Anda di halaman 1dari 3

Doa pertama:

‫ت‬ ْ ‫س ِل ِم ْي َن َوا ْل ُم‬


ِ ‫س ِل َما‬ ْ ‫ت َوا ْل ُم‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن ْي َن َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوا‬ ِ َ‫األ َ ْحي‬
“Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita,
baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat
yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”

Keterangan:
Teks doa ini tidak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis. Karena itu, boleh divariasikan.
Yang penting, mengandung doa permohonan ampunan untuk kaum mukminin laki-laki dan
wanita.

Doa kedua:

“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.”

Keterangan:
Teks doa ini merupakan firman Allah di surat Al-Hasyr, ayat 10.

2. Mendoakan kebaikan untuk pemimpin secara umum

Mendoakan kebaikan bagi penguasa kaum muslimin secara umum dalam khotbah Jumat
termasuk amalan yang dianjurkan. Imam An-Nawawi mengatakan, “Mendoakan kebaikan untuk
penguasa kaum muslimin dan pemimpin mereka, agar mendapatkan kebaikan, kemudahan
dalam menegakkan kebenaran serta keadilan, dan semacamnya termasuk doa yang dianjurkan
menurut kesepakatan ulama.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 4:521)

Imam Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan, “Andaikan saya memiliki satu doa yang pasti
dikabulkan, niscaya saya berikan doa itu untuk kebaikan pemimpin yang adil, karena ketika
pemimpin baik maka itu akan memberikan kebaikan kepada kaum muslimin.” (Al-Furu’, 2:120).
Beliau juga mengatakan, “Aku doakan pemimpin agar mendapatkan taufik dan petunjuk menuju
jalan yang lurus.” (Al-Furu’, 2:120)

Imam Al-Barbahari mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang mendoakan keburukan


untuk pemimpinnya, ketahuilah, dia adalah pengikut hawa nafsu (ahli bid’ah). Sebaliknya, jika
engkau mendengar seseorang mendoakan kebaikan bagi penguasanya, ketahuilah, dia
termasuk ahlus sunnah, insya Allah.” (Syarhus Sunnah, no. 107)

Kemudian, beliau mengutip perkataan Fudhail bin ‘Iyadh; beliau mengatakan, “Andaikan aku
memiliki satu doa yang pasti dikabulkan, aku tidak akan menggunakan doa itu kecuali untuk
kebaikan penguasa.” Beliau ditanya, “Wahai Abu Ali (kun-yah Fudhail), mohon jelaskan kepada
kami perkataan Anda.” Beliau menjawab, “Jika aku gunakan doa yang baik ini untuk kepentingan
diriku maka manfaatnya tidak meluas. Namun, jika aku gunakan untuk kebaikan penguasa,
kemudian dia menjadi baik, seluruh masyarakat dan negara akan menjadi baik.” Karena itu, kita
diperintah untuk mendoakan kebaikan bagi penguasa, dan kita tidak boleh mendoakan
keburukan bagi mereka, meskipun mereka berbuat jahat dan zalim, karena kejahatan dan
kezaliman mereka akan menimpa diri mereka sendiri, sedangkan kebaikan mereka akan
memberikan dampak baik untuk dirinya dan kaum muslimin. (Syarhus Sunnah, no. 107)
Teks doa

Doa pertama:

“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk
melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah,
bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai
Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang
merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada
mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai
orang yang baik, di mana pun mereka berada.”

Keterangan:
Doa ini merupakan doa Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam khotbah beliau.

Doa ketiga:

“Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan penguasa kami
orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-
Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin
kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-
Mu, dan berikanlah teman dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.”

Keterangan:
Doa ini termasuk salah satu doa Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin pada salah satu khotbah
Jumat beliau.

Selain doa-doa di atas, khatib juga bisa menambahkan doa-doa yang lainnya, baik yang ada
dalam Alquran maupun As-Sunnah. Di antaranya:

a. Doa agar mendapatkan keturunan yang baik

ْ ‫اجنَا َوذُ ِريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َ ْعيُ ٍن َو‬


‫اجعَ ْلنَا ِل ْل ُمت َّ ِق ْي َن‬ ِ ‫َربَّنَا َه ْب لَنَا ِم ْن أ َ ْز َو‬
‫ِإ َما ًما‬
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

b. Doa untuk kebaikan dunia dan akhirat

Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami
dari siksa neraka.”

c. Doa mohon ampunan atas sikap yang melampui batas

Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas kaum yang kafir.”

d. Doa memohon ampunan untuk orang tua dan seluruh kaum muslimin

Wahai Rabb kami, ampunilah kami, orang tua kami, dan setiap orang yang masuk ke rumah
kami dengan beriman, juga semua laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman.”
Catatan:

Doa khatib ketika berkhotbah adalah doa jama’i, yang diaminkan oleh sebagian makmum.
Karena itu, hindari penggunaan kata ganti “aku” atau “-ku”, karena doa dengan kata ganti “aku”
berarti doa untuk kepentingan pribadi, padahal makmum mengaminkannya. Sebagian ulama
menganggap tindakan ini sebagai bentuk pengkhianatan kepada makmum.

Contoh yang sering terjadi, doa memohonkan ampunan untuk diri sendiri dan orang tua:

ْ ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِل َوا ِل َد ْينَا َو‬


ً َ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانَا ِصغ‬
‫ارا‬
“Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada keduanya,
sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”

Anda mungkin juga menyukai