Kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) merupakan salah satu bentuk fisafat
yang diterapkan manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumberdaya manusia
pada khususnya. Sebagai filsafat, kualitas kehidupan kerja merupakan cara pandang manajemen
tentang manusia, pekerja dan organisasi. Unsurunsur pokok dalam filsafat tersebut ialah:
kepedulian manajemen tentang dampak pekerjaan pada manusia, efektifitas organisasi serta
pentingnya para karyawan dalam pemecahan keputusan teutama yang menyangkut pekerjaan,
karier, penghasilan dan nasib mereka dalam pekerjaan. Ada dua pandangan mengenai maksud dari
kualitas kehidupan kerja. Pandangan pertama mengatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah
sejumlah keadaan dan praktek dari tujuan organisasi. Contohnya: perkayaan kerja, penyeliaan
yang demokratis, keterlibatan pekerja dan kondisi kerja yang aman. Sementara yang lainnya
menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah persepsi-persepsi karyawan bahwa mereka
ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan mendapat kesempatan mampu tumbuh dan
berkembang selayaknya manusia (Wayne, 1992 dalam Noor Arifin, 1999). Konsep kualitas
kerjanya. Dengan demikian peran penting dari kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar
organisasi secara teknis dan manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik
Sedangkan Prof. Siagian (dalam Noor Arifin, 1999) menyatakan bahwa QWL sebagai filsafat
manajemen menekankan:
1. QWL merupakan program yang kompetitif dan mempertimbangkan berbagai kebutuhan dan
tuntutan karyawan.
2. QWL memperhitungkan tuntutan peraturan perundang-undangan seperti ketentuan yang
mengatur tindakan yang diskriminan, perlakuan pekerjaan dengan cara-cara yang manusiawi, dan
3. QWL mengakui keberadaan serikat pekerja dalam organisasi dan berbagai perannya
memperjuangkan kepentingan para pekerja termasuk dalam hal upah dan gaji, keselamatan kerja
dan penyelesaian pertikaian perburuhan berdasarkan berbagai ketentuan normative dan berlaku di
4. QWL menekankan pentingnya manajemen yang manusiawi, yang pada hakekatnya berarti
5. Dalam peningkatan QWL, perkayaan pekerjaan merupakan bagian integral yang penting.
6. QWL mencakup pengertian tentang pentingnya tanggung jawab social dari pihak manajemen
dan perlakuan manajemen terhadap para karyawan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis.
Istilah kualitas kehidupan kerja pertama kali diperkenalkan pada Konferensi Buruh Internasional
pada tahun 1972, tetapi baru mendapat perhatian setelah United Auto Workers dan General Motor
berinisiatif mengadopsi praktek kualitas kehidupan kerja untuk mengubah sistem kerja.
Ada dua pandangan mengenai maksud dari kualitas kehidupan kerja. Di satu sisi dikatakan bahwa
kualitas kehidupan kerja adalah sejumlah keadaan dan praktek dari tujuan organisasi ( contohnya
: perkayaan kerja, penyeliaan yang demokratis, keterlibatan pekerja dan kondisi kerja yang
nyaman ). Sementara pandangan yang lain menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah
persepsi-persepsi karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan
mendapat kesempatan mampu untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya manusia ( Cascio,
adalah mengubah iklim organisasi agar secara tehnis dan manusiawi membawa kepada kualitas
kehidupan kerja yang lebih baik ( Luthans, 1995 ). Kualitas kehidupan kerja merumuskan bahwa
setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang
menjadi keinginan dan harapan karyawan mereka, hal itu diwujudkan dengan berbagi persoalan
dan menyatukan pandangan mereka ( perusahaan dan karyawan ) ke dalam tujuan yang sama yaitu
Seorang masuk menjadi anggota organisasi, salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan yang mereka inginkan. Kualitas kehidupan kerja akan menyangkut pada pemenuhan
kebutuhan karyawan dalam organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Gery Dessler dalam
Wahtini (2002: 25) mengatakan bahwa “kualitas kehidupan kerja merupakan suatu keadaan
dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dengan bekerja dalam
organisasi”. Sedangkan menurut Karl Alberc dalam Wahtini (2002: 25) “kualitas kehidupan kerja
adalah kualitas yang dirasa (dalam hati para pegawai) dari semua aspek keanggotaannya dalam
organisasi”. Pengertian kualitas kehidupan kerja menurut John M Ivancevich (2001) kualitas
kehidupan kerja adalah: konsep yang agak umum yang berhubungan dengan beberapa aspek dari
pengalaman kerja yang meliputi beberapa faktor antara lain: manajemen, gaya kepengawasan,
kebebasan dan otonomi untuk membuat keputusan terhadap pekerjaan, pemuasan kebutuhan psikis
terhadap lingkungan sekitar, keamanan kerja, kepuasan jam kerja dan tugas penting. Menurut John
W Newstroom dan Keith Davis dalam Rafikah (2002: 19) “quality of work life atau kualitas
kehidupan kerja merupakan perasaan suka atau tidak suka dari individu-individu terhadap
lingkungan kerjanya”. Pengertian kualitas kehidupan kerja yang lain menurut Wayne F Cascio
(1998) kualitas kehidupan kerja merupakan persepsi pegawai bahwa mereka merasa aman, secara
relatif merasa puas dan dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya. Berdasarkan dua pengertian
di atas, kualitas kehidupan kerja mengacu pada keadaan lingkungan kerja yang dapat memenuhi
kebutuhan pribadi anggota organisasi. Lingkungan kerja merupakan tempat para inidividu ketika
bermula dari persepsi individu terhadap lingkungan kerjanya, apakah dengan lingkungan kerjanya
tersebut dia dapat memenuhi kebutuhan pribadinya atau tidak. Apabila individu mengatakan
bahwa dia merasa tidak dapat memenuhi kebutuhannya melaui lingkungan kerjanya tersebut maka
hal itu bisa berarti bahwa kualitas kehidupan kerjanya tersebut tidak baik dan individu tersebut
tidak suka dengan keadaan tersebut dan demikian pula sebaliknya. Menurut HM Sonny Sumarsono
(2004: 212) bahwa “kualitas kehidupan kerja telah memberikan harapan terhadap kepuasan
organisasi”. Filosofi dasar dari konsep tersebut adalah peningkatan kualitas kehidupan kerja
berasal dari semua effort pada setiap level organisasi untuk mendapatkan human dignity (sesuatu
Organisasi yang mempraktekkan program kualitas kehidupan kerja dengan efektif akan
2) Meningkatkan motivasi,
4) Meningkatkan kompetensi,
5) meningkatkan kepuasan,
6) Meningkatkan komitmen,
7) Meningkatkan produktivitas”.
1) Meningkatkan moral kerja, mengurangi stress dan turn over Moral kerja karyawan dapat
ditingkatkan, tingkat stress menurun dan turn over dapat ditekan dengan mengembangkan
program-program seperti waktu kerja yang fleksibel, desain pekerjaan yang tepat serta sistem
2) Meningkatkan motivasi Motivasi merupakan faktor yang cukup berperan dalam menciptakan
prestasi kerja. Praktek manajemen yang memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
memberikan masukan kepada organisasi akan membangun motivasi yang tinggi sehingga dapat
memberikan kesempatan partisipasi terhadap desain program seperti sistem benefit, penilaian
prestasi kerja, kebijakan shift kerja, dan praktik lain akan meningkatkan kebanggaan kerja.
mereka. Untuk itu diperlukan program yang mendorong kearah tujuan tersebut.
5) Meningkatkan kepuasan Karyawan yang merasakan kepuasan kerja akan menunjukkan sikap
perilaku positif dan mengarah kepada peningkatan kinerja. Pengembangan praktek sumber daya
yang mencerminkan kualitas kehidupan kerja seperti; menciptakan kondisi kerja yang mendukung,
kebijakan kompensasi, desain pekerjaan, kesempatan partisipasi dan kesempatan karier akan
ini akan menimbulkan rasa bahwa pekerjaannya itu merupakan bagian dari hidupnya sehingga
pekerjaan itu akan dilakukan dengan sebaik-baiknya karena itu juga merupakan salah satu
akan mendorong produktivitas yang lebih tinggi. Sehingga dapat dikemukakan bahwa kualitas
kehidupan kerja memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan organisasi dalam menarik dan
perputaran tenaga kerja yang berdampak pada peningkatan produktivitas. Berdasarkan beberapa
keunggulan di atas dapat dikemukakan bahwa dengan pelaksanaan program kualitas kehidupan
kerja akan berdampak pada pengurangan tingkat turn over, stress kerja dengan pengaturan waktu
kerja yang fleksibel, sehingga akan berdampak pada peningkatan produktivitas. Beberapa
organisasi yang berkeinginan untuk mengembangkan program kualitas kehidupan kerja pertama-
tama harus menetapkan tujuan yang ingin diraih dengan program tersebut. Tujuan serta tindakan
yang ditetapkan merupakan tanggung jawab manajemen, pekerja, serikat pekerja, serta anggota
organisasi lain. Menurut Lee dan Yudith dalam HM Sonny Sumarsono (2004: 213) bahwa untuk
1) Memahami bahwa program kualitas kehidupan kerja bukanlah program jangka pendek, yakni
2) Organisasi harus membuat definisi baru tentang bagaimana kita mengerjakan dalam organisasi.
3) Merelakan orang-orang yang ada dalam organisasi berpartisipasi pada semua level organisasi.
4) Membangun komitmen sejak dari pemimpin organisasi sampai ke tingkat bawah, dengan
memberikan persetujuan dan dukungan, dan harus dicerminkan dengan perilaku sehari-hari.
5) Melakukan integrasi tentang tujuan, strategi ke dalam bentuk operasi bisnis sehari-hari.
6) Manajemen dan pimpinan karyawan bekerja dengan konsekuensi untuk menguji dan
menyelesaikan usul-usul internal sebelum bergerak menuju cooperative problem solving dalam
hambatan-hambatan, sehingga dapat menyumbangkan suatu dukungan dan tanggung jawab bagi
7) Pendekatan-pendekatan baru dan proses di dalam organisasi. Proses tersebut tidak pernah
menjadi statis dan perlu perhatian secara konstan, responsive terhadap perkembangan.
Berdasarkan pedoman di atas dapat dikemukakan bahwa dalam implementasi pelaksanaan kualitas
kehidupan kerja dalam suatu organisasi tidak hanya merupakan program jangka pendek tetapi
diharapkan dapat berjalan dalam jangka waktu lama serta melibatkan semua karyawan dalam
tingkatan level organisasi untuk ikut berpartisipasi baik dalam memberikan konstribusi ide
slogan yang dikemukakan organisasi PBB dibidang ketenagakerjaan (ILO), “To make more
human”, artinya bahwa setiap organisasi harus dapat memperlakukan pekerja sebagai manusia
Bernadin Russel (1998) mengemukakan bahwa kualitas kehidupan kerja mengacu kepada level
dari kepuasan, motivasi, keterlibatan, komitmen pengalaman individu terhadap kehidupan kerja
mereka. Pada umumnya kualitas kehidupan kerja mencoba memotivasi karyawan dalam hal
perasaan aman, keseimbangan, harga diri, demokrasi keluarga, kepemilikan, otonomi, tanggung
jawab dan fleksibilitas. Kualitas kehidupan kerja adalah derajat setiap individu dimana mereka
dapat memuaskan kebutuhan penting pribadi mereka (contoh, keinginan untuk berdiri sendiri).
Menurut Bernadin Russel (1998) hampir semua program kualitas kehidupan kerja fokus kepada:
4) Interaksi social
5) Kepercayaan diri
7) Kepuasan kerja
10) Training untuk karyawan, manajer staff pendukung dalam peran dan tanggung jawab mereka
12) Pengenalan kepada pengembangan multiskills dan rotasi pekerjaan (job rotation)
14) Team building. Menurut HM Sonny Sumarsono (2004) menyatakan bahwa faktor kualitas
c) Rasa bangga,
Menurut Alex S Nitisemito (1992) dengan memberikan gaji yang cukup akan mampu memberikan
semangat dan kegairahan kerja yang nantinya akan meningkatkan produktivitas karyawan. Cukup
di sini dalam artian jumlah yang mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian. Sedangkan
menurut Sjafri Mangkuprawira (2003) menyatakan kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai
langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini dapat diambil faktor kualitas kehidupan kerja
yaitu
4) pendidikan.
suatu bentuk keterlibatan karyawan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasi terutama
menyangkut pengambilan keputusan yang digunakan dalam penentuan kebijakan yang akan di
ambil. Hal ini dapat dilakukan ditempuh dengan jalan mengadakan rapat-rapat yang membahas
suatu permasalahan yang nantinya karyawan dapat memberikan masukan yang berupa ide, saran
maupun kritikan yang diharapkan dapat mempermudah pencapaian tujuan yang diharapkan oleh
suatu organisasi.
b. Kesempatan untuk mengembangkan diri Pengembangan menurut Hasibuhan (1997: 68) adalah
“suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan melalui pendidikan dan latihan”. Pendidikan peningkatan
keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk
untuk mengukur pengaruh kesempatan untuk mengembangkan diri terhadap produktivitas kerja
jenjang karier. Menurut Sondang P Siagian (2001: 183-184) bagi organisasi terdapat paling sedikit
7 manfaat yang dapat dipetik melalui penyelenggaran program pelatihan dan pengembangan,
antara lain:
1) Peningkatan produktivitas,
5) Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipasif,
c. Pendapatan yang memadai Pada dasarnya setiap Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya
harus dapat hidup layak dari gajinya, sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian
dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam Undang-
menjelaskan bahwa gaji adalah balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja seseorang. Pada
umumnya sistem penggajian dapat digolongkan dalam dua sistem, yaitu sistem skala tunggal dan
sistem skala ganda. Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang
sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat
pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan
pekerjaan itu. Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji yang
bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan,
prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan
pekerjaan itu. Selain daripada kedua sistem penggajian yang dimaksut di atas, dikenal pula sistem
penggajian ketiga, yang biasa disebut sistem skala gabungan, yang merupakan perpaduan antara
sistem skalatunggal dan sistem skala ganda. Dalam sistem skala gabungan gaji pokok ditentukan
sama bagi Pegawai Negeri yang berpangkat sama, disamping itu diberikan tunjangan bagi pegawai
yang memikul tanggung jawab yang berat, mencapai prestasi yang tinggi atau melakukan
pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga secara
terus menerus.
UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
1) Pendidikan dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
3) Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister
analisis regresi
linear berganda.
data dalam
penelitian ini
menggunakan
regresi linier
Kualitas
Kinerja
Kehidupan Kerja
D. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 67) “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul”. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor dalam kualitas kehidupan kerja
yang memadai dan tingkat pendidikan) secara individual terhadap kinerja karyawan di PT. Asia
2. Diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor dalam kualitas kehidupan kerja
yang memadai dan tingkat pendidikan) secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan di PT.
dibandingkan faktor-faktor kualitas kehidupan kerja lainnya terhadap kinerja karyawan di PT. Asia