol huruf dan angka sesuai dengan standar
ISO, misalnya : 45H7, 45h7, 30H7/g6.
Pada penulisan toleransi ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu:

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
30
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

 Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar. Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk beberapa
hal bisa dua huruf). Huruf kapital untuk lubang dan huruf kecil untuk poros.
 Toleransi, harganya/besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar.
Simbol yang dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka
(sering disebut angka kualitas).
2. Suaian dan Jenis Suaian
Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah toleransi dari poros,
maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Kemungkinan-
kemungkinan jenis toleransi adalah sebagai berikut.
 Suaian longgar (Clearance fits), adalah suaian yang selalu akan menghasilkan
kelonggaran. Artiny,a bila dua buah komponen disatukan maka akan timbul
kelonggaran, baik sebelum maupun sesuddah dipasangkan. Hail ini terjadi karena
daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros.
 Suaian transisi (Transition fits) adalah suaian yang dapat menghasilkan
kelonggaran atau kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi karena daerah toleransi
lubang dan daerah toleransi poros saling menutupi.
 Suaian sesak (Interfereance fits) adalah suaian yang akan selalu menghasilkan
kerapatan atau kesesakan. Artinya, sebelum ataupun sesudah dua komponen
dipasangkan akan timbul kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi karena daerah
toleransi lubang selalu terletak dibawah daerah toleransi poros.
3. Sistem suaian basis lubang dan poros
a. Sistem Basis Lubang : dengan sistem basis lubang ini banyak dipakai. Suaian yang
dikehendaki dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam hal
ini ukuran batas terkecil dari lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam
basis lubang ini akan didapatkan keadaan suaian-suaian sebagai berikut.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
31
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Gambar 2.20 Sistem Basis Poros dan Sistem Basis Lubang


Sumber: Rochim (2001, p.19)

b. Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H dan
daerah toleransi poros dari a sampai h.
c. Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah-daerah
toleransi poros dari j sampai n.
d. Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi
poros dari p sampai z. Sistem basis lubang ini biasanya dipakai dalam pembuatan
bagian-bagian dari suatu mesin perkakas, motor, kereta api, pesawat terbang, dan
sebagainya.
e. Sistem Basis Poros : dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan “h”.
Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal. Pemilihan
suaian yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran lubang.
Sistem basis poros kurang disukai orang karena merubah ukuran lubang lebih sulit
daripada merubah ukuran poros. Dalam system basis poros juga akan didapatkan
keadaan suaian yang sama dengan suaian dalam system basis lubang dengan
demikian dikenal juga:
 suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah toleransi
lubang A sampai H,
 suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah
toleransi lubang J sampai H,
 suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk
poros dan daerah untuk lubang P sampai Z.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
32
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

2.2.3.2 Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi

Gambar 2.21 Penulisan Toleransi


Sumber: Widarto (2008, p.472)

Bagi dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakan dengan angka yang
dituliskan diatas garis ukuan jika dilihat dengan sepintas maka A kurang memberikan
informasi dibanding dengan B dan C. Sedangkan untuk d meskipun tidak secara langsung
tetapi simbol dan huruf angka mengandung informasi yang sangat bermanfaat yaitu sifat
satuan bila komponen bertemu dengan pasangannya cara pembuatan dan metode
pengukuran.
Perincian toleransi adalah sebagai berikut
1. Ukuran maksimum dituliskan diatas ukuran minimum meski memudahkan penyetelan
mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap dimensi produk tetapi tidak
praktis dpandang dari segi perancangan yaitu dalam hal perhituungan toleransi dan
penulisan gambar teknik.
2. Dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga harga penyimpangannya
penyimpangan dituliskan di daerah atas penyimpangan bawah dengan jumlah amgka
desimal yang sama (kecuali untuk penyimpangan nol).
3. Serupa dengan cara 2 tetapi apabila toleransi terletak simetrik terhadap ukuran dasar
maka aharga penyimpangan haruslah dituliskan sekali saja dengan didahului tanda I.
4. Cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar bagi toleransi
dimensi yang dinyatakan dengan kode atau simbol ajaran ISO.
Dalam menentukan toleransi ukuran untuk ukuran dasar ada 2 hal yang harus
ditetapkan :
1. Posisi daerah toleransi, terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar,penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf. Huruf kapital besr
digunakan untuk penyimpangan lubang sedangkan huruf biasa digunakan untuk
penyimpangan poros
Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI
Semester GANJIL 2017/ 2018
33
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

2. Toleransi besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar .simbol yang dipakai
untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka yang sering disebut dengan
angka kualitas.
Contoh: 45 g 7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi daerah
toleransinyan (penyimpangan terhadap ukuran dasar mengikuti aturan kode huruf dan
besar toleransinya menuruti aturan kode angka 7).

2.2.3.3 Kualitas Lubang dan Poros


Kualitas yang dimaksud adalah sekelompok toleransi yang dianggap mempunyai
ketelitian yang setaraf untuk ukuran dasar nilai kualitas ini ada 18 tingkatan mulai dari IT
01, IT 0 IT 1 sd 16 yang menyatakn toleransi standart dapat dihitung menggunakan suatu
toleransi ,i (toleransi unit): yaitu 𝑖 = 0,45 3√𝐷 + 0,001 𝐷
dimana
i : adalah satuan toleransi(µm)
D : diameter nominal mm harganya ditentukan berdasarkan harga rata rata
geometrik dari dua harga batas pada tingkatan diameter nominal

Tabel 2.3
Tingkatan Nominal sampai denga 500 mm

Sumber : Rochim (2001, p.72)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
34
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Harga D merupakan rata rata geometrik dari diameter minimum Dmin dan D max
pada setiap tingkatam diameter yaitu: D= 2√𝐷𝑚𝑖𝑛 𝑥 𝐷 𝑚𝑎𝑥 . Selanjutnya berdasarkan
satuan toleransi i besarnya toleransi standart dapat dihitung sesuai dengan kualitasnya
mulai dari 5 sampai dengan 16 dengan tabel 2.4

Tabel 2.4
Harga Toleransi Standar 5 sampai dengan 16

Sumber: Munadi (1980, p.36)

Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya untuk


kualitas sd 1 harga toleransi standart langsung dihitung dengan menggunakan rumus pada
tabel 2.5

Tabel 2.5
Harga Toleransi Standar untuk 0 dan 1

Sumber : Munadi (1980, p.36)

Penyimpangan Fundamental merupakan harga batas daerah toleransi yang paling


dekat dengan garis nol, seperti pada kualitas harga penyimpangan fundamental juga
dihitung dengan menggunakan rumus rumus dengan diameter nominal CD sebagai
variabel utamanya.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
35
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

Tabel 2.6
Harga Toleransi Standar untuk Diameter 500 mm

Sumber : Munadi (1980, p.37)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
36
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

2.3 Metode Praktikum


2.3.1 Alat dan Bahan
a. Vernier Caliper
1. Hand Gloves

Gambar 2.22 Hand Gloves


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

2. Benda Kerja

Gambar 2.23 Benda Kerja Pengujian dengan Vernier Caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

3. Benda Kerja

Gambar 2.24 Benda Kerja Pengujian dengan Vernier Caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
37
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

4. Vernier Caliper

Gambar 2.25 Vernier Caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

b. Micrometer Outside
1. Benda Kerja

Gambar 2.26 Benda Kerja Micrometer Outside


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

2. Telescopic Gauge

Gambar 2.27 Telescopic Gage


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
38
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

3. Inside Micrometer

Gambar 2.28 Inside Micrometer


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Mesin FT-UB (2017)

2.3.2 Prosedur Pengujian


1. Prosedur Pengujian Vernier Caliper
a. Gunakan hand gloves.
b. Keluarkan vernier caliper dari tempatnya.
c. Periksalah kelengkapan alat ukur serta bagian bagiannya.
d. Ambil vernier caliper dengan hati hati.
e. Gerakan rahang secara bebas dengan menggerakkan kekanan dan kekiri.
f. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci sampai rahang dapat bergerak
dengan lancar.
g. Ukur benda kerja dengan menggerakan rahang sampai menempel pada sisi benda
yang diukur.
h. Kencangkan pengunci rahang agar skala yang didapat tidak berubah ubah.
i. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius.
j. Catat nilai yang sudah terbaca.
k. Setelah selesai pengukuran kembalikan vernier caliper ketempat semula dengan
rapi.
2. Prosedur Pengujian Inside Micrometer
a. Gunakan hand gloves.
b. Keluarkan Inside Micrometer dari tempatnya.
c. Periksalah kelengkapan alat ukur serta bagian bagiannya.
d. Ambil Inside Micrometer dengan hati hati.
e. Gunakan poros ukur secara bebas dengan memutar gigi gelincirnya.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
39
Kelompok 13 PENGUKURAN LINIER

f. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci poros ukur sampai poros ukur
dapat bergerak dengan lancar.
g. Periksalah apakah Inside Micrometer sudah dalam keadaan nol.
h. Jika belum, kalibrasi terlebih dahulu dengan menggeserkan skala tetap dengan
menggunakan peralatan yang telah disediakan.
i. Jika telah terkalibrasi, ukur benda kerja dengan menggunakan poros ukur
menggunakan gigi gelincir sampai menempel pada sisi benda yang diukur.
j. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius.
k. Catat nilai yang sudah terbaca.
l. Setelah selesai pengukuran, kembalikan micrometer outside ke tempatnya semulai
dengan rapi.

2.3.3 Gambar Spesimen


Terlampir.

Laporan Praktikum METROLOGI INDUSTRI


Semester GANJIL 2017/ 2018
40

Anda mungkin juga menyukai