Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan keperawatan

1. Pengertian

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien

/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan

berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan

berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang

dihadapi klien.

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan

keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta

berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan

pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan

penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian

tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya

memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar

manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi,

kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling

memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

5
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan

yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat

keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam

usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan asuhan keperawatan

Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain

a. Membantu individu untuk mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan

c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam

memelihara kesehatannya

d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

3. Fungsi proses keperawatan

Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan .

b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan

efisien.

6
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang

kesehatan.

4. Tahap-tahap proses keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap

dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan

dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga

kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah

kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan data

Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan

yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang

harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut

aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang

mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di

analisis.

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan

pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna

kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang

7
dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain

misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi

a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

b) Pola koping sebelumnya dan sekarang

c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

e) Resiko untuk masalah potensial

f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

3) Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat

diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)

tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.

Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan

segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan

menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu

misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus

8
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah

atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang

mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,

persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan

Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :

1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika

tidak di lakukan intervensi.

3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan

untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

9
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa

keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

c. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu

klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di

uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana

perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan

keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas

asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,

semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan

yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran

informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana

perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka

panjang(potter,1997)

d. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

10
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah

sebagai berikut :

Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat

untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap

perencanaan.

Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :

independen,dependen,dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

e. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

11
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang

telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut

1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang

telah disusun.

2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan

yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/

kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.

3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih

mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan

faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak

tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada

12
pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar

dalam dokumentasi keperawatan.

5. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang (potter 2005).

Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam

pendokumentasian yaitu :

a. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan

(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,edukasi

klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.

b. Tagihan financial

Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan

mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan

bagi klien.

c. Edukasi

Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus

ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk

mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

13
d. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk

mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai.

e. Riset

Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk

mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.

f. Audit dan pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi dasar

untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang

diberikan dalam suatu institusi.

g. Dokumentasi legal

Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri

terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan.

Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan

klien secara individual. Ada enam penting penting dalam dokumentasi

keperawatan yaitu :

a. Dasar factual

Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta

yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.

b. Keakuratan

Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat

dipertahankan klien.

14
c. Kelengkapan

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung

informasi singkat tentang perawtan klien.

d. Keterkinian

Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama

klien.

e. Organisasi

Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan

yang logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri

klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.

f. Kerahasiaan

Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan

kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan

dibocorkan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana

peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan

bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat.

Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan tentang

kinerja seorang perawat.

15
B. Kinerja perawat

1. Definisi Kinerja

Menurut Ilyas (2002) kinerja adalah penampilan karya personal

baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat

merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal.

Menurut Mangkunegoro (2002) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang

diberikan kepadanya.

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang

perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggungawabnya masing-masing,tidak melanggar hukum,aturan serta

moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan

pada pengguna jasa (Yacobales,1997)

2. Model Teori kinerja

Menurut Ilyas (2002), untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kinerja personal dilakukan pengkajian terhadap beberapa

teori kinerja. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu :

a. Variabel individu, dikelompokkan pada sub variabel kemampuan,

latar belakang dan geografis. Sub variabel kemampuan dan

ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku

16
dan kinerja. Sedangkan variabel geografis mempunyai efek tidak

langsung pada perilaku dan kinerja individu.

b. Variabel psikologis, terdiri dari sub variabel persepsi, sikap,

kepribadian belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi

oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnyan dan

variabel geografis. Variabel psikologis merupakan variabel yang

komplek dan sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan karena

seseorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada

usia, etnis, latar belakang dan ketrampilan berbeda satu dengan

lainnya.

c. Varibel organisasi, berefek tidak langsung terhadap perilaku kinerja

individu yang digolongkan dalam sub variabel sumber daya,

kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel

imbalan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada

akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu.

Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja

yang pada akhirnya berpengaruh pada kerja personal. Perilaku yang

berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas

pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu

jabatan atau tugas.

17
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegoro (2002) menyebutkan faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

(motivation).

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).

Artinya, pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110 -120)

dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil

dalam mengerjakan pelajaran sehari-hari, maka ia akan lebih mudah

mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu

ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi

yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental

yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja

secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental

yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan

situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara

fisik, memahami tujuan, dan target kerja yang akan dicapai, mampu

memanfaatkan, dan menciptkan situasi kerja.

18
Suyanto (2008) menyatakan ada beberapa tekhnik untuk

memotivasi bawahan yaitu

1) Bersikap baik (the be good approach) dengan cara mencitakan

kondisi kerja yang baik seperti tunjangan,gaji dan bonus yang

tinggi.

2) Menggunakan kekerasan (the strong approach) yaitu pemimpin

memberikan wewenangnya untuk menekan bawahan.

3) Perundingan implicit (implicit bergaining) melalui perundingan

antara bawahan dan atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai

dengan imbalan yang akan diberikan.

4) Kompetisi (competition) yaitu diberikan kesempatan pada

seseorang untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin sesuai

dengan kemampuannya.

5) Internalisasi (internalized motivation) yaitu pertimbangan terhadap

ketrampilan,kebebasan,perhatian dan percaya diri yang dimiliki.

Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja,

tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompetisi, desain

pekerjaan,dan aspek ekonomi. Di tambah lagi supervisi dan kapasitas

pekerjaan atau beban kerja juga dapat mempengaruhi kinerja

karyawan. Menurut Suyanto (2008), Supervisi merupakan segala

bantuan dari pimpinan / penanggung jawab kepada perawat yang

ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam

19
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu,perawat pelaksana

akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan

meningkatkn kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan

belajar,secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perawat.

sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari

masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007

dalam Wirnata,2009).

Selain itu karakteristik perawat juga dapat mempengaruhi kinerja.

Karakeristik itu antara lain:

a. Umur

Umur adalah usia perawat yang secara garis besar menjadi indicator

dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap

pengalamannya(Berg,1996), dengan semakin banyaknya umur maka

dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggungjawab

dan berpengalaman.

b. Pendidikan

Perawat sebagai bagian penting rumah sakit dituntut memberikan

perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien mencapai

kesembuhan. Pendidikan seorang perawat yang tinggi akan

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Pengembangan

pendidikan formal keperawatan saat ini terutama ditujukan untuk

menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional

20
serta membutuhkan dan membina landasan etik keperawatan yang

kokoh dan mantap (Ma’rifin,dalam Hamid,1995).

c. Masa kerja

Masa kerja merupakan lama kerja seorang perawat yang bekerja

dirumah sakit dari mulai awal bekerja sampai dengan seorang perawat

berhenti bekerja (Ismani,2001).

C. Standar Kinerja

Evaluasi kinerja melibatkan komunitas yang jelas mengenai target

dan standar; penetapan tujuan yang spesifik dan dapat diukur; dan umpan

balik (feedback) yang berkelanjutan, (Pophal, 2008).

a. Standar kinerja

Standar kinerja menjabarkan tentang pekerjaan yang tercakup

dalam satu pekerjaan tertentu. Ini adalah langkah sangat penting

sebelum menetapkan tujuan, tapi perlu maju satu langkah lebih jauh

dengan menerangkan bagaimana setiap pekerjaan harus dilakukan

untuk memenuhi standar pekerjaan tersebut. Tanpa standar, masalah

kinerja dapat menjadi sangat rancu.

Sebelum menentukan tingkat kinerja tertentu, sebaiknya dibuat

garis dasar kinerja untuk jenis kerja yang sedang ditangani. Setelah itu

membuat target minimal tingkat kinerja. Tingkat minimal ini menjadi

standar dan tolak ukur bahwa suatu kinerja dianggap layak.

Berdasarkan tingkat kelayakkan minimal, maka dapat ditentukan

21
standar istimewa dan ketidaklayakan dalam kinerja. Untuk masing-

masing standar kita akan menentukan tingkat kinerja bagaimana yang

melebihi dan kurang dari harapan kita.

Nursalam (2002), dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat

sering ditemukan berbagai permasalahan antara lain:

1. Pengaruh hallo effect: tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja

bawahannya terlalu tinggi.

2. Pengaruh horn : kecenderungan untuk menilai pegawai lebih

rendah dari pelaksanaan kerja yang sebenarnya karena alasan-

alasan tertentu.

b. Penentuan Target

Tenaga pemersatu yang berada dalam setiap perusahaan adalah

bahwa, setidaknya secara teoritis, setiap orang dalam perusahaan

bekerja untuk tujuan yang sama, yaitu keberhasilan perusahaan.

Sebuah pemahaman yang jelas tentang tujuan yang mendasari

perusahaan dan bagaimana setiap karyawan berkontribusi kepada

tujuan tersebut dapat meningkatkan semangat dan produktivitas.

Ada beberapa keuntungan dari pembuatan tujuan yang jelas dan

terukur. Tujuan yang spesifik dan terukur menciptakan keteraturan dan

kesatuan tujuan bagi seluruh unsur dalam perusahaan. Tujuan yang

jelas memungkinkan karyawan dan manajer untuk mengembangkan

pandangan yang lebih luas tentang tujuan perusahaan. Setelah tujuan

ditetapkan, manajemen akan lebih mampu mengambil keputusan

22
berdasarkan arahan perusahaan dan karyawan. Setelah tujuan mulai

tercapai, tingkat percaya diri karyawan dan manajer pun meningkat.

Penyusunan target itu sendiri adalah sebuah proses yang

memungkinkan manajer dan karyawan untuk terus mengupayakan

peningkatan. Tujuan perusahaan harus memiliki karakteristik-

karakteristik berikut :

1) Spesifik. Sangat penting bahwa tujuan harus spesifik dan terukur.

Ketika tujuan departemen atau perusahaan tidak jelas, motivasi

pun berkurang.

2) Telah disepakati bersama. Dorong para manajer dan penyelia agar

bekerja sama dengan karyawan dalam penyusunan tujuan. Ketika

dua orang bekerja untuk mencapai tujuan yang sama, maka

peluang untuk mencapai tujuan tersebut akan bertambah secara

substansial.

3) Sulit tetapi dapat dicapai. Target harus realistis, harus menantang

tapi mungkin untuk dicapai.

4) Komprehensif. Target harus mencakup tujuan perusahaan. Target

dapat dibuat untuk kegiatan manajemen dan juga staf.

D. Standar Kinerja Perawat

Perkembangan keperawatan sebagai suatu profesi, diperlukan

penetapan standar praktik keperawatan. Standar praktik sangat penting

untuk menjadi pedoman objektif di dalam menilai asuhan keperawatan.

Apabila sudah ada standar, klien akan yakin bahwa ia mendapatkan

23
asuhan yang bermutu tinggi. Standar praktik juga sangat penting jika

terjadi kesalahan yang terkait dengan hukum (Sitorus, R , 2006).

American Nursing Association (ANA) menjelaskan bahwa standar

praktek keperawatan merefleksikan nilai-nilai dan prioritas profesi

perawat. Standar tersebut memberikan arah dalam melakukan praktek

perawatan profesional dan menjadi kerangka dalam mengevaluasi praktek

tersebut. Perawat bertanggung jawab kepada masyarakat tentang hasil

akhir asuhan keperawatan yang diberikan. Penetapan standar ini juga

bertujuan untuk mempertahankan mutu pemberian asuhan keperawatan

yang tinggi. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah

menetapkan standar praktek keperawatan yang dikembangkan

berdasarkan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan ANA (PPNI,

2002, dalam Sitorus, R , 2006). Standar praktik keperawatan menurut

ANA :

Standar I : perawat mengumpulkan data tentang

kesehatan klien

Standar II : perawat menetapkan diagnosa keperawatan

Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang

diharapkan untuk setiap klien

Standar IV : perawat mengembangkan rencana asuhan

keperawatan yang berisi rencana tindakan

untuk mencapai hasil yang diharapkan

24
Standar V : perawat mengimplementasikan tindakan

yang sudah ditetapkan dalam rencana asuhan

keperawatan

Standar VI : perawat mengevaluasi perkembangan klien

dalam mencapai hasil akhir yang sudah

ditetapkan

Ditambahkan oleh Nursalam (2008) bahwa selain keenam standar

tersebut, untuk penilaian pelaksanaan kerja perawat juga meliputi

ketrampilan komunikasi dan harapan institusi dan profesi.

Disamping standar-standar keperawatan yang sudah di terangkan

diatas, menurut Nursalam (2002) untuk menciptakan pelayanan

keperawatan yang professional dan dalam rangka memenuhi tuntutan

masyarakat akan pelayanan keperawatan yang berkualitas,maka peran

perawat harus lebih independen sehingga pelaksanaannya dapat

dipertanggungjawabkan dan tanggung gugat. Peran tersebut adalah

“CARE” yang dapat di jabarkan sebagai berikut :

C : Communication

Ciri khas perawat professional harus dapat berkomunikasi secara

lengkap, akurat dan tepat,dan yang terpenting adalah mampu berbicara

dan menulis bahasa asing minimal bahasa inggris ini di maksud untuk

mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas.

25
A : Activity

Prinsip melakukan asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama

dengan tman sejawat serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Aktifitas

tersebut harus ditunjang dengan menunjukan suatu kesungguhan dan

sikap empati serta bertanggungjawab terhadap setiap tugas yang di

emban.

R : Review

Prinsip dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien,

perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan

standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan.

E : Education

Peningkatan kualitas asuhan keperawatan di masa mendatang, seorang

perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi

dengan jalan secara terus menerus menambah ilmu melalui pendidikan

formal atau informal sampai pada suatu keahlian tertentu.

26
E. Kerangka teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan di rumah sakit Roemani Semarang.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja:
1. Motivasi
2. Kemampuan
3. Kepuasan kerja
4. Tingkat stress
5. Kondisi fisik pekerjaan
6. Aspek ekonomi
7. System kompetisi
8. Supervisi
9. Beban kerja
Asuhan keperawatan
dirumah sakit

Karakteristik perawat :

1. Umur

2. Pendidikan

3. Masa kerja

(Sumber : Handoko,2001)

27
F. Kerangka konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan di rumah sakit Roemani Semarang.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja:

1. Supervisi ruangan Asuhan keperawatan di


2. Kapasitas pekerjaan rumah sakit
3. Motivasi dalam
pekerjaan

karakteristik perawat
umur,pendidikan,masa
kerja

(Sumber : Suyanto,2008)

Keterangan

Area penelitian

G. Variabel penelitian
1. Variabel independent : faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat.

2. Variabel dependent : pemberian asuhan keperawatan dirumah sakit.

28
H. Hipotesa
1. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan di rumah sakit.

2. Ada hubungan antar motivasi dengan kinerja perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan dirumah sakit Roemani Semarang

3. Ada hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat dalam

membeerikan asuhan keperawatan dirumah sakit Roemani Semarang

4. Ada hubungan antara kapasitas pekerjaan dengan kinerja perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan dirumah sakit Roemani Semarang.

29

Anda mungkin juga menyukai