TAHUN 2018
BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak lahirnya UU No 6 tahun 2014, telah memunculkan harapan baru bagi
masyarakat desa, khususnya terkait dengan pemerataan pembangunan di desa.
Pangalokasian Dana Desa oleh Pemerintahan Joko Widodo - Yusuf Kala sejak
tahun 2015, menunjukkan komitmen pemerintah untuk wewujudkan salah satu
Nawa Citanya, khususnya Nawa Cita Ketiga “Membangun Indonesia dari
Pinggiran”
Alokasi Dana Desa yang bersumber dari APBN, setiap tahun mengalami kenaikan,
tahun 2015 sejumlah Rp. 20 trilyun, tahun 2016 sejumlah Rp. 46,6 Trilyun dan
Tahun 2017 sejumlah Rp. 60 Trilyun, sehingga total Dana Desa yang telah
dikucurkan selama tiga tahun sampai Rp. 120,6 Trilyun dan diperkiraan untuk
tahun 2018 sama dengan alokasi Tahun 2017 sejumlah Rp. 60 Trilyun.
Masalahnya adalah, sudahkah Dana Desa sesuai dengan tujuannya ? lalu efek
perkembangan ekonomi desa? Infrastruktur Desa? Dan mencegah urbanisasi?
Perlu kajian yang mendalam atas beberapa pertanyaan diatas ?
Di banyak Desa, ternyata Dana Desa yang begitu besar kurang memberikan efek
positif yang sigifikan, kecuali hanya efek infrastruktur yang lebih dominan, belum
merubah aspek yang lain, karena masih banyaknya kegiatan kegiatan
infrastruktur desa yang dipihak ketigakan, sehingga Dana Desa tidak maksimal
berputar di Desa tersebut, masih banyaknya kegiatan Desa dikendalikan penuh
oleh Kepala Desa, keterlibatan masyarakat masih rendah, sehingga
mengakibatkan Kepala Desa berurusan dengan Pihak Berwajib.
D. PENGERTIAN UMUM
1. Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa
dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
3. Kepala Desa adalah Kepala Pemerintah Desa yang dipilih langsung oleh
masyarakat melalui pemilihan Kepala Desa.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat
APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
5. Pengadaan Barang/Jasa Desa yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah
Desa, baik dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui penyedia
barang/jasa.
6. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau perorangan yang
menyediakan barang/jasa.
7. Swakelola adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh tim pengelola
kegiatan.
8. Tim Pelaksana Kegiatan Desa yang selanjutnya disingkat TPKD adalah tim
yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan, terdiri dari unsur
Pemerintah Desa dan unsur lembaga kemasyarakatan desa untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
9. Padat Karya adalah, kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan
sumberdaya manusia sebanyak banyaknya dalam bentuk tenaga kerja untuk
menghasilkan kegiatan yang baik, tidak mengandalkan alat berat atau
teknologi tinggi
BAB II
PELAKSANAAN SWAKELOLA
2. Prinsip Swakelola
i. Efisien, berarti Pengadaan bahan dan alat harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai
kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan
dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan
kualitas yang maksimum;
ii. Efektif, berarti Pengadaan bahan dan alat harus sesuai dengan
kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya;
iii. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
Pengadaan bahan dan alat bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas
oleh masyarakat dan Penyedia bahan dan alat yang berminat;
iv. Pemberdayaan masyarakat, berarti Pengadaan bahan dan alat
harus dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk
dapat mengelola pembangunan desanya;
v. Gotong-royong, berarti penyediaan tenaga kerja bisa dilakukan
secara cuma-cuma oleh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan di desa; dan
vi. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan
yang terkait dengan Pengadaan bahan dan alat sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB III
PENGADAAN BAHAN DAN ALAT DARI PENYEDIA BARANG/JASA
1. Ketentuan Umum;
i. Dalam pelaksanaan kegiatan yang menggunakan Dana Desa, tidak
diperbolehkan dipihak ketiga kan berupa paket kegiatan.
ii. Pengadaan Bahan dan Alat yang bisa diadakan oleh masyarakat desa, maka
tidak boleh dipihak ke tiga kan.
iii. pengadaan bahan dan alat yang boleh dipihak ketiga kan adalah bahan dan
alat yang tidak tersedia di desa tersebut, dan atau bersifat pabrikasi.
iv. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan
Swakelola maupun memenuhi kebutuhan barang/jasa secara langsung di
Desa.
v. Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa harus memenuhi persyaratan memiliki
tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang kayu, dan
sejenisnya.
vi. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka ii, Penyedia
Barang/Jasa untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli
dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Pelaksanaan;
1) Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp
50.000.000,(lima puluh juta rupiah):
i. TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa.
ii. Pembelian sebagaimana dimaksud pada angka 1), dilakukan
tanpa permintaan penawaran tertulis dari TPKD dan tanpa
penawaran tertulis dari Penyedia Barang/Jasa.
iii. TPKD melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan
Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih
murah.
iv. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa
nota, faktur pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama
TPKD.
b. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah):
i. TPKD membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa.
ii. Pembelian sebagaimana dimaksud pada angka 1), dilakukan
TPKD dengan cara meminta penawaran secara tertulis dari
Penyedia Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa
(rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan
satuan).
iii. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran tertulis
yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang
lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga.
iv. TPKD melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan
Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih
murah.
v. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa
nota, faktur pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama
TPKD.
A. KETENTUAN UMUM.
1. Seluruh kegiatan yang menggunakan Dana Desa
diharuskan untuk menggunakan tenaga kerja masyarakat desa sebanyak
banyaknya dan diatur dalam jadwal kerja dan kebutuhan tenaga kerja
2. Kegiatan yang menggunakan Dana Desa tidak dibatasi
hanya untuk kegiatan yang besar di desa, tapi juga bisa untuk kegiatan
lingkungan, di RT, RW dan Dusun Dusun.
3. Alokasi untuk upah tenaga kerja ditentukan minimal 30
% dari jumlah Dana Desa yang diterima Desa disesuaikan dengan SBU wilayah
setempat
4. Jumlah upah tenaga kerja per hari dihitung berdasarkan
80% Upah Minimum Provinsi
B. PERENCANAAN
1. Kegiatan yang didanai dengan Dana Desa, baik untuk kegiatan
pembangunan infrastruktur, pemberdayaan, maupun kegiatan lainnya harus
masuk dalam RKPDesa, dan APBDes
2. TPKD menyusun RAB sesuai prioritas kegiatan RKPDes, dengan
mengoptimalkan tenaga kerja lokal ( masyarakat Desa ) dengan alokasi upah
per Hari Orang Kerja (HOK) 80% disesuaikan dengan SBU wilayah setempat
C. PELAKSANAAN
1. TPKD membuka dan mengumumkan pendaftaran calon tenaga kerja dari
masyarakat desa dengan prioritas :
a. Rumah tangga miskin
b. pemuda/pemudi pengangguran
c. perempuan
2. TPKD menjadwal pelaksanaan pekerja, sesuai dengan jadwal pekerjaan
3. TPKD mengabsen/mencatat para pekerja yang bekerja, sesuai dengan
jumlah hari kerja, tanggal kerja, unsur pekerja; laki2, perempuan, warga
miskin, pemuda pemudi dll dari dalam Desa
4. Pembayaran para pekerja oleh TPKD dilakukan harian atau mingguan
sesuai hasil kesepakatan musyawarah ditingkat Desa yang dituangkan dalam
berita acara
5. TPKD membuat laporan pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan upah
tenaga kerja dilakukan setiap minggu.
BAB V
ORGANISASI PELAKSANA SWAKELOLA DAN PADAT KARYA
1. Pelaksanaan Swakelola dan Padat Karya Dana Desa Tahun 2018 dilaksanakan
oleh Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Kepala Desa (SK Kades)
2. Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) dalam pelaksanaan Pengadaan Barang
dan Alat / Barang dan Jasa berfungsi sebagai panitia pengadaan bahan dan
alat / barang dan jasa.
3. Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) bertanggungjawab atas semua pekerjaan
yang dilaksanakan melalui swakelola, pihak ketiga dan padat karya.
4. Tim Pelaksana Kegaiatan Desa (TPKD) bertanggunjawab kepada Kepala Desa.
5. Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) mengacu pada aturan yang
ada pada PP no 47 Tahun 2015 dan aturan Penjelasannya. Permendagri 113
tahun 2015 pasal 6, permendagri 84 tahun 2015 tentang SOTK pemerintahan
Desa
BAB VI
ADMINISTRASI SWAKELOLA DAN PADAT KARYA
BAB VII
PENUTUP
Apabila ada hal hal yang belum tercantum dalam panduan teknis Swakelola dan Padat
Karya Dana Desa Tahun 2018 ini, akan diatur melalui peraturan lainnya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : November 2018